Anda di halaman 1dari 14

PENGAUDITAN 1

PERENCANAAN AUDIT

Ruang E.II.3

Oleh :

KELOMPOK 2

Gede Ekayasa 1607532016 / 4

Kadek Indri Pradnyavita 1607532020 / 5

Dwiki Vernanda Krisnayana Putra 1607532022 / 6

JURUSAN AKUNTANSI
PROGRAM NON REGULER
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2018
I. PERENCANAAN
Standar Audit 300 tentang "Perencanaan Suatu Audit Atas Laporan Keuangan",
mengatur tanggung jawab auditor untuk merencanakan audit atas laporan keuangan. Standar
tersebut menyatakan bahwa tujuan auditor adalah untuk merencanakan audit agar audit
tersebut dapat dilaksanakan dengan efektif.
Perencanaan suatu audit mencakup penetapan strategi audit secara keseluruhan
untukperikatan (penugasan) audit dan pengembangan rencana audit. Perencanaan yang cukup
akanbermanfaat dalam audit atas laporan keuangan dalam beberapa hal, termasuk hal-hal
sebagaiberikut (SA 300-Para.2) :

 Membantu auditor untuk mencurahkan perhatian yang tepat terhadap area


yangpenting dalam audit.
 Membantu auditor untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah yangpotensial
secara tepat waktu.
 Membantu auditor untuk mengorganisasi dan mengelola perikatan
(penugasanaudit)dengan baik, sehingga perikatan tersebut dapat dilaksanakan dengan
efektif danefisien.
 Membantu dalam pemilihan anggota tim perikatan (tim audit) dengan
tingkatkemampuan dan kompetensi yang tepat untuk merespons risiko yang
diantisipasi danpenugasan yang tepat kepada mereka.
 Memfasilitasi arah dan supervise atas anggota tim perikatan (tim audit)
danpenelaahan atas pekerjaan mereka.
 Membantu, jika relevan dalam pengoordinasian hasil pekerjaan yang dilakukan
olehauditor komponen dan pakar.

Ada delapan tahapan dalam proses perencanaan audit. Tujuh tahapan pertama
dimaksudkanuntuk membantu auditor dalam mengembangantahapan yang terakhir, yaitu
perumusan strategiaudit keseluruhan yang efektif dan efisien, dan program audit.
Perencanaan Audit dan Perancangan Pendekatan Audit

1. Menerima klien dan melakukanperencanaan audit awal


2. Memahami bisnis dan industry klien
3. Menilai risiko bisnis klien
4. Melaksanakan prosedur analitis pendahuluan
5. Menetapkan matrealitas dan menilai risiko audit yang dapatditerima serta risiko
inheren
6. Memahami pengendalian internal dan menilai risiko pengendalian
7. Mengumpulkan informasi untuk menilai risiko kecurangan
8. Mengembangkan rencana audit dan program audit secarakeseluruhan

Sebelum memulai pembahasan tentang perencanaan audit, perlu dijelaskan terlebih


dahulu dua istilah yang akan dijumpai yaitu risiko audit yang dapat diterima dan risiko
inheren. Kedua risiko ini berpengaruh signifikan terhadap pelaksanaan dan biaya
pengauditan. Kegiatan pada tahap awal perencanaan banyak berkaitan dengan pengumpulan
informasi yang akan membantu auditor dalam menilai risiko-risiko.

- Risiko audit yang dapat diterima adalah suatu ukuran tentang seberapa jauh
auditor bersedia menerima bahwa laporan keuangan mungkin mengandung
kesalahan penyajian material setelah audit diselesaikan dan diberi pendapat wajar
tanpa pengecualian.
- Risiko inheren adalah suatu ukuran berupa penilaian auditor mengenai
kemungkinan adanya kesalahan penyajian material dalam saldo akun sebelum
mempertimbangkan efektivitas pengendalian internal.

II. PENERIMAAN KLIEN DAN PEMBUATAN RENCANA AUDIT


PENDAHULUAN
Perencanaan audit pendahuluan meliputi empat hal yang kesemuanya harus dilakukan
pada tahap awal audit.
1. Auditor memutuskan apakah akan menerima klien baru atau melanjutkan klien lama
(sudah pernah diaudit oleh kantor akuntan yang bersangkutan). Auditor harus
mengambil keputusan ini pada tahap awal, sebelum terjadi pengeluaran besar yang
tidak dapat ditutup.
2. Auditor mengidentifikasi mengapa klien menginginkan atau membutuhkan audit.
3. Untuk menghindari salah pengertian, auditor menyamakan pemahaman dengan klien
mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan auditor yang dituangkan dalam
perjanjian kerja.
4. Auditor menilai strategi audit menyeluruh, termasuk penugasan staf dan keahlian
yang dibutuhkan dalam audit yang bersagkutan.

1. PENERIMAAN KLIEN BARU DAN MELANJUTKAN KLIEN LAMA


Meskipun mendapatkan dan mempertahankan klien bukanlah hal yang mudah dalam
profesi yang kompetitif seperti profesi akuntan publik. Banyak kantor akuntan menolak klien
yang bergerak dibidang usaha tertentu, seperti misalnya perusahaan pembuat software,
kesehatan, dan perusahaan asuransi, atau kalau sudah terlanjur menjadi klien akan dihentikan
kelanjutannya. Apabila dinyatkan dengan risiko audit yang dapat diterima, auditor
kemungkinan tidak akan menerima klien baru atau melanjutkan klien yang sudah ada,
seandainya risiko audit bisa diterimanya berada di bawah tingkat risiko audit yang bisa
diterima kantor akuntan yang bersangkutan.

a. Menginvestasi Klien Baru


Standar Auditing SA300 Para A20 (Pertimbangan Tambahan dalam Perikatan Audit
Tahun Pertama) menyatakan bahwa maksud dan tujuan audit adalah sama, baik untuk
perikatan audit tahun pertama maupun berulang. Namun, untuk audit tahun pertama auditor
mungkin perlu memperluas aktivitas perencanaan karena auditor pada umumnya tidak
memiliki pengalaman sebelumnya dengan entitas yang diaudit. Sebelum menerima klien
baru, kebanyakan kantor akuntan biasanya melakukan investigasi atas calon klien dan
perusahaannya untuk menentukan akseptabilitasnya.

b. Klien Lama Berkelanjutan


Pertimbangan auditor tentang keberlanjutan hubungan dengan klien dan ketentuan
etika yang relevan, termasuk indepedensi, terjadi sepanjang perikatan audit, seiring dengan
terjadinya perubahan kondisi dan keadaan. Kantor-kantor akuntan public biasanya melakukan
evaluasi terhadap klien berkelanjutan untuk menentukan apakah terdapat alasan untuk tidak
melanjutkan audit pada klien lama tertentu.

2. MENGIDENTIFIKASI ALASAN KLIEN MINTA DIAUDIT


Ada dua faktor yang mempengaruhi risiko audit bisa diterima yaitu calon pemakai
laporan keuangan dan tujuan pemakaian laporan keuangan auditan. Kemungkinan
penggunaan laporan keuangan auditan dapat ditentukan dari pengalaman dengan klien dimasa
lalu dan dari pembicaraan manajemen.

3. MENDAPATKAN KESEPAHAMAN DENGAN KLIEN


Ketentuan perikatan audit yang disepakati harus dicatat dalam surat perikatan audit
atau bentuk kesepakatan tertulis lain yang tepat dan harus mencakup :
a. Tujuan dan ruang lingkup audit atas laporan keuangan
b. Tanggung jawab auditor
c. Tanggung jawab manajemen
d. Identifikasi kerangka pelaoran keuangan yang diterapkan dalam penyusunan
laporan keuangan.
e. Pengacuan ke bentuk dan isi laporan yang akan diterbitkan oleh auditor dan suatu
pernyataan bahwa dalam kondisi tertentu terdapat kemungkinan laporan yang
diterbitkan berbeda bentuk dan isinya dengan yang diharapkan.

4. MENILAI STRATEGI AUDIT MENYELURUH


Setelah diperoleh pemahaman tentang alasan klien minta diaudit, auditor harus
menetapkan strategi audit pendahuluan. Strategi tersebut harus mempertimbangkan sifat
bidang usaha klien, termasuk juga mempertimbangkan area-area yang mempunyai risiko
terjadinya kesalahan penyajian signifikan.

a. Memilih Staf Audit


Auditor harus menugasi staf yang memenuhi syarat untuk melaksanakan penugasan
sesuai standar auditing dan melaksanakan audit secara efisien. Dalam melaksanakan tugas
audit, harus memiliki pengetahuan tentang bidang usaha klien.

Salah satu pertimbangan dalam penentuan staf adalah perlu adanya kontinuitas dari
tahun ke tahun. Kontinuitas akan membantu kantor akuntan dalam menjaga familiaritas
dengan persyaratan tehnis dan memiliki kedekatan antar personal dengan personil perusahaan
klien.

Auditor harus memiliki pemahaman mengenai bidang usaha industry computer dan
apabila staf yang akan melaksanakan audit persediaan haruslah orang yang memiliki
pengalaman dalam audit persediaan. Kantor akuntan bias menyewa pakar dari luar apabila
kantor akuntan tersebut, tidak memiliki staf yang mampu untuk menilai apakah persediaan
termasuk dalam kategori usang atau tidak.

b. Menentukan Kebutuhan Untuk Menggunakan Pekerjaan Pakar Auditor


Standar auditing (SA 620) mengatur persyaratan pemilihan pakar auditor dan
mereview hasil pekerjaannya. SA 620.6 mendefinisikan pakar auditor sebagai berikut:

"Seseorang atau organisasi yang memiliki keahlian (expertise) dalam suatu bidang di
luar accounting atau auditing, yang pekerjaannya dalam bidang tersebut digunakan oleh
auditor/KAP untuk membantunya memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat."

Seorang pakar auditor bisa berasal dari KAP tersebut (atau jaringannya) yang disebut
pakar auditor internal atau berasal dari luar atau pakar auditor eksternal.

Pakar auditor memberikan bukti audit dalam bentuk laporan, pendapat, penilaian, dan
pernyataan. Contoh pakar auditor adalah:

 Juru hitung persediaan dengan kepakaran tertentu.


 Penilaian aset ,seperti tanah, bangunan, pabrik, pekerjaan seni, batu berharga,
persediaan, dan instrument keuangan yang rumit.
 Pengukuran kuantitas atau kondisi fisik suatu aset, seperti mineral yang
disimpan dalam tumpukan, mineral di bawah tanah, dan cadangan minyak
bumi, serta sisa umur pabrik.
 Penentuan nilai dengan teknik khusus seperti penilaian aktuari.
 Analisis atas kepatuhan perpajakan yang rumit dan luar biasa.
 Pengukuran pekerjaan yang sudah selesai dan yang masih harus dikerjakan
untuk kontrak-kontrak dalam penyelesaian.
 Pendapat hukum untuk mengintepretasikan perjanjian, statute dan peraturan.

III. MEMAHAMI BISNIS DALAM BIDANG USAHA KLIEN


Standar Auditing (SA 315.11) menyatakan bahwa auditor harus memperoleh
pemahaman atas entitas dan lingkungannya. Pemahaman atas entitas dan lingkungannya yang
diharuskan diperoleh auditor meliputi:

a. Factor-faktor industry, peraturan, dan factor eksternal lain termasuk kerangka


pelaporan keuangan yang berlaku.
b. Sifat entitas, termasuk:
i. Operasinya
ii. Struktur kepemilikan dan tata kelolanya
iii. Jenis investasi yang dilakukan dan yang rencananya dilakukan oleh entitas,
termasuk investasi dalam entitas bertujuan khusus
iv. Cara entitas tersebut distrukturisasi dan bagaimana entitas tersebut dibiayai
untuk memungkinkan auditor memahami golongan transaksi, saldo akun,
dan pengungkapan ysng diharapkan ada dalam laporan keuangan
c. Pemilihan dan penerapan kebijakan akuntansi oleh entitas termasuk alasan
perubahannya. Auditor harus mengevaluasi apakan kebijakan akuntansi adalah tepat
untuk bisnisnya dan konsisten dengan kerangka pelporan keuangan yang berlaku dan
kebijakan yang digunakan dalam industry yang relevan.
d. Tujuan dan strategi entitas, dan resiko bisnis yang terkait didapat menimbulkan resiko
kesalahan penyajian material
e. Pengukuran dan penelaahan atas kinerja keuangan entitas.

Sejumlah factor yang meningkatkan pentingnya pemahaman tentang bisnis dan


bidang usaha klien, yaitu:

- Auditor perlu memahami sifat bisnis klien dan memahami dampak penurunan
ekonomi terhadap laporan keuangan klien dan kemampuan untuk melanjutkan
usahanya.
- Teknologi informasi menghubungkan klien dengan pelanggan dan pemasok
utama. Akibatnya auditor harus memiliki pemahaman yang lebih besar tentang
pelanggan dan pemasok utama serta resiko terkait.
- Klien telah mengembangkan usahanya secara global, seringkali melalui join
ventures atau aliansi strategis.
- Teknologi informasi mempengaruhi proses internal klien, memperbaiki kualitas
dan ketepatan waktu informasi akuntansi.
- Meningkatkan arti penting sumberdaya manusia dan aset tak berwujud lainnya
telah menyebabkan akuntansi menjadi semakin komplek dan memelukan
pertimbangan serta penafsiran manajemen.
- Banyak klien telah melakukan investasi dalam instrument keuangan yang
kompleks yang telah menurun nilainya, memerlukan perlakuan akuntansi yang
kompleks, dan melibatkan pihak lain yang tidak diketahui yang telah
menciptakan resiko keuangan yang tidak diharapkan bagi klien.

BIDANG USAHA DAN LINGKUNGAN EKSTERNAL KLIEN

Tiga alasan utama mengapa auditor perlu mendapatkan pemahaman yang terbaik
tentang bidang usaha dan lingkungan eksternal klien, yaitu:

1. Risiko yang berkaitan dengan bidang usaha tertentu bisa mempengaruhi penilaian
auditor tentang risiko bisnis klien dan tingkat risiko audit bisa diterima dan bisa
mempengaruhi pertimbangan untuk menerima atau menolak klien yang bergerak
dalam bidang usaha yang beresiko tinggi.
2. Banyak risiko inheren lazim dijumpai pada semua klien yang bergerak dalam bidang
usaha tertentu. Pengenalan terhadap risiko relevansinya terhadap klien.
3. Banyak bidang usaha memiliki persyaratan akuntansi yang unik dan harus diapahami
auditor untuk menilai apakah laporan keuangan klien sesuai dengan standar akuntansi.

A. OPERASI BISNIS DAN PROSES


Auditor harus memahami berbagai factor seperti misalnya sumber-sumber utama
pendapatan, pelanggan dan pemasok utama, sumber pendanaan, dan informasi mengenai ada
tidaknya hubungan isitimewa yang bisa menjadi petunjuk bagian mana yang memiliki risiko
bisnis tinggi.

 Mengunjungi Fasilitas dan Tempat Operasi Klien


Mengunjungi fasilitas dan tempat klien beroperasi sangat berguna untuk mendapatkan
pemahaman yang lebih baik mengenai pengoperasian bisnis klien, karena cara ini
memberikan kesempatan auditor untuk mengobservasi dan melihat secara langsung fasilitas
yang dimiliki klien dan berkenalan dengan pejabat-pejabat kunci di perusahaan. Dengan
melihat langsung fasilitas fisik, auditor dapat menilai pengamanan fisik atas aset dan 10
menginterpretasikan data akuntansi yang berkaitan dengan aset serta auditor lebih mampu
untuk menilai risiko inheren.

 Mengidentifikasi Hubungan dengan Pihak Berelasi


Transaksi dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan dengan pihak berelasi
penting bagi auditor karena standar audit mengharuskan hal tersebut diungkapkan dalam
laporan keuangan, apabila jumlahnya material. Pihak berelasi didefinisikan sebagai suatu
perusahaan afiliasi, pemilik utama perusahaan klien atau pihak lain yang mempunyai
kesepakatan dengan klien, dimana salah satu pihak bisa mempengaruhi manajemen atau
kebijakan operasi perusahaan lain. Transaksi dengan pihak berelasi adalah setiap transaksi
yang dilakukan antara klien dengan pihak yang mempunyai hubungan dengan pihak berelasi.

Transaksi dengan pihak yang memiliki hubungan dengan pihak yang berelasi dengan
klien bukanlah transaksi yang dilakukan dengan tawar-menawar bebas. Terdapat risiko
bahwa transaksi tidak dinilai dengan harga yang sama dengan harga seandainya transaksi
dilakukan dengan pihak ketiga yang independen.

Karena transaksi dengan pihak berelasi yang material harus diungkapkan, semua
pihak yang berelasi dengan klien harus diidentifikasi dan dicantumkan dalam kertas kerja
permanen auditor sejak awal audit.Cara yang lazim dilakukan auditor dalam mengidentifikasi
pihak-pihak yang berelasi adalah meminta keterangan dari manajemen, meriview laporan ke
Bapepam, dan memeriksa daftar pemegang saham untuk mengidentifikasi pemegang saham
mayoritas.

MANAJEMEN DAN TATA KELOLA

Auditor harus menilai falsafah manjemen dan gaya operasi, serta kemampuannya
mengidentifikasi dan menanggapi risiko, karena hal-hal tersebut berpengaruh signifikan
terhadap risiko terjadinya kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan. Dalam
memahami system tata kelola yang dilakukan klien, auditor harus memahami bagaimana
dewan komisaris dan komite audit melakukan pengawasan, termasuk di dalamnya perumusan
kode etik perusahaan serta pengevaluasian notulen rapat-rapat.

 Kode Etik
Auditor harus memahami kode etik yang berlaku pada perusahaan (jika ada) dan
memeriksa setiap perubahan atau penghapusan aturan dalam kode etik yang mempunyai
dampak terhadap system tata kelola dan integritas, serta nilai etis manajemen senior.

 Notulen Rapat
Notulen rapat adalah catatan resmi perusahaan sebagai hasil dari rapat dewan
komisaris dan rapat pemegang saham. Notulen meliputi persetujuan (otorisasi) penting dan
ringkasan berbagai topic yang dibahas dalam rapat dan keputusan yag diambil oleh dewan
komisaris dan pemegang saham. Auditor harus membaca notulen untuk mendapatkan
otorisasi-otorisasi dan informasi lainnya yang relevan untuk pelaksanaan audit.Auditor harus
memastikan informasi tersebut untuk memastikan manajemen telah bertindak sesuai dengan
keputusan pemegang saham dan dewan komisaris.

TUJUAN STRATEGI KLIEN

Strategi adalah pendekatan yang diikuti perusahaan untuk mencapai tujuan organisasi.
Auditor harus memahami tujuan klien yang berkaitan dengan:

1. Reliabilitas laporan keuangan


2. Efektivitas dan efisiensi produksi
3. Kesesuaian dengan undang-undang dan peraturan-peraturan

PENGUKURAN KINERJA

Sistem pengukuran kinerja klien meliputi indikator-indikator kinerja kunci yang


digunakan manajemen untuk mengukur progress dalam upaya mencapai tujuan. Risiko
inheren dalam laporan keuangan bisa meningkat apabila klien merumuskan tujuan yang tidak
masuk akal atau apabila system pengukuran kinerja memicu dilakukannya akuntansi
progresif. Pengukuran kinerja meliputi analisis rasio dan melakukan pembandingan dengan
para competitor.Sebagai bagian dari pemahaman tentang bisnis klien, auditor harus
melakukan analisis rasio atau meriview perhitungan rasio-rasio kinerja kunci yang telah
dibuat klien.

IV. MENILAI RISIKO BISNIS KLIEN


Risiko bisnis klien bisa timbul dari berbagai factor yang berpengaruh terhadap klien
dan lingkungannya. SA 315 menegaskan bahwa auditor harus memperoleh suatu pemahaman
tentang apakah entitas memiliki suatu proses untuk :

a. Mengidentifikasi risiko bisnis yang relevan dengan tujuan pelaporan keuangan.


b. Mengestimasi signifikansi risiko
c. Menentukan kemungkinan terjadinya risiko tersebut
d. Memutuskan tindakan untuk menangani risiko tersebut
Proses penilaian risiko entitas membentuk suatu basis bagi manajemen untuk menentukan
bagaimana risiko dikelola. Pada umumnya auditor menaruh perhatian besar terhadap risiko
terjadinya kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan yang diakibatkan oleh risiko
bisnis klien.

V. MELAKUKAN PROSEDUR ANALITIS PENDAHULUAN


Auditor melakukan prosedur analitis pendahuluan untuk mendapat pemahaman yang
lebih baik tentang bisnis klien dan menilai risiko bisnis. Bagian-bagian Utama dalam
Perencanaan : Penerimaan Klien dan Membuat Perencanaan Awal, Memahami Bisnis dan
Bidang Usaha Klien Menilai Risiko Bisnis Klien, dan Menerapkan Prosedur Analitis
Pendahuluan.

VI. PROSEDUR ANALITIS


Prosedur Analitis didefinisikan dalam standar auditing (SA 520.4) sebagai :
“Pengevaluasian terhadap informasi keuangan yang dilakukan melalui analisis hubungan
antara data keuangan dan data nonkeuangan. Prosedur analitis juga mencakup investigasi
sebagaimana yang diperlukan atas fluktuasi atau hubungan teridentifikasi yang tidak
konsisten dengan informasi relevan lain, atau yang berbeda dari niai yang diharapkan dalam
jumlah yang signifikan”.

VII. LIMA TIPE PROSEDUR ANALITIS


Kegunaan prosedur analitis sebagai bukti audit sangat tergantung pada bagaimana
auditor mengembangkan suatu ekspektasi tentang harus seperti apa suatu saldo akun atau
rasio, apapun tipe prosedur analitis yang digunakan. Dalam prosedur analitis, auditor
membandingkan data klien dengan :

1. Data Industri
2. Data serupa dari periode sebelumnya.
3. Hasil ekspektasi yang ditentukan klien.
4. Hasil ekspektasi yang ditentukan auditor.
5. Hasil ekspektasi dengan menggunakan data non-keuangan.
MEMBANDINGKAN DATA KLIEN DENGAN DATA SERUPA DARI TAHUN
SEBELUMNYA

Misalkan persentase laba kotor perusahaan berkisar antara 26 dan 27 persen selama 4
tahun terakhir, tetapi telah turun menjadi 23 persen pada tahun ini. Penurunan dalam laba
kotor ini akan menjadi perhatian auditor apabila penurunan tersebut tidak terduga. Penyebab
penurunan bisa diakibatkan oleh penurunan kondisi ekonomi. Tetapi hal itu bisa juga
disebabkan karena kesalahan penyajian dalam laporan keuangan.

MEMBANDINGKAN DATA KLIEN DENGAN HARAPAN YANG DIBUAT KLIEN

Pada umumnya perusahaan membuat anggaran untuk berbagai aspek operasi dan hasil
keuangannya. Karena anggaran mencerminkan ekspektasi klien untuk periode tertentu.
Apabila data klien dibandingkan dengan anggaran, ada dua hal penting yang harus
diperhatikan. Pertama, auditor harus mengevaluasi apakah anggaran merupakan rencana yang
realistis. Yang kedua, kemungkinan bahwa informasi keuangan tahun ini telah diubah oleh
klien agar sesuai dengan anggaran. Apabila itu terjadi maka auditor akan menemukan
perbedaan dalam perbandingan antara data aktual dengan anggaran.

MEMBANDINGKAN DATA KLIEN DENGAN EKSPEKTASI AUDITOR

Pembandingan lain yang lazin dilakukan antara data klien dengan hasil yang
diharapkan terjadi ketika auditor menghitung saldo yang diharapkan untuk dibandingkan
dengan saldo sesungguhnya. Dalam prosedur analitis jenis ini, auditor membuat suatu
estimasi tentang berapa besar saldo seharusnya dengan menghubungkan saldo tersebut
dengan saldo-saldo akun neraca atau akun laba rugi atau dengan membuat suatu proyeksi
berdasarkan data nonkeuangan atau trend masa lalu.

MEMBANDINGKAN DATA KLIEN DENGAN TAKSIRAN HASIL DENGAN


MENGGUNAKAN DATA NONKEUANGAN

Misalkan pengauditan sebuah hotel, bisa dibuat ekspektasi untuk totall pendapatan
penjualan kamar dengan mengalikan jumlah kamar, rata-rata tarif harian untuk tiap kamar
dan tingkat hunian rata-rata. Selanjutnya dapat dibandingkan dengan hasil estimasi dengan
total menurut pembukuan klien sebagai uji kewajaran pendapatan. Masalah terbesar dalam
penggunaan data nonkeuangan adalah ketelitian data.
VIII. RASIO-RASIO KEUANGAN YANG LAZIM DIGUNAKAN
Prosedur analitis yang digunakan auditor seringkali berupa rasio-rasio keuangan pada
tahap perencanaan dan tahap review akhir dari suatu audit laporan keuangan. Cara ini
bermanfaat untuk memahami kejadiaan-kejadiaan mutahir dan status keuangan perusahaan
dan untuk melihat laporan dari perspektif pemakai laporan keuangan. Apabila digunakan
rasio-rasio tersebut, auditor harus yakin dalam membuat perbandingan yang tepat.
Pembandingan yang paling penting adalah pembandingan dengan tahun yang lalu dan
pembandingan dengan rata-rata industri atau dengan perusahaan sejenis pada tahun yang
sama.

KEMAMPUAN MEMBAYAR KEWAJIBAN JANGKA PENDEK

Perusahaan perlu memiliki tingkat likuiditas tertentu untuk membayar kewajiban yang
akan jatuh tempo dan digunakan untuk mengukur likuiditas tersebut. Rasio kas berguna untuk
mengukur kemampuan membayar kewajiban segera, sedangkan rasio lancar masih
membutuhkan waktu untuk mengubah piutang dan persediaan menjadi kas sebelum bisa
digunakan membayar kewajiban. Perbedaan terpenting antara rasio cepat dan rasio lancar
adalah dimasukkannya persediaan dalam aset lancar untuk menghitung rasio lancar

RASIO-RASIO AKTIVITAS LIKUIDITAS

Apabila perusahaan tidak memiliki kas dan setara kas untuk memenuhi kewajibannya,
maka kunci untuk mengukur kemampuan membayar kewajiban adalah waktu yang
diperlukan perusahaan untuk mengubah aset lancar yang kurang likuid menjadi kas. Hal ini
diukur dengan rasio-rasio aktivitas likuiditas.

KEMAMPUAN UNTUK MEMENUHI KEWAJIBAN JANGKA PANJANG

Kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjang tergantung pada


keberhasilan operasi dan pada kemampuan untuk meningkatkan modal untuk ekspansi, serta
kemampuan membayar pokok pinjaman beserta bunganya. Rasio kewajiban terhadap ekuitas
menunjukkan seberapa banyak penggunaan kewajiban dalam pendanaan suatu perusahaan.
Apabila rasio tinggi maka itu menunjukkan bahwa perusahaan telah menggunakan seluruh
kapasitas untuk mendapatkan pinjaman dan tidak ada lagi peluang untuk mendapat tambahan
pinjaman. Apabila terlalu rendah, maka bahwa leverage rata-rata tidak digunakan yang bisa
mendatangkan manfaat bagi pemilik. Kemampuan untuk membayar bunga tergantung pada
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan aliran positif dari operasinya.

RASIO-RASIO PROFITABILITAS

Kemampuan perusahaan menghasilkan kas untuk membayar utang, ekspansi dan


membayar deviden, tergantung pada kemampuan perusahaan menghasilkan laba
(profitabilitas). Rasio profitabilitas yang paling banyak digunakan adalah laba per lembar
saham. Persentase laba kotor menunjukkan dari hasil penjualan yang tersedia untuk menutup
semua beban dan laba setelah dikurangi dengan harga pokok produk. Auditor menggunakan
rasio ini untuk menilai kemungkinan adanya kesalahan penyajian dalam penjualan, harga
pokok penjualan, piutang usaha dan persediaan. Marjin laba berguna bagi auditor untuk
menilai kesalahan penyajian potensial dan beban operasi serta akun-akun neraca terkait.
Rasio laba berbanding aset mengukur profitabilitas perusahaan secara menyeluruh. Rasio ini
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari setiap rupiah yang
tertanam dalam aset.

Anda mungkin juga menyukai