Anda di halaman 1dari 13

LEARNING JOURNAL

Nama : Amniatizzakia
NIM : 2002110036
Mata Kuliah : Audit Manajemen Sektor Publik (C)
Materi : Temuan Audit, Bukti Audit, dan Kertas Kerja Audit
Pertemuan Ke- :4

1. Temuan Audit
Temuan audit adalah masalah-masalah yang penting (material) yang ditemukan
selama audit- berlangsung dan masalah tersebut pantas untuk dikemukakan dan
dikomunikasikan dengan entitas yang diaudit karena mempunyai dampak terhadap
perbaikan dan peningkatan kinerja-ekonomi, efisiensi, dan efektivitas entitas yang
diaudit.

1. Cara Pengungkapan Temuan Audit


Memasukkan temuan audit yang negatif maupun positif ke dalam laporan
akan mebuat laporan menjadi seimbang dan objektif. Materi temuan audit yang
seimbang cenderung akan meningkatkan profesionalisme auditor yang
bersangkutan dan hubungan kerja yang sehat antara auditor dan pihak yang
diaudit.

2. Komunikasi Temuan Audit


Temuan audit merupakan fakta yang disusun berdasarkan data dari sudut
pandang auditor. Temuan audit ini berfungsi sebagai media antara auditor dan
auditee dalam pemutakhiran informasi dan penjelasan yang diperoleh selama
kegiatan audit berlangsung. Temuan tersebut kemudian dikomunikasikan dan
didiskusikan sehingga terjadi pemutakhiran dan perbaikan data serta informasi
yang akan dimasukkan ke dalam laporan audit.
Temuan audit ini dapat pula digunakan sebagai sarana untuk mengadakan
check and balance antara temuan audit yang diperoleh selama audit dan juan audit
yang ditetapkan pada saat perencanaan ailit. Komentar mitee hans didapatkan
secara tertulis yang setidaknya memuat apakah auditee sependapat atau tidak
dengan temuan yang disampaikan oleh auditor.

3. Ciri-Ciri Temuan Audit Yang Baik


Terdapat tiga ciri temuan audit yang dikategorikan baik yaitu:
 Temuan audit harus didukung oleh bukti yang memadai
Semua unsur temuan harus didukung oleh bukti yang cukup agar
mempermudah penyusun laporan sekaligus mempermudah penyiapan
rekomendasi untuk mengatasi masalah entitas yang diaudit.
 Temuan audit harus penting (material)
Penting dan tidaknya suatu temuan diindkasikan apabila pengguna laporan
mengambil tindakan atau kebijakannya berdasarkan informasi yang ada
dalam laporan atau temuan tersebut.
 Teman audit harus mengandung unsur temuan (kondisi, kriteria dan sebab-
akibat)
Temuan audit harus menguraikan secara jelas kondisi, kriteria, dan schab
akibat. Dibawah ini akan dijelaskan mengenai komponen temuan audit.
a. Kondisi adalah gambamn situasi yang sebenamya terjadi di lembaga atau
organisasi yang diaudit seperti yang diperoleh pada tahap pemahaman
terhadap entitas yang diaudit.
b. Kriteria adalah sesuatu yang seharusnya terjadi di organisasi yang diaud
yang biasanya berupa input serta standar proses kerja dan output.
c. Sebab akibat dimana sebab adalah dengan mengetahui 'sebab' suatu
masalah secara jelas, auditor akan lebih mudah membuat rekomendasi
yang tepat untuk mengadakan perbaikan kinerja entitas yang diaudit.
Sebab dapat terjadi diluar entitas audit. Sedangkan untuk mengetahui
penting tidaknya yang diungkapkan, auditor perlu menentukan akibat
atau Temungkinan yang muncul atau timbul. Akibat suatu temuan harus
dapat menunjukkan bahwa suatu tindakan perbaikan harus dilakukan.

4. Penyusunan dan Pengembangan Temuan Audit


Langkah-langkah yang diperlukan dalam menyusun temuan audit adalah
sebagai berikut:
 Kenali fakta atau kondisi secepat mungkin.
 Tetapkan kriteria yang sesuai bagi entitas.
 Tentukan apakah ada perbedaan yang signifikan antara kondisi dan kriteria yang
menghasilkan temuan audit.
 Identifikasi dampak yang ditimbulkan oleh temuan audit tersebut.
 Adakan suatu analisis hubungan antara penyebab, kondisi dan akibat.
Dalam mengembangkan dan penyusunan temuan audit, kuncinya adalah
mengubah kondisi yang berkaitan dan menempatkannya secara tepat dalam suatu
lingkaran sebab akibat yang cukup tegas. Berikut ini beberapa panduan dalam
mengembangkan dan menyusun temuan audit:
 Menentukan penyebab dengan cara menelusuri beberapa langkah kebelakang.
 Menentukan akibat dengan cam menelusuri beberapa langkah ke depan.
 Pengorganisasian temuan audit secara tepat akan mempermudah pembuatan
rekomendasi yang efektif dan penyusunan laporan hasil audit.
2. Bukti Audit
Bukti Audit adalah informasi yang digunakan oleh Auditor untuk menentukan
apakah informasi yang diaudit telah dinyatakan sesuai dengan criteria yang ditetapkan.
Informasi ini sangat bervariasi sesuai kemampuannya dalam meyakinkan Auditor bahwa
laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan prinsipprinsip akuntansi yang berlaku
umum Bukti Audit mencakup informasi yang sangat persuasif, misalnya perhitungan
auditor atas sekuritas yang dapat diperjualbelikan, dan informasi yang kurang persuasif,
misalnya respons atas pertanyaan-pertanyaan dari pam karyawan klien.

1. Audit Top-Down dan Audit Bottom-Up


Pendekatan Auditor biasanya datang dari dua arah secam simultan. Pada
satu sist, auditor bertolak dari pemahaman mereka atas bisnis dan industri yang
dikombinasikan dengan pemahaman atas keunggulan kompetitif klien untuk
mengembangkan harapan yang berkenaan dengan laporan keuangan. Pada sisi
lain. auditor juga mengaudit pencatatan transaksi-transaksi individual dan
kumpulan dari transaksi-transaksi tersebut. Salah satu tantangan dalam audit ini
adalah menyeimbangkan dua pendekatan yaitu:
a. Bukti Audit Top-Down, yaitu berfokus pada upaya auditor dalam
memperoleh pemahaman tentang bisnis dan industri, sasaran dan tujuan
manajemen, bagaimana manajemen menggunakan sumber dayanya untuk
mencapai sasamn, keunggulan kompetitif organisasi di pasaran, proses bisnis
inti, serta laba dan arus kas yang dihasilkan Prosedur audit Top- Down
memberikan bukti tentang risiko bisnis strategis yang dihadapi klien,
hagaimana klien menanggapi risiko tersebut dan kelangsungan hidup entitas.
b. Bukti Audit Bottom-Up, yaitu berfokus pada pengujian secara langsung atas
transaksi, saldo akun, serta sistem yang mencatat transaksi tersebut yang pada
akhirnya menghasilkan saldo akun. Bukti Bottom-UP meliputi beberapa
bentuk penarikan sampel transaksi, atau penarikan sampel terinci yang
mendukung saldo akun (misalnya, setiap item-item dalam persediaan atau
piutang usaha) dan mengevaluasi kewajaran penyajian dari setiap rincian
yang terakumulasi dalam laporan keuangan.

2. Keputusan Penting Tentang Bukti Audit


Ketika merencanakan Audit, auditor harus membuat empat keputusan penting
tentang lingkup dan pelaksanaan audit. Keputusan tersebut meliputi:
a. Sifat Pengujian Audit
Sifat pengujian audit mengacu pada sifat dan efektivitas pengujian
audit yang akan dilaksanakan. Pertama, prosedur aut tersebut harus dapat
memberikan bukti tentang kinerja kompetitif suatu entitas atau terkait
dengan tujuan audit spesifik yang ingin dicapai auditor Akhirnya bukti
tersebut harus relevan dengan asenu fapoon Leungan manajemca Auditor
juga harus mempertimbangkan buaya relatif serta ofektivitas prosedur
dalam kaitannya dengan tujuan audit yang spesifik. Auditor dapat memilih
melaksanakan pengujian guna memperoleh pemahaman yang diperlukan
dalam audit, melaksanakan pengujian pengendalian, atau melaksanakan
pengujian substantif. Setiap keputusan tersebut mencerminkan
pertimbangan audit yang penting tentang sifat pengujian audit tersebut.
b. Saat Pengujian Audit
Saat mengacu pada kapan auditor akan melaksanakan pengujian
audit serta menarik kesimpulan audit. AU 313.02, Substantive Test Prior
to Balance Sheet Date (SAS 45) menyatakan bahwa pengujian audit pada
tanggal interim dapat memberikan pertimbangan awal tentang masalah-
masalah signifikan yang dapat mempengaruhi laporan keuangan pada
akhir tahun buku (sebagai contoh, transaksi-transaksi pihakpihak yang
memiliki hubungan istimewa) selain itu, banyak perencanaan audit yang
meliputi upaya memperolch pemahaman tentang pengendalian internal,
mengukur risiko pengendalian, dan penerapan pengujian substantive atas
transaksi, dapat dilaksanakan sebelum tanggal neraca
c. Luas pengujian Audit
Luas prosedur Audit berkaitan dengan keputusan auditor tentang
berapa banyak bukti audit yang harus diperoleh. Bukti yang lebih banyak
diperlukan untuk mencapai suatu tingkat risiko deteksi yang rendah
dibandingkan dengan tingkat risiko yang tinggi. Sebagai contoh, seorang
auditor dapat menginm permintaan konfirmasi schanyak 50 dari akun
yang ada dalam aku pilitang ah atau hanya 10% saja dari akun-akun yang
ada.
d. Penetapan Staf Audit
Auditor harus ditugaskan pada tugas-tugas yang telah ditetapkan
dan disupervisi sesuai dengan tingkat pengetahuan, keterampilan, dan
kemampuannya. Sehingga mereka dapat mengevaluasi bukti audit yang
sedang diperiksa (AU 316.27), consideration of fraud in a financial
statement Audit SAS no 82, menyatakan bahwa auditor dapat menanggapi
risiko salah saji material yang disebabkan oleh kecurangan dengan cara
penugasan personet Tanggung jawah yang ditetapkan harus disesuaikan
dengan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan personel yan
ditugaskan sesuai dengan penilaian anditor atas tingkat toko yang
berkaitan dengan tanggung jawab tersebut.
Singkatnya auditor membuat empat pilihan penting yang berkaitan
dengan bukti audit; 1) bukti apa yang akan diperolch (sifat), 2) bilamana
akan memperoleh bukti (saat), 3) berapa banyak bukti yang akan diperoleh
(luas). 4) siapa yang akan ditugaskan untuk memperoleh bukti (penetapan
staf audit).

3. Keputusan Bukti Audit


Keputusan utama yang dihadapi para auditor adalah menentukan jenis dan
jumlah bukti audit yang tepat untuk dikumpulkan agar dapat memberikan
keyakinan yangt memadai bahwa berbagai komponen dalam laporan keuangan
serta dalam keseluruhan laporan lainnya telah disajikan secara wajar.
Berbagai keputusan auditor dalam pengumpulan bukti audit dapat dipilah
kedalam empat sub keputusan berikut ini:
 Prosedur-prosedur audit apakah yang akan digunakan
 Ukuran sampel sebesar apakah yang akan dipilih untuk prosedur tertentu
 Item item manakah yang akan dipilih dari poduksi
 Kapankah berbagai prosedur itu akan dilakukan

4. Jenis-Jenis Bukti Audit


Dalam menentukan prosedur audit mana yang akan digunakan, auditor
dapat memilihnya dari delapan kategori bukti yang luas, yang disebut tipe-tipe
atau jenis -jenis bukti audit. Menurut Fachrudin (2007: 7), ada beberapa jenis
bahan bukti yang dapat dipilih oleh auditor dalam rangka mengevaluasi bukti
audit, yaitu:
 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik adalah suatu pemeriksaan langsung atas aset yang
berwujud, seperti: persediaan barang, uang kas, kertas berharga seperti
saham, wesel tagih, aset tetap berwujud; seperti bangunan, mesin, kendaraan
dan peralatan kantor. Pemeriksaan fisik adalah untuk memeriksa kuantitas,
deskripsi, kondisi dan kualitas dari aset yang diperiksa. Dalam pemeriksaan
fisik ini indera yang digunakan dapat lebih dari satu indera dari pancaindera
yang kita miliki.
 Konfirmasi
Konfirmasi adalah jawaban atas permintaan auditor baik tertulis maupun
lisan mengenai keakuratan suatu informasi dari pihak ketiga yang independen
(sebaiknya tertulis). Jawaban tersebut seyogyanya langsung disampaikan
kepada auditor. Proses konfirmasi adalah sebagai berikut:
a. Informasi dikirimkan ke pihak ketiga yang independen.
b. Pihak ketiga memeriksa akurasi informasi tersebut
c. Pihak ketiga langsung mengirimkan hasil pemeriksaannya kepada
auditor.

Konfirmasi terdiri atas 2 tipe:


a. Konfirmasi positif. Pada konfirmasi ini, pihak ketiga diminta untuk
menjawab baikinformasi yang diterimanya akurat maupun tidak akurat.
b. Konfirmasi negatif. Pada konfirmasi ini, pihak ketiga diminta untuk
menjawab jikainformasi yang diterimanya tidak akurat.

 Prosedur Analitis
Prosedur analitis menggunakan perbandingan - perbandingan dan hubungan-
hubungan untuk mengetahui apakah suatu angka atau data merupakan angka
atau data yang logis. Prosedur analitis pada garis besarnya dapat dilakukan
dengan lima cara:
a. Membandingkan data keuangan yang ada di laporan keuangan tahun
yang diaudit dengan tahun sebelumnya.
b. Membandingkan data keuangan yang ada di laporan keuangan
perusahaan yang diaudit dengan data perusahaan yang sejenis untuk
tahun/periode yang sama.
c. Membandingkan data keuangan yang ada di laporan keuangan dengan
anggarannya.
d. Membandingkan data yang di laporan keuangan dengan data atau
informasi yang diketahui auditor atau hasil perhitungan auditor.
e. Membandingkan data keuangan yang ada di laporan keuangan dengan
data non-keuangan yang ada kaitannya (relationship)

 Dokumen
Menurut sumbernya, bukti dokumenter dapat dibagi menjadi 2 golongan,
yaitu:
a. Bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar yang independen yang
dikirimkan langsung kepada auditor, misalnya konfirmasi yang
merupakan penerimaan jawaban tertulis dari pihak yang independen di
luar klien yang berisi verifikasi ketelitian yang diminta oleh auditor.
b. Bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar yang independen yang
disimpan dalam arsip klien, misalnya rekening koran bank, faktur dari
penjual order pembelian dari pelanggan dan lain-lain. Untuk menentukan
tingkat kepercayaan terhadap jenis bukti dokumenter ini.. audit or harus
mempertimbangkan apakah dokumen tersebut dapat dengan mudah
diubah atau dibuat oleh karyawan dalam organisasi klien.

 Tanya Jawab (wawancara, interview, Inquiries)


Tanya jawab dapat dilakukan secara lisan maupun tertulis. Tanya
jawab dilakukan kepada personil atau pihak perusahaan. Apa saja yang
kurang jelas, boleh ditanyakan kepada pihak perusahaan, misalnya
mengenai metode pencatatan, proses produksi, proses pembayaran gaji
upah dan sebagainya. Tetapi dalam tanya jawab ini harus hati-hati, karena
pihak perusahaan bukanlah pihak yang independen, sehingga
kemungkinan memperoleh jawaban yang bias tetap ada. Dalam tanya
jawab sebaiknya dilakukan dengan menggunakan alat komunikasi yang
dimengerti oleh pihak yang ditanya, schingga informasi yang diperoleh
lebih baik. Sebagian hasil tanya jawab ini mungkin saja dapat diperkuat
atau di cek kesesuaiannya dengan bukti lain seperti observasi atau
dokumen dapat dicek kesesuaiannya dengan tanya jawab.

 Observasi
Observasi adalah penggunaan penglihatan dan indera lain untuk
menilai atau memeriksa kegiatan-kegiatan tertentu, misalnya jika di
catatan kepegawaian ada 15 personil di bagian akuntansi, auditor dapat
berkunjung ke bagian akuntansi untuk melihat apakah ada 15 orang yang
bekerja di bagian akuntansi. Jika kurang dari 15 orang, perlu ditanyakan
apakah ada personil yang cuti atau sedang keluar kantor, Demikian juga,
jika di catatan tidak ada barang setengah Jadi (work in proccess), auditor
dapat berkunjung ke pabrik untuk melihat bagaimana proses produksi di
perusahaan, untuk memastikan tidak adanya barang setengah jadi. Juga,
misalnya menurut catatan dan informasi di perusahaan mesin yang dibeli
perusahaan, kapasitasnya dapat menghasilkan 1.000 unit produk perjam.
Untuk memeriksa hal diatas, auditor dapat meminta untuk melakukan
observasi beroperasinya mesin tersebut.

 Pengerjaan Kembali
Pengerjaan kembali adalah mengulangi apa yang telah dilakukan
atas suatu data atau informasi. Misalnya suatu faktur penjualan, jumlah
rupiah di faktur tersebut Rp. 5 juta. Auditor akan menghitung kembali
dengan mengalikan kuantitas barang yang dijual dengan harga per unit
dari barang tersebut, kemudian menguranginya jika ada diskon dan
sebagainya, sehingga diperoleh angka Rp. 5 juta.

 Bukti dari spesialis


Spesialis adalah seorang yang memiliki keahlian atau pengetahuan
khusus dalam bidang selain akuntansi dan auditing, misalnya pengacara,
insinyur, geologist, ahli teknik dan lain-lain. Pada umumnya spesialis yang
digunakan auditor bukan orang yang mempunyai hubungan dengan klien.
Auditor harus membuat surat perjanjian kerja dengan spesialis, tetapi tidak
boleh menerima begitu saja hasil-hasil penemuan spesialis tersebut.

5. Data Akuntansi dan Informasi Penguat


Ketika auditor mengembangkan perencanaan audit serta merancang
prosedur audit untuk mencapai tujuan audit spesifik, ia harus mempertimbangkan
sifat bukti yang akan diperoleh. Bukti audit yang mendukung laporan keuangan
terdiri dari data akuntansi yang mendasari, dan informasi penguat yang tersedia
bagi auditor.
Bagi yang menekuni bidang auditing, tentunya lebih akrab dengan
komponen dasar dari data akuntansi yang mendasari yaitu (jurnal, buku besar,
kertas kerja, rekonsiliasi dan sebagainya) semuanya tergolong sebagai bukti yang
mendukung laporan keuangan dewasa ini data-data tersebut seringkali ada dalam
bentuk data elektronik.
Bukti documenter telah digunakan secara luas dalam auditing dan dapat
dikaitkan dengan setiap tujuan audit spesifik, terga ung pada situasi yang ada.
Dokumen yang dimaksud dapat bemsal dari huar entitas, dari dalam entitas
dengan pengesahan atau tanda tangan.

3. Kertas Kerja
Berdasarkan SAS 41, working Papers (AU 339.03), menguraikan kertas kerja
(working papers) sebagai catatan yang di simpan olch auditor tentang prosedur audit yang
diterapkan, pengujian ayng dilaksanakan, informasi yang diperoleh, dan kesimpulan
tentang masalah yang dicapai dalam audit. Kertas kerja memberikan :
 Dukungan utama bagi laporan audit
 Cara untuk melakukan koordinasi dan supervisi audit
 Bukti bahwa audit dilaksanakan sesuai dengan GAAS

1. Isi Kertas Kerja Audit


Kertas kerja audit meliputi semua berkas yang dibuat mulai dari
perencanaan sampai dengan konsep laporan hasil audit, antara lain terdiridari:
program audit, hasil pemahaman terhadap pengendalian intern,
analisis,memorandum, surat konfirmasi, pernyataan dari klien, ikhtisar dan
salinan/copy dari dokumen yang dikumpulkan, daftar atau komentar yang dibuat
atau diperoleh auditor, draft laporan hasil audit, dan sebagainya. Kertas kerja
tidak hanya berwujud kertas, tetapi dapat pula berupa pita magnetis, film, atau
media yang lain. Kertas kerja berupa salinan/copy dokumen auditi diberi cap
"COPY SESUAI ASLINYA, DIBERIKAN UNTUK AUDITOR" dan ditanda
tangani/paraf oleh petugas/counterpart yang ditugaskan manajemen.
Secara lebih rinci dokumen yang terdapat pada kertas kerja audit harus
meliputi aspekaspek berikut:
 Perencanaan
 Pengujian dan evaluasi terhadap kecukupan dan efektivitas system
pengendalian internal.
 Prosedur audit yang dilakukan, informasi yang diperoleh, analisa yang dibuat
dan kesimpulan yang dicapai oleh auditor.
 Review atas KKA
 Pelaporan hasil audit
 Monitoring tindak lanjut terhadap hasil audit

2. Persyaratan Kertas Kerja Audit


Kertas kerja audit memperlihatkan kecakapan teknis dan keahlian
professional dari auditor yang menyusunnya. Seorang auditor yang kompeten
dalam melaksanakan tugasnya akan menghasilkan kertas kerja yang bermanfaat
Agar bermanfaat, kertas kerja harus lengkap, teliti, ringkas, jelas dan rapi:
 Kertas kerja yang lengkap :
a. Berisi semua informasi utama, dengan pengertian semua
informasipenting harus dicantumkan dalam kertas kerja.
b. Tidak memerlukan penjelasan tambahan. Auditor harus mempertimbang-
kan bahwa kertas kerja akan direviu dan digunakan oleh seniornya
untukpenyusunan laporan dan reviu hasil audit.
 Auditor harus memperhatikan ketelitian dalam penulisan dan perhitungan
sehingga bebas dari kesalahan.
 Kertas kerja harus dibatasi pada informasi pokok saja yang diperlukan dan
relevan dengan tujuan audit dan disajikan secara ringkas, tidak memuat data
yang tidak perlu.
 Kertas kerja harus mampu menyajikan informasi yang jelas dan sistematis,
penggunaan istilah yang menimbulkan arti ganda perlu dihindari.
 Kerapian dalam pembuatan dan keteraturan dalam penyusunan kertas kerja
diperlukan untuk mempermudah ketua tim dan supervisor merevi hasil
pekerjaan dan menyusun laporan hasil audit.

3. Jenis Kertas Kerja


Terdapat banyak jenis kertas kerja yang ada di dalam suatu audit. Jenis-
jenis tersebut meliputi (1) kertas kerja neraca saldo, (2) skedul dan analisis, (3)
memoranda audit dan dokumentasi informasi penguat, dan (4) ayat jumal
penyesuaian dan reklasifikasi.
 Kertas Kerja Neraca Saldo
Pada contoh kertas kerja neraca saldo tersedia kolom-kolom untuk
saldo buku besar tahun berjalan (sebelum penyesuaian dan reklasifikasi audit
penyesuaian, saldo setelah penyesuaian, reklasifikasi, dan saldo akhir (telah
diaudit). Dicantumkannya saldo akhir (yang telah diaudit) tahun sebelumnya
akan mempermudah pelaksanaan proses analitis tertentu.
1. Kertas kerja neraca saldo merupakan kertas kerja yang paling penting di
dalam audit karena:
2. Menjadi mata rantai penghubung antara akun buku besar klien dan item-
item yang dilaporkan dalam laporan keuangan.
3. Memberikan dasar untuk pengendalian seluruh kertas kerja individual
4. Megindetifikasi kertas kerja spesifik yang memuat bukit audit bagi setiap
item laporan keuangan
Tidak adanya nomor akun untuk Kas menunjukkan bahwa item
laporan keuangan ini merupakan gabungan dari beberapa akun buku besar
kas. Dalam kasus seperti ini, kertas kerja awal dengan indeks A harus memuat
skedul kelompok yang menunjukkan akun baku besar apa yang telah
digabungkan untuk item atau pos laporan keuangan ini.

 Skedul dan Analisis


Istilah skedul kertas kerja (working paper schedule) dan analisis kertas
kerja (working paper analysis) digunakan secara bergantian untuk
menggambarkan setiap kertas kerja yang memuat bukti yang mendukung
item-item dalam kertas kerja neraca saldo. Dalam paragraf sebelumnya telah
disebutkan bahwa apabila beberapa akun buku besar digabung untuk tujuan
pelaporan, maka hanis douan sebuah skedul kolompok terhestale alau sering
juga disebut sebagai skedul utama (lead whedale) Selain mumkan akun
masing-masing hiku bor yang adat dalam kelompok enefitskodal taro juga
mengindenutikau kalul atan analisis kertas kerja individu yang memuat bukti
audit yang diperoleh untuk masing-masing akun dalam kelompok tersebut.
Setiap skedul atau analisis seringkali menunjukkan komposisi saldo
akun pada tanggal neraca (atau pada tanggal lain menung kepentingan audit)
seperti yang terdapat pada kertas kerja A-1 pada contoh kertas kerja kas
terintegrasi. Contoh lain berupa sebuah daftar saldo pelanggan yang terdiri
dari saldo akun pengendali piutang usaha serta sebuah daftar investasi yang
terdiri dari saldo akun sekuritas yang dapat diperdagangkan.

 Memoranda Audit dan Informasi Penguat


Memoranda audit (audit memoranda) merujuk pada data tertulis yang
disusun oleh auditor dalam bentuk naratif. Memoranda meliputi komentar-
komentar atas pelaksanaan prosedur-prosedur audit yang meliputi (1) lingkup
pekerjaan, (2) temuantemuan, dan (3) kesimpulan audit. Sebagai contoh,
auditor dapat menulis sebuah memo yang berisikan ikhtisar dari lingkup
konfirmasi, tanggapan konfirmasi, temuan-temuan, dan kesimpulan audit
berdasarkan bukti-bukti yang diperoleh.
Selain itu, auditor juga dapat menyusun memoranda audit untuk
mendokumentasikan informasi penguat sebagai berikut:
1. Salinan risalah rapat dewan direksi
2. Representasi tertulis dari manajemen dan para pakar yang berasal dari
luar organisasi
3. Salinan kontrak-kontrak penting
4. Ayat Jurnal Penyesuaian dan Ayat Jurnal Reklasifikasi
Ayat jurnal penyesuaian (adjusting entries) merupakan koreksi atas
kesalah klien sebagai akibat pengabaian atau salah penerapan GAAP. Oleh
karena itu, pada akhirnya ayat jurnal penyesuaian secara sendiri-sendiri atau
bersama-sama akan dianggap material, dengan harapan akan dicatat olch
klien sehingga saldo buku besar dapat disesuaikan. Sebaliknya, ayat jurnal
reklasifikasi berkaitan dengan penyajian laporan keuangan yang benar dengan
saldo akun yang sesuai. Pada dasarnya ayat jurnal reklasifikasi hampir sama
dengan ayat jurnal penyesuaian, namun pengaruh material pada ayat jurnal
reklasifikasi masih harus dibuat terlebih dahulu.
Ikhtisar ayat jurnal penyesuaian dan ayat jurnal reklasifikasi pada
awalnya dirancang sebagai "ayat jumal yang diusulkan", karena pertimbangan
akhir yang harus dibuat auditor atas ayat jurnal tersebut mungkin tidak akan
terjadi sampai audit tersebut berakhir. Pada akhirnya susunan setiap ayat
jurnal yang diusulkan terschut harus dicatat dalam kertas kerja. Namun,
apabila klien menolak untuk membuat ayat jurnal penyesuaian dan ayat jrunal
reklasifikasi yang dianggap penting oleh auditor, maka auditor akan
melakukan modifikasi seperlunya atas laporan auditor.

4. Menyusun Kertas Kerja


Teknik-teknik dasar yang harus diperhatikan untuk menyusun kertas kerja
yang baik adalah sebagai berikut ini:
 Judul (heading). Setiap kertas kerja harus memuat nama klien, judul
deskriptif yang dapat mengidentifikasi isi dari kertas kerja tersebut, seperti
"Rekonsilisasi Bank-City Nasional Bank", serta tanggal neraca atau periode
yang menjadi ruang lingkup audit.
 Nomor Indeks (index number). Setiap kertas kerja diberi nomor indeks atau
nomor referensi untuk tujuan identifikasi atau pengarsipan, seperti A-1, B-1,
dan seterusnya
 Referensi silang (cross-referencing). Data dalam kertas kerja yang diambil
dari kertas kerja lainnya atau yang digunakan dalam kertas kerja lain harus
diberi referensi silang.
 Tanda koreksi (tick marks). Tanda koreksi berupa simbol-simbol seperti
tanda pengecekan () yang digunakan dalam kertas kerja, menunjukkan dalam
auditor telah melaksanakan sejumlah prosedur pada item-item dimana tanda
pengecekan tersebut diberikan, atau dapat juga berarti bahwa informasi
tambahan tentang item tersebut dapat diperoleh pada bagian lain dalam kertas
kerja tersebut.
 Tanda tangan dan tanggal (signature and dates). Setelah menyelesaikan
masing-masing tugasnya, penyusun maupun pe-review kertas kerja tersebut
harus membubuhkan paraf dan tanggal pada kertas kerja tersebut. Hal ini
diperlukan untuk menetapkan tanggung jawab atas pekerjaan dan review yang
dilaksanakan.

5. Mereview Kertas Kerja


Terdapat beberapa tingkatan dalam melakukan review kertas kerja dalam
suatu kantor CPA. Review tingkat pertama dilakukan oleh supervisor dari
penyusun, seperti atasan atau manajemya. Review dilakukan apabila pekerjaan
pada segmen tertentu dalam suatu audit telah diselesaikan. Pihak yang melakukan
review terutama menekankan perhatian pada lingkup pekerjaan yang dilakukan,
bukti dan temuan yang diperoleh, serta kesimpulan yang tela dicapai olch
penyusun Review lainnya dilakukan atas kertas kerja apabila pekerjaan lapangan
telah diselesaikan semuanya.
6. Pengarsipan Kertas Kerja
Pada umumnya kertas kerja diarsipkan menunit dua kategori sebagai
berikut; (1) file permanen dan (2) file tahun berjalan. File permanen (permanent
file) memuat data yang diharapkan tetap bermanfaat bagi auditor dalam banyak
perikatan dengan klien di masa mendatang. Sebaliknya, file tahun berjalan
(current file) memuat informasi penguat yang berkenaan dengan pelaksanaan
program audit tahun berjalan saja.
Pada umumnya item-item yang dijumpai dalam berkas permanen ialah:
 Salinan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga klien
 Bagan akun dan manual atau pedoman prosedur
 Struktur organisasi
 Tata letak pabrik, proses produksi, dan produk-produk utama
 Ketentuan-ketentuan dalam modal saham dan penerbitan obligasi
 Salinan kontrak jangka panjang, seperti sewa guna usaha, rencana pensiun.
perjanjian pembagian laba dan bonus
 Skedul amortisasi kewajiban jangka panjang serta penyusutan aktiva pabrik
 Ikhtisar prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan oleh klien

7. Kepemilikan dan Penyimpanan Kertas Kerja


Kertas kerja menjadi milik kantor akuntan, bukan milik klien atau pribadi
auditor. Namun hak kepemilikikan oleh kantor akuntan tersebut masih tunduk
pada pembatasanpembatasan yang diatur dalam kode etik profesi auditor itu
sendiri. Peraturan 301, code of professional conduct dari AICPA menentukan
bahwa scorang CPA dilarang untuk mengungkapkan setiap informasi rahasia
yang diperoleh selama pelaksanaan penugasan profesional tanpa seizin klien,
kecuali untuk kondisi tertentu sebagaimana ditetapkan dalam peraturan.
Penyimpanan kertas kerja terletak pada tangan auditor, dimana ia
bertanggung jawab untuk menyimpannya dengan aman. Kertas kerja yang
tergolong sebagai file permanen akan disimpan untuk waktu yang tak terbatas.
Sedangkan kertas kerja yang tergolong sebagai file tahun berjalan akan disimpan
selama file tersebut dibuuhkan oleh auditor untuk melayani klien atau diperlukan
untuk memenuhi persyaratan hukum sebagai retensi catatan. Ketentuan mengenai
batasan waktu penyimpanan jarang yang melampui waktu enam bulan.
Hal-hal yang membuat auditor dapat memberikan informasi tentang
klien kepada pihak lain adalah:
 Jika klien tersebut menginginkannya,
 Jika misalnya praktek kantor akuntan dijual kepada akuntan publik lain, jika
kertas kerjanya diserahkan kepada pembeli harus atas seizin klien.
 Dalam perkara pengadilan (dalam perkam pidana).
 Dalam program pengendalian mutu, profesi akuntan publik dapat menetapkan
keharusan untuk mengadakan peer review di antara sesama akuntan publik.
Untuk mereview kepatuhan auditor terhadap standar auditing yang berlaku,
dalam peer review informasi yang tercantum dalam kertas kerja diungkapkan
kepada pihak lain (kantor akuntan public laini tanpa memerlukan izin dari
klien yang bersangkutan denean kertas keria tersebut.

Anda mungkin juga menyukai