KELOMPOK VI:
NAMA : 1. Ade Kurniaman Ndraha
2. Rebeka Aprillia Gea
4. Siska Novinta Telaumbanua
5. Sumarianto Gulo
6. Yusman Waruwu
SEMESTER : VI (Enam)
MK : PEMERIKSAAN AKUNTANSI
DOSEN PENGAMPU :
NANNY ARTATINA BU’ULOLO, SE., M.Si
Proses audit atas laporan keuangan dibagi menjadi empat tahap berikut ini :
b. Perencanaan Audit
Keberhasilan penyelesaian perikatan audit sangat ditentukan oleh kualitas perencaaan
audit yang dibuat oleh auditor.
d. Pelaporan Audit
Pelaksanaan tahap ini harus mengacu ke “standar pelaporan”. Ada dua langkah penting
yang dilaksanakan oleh auditor dalam pelaporan audit ini :
1. Menyelesaikan audit dengan meringkas semua hasil pengujian dan menarik kesimpulan
2. Menerbitkan laporan audit
B. TAHAP-TAHAP PENERIMAAN PERIKATAN AUDIT
Didalam memutuskan apakah suatu perikatan audit dapat diterima atau tidak, auditor
menempuh suatu proses yang terdiri dari enam tahap berikut ini :
d. Menilai independensi
C. Perencanaan Audit
Perencanaan audit adalah tahap awal dari proses audit yang sangat penting untuk
memastikan bahwa audit dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien. Berikut adalah beberapa
langkah yang perlu diperhatikan dalam perencanaan audit:
1. Memahami bisnis dan risiko: Sebelum memulai audit, auditor harus memahami bisnis yang
akan diaudit dan risiko yang terkait dengan bisnis tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan
melakukan wawancara dengan manajemen, membaca laporan keuangan dan dokumen terkait
lainnya.
2. Menetapkan tujuan audit: Auditor harus menetapkan tujuan audit yang jelas dan spesifik.
Tujuan audit harus terkait dengan bisnis dan risiko yang telah diidentifikasi.
3. Menentukan ruang lingkup audit: Auditor harus menentukan ruang lingkup audit yang akan
dilakukan. Hal ini meliputi area dan periode yang akan diaudit serta metode yang akan
digunakan.
4. Menetapkan jadwal audit: Auditor harus menetapkan jadwal audit yang sesuai dengan
kebutuhan bisnis dan jadwal yang telah disepakati dengan manajemen.
5. Menyiapkan tim audit: Auditor harus menyiapkan tim audit yang terdiri dari orang-orang yang
memiliki keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk melaksanakan audit.
6. Menyiapkan daftar periksa: Auditor harus menyiapkan daftar periksa yang akan digunakan
selama audit. Daftar periksa harus mencakup semua area yang akan diaudit dan harus sesuai
dengan tujuan dan ruang lingkup audit.
7. Melakukan pertemuan awal dengan manajemen: Auditor harus melakukan pertemuan awal
dengan manajemen untuk membahas tujuan, ruang lingkup, dan jadwal audit. Pertemuan ini
juga dapat digunakan untuk memperjelas masalah dan risiko yang terkait dengan bisnis.
8. Menyiapkan laporan perencanaan audit: Auditor harus menyiapkan laporan perencanaan audit
yang mencakup semua aspek yang telah dibahas di atas. Laporan ini harus disetujui oleh
manajemen sebelum audit dilaksanakan.
D. Pengujian Audit
Pengujian audit adalah proses yang dilakukan oleh auditor untuk
mengumpulkan bukti atau informasi yang memadai dan relevan tentang transaksi,
akun, dan informasi keuangan lainnya yang dilaporkan oleh klien dalam laporan
keuangan mereka. Tujuan dari pengujian audit adalah untuk menentukan apakah
laporan keuangan klien mencerminkan posisi keuangan, kinerja, dan arus kas yang
sebenarnya pada periode yang diuji.
a. Pengujian Substantif
Pengujian substantif adalah pengujian yang dilakukan pada informasi keuangan
klien untuk menentukan apakah informasi tersebut benar dan dapat diandalkan.
Pengujian substantif dilakukan untuk mengidentifikasi kesalahan material pada
laporan keuangan. Contohnya adalah pengujian saldo akun, pengujian dokumen
pendukung, pengujian analitis, dan pengujian konfirmasi.
b. Pengujian Pemrosesan
Pengujian pemrosesan adalah pengujian yang dilakukan pada sistem informasi
yang digunakan oleh klien untuk memproses transaksi keuangan mereka.
Pengujian ini bertujuan untuk menentukan apakah sistem tersebut dapat
menghasilkan informasi keuangan yang akurat dan dapat diandalkan. Contohnya
adalah pengujian kontrol sistem informasi, pengujian efektivitas prosedur
pengamanan, dan pengujian prosedur backup dan pemulihan data.
c. Pengujian Keberlangsungan Usaha
Pengujian keberlangsungan usaha dilakukan untuk menentukan apakah klien
dapat melanjutkan usaha mereka dalam jangka waktu yang memadai. Pengujian
ini penting karena laporan keuangan klien mencerminkan asumsi bahwa klien
dapat melanjutkan usaha mereka dalam jangka waktu yang memadai. Contohnya
adalah pengujian ketersediaan sumber daya yang cukup, pengujian likuiditas,
pengujian laba dan arus kas masa depan, dan pengujian perkiraan nilai wajar aset
dan kewajiban.
d. Pengujian Kepatuhan
Pengujian kepatuhan dilakukan untuk menentukan apakah klien mematuhi
peraturan dan peraturan yang berlaku dalam operasinya. Pengujian ini penting
karena pelanggaran terhadap peraturan dan peraturan dapat mempengaruhi
laporan keuangan klien. Contohnya adalah pengujian kepatuhan terhadap
peraturan perpajakan, peraturan perlindungan lingkungan, dan peraturan
keamanan kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Arens, A. A., Elder, R. J., & Beasley, M. S. (2018). Audit dan jasa asuransi (Edisi ke-17).
Pearson Education, Inc.
Alsharari, S. D., & Guffey, D. M. (2017). Tinjauan atas standar auditing mengenai penilaian
risiko dan perencanaan audit. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 17(5), 63-71.
American Institute of Certified Public Accountants (AICPA). (2017). Penilaian risiko dan
respons audit. AICPA.
Gramling, A. A., & Stone, D. N. (2017). Audit: Pendekatan Berbasis Risiko dalam
Melaksanakan Audit Berkualitas (Edisi ke-10). Cengage Learning.
Public Company Accounting Oversight Board (PCAOB). (2017). Penilaian risiko dalam
perencanaan audit. PCAOB.