Anda di halaman 1dari 7

RMK Pengauditan I

CHAPTER 6
AUDIT EVIDENCE

(BUKTI AUDIT)

Disusun oleh:
Moh. Gofaldi (A031191138)
Akhmad Qusyairi Amiruddin (A031191167)
Jennifer Angliani (A031191091)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
A. Bukti Audit Dan Asersi
Bukti audit adalah semua informasi yang digunakan oleh auditor dalam pembuatan
kesimpulan (opini) dibuat. Bukti audit termasuk di dalamnya adalah: (1). catatan
akuntansi yang menghasilkan laporan keuangan, dan (2). Informasi lainnya yang
berhubungan/terkait dengan catatan akuntansi dan pendukung alasan logis dari auditor
tentang laporan keuangan yang layak. Untuk itu, auditor harus memperoleh bahan bukti
audit yang cukup dan kompeten sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan
pendapat.
Terdapat lima asersi manajemen yang di jelaskan dalam GAAS (Generally
Accepted Auditing Standard), yaitu:
1. Eksistensi atau keterjadian (Existence or Occurrence)
2. Kelengkapan (Completeness)
3. Hak dan Kewajiban (Rights and Obligations)
4. Penilaian atau alokasi (Valuation or Allocation)
5. Penyajian dan pengungkapan (Presentation dan Disclosure)
Adapun tujuan dari audit secara spesifik dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:
1) Tujuan audit berkait-transaksi. Dimaksudkan untuk berfungsi sebagai kerangka
kerja bagi auditor dalam mengumpulkan bahan bukti kompeten yang cukup
dibutuhkan oleh standar pekerjaan lapangan dan memutuskan bahan bukti yang
pantas untuk dikumpulkan sesuai dengan penugasan. Ada 5 tujuan audit yaitu:
 Eksistensi. Tujuan ini berkenaan dengan apakah transaksi yang tercatat
memang secara aktual terjadi
 Kelengkapan. Tujuan ini menyangkut apakah seluruh transaksi yang
seharusnya ada dalam jurnal secara aktual telah dimasukkan.
 Akurasi. Tujuan ini menyangkut keakuratan informasi untuk transaksi
akuntansi tercatat dengan nilai yang benar.
 Cut-off. Tujuan ini untuk mencatat transaksi ke dalam periode akuntansi
yang benar.
 Klasifikasi. Tujuan ini untuk mencatat semua transaksi sesuai dengan
kelompok dan golongan yang tepat.
2) Tujuan audit berkait-saldo. Tujuan dari audit berkait saldo diterapkan kepada
saldo akun, sedangkan tujuan audit berkait transaksi diterapkan kepada jenis
atau golongan transaksi. Tujuan audit berkait-saldo terbagi menjadi:
 Eksistensi. Tujuan ini menyangkut apakah angka-angka yang
dimasukkan dalam laporan keuangan memang seharusnya dimasukkan.
 Kelengkapan. Tujuan ini menyangkut apakah semua angka-angka yang
seharusnya dimasukkan memang diikutsertakan secara lengkap.
 Hak dan Kewajiban. Aktiva harus dimiliki sebelum dapat diterima untuk
dicantumkan dalam laporan keuangan, demikian pula dengan kewajiban
harus menjadi milik suatu entitas.
 Penilaian atau alokasi. Pengklasifikasian dan penilaian terhadap pos-
pos sesuai dengan alokasi yang tercatat secara akurat sesuai dengan
pisah batas dan realisasi.
3) Pengungkapan tujuan audit. Ketika merencanakan audit atas siklus
pendapatan, auditor akan mengembangkan tujuan audit khusus untuk
pengungkapan catatan. Tujuan ini adalah sebagai berikut:
 Kejadian dan Hak kewajiban. Pendapat yang diungkapkan peristiwa
transaksi telah terjadi dan berkaitan dengan entitas.
 Kelengkapan. Semua pegungkapan pendapatan dan piutang yang
seharusnya dimasukkan ke dalam laporan keuangan telah disertakan.
 Klasifikasi dan dapat dimengerti. Informasi keuangan tentang
pendapatan disajikan dengan tepat dan informasi dalam pengungkapan
diungkapkan dengan jelas.
 Akurat dan penilaian. Informasi keuangan lainnya tentang pendapatan
dan piutang diungkapkan secara akurat dan pada jumlah yang sesuai

B. Bukti Kompeten Yang Cukup


1) Kecukupan bukti audit. Merupakan ukuran kuantitas bukti audit. Faktor faktor
yang mempengaruhi pertimbangan auditor tentang kecukupan meliputi:
 Materialitas. mengacu pada pentingya kelas transaksi, saldo akun, dan
pengungkapan kepada pengguna laporan keuangan.
 Risiko kesalahan penyajian material. Mengacu pada risiko yang melekat
bahwa suuatu pernyataan mungkin salah dan risiko pengendalian bahwa
pengendalian internal akan gagal untuk mencegah atau mendeteksi salah saji
matterial dalam suatu asersi.
 Besar kecilnya populasi. Mengacu pada jumlah item yang terdapat dalam
populasi tersebut, seperti jumlah transaksi penjualan pada jurnal penjualan.
2) Kompetensi Bukti Audit. Kompetensi adalah ukuran kualitas, atau keandalan,
bukti audit. Agar kompeten , bukti harus relevan dengan asersi tersebut.
 Relevansi bukti audit. Bahwa bukti harus berkaitan dengan asersi
manajemen dalam laporan keuangan.
 Faktor lain yang berkaitan dengan keandalan bukti audit selain relevan.
Bukti audit dapat diandalkan dan dapat dipercaya.
C. PROSEDUR AUDIT
Prosedur audit (audit procedures) adalah metode atau teknik yang digunakan oleh para
auditor untuk mengumpulkan dan mengevaluasi bahan bukti yang mencukupi dan
kompeten.
Auditor melakukan prosedur audit untuk mencapai tujuan:
 Untuk memperoleh pemahaman tentang entitas dan lingkungannya, termasuk
pengendalian internal, untuk menilai risiko kesalahan penyajian material pada
tingkat laporan keuangan dan pada asersi.
 Untuk menguji efektivitas operasi penngendalian dalam mencegah atau
mendeteksi salah saji material pada tingkat asersi (pengujian pengendalian)
 Untuk mendukung suatu asersi atau mendeteksi salah saji mmaterial pada
tingkat asersi (pengujian substantif).
Adapun jenis-jenis prosedur audit adalah:
1. Inspeksi dokumen dan catatan (inspection of documents and records).
Terbagi menjadi 2:
 Pemeriksaan bukti pendukung (vouching) meliputi: (1) Pemilihan ayat
jurnal dalam catatan akuntansi (2) mendapatkan serta memeriksa
dokumentasi yang digunakan sebagai dasar ayat jurnal tersebut untuk
menentukan validitas dan ketelitian pencatatan akuntansi. Prosedur
vouching digunakan untuk mendeteksi adanya salah saji berupa penyajian
yang lebih tinggi dari seharusnya dalam catatan akuntansi.
 Penelurusan (tracing) yang sering disebut sebagai penelusuran ulang,
auditor (1) memilih dokumen yang dibuat pada saat transaksi dilaksanakan
(2) menentukan bahwa informasi yang diberikan oleh dokumen tersebut
telah dicatat dengan benar dalam catatan akuntansi (jurnal dan buku
besar). Arah pengujian ini berawal dari dokumen menuju ke catatan
akuntansi.
2. Inspeksi aktiva berwujud (inspection of tangible assets) meliputi
pemeriksaan rinci terhadap dokumen dan catatan, serta pemeriksaan
sumberdaya berwujud. Dengan melakukan inspeksi atas dokuen, auditor dapat
menetukan ketepatan persyaratan dalam faktur atau kontrak yang memerlukan
pengujian atas transaksi akuntansi tersebut.
3. Pengamatan (observtion) berkaitan dengan memperhatikan pelaksanaan
beberapa kegiatan atau proses yang bertujuan untuk memperoleh pemahaman
atas pengendalian intern.
4. Permintaan keterangan (Inquiry) meliputi permintaan keterangan secara lisan
atau tertulis oleh auditor, umumnya berupa pertanyaan yang timbul setelah
dilaksanakannya prosedur analitis kepada manajemen atau karyawan dan
meminta keterangan pada pihak ekstern seperti penasehat hukum.
5. Konfirmasi (confirmations) adalah bentuk permintaan keterangan yang
memungkinkan auditor memperoleh informasi secara langsung dari sumber
independen di luar organisasi klien (pihak ke 3).
6. Perhitungan ulang (Recalculation). Memeriksa perhitungan matematika yang
akurat atas dokumen atau catatan. Biasanya auditor menggunakan audit
software dalam melakukan perhitungan ulang dan membandingkannya dengan
catatan yang terdapat di buku besar.
7. Pelaksanaan ulang (Reperformance). Perhitungan dan rekonsiliasi yang
dibuat oleh klien dilakukan pengecekan dan di hitung ulang, untuk menentukan
proses yang telah sesuai dengan pengendalian intern yang telah dirumuskan.
8. Prosedur analitis (analytical procedures). Terdiri dari penelitian dan
perbandingan hubungan antara data. Prosedur ini meliputi perhitungan dan
penggunaan rasio-rasio sederhana, analisis vertikal atau laporan persentase,
perbandingan jumlah yang sebenarnya dengan data historis atau anggaran.
9. Teknik audit berbantuan komputer (Computer-assisted audit
techniques/CAAT). Bila catatan akuntansi klien menggunakan media elektronik,
maka auditor harus memeriksa prosedur analitis, mengevaluasi, memilih
sampling transaksi dan mencoba data uji program klien untuk menentukan
apakah pengendalian intern telah berfungsi

D. Empat Keputusan Tentang Prosedur Audit


1. Staffing dan pengawasan audit. Ingat bahwa tingkat risiko laporan keuangan
biasanya memiliki dampak yang luas pada banyak transaksi dan pernyataan.
2. Sifat prosedur audit. Keputusan umum melibatkan pilihan prosedur audit. Secara
umum, ketika risiko salah saji material tinggi, auditor akan berusaha untuk
memperoleh bukti yang sangat andal.
3. Waktu prosedur audit. Keputusan tentang waktu prosedur audit melibatkan
apakah prosedur audit akan dilakukan pada tanggal interim atau akhir tahun fiskal.
4. Tingkat prosedur audit. Auditor harus membuat keputusan tentang seberapa luas
prosedur audit seharusnya.
E. Mendokumentasikan Keputusan Audit dan Bukti Audit
PROGRAM AUDIT (AUDIT PROGRAM)
Standar audit yang berlaku umum menyatakan bahwa dalam merencanakan audit,
auditor harus mempertimbangkan sifat, luas, dan saat pekerjaan yang harus
dilaksanakan serta harus mempersiapkan suatu program audit tertulis untuk setiap
audit. Program audit tersebut menyatakan bahwa prosedur audit yang diyakini oleh
auditor merupakan hal yang penting untuk mencapai tujuan audit. Bentuk program audit
akan sangat beragam tergantung pada kondisi audit, praktik, serta kebijakan kantor
akuntan tersebut.
Maksud suatu program audit adalah untuk mengatur secara sistematis prosedur
audit yang akan dilaksanakan selama audit berlangsung. Auditor menentukan tujuan
audit spesifik yang telah dikembangkan berdasarkan asersi audit ketika
mengembangkan program audit.

KERTAS KERJA (WORKING PAPERS)


Kertas kerja sebagai catatan yang disimpan oleh auditor tentang prosedur audit yang
ditetapkan pengujian yang dilaksanakan, informasi yang diperoleh dan kesimpulan tentang
masalah yang dicapai dalam audit.
Adapun jenis kertas kerja meliputi:
1. Kertas kerja neraca saldo/ merupakan kertas kerja yang paling penting di dalam
audit.
 Karena menjadi mata rantai penghubung antara akun buku besar klien dan
item-item yang dilaporkan dalam laporan keuangan.
 Memberikan dasar untuk pengendalian seluruh kertas kerja individual
 Mengidentifikasi kertas kerja spesifik yang memuat bukti audit bagi setiap
item laporan keuangan.
2. Skedul dan analisis; digunakan secara bergantian untuk menggambarkan setiap
kertas kerja yang memuat bukti yang mendukung item-item dalam kertas kerja
neraca saldo.
3. Memoranda audit dan dokumentasi informasi penguat, merujuk pada data tertulis
yang disusun oleh auditor dalam bentuk naratif. Memoranda meliputi komentar atas
pelaksanaan prosedur audit yang meliputi (1) lingkup pekerjaan (2) temuan-temuan
(3) kesimpulan audit.
4. Ayat jurnal penyesuaian dan reklasifikasi. Ayat jurnal penyesuaian merupakan
koreksi atas kesalahan klien sebagai akibat pengabaian atau salah penerapan
GAAP, sedangkan ayat jurnal reklasifikasi berkaitan dengan penyajian laporan
keuangan yang benar dengan saldo akun yang sesuai.

Anda mungkin juga menyukai