TINJAUAN PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sikap independen harus ada dalam setiap tahap tugas auditor mulai dari
pengujian audit, mengevaluasi hasil audit dan mengeluarkan laporan audit.
9
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 10
Bukti tersebut dapat berupa kesaksian lisan (yang diberikan oleh auditan),
komunikasi tertulis dengan outsiders dan observasi yang dilakukan oleh auditor,
sedangkan kriteria yang dipakai untuk mengevaluasi informasi akan berbeda-beda
tergantung pada informasi yang akan diaudit.
Dari pengertian audit, dapat dibentuk beberapa karakteristik audit sebagai
berikut :
1. Audit merupakan suatu proses yang sistematis, yang terdiri atas
serangkaian langkah/ prosedur terstruktur.
2. Audit adalah proses membandingkan informasi perusahaan yang dapat
dikualifikasi dengan kriteria yang telah ditetapkan.
3. Audit mengumpulkan dan mengevaluasi secara objectif bukti-bukti yang
diperlukan.
4. Audit dilakukan oleh pihak yang mempunyai kompetensi dan
independensi.
5. Auditor mengkomunikasikan hasil temuan audit pada pemakai laporan
keuangan.
Keuangan (SAK). Hasil audit berupa laporan audit yang merupakan opini
auditor mengenai tingkat kewajaran laporan keuangan.
Detail Tie-In
Detail yang terdapat dalam saldo akun (account balance) harus cocok
dengan jumlah yang terdapat dalam master file. Apabila detail tersebut
dijumlahkan, cocok dengan totalnya, kemudian total tersebut harus cocok
dengan total yang ada dalam buku besar.
Realizeble Value
Aktiva dicantumkan berdasarkan nilai yang diperkirakan akan
direalisasikan.
Rights and Obligations
Rights
Selain suatu aktivitas harus ada, hampir sebagian besar aktiva harus
dimiliki untuk dapat dicantumkan dalam laporan keuangan.
Obligations
Menyatakan bahwa kewajiban harus benar-benar merupakan hutang
perusahaan.
Presentation and disclosure
Saldo-saldo akun dan kewajiban, pengungkapan yang berhubungan
disajikan dengan benar pada akun laporan keuangan.
Jadi, definisi baru tersebut menekankan internal auditor untuk memberi nilai
tambah dalam membantu organisasi dengan lebih mengutamakan risiko usaha,
pengendalian dan pengaturan.
Dari definisi diatas, terdapat lima konsep kunci internal audit, yaitu :
independen, kegiatan usaha, diadakan dalam organisasi, layanan jasa bagi
organisasi dan menguji serta menilai pengawasan.
Menurut Hiro Tugiman (2000:6), perbandingan konsep kunci pengertian
internal audit adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1
Lama 1947 Baru 1999
1. Fungsi penilaian independen 1. Suatu aktivitas independen
yang dibentuk dalam suatu objektif
organisasi
2. Fungsi penilaian 2. Aktivitas pemberian jaminan
keyakinan dan konsultasi
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 17
Menurut Hiro Tugiman (1999), manfaat internal auditor ditinjau dari segi
hukum dan sudut pandang yang benar-benar defensif adalah mengevaluasi baik
tidaknya pengendalian internal serta melaporkan hasilnya kepada manajemen dan
atau dewan komisaris perusahaan.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 20
Manfaat internal audit ini berbeda dengan eksternal audit, perbedaaannya dilihat
dari berbagai aspek pelayanan yaitu sebagai berikut (Barlow,1995:45, seperti
dikutip oleh Hiro Tugiman, 2000:8) :
Tabel 2.2.
Aspek Internal Eksternal
Konsumen Manajer/Komite Audit Pemegang saham
Fokus Risiko Usaha Risiko laporan keuangan
Orientasi Saat ini dan yang akan Yang lalu sampai saat ini
datang
Pengendalian Langsung Tidak langsung
Kecurangan Langsung Tidak langsung
Kebebasan Objectivitas Berdasarkan status
Kegiatan Proses yang sedang Tiap periode akuntansi
berjalan
1) Perencanaan audit
Untuk memenuhi tanggung jawab auditnya, internal audit harus menyusan
rencana kerja. Rencana kerja audit merupakan rumusan sasaran dan tujuan
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 26
2) Pelaksanaan audit
Kegiatan audit meliputi aspek waktu, mutu, prose dan koordinasi audit. Tahap
pelaksanaan audit meliputi persiapan, pelaksanaan audit, audit berkelanjutan
dan pelaporan hasil audit.
1) Persiapan
Tujuan persiapan audit adalah untuk memperolehinformasi umum objek
yang diaudit, sebagai dasar penyusunan audit. Persiapan audit meliputi :
1) Pembicaraan pendahuluan dengan pimpinan objek yang diaudit.
2) Pengumpulan informasi umum objek yang diaudit, sebagai bahan
untuk menyusun program kerja audit pendahuluan yang berupa
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 27
2) Pelaksanaan audit
Auditor harus melaksanakan prosedur audit sesuai dengan program kerja
yang disusun pada setiap tahap audit. Setiap pelaksanaan prosedur audit
dicatat dalam kertas kerja audit, yang akan di-review secara berjenjang
oleh ketua tim audit, supervisor audit.
Pengendalian pelaksanaan audit perlu untuk menjaga ketetapan waktu
pelaksanaan program kerja audit tahunan, terutama mengenai saat
selesainya penugasan audit, mencegah terjadinya tumpang tindih
pelaksanaan audit di lapangan dengan aparat pengawasan fungsional lain,
mencegah perluasan audit secara tidak terkendali, mencegah timbulnya
ekses lain yang tidak diinginkan.
3) Audit lanjutan
Tujuan dilaksanakannya audit lanjutan adalah mengembangkan temuan
yang merupakan landasan utama dalam menyusun laporan, menilai apakah
objek yang diaudit dapat mencapai tujuan secara efisien dan efektif.
Temuan yang dapat disampaikan kepada pihak pemakai laporan harus
cukup berarti, berdasarkan fakta dan bukti-bukti relevan dan kompeten,
dikembangkan secara objektif, berdasarkan audit yang memadai guna
mendukung setiap kesimpulan yang dinyatakan secara menyakinkan.
Laporan hasil audit disusun oleh ketua tim audit dan di-review oleh
supervisor. Selanjutnya, konsep laporan ini didiskusikan dengan pimpinan objek
yang diaudit, setelah disetujui, kemudian diproses untuk diterbitkan.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 29
Syarat laporan hasil audit menurut norma pelaporan audit, antara lain :
(1) Memuat temuan dan kesimpulan audit secara objektif dan saran tindak
lanjut bersifat konstruktif
(2) Lebih mengutamakan usaha perbaikan atau penyempurnaan daripada
kritik
(3) Mengungkapkan hal-hal yang masih merupakan masalah yang belum
dapat diselesaikan sampai berakhirnya audit
(4) Mengemukakan suatu prestasi atau tindakan perbaikan yang telah
diterapakan di unit kerja lain
(5) Menjelaskan hasil audit kepada pejabat objek yang diaudit
Berdasarkan hasil audit, auditor menerbitkan laporan hasil audit yang memuat
informasi dan rekomendasi perbaikan kepada manajemen.
Menurut pendapat Arens yang disadur oleh Amir Abadi Yusuf (1993,306) tujuan
pengendalian sebagai berikut :
Transaksi yang dicatat adalah absah (keabsahan)
Struktur pengendalian internal tidak boleh memungkinkan dimasukkannya
transaksi fiktif atau transaksi yang tidak ada dalam jurnal atau catatan
akuntansi yang lain.
Transaksi diotorisaai dengan pantas (otorisasi)
Jika terdapat transaksi yang tidak diotorisasi, dapat menyebabkan transaksi
yang curang dan akan berdampak pula pada pemborosan dan perusakan aktiva
perusahaan.
Transaksi yang terjadi telah dicatat (kelengkapan)
Prosedur klien harus mencegah penghilangan transaksi ke dalam catatan.
Transaksi dinilai dengan pantas (penilaian)
Sistem pengendalian internal yang memadai mencakup prosedur untuk
menghindari kekeliruan dalam perhitungan dan pencatatan jumlah transaksi di
berbagai tahap dalam proses pencatatan.
Transaksi diklasifikasikan dengan pantas (klasifikasi)
Klasifikasi perkiraan yang pantas sesuai dengan banyaknya perkliraan klien
yang dibuat dalam jurnal. Jika laporan keuangan ingin dinyatakan wajar
klasifikasi juga mencakup kategori seperti divisi dan produk.
Transaksi dicatat pada waktu yang sesuai (tepat waktu)
Pencatatan transaksi baik sebelum atau sesudah waktu terjadinya,
memperbesar kemungkinan transaksi tidak di catat atau tidak sesuai dengan
jumlah yang semestinya. Jika terjadi pencatatan lebih dulu atau terlambat pada
akhir periode laporan keuangan akan menjadi salah saji.
Transaksi dimasukkan ke berkas induk dengan pantas dan diikhtisarkan
dengan benar (posting dan pengikhtisaran)
Proses akuntansi mencakup transaksi, mengikhtisarkan berdasarkan jenisnya
dalam bentuk jurnal dan berdasarkan perkiraan yang terdapat dalam buku
besar dan berkas induk.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 34
1) Lingkungan pengendalian
Lingkungan pengendalian merupakan dasar bagi komponen pengendalian
internal lainnya. Tindakan, kebijakan dan prosedur yang mencerminkan
keseluruhan sikap manajemen puncak, direktur dan komisaris, pemilik suatu
badan usaha terhadap pengendalian operasi perusahaan.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 35
2) Perkiraan risiko
Merupakan proses dalam mengidentifikasi, menganalisa, mengatur risiko yang
mempengaruhi tujuan perusahaan secara keseluruhan. Hal ini juga dinyatakan
oleh Bodnar and Hopwood (1995:179) :
“Risk assessment, the second of the five components of internal control, is
the proses of identifying, analyzing and managing risks that affect the
company’s objectives”.
3) Aktivitas pengendalian
Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur sebagai
tambahan dari keempat komponen pengendalian internal lainnya, untuk
memberikan keyakinan memadai bahwa tujuan tertentu satuan usaha akan
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 38
5) Pemantauan
Pemantauan merupakan tindak lanjut yang digunakan sebagai
tambahan keempat komponen pengendalian internal lainnya, untuk
memberikan keyakinan memadai bahwa tujuan tertentu satuan usaha akan
tercapai. Misalnya, fungsi internal audit, pada umumnya berfungsi memantau
dan mengevaluasi pengendalian internal dalam perusahaan, bahkan sekarang
lebih ditekankan pada upaya perbaikan kinerja perusahaan guna mencapai
tujuan perusahaan secara keseluruhan.
terjadi persekongkolan baik antara orang orang dalam satuan usaha atau
dengan pihak di luar satuan usaha tersebut, atau jika manajemen
melanggar kebijakan dan prosedur yang ada.”
Definisi ini hampir sama dengan yang dinyatakan oleh Cashin (1988:25,2)
yaitu :
“...receivables are all claims against others collectible in money, goods
(i.e; deposits or purchases) and services (i,e; prepaid expenses such as
insurance).”
barang atau jasa dari pihak penjual ke pihak pembelian. Pada umumnya,
penjualan dilakukan secara tunai dan kredit. Dalam penjualan tunai, pihak
pembeli langsung melakukan pembayaran pada saat barang atau jasa diserahkan
penjual dan menjadi haknya. Sebaliknya, dalam penjualan kredit, pihak pembeli
tidak langsung melakukan pembayaran pada saat barang atau jasa diserahakan
penjualan dan menjadi haknya. Akibatnya timbul piutang.
Piutang merupakan kewajiban pihak pembeli terhadap penjual. Piutang
usaha merupakan piutang yang terjadi akibat transaksi penjualan barang atau jasa
dalam kegiatan normal. Piutang di luar usaha merupakan piutang yang tidak
terjadi karena penjualan barang atau jasa. Misalnya, piutang yang timbul
karenapemberian pinjaman kepada pihak ketiga, klaim asuransi, retitusi pajak,
royalti, dll. Piutang dalam hubungan istimewa merupakan piutang yang timbul
akibat adanya hubungan istemewa perusahaan dengan pihak terutang.
Sebagian besar perusahaan, melakukan penjualannya secara kredit
sehingga semakin besar nilai penjualannya maka semakin besar pula nilai
piutangnya. Dengan demikian, sebagian besar aktiva perusahaan dalam bentuk
piutang, artinya penjualan dan penagihan piutang merupakan salah satu faktor
utama penentu kelangsungan hidup perusahaan. Penagiahan piutang yang
terkendali, akan membawa dampak positif bagi perkembangan perusahaan.
Piutang dalam arti luas merupakan semua hak atau klaim terhadap pihak
lain atas uang, barang atau jasa. Untuk tujuan akuntansi, piutang diartikan lebih
sempit yaitu sebagai klaim yang diharapkan akan diselesaikan melalui penerimaan
kas.
Piutang usaha merupakan akun penting dalam neraca karena merupakan
bagian aktiva perusahaan yang cukup besar. Data mengenai piutang usaha, baik
kualitas maupun jangka waktu kredit yang diberikan mencerminkan besarnya
investasi daalam piutang usaha. Semakin besar penjualan kredit dalam suatu
periode, semakin besar pula investasi dalam piutang usaha. Dengan demikian,
semakin panjang masa kredit yang diberikan, semakin besar pula investasi dalam
piutang tersebut.
Peningkatan investasi piutang usaha yang disebabkan karena lamanya
masa kredit tanpa disertai alasan tertentu yang dapat diterima, menunjukkan
prestasi manajemen yang kurang baik karena perusahaan menjadi tidak likuid
(ketersediaan uang kas dalam perusahaan).
Dengan demikian, pengendalian terhadap penagihan piutang perusahaan
sangat penting dalam perusahaan. Pengendalian piutang usaha dimulai sebelum
ada persetujuan pengiriman barang dagang, sampai setelah penyiapan dan
penerbitan faktur, dan diakhiri dengan penagihan hasil penjualan.
Ada tiga bidang pengendalian umum yang berpengaruh terhadap
pengendalian penagihan piutang perusahaan untuk menciptaakan pengendalian
internal yang memadai, yaitu :
1) Pemberian kredit
Kebijaksanaan kredit dan syarat penjualan harus diberikan kepada pelanggan
yang memenuhi kriteria tertentu (keadaan keuangan yang baik) sehingga tidak
menimbulkan risiko besar akibat pemberian kredit.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 53
2) Penagihan
Upaya penagihan piutang harus dilakukan sebagai usaha memperoleh
pembayaran sesuai dengan syarat penjualan.
3) Penetapan dan penyelengaraan pengendalian internal yang layak
Prosedur penagihan piutang yang telah diadministrasikan dengan baik dan
wajar, tidak menjamin adanya pengendalian piutang yang baik. Misalnya
masih ada kemungkinan penyerahan barang tanpa faktur atau penerimaan hasil
penagihan piutang tidak diterima perusahaan. Untuk itu, diperlikan suatu
pengendalian internal yang memadai.
Ini sudah di black list oleh perusahaan lain, karena sulit melunasi
hutangnya. Hal ini dapat terjadi karena penbgendalian internal yang tidak efektif,
mencakup informasi tentang syarat-syarat pelanggan yang layak diberi kredit,
otorisasi yang tidak semestinya, lemahnya segregation of duties, dll. Akibatnya
kinerja perusahaan kurang baik, ditandai dengan lemahnya likuiditas perusahaan,
terganggunya aktivitas perusahaan, dll. Kinerja perusahaan ini menjadi perhatian
internal auditor dan dimasukkan dalam saran-saran maupun rekomendasi, yang
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 54