Anda di halaman 1dari 15

Penerimaan Perikatan dan Perencanaan Audit

Pengauditan 1

Disusun oleh :
Kelas Akuntansi C Pagi
Kelompok 5
1. Ni Kadek Gita Ristyandani (08) (2002622010068)
2. Ida Ayu Bintang Mahandirayathi (10) (2002622010070)
3. Ni Komang Dita Octarisa (11) (2002622010071)

Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Program Studi Akuntansi
Universitas Mahasaraswati Denpasar
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................1

I. Tahap – tahap Audit atas Laporan Keuangan.............................................................1

II. Tahap – tahap Penerimaan Perikatan Audit..............................................................2

III. Perencanaan Audit........................................................................................................7

IV. Pengujian Audit...........................................................................................................11

DAFTAR REFERENSI.........................................................................................................13

1
I. Tahap – tahap Audit atas Laporan Keuangan
1. Penerimaan Perikatan Audit
Perikatan adalah kesepakatan dua pihak untuk mengadakan suatu ikatan perjanjian.
2. Perencanaan Audit
Langkah berikutnya setelah perikatan audit diterima oleh auditor adalah perencanaan
audit.
3. Pelaksanaan Pengujian Audit
Tahap selanjutnya adalah pelaksanaan pengujian audit. Tahap ini juga disebut
dengan “pekerjaan lapangan”.
4. Pelaporan Audit
Tahap akhir pekerjaan audit atas laporan keuangan adalah pelaporan audit.
Pelaksaan tahap ini harus mengacu ke “standar pelaporan”
5. Menyelesaikan audit dengan meringkas semua hasil pengujian dan menarik
simpulan.
Setelah semua prosedur audit yang diperlukan selesai dilaksanakan, auditor perlu
menggabungkan informasi yang dihasilkan melalui berbagai prosedur audit tersebut
untuk menarik simpulan secara menyeluruh.
6. Menerbitkan laporan audit
Akhir proses audit adalah penyajian laporan audit yang berisi pernyataan pendapat
atau pernyataan tidak memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan.
II. Tahap – tahap Penerimaan Perikatan Audit
Di dalam memutuskan apakah suatu perikatan audit dapat diterima atau tidak, auditor
menempuh suatu proses yang terdiri dari enam tahap berikut ini :
1. Mengevaluasi integritas manajemen.
Keuangan yang disajikan oleh manajemen. Cara yang dapat ditempuh oleh auditor
dalam mengevaluasi integritas manajemen adalah :
a) Melakukan komunikasi dengan auditor pendahulu.
Auditor pendahulu adalah auditor yang mengundurkan diri atau diberitahu
oleh klien bahwa tugasnya telah berakhir dan tidak diperpanjang dengan
perikatan baru. Auditor pengganti adalah auditor yang menerima suatu
perikatan atau auditor yang telah diundang untuk mengajukan proposal

2
perikatan audit. Sebelum menerima suatu perikatan audit, auditor pengganti
harus mencoba melaksanakan komunikasi tertentu, berikut ini :
1) Meminta keterangan kepada auditor pendahulu mengenai masalah –
masalah yang spesifik.
2) Menjelaskan kepada calon klien tentang perlunya auditor pengganti
mengadakan komunikasi dengan auditor pendahulu dan meminta
persetujuan dari klien untuk melakukan hal tersebut.
3) Mempertimbangkan keterbatasan jawaban yang diberikan oleh auditor
pendahulu.

b) Meminta keterangan kepada pihak ketiga.


Informasi tentang integritas menajemen dapat diperoleh dengan meminta
keterangan kepada penasehat hukum, pejabat bank, dan pihak lain dalam
masyarakat keuangan dan bisnis yang mempunyai hubungan bisnis dengan
calon klien.
c) Melakukan riview terhadap pengalaman auditor di masa lalu dalam
berhubungan dengan klien yang bersangkutan.
Dalam hal auditor mempertimbangkan akan melanjutkan atau menghentikan
hubungan dengan klien dalam perikatan audit, auditor harus secara seksama
mempertimbangkan pengalamannya di masa lalu
2. Mengidentifikasi keadaan khusus dan risiko luar biasa.
Berbagai faktor yang perlu dipertimbangkan oleh auditor tentang kondisi khusus
risiko luar biasa yang mungkin berdampak terhadap penerimaan perikatan audit
dari calon klien dapat diketahui dengan mengidentifikasi pemakai laporan audit
dan mendapatkan informasi stabilitas keuangan dan legal calon klien di masa
depan.
a. Mengidentifikasi Pemakai Laporan Audit.
Bapepam, badan pengatur (regulatory body), dan bank dan Lembaga
keuangan lain, pemegang saham, dan pasar modal adalah pemakai utama
laporan audit.
b. Mendapatkan Informasi tentang Stabilitas Keuangan dan Legal Calon Klien
di Masa Depan.

3
Di dalam mempertimbangkan penerimaan perikatan audit dari calon klien,
auditor perlu mempertimbangkan faktor risiko luar biasa yang kemungkinan
ada dalam perusahaan klien.
c. Mengevaluasi Kemungkinan Dapat atau Tidaknya Laporan Keuangan Calon
Klien Diaudit.
Kemungkinan laporan keuangan dapat diaudit perlu diselidiki oleh auditor sebelum
auditor menerima perikatan audit atas laporan keuangan
3. Menentukan kompetensi untuk melaksanakan audit.
Standar umum yang pertama berbunyi sebagai berikut : “Audit harus dilaksanakan
oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis cukup
sebagai auditor.”
a. Mengidentifikasi Tim Audit
Tim audit terdiri dari :
1. Seorang partner yang akan bertanggung jawab terhadap penyelesaian
keseluruhan perikatan audit.
2. Satu atau lebih manajer, yang akan mengkoordinasi dan mengawasi
pelaksanaan program audit.
3. Staff assisten yang melaksanakan berbagai prosedur audit yang
diperlukan dalam pelaksanaan program audit.
b. Mempertimbangkan Kebutuhan Konsultasi dan Penggunaan Spesialis.
Auditor kemungkinan akan menghadapi masalah berikut ini :
1. Penilaian
2. Penentuan karakteristik fisik yang berhubungan dengan kuantitas yang
tersedia atau kondisi
3. Penentuan nilai yang diperoleh dengan menggunakan Teknik atau
metode khusus.
4. Penafsiran persyaratan teknis, peraturan atau persetujuan.
Jika menurut pertimbangan auditor, akan menjumpai situasi yang memerlukan
pengetahuan khusus, perlu melakukan konsultasi dengan spesialis. Diantara
auditor, klien, dan spesialis harus memiliki kesamaan pengertian mengenai
sifat pekerjaan yang harus dilakukan oleh spesialis. Pengertian tersebut
didokumentasikan dan harus meliputi hal – hal berikut :
a. Tujuan dan lingkup pekerjaan spesialis.
b. Pernyataan spesialis berkenaan dengan hubungannya

4
c. Metode atau asumsi yang digunakan.
d. Perbandingan antara metode atau asumsi yang harus digunakan
sekarang dengan yang digunakan tahun lalu.
e. Pemahaman spesialis mengenai penggunaan temuan special oleh
auditor sebagai pendukung dalam hubungannya dengan penyajian
laporan keuangan.
f. Bentuk dan isi laporan spesialis yang akan memungkinkan auditor
melakukan evaluasi.
4. Menilai independensi.
Standar umum yang kedua berbunyi sebagai berikut: “Dalam semua hal yang
berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus
dipertahankan oleh auditor”
Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik mengatur tentang independensi
auditor dan stafnya sebagai berikut:
 101. Independensi, dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus
selalu mempertahankan sikap mental independent di dalam memberikan
jasa professional sebagaimana diatur dalam standar professional akuntan
public
 102. integritas dan Objektivitas, dalam menjalankan tugasnya, anggota
harus mempertahankan integritas dan objektivitas.
5. Menentukan kemampuan untuk menggunakan kemahiran profesionalnya.
Standar umum ketiga berbunyi sebagai berikut :“Dalam pelaksanaan audit dan
penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya
dengan cermat dan seksama.”
1. Penentuan Waktu Perikatan.
Perikatan auditor mendekati akhir tahun buku klien menyebabkan auditor
tidak dapat melaksanakan prosedur penting seperti observasi terhadap
penghitungan fisik sediaan, sehingga kemungkinan auditor tidak dapat
memberikan pendapatan wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan
auditan.
2. Pertimbangan Jadwal Pekerjaan Lapangan
Jadwal pekerjaan lapangan ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
a) Pekerjaan interim (interim work)

5
b) Pekerjaan akhir tahun (year-end work)
c) Pemanfaatan Personel Klien
Pemanfaatan hasil pekerjaan auditor intern akan berdampak terhadap
Prosedur untuk memperoleh pemahaman atas pengendalian intern,
pengujian pengendalian, dan pengujian substantif. Personel klien juga dapat
dimanfaatkan untuk berbagai perikatan sebagai berikut :
a) Pembuatan daftar saldo akun buku besar
b) Rekonsiliasi akun control
c) Pembuatan daftar piutang
d) Pembuatan daftar polis asuransi
6. Membuat surat perikatan audit.
Surat perikatan Audit dibuat auditor untuk kliennya yang berfungsi untuk
mendokumentasikan dan menegaskan penerimaan auditor atas penunjukan oleh
klien, tujuan dan lingkup audit, lingkup tanggung jawab yang dipikul oleh auditor
bagi klien, kesepakatan tentang reproduksi laporan keuangan auditan, serta bentuk
laporan yang akan diterbitkan oleh auditor.
1. Isi pokok Surat Perikatan audit.
a. Tujuan audit atas laporan keuangan
b. Tanggung jawab manajemen atas laporan keuangan
c. Lingkup audit
d. Bentuk laporan atau bentuk komunikasi lain
e. Fakta bahwa audit memiliki keterbatasan bawaan bahwa kekeliruan
dan kecurangan material tidak akan terdeteksi
f. Pengaturan reproduksi laporan keuangan auditan
g. Kesanggupan auditor untuk menyampaikan informasi
h. Akses ke berbagai catatan, dokumentasi dan informasi lain
i. Dasar yang digunakan oleh auditor.
Auditor dapat pula memasukkan hal berikut ini dalam surat perikatan
auditnya.
a. Pengaturan berkenaan dengan perencanaan audit
b. Harapan untuk menerima penegasan tertulis dari manajemen
c. Permintaan kepada klien untuk menegaskan bahwa syarat perikatan
telah sesuai
d. Penjelasan setiap surat atau laporan.

6
Butir – butir berikut ini dapat pula dimasukkan dalam surat perikatan audit
a. Pengaturan tentang pengikutsertaan auditor lain
b. Pengaturan tentang pengikutsertaan auditor intern dan staf klien
c. Pengaturan
d. Pembatasan atas kewajiban auditor
e. Suatu pengacuan ke perjanjian lebih lanjut antar auditor dengan
kleinnya
Faktor – faktor berikut ini dapat menyebabkan auditor untukmemutuskan
pengiriman surat perikatan audit baru :
a. Adanya petunjuk bahwa klien salah paham mengenai tujuan dan
lingkup audit
b. Adanya syarat – syarat perikatan yang direvisi atau khusus.
c. Perubahan manajemen yang terjadi akhir – akhir ini
d. Perubahan signifikan dalam sifat dan ukuran bisnis klien.
e. Persyaratan hukum.

III. Perencanaan Audit


Setelah auditor memutuskan untuk menerima perikatan audit dari kliennya, langkah
berikutnya yang perlu ditempuh adalah merencanakan audit. Ada tujuh tahap yang
harus dirempuh oleh auditor dalam merencanakan auditnya:
1. Memahami Bisnis Dan Klien
Sebelum auditor melakukan verifikasi dan analisis transalai atau akun-akun
tertentu, ia perlu mengenal lebih baik industri tempat klien berusaha serta
kekhususan bisnis klien. SA Seksi 318 Pemahaman atas Bimis Klien memberikan
panduan tentang sumber informasi bagi auditor untukmemahami bisnis dan industri
klien:
a) Pengalaman sebelumnya tentang entitas dan industrinya.
b) Diskusi dengan orang dalam entitas (seperti direktur, personel operasi
senior).
c) Diskini dengan personel dari fungsi audit intern dan review terhadap
laporan auditor intern.
2. Melaksanakan Prosedur Analitik
Prosedur analitik meliputi perbandingan jumlah-jumlah yang tercatat atau ratio
yang dihitung dari jumlah-jumlah yang tercatat, dibandingkan dengan harapan
yang dikembangkan auditor. Tujuan prosedur analitik dalam perencanaan audit

7
adalah untuk membantu perencanaan sifat, saar, dan luas prosedur audit yang akan
digunakan untuk memperoleh bukti tentang saldo akun atau jenis transaksi tertentu.
Prosedur analitik dapat mengungkapkan peristiwa atau transaksi yang tidak
biasa, perubahan akuntansi, penabahan usaha, fluktuasi acak, atau salah saji. Pada
tahap perencanaan audit, auditor biasanya melaksanakan prosedur analitik dengan
menggunakan data agregasi (gabungan, kumpulan), data perusahaan secara
keseluruhan yang didasarkan pada dara gabungan sampai dengan bulan
dilakukannya prosedur analitik atau pada data proyeksi tahunan.
3. Mempertimbangkan Tingkat Materialitas Awal
Pada tahap perencanaan audit, auditor perlu mempertimbangkan materialitas
awal pada dua tingkat yaitu tingkat laporan keuangan dan tingkat saldo akun.
Materialitas awal pada tingkat laporan keuangan perlu ditetapkan oleh auditor
karena pendapat auditor aras kewajaran laporan keuangan diterapkan pada laporan
keuangan sebagai keseluruhan.
4. Mempertimbangkan Risiko Bawaan
Dalam keseluruhan proses audit, auditor harus mempertimbangkan risiko
bawaannyaa seperti (Inherent Risk) yaitu suatu risiko salah saji yang melekat
dalam saldo akun atau asersi tentang suatu saldo akun, risiko pengendalian
(Compul Risk) merupakan suatu risiko tidak dapat dicegahnya salah saji material
dalam suatu saldo akun atau aseni tentang suatu saldo akun oleh pengendalian
intern, Risiko deteksi (Detection Risk) yaitu suatu risiko tidak terdeteksinya salah
saji material dalam suatu saldo akun atau asersi tentang suatu saldo akun oleh
prosedur audit yang dilaksanakan oleh auditor dan Risiko audit-suatu risiko
kegagalan auditor dalam memodifikasi pendapatnya atas laporan keuangan yang
secara material disajikan salah.
5. Mempertimbangkan Berbagai Faktor yang Berpengaruh terhadap Saldo
Awal, Jika Perikatan Audit Merupakan Audit Tahun Pertama
Laporan keuangan tidak hanya menyajikan posisi keuangan dan hasil usaha
tahun berjalan, namun juga mencerminkan dampak:
a. Transaksi yang dimasukkan dalam saldo yang dibawa ke tahun berikutnya
dari tahun-tahun sebelumnya.
b. Kebijakan akuntansi yang diterapkan dalam rahun-tahun sebelumnya.
Kedua hal tersebut di atas berdampak terhadap saldo awal. Dalam suatu
perikatan audit tahun pertama, sebelumnya auditor tidak memperoleh bukti audit
yang mendukung saldo awal tersebut. SA Seksi 323 Audit Tahun Pertama

8
memberikan panduan bagi auditor berkenaan dengan saldo awal, bila laporan
keuangan diaudit untuk pertama kalinya atau bila laporan keuangan tahun
sebelumnya diaudit oleh auditor independen lain. Auditor harus menyadari
mengenai hal-hal bersyarat (contingencie) dan komitmen yang ada pada awal
tahun. Auditor harus memperoleh bukti audit kompeten yang cukup untuk
meyakini bahwa:
a. Saldo awal tidak mengandung salah saji yang mempunyai dampak
material terhadap laporan keuangan cahun berjalan.
b. Saldo penutup ahun sebelumnya telah ditransfer dengan benar ke tahun
berjalarn atau telah dinyatakan kembali, jika hal itu semestinya dilakukan.
c. Kebijakan akuntansi yang semestinya telah diterapkan secara konsisten.
Sifat dan lingkup bukti audit yang harus diperoleh auditor berkenaan dengan
saldo awal tergantung pada:
a. Kebijakan akuntansi yang dipakai oleh entitas yang bersangkutan.
b. Apakah laporan keuangan entitas tahun sebelumnya telah diaudit, dan jika
demikian apakah pendapat auditor atas laporan keuangan tersebut berupa
peudapat selain pendapat wajar tanpa pengecualian.
c. Sifat akun dan risiko salah saji dalam laporan keuangan tahun berjalan.
Auditor harus menentukan bahwa saldo awal mencerminkan penerapan
kebijakan akuntansı yang semestinya dan bahwa kebijakan tersebut diterapkan
secara konsisten dalam laporan keuangan tahun berjalan. Bila terdapat perubahan
dalam kebijakan akuntansi atau penerapannya, auditor harus memperoleh
kepastian bahwa perubahan tersebut memang semestinya dilakukan, dan
dipertanggungjawabkan, serta diungkapkan.
Bila laporan keuangan tahun sebelumnya telah diaudit oleh auditor
independen lain, auditor tahun berjalan dapat memperoleh keyakinan mengenai
saldo awal dengan cara me-review kertas kerja auditor pendahulu. la harus juga
mempertimbangkan kompetensi dan independensi profesional auditor pendahulu.
Jika laporan auditor tahun sebelumnya berisi pendapat selain pendapat wajar
tanpa pengecualian, auditor tahun berjalan harus memperhatikan bidang yang
relevan, yang dikecualikan dalam audit tahun berjalan. Auditor pengganti harus
melakukan komunikasi dengan auditor pendahulu sesuai dengan yang diatur
dalam SA Seksi 315 Komunikasi antara Auditor Pendahulu dengan Auditor
Pengganti.

9
Jika laporan keuangan tahun sebelumnya tidak diaudit atau jika auditor tidak
dapat memperoleh keyakinan dari review terhadap kertas kerja auditor pendahulu,
ia harus memperoleh bukti audit kompeten yang cukup untuk mendukung asersi
yang terkandung dalam saldo awal, sepanjang saldo-saldo tersebut berdampak
terhadap laporan keuangan tahun berjalan.
6. Mengembangkan Strategi Audit Awal terhadap Asersi Signifikan
Tujuan akhir perencanaan dan pelaksanaan audit yang dilakukan oleh auditor
adalah untuk mengurangi risiko audit ke tingkat yang rendah, untuk mendukung
pendapat apakah, dalam semua hal yang material, laporan keungan disajikan secara
wajar. Tujuan ini diwujudkan melalui pengumpulan dan evaluasi bukti tentang
asersi yang terkandung dalam laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen.
Karena keterkaitan antara bukti audit, materialitas, dan komponen risiko audit
(risiko bawaan, risiko pengendalian, dan risiko deteksi) auditor dapat memilih
strategi audit awal dalam perencanaan audit terhadap asersi individual atau
golongan transaksi. Ada dua strategi audit awal yang dapat dipilih oleh auditor: (1)
primarly substantive approach, dan (2) lower assesed level of control risk
approach.
7. Me-review Informasi yang Berhubungan dengan Kewajiban – kewajiban
Legal Klien
Penyajian laporan keuangan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi
berterima umum di Indonesia mewajibkan klien untuk melaksanakan peraturan-
peraturan pemerintah dan perjanjian-perjanjan legal yang lain. Jika material,
informasi mengenai kewajiban legal klien, harus dijelaskan dalam laporan
keuangan. Sebelum memulai verifikasi dan analisis terhadap transaksi dan akun
tertentu, auditor perlu memahami kewajiban legal dan perjanjian yang menyangkut
klien. Informasi tersebut tercantum dalam dokumen-dokumen berikut ini:
a) Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
Anggaran rumah tangga perusahaan berisi peraturan-peraturan serta
prosedur-prosedur yang ditetapkan oleh pemegang saham perusahaan.
Sebagai contoh adalah dalam anggaran rumah tangga diatur mengenai
frekuensi rapat pemegang saham setiap tahunnya, cara pemungutan suara
untuk pemilihan direksi, tugas-tugas dan kekuasaan pimpinan perusahaan.
b) Perjanjian Persekutuan

10
Perjanjian persekutuan merupakan dokumen yang berisi kontrak di antara
para pemilik persekutuan mengenai peraturan-peraturan mengenai peraturan-
peraturan yang harus diikuti dalam menjalankan perusahaan.
c) Notulen Rapat Direksi dan Pemegang Saham
Notulen rapat merupakan catatan resmi mengenai tindakan-tindakan yang
diputuskan dalam rapat direksi dan pemegang saham yang akan dilaksanakan
dalam kegiatan perusahaan. Informasi yang diperoleh auditor dari notulen
rapat akan berguna dalam menafsirkan informasi yang ditemukan dalam
auditnya.
d) Kontrak
Informasi yang diperoleh auditor dari analisis terhadap kontrak-kontrak
tersebut akan sangat membantu auditor dalam menafsirkan akun-akun
seperti: persekot dari pemasok, persekot kepada kontraktor, dan kontruksi
dalam pelaksanaan.jika auditor telah selesai me-review suatu kontrak, hal-hal
penting yang tercantum dalam kontrak harus diusut ke dalam akun-akun
untuk menentukan apakah semua hal dan kewajiban klien yang tercantum
dalam kontrak telah tercermin dalam catatan akuntansi.
e) Peraturan Pemerintah yang Secara Langsung Menyangkut Klien
Meskipun auditor tidak memegang izin praktik untuk memberikan jasa dalam
bidang hukum atau menafsirkan undang-undang negara, namun ia harus
mengenal undnag-undang dan peraturan-peraturan pemerintah yang
mempunyai akibat terhadap laporan keuangan kliennya.
f) Arsip Korespondensi
Dalam perusahaan terdapat berbagai macam arsip korespondensi. Oleh
karena itu, auditor tidak secara langsung memeriksa arsip korespondensi
klien. Prosedur audit arsip korespondensi klien biasanya dilakukan sebagai
berikut:
1) Pada waktu membaca notulen rapat, arsip kontrak, atau data lain yang
memberikan petunjuk adanya korespondensi mengenai sesuatu yang
dianggap penting oleh auditor, ia harus meminta klien untuk
menyerahkan copy surat-surat yang bersangkutan.
2) Pada umumnya auditor akan me-review arsip korespondensi klien
dengan bank dan lembaga kredit yang lain, penasihat hukum, dan
instansi pemerintah.

11
8. Memahami Pengendalian Intern Klien
Salah satu tipe bukti yang dikumpulkan oleh auditor adalah pengendalian
intern. Langkah pertama dalam memahami pengendalian intern klien adalah
dengan mempelajari unsur-unsur pengendalian intern yang berlaku. Langkah
berikutnya adalah melakukan penilaian terhadap efektivitas pengendalian intern
dengan menentukan kekuatan dan kelemahan pengendalian intern tersebut. Jika
auditor telah mengetahui bahwa pengendalian intern klien di bidang tertentu adalah
kuat, maka ia akan mempercayai informasi keuangan yang dihasilkan. Oleh karena
itu, ia akan mengurangi jumlah bukti yang dikumpulkan dalam audit yang
bersangkutan dengan bidang tersebut. Untuk mendukung keyakinannya atas
efektivitas pengendalian intern tersebut, auditor melakukan pengujian
pengendalian (test of control)

IV. Pengujian Audit


Dalam audit, auditor melakukan 3 macam pengujian, yaitu:
1. Pengujian Analitik (Analytical Tests)
Pengujian ini dilakukan oleh auditor pada tahap awal proses auditnya dan pada
tahap review menyeluruh terhadap hasil audit. Pengujian ini dilakukan oleh auditor
dengan cara mempelajari perbandingan dan hubungan antara data yang satu dengan
data yang lain. Pengujian analitik dimaksudkan untuk membantu auditor dalam
memahami bisnis klien dan dalam menemukan bidang yang memerlukan audit
lebih intensif.
2. Pengujian Pengendalian (Test of Control)
Pengujian pengendalian merupakan prosedur audit yang dirancang untuk
memverifikasi efektivitas pengendalian intern klien. Pengujian pengendalian
terutama ditujukan untuk mendapatkan informasi mengenai: (1) frekuensi
pelaksanaan aktivitas pengendalian yang ditetapkan, (2) mutu pelaksanaan aktivitas
pengendalian tersebut dan (3) karyawan yang melaksanakan aktivitas pengendalian
tersebut.
3. Pengujian substantif
Pengujian substantif merupakan prosedur audit yang dirancang untuk menemukan
kemungkinan kesalahan moneter yang secara langsung mempengaruhi kewajaran
penyajian laporan keuangan. Kesalahan moneter yang terdapat dalam informasi
yang disajikan dalam laporan keuangan kemungkinan terjadi kesalahan karena:

12
 Penerapan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia.
 Tidak diterapkannya prinsip akuntanis berterima umum di Indonesia.
 Ketidakkonsistensian dalam penerapan prinsip akuntansi berterima umum
di Indonesia.
 Ketidaktepatan pisah batas (cutoff) pencatatan transaksi.
 Perhitungan (penambahan, pengurangan, pengalian, dan pembagian).
 Pekerjaan penyalinan, penggolongan dan peringkasan informasi.
Pencantuman pengungkapan (disclosure) unsur tertentu dalam laporan keuangan.

DAFTAR REFERENSI

1) Mulyadi, 2002, Auditing 1 Edisi Keenam Buku 1.Jakarta:Salemba Empat

13

Anda mungkin juga menyukai