Pertemuan ke-IV
Oleh:
Kelompok IV
1
Laporan audit bentuk baku diberikan dalam kondisi :
Adapun penyimpangan dari laporan audit bentuk baku ini adalah sebagai
berikut.
1) Ruang Lingkup Audit Dibatasi ketika auditor tidak dapat mengumpulkan bukti
audit yangmemadai untuk menyimpulkan apakah laporan keuangan telah
disajikan sesuai denganGAAP/PSAK, maka terdapat suatu pembatasan atas
lingkup audit. Terdapat duapenyebab utama atas pembatasan lingkup audit ini
: pembatasan oleh klien danpembatasan yang disebabkan oleh kondisi-kondisi
di luar kendali klien atau auditor.
2) Penyajian Laporan Keuangan tidak sesuai dengan Prinsip-prinsip Akutansi
yang belakuUmum (Penyimpangan dari GAAP/PSAK) Sebagai contoh, jika
seorang klien bersikerasuntuk menggunakan harga penggantian (replacement
cost) bagi aktiva tetapnya ataumenilai persediaannya berdasarkan harga jual
daripada harga historis, maka perludiberikan pendapat di luar pendapat wajar
tanpa syarat.
3) 3)Auditor tidak Independen independensi umumnya ditentukan berdasarkan
Aturan 101dari Aturan Kode Etik Profesiona
2
2. Laporan Audit Standar
Laporan standar merupakan laporan yang paling umum diterbitkan dan berisi
pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion) yang dimana menetapkan
semua asersi manajemen atas pengendalian internal wajar dalam material. Kesimpulan
ini dapat diterapkan apabila auditor telah memeriksa tidak ada kelemahan material
dalam pengendalian internal atas pelaporan keuangan. Persyaratan yang harus dipenuhi
untuk menerbitkan laporan audit ini, yaitu :
a) Standar auditing sudah terpenuhi dan auditor sudah berkedudukan independen.
b) Laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum.
c) Pernyataan yang dimuat dalam laporan keuangan mudah dipahami. Tidak terdapat
ketidakpastian yang luar biasa mengenai perkembangan perusahaan pada periode
berikutnya.
Dalam laporan audit dengan opini “wajar tanpa pengecualian” baru dapat
diterbitkan oleh Auditor ketika semua syarat dan kondisi terpenuhi sesuai kriteria yang
ditetapkan. Selain itu, juga tidak terdapat adanya kesalahan dalam penyajian informasi
dalam laporan keuangan yang berpengaruh secara signifikan. Laporan keuangan ini
dinilai oleh akuntan publik berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.
3
pasar bagi auditor independen. Para pemakai laporan keuangan meminta para
auditor melakukan audit atas laporan mereka atas dasar :
a) Adanya perbedaan kepentingan yang dapat menimbulkan konflik antara
manajemen sebagai pembuat laporan keuangan dengan para pemakai laporan
keuangan.
b) Keinginan para pemakai laporan keuangan agar informasi yang ada di dalam
laporan tersebut sudah sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum dan
terbukti kewajarannya.
c) Para pemakai laporan keuangan mengandalkan jasa auditor untuk memastikan
kualitas laporan keuangan yang bersangkutan apakah sudah relevan atau belum.
d) Karena keterbasan akses, para pemakai laporan keuangan mengandalkan
kemampuan auditor untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangan dengan
menekan risiko informasi.
4
Tahapan audit laporan keuangan :
5
4) Tanggung jawab manajemen atas laporan keuangan : bagian dari laporan
auditor ini menjelaskan tanggungjawab pihak – pihak dalam organisasi yang
bertanggungjawab atas penyusunan laporan keuangan.
5) Tanggungjawab auditor : bagian ini menyatakan bahwa tanggungjawab auditor
adalah untuk menyatakan suatu opini atas laporan keuangan berdasarkan audit
untuk mengontraskannya dengan tanggungjawab manajemen atas penyusunan
laporan keuangan.
6) Opini auditor : laporan auditor harus mencakup suatu bagian dengan judul
“Opini”.
Terdapat 2 jenis opini, yaitu : opini tanpa modifikasi / wajar tanpa pengecualian
(unqualified opinion) dan opini modifikasi.
• Opini tanpa modifikasi / wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion)
Opini wajar tanpa pengecualian diberikan oleh auditor jika auditor tidak
menemukan kesalahan yang material secara keseluruhan dari laporan keuangan
dan laporan keuangan dibuat sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
(SAK). Dengan kata lain, laporan keuangan akan mendapatkan opini wajar
tanpa pengecualian jika memenuhi kondisi seperti berikut:
a. Laporan keuangan lengkap
b. Bukti audit yang dibutuhkan lengkap (SA 330)
c. Ketiga standar umum telah diikuti sepenuhnya dalam perikatan kerja
d. Laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
dan konsisten (SA 700)
e. Kesalahan penyajian yang tidak dikoreksi adalah tidak material, baik secara
individual maupun secara kolektif (SA 450)
f. Tidak terdapat ketidakpastian yang cukup berarti mengenai perkembangan
di masa depan (going concern)
6
Contoh laporan audit dengan opini wajar tanpa pengecualian
(Unqualified Opinion)
(laporan audit bentuk baku)
7
b. Kurang konsisten perusahaan dalam menerapkan prinsip atau standar
akuntansi yang digunakan.
c. Auditor ingin menekankan suatu hal.
• Opini modifikasi
1. Opini wajar dengan pengecualian (Qualified Opinion)
Auditor harus menyatakan opini wajar dengan pengecualian ketika:
a) Auditor setelah memperoleh bukti yang cukup dan tepat menyimpulkan
bahwa kesalahan penyajian, baik secara individual maupun secara
agregasi adalah material tetapi tidak pervasif terhadap laporan keuangan
b) Auditor tidak memperoleh bukti yang cukup dan tepat yang mendasari
opini audit, tetapi auditor menyimpulkan bahwa pengaruh kesalahan
penyajian yang tidak terdeteksi yang mungkin timbul terhadap laporan
keuangan, jika ada, dapat menjadi material tetapi tidak pervasive.
8
Contoh 1.1 Laporan audit dengan opini wajar dengan pengecualian
(qualified opinion), karena adanya pengungkapan yang tidak cukup
9
Contoh 1.2 Laporan audit dengan opini wajar dengan
pengecualian (qualified opinion), karena penggunaan prinsip
akuntansi yang mentimpang dari prinsip akuntansi yang berlaku
umum.
10
keuangan. Pervasif sendiri diartikan sebagai kesalahan yang akan
membawa dampak kemana-mana atau mendalam. Hal ini disebabkan oleh
beberapa kondisi :
1. Auditor memberikan pendapat tidak wajar jika laporan keuangan klien
tidak menyajikan secara wajar atas laporan keuangan.
2. Laporan keuangan tidak disusun berdasar standar akuntansi keuangan.
3. Ruang lingkup auditor dibatasi sehingga bukti kompeten yang cukup
untuk mendukung pendapatnya tidak dapat dikumpulkan.
4. Jika laporan keuangan diberi pendapat tidak wajar oleh auditor maka
informasi yang disajikan klien dalam laporan keuangan sama sekali
tidak dapat dipercaya, sehingga tidak dapat dipakai oleh pemakai
informasi keuangan untuk pengambilan keputusan.
11
Contoh Laporan audit dengan opini tidak wajar (Adverse Opinion)
12
ada, dapat bersifat material dan pervasive. Hal ini disebabkan beberapa
kondisi :
1. Adanya pembatasan yang sifatnya luar biasa terhadap lingkungan
auditnya, kemudian karena auditor tidak independen dalam hubungan
dengan kliennya.
2. Perbedaan antara pernyataan tidak memberikan pendapat dengan
pendapat tidak wajar adalah pendapat tidak wajar ini diberikan dalam
keadaan auditor mengetahui adanya ketidakwajaran dalam laporan
keuangan klien, sedangkan auditor menyatakan tidak memberikan
pendapat (no opinion) karena ia tidak cukup memperoleh bukti
mengenai kewajaran laporan keuangan auditan atau karena ia tidak
independen dalam hubungannya dengan klien.
13
Contoh laporan auditor dengan opini tidak menyatakan pendapat
(Disclaimer Opinion), akibat ketidakberhasilan auditor untuk
memperoleh bukti yang cukup karena pembatasan ruang lingkup.
14
mencantumkan nomor izin KAP dan nomor izin rekan yang menandatangani
laporan auditor.
9) Tanggal lapora audit : laporan auditor harus diberi tanggal tidak lebih awal dari
tanggal ketika auditor telah memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat yang
mendasari opini auditor atas laporan keuangan termasuk bukti bahwa :
• Seluruh laporan yang membentuk laporan keuangan, termasuk catatan atas
laporan keuangan terkait, telah disusun.
• Pihak – pihak dengan wewenang yang diakui telah menyatakan bahwa mereka
te;ah mengambil tanggungjawab atas laporan keuangan tersebut.
15
orang yangkurang/belum berpengalaman, maka orang tersebut harus
disupervisi(dibimbing) oleh seniornya yang berpengalaman.
▪ Kompetensi auditor mengenai bidang yang diauditnya juga ditunjukkan oleh latar
belakang pendidikan dan pengalaman yang dimilikinya.
▪ Auditor yang mengaudit laporan keuangan harus memiliki latar belakang
pendidikan dan memahami dengan baik proses penyusunan laporan keuangan dan
standar akuntansi yang berlaku. Demikian pula denganauditor yang melakukan
audit operasional dan ketaatan, dia harus memiliki pengetahuan yang cukup
mengenai kegiatan operasional yang diauditnya, baik cara melaksanakannya,
maupun kriteria yang digunakan untuk melakukan penilaian. Jika auditor kurang
mampu atau tidak memiliki kemampuan tersebut, maka dia (auditor) wajib
menggunakan tenaga ahli yang sesuai.
b) Independensi
Independen artinya bebas dari pengaruh baik terhadap manajemen yang
bertanggung jawab atas penyusunan laporan maupun terhadap para penggunalaporan
tersebut. Hal ini dimaksudkan agar auditor tersebut bebas dari pengaruh subyektifitas
para pihak yang tekait, sehingga pelaksanaan danhasil auditnya dapat diselenggarakan
secara obyektif.Independensi yang dimaksud meliputi independensi dalam kenyataan
(infact) dan dalam penampilan (in appearance). Independensi dalam kenyataan lebih
cenderung ditunjukkan oleh sikap mental yang tidak terpengaruh olehpihak manapun.
Sedangkan independensi dalam penampilan ditunjukkanoleh keadaan tampak luar yang
dapat mempengaruhi pendapat orang lainterhadap independensi auditor.Contoh
penampilan yang dapat mempengaruhi pendapat orang terhadap independensi auditor,
apabila dia (auditor) sering tampak makan-makan ataubelanja bersama-sama dengan
dan dibayari oleh auditinya. Walaupun padahakekatnya (in fact) auditor tetap
memelihara independensinya, kedekatan dalam penampilan itu dapat merusak citra
independensinya dimata publik.Independensi tidak hanya dari sisi kelembagaan. Tetapi
juga dari sisi pekerjaan. Misalnya suatu Kantor Akuntan Publik menjadi konsultan pada
suatu perusahaan atau membantu perusahaan menyusunkan laporan keuangannya.
Terhadap perusahaan tersebut, Kantor Akuntan Publik yang bersangkutan tidak boleh
memberikan jasa audit.
16
c) Kecermatan dalam melaksanakan tugas.
Dalam melaksanakan tugasnya, auditor harus menggunakan keahliannya dengan
cermat (due professional care), direncanakan dengan baik, meng-gunakan pendekatan
yang sesuai, serta memberikan pendapat berdasarkanbukti yang cukup dan ditelaah
secara mendalam.Di samping itu, institusi audit harus melakukan pengendalian mutu
yang memadai; organisasinya ditata dengan baik, terhadap SDM yang digunakan
dilakukan pembinaan, diikut sertakan dalam pendididkan dan pelatihan yang
berkesinambungan, pelaksanaan kegiatannya disupervisi denganbaik, dan hasil
pekerjaannya direviu secara memadai.Kecermatan merupakan hal yang mutlak harus
diterapkan auditor dalam pelaksanaan tugasnya. Karena hasil audit yang dilakukan
akan berpengaruh pada sikap orang yang akan menyandarkan keputusannya pada hasil
audityang dilakukannya. Oleh karena itu, auditor harus mempertimbangkan bahwa
suatu saat dia harus mempertanggung jawabkan hasil auditnya,termasuk apabila dia
tidak dapat menemukan kesalahan yang sebenarnya telah terjadi dalam laporan yang
diauditnya, namun tidak berhasil meng-ungkapkannya.
17
DAFTAR PUSTAKA
https://www.jurnal.id/id/blog/jenis-opini-audit-laporan-keuangan/#Apa_itu_Opini_Audit
http://fekool.blogspot.com/2015/04/auditing-kriteria-wajar-dalam-laporan.html?m=1
AL. Haryono Jusup, 2014, Auditing Pengauditan Berbasisi ISA Edisi II, STIE YKPN,
Yogyakarta
http://fekool.blogspot.com/2015/04/persyaratan-masing-masing-auditor.html?m=1
18