Anda di halaman 1dari 9

 Penerimaan Perikatan dan Perencanaan Audit

Perikatan adalah kesepakatan kedua belah pihak untuk mengadakan suatu ikatan perjanjian.
Dalam perikatan audit, klien mengadakan suatu ikatan perjanjian dengan auditor. Klien
menyerahkan pekerjaan audit atas laporan keuangan kepada auditor dan auditor sanggup
melaksanakan pekerjaan audit tersebut berdasarkan kompetensi profesionalnya. Langkah awal
pekerjaan audit adalah pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak perikatan audit
dari calon klien atau untuk menghentikan atau melanjutkan perikatan audit dari klien berulang.
(Mulyadi, hal: 122)

Tahap awal dalam suatu audit laporan, laporan keuangan adalah mengambil keputusan untuk
menerima (menolak) suatu kesempatan untuk menjadi auditor untuk klien yang baru, atau untuk
melanjutkan sebagai auditor bagi klien yang sudah ada. Pada umumnya keputusan untuk
menerima (menolak) ini sudah dilakukan sejak enam hingga sembilan bulan sebelum akhir tahun
buku yang akan diperiksa. (Haryono Jusup, hal: 169)

Bagi suatu kantor akuntan publik, klien bisa merupakan klien baru atau klien lama (yang sudah
ada) yang diharapkan akan melanjutkan memberikan penugasan audit pada tahun atau tahun-
tahun berikutnya. Pergantian auditor bisa terjadi karena bebagai alasan, misalnya:

1. Klien merupakan hasil merger (penggabungan) antara beberapa perusahaan yang semula
memiliki auditor masing-masing yang berbeda.
2. Ada kebutuhan untuk mendapat perluasan jasa professional.
3. Tidak puas terhadap kantor akuntanpublik yang lama.
4. Ingin mencari auditor dengan honorarium audit yang lebih murah.
5. Penggabungan antara beberapa kantor akuntan publik.

 Proses audit atas laporan keuangan dibagi menjadi 4 tahap, yaitu :

A. Penerimaan Perikatan Audit

Perikatan (engagement) adalah kesepakatan dua pihak untuk mengadakan suatu ikatan
perjanjian. Klien yang memerlukuan jasa auditing mengadakan suatu ikatan perjanjian dengan
auditor. Dalam ikatan perjanjian tersebut, klien menyerahkan pekerjaan audittersebut
berdasarkan kompetensi profesionalnya. Langkah awalnya berupa pengambilan keputusan untuk
menerima atau menolak perikatan dari calon klien untuk melanjutkan atau menghentikan
perikatan audit dari klien berulang.

Di dalam memutuskan apakah suatu perikatan audit dapat diterima atau tidak, auditor menempuh
suatu proses yang terdiri dari enam tahap:

1. Mengevaluasi integritas manajemen.


2. Mengidentifikasi keadaan khusus dan risiko luar biasa.
3. Menentukan kompetensi untuk melaksanakan audit.
4. Menilai independensi.
5. Menentukan kemampuan untuk menggunakan kemahiran profesionalnya dengan
kecermatan dan kesesakmaan.
6. Membuat surat perikatan audit.

B. Perencanaan Audit

Keberhasilan penyelesaian perikatan audit sangat ditentukan oleh kualitas perencanaan audit
yang dibuat oleh auditor.

Tujuh tahap yang harus ditempuh oleh auditor dalam melaksanakan auditnya:

1. Memahami bisnis dan industri klien.

Sebelum auditor melakukan verifikasi dan analisis transaksi atau akun-akun tertentu, ia perlu
mengenal lebih baik industri tempat klien berusaha seerta kekhususan bisnis klien. Pemahaman
atas bisnis klien memberikan panduan tentang sumber informasi bagi auditor untuk memahami
bisnis dan industri klien :

1) Pengalaman sebelumnya tentang entitas dan industry


2) Dikusi dengan orang dalam entitas
3) Diskusi dengan personel dari fungsi audit interndan reviw terhadap laporan
auditor intern.
4) Diskusi dengan auditor lain dan dengan penaihat hukum atau penasihat lain yang
telah memberikan jasa kepada entitas atau dalam industry
5) Diskusi dengan orang yang berpengetahuan diluar entitas
6) Publikasi yang berkaitan dengan indutri
7) Perundangan dan peraturan yang secara signifikan berdampak terhadap entitas
8) Dokumen yang dihasilkan oleh entitas

2. Melaksanakan prosedur analitik.


1) Konsep prosedur analitik

Prosedur analitik meliputi perbandingan jumlah-jumlah yang dicatat atau rasio yang dihitung
dari jumlah-jumlah yang tercatat, dibandingkan dengan harapan yang dikembangkan oleh
auditor.
2) Tujuan prosedur analitik dalam perencanaan analitik

Tujuan prosedurnanalitik dalam perencanaan audit adalah untuk membantu perencanaan sifat,
saat, dan luas prosedur audit yang akan digunakan untuk memperoleh bukti tentang saldo akun
atau jenis transaksi tertentu. Untuk maksud ini, prosedur analitik dalam perencanaan audit harus
ditujukan untuk :

a. Meningkatkan pemahaman auditor atas usaha klien dan transaksi atau peristiwa yang
terjadi sejak tanggal audit terakhir
b. Mengidentifikasi bidang yang kemungkinan mencerminkan risiko tertentu yang
bersangkutan dengan audit

Prosedur analitik dapat mengungkapkan:

a. Peristiwa atau transaksi yang tidak biasa


b. Perubahan akuntansi
c. Perubahan usaha
d. Fluktuasi acak
e. Salah saji

3) Tahap-tahap prosedur analitik


a. Mengidentifikasi perhitungan / perbandingan yang harus dibuat
b. Mengembangkan harapan
c. Melaksanakan perhitungan/perbandingan
d. Menganalisis data dan mengidentifikasi perbedaan signifikan
e. Menyelidiki perbedaan signifikan yang tidak terduga dan mengevaluasi perbedaan
tersebut
f. Menentukan dampak hasil prosedur analitik terhadapperencanaan audit
4) Mengidentifikasi perhitungan/perbandingan yang harus dibuat
5) Mengembangkan harapan
6) Menganaliis data dan mengidentifikasi perbedaan signifikan
7) Menyelidiki perbedaan signifikan yang tidak terduga dan mengevaluasi perbedaan
signifikan
8) Menentukan dampah hasil prosedur analitik tahap perencanaan audit

3. Mempertimbangkan tingkat materialitas awal


4. Mempertimbangkan risiko bawaan.

Dalam keseluruhan proses audit, auditor mempertimbangkan berbagai risiko, sesuai dengan
tahap-tahap proses auditnya. Pada tahap perencanaan audit auditor harus mempertimbangkan
risiko bawaan yaitu suatu risiko salah saji yang melekat dalam saldo akun atau aersi tentang
saldo akun.

5. Mempertimbangkan berbagai faktor yang berpengaruh terhadap saldo awal, jika


perikatan dengan klien berupa audit tahun pertama.

Laporan keuangan tidak hanya menyajikan posisi keuangan dan hail usaha tahun berjalan,
namun juga mencerminkan dampak :

1) Transaksi yang dimasukkan dalam saldo yang dibawa ketahun berikutnya dari tahun-
tahun sebelumnya
2) Kebijakan akuntansi yang diterapkan dalam tahun-tahun berikutnya

Kedua hal tersebut diatas berdampak pada saldo awal,dalam suatu perikatan audit tahun pertama,
sebelumnya auditor tidak memperoleh bukti audit yang mendukung saldo awal tersebut

Auditor harus memperoleh bukti audit kompeten yang cukup untuk meyakini bahwa :

1) Saldo awal tidak mengandung salah saji yang mempunyai dampak material terhafap
laporan keuangan tahun berjalan
2) Saldo penutup tahun sebelunmya telah ditransfer dengan benar ketahun berjalan atau
telah dinyatakan kembali
3) Kebijakan akuntansi yang semestinya telah diterapkan secara konsisten.

Sifat dan lingkup bukti audit yang harus diperoleh auditor berkenaan dengan saldo awal
tergantung pada :

1) Kebijakan akuntansi yang dipakai oleh entitas yang bersangkutan


2) Apakah laporan keuangan entitas tahun sebelumnya telah diaudit, dan jika demikian
apakah pendapat auditor atas laporan keuangan terebut berupa pendapat selain
pendapat wajar tanpa pengecualian
3) Sifat akun dan risiko salah saji dalam laporan keuangan tahun berjalan

6. Mengembangkan strategi audit awal terhadap asersi signifikan.


7. Memahami pengendalian intern klien.

Salah satu tipe bukti yang di kumpulkan oleh auditor adalah pengandalian intern. Jika auditor
yakin bahwa klien telah memiliki pengendalian inten yang baik, yang meliputi pengendalian
terhadap penyediaan data yang dapat dipercaya dan penjagaan kekayaan serta catatan akuntansi,
jumlah bukti audit yang harus dikumpulkan oleh auditor akan lebih sedikit bila dibandingkan
dengan jika keadaan pengendalian internnya jelek. Langkah pertama dalam memehami
pengendalian intern klien adalah dengan mempelajari unsur-unsur pengendalian intern yang
berlaku. Langkah berikutnya dengan adalah melakukan penilaian terhadap efektivitas
pengendalian intern dengan menentukan kekuatan dan kelemahan pengendalian intern tersebut.

Jika auditor telah mengetahui bahwa pengendalian intern klien dibidang tertentu adalah kuat,
maka ia akan mempercayai informasi keuangan yang dihasilkan. Oleh karena itu, ia akan
mengurangi jumlah bukti yang dikumpulkan dalam audit yang bersangkutan dengan bidang
tersebut. Untung mendukung keyakinannya atas efektivitas pengendalian intern tersebut, auditor
melakukan pengujian pengendalian.

C. Pelaksaan Pengujian Audit

Pelaksanaan pengujian audit atau pekerjaan lapangan yang pelaksaannya harus mengacu ketiga
standar pekerjaan lapangan. Tujuan utama pelaksanaan pekerjaan lapangan adalah untuk
memperoleh bukti audit tentang efektivitas pengendalian intern klien dan kewajaran laporan
keuangan klien.

Dalam audit, auditor melakukan berbagai macam pengujian, yang secara garis besar dapat dibagi
menjadi 3 golongan berikut ini:

a. Pengujian analitik (analytical tests)

Pengujian ini dilakukan dilakukan oleh auditor pada tahap awal proses auditnya dan pada tahap
review menyeluruh terhadap hasil audit. Pengujian ini dilakukan auditor dengan cara
mempelajari perbandingan dan hubungan antara data yang satu dengan data yang lain. Pada
tahap awal proses audit, pengujian analitik dimaksudkan untuk membantu auditor untuk
memahami bisnis klien dan dalam menemukan bidang yang memerlukan audit lebih insentif.
Sebelum auditor melaksanakan audit secara rinsi dan mendalam terhadap objek audit, ia harus
memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai perusahaan yang diaudit.

b. Pengujian pengendalian

Pengujian pengendalian merupakan prosedur audit yang dirancang untuk memverifikasi


efektivitas pengendalian intern klien. Pengujian pengendalian terutama ditujukan untuk
mendapatkan informasi mengenai :

1) Frekuensi pelaksanaan efektivitas pengendalian yang ditetapkan


2) Mutu pelaksanaan aktivitas pengendalian tersebut
3) Karyawan yang melaksanakan aktivitas pengendalian tersebut

c. Pengujian substantive

Pengujian substantif merupakan prosedur audit yang dirancang untuk menemukan kemungkinan
kesalahan moneter yang secara langsung mempengaruhi kewajaran penyajian laporan keuangan.
Kesalahan moneter yang terdapat dalam informasi yang disajikan dalam laporan keuangan
kemungkonan terjadi karena kesalahan :

1) Penerapan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia.


2) Tidak diterapkannya prinsip akuntasi berterima umum di Indonesia.
3) Ketidakkonsistensian dalam penerapan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia
4) Ketidak tepatan pisah batas (cutoff) pencatatan transaksi
5) Perhitungan (penambahan, pengurangan, pengalian, dan pembagian)
6) Pekerjaan penyalinan, penggolongan dan peringkasan informasi
7) Pencantuman pengungkapan (disclosure) unsure tertentu dalam laporan keuangan.

D. Pelaporan Audit

Dua langkah penting yang dilaksanakan oleh auditor dalam pelaporan audit ini:

1. Menyelesaikan audit dengan meringkas semua hasil pengujian dan menarik kesimpulan.

Setelah semua prosedur audit yang diperlukan selesai dilaksanakan, auditor perlu
menggabungkan informasi yang dihasilkan melalui berbagai prosedur audit tersebut untuk
menarik simpulan secara menyeluruh dan memberikan pendapat atas kewajaran laporan
keuangan auditan. Proses ini sangat subjektif sifatnya, yang sangat tergantung pada
pertimbangan profesional auditor.

2. Menerbitkan laporan audit.

Penyajian laporan audit yang berisi pernyataan pendapat atau pernyataan tidak memberikan
pendapat atas laporan keuangan auditan.

 Analisis Kemungkinan Kecurangan Dan Pelanggaran Hukum


 Kecurangan

SA Seksi 110 [PSA No.01] Tanggung Jawab dan Fungsi Auditor Independen, menyatakan
bahwa “Auditor bertanggung jawab dalam merencanakan dan melaksanakan audit untuk
memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material,
baik yang disebabkan oleh kekeliruan dan kecurangan”. Seksi ini berfokus ke pertimbangan
auditor atas kecurangan dalam audit terhadap laporan keuangan, manajemen bertanggung jawab
untuk mencegah dan medeteksi kecurangan.

Meskipun kecurangan merupakan konsep hukum yang luas, kepentingan auditor berkaitan secara
khusus ke tindakan kecurangan yang berakibat terhadap salah saji material dalam laporan
keuangan. Faktor yang membedakan antara kecurangan dan kekeliruan adalah tindakan yang
mendasarinya, yang berakibat terjadinya salah saji dalam laporan keuangan, berupa tindakan
yang disengaja atau tidak sengaja. Ada dua tipe salah saji yang relevan dengan pertimbangan
auditor tentang kecurangan dalam pelaporan keuangan dan kecurangan yang timbul dari
perlakuan tidak semestinya terhadap asset.

a) Salah saji yang timbul dari kecurangan dalam pelaporan keuangan adalah salah saji atau
penghilangan secara sengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan dapat
menyangkut tindakan seperti :
1) Manipulasi, pemalsuan, atau perubahan catatan akuntansi atau dokumen pendukungnya
yang menjadi sumber data bagi penyajian laporan keuangan.
2) Representasi yang salah dalam atau penghilangan dari laporan keuangan peristiwa,
transaksi, atau informasi signifikan.
3) Salah penerapan secara sengaja prinsip akuntansi yang berkaitan dengan jumlah,
klasifikasi, cara penyajian, atau pengungkapan.
b) Salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap asset (sering kali disebut
dengan penyalahgunaan atau penggelapan) berkaitan dengan pencurian asset entitas
berakibat laporan keuangan tidak disajikan sesuai Standar Akuntansi Kuangan di
Indonesia. Perlakuan dapat dilakukan dengan berbagai cara, termasuk penggelapan
entitas membayar harga barang/uang, pencurian aset, atau tindakan yang menyebabkan
entitas membayar harga barang atau jasa yang tidak diterima oleh entitas.

Kecurangan dapat disembunyikan dengan memalsukan dokumentasi, termasuk pemalsuan tanda


tangan. Kecurangan juga dapat disembunyikan melalui kolusi di antara menajemen, karyawan,
atau pihak ketiga. Sebagai contoh, melalui kolusi, bukti palsu bahwa pengendalian aktivitas telah
didasarkan secara efektif dapat disajikan kepada auditor.

 Pelanggaran Hukum

Istilah unsur tindakan pelanggaran hukum dalam SA Seksi 317 berarti pelanggaran terhadap
hukum atau perundang-undangan Republik Indonesia. Pengertian unsur tindakan pelanggaran
hukum oleh klien tidak termasuk pelanggaran perorangan yang dilakukan oleh manajemen dan
karyawan entitas yang tidak berkaitan dengan kegiatan bisnis entitas.

Auditor biasanya mempertimbangkan hukum dan peraturan yang dipahaminya sebagai hal yang
dimiliki pengaruh langsung dan material dalam penentuan jumlah-jumlah yang disajikan dalam
laporan keuangan. Sebagai contoh : peraturan perpajakan memengaruhi akrual dan besarnya
jumlah yang diperlukan sebagai beban dalam suatu periode akuntansi. Semua entitas mungkin
dipengaruhi oleh banyak hukum atau peraturan, termasuk di dalamnya peraturan perdagangan
sekuritas, ketenagakerjaan dan keselamatan kerja, kesehatan, lingkungan hidup, dan peraturan
lainnya. Umumnya hukum dan peraturan tersebut lebih berkaitan dengan aspek operasi daripada
aspek keuangan bersifat tidak langsung.

Auditor harus waspada terhadap adanya kemungkinan unsur pelanggaran hukum telah terjadi.
Jika ada informasi spesifik yang menarik perhatian auditor yang memberikan indikasi tentang
adanya kemungkinan unsur tindakan pelanggaran hukum yang mungkin menimbulkan dampak
material tidak langsung terhadap laporan keuangan, maka auditor berkewajiban melaksanakan
prosedur audit yang dirancang secara khusus untuk meyakinkan apakah unsur tindakan
pelanggaran hukum telah dilakukan atau tidak.

Pada umunya, suatu audit yang dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan
Institut Akuntan Publik Indonesia tidak meliputi prosedur audit yang dirancang secara khusus
untuk mendeteksi unsur tindakan pelanggaran hukum. Namun, prosedur audit yang ditujukan
untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan memungkinkan pengarahan perhatian auditor
tentang kemungkinan adanya unsur tindakan pelanggaran hukum. Auditor harus meminta
keterangan manajemen tentang kepatuhan klien terhadap hukum dan peraturan.

Jika auditor mengetahui adanya kemungkinan unsur tindakan pelanggaran hukum, maka ia harus
berusaha memperoleh informasi tentang sifat pelanggaran, kondisi terjadinya pelanggaran, dan
informasi lain yang cukup untuk mengevaluasi dampak unsur pelanggaran terhadap laporan
keuangan. Jika dimungkinkan, auditor harus memperoleh keterangan dari tingkat manajemen
yang lebih tinggi daripada tingkat manajemen pelaku unsur tindakan pelanggaran hukum. Jika
manajemen tidak berhasil memberikan informasi dan keterangan yang memuaskan tentang
terjadinya atau tidaknya unsur tindakan pelanggaran hukum, maka auditor harus :

1) Melakukan konsultasi dengan penasihat hukum klien atau ahli lain tentang penerapan
hukum dan peraturan relevan dengan kondisi yang dihadapi sekaligus mengantisipasi
dampaknya terhadap laporan keuangan. Pertemuan konsultasi dengan penasihat hukum
klien harus dengan sepengetahuan dan persetujuan klien.
2) Menerapkan prosedur tambahan, jika diperlukan, untuk memperoleh pemahaman lebih
baik tentang sifat pelanggaran.

Auditor harus memperkirakan dampak unsur tindakan pelanggaran hukum terhadap jumlah-
jumlah yang dicantumkan dalam laporan keuangan, termasuk dampak potensial yang bersifat
moneter, seperti denda dan kerugian. Kerugian bersyarat yang ditimbulkan oleh unsur tindakan
pelanggaran hukum harus diungkapkan dan dievaluasi dengan cara sama dengan yang diterapkan
terhadap kerugian bersayarat lain. Contoh kerugian bersyarat yang mungkin timbul dari unsur
pelanggaran hukum antara lain ancaman pengambilalihan aset, desakan untuk menghentikan
operasi, dan tuntutan hukum.

Jika auditor menyimpulkan bahwa unsur tindakan pelanggaran hukum yang telah dilakukan
memiliki dampak material terhadap laporan keuangan, dan pelanggran tersebut belum
dipertanggungjawabkan atau diungkapkan secara memadai, maka auditor harus menyatakan
pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar atas laporan keuangan secara
keseluruhan, tergantung pada tingkat materialitas dampak pelanggaran terhadap laporan
keuangan.
Jika auditor dihalangi oleh klien dalam memperoleh bukti yang cukup dan kompeten guna
mengevaluasi apakah unsure tindakan pelanggaran hukum oleh klien telah atau akan memiliki
dampak material terhadap laporan keuangan, maka auditor biasanya harus menyatakan tidak
memberikan pendapat atas laporan keuangan.

Anda mungkin juga menyukai