1. Auditing adalah
Jawab :
Auditing adalah Proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti yang
berkaitan dengan pernyataan (asersi) tentang tindakan dan kejadian ekonomi, untuk
menentukan tingkat kesesuaian pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah
ditetapkan, dan menyampaikan hasilnya kepada pihak yang berkepentingan (pengguna).
Jenis Auditor
Auditor pemerintah
Auditor pemerintah adalah auditor profesional yang bekerja di instansi pemerintah yang
tugas pokoknya melakukan audit pertanggung jawaban keuangan yang disajikan oleh unit-
unit orgasisasi atau entitas pemerintahan atau pertanggungjawaban keuangan pada
pemerintah
Auditor Internal
Audit internal adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan (perusahaan swasta atau
perusahaan pemerintah)
Auditor Independen
Auditor independen adalah auditor profesional yang menyediakan jasanya kepada
masyarakat umum untuk memenuhi kebutuhan para pemakai informasi keuangan.
Auditor junior atau asisten auditor yang baru memasuki karir bidang auditing
harus mendapatkan pengalaman profesionalnya dengan mendapatkan supervisi yang
memadai serta review atas pekerjaan yang diterima dari atasan yang lebih
berpengalaman. Pelatihan yang didapatkan maksudnya mencakup pelatihan kesadaran
untuk secara terus menerus mengikuti perkembangan yang terjadi pada bidang bisnis dan
profesinya.
b) Auditor harus mempertahankan mental dari segala hal yang berhubungan dengan
perikatan, independensi.
Pada standar ini mewajibkan bagi auditor bersikap independen dalam arti seorang
auditor tidak boleh dipengaruhi oleh oknum tertentu karena pekerjaannya sangat berguna
untuk kepentingan umum. Masyarakat umum pun memberikan kepercayaan atas sikap
independensi auditor yang sangat penting bagi perkembangan profesi akuntan publik.
Sikap intelektual dan jujur sangat dijunjung tinggi sebagai profesi auditor. Profesi
akuntan publik telah menetapkan aturan yang disebut sebagai Kode Etik Akuntan
Indonesia agar setiap anggota menjaga diri dari kehilangan kepercayaan dan persepsi
independensi dari masyarakat. Sebenarnya sikap independensi secara intristik adalah
masalah mutu pribadi, sehingga bukan merupakan aturan yang dirumuskan untuk diuji
secara objektif.
c) Auditor wajib menggunakan keahlian profesionalnya dalam melaksanakan
pelaksanaan audit dan pelaporan dengan cermat dan seksama.
b) Tak hanya memperhatikan standar auditing saja, pemahaman yang memadai atas
pengendalin intern sangat dibutuhkan untuk merencanakan audit dan menentukan
sifat.
Standar Pelaporan
Standar pelaporan terdiri dari empat poin diantaranya:
a) Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Standar ini disebut juga sebagai standar konsistensi, yang bertujuan menuntut
auditor independen untuk memahami antara konsistensi dengan daya banding laporan
keuangan. Apabila terjadi kurangnya konsistensi maka penerapan prinsip akuntansi dapat
menyebabkan kurangnya daya banding laporan keuangan.
Tujuan standar konsistensi adalah untuk memberikan jaminan bahwa jika daya
banding laporan keuangan diantara kedua periode secara material oleh perubahan prinsip
akuntansi. Maka auditor akan mengungkapkan perubahan yang terjadi dalam laporannya.
Caranya dengan menambahkan di paragraph pendapat sebuah paragraph penjelasan.
Apabila pendapat dari keseluruhan tidak bisa diberikan maka alasannya harus
ditanyakan, laporan auditor harus menyajikan petunjuk yang jelas tentang pekerjaan audit
yang berhasil dilaksanakan. Standar pelaporan ini bertujuan untuk mencegah kesalahan
penafsiran tingkat tanggungjawab oleh akuntan bila namanya dikaitkan dengan laporan
keuangan. Disebut terkait dengan laporan keuangan adalah jika akuntan memberikan izin
namanya dalam suatu dokumen, laporan atau komunikasi tertulis. Apabila seorang
akuntan menyerahkan hasil laporan keuangan yang dibuat/disusunnya kepada pihak lain
maka akuntan tersebut dianggap terkait dengan laporan keuangan meskipun akuntan tidak
menuliskan namanya pada dokumen/laporan tersebut.
Pendapat ini diberikan jika terdapat keadaan tertentu yang mengharuskan auditor
menambahkan paragraf penjelasan (bahasa penjelasan lain) dalam laporan audit,
meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian yang dinyatakan oleh
auditor.
a) Tidak adanya bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan terhadap
lingkup audit yang mengakibatkan auditor berkesimpulan bahwa ia tidak dapat
menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian dan ia berkesimpulan tidak
menyatakan tidak memberikan pendapat.
b) Auditor yakin, atas dasar auditnya, bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan
dari prinsip akuntansi yang berlaku umum, yang berdampak material, dan ia
berkesimpulan untuk tidak menyatakan pendapat tidak wajar.
4. Pendapat tidak wajar (Adverse opinion)
Bila auditor menyatakan pendapat tidak wajar, ia harus menjelaskan dalam paragraf
terpisah sebelum paragraf pendapat dalam laporannya mengenai :
a. Semua alasan yang mendukung pendapat tidak wajar.
b. Dampak utama hal yang menyebabkan pemberian pendapat tidak wajar terhadap
posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas, jika secara praktis
untuk dilaksanakan. Jika dampak tersebut tidak dapat ditentukan secara beralasan,
laporan audit harus menyatakan hal tersebut.
Pernyataan tidak memberikan pendapat tidak boleh dinyatakan auditor apabila dia
yakin berdasarkan auditnya terdapat penyimpangan material dari prinsip akuntansi yang
berlaku umum. Jika pernyataan tidak memberikan pendapat disebabkan pembatasan
lingkup audit, auditor harus menunjukkan dalam paragraf terpisah semua alasan
substantive yang mendukung pernyataannya tersebut. Ia harus menyatakan bahwa
lingkup auditnya tidak memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan.
Auditor tidak harus menunjukkan prosedur yang dilaksanakan dan tidak harus
menjelaskan karakteristik auditnya dalam suatu paragraf (yaitu, paragraf lingkup audit
dalam laporan auditor bentuk baku).
7. Resiko audit, resiko inheren, resiko pengendalian dan resiko deteksi adalah
Jawab :
Resiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor tanpa disadari tidak
memodifikasikan pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang
mengandung salah saji material
Resiko inheren adalah kemungkinan suatu asersi mengandung salah saji material dengan
asumsi tidak ada pengendalian.
Resiko Pengendalian Risiko bahwa salah saji material dalam asersi tidak dapat dicegah
atau ditemukan secara tepat waktu oleh pengendalian internal entitas.
Resiko Deteksi adalah resiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material yang
terdapat dalam suatu asersi.