Anda di halaman 1dari 14

PENGAUDITAN

TUGAS KELOMPOK 5
PERIKATAN AUDIT

Dosen Pengampu : Taufikur Rahman, S.E., MBA., Ak

Disusun oleh :

Angga Verlindo Efendy


Anni Fitriyani Munawwaroh
Dwina Novrani
Faishal Prahatma Ganinda

Matrikulasi Pendidikan Profesi Akuntan


Universitas Gadjah Mada
2022
PERIKATAN AUDIT

1. Pelaksanaan Audit
Menurut Mulyadi dalam buku “Auditing” menyatakan bahwa setidaknya, auditor
independen harus menempuh empat tahap pada saat melaksanakan audit laporan keuangan.
Keempat tahap tersebut adalah :
1) Penerimaan perikatan audit.
2) Perencanaan audit.
3) Pelaksanaan pengujian audit.
4) Pelaporan audit
Berdasarkan uraian diatas, langkah-langkah tersebut perlu diketahui agar para auditor
dapat melaksanakan fungsinya sesuai dengan aturan yang berlaku. Pelaksanaan setiap tahap
diatas tidak lepas dari standar auditing karena standar auditing merupakan kriteria dasar
pelaksanaan tanggung jawab auditor.
1.1. Penerimaan Perikatan Audit
Dalam perikatan audit, klien yang memerlukan jasa auditing mengadakan suatu ikatan
perjanjian dengan auditor. Dalam ikatan perjanjian tersebut, klien menyerahkan
pekerjaan audit atas laporan keuangan kepada auditor dan auditor sanggup untuk
melaksanakan pekerjaan audit tersebut berdasarkan kompetensi profesionalnya. langkah
awal pekerjaan audit atas laporan keuangan berupa pengambilan keputusan untuk
menerima atau menolak perikatan audit dari calon klien atau untuk menerima atau
menghentikan perikatan audit dari klien.
Dalam memutuskan apakah suatu perikatan audit dapat diterima atau ditolak, auditor
menempuh suatu proses yang terdiri dari enam tahap berikut ini :
1. Mengevaluasi integritas manajemen
Untuk dapat menerima perikatan audit, auditor berkepentingan untuk mengevaluasi
integrasi manajemen, agar auditor mendapat keyakinan bahwa manajemen perusahaan
klien dapat dipercaya, sehingga laporan keuangan yang diaudit bebas dari salah saji
material sebagai akibat dari adanya integrasi manajemen. Cara yang dapat ditempuh
oleh auditor dalam mengevaluasi integrasi manajemen adalah
a. Melakukan komunikasi dengan auditor pendahulu.
b. Meminta keterangan kepada pihak ketiga.
c. Melakukan review terhadap pengalaman auditor dimasa lalu berhubungan dengan
klien yang bersangkutan.
2. Mengindentifikasi keadaan khusus dan luar biasa
Berbagai faktor yang perlu dipertimbangkan oleh auditor tentang kondisi khusus dan
resiko luar biasa yang mungkin berdampak terhadap penerimaan perikatan audit dari
calon klien dapat diketahui dengan cara :
a. Mengidentifikasi pemakaian laporan audit.
b. Mendapatkan informasi tentang stabilitas keuangan dan legal calon klien di masa
depan.
c. Mengevaluasi kemungkinan dapat atau tidaknya laporan keuangan calon klien di
audit.
3. Menentukan kompetensi untuk melaksanakan audit
Sebelum auditor menerima suatu perikatan audit, ia harus mempertimbangkan apakah
ia dan anggota tim auditnya memiliki kompetensi memadai untuk melaksanakan
perikatan tersebut, sesuai dengan standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI). Pertimbangan tersebut dilakukan dengan cara :
a. Mengidentifikasi anggota kunci tim.
b. Mempertimbangkan perlunya mencari bantuan dari spesialis dalam pelaksanaan
audit.
4. Menilai independensi auditor
Pelaksanaan audit atas laporan keuangan harus dilakukan oleh orang yang kompeten
dan independen. Kantor akuntan publik diharuskan untuk mengikuti beberapa
praktik untuk meningkatkan independensi dari semua personelnya.
5. Menentukan kemampuan untuk menggunakan kemahiran profesionalnya dalam
kecermatan dan keseksamaan
Dalam mempertimbangkan penerimaan atau penolakan suatu perikatan audit,
auditor harus mempertimbangkan apakah ia dapat melaksanakan audit dan
menyusun laporan auditnya secara cermat dan seksama. Kecermatan dan
keseksamaan penggunaan kemahiran profesional auditor ditentukan oleh
ketersediaan waktu yang memadai untuk merencanakan dan melaksanakan audit.
6. Membuat surat perikatan audit
Surat perikatan audit dibuat oleh auditor untuk kliennya yang berfungsi untuk
mengdokumentasikan dan menegaskan penerimaan auditor atas penunjukan oleh
klien, tujuan dan lingkup audit, lingkup tanggung jawab yang dipikul oleh auditor
bagi kliennya, kesepakatan tentang reproduksi laporan keuangan auditan, serta
bentuk laporan keuangan yang akan diterbitkan oleh auditor. Bagi auditor manapun
kliennya berkepentingan terhadap surat perikatan audit didokumentasikan, sehingga
dapat dicegah terjadinya kesalahpahaman yang mungkin timbul antara auditor
dengan kliennya.

1.2. Perencanaan Proses Audit


Merencanakan proses audit adalah tahapan selanjutnya yang harus diketahui auditor.
Untuk membuat perencanaan audit, seorang auditor harus melakukan beberapa kegiatan
seperti:
a. Memahami bisnis dan industri klien
b. Melakukan prosedur analitik
c. Menentukan materialitas, menetapkan risiko audit dan risiko bawaan.
d. Memahami struktur pengendalian intern dan menetapkan risiko pengendalian
e. Mengembangkan rencana audit dan program audit. Nanti pada praktiknya tidaklah
sesingkat hal tersebut.

Dari setiap kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan proses audit tersebut
memiliki hal atau bagian lain yang harus dikerjakan lagi.

Dengan demikian, rencana audit laporan keuangan pun dibuat dengan benar dan tepat.

1.3. Pelaksanaan Pengujian Audit


Setelah membuat perencanaan audit laporan keuangan maka saatnya melaksanakan
pengujian audit. Pada tahap ini, auditor akan melakukan pengujian analitik, pengujian
pengendalian dan pengujian substantif. Singkatnya pengujian analitik dilakukan auditor
dengan mempelajari data-data dan informasi bisnis klien dan membandingkan dengan
data dan informasi lain. Pengujian pengendalian merupakan prosedur audit untuk
melakukan verifikasi efektivitas pengendalian internal klien. Sementara pengujian
substantif merupakan siklus audit untuk menemukan kesalahan yang langsung
memberikan pengaruh pada laporan keuangan. Dengan ini, tujuan audit untuk
mengevaluasi sudah dicapai.
1.4. Pelaporan Audit
Tahap terakhir yaitu pelaporan audit, yaitu hasil dari pekerjaan audit yang telah
dikerjakan. Laporan ini merupakan bentuk komunikasi auditor dengan pihak lainnya
sehingga tidak boleh dibuat secara sembarangan. Di dalam laporan audit harus mencakup
jenis opini, jasa yang diberikan, objek yang diaudit, lingkup audit, tujuan audit, hasil
audit dan rekomendasi yang diberikan jika ada kekurangan, dan informasi atau istilah
audit pada laporan keuangan lainnya.
Laporan audit merupakan tanggung jawab audit yang besar sehingga untuk
memutuskan dan membuat laporan ini harus hati-hati. Jika tidak maka nama kantor
akuntan publik biasanya akan tercemar dan akan ada hukuman dari pihak berwajib.
Demikian ulasan mengenai audit mulai dari pengertian dan tujuan audit serta tahapannya
dalam pelaporan keuangan.
Tahap akhir pekerjaan audit atas laporan keuangan adalah pelaporan audit. Adadua
hal penting yang dilaksanakan oleh auditor dalam pelaporan audit ini, yaitu
1. Menyelesaikan audit dengan meringkas semua hasil pengujian dan
menarikkesimpulan. Auditor perlu menggabungkan informasi yang dihasilkan
melaluiberbagai prosedur audit tersebut untuk menarik kesimpulan secara
menyeluruh danmemberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan auditan.
2. Menerbitkan laporan audit. Akhir proses audit adalah penyajian laporan audit
(audit report) yang berisi pernyataan pendapat atau pernyataan tidakmemberikan
pendapat atas laporan keuangan auditan.

2. Pengertian surat perikatan


Surat perikatan audit (engangement letter) adalah surat persetujuan antara auditor dengan
kliennya tentang syarat-syarat pekerjaan audit yang akan di laksanakan oleh auditor. Surat
perikatan audit sudah harus di buat sebelum perencanaan pemeriksaan (audit plan) di susun
baik klien maupun auditor berkepentingan untuk mengirim surat perikatan, lebih baik
sebelum di mulainya perikatan , untuk menghindari salah paham berkenaan dengan perikatan
yang di buat. Surat perikatan dapat pula mendokumentasikan dan menegaskan penerimaan
auditor atas persetujuan perikatan, tujuan dan lingkup audit, dan luasnya tanggung jawab
auditor kepada klien dalam bentuk laporan.
Dalam perikatan audit, klien yang memerlukan jasa auditing mengadakan suatu ikatan
perjanjian dengan auditor. Dalam ikatan perjanjian tersebut, klien menyerahkan pekerjaan
audit atas laporan keuangan kepada auditor dan auditor sanggup untuk melaksanakan
pekerjaan audit tersebut berdasarkan kompetensi profesionalnya.

3. Tahap-tahap perikatan audit


Sebelum audit atas laporan keuangan dilaksanakan, auditor perlu mempertimbangkan
apakah ia akan menerima atau menolak perikatan audit(audit engagement) dari calon
kliennya. Jika auditor memutuskan untuk menerima perikatan audit dari calon kilennya, ia
akan melaksanakan audit dalam beberapa tahap. Berikut tahap-tahap audit atas laporan
keuangan:
1. Mengevaluasi integritas manajemen
Dalam hal ini, auditor perlu melakukan komunikasi dengan auditor pendahulu,
meminta keterangan pada pihak ketiga, dan melakukan review terhadap pengalaman
auditor berhadapan dengan klien yang akan diaudit.
2. Mengidentifikasi keadaan khusus dan resiko luar biasa
Auditor mengidentifikasi pemakai laporan auditan, mendapatkan informasi mengenai
stabilitas keuangan dan legalitas calon klien, dan mengevaluasi dapat/tidaknya
laporan keuangan calon klien tersebut diaudit
3. Menentukan kompetensi untuk melaksanakan audit

Kompetensi tim audit harus teruji, masing-masing anggota tim mempunyai tugas dan
tanggung jawab yang berbeda.

4. Menilai independensi
Sebelum menerima perikatan, auditor harus memasikan bahwa setiap profesional
yang menjadi anggota tim audit tidak terlibat atau memiliki kondisi yang menjadikan
independensi auditornya diragukan.
5. Menentukan kemampuan untuk menggunakan kemahiran profesionalnya dengan
kecermatan dan keseksamaan
Penentuan waktu perikatan, pertimbangan jadwal pekerjaan lapangan, dan
pemanfaatan personel klien menjadi penentu kecermatan dan keseksamaan
penggunaan kemahiran profesional auditor.
6. Membuat surat perikatan audit
Surat perikatan dibuat berfungsi untuk mendokumentasikan dan menegaskan
penerimaan auditor atas penunjukkan oleh klien, tujuan dan lingkup tanggung jawab
yang dipikul oleh auditor bagi kliennya, kesepakatan tentang reproduksi laporan
keuangan auditan, serta bentuk laporan yang akan diterbitkan oleh auditor.

4. Isi surat perikatan


Bentuk dan isi dari surat perikatan dapat bervariasi untuk berbagai klien yang berbeda,
tetapi secara umum surat perikatan harus mencakup hal-hal berikut :
1. Tujuan audit atas laporan keuangan.
2. Tanggung jawab auditor.
3. Tanggung jawab manajemen
4. Identifikasi kerangka pelaporan keuangan yang diterapkan dalam penyusunan laporan
keuangan.
5. Pengacuan kebentuk dan isi laporan yang akan dikeluarkan oleh auditor dan suatu
pernyataan bahwa dalam kondisi tertentu terdapat kemungkinan laporan yang
dikeluarkan berbeda bentuk dan isinya dengan yang diharapkan.

Auditor dapat pula memasukkan hal berikut ini dalam surat perikatan auditnya:
1. Pengaturan berkenaan dengan perencanaan auditnya.
2. Harapan untuk menerima penegasan tertulis dari menajemen tentang representasi
yang dibuat dalam hubunganya ddengan audit.
3. Permintaan kepada klien untuk menegaskan bahwa syarat-syarat perikatan telah
sesuai dengan membuat tanda penerimaan surat perikatan audit.
4. Penjelasan setiap surat atau laporan yang diharapkan oleh auditor untuk diterbitkan
bagi kliennya.

5. SA 210 Persetujuan Atas Ketentuan Perikatan Audit


Auditor dan klien harus menyetujui ketentuan perikatan. Ketentuan yang disepakati perlu
dicatat dalam surat perikatan audit.
Prakondisi Untuk Suatu Audit
 Digunakan oleh manajemen kerangka pelaporan keuangan yang berlaku dalam

persiapan LK; dan


 Persetujuan manajemen dan, jika sesuai, TCWG dengan premis (dasar) di mana audit

dilakukan.
Pembatasan Ruang Lingkup Sebelumnya Terhadap Penerimaan Perikatan Audit:
Auditor yakin bahwa pembatasan tersebut akan mengakibatkan auditor menolak
memberikan suatu opini, maka ia tidak akan menerima perikatan tersebut.
Surat Perikatan Audit
Surat yang ditulis oleh auditor kepada kliennya.
Isi Utama:
1. Tujuan dan ruang lingkup audit;
2. Tanggung jawab auditor;
3. Tanggung jawab manajemen;
4. Identifikasi kerangka pelaporan keuangan yang berlaku untuk penyusunan LK; dan
5. Referensi ke bentuk dan isi yang diharapkan dari setiap laporan yang akan
dikeluarkan oleh auditor.

Hal-hal lain dapat ditambahkan. Jika peraturan perundang-undangan menentukan


secara cukup rinci ketentuan perikatan audit, auditor tidak perlu mencatatnya dalam
perjanjian tertulis, kecuali untuk fakta bahwa peraturan perundang-undangan tersebut
berlaku.
Permintaan Manajemen Atas Perubahan Perikatan
 Jika memberikan tingkat keyakinan yang lebih rendah, maka pertimbangkan

ketepatan alasannya.
 Jika syarat perikatannya adalah diubah, auditor dan klien harus menyetujui

persyaratan baru.
 Sebelum menyetujui perubahan, auditor akan mempertimbangkan implikasi hukum

atau kontraktual dari perubahan tersebut.


 Laporan tersebut tidak akan menyertakan referensi ke perikatan awal.

 Jika auditor tidak mampu untuk menyetujui perubahan perikatan dan tidak diizinkan

untuk melanjutkan perikatan awal, auditor harus menarik diri dari perikatan audit.

6. Pentingnya surat perikatan


Perikatan adalah kesepakatan dua pihak untuk mengadakan suatu ikatan perjanjian.
Dalam perikatan audit, klien yang memerlukan jasa auditing mengadakan suatu ikatan
perjanjian dengan auditor. Dalam ikatan perjanjian tersebut, klien menyerahkan pekerjaan
audit atas laporan keuangan kepada auditor dan auditor sanggup untuk melaksanakan
pekerjaan audit tersebut berdasarkan kompetensi profesionalnya.
Tujuan utama dari audit laporan keuangan adalah untuk memberikan suatu pendapat atas
laporan keuangan manajemen. Jadi, penting bagi auditor untuk menerima suatu perikatan
audit hanya apabila terdapat keyakinan yang memadai bahwa manajemen klienn dapat di
percaya. Bila manajemen kurang memiliki integritas, terdapat kemungkinan kekeliruan
(error) yang material dan ketidakberesan (irregularities) akan terjadi dalam laporan
keuangan yang di buat. Sehingga, keberhasilan penyelesaian perikatan audit sangat
ditentukan oleh kualitas perencanaan audit yang dibuat oleh auditor.
Surat perikatan audit dibuat oleh auditor untuk kliennya yang berfungsi untuk
mendokumentasikan dan menegaskan penerimaan auditor atas penunjukan oleh klien, tujuan
dan lingkup audit, lingkup tanggung jawab yang dipikul oleh auditor bagi kliennya,
kesepakatan tentang reproduksi laporan keuangan auditan, serta bentuk laporan yang akan
diterbitkan oleh auditor.

7. Hal-hal yang harus diperhatikan auditor sebelum menerima suatu perikatan audit
Dalam hal ini akan dipaparkan hal-hal yang harus menjadi perhatian auditor sebelum
menerima suatu perikatan audit agar tidak timbul kesalahan interpretasi akan pekerjaan audit
baik dari pihak auditor, klien maupun pihak lain yang berkepentingan, seperti yang diatur
dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) SA Seksi 310 (PSA No. 05) mengenai
Penunjukan Auditor Independen.
Penunjukan auditor independen secara dini akan memberikan banyak manfaat bagi
auditor maupun klien, diantaranya adalah lebih banyak waktu bagi auditor untuk
merencanakan pekerjaannya sedemikian rupa sehingga pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan
dengan cepat dan efisien serta dapat menentukan seberapa jauh pekerjaan tersebut dapat
dilaksanakan sebelum tanggal neraca.
Walaupun penunjukan dini lebih baik, auditor independen dapat menerima perikatan
pada saat mendekati atau setelah tanggal neraca. Dalam hal ini, sebelum menerima perikatan,
auditor harus yakin apakah kondisi seperti itu memungkinkan ia melaksanakan audit secara
memadai dan memberikan pendapatan wajar tanpa pengecualian.
Jika kondisi tersebut tidak memungkinkan auditor untuk melakukan audit secara
memadai dan untuk memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian, ia harus membahas
dengan klien tentang kemungkinan ia memberikan pendapat wajar dengan pengecualian atau
tidak memberikan pendapat.
Dalam paragraf 05 diatur bahwa auditor harus membangun pemahaman dengan klien
tentang jasa yang akan dilaksanakan untuk setiap perikatan. Pemahaman tersebut mengurangi
risiko terjadinya salah interpretasi kebutuhan atau harapan pihak lain, baik di pihak auditor
maupun klien.
Adapun pemahaman yang harus dibangun auditor harus mencakup tujuan perikatan,
tanggung jawab manajemen, tanggung jawab auditor dan batasan perikatan. Auditor harus
mendokumentasikan pemahaman tersebut dalam kertas kerjanya, lebih baik dalam bentuk
komunikasi tertulis dengan klien. Jika auditor yakin bahwa pemahaman dengan klien belum
terbentuk, ia harus menolak untuk menerima atau menolak untuk melaksanakan perikatan.
Paragraf 06 mengatur mengenai hal-hal yang secara umum harus tercakup dalam proses
pemahaman dengan klien tentang audit atas laporan keuangan :
1. Tujuan audit adalah untuk menyatakan suatu pendapat atas laporan keuangan
2. Manajemen bertanggung jawab untuk membangun dan mempertahankan
pengendalian intern yang efektif terhadap pelaporan keuangan
3. Manajemen bertanggung jawab untuk mengidentifikasi dan menjamin bahwa entitas
mematuhi peraturan perundangan yang berlaku terhadap aktivitasnya
4. Manajemen bertanggung jawab untuk membuat semua catatan keuangan dan
informasi yang berkaitan tersedia bagi auditor
5. Pada akhir perikatan, manajemen akan menyediakan suatu surat bagi auditor (surat
representasi kien) yang menegaskan representasi tertentu yang dibuat selama audit
berlangsung.
6. Auditor bertanggung jawab untuk melaksanakan audit berdasarkan standar auditing
yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia (sekarang Institut Akuntan Publik
Indonesia).
7. Suatu audit mencakup pemerolehan pemahaman atas pengendalian intern yang
cukup untuk merencanakan audit dan untuk menentukan sifat, saat, dan luasnya
prosedur audit yang harus dilaksanakan.
Dalam praktek, hal-hal tersebut biasanya tercakup dalam surat perikatan (engagement
letter) yang diberikan oleh auditor kepada klien. Selain hal-hal tersebut diatas, pemahaman
pekerjaan audit dengan klien juga mencakup hal-hal lain seperti berikut ini :
1. Pengaturan mengenai pelaksanaan perikatan (contohnya waktu, bantuan klien
berkaitan dengan pembuatan jadwal pelaksanaan pekerjaan audit, dan penyediaan
dokumen)
2. Pengaturan tentang keikutsertaan spesialis atau auditor intern, jika diperlukan
3. Pengaturan tentang keikutsertaan auditor pendahulu
4. Pengaturan tentang fee dan penagihan
5. Adanya pembatasan atau pengaturan lain tentang kewajiban auditor atau klien,
seperti ganti rugi kepada auditor untuk kewajiban yang timbul dari representasi
salah yang dilakukan dengan sepengetahuan manajemen kepada auditor
6. Kondisi yang memungkinkan pihak lain diperbolehkan untuk melakukan akses ke
kertas kerja auditor
7. Jasa tambahan yang disediakan oleh auditor berkaitan dengan pemenuhan
persyaratan badan pengatur
8. Pengaturan tentang jasa lain yang harus disediakan oleh auditor dalam hubungannya
dengan perikatan.

(Sumber tulisan : SPAP SA Seksi 310 (PSA No. 05) tentang Penunjukan Auditor
Independen)

Standar umum kedua dari GAAS menyatakan:


Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental
perlu dipertahankan oleh para auditor. Independensi dalam perikatan audit diwajibkan oleh
Peraturan 101 dari Kode Etik Perilaku Profesional AICPA dan merupakan salah satu dari
elemen pengendalian mutu. Lebih lanjut, jika calon klien diwajibkan menyerahkan laporan
keuangan yang telah diaudit kepada SEC, auditor harus mematuhi persyaratan Komisi
berkenaan dengan independensi.
Oleh karena itu, sebelum menerima klien audit yang baru, kantor akuntan public harus
mengevaluasi apakah terdapat kondisi yang akan mempengaruhi independensi dengan klien.
Satu prosedur yang dapat digunakan adalah mengedarkan nama calon klien kepada semua
staf professional untuk mengidentifikasi apakah terdapat hubungan keuangan atau bisnis. Jika
disimpulkan bahwa persyaratan independensi tidak dapat dipenuhi, maka perikatan harus
ditolak atau calon klien harus diberitahu bahwa kantor akuntan akan menolak untuk
menyatakan pendapat (disclaimer) atas laporan keuangan. Selain itu, kantor akuntan public
harus menentukan apakah penerimaan klien tidak akan menimbulkan konflik kepentingan
dengan klien lainnya.
Sumber :
SPAP SA 210 PERSETUJUAN ATAS KETENTUAN PERIKATAN AUDIT
SPAP SA 310 PENUNJUKAN AUDITOR INDEPENDEN
SURAT PERIKATAN AUDIT / SURAT PERJANJIAN KERJA
Nomor : KKSPJ/022-SPA/II/2019

Tujuan dan ruang


Kepada Yth. lingkup audit
Ketua Umum Perusahaan “X”

Saudara telah meminta kami untuk melakukan pekerjaan general audit atas laporan keuangan
Perusahaan “X” untuk periode 1 tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2018. Surat ini
menegaskan penerimaan kami dan pemahaman kami atas perikatan ini. Audit kami akan kami
laksanakan dengan tujuan untuk menyatakan pendapat kami atas laporan keuangan tersebut. Tanggung
jawab auditor
Kami melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Institut Akuntan Publik
Indonesia (IAPI). Standar tersebut mengharuskan kami merencanakan dan melaksanakan audit
agar memperoleh keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji
material. Suatu audit meliputi pemeriksaan atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung
jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Audit juga meliputi penilaian atas
prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh manajemen, serta
penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan sesuai dengan ketentuan
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia. Pendapat kami atas laporan keuangan tersebut tergantung dari hasil penerapan
prosedur-prosedur audit yang kami laksanakan, oleh karena itu, kami tidak memberi jaminan
bahwa kami dapat memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan
tersebut diatas.

Sebagai bagian dari proses audit, kami akan melakukan permintaan keterangan dari manajemen
tentang pernyataan manajemen yang disajikan dalam laporan keuangan. Kami juga akan
meminta pernyataan tertulis dari manajemen yang menjelaskan bahwa penyajian laporan
keuangan adalah tanggungjawab manajemen dan penegasan tertulis lainnya untuk
mengkonfirmasi beberapa pernyataan yang dibuat oleh manajemen kepada kami selama proses
audit kami. Tanggapan manajemen atas permintaan keterangan kami dan memperoleh
pernyataan tertulis dari manajemen diwajibkan oleh standar auditing sebagai bagian dari bukti
audit yang kami andalkan sebagai dasar dalam memberikan pendapat atas laporan keuangan.
Karena pentingnya surat pernyataan manajemen tersebut, Perusahaan “X” menyatakan setuju
untuk membebaskan dan mengganti rugi kepada KAP KKSP & Rekan Jakarta dan stafnya atas
segala tuntutan, kewajiban, dan biaya-biaya yang akan dikeluarkan sebagai akibat dari
kesalahan pernyataan manajemen berkaitan dengan jasa audit yang kami berikan sesuai
dengan perikatan ini. Audit kami mengandung risiko bawaan bahwa bila terdapat kekeliruan dan
ketidakberesan material, termasuk kecurangan atau pemalsuan, mungkin tidak akan terdeteksi.
Namun, bila kami menemukan adanya hal-hal tersebut dalam audit kami, informasi tersebut akan
kami sampaikan kepada Saudara. Sebagai tambahan laporan audit kami atas laporan keuangan,
kami akan menyampaikan surat terpisah tentang kelemahan signifikan dalam struktur
pengendalian intern yang kami temukan dalam audit yang kami lakukan.

Kami mengingatkan Saudara bahwa tanggung jawab atas penyusunan laporan keuangan,
termasuk pengungkapan memadai merupakan tanggung jawab manajemen Perusahaan.
Tanggung jawab ini mencakup pula penyelenggaraan catatan akuntansi dan pengendalian intern
memadai, pemilihan dan penerapan kebijakan akuntansi, dan penjagaan keamanan aktiva
lembaga. Sebagai bagian proses audit, kami meminta penegasan tertulis dari Saudara tentang
representasi yang Saudara buat untuk kami dalam rangka audit yang kami laksanakan. Tanggung jawab
manajemen dan
identifikasi
kerangka
penyusunan
laporan
keuangan yang
berlaku
Beberapa hal yang disetujui dalam perikatan audit ini antara lain :

1. Perusahaan akan menyediakan data dan detil dari Laporan Keuangan tahun 2018.
2. Pekerjaan dan pelaporan akan dilaksanakan 30 hari.
3. Laporan Audit akan dibuat sebanyak 4 eksemplar, dimana 2 eksemplar akan diserahkan
kepada Perusahaan, 1 eksemplar untuk OJK dan 1 eksemplar untuk Kantor Akuntan
Publik.
4. Biaya Audit disepakati sebesar Rp. 11.000.000 (Sebelas juta rupiah) sudah termasuk
pajak. Dengan mekanisme sebagai berikut :
a. Pembayaran pertama sebesar Rp. 5.000.000 (Lima juta rupiah) dibayarkan pada
saat perikatan audit ditandatangani.
b. Pelunasan sebesar Rp. 6.000.000 (Enam juta rupiah) serta biaya transportasi dan
akomodasi dibayarkan pada waktu penyerahan laporan Audit.
c. Setiap pembayaran, Perusahaan diminta memotong PPh 23 sebesar 2% dengan
nomor NPWP 73.788.989.9-076.001 atas nama KAP Kumalahadi, Kuncara,
Sugeng Pamudji dan Rekan. Perusahaan diminta menyerahkan bukti pemotongan
kepada KAP KKSP dan Rekan. Pembayaran dilakukan melalui transfer ke nomor
rekening BNI Cab. UGM Gresik dengan nomor rekening 0553071798 atas nama
KAP KUMALAHADI KUNCARA SUGENG PAMUDJI DAN REKAN.
5. Kedua belah Pihak sepakat untuk menjaga kerahasiaan data dan laporan keuangan,
kecuali atas permintaan Menteri Keuangan Republik Indonesia / Direktorat Jenderal
Pajak.
6. Perusahaan mengijinkan pihak KAP KKSP dan Rekan untuk mencantumkan nama
perusahaan di dalam daftar klien yang sudah diaudit oleh KAP untuk keperluan
pembuatan company profile.
7. Apabila di kemudian hari timbul sengketa dalam pelaksanaan pekerjaan ini, kedua belah
pihak sepakat untuk menyelesaikannya secara kekeluargaan. Dan apabila tidak tercapai
kesepakatan maka kedua belah pihak memilih domisili yang sah di Kantor Panitera
Pengadilan Negeri Sleman.

Surat Perikatan Audit ini dibuat rangkap 2 dan memiliki kekuatan hukum yang sama. Masing-
masing pihak menerima 1 eksemplar dan Surat Perikatan Audit ini berlaku sejak ditandatangani
oleh kedua belah pihak. Terima kasih atas kesempatan yang Saudara berikan kepada kami
untuk menyediakan jasa audit bagi Saudara. Informasi
relevan
lainnya
Ditandatangani di Jakarta, 22 Februari 2019
Pimpinan Partner KAP
Perusahaan “X” KKSP & Rekan Jakarta

……………………………………. M. Kuncara Budi Santosa, SE, Ak, MM, CA, CPA,BKP


Ketua Umum Managing Partner KAP KKSP & Rekan

Anda mungkin juga menyukai