Anda di halaman 1dari 48

PENGARUH INDEPENDENSI, OBJEKTIVITAS,

PENGETAHUAN DAN PENGALAMAN KERJA


TERHADAP KUALITAS AUDIT

(Survei pada Inspektorat Kabupaten Bandung)

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Sidang Skripsi


Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

Hasnul Fikri
154020020

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2019
BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN

HIPOTESIS

2.1. Kajian Pustaka

Kajian pustaka berisi landasan teori yang merupakan teori-teori yang

mendukung perumusan hipotesis, penelitian terdahulu yang merupakan bahasan

hasil-hasil penelitian sebelumnya yang sejenis, kerangka pemikiran yang

menjelaskan secara singkat tentang permasalahan yang akan diteliti dan hipotesis

yang merupakan pernyataan singkat yang disimpulkan dari tinjauan pustaka

(landasan teori dan penelitian terdahulu) serta merupakan jawaban sementara

terhadap masalah yang diteliti.

2.1.1. Ruang Lingkup Audit

2.1.1.1 Audit

1. Pengertian Audit

Audit merupakan aktivitas pengumpulan dan pemeriksaan bukti terkait

suatu informasi untuk menentukan dan membuat laporan tentang tingkat

kesesuaian antara informasi dengan kriteria yang ditetapkan. Untuk lebih

memahami pengertian audit itu sendiri, maka berikut beberapa pengertian audit

yang dikemukan oleh beberapa ahli, diantaranya sebagai berikut :

16
17

Pengertian Audit menurut Alvin A. Arens, Randal J. Elder, Mark S.

Beasley (2015:3) adalah sebagai berikut :

“Auditing is the accumulate on and evaluation of evidence about


information to determine and report on the degree of correspondence
between the information and estabilished criteria. Auditing should be done
by a competent, independent person.”

Artinya :

“Audit adalah pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk


menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi itu dan
kriteria yang telah ditetapkan. Audit harus dilakukan oleh orang yang
kompeten dan independen”.

Pengertian auditing menurut Mulyadi (2014:9) menyatakan bahwa

pengertian audit adalah :

“Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara


objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian
ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara
pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria-kriteria yang telah
ditetapkan, serta menyampaikan hasil-hasilnya kepada pemakai yang
berkepentingan”.

Pengertian audit lainnya menurut Soekrisno Agoes (2012:4) :

“Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara sistematis oleh pihak yang


independen terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh
manajemen beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti
pendukungnya dengan tujuan untuk memberikan pendapat mengenai
kewajaran laporan keuangan tersebut”.

Dari beberapa definisi diatas dapat diketahui bahwa audit pada dasarnya

adalah kegiatan yang dilakukan oleh orang yang independen, objektif,

pengetahuan dan pengalaman kerja dalam mengumpulkan temuan-temuan yang


18

dikemukakan yang bersifat jujur dan bersih sehingga laporan dapat dipergunakan

dengan baik.

2. Tujuan Audit

Pada dasarnya tujuan audit pada umumnya adalah menyatakan pendapat

atas kewajaran, dalam semua hal yang material posisi keuangan serta arus kas

sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Untuk mencapai tujuan ini

auditor perlu menghimpun bukti kompeten yang cukup, serta mengidentifikasikan

dan menyusun sejumlah tujuan audit spesifik untuk setiap akun laporan keuangan.

Menurut Alvin A. Arens, Randal J. Elder, Mark S. Beasley (2015:168)

tujuan audit adalah :

“Untuk menyediakan pemakai laporan keuangan suatu pendapat yang


yang diberikan auditor tentang apakah laporan keuangan disajikan secara
wajar dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka kerja
akuntansi keuangan yang berlaku. Pendapat auditor ini menambah tingkat
keyakinan pengguna yang bersangkutan terhdapa laporan keuangan.”

Sedangkan menurut Tuanakotta (2014:84) tujuan audit adalah :

“Mengangkat tingkat kepercayaan dari pemakai laporan keuangan yang


dituju, terhadap laporan keuangan itu. Tujuan itu dicapai dengan
pemberian opini oleh auditor mengenai apakah laporan keuangan disusun
dalam segala hal yang material sesuai dengan kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku.”

3. Jenis-Jenis Audit

Menurut Alvin A. Arens, Randal J. Elder, Mark S. Beasley yang dialih

bahasakan oleh Amir Abadi Jusuf (2015:16) Jenis-jenis audit dibedakan menjadi

tiga jenis, yaitu:


19

1. Audit Operasional (Operational Audit) Audit operasional mengevaluasi


efisiensi dan efektivitas setiap bagian dari prosedur dan metode operasi
organisasi. Pada akhir audit operasional, manajemen biasanya
mengharapkan saran-saran untuk memperbaiki operasi. Sebagai contoh,
auditor mungkin mengevaluasi efisiensi dan akurasi pemprosesan
transaksi penggajian dengan sistem komputer yang baru dipasang.
Mengevaluasi secara objektif apakah efisiensi dan efektifitas operasi
sudah memenuhi kriteria yang ditetapkan jauh lebih sulit dari pada
audit ketaatan dan audit keuangan. Selain itu, penetapan kriteria untuk
mengevaluasi informasi dalan audit operasional juga bersifat sangat
subjektif
2. Audit Ketaatan (Complience audit) Audit ketaatan dilaksanakan untuk
menentukan apakah pihak yang diaudit mengikuti prosedur, aturan, atau
ketentuan tertentu yang ditetapkan oleh otoritas yang lebih tinggi. Hasil
dari audit ketaatan biasanya dilaporkan kepada manajemen, bukan
kepada pengguna luar, karena manajemen adalah kelompok utama yang
berkepentingan dengan tingkat ketaatan terhadap prosedur dan
peraturan yang digariskan. Oleh karena itu, sebagia besar pekerjaan
jenis ini sering kali dilakukan oleh auditor yang bekerja pada unit
organisasi itu.
3. Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audit) Audit atas
laporan keuangan dilaksanakan untuk menentukan apakah seluruh
laporan keuangan (informasi yang diverifikasi) telah dinyatakan sesuai
dengan kriteria tertentu. Biasanya, kriteria yang berlaku adalah
prinsipprinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP), walaupun
auditor mungkin saja melakukan audit atas laporan keuangan yang
disusun dengan menggunakan akuntansi dasar kas atau beberapa dasar
lainnya yang cocok untuk organisasi tersebut. dalam menentukan
apakah laporan keuangan telah dinyatakan secara wajar sesuai dengan
standar akuntansi yang berlaku umum, auditor mengumpulkan bukti
untuk 12 menetapkan apakah laporan keuangan itu mengandung
kesalahan yang vital atau salah saji lainnya.

4. Standar Audit

Auditor harus berpedoman pada Standar Profesional Akuntan Publik

(SPAP) yang ditetapkan oleh Institut Akuntan Indonesia(IAI). Standar ini disebut
20

sebagai Pernyataan Standar Auditing(PSA).Standar tersebut digunakan auditor

sebagai pedom an pelaksanaan audit atas laporan keuangan klien.

Menurut Hery (2017:28) standar audit yang berlaku umum dapat

dibedakan menjadi tiga kategori yang terdiri dari :

1. Standar Umum
a. Audit harus dilakukan oleh orang yang sudah mengikuti pelatihan
dan memiliki kecakapan teknis yang memadai sebagai
seorangauditor.
b. Auditor harus mempertahankan sikap mental yang independen
dalam semua hal yang berhubungan dengan audit.
c. Auditor harus menerapkan kemahiran profesional dalammelak
sanakan audit dan menyusun laporan.
2. Standar Pekerjaan Lapangan
a. Auditor harus merencanakan pekerjaan secara memadai dan
mengawasi semua asisten sebagaimana mestinya.
b. Auditor harus memahami pemahaman yang cukup mengenai
entitas serta lingkungannya,termasuk pengendalian internal,untuk
menilai risiko salah saji yang material dalam laporan keuangan
karena kesalahan atau kecurangan,dan selanjutnya untuk
merancang sifat,waktu,serta luas prosedur audit.
c. Auditor harus memperoleh cukup bukti audit yang tepat dengan
melakukan prosedur audit agar memiliki dasar yang layak untuk
memberikan pendapat menyangkut laporan keuangan yang
diaudit.
3. Standar Pelaporan
a. Auditor dalam laporan auditnya harus menyatakan apakah
laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip
akuntansi yang berlaku umum.
b. Auditor dalam laporan auditnya harus mengidentifikasi mengenai
keadaan dimana prinsip akuntansi tidak secara konsisten dikuti
selama periode berjalan dibandingkan dengan periode
sebelumnya.
c. Jika auditor menetapkan bahwa pengungkapan secara informatif
belum memadai,auditor harus menyatakan dalam laporan audit.
d. Jika dalam laporan auditnya harus menyatakan pendapat
mengenai laporan keuangan secara keseluruhan,atau menyatakan
bahwa suatu pendapat tidak diberikan. Jika auditor tidak dapat
21

memberikan suatu pendapat,auditor harus menyebutkan alasan-


alasan yang mendasarinya dalam laporan auditor. Dalam semua
kasus, jika nama seorang auditor dikaitkan dengan laporan
keuangan, auditor tersebut harus secara jelas (dalam laporan
keuangan) menunjukkan sifat pekerjaannya, jika ada. Serta
tingkat tanggung jawab yang dipukul oleh auditor bersangkutan.

2.1.1.2 Audit Internal

1. Pengertian Audit Internal

Audit internal merupakan suatu fungsi penilaian yang independen atas

aktivitas-aktivitas yang dilaksanakan dalam suatu organisasi. Untuk memberikan

gambaran yang lebih jelas, maka penulis mengemukakan beberapa pendapat

tentang pengertian audit internal, diantaranya :

Pengertian audit internal menurut Amin Widjaja Tunggal (2012:136)

adalah :

“Audit Internal adalah jaminan independen objektif dan aktivitas


konsultasi yang dirancang untuk menambah nilai dan meningkatkan
operasi organisasi, membentuk organisasi dan disiplin untuk mengevaluasi
dan meningkatkan efektivitasa manajemen resiko, pengendalian dan proses
tata kelola”.

Pengertian audit internal menurut Hery (2017:238) sebagai berikut :

“Audit intenal adalah suatu fungsi penelaian yang dikembangkan secara


bebas dalam organisasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan-
kegiatan sebagai wujud pelayanan terhadap organisasi perusahaan.
Pemekriksaan intern melaksanakan aktivitas penilaian yang bebas dalam
suatu organisasi untuk menelaah kembali kegiatan-kegiatan dalam bidang
akuntansi, keuangan dan bidang-bidang operasi lainnya sebagai dasar
pemberian pelayanannya pada manajemen”.
22

Menurut The Institute of Internal Auditors (IIA) dalam Faiz Zamzami,

Ihda Arifin Faiz, Mukhlis (2014:1-2) pengertian audit internal adalah sebagai

berikut:

“Internal auditing is an independent, objective assurance, and consulting


activity designed to add value and improve an organization's operation. It
helps an organization accomplish its objectives by bringing a systematic
disciplined approach to evaluate and improve the effectiveness of risk
management, control, and governance process”.

Artinya :

“Audit internal merupakan kegiatan assurance dan konsultasi yang


dilakukan secara independen dan objektif yang dirancang untuk
mendasarinya dalam laporan auditor. Dalam semua kasus, jika nama
seorang auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, auditor tersebut harus
secara jelas (dalam laporan auditor) menunjukkan sifat pekerjaannya, jika
ada. Serta tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor
bersangkutan”.

2. Fungsi Audit Internal

Fungsi Audit Internal menurut Hery (2017:281) adalah sebagai berikut :

a. Memeriksa dan menilai baik buruknya pengendalian atas akuntansi


keuangan dan operasi lainnya.
b. Memeriksa sampai sejauh mana hubungan para pelaksana terhadap
kebijakan, rencana dan prosedur yang telah ditetapkan.
c. Memeriksa sampai sejauh mana aset perusahaan dipertanggung
jawabkan dan dijaga dari berbagai macam bentuk kerugian.
d. Memeriksa kecermatan pembukuan dan data lainnya yang dihasilkan
oleh perusahaan.
e. Menilai prestasi kerja para pejabat/pelaksana dalam menyelesaikan
tanggung jawab yang telah ditugaskan.

Secara umum fungsi audit internal adalah untuk memberikan penilaian

terhadap keefektifan suatu pengendalian di dalam organisasi. Fungsi audit internal

bukan hanya terpaku kepada pencarian ketepatan dan kebenaran atas catatan-
23

catatan akuntansi saja, melainkan harus juga melakukan suatu penelitian dari

berbagai operasional yang terjadi di pemerintahan.

3. Tujuan Audit Internal

Menurut Hery (2017:39) tujuan dari audit internal adalah sebagai berikut :

“Audit internal secara umum memiliki tujuan untuk membantu segenap


anggota manajemen dalam menyelesaikan tanggung jawab mereka secara
efektif, dengan memberi mereka analisis, penilaian, saran dan komentar
yang objektif mengenai kegiatan atau hal-hal yang diperiksa”.

Menurut Hery (2017:281-282) tujuan utama pemeriksa intern adalah untuk

meyakinkan:

1. Keandalan Informasi
Pemeriksa internal harus meninjau keandalan (reliabilitas dan
integritas) berbagai informasi finansial dan pelaksanaan pekerjaan atau
operasi, serta berbagai cara yang dipergunakan untuk mengidentifikasi,
mengukur, mengklasifikasi dan melaporkan informasi.
2. Kesesuaian dengan Kebijakan, Rencana, Prosedur dan Peraturan
Perundang-Undangan
Pemeriksa internal harus meninjau sistem yang telah diterapkan untuk
memastikan kesesuaiannya dengan berbagai kebijaksanaan, rencana,
prosedur, ketentuan perundang-undangan dan peraturan yang dimiliki
Jadi pemeriksa intern bertanggung jawab dalam menentukan apakah
sistem tersebut telah mencukupi dan efektif serta apakah berbagai
kegiatan yang di periksanya benar-benar relah memenuhi persyaratan
yang diperlukan.
3. Perlindungan Terhadap Aset
Pemeriksa internal harus meninjau berbagai alat atau cara yang
digunakan untuk melindungi aset terhadap berbagai jenis kerugian,
seperti kerugian yang diakibatkan oleh pencurian, kegiatan yang ilegal
atau tidak pantas dan bila dipandang perlu, memverifikasi keberadaan
dari suatu aset atau aset. Pada saat memverikasi keberdaan suatu aset,
pemeriksa harus mempergunakan prosedur pemeriksaan yang sesuai
dan tepat
24

4. Penggunaan Sumber Daya secara Ekonomis dan Efisien


Pemriksaan yang berhubungan dengan keekonomisan dan efisien
penggunaan sumber daya haruslah megidentifikasi berbagai keadaan
seperti ini :
a. Fasilitas-fasilitas yang tidak digunakan sepeuhnya.
b. Pekerjaan yang tidak produktif.
c. Berbagai prosedur yang tidak dapat dibenarkan berdasarkakan
pertimbangan biaya.
d. Terlalu banyak atau sedikit jumlah staf.
5. Pencapaian Tujuan
Pemeriksaan internal haruslah menilia pekerjaan, operasi , atau program
untuk menilai apakah hasil yang dicapai telah sesuai dengan tujuan dan
sasaran yang telah ditetapkan dan apakah pekerjaan, operasi atau
program tersebut telah dilaksanakan sesuai degan rencana.

4. Kode Etik Audit Internal

Kode Etik Profesi Audit lntemal memuat standar perilaku, sebagai

pedoman bagi seluruh auditor internal. lsi dari Kode Etik Profesi Audit Internal

dalam Hery (2017:253-254) adalah sebagai berikut :

1. Auditor internal harus menunjukkan kejujuran, objektivitas, dan


kesungguhan dalam melaksanakan tugas dan memenuhi tanggung
jawab profesinya.
2. Auditor internal harus menunjukkan loyalitas terhadap organisasinya
atau terhadap pihak yang dilayani, namun secara sadar tidak boleh
terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang menyimpang atau melanggar
hukum.
3. Auditor internal secara sadar tidak boleh terlibat dalam tindakan atau
kegiatan yang dapat mendiskreditkan profesi audit internal atau
mendiskreditkan organisasinya.
4. Auditor internal harus menahan diri dari kegiatan-kegiatan yang dapat
menimbulkan konflik dengan kepentingan organisasinya atau kegiatan-
kegiatan yang dapat menimbulkan prasangka-prasangka, yang
meragukan kemampuannya untuk dapat meiaksanakan tugas dan
memenuhi tanggung jawab profesinya secara objektif.
5. Auditor internal tidak boleh menerima segala sesuatu dalam bentuk
apapun dari karyawan, klien, pelanggan, pemasok, ataupun mitra bisnis
25

organisasinya, yang patut di duga dapat mempengaruhi pertimbangan


profesional.
6. Auditor internal hanya melakukan jasa-jasa yang dapat diselesaikan
dengan menggunakan kompetensi profesional yang dimilikinya.
7. Auditor internal harus bersikap hati-hati dan bijaksana dalam
menggunakan infonnasi yang diperoleh daiam pelaksanaan tugasnya
(tidak boleh menggunakan informasi rahasia yang dapat menimbulkan
kerugikan terhadap organisasinya untuk mendapatkan keuntungan
pribadi).
8. Auditor internal harus mengungkapkan fakta-fakta penting yang
diketahuinya dalam melaporkan basil pekerjaannya, karena fakta yang
tidak diungkap dapat mendistorsi laporan atas kegiatan yang di review
atau dengan kata lain tidak berusaha menutupi adanya praktik-praktik
yang melanggar hukum/peraturan.
9. Auditor internal harus senantiasa meningkatkan kompetensi dan
efektivitas serta kualitas pelaksanaa tugasnya (dengann kata lain wajib
mengikuti pendidikan profesional secara berkelanjutan)

5. Standar Profesi Audit Internal

Standar profesi audit internal meupakan instrumen untuk mengendalikan

kualitas kinerja audit internal, Standar ini merupakan pedoman bagi pelaksanaan

aktivitas audit internal agar dalam memenuhi tanggung jawabnya. audit internal

dapat berperan untuk memberikan nilai tambah bagi organisasi

Standar Profesi Audit lnternal (SPAI) dalam Hery (20I7:254-255)

mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Memberikan kerangka dasar yang konsisten untuk mengevaluasi


kegiatan dan kinerja satuan audit internal maupun individu auditor
internal.
2. Menjadi sarana bagi pemakai jasa dalam memahami peran, ruang
lingkup, dan tujuan audit internal.
3. Mendorong peningkatan praktik audit internal yang baik dalam
organisasi.
26

4. Memberikan kerangka dalam pelaksanaan dan pengembangan kegiatan


audit internal yang nantinya akan memberikan nilai tambah serta
meningkatkan kinerja kegiatan operasional organisasi.
5. Menjadi acuan dalam menyusun program pendidikan dan peranan bagi
auditor internal.
6. Menggambarkan prinsip-prinsip dasar praktik audit internal yang
seharusnya (international best practices).

Adapun Standar Profesi Audit Internal (SPAI) ini dikemukakan oleh Hery

(2017:255) adalah sebagai berikut:

1. Standar atribut: berkenaan dengan karakteristik organisasi, individu dan


pihak-pihak yang melakukan kegiatan audit internal. Stands: ini berlaku
untuk semua penugasan.
2. Standar kinerja: menjelaskan sifat dari kegiatan audit internal dan
merupakan ukuran kualitas pekerjaan audit. Standar kinerja ini
memberikan praktik-praktik terbaik dalam pelaksanaan audit, mulai
dari perencanaan sampai dengan pemantauan tindak lanjut. Standar ini
berlaku untuk semua penugasan.
3. Standar implementasi: hanya berlaku untuk satu penugasan tertentu.
Standar yang diterbitkan adalah standar implementasi untuk kegiatan
assurance, kegiatan consulting, kegiatan inventasi, standar
implementasi atas control self assesment.

6. Profesi Akuntan

Randal J. Elder, Mark S Beasley, dan Alvin A. Arens dalam Amir Abadi

Jusuf (2012:19) yang paling umum terdiri dari empat jenis, yaitu :

a. Auditor independen (Akuntan publik)


b. Auditor pemerintah
c. Auditor pajak
d. Auditor internal

Adapun penjelasan dari jenis-jenis auditor menurut Arens et.al adalah

sebagai berikut:
27

1. Auditor independen (Akuntan publik)

Auditor independen berasal dari Kantor Akuntan Publik (KAP)

bertanggung jawab mengaudit laporan keuangan historis yang

dipublikasikan oleh perusahaan. Oleh karena luasnya pengguna laporan

keuangan yang telah diaudit dalam perekonomian Indonesia, serta

keakraban para pelaku bisnis dan pemakai lainnya, sudah lazim digunakan

istilah auditor dan kantor akuntan publik dengan pengertian yang sama,

meskipun ada beberapa jenis auditor. KAP seringkali disebut auditor

eksternal atau auditor independen untuk membedakannya dengan auditor

internal.

1. Auditor pemerintah

Auditor pemerintah merupakan auditor yang berasal dari lembaga pemeriksa

pemerintah. Di Indonesia lembaga yang bertanggung jawab secara fungsional

atas pengawasan terhadap kekayaan dan keuangan negara adalah Badan

Pemeriksaan Keuangan (BPK) sebagai lembaga tertinggi, Badan Pengawasan

Keuangan dan Pembangunan (BPKP), dan Inspektorat Jenderal (Itjen) yang

ada pada departemen–departemen pemerintah. BPK mengaudit sebagian besar

informasi keuangan yang dibuat oleh berbagai macam badan pemerintah baik

pusat maupun daerah sebelum diserahkan kepada DPR. BPKP mengevaluasi

efesiensi dan efektivitas operasional berbagai program pemerintah,

Sedangkan Itjen melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas di

lingkungan departemen kementriannya.


28

2. Auditor pajak

Auditor pajak berasal dari Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak bertanggung

jawab untuk memberlakukan peraturan pajak. Salah satu tanggung jawab

utama Ditjen Pajak adalah mengaudit Surat Pemberitahuan (SPT) wajib

untuk menentukan apakah SPT itu sudah mematuhi peraturan pajak yang

berlaku. Audit ini murni audit ketaatan. Auditor yang melakukan

pemeriksaan ini disebut auditor pajak.

3. Auditor internal

Auditor internal dipekerjakan oleh perusahaan untuk melakukan audit bagi

manajemen. Tanggung jawab auditor internal sangat beragam, tergantung

pada yang mempekerjakan mereka. Akan tetapi auditor internal tidak dapat

sepenuhnya independen dari entitas tersebut selama msih adanya

hubungan antara pemberi kerja-karyawan. Para pemakai dari luar entitas

mungkin tidak ingin mengandalkan informasi yang hanya diverifikasi oleh

auditor internal karena tidak adanya indepedensi. Ketiadaan indepedensi

ini merupakan perbedaan utama antar auditor internal dan KAP.

7. Perbedaan antara Audit Internal dan Audit eksternal

Perbedaan antara audit internal dan audit eksternal menurut Hery

(2017:240) adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1 : Perbedaan antara Audit Internal dan Audit Eksternal

No Audit internal Audit eksternal

1. Dilakukan oleh auditor internal Dilakukan oleh auditor eksternal


yang merupakan orang dalam dari (akuntan publik) yang merupakan
perusahaan (pegawai perusahaan). orang luar dari perusahaan
29

2. Pihak luar perusahaan Auditor eksternal adalah pihak yang


menganggap auditor internal tidak independen.
independen (inappearance).
3. Tujuan dari pemeriksaannya Tujuan pemeriksaannya adalah untuk
adalah untuk membantu pihak memberikan pendapat (opini)
manajemen dalam melaksanakan mengenai kewajaran laporan keuangan
tanggung jawabnya dengan yang telah disusun oleh manajemen
memberikan analisa, penilaian, perusahaan (klien).
saran dan komentar mengenai
4. Laporan auditor internal tidak Laporan auditor eksternal berisi opini
berisi opini mengenai kewajaran mengenai kewajaran laporan
laporan keuangan, tetapi berupa keuangan, selain itu juga berupa
temuan audit mengenai bentuk management letter yang berisi
penyimpangan, kecurangan, pemberitahuan kepada pihak
kelemahan struktur pengendalian manajemen klien mengenai
intern, beserta saran perbaikan kelemahankelemahan dalam sistem
(rekomendasi). pengendalian intern beserta saran
perbaikannya.

5. Pemeriksaan berpedoman pada Pemeriksaan berpedoman kepada


Internal Auditing Standards Standar Profesional Akuntan Publik
Auditors, atau pada Norma (SPAP) yang ditetapkan oleh Ikatan
Pemeriksaan Internal yang Akuntan Indonesia (IAI).
ditentukan BPKP untuk
pengawasan internal di lingkungan
BUMN/BUMD.
6. Pemeriksaan internal dilakukan Pemeriksaan eksternal dilakukan
lebih rinci dan memakan waktu secara acak (sampling), mengingat
sepanjang tahun karena audit terbatasnya waktu dan audit fee
internal mempunyai waktu yang
lebih banyak diperusahaan.
7. Penanggung jawab pemeriksaan Pemeriksaan eksternal dipimpin oleh
internal tidak harus seorang (penanggung jawabnya) adalah
registered accountant. seorang akuntan publik yang terdaftar
dan mempunyai nomor register.
8. Tidak memerlukan client Sebelum menyerahkan laporannya,
representation letter. audit eksternal terlebih dahulu harus
meminta client representation letter.
30

9. Audit internal tertarik pada Audit eksternal hanya tertarik pada


kesalahan-kesalahan yang material kesalahan-kesalahan yang material,
maupun yang tidak material. yang dapat mempengaruhi kewajaran
laporan keuangan.

2.1.1.3 Auditor Internal

1. Pengertian Auditor Internal

Auditor internal merupakan seseorang yang bekerja dalam suatu

perusahaan yang bertugas untuk melakukan aktivitas pemeriksaan. Auditor

internal memiliki peran penting dalam keberlangsungan pengawasan intern.

Menurut Mulyadi (2013:29) auditor internal, adalah sebagai berikut:

“Auditor intern adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan (perusahaan


negara maupun perusahaan swasta) yang tugas pokoknya adalah
menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh
manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya
penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan
efektivitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan
informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi.”

Sedangkan Rahayu dan Suhayati (2010:13) menyatakan bahwa:

“Auditor internal adalah pegawai dari suatu organisasi/perusahaan yang


bekerja di organisasi tersebut untuk melakukan audit bagi kepentingan
manajemen perusahaan yang bersangkutan, dengan tujuan untuk
membantu manajemen untuk mengetahui kepatuhan para pelaksana
operasional pada kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan.”

AAIPI (2014: 2) auditor internal adalah jabatan yang mempunyai ruang

lingkup, tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk melakukan pengawasan

intern pada instansi pemerintah, lembaga atau pihak lain yang didalamnya

terdapat kepentingan Negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan, yang


31

diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan hak dan kewajiban yang

diberikan secara penuh oleh pejabat yang berwenang.

2. Pengertian Auditor Sektor Publik

Menurut Indra Bastian(2014:10) pengertian audit sektor publik adalah:

“Audit sektor publik dapat didefinisikan sebagai suatu proses sistematik


secara objectif untuk melakukan pengujian keakuratan dan kelengkapan
informasi yang disajikan dalam suatu laporan keuangan organisasi sektor
publik.”

Definisi diatas dapat digunakan baik untuk organisasi swasta maupun

sektor publik di mana auditor internal akan berperan untuk melakukan penilaian

atas efektivitas proses pengelolaan risiko, kecukupan pengendalian dan kualitas

pengelolaan organisasi melalui audit yang dilakukan, baik itu pada organisasi

swasta maupun di sektor publik (good corporate governance dan good public

governance) sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi organisasi.

3. Tipe-Tipe Audit Sektor Publik

Audit sektor publik berbeda dengan audit pada sektor bisnis atau audit

sektor swasta. Audit sektor publik dilakukan pada orgnisasi pemerintahan yang

bersifat nirlaba seperti sektor pemerintahan daerah (pemda), BUMN, BUMD, dan

instansi lain yang berkaitan dengan pengelolaan aset kekayaan negara. Sedangkan,

audit sektor bisnis dilakukan pada perusahaan milik swasta yang bersifat mencari

laba. Audit sektor publik dan audit bisnis (swasta) sama-sama terdiri daro audit
32

keuangan (financial audit), audit kinerja (performane audit), dan audit investigasi

(special audit). (Bastian, 2014:16).

Dalam Bastian (2014: 16), tipe-tipe audit sektor publik terdiri dari:

1. “Audit kepatuhan;
2. Audit keuangan program publik;
3. Audit kinerja sektor publik; dan
4. Audit investigasi.”

Adapun penjelasan dari tipe-tipe audit sektor publik tersebut adalah

sebagai berikut:

1. Audit kepatuhan.

Audit kepatuhan didesain untuk memastikan bahwa pengendalian internal

yang digunakan atau diandalkan oleh auditor dalam praktiknya dapat

berjalan dengan baik, dan sesuai sistem, prosedur dan peraturan keuangan

yang telah ditetapkan. Sifat dari pengujian ini sangat tergantung pada sifat

pengendalian. Secara esensial, pengujian ini meliputi pengecekan

implementasi prosedur transaksi sebagai bukti kepatuhan.

2. Audit keuangan program publik.

Audit keuangan meliputi audit atas laporan keuangan dan audit atas hal

yang berkaitan dengan keuangan. Audit atas laporan keuangan bertujuan

untuk memberikan keyakinan apakah laporan keuangan dari entitas yang

diaudit telah menyajikan secara wajar tentang posisi keuangan, hasil

operasi atau usaha, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang

berlaku umum. Audit atas laporan keuangan mencakup audit atas laporan
33

keuangan yang disusun berdasarkan standar audit yang dikeluarkan Ikatan

Akuntan Indonesia (IAI).

3. Audit kinerja sektor publik.

Audit kinerja adalah pemeriksaan secara objektif dan sistematik terhadap

berbagai macam bukti, untuk dapat melakukan penilaian secara

independen atas kinerja entitas atau program/kegiatan pemerintah yang

diaudit. Dengan audit kinerja, peningkatan tingkat akuntabilitas

pemerintah dalam proses pengambilan keputusan oleh pihak yang

bertaggung jawab akan mendorong pengawasan dan kemudian tindakan

koreksi.

4. Audit Investigasi

Audit investigasi adalah kegiatan pemeriksaan dengan lingkup tertentu,

periodenya tidak dibatasi, lebih spesifik pada area-area

pertanggungjawaban yang diduga mengandung inefisiensi atau indikasi

penyalahgunaan wewenang, dengan hasil audit berupa rekomendasi untuk

ditindaklanjuti bergantung pada derajat penyimpangan wewenang yang

ditemukan.

4. Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP)

Berdasarkan UU 23 tahun Tahun 2014, pasal 1 ayat 46, Aparat Pengawas

Intern Pemerintah adalah inspektorat jenderal kementerian, unit pengawasan

lembaga pemerintah nonkementerian, inspektorat provinsi, dan inspektorat

kabupaten/kota.
34

Selanjutnya dalam pasal 216 ayat 2, Aparat Pengawasan Intern Pemerintah

(APIP) adalah inspektorat daerah yang memunyai tugas membantu kepala daerah,

membina dan mengawasi pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi

kewenangan daerah dan tugas pembantu oleh perangkat daerah.

Pengawasan intern adalah seluruh proses kegiatan audit, review, evaluasi,

pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan

fungsi organisasi dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai bahwa

kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolak ukur yang telah ditetapkan secara

efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan tata

kepemerintahan yang baik (Peningkatan Kapabilitas APIP, BPKP 2015).

PER/05/M.PAN/03/2008 menyatakan bahwa kegiatan audit yang dapat

dilakukan oleh APIP pada dasarnya dapat dikelompokkan kedalam tiga jenis audit

berikut ini:

1. Audit atas laporan keuangan yang bertujuan untuk memberikan opini

atas kewajaran penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip

akuntansi yang diterima umum.

2. Audit kinerja yang bertujuan untuk memberikan simpulan dan

rekomendasi atas pengelolaan instansi pemerintah secara ekonomis,

efisien, efektif.

3. Audit dengan tujuan tertentu yaitu audit yang bertujuan untuk

memberikan simpulan atas suatu hal yang diaudit. Yang termasuk

dalamkategori ini adalah audit investigatif, audit terhadap masalah


35

yang menjadi fokus perhatian pimpinan organisasi dan audit yang

bersifat khas.

2.1.2 Independensi Auditor

2.1.2.1 Pengertian Independensi

Independensi dalam audit berarti cara pandang yang tidak memihak

didalam pelaksanaan pengujian, evaluasi hasil pemeriksaan, dan penyusunan

laporan audit. Independensi adalah suatu keadaan atau posisi di mana kita tidak

terikat dengan pihak manapun, artinya keberadaan kita adalah mandiri, tidak

mengusung kepentingan pihak tertentu atau organisasi tertentu.

Menurut Alvin A. Arens, Randal J. Elder, Mark S. Beasley (2015:134) yang


dimaksud independensi adalah:

“Auditor independence is a mental altitude that is taking unbiased view


point in the performance of audit tests during the accumulation and
evaluation of evidences, the evaluation of the results, and the issuance of the
audit report. Auditor independence has been assessed on two standards,
that is in fact an in appearance. ”

“Independensi auditor adalah sikap mental yang mengambil pandangan


tidak bias dalam kinerja tes audit selama akumulasi dan evaluasi bukti,
evaluasi hasil dan penerbitan laporan audit. Independensi auditor dinilai
berdasarkan dua standar yaitu dalam fakta dan dalam penampilan.”

Sedangkan menurut Mulyadi dalam Muhammad Reyhan (2018) menyatakan

independensi adalah:

“Independensi berarti sikap mental bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan


pihak lain, tidak tergantung pada pihak lain. Independensi juga berarti
adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan
adanya pertimbangan yang obyektif tidak memihak dalam diri auditor dalam
merumuskan dan menyatakan pendapatnya”.
36

Sedangkan menurut Faiz Zamzami, Ihda Arifin Faiz, Mukhlis (2014:13)

yang dimaksud dengan independensi adalah sebagai berikut:

“Independensi adalah kebebasan dari kondisi yang mengancam kemampuan


aktivitas audit internal untuk melaksanakan tanggung jawab audit internal
dengan cara tidak memihak.”

2.1.1.2 Dimensi Independensi

Mautz dan Sharaf dalam Theodorus M. Tuanakotta (2011:64-65)

menekankan tiga dimensi dari independensi sebagai berikut :

1. Programmimg Independence
Programming independence adalah kebebasan (bebas dari
pengendalian atau pengaruh orang lain, misalnya dalam bentuk
pembatasan) untuk memilih teknik dan prosedur audit, dan berapa
dalamnya teknik dan prosedur audit.
2. Investigative Independence
Investigative independence adalah kebebasan (bebas dari pengendalian
atau pengaruh orang lain, misalnya dalam bentuk pembatasan) untuk
memilih area, kegiatan, hubungan pribadi, dan kebijakan manajerial
yang akan diperiksa. Ini berarti, tidak boleh ada sumber informasi yang
legitimate (sah) yang tertutup bagi auditor.
3. Reporting Independece
Reporting independence adalah kebebasan (bebas dari pengendalian
atau pengaruh orang lain, misalnya dalam bentuk pembatasan) untuk
menyajikan fakta yang terungkap dari pemeriksaan atau pemberian
rekomendasi atau opini sebagai hasil pemeriksaan.

Berdasarkan ketiga dimensi independensi tersebut Mautz dan Sharaf

mengembangkan petunjuk yang mengidentifikasi apakah ada pelanggaran atas

independensi :

1. Programming Independence
1. Bebas dari tekanan atau intervensi manajerial atau friksi yang
dimaksudkan untuk menghilangkan (eliminate), menentukan
(spesify), atau mengubah (modify) apa pun dalam audit.
37

2. Bebas dari intervensi apa pun dari sikap tidak kooperatif yang
berkenaan dengan penerapan prosedur audit yang dipilih.
3. Bebas dari upaya pihak luar yang memaksakan pekerjaan audit itu
direview di luar batas-batas kewajaran dalam proses audit.
2. Investigative Independence
1. Akses langsung dan bebas atas seluruh buku, catatan, pimpinan,
pegawai perusahaan, dan sumber informasi lainnya mengenai
kegiatan perusahaan, kewajibannya, dan sumber-sumbernya.
2. Kerjasama yang aktif dari pimpinan perusahaan selama
berlangsungnya kegiatan audit.
3. Bebas dari upaya pimpinan perusahaan untuk menugaskan atau
mengatur kegiatan yang harus diperiksa atau menentukan dapat
diterimanya suatu evidential matter (sesuatu yang memiliki nilai
pembuktian).
4. Bebas dari kepentingan atau hubungan pribadi yang akan
menghilangkan atau membatasi pemeriksaan atas kegiatan,
catatan, atau orang yang seharusnya masuk dalam lingkup
pemeriksaan.
3. Reporting Independence
1. Bebas dari perasaan loyal kepada seseorang atau merasa
berkewajiban kepada seseorang untuk mengubah dampak dari
fakta yang dilaporkan.
2. Menghindari praktik untuk mengeluarkan hal-hal penting dari
laporan formal dan memasukannya kedalam laporan informal
dalam bentuk apapun.
3. Menghindari penggunaan bahasa yang tidak jelas (kabur, samar-
samar) baik yang disengaja maupun yang tidak didalam
pernyataan fakta, opini, dan rekomendasi dan dalam interpretasi.
4. Bebas dari upaya memveto judgement auditor mengenai apa yang
seharusnya masuk dalam laporan audit, baik yang bersifat fakta
maupun opini.

2.1.2.3 Gangguan dalam Independensi

Menurut Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (2017:33)

mengumumkan gangguan pribadi terhadap independensi pemeriksaannya.


38

1. Memiliki hubungan pertalian darah ke atas, ke bawah, atau semenda


sampai dengan derajat kedua dengan jajaran manajemen entitas atau
program yang di periksa.
2. Memiliki kepentingan keuangan baik secara langsung maupun tidak
lang sung pada entitas atau program yang di periksa.
3. Pernah bekerja atau memberikan jasa kepada entitas atau program yang
di periksa dalam kurun waktu 2 (dua) tahun terakhir.
4. Mempunyai hubungan kerja sama dengan entitas atau program yang di
periksa dan
5. Terlibat baik secara langsung mĩaupun tidak langsung dalam kegiatan
objek pemeriksaan, seperti memberikan asistensi, jasa konsultasi,
pengembangan sistem, penyusun dan meriviu laporan keuangan entitas
atau program yang di periksa.

2.1.3 Objektivitas Auditor

2.1.3.1 Pengertian Objektivitas

Objektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang

diberikan anggota. Prinsip Objektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak

memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari

benturan kepentingan atau berada di bawah pengaruh pihak lain. Pada dasarnya

setiap individu yang melakukan pekerjaan akan mendapatkan kepercayaan dari

pihak lain agar dapat mendukung kelancaran pekerjaan yang ia lakukan. Agar

kepercayaan tersebut dapat terus terjaga, maka setiap individu berkewajiban untuk

menjaga kepercayaan yang telah diberikan dengan berbuat dan bertingkah laku

sesuai dengan aturan yang ada dan memperhatikan kepentingan masyarakat yang

berhubungan dengan pekerjaannya.

Menurut Mulyadi (2014:57) menyatakan bahwa :

“Objektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang
diberikan anggota”.
39

Laporan hasil yang memiliki kriteria objektivitas menurut Tugiman Hiro

(2009:191) adalah :

“Suatu laporan pemeriksaan yang objektif membicarakan pokok persoalan


dalam pemeriksaan, bukan perincian prosedural atau hal-hal lain yang
diperlukan dalam proses pemeriksaan. Objektivitas juga harus dapat
memberikan uraian mengenai dunia audite dengan tidak menunjuk pada
pribadi tertentu dan tidak menyinggung perasaan orang lain.”

Objektivitas auditor internal menurut Standar Profesi Audit Internal yang

dikutip oleh Konsorium Organisasi Profesional Audit Internal (2004:8) adalah

sebagai berikut :

“Audior internal harus memiliki sikap mental yang obyektif, tidak


memihak dan menghindari kemungkinan timbulnya pertentangan
kepentingan”.

2.1.3.2 Dimensi Objektivitas

Sebagaimana telah diungkapkan di atas, obyektifitas merupakan sikap

auditor untuk dapat bertindak adil, tidak terpengaruh oleh hubungan kerjasama

dan tidak memihak kepentingan siapapun sehingga auditor dapat diandalkan dan

dipercaya. Auditor harus dapat mengungkapkan kondisi sesuai fakta yaitu dengan

mengemukakan pendapat apa adanya, tidak mencari-cari kesalahan,

mempertahankan kriteria dan menggunakan pikiran yang logis. Berdasarkan

pendapat Mulyadi (2014:57), indikator yang digunakan untuk mengukur

obyektivitas yaitu:

1. Bersikap adil.
2. Bebas dari benturan kepentingan.
3. Pengungkapan kondisi sesuai fakta”.
40

Adapun penjelasan dari indikator diatas, yaitu sebagai berikut :

1. Bersikap adil, artinya bersikap tidak sewenang-wenang dan tidak


memihak antara satu dengan yang lainnya.
2. Bebas dari benturan kepentingan, artinya bebas dari keinginan pihak-
pihak tertentu yang berusaha mengarahkan auditnya, serta bebas dari
kepentingan individual pihak-pihak tertentu dalam penugasan
auditnya dan pembatas pengujian audit.
3. Pengungkapan kondisi sesuai fakta, artinya bebas dalam melakukan
pengungkapan informasi sesuai ujian serta menetapkan bukti yang
dapat diterima sesuai dengan fakta yang ditemukan.

Menurut Pusdiklatwas BPKP (2005) dalam Sukriah Sukriah, Ika., Akram

dan Inapthy, Biana Adha (2009:7) Unsur perilaku yang dapat menunjang

objektivitas antara lain:

1. Dapat diandalkan dan dipercaya.


2. Tidak merangkap sebagai panitia tender, kepanitiaan lain dan atau
pekerjaan-pekerjaan lain yang merupakan tugas operasional objek
yang diperiksa.
3. Tidak berangkat tugas dengan niat untuk mencari-cari kesalahan orang
lain.
4. Dapat mempertahankan kriteria dan kebijaksanaan yang resmi.
5. Dalam bertindak maupun mengambil keputusan didasarkan atas
pemikiran yang logis.

2.1.4 Pengetahuan Auditor

2.1.4.1 Pengertian Pengetahuan

Menurut Amin Widjaja Tunggal (2012:30), mengatakan bahwa :

“para pemeriksa internal harus memiliki pengetahuan, kecakapan, dan


berbagai disiplin ilmu yang penting dalam pelaksanaan pemeriksaan”.

Sedangkan definisi pengetahuan dalam ruang lingkup audit menurut

Wibowo (2011:326) merupakan :


41

“Pengetahuan adalah informasi yang dimiliki orang dalam bidang spesifik.


Pengetahuan adalah kompetensi yang kompleks. Pengetahuan merupakan
informasi yang digunakan orang dalam bidang tertentu, misalnya
membedakan antara auditor senior dan junior.”

Seseorang yang melakukan pekerjaan sesuai dengan pengetahuan yang

dimilikinya akan memberikan hasil yang lebih baik dari pada mereka yang tidak

memiliki pengetahuan yang cukup memadai akan tugasnya. Pengetahuan auditor

digunakan sebagai salah satu kunci keefektifan kerja.

Auditor harus memiliki dan meningkatkan pengetahuan mengenai metode

dan teknik audit serta segala hal yang menyangkut pemerintah seperti organisasi,

fungsi, program, dan kegiatan. Peningkatan pengetahuan auditor juga dapat

diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan serta pengalaman

yang memadai dalam melaksanakan audit.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan merupakan

unsur penting yang harus dimiliki oleh seorang auditor independen untuk bekerja

sebagai tenaga profesional.

2.1.4.2 Dimensi Pengetahuan

Menurut Hiro Tugiman (2006:33) indikator yang digunakan untuk

mengukur pengetahuan, sebagai berikut :

1. Pengetahuan prosedur dalam pemeriksaan (pengauditan).


2. Pengetahuan dalam teknik pemeriksaan.
3. Pengetahuan dalam prinsip-prinsip manajemen.
4. Pengetahuan dasar dari berbagai pengetahuan seperti akuntansi,
ekonomi, hukum perdagangan, perpajakan, keuangan, metode-metode
kuantitatif, dan sistem informasi yang dikomputerisasi.
42

Indikator diatas akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Pengetahuan prosedur dalam pemeriksaan (pengauditan)

a. Perencanaan Pemeriksaan.

b. Pengujian dan Pengevaluasian informasi.

c. Penyampaian Hasil Pemeriksaan.

d. Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan

2. Pengetahuan dalam teknik pemeriksaan Dalam Yusuf, Al Haryono

(2009:136), teknik audit yang biasa digunakan oleh auditor adalah :

a. Inspeksi

Prosedur ini dilakukan auditor dengan memeriksa secara rinci

terhadap dokumen atau kondisi fisik suatu aktiva guna

membuktikan ada atau tidaknya aktiva tersebut, memastikan

jumlahnya dan menjelaskan kondisinya.

b. Pengamatan (observation)

Digunakan oleh auditor untuk memperoleh gambaran mengenai

kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah.

c. Permintaan keterangan atau wawancara (inquiry)

Digunakan dengan meminta keterangan secara lisan kepada

pihakpihak yang rentan berkaitan dengan pemeriksaan yang sedang

dilaksanakan.
43

d. Konfirmasi

Penggunaan oleh auditor dimaksudkan untuk memperoleh

informasi berupa jawaban dalam memverifikasi kebenaran asersi

laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen.

e. Penelusuran (tracing)

Untuk menentukan apakah transaksi yang dicatat sesuai dengan

otorisasi dan ketelitian serta kelengkapan catatatan akuntansi.

Penelusuran terhadap suatu aliran transaksi dimulai dengan

mengurutkan bukti asli ke pencatatan akuntansinya.

f. Pemeriksaan dokumen pendukung (vouching)

Untuk memeriksa dokumen pendukung dari suatu transaksi guna

membuktikan sah atau tidaknya suatu transaksi.

g. Penelaahan (scanning)

Dilakukan dengan mereview secara cepat terhadap dokumen,

daftar pendukung untuk mendeteksi unsur-unsur yang tidak biasa

yang memerlukan penyelidikan lebih mendalam.

3. Pengetahuan mengenai fungsi manajemen yang diperlukan untuk

mengevaluasi dari penyimpangan atau deviasi dalam praktek usaha yang

baik.

4. Pengetahuan dasar dari berbagai pengetahuan seperti ekonomi, perpajakan,

keuangan, dan sistem informasi yang dikomputerisasi (IT).


44

2.1.4.3 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Pengetahuan Auditor Internal

Menurut Notoatmodjo (2010), ada beberapa faktor yang mempengaruhi

pengetahuan seseorang yaitu:

a. Pendidikan
b. Media massa/sumber informasi
c. Sosial budaya dan ekonomi
d. Lingkungan

Adapun penjelasan faktor yang mempengaruhi pengetahuaan seseorang

adalah sebagai berikut:

a. Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian

dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur

hidup.

b. Media massa/sumber informasi Sebagai sarana komunikasi, berbagai

bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah,

internet, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap

pembentukan opini dan kepercayaan orang.

c. Sosial budaya dan ekonomi Kebiasan dan tradisi yang dilakukan oleh

orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau

buruk.

d. Lingkungan Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar

individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial


45

2.1.5 Pengalaman Auditor

2.1.5.1 Pengertian Pengalaman

Pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan pertambahan

perkembangan potensi dan proses yang membawa seseorang kepada sesuatu yang

lebih tinggi. Pengalaman kerja seseorang menunjukkan jenis-jenis pekerjaan yang

pernah dilakukan seseorang dan memberikan peluang besar bagi seseorang untuk

melakukan pekerjaan yang lebih baik.

Menurut Bawono dan Elisha (2010:6) pengalaman adalah sebagai berikut:

“Pengalaman adalah suatu proses pembelajaran dan penambahan


perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal
maupun non formal”.
Menurut Handoko (2014:24) pengalaman kerja merupakan

“Penguasaan pengetahuan dan keterampilan karyawan yang diukur dari


lama masa kerja, tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki
karyawan. Pengalaman hanya bisa didapatkan melalui tempat kerja.”

Sedangkan dalam lingkup audit internal menurut Mulyadi (2010:41)

definisi pengalaman auditor adalah:

“Pengalaman auditor merupakan akumulasi gabungan dari semua yang


diperoleh melalui interaksi”.

Pengalaman kerja seseorang menunjukkan jenis-jenis pekerjaan yang

pernah dilakukan seseorang dan memberikan peluang yang besar bagi seseorang

untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik. Semakin luas pengalaman kerja

seseorang, semakin terampil melakukan pekerjaan dan semakin sempurna pola

berpikir dan sikap dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
46

Dari uraian tersebut dapat diketahui, bahwa seorang auditor yang

berpengalaman akan memiliki gerakan yang lebih sigap dan cepat serta lancar

dalam menanggapi tanda-tanda kesulitan atau risiko yang akan muncul dalam

pengauditan.

2.1.5.2 Dimensi Pengalaman

Menurut Bawono dan Elisha (2010:14) variabel pengalaman diukur

dengan menggunakan indikator sebagai berikut :

1. Lama bekerja.
2. Frekuensi pekerjaan pemeriksaan yang telah diaudit.
3. Banyaknya pelatihan yang dilakukan.

Adapun penjelasannya:

1. Lama bekerja.
Lama bekerja sebagai auditor menghasilkan struktur dalam proses
penilaian auditor. Struktur ini menentukan seleksi auditor, memahami
dan bereaksi terhadap ruang lingkup tugas.
2. Frekuensi pekerjaan pemeriksaan yang telah dilakukan.
Pengalaman seorang auditor dapat dilihat dari jumlah klien dan variasi
jenis-jenis yang telah diauditnya. Pengalaman menghasilkan tingkat
kepercayaan diri yang lebih tinggi dalam mengaudit laporan klien.
Pertama, pengalaman menghasilkan banyak simpanan informasi
dalam memori jangka panjang. Bila auditor menghadapi tugas yang
sama, selain mereka dapat dengan mudah mengakses informasi yang
tersimpan dalam memori, mereka juga dapat mengakses lebih banyak
informasi. Dengan dukungan banyak informasi, auditor dapat
mengerjakan tugasnya dengan lebih percaya diri. Kedua, saat auditor
menjalankan tugas, maka perilakunya akan berfokus pada tugas
tersebut. Auditor yang tidak berpengalaman mempunyai tingkat
kesalahan yang lebih signifikan dibandingkan dengan auditor yang
lebih berpengalaman. Pengalaman yang lebih akan menghasilkan
pengetahuan yang lebih. Seseorang yang melakukan pekerjaan yang
sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki akan memberikan hasil yang
47

lebih daripada mereka yang tidak mempunyai pengetahuan yang


cukup dalam tugasnya.
3. Banyaknya pelatihan yang telah dilakukan.
Auditor yang memiliki banyak pelatihan tentunya akan semakin
terlatih dalam setiap menangi masalah yang dihadapinya. Selain
terlatih auditor dalam menangani kasus yang di auditnya dia akan
semakin percaya diri dalam menangani masalah tersebut.

Maka penulis menyimpulkan bahwa pengalaman auditor adalah orang

yang bekerja sesuai dengan keahliannya dan mampu memahami dari setiap

kejadian yang telah terjadi.

2.1.6 Kualitas Audit Internal

2.1.6.1 Pengertian Kualitas Audit

Menurut Arens (2011:47) kualitas audit didefinisikan sebagai berikut :

“Proses untuk memastikan bahwa standar auditingnya berlaku umum


diikuti oleh setiap audit, mengikuti prosedur pengendalian kualitas khusus
membantu memenuhi standar-standar secara konsisten dalam
penugasannya hingga tercapai kualitas hasil yang baik”.

Sedangkan menurut Sunarto (2013:31) Kualitas Audit Internal adalah:

“Kualitas Audit Internal merupakan fungsi jaminan dimana kualitas


tersebut akan digunakan untuk membandingkan kondisi sebenarnya dan
kondisi yang seharusnya perusahaan.”

Menurut Rodiah dalam Targian dan Susan (2013) menggambarkan

kualitas audit internal bahwa:

“Kualitas audit internal adalah pelaksanaan audit yang dilakukan sesuai


dengan standar sehingga auditor mampu mengungkapkan apabila terjadi
pelanggaran yang dilakukan klien, standar yang mengatur pelaksanaan
audit di Indonesia adalah Standar Profesional Akuntan Publik.”
48

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kualitas audit suatu hal harus

diperhatikan agar hasil kerja auditor dapat memberikan hasil yang baik. Tanpa

adanya kualitas audit maka pekerjaan auditor kurang memberikan hasil yang

optimal.

2.1.6.2 Dimensi Kualitas Audit Internal

Standar Profesi Audit Internal (SPAI) dalam Hiro Tugiman (2006:53)

menjelaskan sifat dari kegiatan audit internal dan merupakan ukuran kualitas

pekerjaan audit. Standar tersebut terdiri dari :

1. Pengelolaan Fungsi Audit Internal


Penanggung jawab fungsi audit internal harus mengelola fungsi audi
internal secara efektif dan efisien untuk memastikan bahwa kegiatan
fungsi tersebut memberikan nilai tambah bagi organisasi.
2. Lingkup Penugasan
Fungsi audit internal melakukan evaluasi dan memberikan kontribusi
terhadap peningkatan proses pengelolan resiko, pengendalian dan
governance, dengan pendekatan yang sistematis, teratur dan
menyeluruh.
3. Perencanaan Penugasan
Auditor internal harus mengembangkan dan mendokumentasikan
rencana untuk setiap penugasan yang mencangkup ruang lingkup,
sasaran waktu, dan alokasi daya.
4. Pelaksanaan Penugasan
Dalam melaksanakan audit, audit internal mengidentifikasi,
menganalisi dan mendokumentasikan informasi yang memadai untuk
mencapai tujuan penugasan.
5. Komunikasi Penugasan
Auditor internal harus mengkomunikasikan hasil penugasannya secara
tepat waktu.
6. Pemantaun Tindak Lanjut
Penanggung jawab fungsi audit internal harus menyusun dan menjaga
sistem untuk memantau tindak lanjut hasil penugasan yang telah
dikomunikasikan kepada manajemen.
49

2.1.6.3 Langkah-Langkah Meningkatkan Audit

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menyatakan bahwa audit yang dilakukan

auditor dikatakan berkualitas, jika memenuhi standar auditing dan standar

pengendalian mutu. Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

kualitas audit adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan pendidikan profesionalnya.


2. Mempertahankan independensi dalam sikap mental.
3. Dalam melaksanakan pekerjaan audit, menggunakan kemahiran
dengan cermat dan seksama.
4. melakukan perencanaan pekerjaan audit dengan baik.
5. Memahami struktur pengendalian intern klien dengan baik.
6. Memperoleh bukti audit yang cukup dan kompeten.
7. Membuat laporan audit yang sesuai dengan kondisi atau sesuai
dengan hasil temuan.

2.1.6.4 Standar Kualitas Audit

Pernan auditor untuk meningkatkan kualitas audit sangat diperlukan.

Kualitas audit perlu ditingkatkan karena dengan meningkatkan kualitas audit yang

dihasilkan oleh auditor, maka tingkat kepercayaan yang akan diberikan oleh

masyarakat semakin tinggi, Tujuan standar adalah :

1. Menguraikan prinsip dasar yang menggambarkan audit internal.

2. Memberikan suatu kerangka kerja dalam melaksanakan dan

meningkatkan nilai tambah audit internal secara luas.

3. Menetapkan dasar untuk mengevaluasi kinerja audit internal.

4. Mendorong peningkatan proses dan operasional organisasi.


50

Kualitas proses yang mengacu pada proses kegiatan pemeriksaan sejak

indikator kualitas audit internal menurut pernyataan Standar Pemeriksaan

Keuangan Negara (SPKN, 2017:90-91 ) menyatakan bahwa sebagai berikut:

1. Tepat waktu
2. Lengkap
3. Akurat
4. Objektif
5. Meyakinkan
6. Jelas
7. Ringkas

Dari indikator kualitas audit internal diatas dapat diurakan penjelasannya

sebagai berikut:

1. Tepat waktu

Agar suatu informasi bermanfaat secara maksimal, maka laporan hasil

pemeriksaan harus tepat waku. Laporan yang dibuat dengan hati-hati

tetapi terlambat disampaikan, nilainya kurang bagi pengguna laporan

hasil pemeriksa. Oleh karena itu, pemeriksa harus semestinya dan

melakukan pemeriksaan dengan dasar pemikiran tertentu. Selama

pemeriksaan berlangsung, pemeriksa harus mempertimbangkan adanya

laporan hasil pemeriksaan sementara untuk hal yang signifikan kepada

pejabat entitas yang diperiksa terkait. Laporan hasil pemeriksaan

sementara bukan pengganti hasil pemeriksaan akhir, tetapi

mengingatkan kepada pejabat terkait hal yang membutuhkan perhatian

segera dan meungkinkan pejanat terseut untuk memperbaikinya

sebelum laporan hasil pemeriksaan telah diperiksa.


51

2. Lengkap

Agar menjadi lengkap, laporan hasil pemeriksaan harus memuat semua

informasi dari bukti yang dibutuhkan untuk memenuhi tujuan

pemeriksaan, memberikan pemahaman yang benar dan memadai atas

hasil yang dilaporkan dan memenuhi persyaratan isi laporan hasil

pemeriksaan. Hal ini juga berarti bahwa laporan hasil pemeriksaan

harus mamasukan secara memadai. Laporan harus memberikan

perspektif yang wajar mengenai aspek kedalaman dan signifikan

temuan pemeriksaan, sepertinya frekuensi terjadinya penyimpangan

dibandingkan dengan jumlah kasus atas transaksi yang dijual, serta

hubungan antara temuan pemeriksaan dengan kegiatan entitas yang

diperiksa tersebut. Hal ini diperlukan agar pembaca memperoleh

pemahaman yang benar dan memadai.

3. Akurat

Akurat berarti bukti yang disajikan benar dan temuan itu disajikan

dengan tepat. Perlunya keakuratan didasarkan ats kebutuhan untuk

memberikan keyakinan kepada pengguna laporan hasil pemeriksaan

bahwa apa yang dilaporkan memiliki kredibilitas dan dapat diandalkan.

Satu ketidakakuratan dalam laporan hasil pemeriksaan dapat

menimbulkan keraguan atas keandalan seluruh laporan tersebut dan

dapat mengaalihkan perhatian pengguna laporan hasil pemeriksaan

dari pemeriksaan yang tidak akurat dapat merusak kredibilitas


52

organisasi pemeriksa yang menerbitkan laporan hasil pemeriksaan dan

mengurangi efektifias laporan hasil pemeriksaan.

4. Objektif

Objektif berarti penyajian seluruh laporan harus seimbang dalam isi

dan nada. Kredibilitas suatu laporan ditentukan oleh bukti penyajian

yang tidak memihak, sehingga pengguna laporan hasil pemeriksaan

dapat diyakinkan oleh fakta yang disajikan. Laporan hasil pemeriksa

harus adil dan tidak menyesatkan. Ini berarti pemeriksa harus

menyajikan hasil pemeriksa secara netral dan menghindari

kecenderungan melebih-lebihkan kekurangan yang ada. Dalam

menjelaskan kekurangan suatu kinerja , pemeriksa harus menyajikan

penjelasan pejabat yang bertanggung jawab termasuk pertimbangan

atas kesulitan yang dihadapi entitas yang diperiksa.

5. Meyakinkan

Agar meyakinkan maka laporan harus dapat menjawab tujuan

pemeriksaan, menyajikan temuan, simpulan, dan rekomendasi yang

logis, informasi yang disajikan harus cukup meyakinkan pengguna

laporan untuk mengetahui validasi temuan tersebut dan manfaat

penerapan rekomendasi. laporan yang disusun dengan cara ini dapat

membantu pejabat yang bertanggung jawab untuk memastikan atas hal

yang memerlurkan hal perthatian itu, dan dapat membantu untuk

melakukan perbaikan sesuai dengan rekomendasi dalam laporan hasil

pemeriksa.
53

6. Jelas

Laporan harus mudah dibaca dan mudah dipahami. Laporan harus

ditulis dengan bahasa yang jelas dan sesederhana mungkin.

Penggunaan bahasa yang lugas dan tidak teknis sangat penting untuk

menyederhanakan penyajian. Jika digunakan istilah teknis, singkatan

dan akronim yang tidak begitu dikenal, maka harus didefinisikan

dengan jelas.

7. Ringkas

Laporan yang diringkas adalah laporan yang tidak lebih panjang dari

yang diperlukan untuk menyimpan dan mendukung pesan. Laporan

yang terlalu rinci dapat menurunkan kualitas laporan, bahkan dapat

menyembunyikan pesan yang sesungguhnya dan dapt

membinggungkan atau mengurangi minat pebaca. Pengulangan yang

tidak perlu juga harus dihindari. Meskipun banyak peluang untuk

mempertimbangkan isi laporan, laporan yang lengkap tetapi ringkas,

akan mencapai hasil yang lebih baik.

2.2 Kerangka Pemikiran

2.2.1 Pengaruh Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit

Independensi berarti sikap mental bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan

pihak lain, tidak tergantung pada pihak lain. Independensi juga berarti adanya

kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya


54

pertimbangan yang obyektif tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan

dan menyatakan pendapatnya (Mulyadi dalam Muhammad Reyhan, 2018).

Menurut Theodorus M. Tuanakotta (2011:64-65), dimensi yang dibahas

yaitu :

1. Programmig Independence

2. Investigative independence

3. Repoting independence

Berdasarkan teori diatas Independensi Auditor secara konsisten

meningkatkan Kualitas Audit yang lebih baik, yang dimana kualitas audit bisa

sebagai kemungkinan yang mendeteksi dan melaporkan pelanggaran dalam

laporan keuangan. Independensi juga merupakan salah satu faktor yang penting

untuk menghasilkan audit yang berkualitas. Tanpa adanya sikap Independensi

yang dimiliki oleh seorang auditor, terutama jika mendapat tekanan-tekanan dari

pihak klien maka kualitas audit yang dihasilkannya juga tidak maksimal.

Seorang auditor dalam melaksanakan tugas audit harus didukung dengan

sikap independen, dimana seorang auditor tidak boleh dipengaruhi oleh pihak lain,

dan tidak dikendalikan oleh pihak lain. Maka dari itu semakin tinggi tingkat

independensi seorang auditor akan semakin tinggi pula kualitas audit yang dihasilkan.

Dalam hubungannya dengan auditor, independensi berpengaruh penting sebagai dasar

utama agar auditor dipercaya oleh masyarakat umum. Alim (2007) bahwa

independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

Pada penelitian Agung Wira Gita (2018) mengatakan independensi

berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, dengan adanya independensi


55

auditor melakukan kegiatannya tidak dipengaruhi oleh pihak lain sehinnga dapat

menggungkapkan fakta-fakta.

2.2.2 Pengaruh Objektivitas Auditor Terhadap Kualitas Audit

Konsorium Organisasi Profesional Audit Internal (2004:8) adalah audior

internal harus memiliki sikap mental yang obyektif, tidak memihak dan

menghindari kemungkinan timbulnya pertentangan kepentingan.

Menurut Mulyadi (2014:57), dimensi yang dibahas yaitu :

1. Bersikap adil

2. Bebas dari benturan kepentingan

3. Pengungkapan kondisi sesuai fakta

Seorang auditor dengan mempertahankan objektifitas, ia akan bertindak

adil, tanpa dipengaruhi tekanan atau permintaan pihak tertentu atau kepentingan

pribadi, sehingga semakin tinggi tingkat objektivitas auditor maka maka semakin

baik kualitas audit, Mabruri dan Winarma (2010). Penelitian Annisa Parasayu

(2014), menyatakan bahwa objektivitas berpengaruh siginifikan terhadap kualitas

audit

2.2.3 Pengaruh Pengetahuan Auditor Terhadap Kualitas Audit

Para pemeriksa internal harus memiliki pengetahuan, kecakapan, dan

berbagai disiplin ilmu yang penting dalam pelaksanaan pemeriksaan, Amin

Widjadja (2012:30) .

Menurut Hiro Tugiman (2006:33), dimensi yang dibahas yaitu :


56

1. Pengetahuan prosedur dalam pemeriksaan

2. Pengetahuan dalam teknik pemeriksaan

3. Pengetahuan dalam prinsip-prinsip manajemen

4. Pengetahuan dasar dari berbagai pengetahuan

Mardisar dan Sari (2007) dalam Mia Dwi Anggriani menyatakan bahwa

dalam mendeteksi sebuah kesalahan, seorang auditor harus didukung dengan

pengetahuan tentang apa dan bagaimana kesalahan tersebut terjadi. Pengetahuan

merupakan proses kognitif faktor internal dari pendidikan yang mempengaruhi

kualitas audit internal Pengetahuan auditor yang tinggi, maka kualitas hasil audit

yang dihasilkan semakin baik.

Menurut penelitian Mia Dwi Anggriani (2017), menyatakan bahwa

pengetahuan berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Untuk melakukan

tugas pengauditan, auditor memerlukan pengetahuan pengauditan (umum dan

khusus), pengetahuan mengenai bidang auditing dan akuntansi. Dalam

melaksanakan audit, auditor harus bertindak sebagai seorang ahli dalam bidang

akuntansi dan auditing. Perbedaan pengetahuan antara auditor akan berpengaruh

terhadap cara auditor menyelesaikan sebuah pekerjaan. Lebih lanjut dijelaskan

bahwa seorang auditor akan bisa menyelesaikan sebuah pekerjaan secara efektif

jika didukung dengan pengetahuan yang dimilikinya.


57

2.2.4 Pengaruh Pengalaman Kerja Auditor Terhadap Kualitas Audit

Menurut Handoko (2014:24) pengalaman kerja merupakan penguasaan

pengetahuan dan keterampilan karyawan yang diukur dari lama masa kerja,

tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki karyawan. Pengalaman hanya

bisa didapatkan melalui tempat kerja. Pengalaman berdasarkan lamanya bekerja

merupakan pengalaman auditor yang dihitung berdasarkan suatu waktu / tahun.

Sehingga auditor yang telah lama bekerja sebagai auditor dapat dikatakan auditor

berpengalaman.

Menurut Bawono dan Elisha (2010:14), dimensi yang dibahas yaitu :

1. Lama masa kerja

2. Frekuensi pekerjaan pemeriksaan yang telah di audit

3. Banyak pelatihan yang dilakukan

Bonner dan Lewis (1990) dalam Lutfi Ardiansyah (2013) menunjukkan

bahwa : pengalaman akan membentuk pribadi seseorang, yaitu akan membuat

seseorang lebih bijaksana baik dalam berpikir maupun bertindak, karena

pengalaman seseorang akan merasakan posisinya saat dia dalam keadaan baik dan

saat dia dalam keadaan buruk. Seseorang akan semakin berhati-hati dalam

bertindak ketika ia merasakan fatalnya melakukan kesalahan. Dia akan merasa

senang ketika berhasil menemukan pemecahan masalah dan akan melakukan hal

serupa ketika terjadi permasalahan yang sama. Dia akan puas ketika

memenangkan argumentasi dan akan merasa bangga ketika memperoleh imbalan

akan hasil pekerjaannya. Penelitian Ni Made Widia Iswara Dewi (2018),

menyatakan bahwa pengalaman berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.


58

Maka dengan uraian di atas bahwa semakin banyak jumlah jam terbang

seorang auditor, tentunya dapat memberikan kualitas audit yang lebih baik dari

pada seorang auditor yang baru memulai kariernya. Atau dengan kata lain auditor

yang berpengalaman diasumsikan dapat memberikan kualitas audit yang lebih

baik dibandingkan dengan auditor yang belum berpengalaman.


Independensi (X1) Objektivitas (X2) Pengetahuan (X3) Pengalaman kerja (X4)

Independensi berarti sikap audior internal harus memiliki Para pemeriksa internal harus pengalaman kerja merupakan
mental bebas dari pengaruh, sikap mental yang obyektif, tidak memiliki pengetahuan, penguasaan pengetahuan dan
tidak dikendalikan pihak lain, memihak dan menghindari kecakapan, dan berbagai disiplin keterampilan karyawan yang
tidak tergantung pada pihak kemungkinan timbulnya ilmu yang penting dalam diukur dari lama masa kerja,
lain. Independensi juga berarti pertentangan kepentingan. pelaksanaan pemeriksaan. tingkat pengetahuan dan
adanya kejujuran dalam diri keterampilan yang dimiliki
auditor dalam Konsersium Organisasi Amin Widjadja (2012:30) karyawan.
mempertimbangkan fakta dan Profesional Audit Internal
adanya pertimbangan yang (2004:8) Handoko (2014:24)
obyektif tidak memihak dalam
diri auditor dalam merumuskan
dan menyatakan pendapatnya. Dimensi Dimensi Dimensi

Mulyadi dalam Muhammad 1. Bersikap adil 1. Pengetahuan prosedur dalam 1. Lama masa kerja
Reyhan, 2018 2. Bebas dari benturan pemeriksaan 2. Frekuensi pekerjaan
kepentingan 2. Pengetahuan dalam teknik
pemeriksaan yangtelah di
3. Pengungkapan kondisi sesuai pemeriksaan
3. Pengetahuan dalam prinsip- audit
fakta
Dimensi (Mulyadi) prinsip manajemen 3. Banyak pelatihan yang
4. Pengetahuan dasar dari dilakukan
1. Programimig independence berbagai pengetahuan (Bawono dan Elisha)
2. Investigative independence (Hiro Tugiman)
3. Repoting Independence
(Theodorus M. Tuanakotta)
Kualitas Audit Y

1. Pengelolaan fungsi audit internal


2. Lingkup penugasan
3. Perencanaan penugasan
4. Pelaksanaan penugasan
5. Komusikasi penugasan
6. Pemantauan tindak lanjut
59
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
60

2.2.5 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pengaruh

independensi, objektivitas, pengetahuan dan pengalaman kerja terhadap kualitas

audit diantaranya dikutip dari beberapa sumber dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 2.2 : Kajian Penelitian Terdahulu

No Nama dan Judul Hasil penelitian Perbedaan


Tahun Penelitian
Penelitian
1. Annisa Parasayu Analisis Faktor- Hasil penelitian Tidak
(2014) Faktor yang menunjukkan menggunakan
Mempengaruhi variabel bahwa variabel
Kualitas Hasil independensi dan integritas dan
Audit Internal pengetahuan tidak etika audit
berpengaruh
signifikan terhadap
kualitas hasil audit.
Sedangkan
objektivitas,
pengalaman,
integritas dan etika
audit berpengaruh
signifikan terhadap
kualitas audit.
2. Yuga Luthfi Pengaruh Objektivitas dan Tidak
Hidayat (2013) Objektivitas dan integritas menggunakan
Interigtas berpengaruh variabel
Auditor Internal signifikan terhadap integritas
Terhadapa kualitas audit sebagai variabel
Kualitas Audit independen
3. Mia Dwi Pengaruh Pengetahuan, Tidak
Anggriani Pengetahuan, pengalaman kerja, menngunakan
(2017) Pengalaman akuntabilitas dan variabel
Kerja Audit, profesionalisme akuntabilitas
Akuntabilitas berpengaruh positif dan
dan dan signifikan profesionalisme
Profesionalisme terhadap kualitas
Terhadapa hasil kerja auditor
Kualitas Hasil internal.
Kerja Auditor
Internal
61

4. Ni Made Widia Pengaruh Pengalaman, Due Tidak


Iswara Dewi Pengalaman, Professional Care menggunakan
(2018) Due dan Akuntanbalitas variabel
Professional berpangaruh Professional
Care dan signifikan terhadap Care dan
Akuntabilitas kualitas audit Akuntanbalitas
Auditor Pada
Kualitas Audit
5. Irwanti Bunga Pengaruh Pengaruh Tidak
Nurjanah (2016) Kompetensi, Kompetensi, meggunakan
Independensi, Independensi, variabel
Etika, Etika, Pengalaman kompetensi,
Pengalaman Auditor, Skeptisme etika, skeptisme
Auditor, Profesional profesional
Skeptisme Auditor, auditor dan
Profesional Objektivitas dan integritas
Auditor, Integritas
Objektivitas dan berpengaruh
Integritas signifikan terhadap
Terhadap kualitas audit
Kualitas Audit
6. Agung Wira Pengaruh Independensi, Tidak
Gita (2018) Independensi, Kompetensi, menggunakan
Kompetensi, Integritas, dan variabel
Integritas, dan Struktur Audit kompetensi,
Struktur Audit berpegaruh integritas dan
Terhadap signifikan terhadap struktur audit
Kualitas Audit kualita audit

2.3 Hipotesis

Pengertian hipotesis menurut Sugiyono (2013:93) adalah sebagai berikut:

“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah


penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun
dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban
yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan
pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.”
62

Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis utama dalam penelitian ini

adalah:

1. Independensi auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

2. Objektivitas auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

3. Pengetahuan auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

4. Pengalaman kerja auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas

audit.

Anda mungkin juga menyukai