Anda di halaman 1dari 46

BAB II.

TINJAUAN PUSTAKA

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Audit

Pengertian audit menurut Arens dan loebbecke (2000:9) sebagai berikut :


“Auditing is the accumulating and evaluation of evidence about
information to determine and report on the degree of correspondence
between the information and established criteria. Auditing should be done
by a competent independent person.”

Pengertian audit menurut Cushing (1997:538) sebagai berikut :


“Auditing is a systematic process of objectively obtaining and evaluating
evidence regarding assertions about economicactions and events to
ascertain the degree of correspondance between those assertions and
established criteria and comunicating the results to interest user.”

Dari pengertian diatas, dapat diartikan bahwa audit merupakan proses


pengakumulasian dan pengevaluasian bukti informasi untuk menentukan tingkat
kesesuaiannya dengan kriteria yang telah ditentukan. Oleh karena itu, audit harus
dilakukan oleh orang yang independen.

Pengertian independen menurut Messier, Jr, adalah sebagai berikut


(Messier, Jr, seperti dikutip oleh Cashin, 1988:34) :
“Independence embrances the state or quality of being unimpaired, or
free from the control or influence of interested parties. This will insured
that all benefits of objectivity are realized.”

Sikap independen harus ada dalam setiap tahap tugas auditor mulai dari
pengujian audit, mengevaluasi hasil audit dan mengeluarkan laporan audit.

9
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 10

Auditor harus mengumpulkan evidence dan mengevaluasinya, Arens dan


Loebbecke (2000:10) mendefinisikan evidence sebagai berikut :
“Evidence is any information used by the auditor to determine whether
the information being audited esstated in accordance with the established
criteria.”

Bukti tersebut dapat berupa kesaksian lisan (yang diberikan oleh auditan),
komunikasi tertulis dengan outsiders dan observasi yang dilakukan oleh auditor,
sedangkan kriteria yang dipakai untuk mengevaluasi informasi akan berbeda-beda
tergantung pada informasi yang akan diaudit.
Dari pengertian audit, dapat dibentuk beberapa karakteristik audit sebagai
berikut :
1. Audit merupakan suatu proses yang sistematis, yang terdiri atas
serangkaian langkah/ prosedur terstruktur.
2. Audit adalah proses membandingkan informasi perusahaan yang dapat
dikualifikasi dengan kriteria yang telah ditetapkan.
3. Audit mengumpulkan dan mengevaluasi secara objectif bukti-bukti yang
diperlukan.
4. Audit dilakukan oleh pihak yang mempunyai kompetensi dan
independensi.
5. Auditor mengkomunikasikan hasil temuan audit pada pemakai laporan
keuangan.

2.1.1 Jenis Audit

Arens dan Loebbecke (2000:11-13), mengelompokkan audit sebagai


berikut :
a) Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audit)
Audit untuk menentukan tingkat kesesuaian laporan keuangan dengan
kriteria tertentu. Kriteria yang biasa digunakan adalah Standar Akuntansi
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 11

Keuangan (SAK). Hasil audit berupa laporan audit yang merupakan opini
auditor mengenai tingkat kewajaran laporan keuangan.

b) Audit Operasional (Operational Audit)


Merupakan audit terhadap prosedur, metode dan operasi perusahaan guna
menilai efektivitas dan efisiensi. Dalam hal ini, auditor dapat memberikan
rekomendasi kepada manajemen untuk perbaikan operasi. Tinjauan yang
dilakukan tidak hanya terbatas pada masalah akuntansi, tetapi dapat juga
meliputi bidang non akuntansi lainnya, seperti struktur organisasi,
penggunaan komputer, metode produksi, pemasaran dan bidang-bidang
lainnya yang menjadi bidang keahlian auditor. Dengan demikian, kriteria
yang ditetapkan bersifat subjectif.

c) Audit Ketaatan (Compliance Audit)


Merupakan audit terhadap hal-hal yang berkaitan dengan ketaatan
pelaksanaan surat kontrak, peraturan dan prosedur yang telah ditetapkan
pihak-pihak berwenang. Misalnya, audit kepatuhan wajib pajak terhadap
undang-undang perpajakan di Indonesia, audit untuk menentukan sistem
upah perusahaan dengan undang-undang tenagakerja, dll.

Berbeda dengan Arens dan Cushing (1988) yang mengelompokkan audit


menjadi 4 kelompok, yaitu :
(1) Financial Audit
(2) Operating Audit
(3) Compliance Audit
(4) Performance Audit
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 12

2.1.2 Tujuan Audit

Arens dan Loebbecke (2000:156-167) membagi tujuan audit menjadi 2,


yaitu Transaction-Relation Audit Objectives (tujuan audit atas transaksi) dan
Balance Related Audit Objectives (tujuan audit atas saldo)
1) Transaction Related Audit Objective, yaitu :
Existence
Transaksi yang dicatat dan telah terjadi.
Completeness
Semua transaksi yang tersedia telah dicatat.
Accuracy
Transaksi dicatat dalam jumlah yang benar.
Classification
Transaksi yang dicatat diklasifikasikan dengan benar.
Timing
Transaksi dicatat pada periode yang sesuai
Posting and Summarization
Transaksi yang dicatat diposting dan diikhtisarkan dengan benar.
2) Balance Related Audit Objective, yaitu :
Existence
Jumlah yang tercantum dalam laporan keuangan memang benar adanya.
Completeness
Semua jumlah yang ada dicantumkan.
Accuracy
Jumlah dicantumkan dengan benar.
Classification
Jumlah yang dicantumkan dalam daftar milik klien diklasifikasikan
dengan tepat.
Cut Off
Transaksi yang terjadi dekat tanggal neraca dicatat pada periode yang
benar.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 13

Detail Tie-In
Detail yang terdapat dalam saldo akun (account balance) harus cocok
dengan jumlah yang terdapat dalam master file. Apabila detail tersebut
dijumlahkan, cocok dengan totalnya, kemudian total tersebut harus cocok
dengan total yang ada dalam buku besar.
Realizeble Value
Aktiva dicantumkan berdasarkan nilai yang diperkirakan akan
direalisasikan.
Rights and Obligations
Rights
Selain suatu aktivitas harus ada, hampir sebagian besar aktiva harus
dimiliki untuk dapat dicantumkan dalam laporan keuangan.
Obligations
Menyatakan bahwa kewajiban harus benar-benar merupakan hutang
perusahaan.
Presentation and disclosure
Saldo-saldo akun dan kewajiban, pengungkapan yang berhubungan
disajikan dengan benar pada akun laporan keuangan.

2.1.3 Risiko Audit

Auditor tidak menjamin kewajaran laporan keuangan secara keseluruuhan.


Menurut Arens (2000:248), auditor hanya memberikan reasonable assurance,
artinya masih ada risiko ketidakwajaran laporan keuangan yang diaudit. Arens
dan Loebbecke (2000:258), mengemukakan risiko audit sebagai berikut :
“.....auditors accept some level of risk or uncertainty in performing the
audit function. The auditor recognizes, for examples, that there is
uncertainty about the competence of evidence, uncertainty about the
effectiveness of client’s internal controls, and uncertainty about whether
the financial statements are fairly stated when the audit is completed.”
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 14

Jenis-jenis risiko audit :


1) Risiko deteksi (Planned Detection Risk = PDR)
Risiko kegagalan bukti audit dalam mendeteksi salah saji dalam laporan
keuangan yang jumlahnya melebihi jumlah yang dapat ditoleransi (tolerable
amount).
Risiko deteksi (planned detection risk) menentukan jumlah bukti substantif
(substantive evidence) yang dikumpulkan oleh auditor. Jika auditor
menetapkan planned detection risk yang rendah, jumlah bukti substantif yang
dikumpulkan harus banyak.
2) Risiko audit yang dapat diterima (Acceptable Audit Risk = AAK)
Risiko adanya salah saji yang sifatnya material (materially misstated) dalam
laporan keuangan setelah audit selesai dilakukan dan setelah pendapat wajar
tanpa pengecualian dinyatakan. Acceptable audit risk yang rendah, berarti
keinginan auditor untuk menyakinkan bahwa laporan keuangan tidak salah
saji.
3) Risiko bawaan (Inherent Risk)
Inherent risk merupakan suatu ukuran perkiraan auditor (auditor’s assessment)
tentang kemungkinan adanya salah saji yang sifatnya material, sebelum
mempertimbangkan efektivitas pengendalian internal.
4) Risiko pengendalian (Control Risk)
Control risk merupakan ukuran perkiraan auditor tentang kemungkinan bahwa
untollerable misstatement dalam suatu segmen tidak terdeteksi oleh
pengendalian internal klien.

2.2. Pengertian Internal Audit

Internal audit merupakan kegiatan penilaian bebas, dipersiapkan dalam


organisasi sebagai suatu jasa terhadap organisasi. Kegiatan ini mengaudit dan
menilai efektivitas kegiatan unit yang lain (Sawyer, 1996:5) dan The Institute of
Internal Auditors (I.I.A, 1995:3), mengemukakan bahwa :
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 15

“Internal Auditing is an independen appraisal function established


within an organization to examine and evaluate, it’s activities as a
service to the organization.”

Pengertian service to organization (Sawyer,1996:5) :


“Internal auditing is a systematic, objective appraisal by internal
auditors of the diverse operations and controls within an organization to
determine whether (1) financial and operating information is accurate
and reliable, (2) risks to the enterprise are identified and minimized, (3)
external regulations and acceptable internal policies and producers are
followed, (4) satisfactory operating criteria are met, (5) resources are
used efficiently and economically, and (6) the organization objectives are
effectively achieved-all for the purpose of assisting member of the
organization in the effective discharge of the responsibilities.”

Dalam perkembangannya, pengertian internal audit mengalami sedikit


perubahan The Institute of Internal Auditors (I.I.A) telah memberikan definisi
baru (tahap eksposure draft) tentang internal auditing sebagai berikut :
“Internal auditing is an independent and objective assurance and
consulting activity that is guided by a philosophy of adding value to
improve the operations of organization. It assist an organization in
accomplishing its objectives by bringing a systematic and disciplined
approach to evaluate and improve the effectiveness of the organization’s
risk management, control and gorvening processes. Proffesionalism and
a commitment to excellence are facilitated by operating within a frame
work of profesional practice established by The Institute of Internal
Auditor.”

Definisi diatas, dapat diartikan sebagai berikut :


Internal audit merupakan suatu aktivitas konsultang yang independen
dengan keyakinan objectif yang dibentuk untuk memberikan nilai tambah dalam
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 16

meningkatkan kinerja aktivitas organisasi. Keberadaan internal audit membantu


organisasi mencapai tujuannnya melalui pendekatan yang sistematik dan disiplin
dalam rangka menilai dan meningkatkan efektivitas risiko manajemen,
pengendalian dan peraturan pemerintah. Kerangka kerja praktis yang profesional
merupakan alat penunjang keberhasilan seorang internal auditor dalam
melaksanakan tugasnya.

Definisi di atas sesuai dengan redefinisi internal audit yang telah


ditetapkan oleh IIA’S Board of Director pada bulan juni 1999 (Krogstad, Journall
IIA october 1999:27-33, seperti yang dikutip oleh Hiro Tugiman, 2000:6) :
“Internal auditing is an independent, objective assurance and consulting
activity designed to add value and improve an organization’s operation,
it helps an organization accomplish, its objective to evaluate and
improve the effectiveness of risk management, control and governance
process.”

Jadi, definisi baru tersebut menekankan internal auditor untuk memberi nilai
tambah dalam membantu organisasi dengan lebih mengutamakan risiko usaha,
pengendalian dan pengaturan.
Dari definisi diatas, terdapat lima konsep kunci internal audit, yaitu :
independen, kegiatan usaha, diadakan dalam organisasi, layanan jasa bagi
organisasi dan menguji serta menilai pengawasan.
Menurut Hiro Tugiman (2000:6), perbandingan konsep kunci pengertian
internal audit adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1
Lama 1947 Baru 1999
1. Fungsi penilaian independen 1. Suatu aktivitas independen
yang dibentuk dalam suatu objektif
organisasi
2. Fungsi penilaian 2. Aktivitas pemberian jaminan
keyakinan dan konsultasi
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 17

3. Mengkaji dan mengevaluasi 3. Dirancang untuk memberikan


aktivitas organisasi sebagai suatu nilai tambah serta
bentuk jasa yang diberikan bagi meningkatkan kegiatan operasi
organisasi organisasi
4. Membantu agar para anggota 4. Membantu organisasi dalam
organisasi dapat menjalankan usaha mencapai tujuannya
tanggung jawabnya secara
efektif
5. Memberikan hasil analisis, 5. Memberikan suatu pendekatan
penilaian, rekomendasi, disiplin yang sistematis untuk
konseling dan informasi yang mengevaluasi dan
berkaitan dengan aktivitas yang meningkatkan keefektivan
dikaji dan menciptakan manajemen risiko, pengendalian
pengendalian efektif dengan dan proses pengaturan dan
biaya yang wajar pengelolaan organisasi

Pertimbangan yang mendasari definisi baru adalah (Hiro Tugiman,


2000:7) :
1. Gambaran tentang profesi internal audit secara lebih baik akan diperoleh dari
seberapa baik jasa/ pelayanan yang diberikan, jika dibandingkan dengan siapa
yang melaksanakannya atau apa saja yang dapat diberikan.
2. Agar tetap bertahan, profesi internal auditor harus dapat dianggap sebagai
pemberi nilai tambah bagi organisasi.
3. Internal auditor perlu mengadopsi semua sudut pandang dari seluruh rantai
nilai (value chain).
4. Struktur konseptual internal audit harus dapat menjangkau hal-hal di luar
berbagai proses inheren yang dilakukannya, untuk mencerminkan internal
auditor sebagai pendorong tersedianya jasa organisasional.
5. Standar dan pedoman profesi yang lainnya harus tidak sekedar menjadi
pedoman bagi anggota profesi, namun juga harus dapat menjadi simbol
kualitas/ keahlian khas internal auditor kepada pasar.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 18

2.2.2. Tujuan dan ruang lingkup internal audit

Tujuan internal audit adalah membantu semua tingkatan manajemen dalam


melaksanakan tanggungjawabnya, membantu pencapaian tujuan perusahaan dan
memberikan nilai tambah dalam mengevaluasi kinerja perusahaan dan upaya
perbaikannya dengan memberikan layanan berupa pemberian saran untuk
memperbaiki kinerja bagi setiap level manajer.
I.I.A. (1995:29) menyatakan ruang lingkup kegiatan internal audit dalam
perusahaan :
“The scope of Internal auditing should encompass the examination and
evaluation of the adequancy and effectiveness of the organisasion’s system of
internal control and the quality of performance in carrying out assigned
responsibilities.”

The Institute of Chartered Accountants in Australia (ICCA, seperti dikutip


oleh Hiro Tugiman, 1999:7) mengemukaan :
“The scope and objectives of internal audit very widely and are dependent upon
the size and strukture of the entity and the requirements of its management.
Normally however operates in one or more the following areas :
a. Review of accounting system and related internal control
b. Examination for management of financial and reporting information
c. Examination of the economy, efficiency and effectiveness of operations
including non-financial control of an organization.”

Secara umum, ruang lingkup internal audit adalah :


1. Me-review dan menilai kelayakan, serta kecukupan penerapan pengendalian
akuntansi, pengendalian keuangan dan pengendalian operasi lainnya, juga
meningkatkan efektivitas pengendalian dengan biaya yang wajar.
2. Meyakinkan ketaatan terhadap kebijakan, rencana dan prsedur yang sudah
ditetapkan.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 19

3. Meyakinkan tanggungjawab terhadap aktiva perusahaan berkenaan dengan


keamanannya darisegala kehialangan.
4. Meyakinkan keandalan data manajemen yang dibuat perusahaan.
5. Mengevaluasi kualitas prestasi dalam pelaksanaan tanggungjawab yang
dibebankan.
6. Merekomendasikan perbaikan-perbaikan operasi perusahaan.

Jadi, ruang lingkup internal audit mencakup pengujian dan evaluasi


kelayakan dan efektivitas pengendalian internal yang digunakan perusahaan serta
kualitas hasil pekerjaan dan hasil pelaksanaan tanggungjawab yang dibebankan.

Manfaat internal auditor

Manfaat internal audit bagi seorang internal auditor yaitu : keberadaannya


(eksistensinya), mengembangkan dan mempertahankan staf auditor internal yang
berkualitas dalam jumlah yang sesuai dengan sifat dan ukuran perusahaan,
menerapkan program audit yang pantas, yang dirancang untuk memastikan
keandalan pengendalian internal perusahaan dan melaporkannya secara periodik
kepada dewan komisaris atau direktur utama.
Tentang keberadaan internal audit ini, Institute of Directors in Southern
Africa dalam kode etiknya (The Corporate of Corporate Practice & Conduct)
menyatakan sebagai berikut (Barlow:”The Business Approach of Internal
Auditing”,1995:413, seperti dikutip oleh Hiro Tugiman, 2000:8) :
“Companies should have an effective internal audit function that has the
respect and co-operation of both the board of directors and management.”

Menurut Hiro Tugiman (1999), manfaat internal auditor ditinjau dari segi
hukum dan sudut pandang yang benar-benar defensif adalah mengevaluasi baik
tidaknya pengendalian internal serta melaporkan hasilnya kepada manajemen dan
atau dewan komisaris perusahaan.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 20

Menurut Standar Profesional Akuntan Publik (IAI, 1996:322,2), peran


internal auditor :
“Auditor internal bertanggungjawab untuk menyediakan data analisis dan
evaluasi, memberikan keyakinan dan rekomendasi, dan informasi lain
kepada manajemen satuan usaha dan dewan komisaris atau pihak lain
yang setara wewenang dan tanggungjawabnya. Untuk memenuhi
tanggungjawabnya tersebut, auditor internal mempertahankan
objektivitasnya yang berkaitan dengan aktivitas yang diauditnya.”

Manfaat internal audit ini berbeda dengan eksternal audit, perbedaaannya dilihat
dari berbagai aspek pelayanan yaitu sebagai berikut (Barlow,1995:45, seperti
dikutip oleh Hiro Tugiman, 2000:8) :
Tabel 2.2.
Aspek Internal Eksternal
Konsumen Manajer/Komite Audit Pemegang saham
Fokus Risiko Usaha Risiko laporan keuangan
Orientasi Saat ini dan yang akan Yang lalu sampai saat ini
datang
Pengendalian Langsung Tidak langsung
Kecurangan Langsung Tidak langsung
Kebebasan Objectivitas Berdasarkan status
Kegiatan Proses yang sedang Tiap periode akuntansi
berjalan

Independensi, kompetensi dan objektivitas internal audit

Menurut Mulyadi (1998:49), independensi internal audit memiliki tiga


aspek, yaitu :
1. Independensi dalam diri auditor yang berupa kejujuran perlu
mempertimbangkan berbagai fakta yang ditemukan dalam auditnya.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 21

2. Independensi ditinjau dari sudut pandang pihak lain yang mengetahui


informasi yang bersangkutan dengan diri auditor.
3. Independensi dipandang dari sudut keahliannya. Dimana seseorang dapat
mempertimbangan fakta dengan baik jika ia mempunyai keahlian megenai
audit atas fakta tersebut.

Menurut Mulyadi (1998:204), berkaitan dengan kompetensi auditor,


auditor harus memperoleh, memuktahirkan informasi dari audit sebelumnya
mengenai faktor-faktor berikut :
1. Tingkat Pendidikan dan pengalaman profesional auditor internal
2. Ijasah profesional dan pendidikan profesional berkelanjutan
3. Kebijakan, program dan prosedur audit
4. Praktik yang bersangkutan dengan penugasan internal audit
5. Supervisi dan review terhadap aktivitas internal audit
6. Mutu dokumentasi dalam kertas kerja, laporan dan rekomendasi
7. Penilaian atas kinerja internal audit

Menurut Mulyadi (1998:205), untuk menilai objektivitas, internal audit


harus memperoleh atau memuktahirkan informasi dari tahun sebelumnya
mengenai faktor berikut ini :
1. Status organisasi internal auditor yang bertanggungjawab atas fungsi internal
audit.
2. Kebijakan untuk mempertahankan objektivitas internal auditor mengenai
bidang yang diperiksa.

Manajemen internal audit

Untuk dapat mencapai tujuannya, internal audit harus menyelenggarakan


manajemennya dengan sebaik-baiknya. Manajemen yang baik, meliputi adanya
struktur organisasi (pembagian tugas, wewenang dan tanggungjawab), internal
audit yang profesional (melalui pengembangan kualitas auditor), adanya buku
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 22

pedoman audit, pengendalian tugas audit, penerbitan laporan hasil audit,


pemantauan tindak lanjut dan penataan kertas kerja audit.

Wewenang dan tanggungjawab internal audit

Hiro Tugiman, dalam bukunya “Pengenalan Internal Audit” (1995:21)


menyatakan bahwa dalam melaksanakan tugasnya, internal auditor berpedoman
pada “Surat Keputusan Direksi Tentang stuktur organisasi” dan “Uraian Tugas
internal audit”, Sebaiknya kepala internal audit bertanggungjawab langsung
kepada direktur utama atau pimpinan tertinggi suatu organisasi. Hal ini penting
untuk menjaga independensi internal audit. Untuk memudahkan pelaksanaan
audit, maka sebaliknya struktur organisasi internal audit merupakan fungsi staf
Uraian tugas dan tanggungjawab auditor lebih ditekankan pada
pengevaluasian pengendalian manajemen daripada penilaian pekerjaan yang
bersifat teknis. Wewenang yang dapat diterapkan bagi internal audit, antara lain :
menyusun program audit internal secara menyeluruh atas semua aktivitas
perusahaan, menguji keandalan sistem pengendalian manajemen perusahaan,
tanpa batasan memasuki semua bagian perusahaan, meneliti catatan, pelaporan,
serta harta milik perusahaan, mengevaluasi kinerja perusahaan dan upaya
perbaikannya untuk memberi nilai tambah bagi perusahaan. Uraian tugas harus
sesuai dengan ukuran pencapaian tujuan audit dan mencapai goal congruence
terhadap tujuan perusahaan.

Profesionalisme internal audit

Anggota internal audit harus terdiri atas orang-orang yang berkualitas


tinggi, artinya mempunyai tingkat intelegencia yang tinggi, berdaya imajinasi,
daya analisis yang kuat, berinisiatif serta kemampuan berkomunikasi dengan
pihak lain.
Internal auditor yang diharapkan adalah mereka yang mempunyai
kemampuan teknis dan pendidikan yang memadai, kemampuan untuk
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 23

menyesuaikan diri, bijaksana, mempunyai ketegasan sikap, independen, objektif


dan mempunyai rasa tanggung jawab.
Dalam bidang pendidikan, internal auditor diharapkan telah memiliki
Certified internal auditor, yang dapat diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan
internal auditor di Indonesia yang diselenggarakan oleh Yayasan Pendidikan
Internal Audit (YPIA), dengan mengacu pada model dari Institute of internal
auditors yang berpusat di Florida, Amerika Serikat.
Ada dua hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih auditor yang
berkualitas (Hiro Tugiman, 1995:23-24) :
1. Kemampuan profesional, yang ditunjukkan dengan pengetahuan, antara lain :
(1) Mempunyai pengetahuan bidang akuntansi
(2) Mempunyai pengetahuan dalam bidang bisnis administrasi
(3) Mempunyai pengetahuan bidang sistem informasi
(4) Mempunyai pengetahuan bidang penyusutan dan penyelidikan
(5) Mempunyai pengetahuan dalam bidang hubungan antar manusia
(6) Mempunyai pengetahuan dalam bidang teknis yang diperiksa
2. Kemampuan yang diperlukan bagi internal audit, antara lain :
(1) Kemampuan untuk selalu menyesuaikan dengan kebijaksanaan perusahaan
atau organisasi
(2) Kemampuan untuk meyakinkan pihak lain
(3) Kemampuan untuk menyesuaikan diri
(4) Kemampuan untuk memahami orang lain
(5) Mempunyai ketetapan hati yang kuat

Pengembangan kualitas auditor dapat dilakukan secara berencana melalui


seminar, penataran audit dan ilmu pengetahuan lain yang relevan baik dengan
bidang audit maupun operasional perusahaan. Peningkatan kualitas auditor bukan
hanya dari segi pengetahuan atau ilmu saja, melainkan harus dilengkapi dengan
sifat jujur, cermat dan bekerja secara profesional.
Salah satu cara peningkatan kualitas auditor, melalui penerapan sistem
pengendalian mutu. Faktor-faktor yang diperlukan dalam pembentukan sistem
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 24

pengendalian mutu bagi setiap organisasi internal audit adalah (Statement on


Quality Control Standards No 1, seperti dikutip Hiro Tugiman, 1995:26-27) :
a) Independen, artinya semua anggota internal audit dalam melaksanakan audit
harus berdasarkan sikap independensi dan kode etik profesi.
b) Penugasan personel, artinya setiap personel yang terlibat dalam audit harus
memiliki tingkat pendidikan formal tertentu dan keahlian yang memadai.
c) Konsultasi, artinya artinya harus ada mekanisme konsultasi dan pengarahan
untuk menghadapi masalah yang dihadapi.
d) Supervisi, artinya dalam setiap penugasan harus ditetapkan sistem supervisi
saat audit berlangsung, sebagai umpan balik dalam perbaikan.
e) Penerimaan karyawan, artinya dalam setiap penerimaan karyawan tenaga
internal audit, harus ditetapkan syarat tertentu dan dilakukan seleksi.
f) Pengembangan profesi, artinya setiap anggota internal audit harus
mengembangkan kemampuannya, melalui pelatihan, pendidikan secara
kontinu dan teratur sesuai kemajuan ilmupengetahuan dan teknologi.
g) Pormosi jabatan, artinya dengan adanya kebijakan promosi jabatan
akanmemotivasi auditor untuk melaksanakan tugasnya degan lebih baik.
h) Penerimaan dan pemeliharaan hubungan dengan objek, artinya internal audit
harus menjaga hubungan baik dengan seluruh unit kerja perusahaan.
i) Inspeksi, artinya pada saat tertentu dilakukan inspeksi untuk mengetahui
apakah kebijakan, sistem dan prosedur lainnya telah dijalankan.

Buku pedoman audit

Buku pedoman audit sangat penting sebagai penuntun auditor dalam


melaksanakan tugasnya. Buku ini berfungsi sebagai pedoman yang memuat tahap-
tahap audit, perlunya kepatuhan pada standar audit, adanya kontinuitas, stabilitas
dan koordinasi antar anggota.
Pedoman audit diperlukan untuk :
a) Menghindarkan auditor menyimpang dari arah yang telah ditetapkan.
b) Mengukur tingkat kemajuan pelaksanaan pekerjaan
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 25

c) Mengevaluasi prestasi auditor


d) Menjamin bahwa hasil internal audit selaras dengan tujuan perusahaan.

Pengendalian tugas audit

Audit yang didasarkan atas rencana dan pengendalian yang baik,


mempunyai peluang besar untuk mencapai sasaran dan tujuan audit. Pererncanaan
audit perlu dituangkan dalamrencana jangka panjang yang merupakan rencana
induk, serta rencana jangka pendek yang secara operasional tertuang dalam plan
of action berupa program kerja audit tahunan dan rencana penugasan dalam
bentuk langkah-langkah kerja. Setiap melaksanakan audit, auditor harus
berpedoman dan menyelesaikan auditnya dengan rencana induk dan program
kerja audit tahunan tersebut agar terdapat kesesuaian dengan tujuan audit secara
keseluruhan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menyusun rencana audit
jangka panjang, antara lain ukuran perusahaan, tingkat pertumbuhan yang
diharapkan dalam jangka panjang, jenis industri perusahaan, fungsi dan aktivitas
penting perusahaan, jumlah audit perusahaan oleh auditor eksternal, cara
pengolahan data perusahaan dan posisi keuangan perusahaan.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan rencana audit
tahunan, antara lain sifat pekerjaan audit, jumlah staf yang diperlukan dalam
audit, perkiraan jumlah audit tahunan dan waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan proyek audit tersebut.
Auditor harus mengerti manfaat dan nilai audit yang dilakukan dalam
hubungannya dengan tujuan dan kebutuhan audit. Agar setiap tugas audit dapat
dilakukan secara efisien dan efektif, perlu upaya peningkatan pengendalian tugas
audit yang meliputi perencanaan audit dan pelaksanaan audit.

1) Perencanaan audit
Untuk memenuhi tanggung jawab auditnya, internal audit harus menyusan
rencana kerja. Rencana kerja audit merupakan rumusan sasaran dan tujuan
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 26

yang hendak dicapai, kegiatan yang harus dilaksanakan, penggunaan tenaga,


waktu, dan perlengkapan yang diperlukan.
Penyusunan rencana audit meliputi penentuan :
a) Sasaran, tujuan dan maksud audit yang harus dimuat dalam program kerja
audit tahunan.
b) Jadwal kerja dan anggaran biaya audit. Jadwal kerja audit harus
mencantumkan :
(1) Kegiatan atau objek yang diaudit
(2) Sifat dan luas audit yang akan dilaksanakan
(3) Estimasi waktu yang diperlukan menurut sifat dan luas audit
(4) Estimasi tenaga dan biaya audit yang dibutuhkan
Dalam menentukan prioritas kegiatan audit, perlu dipertimbangkan hasil
audit periode sebelumnya, besar dana yang dibutuhkan, permintaan
manajemen atau penugasan khusus, perubahan besar dalam operasi,
program, sistem, pengawasan dan kemampuan staf audit. Jadwal kerja
harus disusun fleksibel agar dapat menampung semua tugas yang tak
terduga atau tugas khusus dari atasan.
c) Pemilihan staf untuk membentuk tim audit, harus memperhatikan program
kerja audit jangka panjang dan tahunan, kemampuan auditor, kegiatan
penelitian dan pengembangan.

2) Pelaksanaan audit
Kegiatan audit meliputi aspek waktu, mutu, prose dan koordinasi audit. Tahap
pelaksanaan audit meliputi persiapan, pelaksanaan audit, audit berkelanjutan
dan pelaporan hasil audit.
1) Persiapan
Tujuan persiapan audit adalah untuk memperolehinformasi umum objek
yang diaudit, sebagai dasar penyusunan audit. Persiapan audit meliputi :
1) Pembicaraan pendahuluan dengan pimpinan objek yang diaudit.
2) Pengumpulan informasi umum objek yang diaudit, sebagai bahan
untuk menyusun program kerja audit pendahuluan yang berupa
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 27

penelaahan ketentuan yang berlaku, informasi tentang latar belakang,


fungsi dan kegiatan objek yng diaudit, pemahaman terhadap kegiatan
penting objek yang diaudit.
Informasi yang harus diperoleh antara lain :
a) Bagan organisasi, job description dan informasi tertulis lainnya
mengenai organisasi.
b) Kebijakan tertulis dan lisan yang berkenaan dengan objek yang
diaudit.
c) Gambaran singkat masalah yang belum dapat dipecahkan oleh
objek yang diaudit.
d) Laporan keuangan, laporan kegiatan dan laporan manajemen
lainnya.
e) Buku pedoman kebijakan, peraturan pelaksanaan, sistem dan
prosedur yang berlaku.
f) Program kerja dan anggaran perusahaan.
g) Hasil wawancara auditor dengan pimpinan objek yang diaudit.
h) Kertas kerja audit permanen tahun audit terakhir (jika dilakukan
audit ulang).
3) Review dan penilaian sistem pengendalian manajemen, sebagai dasar
dalam menentukan risiko audit, teknik, luas prosedur audit, dalamnya
pengukian yang dilakukan, memberikan rekomendasi perbaikan
kendali kepada manajemen.
Tahap-tahap review dan penilaian sistem pengendaliaan manajemen
atau pengendalian internal meliputi :
a) Pengumpulan data dan informasi.
b) Penelaahan sistem pengendalian.
Data dicatat secara tertulis melalui media, seperti :
Daftar pertanyaan tentang pengendalian internal atau internal
control questionnaire.
Bagan arus atau flowchart, yang dilengkapi dengan uraian
tertulis atau narrative.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 28

c) Pengujian melalui pengujian transaksi dan pengujian fungsional.


d) Kesimpulan hasil evaluasi yang direkomendasikan dalam
management letter.

2) Pelaksanaan audit
Auditor harus melaksanakan prosedur audit sesuai dengan program kerja
yang disusun pada setiap tahap audit. Setiap pelaksanaan prosedur audit
dicatat dalam kertas kerja audit, yang akan di-review secara berjenjang
oleh ketua tim audit, supervisor audit.
Pengendalian pelaksanaan audit perlu untuk menjaga ketetapan waktu
pelaksanaan program kerja audit tahunan, terutama mengenai saat
selesainya penugasan audit, mencegah terjadinya tumpang tindih
pelaksanaan audit di lapangan dengan aparat pengawasan fungsional lain,
mencegah perluasan audit secara tidak terkendali, mencegah timbulnya
ekses lain yang tidak diinginkan.

3) Audit lanjutan
Tujuan dilaksanakannya audit lanjutan adalah mengembangkan temuan
yang merupakan landasan utama dalam menyusun laporan, menilai apakah
objek yang diaudit dapat mencapai tujuan secara efisien dan efektif.
Temuan yang dapat disampaikan kepada pihak pemakai laporan harus
cukup berarti, berdasarkan fakta dan bukti-bukti relevan dan kompeten,
dikembangkan secara objektif, berdasarkan audit yang memadai guna
mendukung setiap kesimpulan yang dinyatakan secara menyakinkan.

Laporan hasil audit

Laporan hasil audit disusun oleh ketua tim audit dan di-review oleh
supervisor. Selanjutnya, konsep laporan ini didiskusikan dengan pimpinan objek
yang diaudit, setelah disetujui, kemudian diproses untuk diterbitkan.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 29

Syarat laporan hasil audit menurut norma pelaporan audit, antara lain :
(1) Memuat temuan dan kesimpulan audit secara objektif dan saran tindak
lanjut bersifat konstruktif
(2) Lebih mengutamakan usaha perbaikan atau penyempurnaan daripada
kritik
(3) Mengungkapkan hal-hal yang masih merupakan masalah yang belum
dapat diselesaikan sampai berakhirnya audit
(4) Mengemukakan suatu prestasi atau tindakan perbaikan yang telah
diterapakan di unit kerja lain
(5) Menjelaskan hasil audit kepada pejabat objek yang diaudit
Berdasarkan hasil audit, auditor menerbitkan laporan hasil audit yang memuat
informasi dan rekomendasi perbaikan kepada manajemen.

Pemantauan tindak lanjut


Menurut norma audit, internal audit harus mengikuti tindak lanjut temuan
hasil audit yang dilaporkannya, pelaksanaan hasil rekomendasi oleh pihak
manajemen, untuk memastikan bahwa tindakan yang tepat telah diambil dan
dilaksanakan.
Rumusan bentuk tindak lanjut menurut instruksi presiden no 15 tahun
1983 tentang pedoman pelaksanaan pengawasan, pasal 16 ayat 2 sebagai berikut :
Tindakan administratif termasuk penerapan sanksi
Tuntutan perdata, tuntutan ganti rugi, tuntutan perbendaharaan, dll
Pengaduan tindak pidana : tindak pidana umum kepada kepolisian negara dan
tindak pidan khusus kepada kejaksaan
Tindakan penyempurnaan aparatur pemerintah di bidang kelembagaan,
kepegawaian dan ketatalaksanaan.

Penataan kertas kerja audit

Manfaat kertas kerja audit adalah sebagai berikut :


Merupakan dasar penyusunan laporan audit
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 30

Merupakan alat bagi atasan untuk me-review dan mengawasi pekerjaan


pelaksana audit
Merupakan alat pembuktian laporan hasil audit
Manyajikan data untuk referensi
Merupakan salah satu pedoman tugas audit selanjutnya

Syarat-syarat kertas kerja audit, meliputi kelengkapannya, bebas dari


kesalahan (kesalahan menghitung atau pun penyajian informasi), berdasarkan
pada fakta dan argumentasi rasional, memuat hal penting yang relevan dengan
audit.
Prinsip penyusunan kertas kerja audit, meliputi : pembuatannya secara
teratur, hati-hati, bersih, teliti, mudah dimengerti, memuat data dan kesimpulan
hasil audit, ditandatangani dan diberi tanggal oleh auditor.

Tolak ukur efektivitas internal audit

Menurut penelitian yang dilakukan oleh “The Institute of Internal


auditors-Research Foundation”, ada lima belas tolak ukur dalam mengevaluasi
efektivitas fungsi internal audit, yaitu (Hiro Tugiman, 1995:41-42) :
1. Kelayakan dan arti penting temuan audit beserta rekomendasinya
2. Umpan balik dan respon dari objek yang diaudit atau auditee
3. Profesionalisme personel satuan pengawas internal
4. Ketaatan terhadap audit plan program kerja audit tahunan
5. Adanya peringatan dini
6. Kehematan biaya internal audit
7. Pengembangan personel
8. Evaluasi dari audit eksternal atas satuan pengawasan intern
9. Umpan balik dari manajemen operasional
10. Banyaknya permintaan audit work
11. Penyajian ikhtisar laporan hasil audit
12. Evaluasi audit committee atas satuan pengawasan internal
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 31

13. Mutu kertas kerja audit


14. Penelaahan internal
15. Penelaahan organisasi profesi
Dengan tolak ukur tersebut, maka derajat hasil penilaian efektivitas
internal audit dapat dikatakan :efektif, cukup efektif atau kurang efektif.

2.4. Pengendalian internal

2.4.1. Pengertian Pengendalian Internal

Setiap perusahaan mempunyai tujuan, baik itu jangka pendek, menengah


dan panjang, dimana tujuan dari setiap perusahaan mungkin berbeda. Namun
untuk mencapai tujuan tersebut, setiap perusahaan membutuhkan sistem dan
pengelolaan yang cermat.
Pengendalian internal menurut pendapat Arens (1997,316) adalah sebagai
berikut :
“Internal control is a process designed to provide reasonable assurance
recording thee achivement of management’s objectives in he following categories:
1. Reliability of financial reporting
2. Effectiveness and efficiency of operation
3. Compliance with applicable laws and regulation”

Dari pengertian di atas mengemukakan bahwa pengendailan internal terdiri dari


kebijakan dan prosedur yang ditetapkan untuk mencapai tujuan.

Tujuan pengendalian internal

Pengendalian internal perlu untuk kepentingan pimpinan karena


kemampuannya yang sangat terbatas untuk mengendalikan sesuatu yang terjadi
dalam perusahaan.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 32

Oleh karena itu, pimpinan bertanggung jawab untuk mengadakan suatu


pengendalian internal yang cermat agar terciptanya efisiensi dan efektivitas
kinerja yang dapat membuat manajemen dalam mencapai tujuan perusahaan yang
telah ditetapkan.
Adapun tujuan dilakukannya pengendalian internal atas aktivitas
penjualanmenurut Committee of Sponsoring Organization (SAS no 78, Desember
1995) adalah sebagai berikut :
1. Reliability of financial reporting (keandalan laporan keuangan)
2. Effectiveness and efficiency of operations (efektivitas dan efisiensi
operasi)
3. Compliance with applicable laws and regulations (kepatuhan terhadap
hukum dan peraturan)

Pengertian di atas dapat diuraikan sebagai berikut :


1. Reliability of financial reporting
Manajemen bertanggung jawab menyiapkan laporan keuangan untuk investor,
kreditor dan para pemakai lainnya baik secara hukum maupun profesionalnya
untuk keyakinan bahwa informasi tersebut disajikan secara wajar sesuai
prinsip akuntansi yang berlaku umum.
2. Effectiveness and efficiency of operations
Pengendalian dalam suatu organisasi bertujuan untuk mendorong penggunaan
sumber daya termasuk pengaturan secara effectif dan efisien untuk
memaksimalkan tujuan organisasi.
3. Compliance with applicable laws and regulations
Dalam akuntansi tidak semua hukum dan undang-undang selalu berhubungan
dengan akuntansi, hukum dan peraturan yang tidak berhubungan dengan
akuntansi yaitu: perlindungan terhadap lingkungan, sedangkan hukum dan
peraturan yang berhubungan dengan akuntansi adalah peraturan tentang pajak
penghasilan.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 33

Menurut pendapat Arens yang disadur oleh Amir Abadi Yusuf (1993,306) tujuan
pengendalian sebagai berikut :
Transaksi yang dicatat adalah absah (keabsahan)
Struktur pengendalian internal tidak boleh memungkinkan dimasukkannya
transaksi fiktif atau transaksi yang tidak ada dalam jurnal atau catatan
akuntansi yang lain.
Transaksi diotorisaai dengan pantas (otorisasi)
Jika terdapat transaksi yang tidak diotorisasi, dapat menyebabkan transaksi
yang curang dan akan berdampak pula pada pemborosan dan perusakan aktiva
perusahaan.
Transaksi yang terjadi telah dicatat (kelengkapan)
Prosedur klien harus mencegah penghilangan transaksi ke dalam catatan.
Transaksi dinilai dengan pantas (penilaian)
Sistem pengendalian internal yang memadai mencakup prosedur untuk
menghindari kekeliruan dalam perhitungan dan pencatatan jumlah transaksi di
berbagai tahap dalam proses pencatatan.
Transaksi diklasifikasikan dengan pantas (klasifikasi)
Klasifikasi perkiraan yang pantas sesuai dengan banyaknya perkliraan klien
yang dibuat dalam jurnal. Jika laporan keuangan ingin dinyatakan wajar
klasifikasi juga mencakup kategori seperti divisi dan produk.
Transaksi dicatat pada waktu yang sesuai (tepat waktu)
Pencatatan transaksi baik sebelum atau sesudah waktu terjadinya,
memperbesar kemungkinan transaksi tidak di catat atau tidak sesuai dengan
jumlah yang semestinya. Jika terjadi pencatatan lebih dulu atau terlambat pada
akhir periode laporan keuangan akan menjadi salah saji.
Transaksi dimasukkan ke berkas induk dengan pantas dan diikhtisarkan
dengan benar (posting dan pengikhtisaran)
Proses akuntansi mencakup transaksi, mengikhtisarkan berdasarkan jenisnya
dalam bentuk jurnal dan berdasarkan perkiraan yang terdapat dalam buku
besar dan berkas induk.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 34

Tujuan pengendalian internal menurut Journal IIA (1997:8384), adalah sebagai


berikut :
1. Keadalan dan integrasi dari informasi
2. Ketaatan terhadap kebijakan, rencana, prosedur, hukum, peraturan dan kontrak
3. Penggunaan atas aktiva
4. Penggunaan sumber daya secara ekonomis dan efisien
5. Penyelesaian sasaran dan tujuan operasi atau program yang telah ditetapkan

Komponen pengendalian internal

Lima komponen pengendalian internal (Barley, 1996:7,08 dan jurnal IIA,


1997:69, dikutip oleh Hiro Tugiman, 1999:11-12) adalah :
1. The control environment
2. Risk assessment
3. Control activities
4. Information and communication
5. Monitoring
Lima komponen pengedalian internal ini sama dengan yang dikemukakan
Bodnar dan hopwood (1995:169), sebagai berikut :
“An organization’s internal control process coment of five elements : the
control environment, risk assessment, control activities, information and
communication, and Monitoring.”

1) Lingkungan pengendalian
Lingkungan pengendalian merupakan dasar bagi komponen pengendalian
internal lainnya. Tindakan, kebijakan dan prosedur yang mencerminkan
keseluruhan sikap manajemen puncak, direktur dan komisaris, pemilik suatu
badan usaha terhadap pengendalian operasi perusahaan.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 35

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengendalian lingkungan adalah :


a. Integrasi dan nilai etika
Setiap perusahaan menerapkan ethics codes of conduct yang merupakan
pedoman untuk melaksanakan kegiatan usaha dengan etis. Beberapa
perusahaan mempunyai corporate culture yang akan mendukung bahkan
merintangi terlaksananya sikap etis dalam perusahaan, mempengaruhi
kebiasaan, aktivitas dan tingkah laku karyawan. Untuk menjadikan
corporate culture suatu perusahaan menjadi hal yang etis, perlu didukung
melalui seminar, pelatihan tenaga kerja dan menempatkan etika sebagai
hal penting dalam organisasi.
b. Komitmen terhadap kompetensi
Merupakan pengetahuan dan keahlian yang diperlukan dalam
menyelesaikan tugas setiap individu, dan merupakan pertimbangan
manajemen tentang tingkat kompetensi pekerjaan tertentu dan bagaimana
mengubahnya menjadi keahlian dan pengetahuan yang dibutuhkan. Tidak
ada proses pengendalian yang dapat berfungsi dengan baik tanpa didukung
oleh individu yang kompeten.
c. Falsafah manajemen dan gaya operasi
Semua tindakan manajemen akan mendukung efektivitas pengendalian
dalam organisasi. Jika manajemen percaya akan pentingnya pengendalian,
maka akan diterapkan kebijakan dan prosedur pengendalian yang efektif.
d. Struktur organisasi
Struktur organisasi mencerminkan tanggung jawab dan wewenang dalam
perusahaan. Pemahaman struktur organisasi memungkingkan auditor
memahami manajemen dan unsur-unsur fungsional.
e. Fungsi dewan komisaris dan komitenya
Dewan komisaris merupakan penghubung pemegang saham (stockholder)
dengan manajemen perusahaan. Dewan komisaris dapat mendelegasikan
wewenangnya kepada komitenya, salah satunya adalah komite audit yang
independen terhadap manajemen perusahaan. Komite audit
bertanggungjawab terhadap manajemen perusahaan, termasuk kepatuhan
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 36

terhadap kebijakan perusahaan dan berhubungan dengan internal auditor


perusahaan.
f. Cara menetapkan wewenang dan tanggung jawab
Metode penetapan wewenang dan tanggung jawab dalam organisasi
berdasarkan filosofi manajemen dan gaya operasi. Struktur organisasi
formal dan dokumen tertulis, sering digunakan dalam menentukan tugas,
wewenang dan tanggung jawab dalam organisasi. Bodnar and hopwood
(1995:177), menyatakan bahwa :
“The organizations chart is often accompanied by formal job
descriptions and statements of work assignments. Written
memoranda, policy manuals and procedur manuals are other
common means used to formally assign authority and
responsibility whitin an organization”.
g. Kebijakan sumber daya manusia dan praktiknya
Pegawai yang kompeten dan dipercaya, penting bagi pengendalian
internal. Syarat pemilihan tenaga kerja meliputi pengalaman, tingkat
kepandaian, karakter, dedikasi dan kemampuan memimpin. Pengendalian
internal terhadap sumber daya manusia meliputi (Bodnar and
Hopwood,1995:178) :
Segregation of duties
Responsibility for specific task in an organization should be clearly
designated by manuals, job descriptions, or other dokumentation.
Supervision, is the direct monitoring of personnel performance by
an employee who is so charged.
Job ratation and forced vacation, allow employee to check or
verify the operations of other employee by performing their duties
for a period of time.
Dual control, is the assignment of two individuals to perform the
same work task in unison.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 37

2) Perkiraan risiko
Merupakan proses dalam mengidentifikasi, menganalisa, mengatur risiko yang
mempengaruhi tujuan perusahaan secara keseluruhan. Hal ini juga dinyatakan
oleh Bodnar and Hopwood (1995:179) :
“Risk assessment, the second of the five components of internal control, is
the proses of identifying, analyzing and managing risks that affect the
company’s objectives”.

Penilaian risiko oleh manajemen berbeda dengan penilaian risiko


auditor, namun keduanya berkaitan erat. Penilaian risiko manajemen
merupakan bagian desain dan pelaksanaan pengendalian internal untuk
meminimalkan kesalahan, sedangkan penilaian risiko auditor bertujuan
menetapkan sejumlah bukti yang akan dikumpulkan. Jika manajemen berhasil
menilai risiko dengan baik, maka auditor akan mengumpulkan bukti lebih
sedikit.
Perkiraan risiko yang akan timbul dalam proses penyajian laporan
keuangan meliputi (Bodnar and Hopwood,1995:179) :
a) Changes in the organization’s operating environment.
b) Changes in personnel.
c) Changes in the information systems.
d) New technology.
e) Major industry changes.
f) New product lines.
g) New rules.
h) Laws or accounting pronouncements.

3) Aktivitas pengendalian
Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur sebagai
tambahan dari keempat komponen pengendalian internal lainnya, untuk
memberikan keyakinan memadai bahwa tujuan tertentu satuan usaha akan
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 38

tercapai. Aktivitas pengendalian menurut SAS No 78 dapat dikenal sebagai


kebijakan dan prosedur yang menyangkut masalah :
(1) Performance review
Pengendalian akuntansi yang berupa penelaahan kinerja yang
sesungguhnya terjadi dibandingkan dengan anggaran yang telah ditetapkan
sebelumnya.
(2) Information processing
Suatu pengendalian akuntansi dilakukan untuk menguji dan memberikan
keyakinan bahwa semua transaksi yang telah terjadi di proses secara
akurat, lengkap dan diotorisasikan dengan benar.
(3) Physical control
Pengendalian aktivitas berupa pengamanan fisik aktiva perusahaan
termasuk pengamanan fasilitas perusahaan yang dilindungi, adanya akses
dan otorisasi tertentu untuk harta dan catatan perusahaan.
(4) Segregation of duties
Kegiatan menempatkan personnel yang berbeda untuk bertanggung jawab
dalam pencatatan, otorisasi transaksi dan aktivitas penyimpanan untuk
melindungi perusahaan dari risiko penipuan atau kecurangan.
Bodnar dan Hopwood, dalam bukunya “Accounting Information System”,
menyatakan bahwa :
“.....these include accounting controls designed to provide reasonable
assurance that the following specific control objectives are met for
every significant application system within an organization :
The plan of organization includes segregation of duties to reduce
opportunities to allow any person to be in the potition to both
perpetrate and conceal errors or irregularities inthe normal course
of his or her duties.
Procedures include the design and use of adequate documents and
records to help ensure the proper recording of transactions and
events.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 39

Access to assets is permitted only in accordance with


management’s authorization.
Independent checks and reviews are made on the accountability of
assets and performance.
Information processing are applied to check the proper
authorization, accuracy and completeness of individual
transactions.”

Beberapa pengendalian tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut :


(a) Pemisahan tugas yang memadai
Ada empat pedoman umum dalam pemisahan tugas untuk mencegah
kesalahan yang disengaja maupun tidak disengaja, yaitu :
Pemisahan fungsi penanganan aktiva dari fungsi akuntansi
Jika fungsi penangan aktiva dan fungsi akuntansi dipegang oleh
personnel yng sama, maka besar kemungkinan terjadi penggelapan
aktiva, uang perusahaan dengan cara memanipulasi pembukuan
perusahaan yang akan merugikan perusahaan.
Pemisahan fungsi pencatatan transaksi dari penanganan aktiva
Sebaiknya orang yang memberi otorisasi transaksi tidak ikut
berpartisipasi dalam pengendalian aktiva ayng bersangkutan, karena
risikonya besar terhadap perusahaan.
Pemisahan tugas tanggung jawaboperasional dari pencatatan
Jika masing-masing divisi dalam satu organisasi bertanggung jawab
dalam mempersiapkan pencatatan dan pelaporannya, akan timbul
kecenderungannnya untuk mendapatkan hasil yang berat sebelah
dalam memperbaiki hasil yang dilaporkan.
Pemisahan tugas dalam EDP (Electronic Data Processing)
Sebaiknya dilakukan pemisahan fungsi-fungsi otorisasi dalam EDP,
yaitu antara lain fungsi-fungsi : “System analyst, programmer,
computer operators, librarian, data control checks”. (Bodnar and
Hopwood, 1995:185-186)
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 40

(b) Otorisasi yang pantas atas transaksi


Agar pengendalian internal dapat berjalan dengan baik, setiap
transaksi harus diotorisasi dengan sebaiknya. Otorisasi ini dapat berbentuk
umum maupun khusus. Otoritas umum berarti manajemen menetapkan
kebijakan yang dirumuskan untuk dilaksanakan dalam organisasi. Setiap
orang yang menjalankan kebijakan ini, memberikan otorisasi untuk setiap
transaksi, dalam batas tertentu. Otoritas khusus, berlaku untuk transaksi
yang sifatnya khusus. Pengertian otorisasi (authorization) berbeda dengan
persetujuan (approval). Otorisasi merupakan keputusan kebijakan yang
berlaku bagi kelompok transaksi umum dan khusus, persetujuan
merupakan pelaksanaan dari keputusan otorisasi yang ditetapkan
manajemen.
(c) Dokumen dan catatan yang memadai
Dokumen dan catatan merupakan objek fisik dimana setiap
transaksi dibukukan dan dan diikhtisarkan, baik berupa dokumen asli
maupun catatan transaksi. Dokumen dan catatan yang memadai
merupakan unsur penting dalam pengendalian internal. Dokumen yang
tidak memadai, merupakan salah satu penyebab ketidakefektivan
pengendalian internal perusahaan. Dokumen berfungsi sebagai media
penerus informasi di lingkungan organisasi atau diantara organisasi yang
berbeda. Oleh karena itu, dokumen harus cukup memadai untuk
memberikan kepastian yang wajar bahwa seluruh aktiva telah berada
dalam pengawasan yang semestinya dan setiap transaksi telah dicatat
dengan benar.
Syarat dokumen dan catatan yang baik adalah sebagai berikut :
(1) Diberi nomor urut untuk mencegah adanya dokumen yang hilang dan
memudahkan dalam pencarian
(2) Dibuat pada saat terjadi transaksi atau sesudahnya
(3) Cukup sederhana dan mudah dimengerti
(4) Dirancang untuk berbagai kegunaan. Jika memungkinkan, dirancang
untuk mengurangi jumlah formulir yang dibuat
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 41

(5) Dirancang sedemikian rupa untuk memungkunkan penyajian secara


benar
(d) Pengendalian fisik atas aktiva dan catatan
Perlindungan terhadap aktiva bertujuan untuk mencegah terjadinya
kemungkinan pencurian, perusakan dan kehilangan, yang akan
menghambat aktivitas perusahaan sehari-hari. Ada tiga macam
pengendalian untuk melindungi asset, yaitu :
Physical control, untuk melindungi fasilitas perusahaan secara fisik,
seperti penggunaan kunci pintu ruangan komputer.
Access control, untuk memastikan bahwa hanya pegawai berwenang
yang dapat menggunakan aktiva, seperti penggunaan password.
Back up and recovery procedures, merupakan tindakan antisipasi
pencegahan untuk kejadian-kejadian kehilangan aktiva, seperti
pembuatan back up file.
(e) Pengecekan independen
Prosedur pengendalian aktiva yang terakhir, adalah melakukan kaji
ulang secara cermat dan berkesinambungan atas keempat prosedur lainnya,
yang disebut sebagai pengecekan independen. Pengecekan independen ini
timbul karena kecenderungan pengendalian internal yang dapat berubah
sewaktu-waktu, kecuali kalau ada mekanisme uji ulang secara terus
menerus. Misalnya, catatan mengenai aktiva harus dibandingkan dengan
aktivitas yang ada, dan jika tidak sesuai, dilakukan tindakan lebih lanjut.
Contoh independent check (Bodnar and Hopwood, 1995:181) :
“Clerical checks, reconciliations, comparison of assets with recorded
accountability, computer programmed controls, management review of
reports that summarise the detail of account balances, and user review of
computer generated reports.”
4) Informasi dan komunikasi
Tujuan sistem informasi akuntansi suatu perusahaan, untuk
mengidentifikasi, mengumpulkan, mengklasifikasikan, mencatat dan
melaporkan transaksi-transaksi, serta menjaga kebenaran nilai aktiva yang
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 42

bersangkutan. Sistem informasi akuntansi suatu perusahaan terdiri dari banyak


sub komponen, umumnya berupa transaksi penjualan dan pembelian. Untuk
setiap kelompok transaksi tersebut, sistem akuntansi harus memenuhi enam
tujuan audit yang berhubungan dengan transaksi (transaction related audit
objective). Sistem informasi dirancang dan diterapkan bukan hanya untuk
menghasilkan informasi keuangan saja, tetapi juga untuk penghasilkan
pengendalian manajemen dan informasi operasi perusahaan.

5) Pemantauan
Pemantauan merupakan tindak lanjut yang digunakan sebagai
tambahan keempat komponen pengendalian internal lainnya, untuk
memberikan keyakinan memadai bahwa tujuan tertentu satuan usaha akan
tercapai. Misalnya, fungsi internal audit, pada umumnya berfungsi memantau
dan mengevaluasi pengendalian internal dalam perusahaan, bahkan sekarang
lebih ditekankan pada upaya perbaikan kinerja perusahaan guna mencapai
tujuan perusahaan secara keseluruhan.

2.4.4. Keterbatasan pengendalian internal

Meskipun pengendalian internal telah tersusun dan terselenggara secara


memadai, tidak dapat sepenuhnya efektif, sebab pada dasarnya pengendalian
internal mengalami keterbatasan.
Keterbatasan pengendalian internal merupakan kondisi-kondisi yang
menyebabkan tidak tercapainya tujuan pengendalian internal, yang tergantung
pada manusia sebagai pelaksana.
Faktor-faktor penyebab keterbatasan pengendalian internal, menurut
Tuanakotta (1982:98) adalah : (1) adanya persekongkolan, (2) biaya, (3)
kelemahan manusia, (4) dimensi waktu.
1) Persekongkolan
Adanya persekongkolan atau kolusi dalam perusahaan, akan menghancurkan
pengendalian internal yang telah tersusun dengan baik. Oleh karena itu,
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 43

pengendalian internal mengusahakan agar persekongkolan dapat dihindarkan


sejauh mungkin.
2) Biaya
Semakin baik pengendalian internal yang akan diterapkan, misalnya orientasi
penggunaan komputer, akan menimbulkan biaya yang besar. Untuk itu, harus
diperhatikan besarnya biaya yang akan dikeluarkan dengan manfaat yang akan
diperoleh (cost and benefit approach).
3) Dimensi waktu
Keefektivan pengendalian internal yang diterapkan sekarang, belum tentu
efektif di masa yang akan datang, karena perubahan lingkungan, keadaan dan
kemungkinan menurunnya ketaatan terhadap prosedur yang berlaku.
4) Kelemahan manusia

Menurut Mulyadi (1998:73), kesalahan dan penyelewengan dalam


perusahaan dapat disebabkan oleh :
1) Kesalahan dalam pertimbangan
Manajemen dan personnel lain dapat salah dalam mengambil keputusan
karena tidak memadainya informasi, keterbatasan waktu dan tekanan lain.
2) Gangguan
Gangguan dapat terjadi karena personnel keliru dalam mmahami perintah,
membuat kesalahan karena kelalaian, tidak adanya perhatian, atau kelelahan.
3) Kolusi

Dewan SPAS Ikatan Akuntansi Indonesia (SPAS IAI, 1996:319,7),


mengemukakan keterbatasan pengendalian internal sebagai berikut :
“.....Keefektifan potensial pengendalian internal satuan usaha ditentukan
oleh kendala yang melekat di dalamnya. Kesalahan penerapan kebijakan
dan prosedur mungkin timbul dari sebab-sebab, misalnya salah mengerti
instruksi yang diberikan, salah dalam membuat pertimbangan, kurang
hati-hati, kurang perhatian dan lelah lebih lanjut, kebijakan dan prosedur,
yang memerlukan pemisahan tugas dapat hilang keampuhannya jika
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 44

terjadi persekongkolan baik antara orang orang dalam satuan usaha atau
dengan pihak di luar satuan usaha tersebut, atau jika manajemen
melanggar kebijakan dan prosedur yang ada.”

2.5. Penjualan dan penagihan piutang

2.5.1. Definisi penjualan dan penagihan piutang

Definisi penjualan menurut Kohler (1979:715) adalah :


“...a business transaction involving the delivery (i.e: the giving) of a commodity, a
right, or a service in exchange for (the receipt of) cash, a promise to pay, or
money ekuivalet, or for any combination of these items.”
Dalam Standar Akuntansi Keuangan, dinyatakan bahwa penjualan
merupakan salah satu sumber pendapatan. Kieso dan Weygandt (1995:325),
mendefinisikan piutang sebagai berikut :
“...receivables are claims held against customers and others for money,
good or services. Those receivables expected to be collected within a year
or during the current operation cycle, whichever is longer, are classified
as current receivables. All other receivables are classified as non
current.”

Definisi ini hampir sama dengan yang dinyatakan oleh Cashin (1988:25,2)
yaitu :
“...receivables are all claims against others collectible in money, goods
(i.e; deposits or purchases) and services (i,e; prepaid expenses such as
insurance).”

2.5.2. Arti penting penjualan dan penagihan piutang

Penjualan merupakan sumber penghasilan perusahaan. Secara sederhana,


penjualan dapat diartikan sebagai pengalihan atau pemindahan hak milik atas
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 45

barang atau jasa dari pihak penjual ke pihak pembelian. Pada umumnya,
penjualan dilakukan secara tunai dan kredit. Dalam penjualan tunai, pihak
pembeli langsung melakukan pembayaran pada saat barang atau jasa diserahkan
penjual dan menjadi haknya. Sebaliknya, dalam penjualan kredit, pihak pembeli
tidak langsung melakukan pembayaran pada saat barang atau jasa diserahakan
penjualan dan menjadi haknya. Akibatnya timbul piutang.
Piutang merupakan kewajiban pihak pembeli terhadap penjual. Piutang
usaha merupakan piutang yang terjadi akibat transaksi penjualan barang atau jasa
dalam kegiatan normal. Piutang di luar usaha merupakan piutang yang tidak
terjadi karena penjualan barang atau jasa. Misalnya, piutang yang timbul
karenapemberian pinjaman kepada pihak ketiga, klaim asuransi, retitusi pajak,
royalti, dll. Piutang dalam hubungan istimewa merupakan piutang yang timbul
akibat adanya hubungan istemewa perusahaan dengan pihak terutang.
Sebagian besar perusahaan, melakukan penjualannya secara kredit
sehingga semakin besar nilai penjualannya maka semakin besar pula nilai
piutangnya. Dengan demikian, sebagian besar aktiva perusahaan dalam bentuk
piutang, artinya penjualan dan penagihan piutang merupakan salah satu faktor
utama penentu kelangsungan hidup perusahaan. Penagiahan piutang yang
terkendali, akan membawa dampak positif bagi perkembangan perusahaan.

2.5.3. Siklus penjualan dan penagihan piutang

Siklus penjualan dan penagihan piutang merupakan salah satu siklus


penting dalam perusahaan. Melalui siklus ini, perusahaan mendapat pendapatan
(revenue) sebagai penentu profit perusahaan dan menjamin berlangsungnya
aktivitas perusahaan.
Siklus penjualan dan penagihan piutang meliputi keputusan dan proses
yang diperlukan dalam pengalihan hak kepemilikan barang dan jasa yang siap
dijual kepada pelanggan. Siklus ini dimulai dari penerimaan order pesanan
pelanggan dan berakhir dengan penerimaan uang kas perusahaan.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 46

Fungsi-fungsi dalam siklus penjualan dan penagihan piutang adalah


sebagai berikut :
1. Pemrosesan pesanan pelanggan
Permintaan barang dan jasa dari pelanggan merupakan titik awal dari
semua siklus penjualan dan penagihan piutang, yang merupakan
penawaran resmi pelanggan terhadap pembelian sejumlah barang dan jasa
berdasarkan syarat tertentu.
Dokumen yang dipergunakan meliputi :
1) Customer order, merupakan permintaan barang dan jasa dari
pelanggan, yang dapat diterima melalui surat, telepon, formulir
tercetak yang dikirimkan kepada calon pelanggan yang ada,
salesman, atau pun cara lainnya.
2) Sales order, merupakan dokumen yang berisi deskripsi, jumlah dan
informasi berkaitan dengan barang dan jasa pesanan pelanggan.
Dokumen ini digunakan sebagai bukti persetujuan kredit dan
pengiriman barang.
2. Pemberian persetujuan kredit
Sebelum pengiriman barang pihak berwenang harus menyetujui kredit
bagi pelanggan yang membeli secara kredit. Pengendalian internal yang
lemah dalam fungsi ini akan menyebabkan besarnya piutang tak tertagih.
Bagi sebagian besar perusahaan, persetujuan kredit menunjukkan
persetujuan untuk mengirimkan barang atau jasa.
3. Pengiriman barang
Merupakan fungsi kritis, karena merupakan titik awal dalam siklus
penyerahan aktiva perusahaan. Dokumen yang digunakan adalah shipping
document, yang merupakan dokumen yang dipersiapkan untuk melakukan
otorisasi pengiriman barang, mencatat deskripsi barang yang dikirim dan
data lain yang relevan. Dokumen ini juga digunakan sebagai tagihan
kepada pelanggan. Salah satu jenis dokumen ini adalah bill of landing,
yang merupakan kontrak tertulis antara perusahaan pengangkutan barang
dengan penjual atas penerimaan dan pengiriman barang.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 47

4. Penagihan kepada pelanggan dan pencatatan penjualan


Penagihan kepada pelanggan, lebih dikenal dengan istilah billing, yang
menyatakan bahwa semua pengiriman yang terjadi telah dibuat
penagihnya, tidak ada pengiriman yang di tagih lebih dari sekali dan setiap
pengiriman ditagih dalam jumlah yang benar. Artinya, membebankan
pelanggan atas sejumlah barang dan jasa yang dikirim sesuai dengan harga
yang telah diotorisasi.
Sistem billing meliputi : pembuatan faktur penjualan, diikuti dengan
pembaharuan buku besar, dengan terjadinya penjualan dan penagihan
piutang dagang.
(a) Faktur penjualan
Merupakan dokumen yang berisi deskripsi jumlah barang dan jasa
yang dijual, harga termasuk ongkos angkut, asuransi, jangka waktu
pembayaran dan data relevan lainnya
(b) Jurnal penjualan
Merupakan jurnal yang mencatat transaksi penjualan
(c) Laporan ikhtisar penjualan
Merupakan dokumen yang merangkum penjualan selama satu periode
(d) Berkas induk piutang usaha
Merupakan catatan atau file yang berisi penjualan, penerimaan kas,
retur untuk pelanggan dan saldo piutang setiap pelanggan
(e) Neraca saldo piutang usaha
Merupakan daftar jumlah piutang untuk setiap pelanggan pada waktu
tertentu. Neraca ini dipersiapkan langsung dari berkas induk piutang
usaha
(f) Laporan bulanan
Merupakan dokumen yang berisi saldo awal piutang jumlah dan
tanggal setiap transaksi setiap penjualan, pembayaran kas yang
diterima (pembayaran tunai), nota kredit yang diterbitkan dan asldo
akhir. Dokumen ini dikirimkan ke setiap pelanggan.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 48

5. Pemrosesan dan pencatatan penerimaan kas


Fungsi ini meliputi penerimaan, penyetoran dan pencatatan penerimaan
kas. Hal penting untuk diperhatikan adalah adanya kemungkinan
terjadinya pencurian yang dapat terjadi sebelum dan sesudah pencatatan
penerimaan kas dan penyetoran uang kas ke bank dalam jumlah yang
benar dan waktu yang tepat. Semua uang kas yang disetor ke bank, dicatat
dalam berkas transaksi penerimaan kas yang digunakan untuk pencatatan
jurnal penerimaan kas dan memperbaharui buku besar.
Dokumen yang digunakan :
(a) Remittance advice
Merupakan dokumen yang menyertai faktur penjualan yang
dikirim ke pelanggan dan dikembalikan ke penjual beserta
pembayaran tunai. Dokumen ini berisi nama pelanggan, nomor
faktur pelanggan dan jumlah faktur pada saaat penerimaan
pembayaran.
(b) Prelisting of cash receipts
Merupakan daftar yang dipersiapkan oleh pihak independen, yaitu
pihak yang tidak mempunyai akses terhadap kas dan tidak
bertanggung jawab atas pencatatan penjualan dan piutang ketika
kas diterima. Dokumen ini digunakan untuk memverifikasi apakah
kas yang diterima telah dicatat dan disetorkan dengan jumlah dan
pada waktu yang tepat.
(c) Cash receipt journal
Meupakan jurnal untuk mencatat penerimaan kas hasil penagihan
penjualan tunai dan penerimaan kas lainnya.
6. Pemrosesan dan pencatatan pengembalian dan potongan penjualan
Jika pelanggan tidak puas terhadap barang yang diterima, biasanya penjual
bersedia menerima pengembalian barang tersebut atau memberikan
potongan harga. Pada umumnya, perusahaan mempersiapkan laporan
penerimaan barang yang dikembalikan dan pengembaliann barang tersebut
ke gudang.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 49

Dokumen yang digunakan :


(a) Credit memo
Merupakan dokumen yang menunjukkan pengurangan jumlah taguhan
kepada pelanggan yang disebabkan oleh adanya barang yang
dikembalikan atau potongan penjualan.
(b) Sales return and allowance journal
Merupakan jurnal untk mencatat pengembalian barang dan potongan
penjualan.
7. Penghapusan piutang tak tertagih
Jika piutang tidak dapat ditagih karena diperkirakan debitur pailit, maka
jumlah piutang tersebut harus dihapuskan. Praktek akuntansi yang tepat
menghendaki penyesuaian piutang tidak tertagih. Dokumen yang
digunakan adalah uncollectible account authorization form yaitu dokumen
yang digunakan perusahaan untuk menunjukkan kewenangan dan
mengotorisasi penghapusan piutang tidak tertagih.
8. penentuan cadangan kerugian piutang
penentuan cadangan kerugian piutang, harus mancakup jumlah yang
memadai untuk jumlah penjualan periode berjalan yang menurut
perusahaan tidak dapat tertagih di masa yang akan datang. Penentuan
cadangan kerugian piutang ini melalui metode penyisihan yakni penentuan
suatu perkiraan akhir tahun atas saldo piutang yang tidak dapat ditagih,
dapat menggunakan dasar penjualan bersih atau saldo piutang.

2.6. Efektivitas pengendalian internal penjualan dan penagihan piutang

2.6.1. Pengendalian internal penjualan

Tujuan pengendalian internal atas hasil penjualan adalah mencapai volume


penjualan yang dikehendaki dengan biaya wajar yang menghasilkan laba kotor
yang diperlukan untuk mencapai hasil pengmbalian yang diharapkan atas nvestasi.
Pengendalian yang memadai akan memungkinkan penyelesaian semua transaksi
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 50

dengan sempurna dan tepat, di samping akan menunjang pula dipatuhinya


kebijakan operasi perusahaan.
Kondisi yang memungkinkan terciptanya pengendalian internal penjualan
yang memadai, meliputi :
1. Setiap fase penjualan harus dilaksanakan secara terpisah dan laporan dari
masing-masing fase tersebut harus diverifikasi secara terpisah.
2. Pengendalian persediaan harus dikoordinasi dan dicocokkan dengan kas atau
piutang yang dihasilakn dari penjualan.
3. Dokumen pengiriman barang dan dokumen penagihan kepada pelanggan
harus memiliki hubungan yang erat dan sistematis.
4. Barang-barang yang diserahkan secara konsinyasi harus memperoleh
pengendalian yang layak, serta laporan yang sistematis mengenai penjualan
barang tersebut harus terselenggara dengan baik.
5. Catatan mengenai transaksi penjualan yang terjadi harus diselenggarakan
dengan layak
6. Penjualan secara tunai harus mendapatperhatian dan pengendalian yang layak
melalui pengawasan pengamanan yang memadai.
7. Retur penjualan harus ditangani sesuai dengan prosedur yang berlaku secara
sistematis, serta dianalisis dan diselidiki penyebabnya.

Prinsip-prinsip pengendalian internal yang baik atas penjualan kredit meliputi :


A) Organisasi
(1) Adanya pemisahan fungsi pemberi otorisasi kredit dengan fungsi yang
menangani penjualan kredit.
(2) Fungsi pencatatan piutang harus terpisah dari fungsi penjualan dan
pemberian otorisasi kredit.
(3) Fungsi pencatatan piutang harus terpisah dari fungsi penerimaan uang
hasil tagihan piutang.
(4) Transaksi penjualan kredit harus dilaksanakan oleh fungsi penjualan,
pemberian otorisasi kredit, pengiriman barang, penagihan, pencatatn
piutang dan akuntansi.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 51

B) Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan


(1) Penerimaan order dari pembeli diotorisasi oleh fungsi penjualan dengan
menggunakan formulir order penjualan.
(2) Persetujuan pemberiaan kredit diberikan oleh fungsi pemberi otorisasi
kredit.
(3) Pengiriman barang kepada pelanggan diotorisasi oleh fungsi pengiriman
barang.
(4) Penetapan hargajual, syarat penjualan, pengangkatan barang dan potongan
penjualan oleh direktur pemasaran dengan penerbitan surat keputusan
mengenai hal tersebut.
C) Praktik yang sehat
(1) Semua formulir yang digunakan dalam transaksi penjualan kredit harus
diberi nomor urut tercetak dan penggunaannya dipertanggungjawabkan
oleh yang berwenang.
(2) Jika formulir tidak terpakai karena salah tulis atau transaksi batal, maka
dicap “BATAL” dan diarsip. Dengan tetap diarsipnya formulir yang batal
tersebut, perusahaan dapat mengawasi kegiatan penjualan melalui formulir
yang ada.
(3) Semua permohonan kredit harus diteliti dengan seksama, termasuk kriteria
calon pelanggan. Jika calon pelanggan tidak memenuhi kriteria, maka
sebaiknya permohonan kredit pelanggan tersebut ditolak, karena
kemungkinan besar tidak dapat melunasi kreditnya.
Secara umum, tujuan pengendalian internal penjualan untuk menjamin, bahwa :
1) Penjualan tercatat adalah untuk pengiriman aktual yang dilakukan pada
pelanggan non fiktif perusahaan.
2) Penjualan yang ada telah dicatat.
3) Penjualan yang dicatat adalah untuk jumlah barang yang dikirim dan
ditagih, telah dicatat dengan benar.
4) Transaksi penjualan diklasifikasi dengan pantas.
5) Penjualan dicatat dalam waktu yang tepat.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 52

6) Transaksi penjualan dimasukkan dalam berkas induk dan diiktisarkan


dengan benar.

2.6.2. Pengendalian internal penagihan piutang

Piutang dalam arti luas merupakan semua hak atau klaim terhadap pihak
lain atas uang, barang atau jasa. Untuk tujuan akuntansi, piutang diartikan lebih
sempit yaitu sebagai klaim yang diharapkan akan diselesaikan melalui penerimaan
kas.
Piutang usaha merupakan akun penting dalam neraca karena merupakan
bagian aktiva perusahaan yang cukup besar. Data mengenai piutang usaha, baik
kualitas maupun jangka waktu kredit yang diberikan mencerminkan besarnya
investasi daalam piutang usaha. Semakin besar penjualan kredit dalam suatu
periode, semakin besar pula investasi dalam piutang usaha. Dengan demikian,
semakin panjang masa kredit yang diberikan, semakin besar pula investasi dalam
piutang tersebut.
Peningkatan investasi piutang usaha yang disebabkan karena lamanya
masa kredit tanpa disertai alasan tertentu yang dapat diterima, menunjukkan
prestasi manajemen yang kurang baik karena perusahaan menjadi tidak likuid
(ketersediaan uang kas dalam perusahaan).
Dengan demikian, pengendalian terhadap penagihan piutang perusahaan
sangat penting dalam perusahaan. Pengendalian piutang usaha dimulai sebelum
ada persetujuan pengiriman barang dagang, sampai setelah penyiapan dan
penerbitan faktur, dan diakhiri dengan penagihan hasil penjualan.
Ada tiga bidang pengendalian umum yang berpengaruh terhadap
pengendalian penagihan piutang perusahaan untuk menciptaakan pengendalian
internal yang memadai, yaitu :
1) Pemberian kredit
Kebijaksanaan kredit dan syarat penjualan harus diberikan kepada pelanggan
yang memenuhi kriteria tertentu (keadaan keuangan yang baik) sehingga tidak
menimbulkan risiko besar akibat pemberian kredit.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 53

2) Penagihan
Upaya penagihan piutang harus dilakukan sebagai usaha memperoleh
pembayaran sesuai dengan syarat penjualan.
3) Penetapan dan penyelengaraan pengendalian internal yang layak
Prosedur penagihan piutang yang telah diadministrasikan dengan baik dan
wajar, tidak menjamin adanya pengendalian piutang yang baik. Misalnya
masih ada kemungkinan penyerahan barang tanpa faktur atau penerimaan hasil
penagihan piutang tidak diterima perusahaan. Untuk itu, diperlikan suatu
pengendalian internal yang memadai.

Untuk pencapaian pengendalian internal yang memadai terhadap


penagihan piutang perusahaan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu :
1) Setiap periodik dilakukan pengiriman konfirmasi piutang kepada debitor guna
menyesuaikan saldo piutang yang ada pada kartu piutang dengan saldo yang
dicatat debitur. Jika terjadi ketidaksesuaian, harus dicari penyebab terjadinya
ketidaksesuaian tersebut dan dikonfirmasikan kepada debitur, untuk
menghindarikan masalah berkepanjangan di kemudiaan hari.
2) Setiap periodik dilakukan penyesuaian saldo buku besar piutang dengan kartu
piutang setiap debitur.
3) Adanya saldo cadangan kerugian piutang untuk mengantisipasi kemungkinan
piutang yang tidak tertagih.
4) Pembuatan kartu piutang untuk masing-masing debitur sehingga setiap saat
dapat diketahui saldo piutang masing-masing debitur.

Ini sudah di black list oleh perusahaan lain, karena sulit melunasi
hutangnya. Hal ini dapat terjadi karena penbgendalian internal yang tidak efektif,
mencakup informasi tentang syarat-syarat pelanggan yang layak diberi kredit,
otorisasi yang tidak semestinya, lemahnya segregation of duties, dll. Akibatnya
kinerja perusahaan kurang baik, ditandai dengan lemahnya likuiditas perusahaan,
terganggunya aktivitas perusahaan, dll. Kinerja perusahaan ini menjadi perhatian
internal auditor dan dimasukkan dalam saran-saran maupun rekomendasi, yang
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 54

diantaranya adalah perbaiakn pengendalian internal perusahaan. Dengan demikian


secara otomatis pengendalian internal perusahaan menjadi semakin efektif.
Hubungan ini, dapat dideskripsikan sebagai berikut : sesuai dengan peran
dan tujuannya untuk mengupayakan pencapaian tujuan perusahaan, internal
auditor akan memberikan saran-saran dan rekomendasi perbaikan kepada
manajemen. Saran dan rekomendasi ini dijadikan masukan dalam pengambilan
keputusan manajemen. Selanjutnya, keputusan manajemen akan mencakup saran
dari internal auditor untuk meningkatkan pengendalian internal penjualan dan
piutang. Pelaksanaan keputusan akan mewujudkan perilaku baru, misalnya
menerapkan segregation of duties dan hasilnya pengendalian internal perusahaan
semakin efektif.

Anda mungkin juga menyukai