Anda di halaman 1dari 17

A.

PERENCANAAN AUDIT
1. PERENCANAAN
Standar audit 300 tentang “Perencanaan Suatu Audit Atas Laporan
Keuangan,” mengatur tanggungjawab auditor untuk merencanakan audit atas
laporan keuangan. Perencanaan suatu audit mencakup penetapan strategi audit
secara keseluruhan untuk perikatan (penugasan) audit dan pengembangan
rencana audit. Perencanaan yang cukup akan bermanfaat dalam audit atas
laporan keuangan dalam beberapa hal, termasuk hal-hal sebagai berikut (SA
300-Para 2):
1. Membantu auditor untuk mencurahkan perhatian yang tepat terhadap
area yang penting dalam audit.
2. Membantu auditor untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah
yang potensial secara tepat waktu.
3. Membantu untuk mengorganisasi dan mengelola perikatan (penugasan
audit) dengan baik, sehingga perikatan tersebut dapat dilaksanakan
dengan efektif dan efisien.
4. Membantu dalam pemilihan anggota tim perikatan (tim audit) dengan
tingkat kemampuan dan kompetensi yang tepat untuk merespons risiko
yang diantisipasi, dan penugasan pekerjaan yang tepat kepada mereka.
5. Memfasilitasi arah dan supervisi atas anggota tim perikatan (tim audit)
dan penelaahan atas pekerjaan mereka.
6. Membantu, jika relevan dalam pengoordinasian hasil pekerjaan yang
dilakukan oleh auditor komponen dan pakar.

Sebelum memulai pembahasan mengenai perencanaan audit, perlu


dijelaskan lebih dahulu dua istilah yang akan dijumpai yaitu risiko audit yang
dapat diterima dan risiko inheren. Kedua risiko ini berpengaruh signifikan
terhadap pelaksanaan dan biaya pengauditan.
a. Risiko audit yang dapat diterima adalah suatu ukuran tentang seberapa
jauh auditor bersedia menerima bahwa laporan keuangan mungkin
mengandung kesalahan penyajian material setelah audit diselesaikan
dan diberi pendapat wajar tanpa pengecualian.
b. Risiko inheren adalah suatu ukuran berupa penilaian auditor mengenai
kemungkinan adanya kesalahan penyajian material dalam saldo akun
sebelum mempertimbangkan efektivitas pengendalian internal.
2. PENERIMAAN KLIEN DAN PEMBUATAN RENCANA AUDIT
PENDAHULUAN
Perencanaan audit pendahuluan meliputi empat hal yang kesemuanya
harus dilakukan pada tahap awal audit.
a. Auditor memutuskan apakah akan menerima klien baru atau
melanjutkan klien lama
b. Auditor mengidentifikasi mengapa klien menginginkan atas
membutuhkan audit.
c. Untuk menghindari salah pengertian, auditor menyamakan
pemahaman dengan klien mengenai berbagai hal yang berkaitan
dengan audit yang dituangkan dalam perjanjian kerja.
2.1 PENERIMAAN KLIEN BARU DAN MELANJUTKAN KLIEN
LAMA

Meskipun mendapatkan dan mempertahankan klien bukanlah hal yang


mudah dalam profesi yang kompetitif seperti halnya profesi akuntan
publik, namun kantor akuntan hendaknya berhati-hati dalam memutuskan
klien mana yang akan diterima. Tanggungjawab hukum dan
tanggungjawab profesional yang berkaitan dengan klien yang integritasnya
rendah akan menimbulkan banyak masalah dibandingkan dengan
pendapatan yang diperoleh. Apabila risiko dinyatakan dengan risiko audit
yang dapat diterima, auditor kemungkinan tidak akan menerima klien baru
atau melanjutkan klien yang sudah ada seandainya risiko audit bisa
diterimanya berada dibawah tingkat risiko audit yang bisa diterima kantor
akuntan yang bersangkutan. (Lihat SA 220 Para 12 dan 13)
2.1.1 Menginvestigasi Klien Baru Standar Auditing

SA 300 Para A20 (Pertimbangan Tambahan dalam Perikatan


Audit Tahun Pertama) menyatakan bahwa maksud dan tujuan audit
adalah sama, baik untuk perikatan audit tahun pertama maupun
berulang. Untuk perikatan audit tahun pertama, hal-hal tambahan
yang dapat dipertimbangkan oleh auditor dalam menerapkan
strategi audit secara keseluruhan dan rencana audit mencakup hal-
hal berikut:

a. Kecuali dilarang oleh peraturan perundang-undangan,


membuat kesepakatan dengan auditor pendahulu, sebagai
contoh, untuk menelaah kertas kerja auditor pendahulu.
Komunikasi dengan auditor pendahulu bisa menghasilkan
informasi.
2.1.2 Klien Lama Berkelanjutan

Pertimbangan auditor tentang keberlanjutan hubungan dengan


klien dan ketentuan etika yang relevan, termasuk independensi,
terjadi sepanjang perikatan audit, seiring dengan terjadinya
perubahan kondisi dan keadaan. Pelaksanaan prosedur awal atas
keberlanjutan hubungan dengan klien dan evaluasi atas ketentuan
etika yang relevan (termasuk independensi) pada awal perikatan
kini berarti prosedur awal tersebut telah dilengkapi sebelum
pelaksanaan aktivitas signifikan lainnya untuk perikatan audit kini.
Untuk perikatan audit berkelanjutan, prosedur awal tersebut 2
sering dilakukan sesaat setelah (atau dalam hubungannya dengan)
penyelesaian audit sebelumnya.

2.2 MENGIDENTIFIKASI ALASAN KLIEN MINTA DIAUDIT

Ada dua faktor yang mempengaruhi risiko audit bisa diterima


yaitu calon pemakai laporan keuangan dan tujuan pemakaian laporan
keuangan auditan. Auditor biasanya akan mengumpulkan bukti lebih
banyak apabila laporan keuangan auditan akan digunakan oleh banyak
pihak, seperti yang sering dijumpai pada perusahaan publik dengan
beban utang yang tinggi, dan perusahaan-perusahaan yang akan dijual
dalam waktu dekat.

2.3 MENDAPATKAN KESEPAHAMAN DENGAN KLIEN

SA 210 Para 9 menyatakan bahwa auditor harus menyepakati


ketentuan perikatan audit dengan manajemen atau pihak yang
bertanggungjawab atas tata kelola entitas (jika relevan). Ketentuan
perikatan audit yang disepakati harus dicatat dalam surat perikatan
audit atau bentuk kesepakatan tertulis lain yang tepat dan harus
mencakup:

a. Tujuan dan ruang lingkup audit atas laporan keuangan

b. Tanggungjawab auditor

c. Tanggungjawab manajemen

d.Identifikasi kerangka pelaporan keuangan yang diterapkan

dalam penyusunan laporan keuangan dan Bentuk dan isi surat

perikatan dapat beragam untuk setiap entitas.

Informasi yang tercakup dalam surat perikatan audit tentang


tanggungjawab auditor harus berdasarkan SA 200, sedangkan
tanggungjawab manajemen harus didasarkan pada Pasal 6 (b) dan
Pasal 12 dari SA 210. Disamping itu, selain hal-hal di atas, surta
perikatan audit dapat memuat hal-hal berikut:

a. Penjelasan ruang lingkup audit, termasuk referensi ke


peraturan perundangundangan yang berlaku, standar audit,
kode etik, dan penyertaan dari badan profesional yang harus
dipatuhi oleh auditor.
b. Bentuk komunikasi lain yang akan digunakan oleh auditor
untuk menyampaikan hasil perikatan audit.
c. Fakta bahwa keterbatasan inheren suatu audit, bersama
dengan keterbatasan inheren pengendalian internal, terdapat
suatu risiko yang tidak dapat dihindari tentang kemungkinan
tidak terdeteksinya beberapa kesalahan penyajian material,
meskipun audit telah direncanakan dan dilaksanakan sesuai
SA.

Jika relevan, hal-hal berikut dapat juga dimasukkan ke dalam


perikatan audit:

a. Pengaturan tentang keterlibatan auditor dan pakar lain dalam


beberapa aspek audit.
b. Pengaturan keterlibatan auditor internal dan staf entitas
lainnya.
c. Pengaturan yang dibuat dengan auditor pendahulu, jika ada,
untuk audit tahun pertama.

2.4 MENILAI STRATEGI AUDIT MENYELURUH

Setelah diperoleh pemahaman tentang alasan klien minta diaudit,


auditor harus menetapkan strategi audit pendahuluan. Strategi
tersebut harus mempertimbangkan sifat bidang usaha klien, termasuk
juga mempertimbangkan area-area yang mempunyai risiko
terjadinya kesalahan penyajian signifikan.

2.4.1 Memilih Staf Audit


harus menugasi staf yang memenuhi syarat untuk
melaksanakan penugasan sesuai dengan standar auditing dan
melaksanakan audit dengan efisien. Dalam penugasan audit
yang cukup besar biasanya dibutuhkan satu atau dua orang
partner dan staf dengan berbagai jenjang pengalaman kerja.
Pakar dari berbagai keahlian, seperti sampling statistik,
evaluasi bisnis, computer risk assessment, kadang-kadang juga
diperlukan.

2.4.2 Menentukan Kebutuhan untuk Menggunakan Pekerjaan

Pakar Auditor

Apabila suatu penugasan membutuhkan staf yang memiliki


pengetahuan khusus, terbuka kemungkinan bagi auditor untuk
menggunakan pakar yang disebut pakar auditor (auditor’s
expert). Standar auditing SA 620) mengatur persyaratan
pemilihan pakar auditor sebagai berikut:

“Seseorang atau organisasi yang memiliki keahlian


(expertise) dalam suatu bidang di luar accounting atau
auditing, yang pekerjaannya dalam bidang tersebut digunakan
oleh auditor/KAP untuk membantunya memperoleh bukti audit
yang cukup dan tepat”.

3. MEMAHAMI BISNIS DAN BIDANG USAHA KLIEN

Pemahaman yang mendalam mengenai bisnis dan bidang usaha dan


jalannya operasi perusahaan klien merupakan hal yang sanagat penting dalam
melaksanakan audit yang memadai. Standar auditing (SA 315.11)
menyatakan bahwa auditor harus memperoleh pemahaman atas entitas dan
lingkungannya. Pemahaman atas entitas dan lingkungannya diharuskan
diperoleh auditor meliputi:

a. Faktor-faktor industri, peraturan, dan faktor eksternal lain termasuk


kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
b. Sifat entitas.
c. Pemilihan dan penerapan kebijakan akuntansi oleh entitas termasuk
alasan perubahannya.

Beberapa tahun terakhir, sejumlah faktor telah meningkatkan pentingnya


pemahaman tenatng bisnis dan bidanh usaha klien, yaitu:

a. Penurunan kondisi ekonomi dunia beberapa tahun telah meningkatkan


risiko bisnis perusahaan klien secara signifikan
b. Teknologi informasi telah menghubungkan klien dengan pelanggan-
pelanggan utama serta pemasok-pemasok utama. Akibatnya auditor
harus memiliki pemahaman lebih besar tentang pelanggan dan pemasok
utama serta risiko terkait.

Auditor harus mempertimbangkan faktor-faktor diatas dengan


menggunakan pendekatan sistem stratejik untuk memahami bisnis klien.

BIDANG USAHA DAN LINGKUNGAN EKSTERNAL KLIEN

Banyak kasus yang melibatkan auditor diakibatkan oleh


ketidakpahaman auditor tentang sifat transaksi dalam bidang usaha klien
seperti yang terjadi pada kasus Enron yang terkenal itu. Auditor juga harus
memahamilingkungan eksternal klien seperti misalnya kerentanan terhadap
perubahan kondisi ekonomi persaingan yang tinggi, dan banyaknya peraturan
yang harus dipenuhi. Untuk membuat rencana audit yang efektif, auditor pada
semua perusahaan seyogyanya memiliki ahli untuk menilai risiko lingkungan
eskternal.

3.1 OPERASI BISNIS DAN PROSES

Auditor harus memahami berbagai faktor seperti misalnya sumber-


sumber utama pendapatn, pelanggan, dan pemasok utama. Sebagai
contoh, perusahaan teknologi yang bergantung pada satu atau beberapa
produk yang cepat menjadi using karena perkembangan teknologi baru
atau competitor yang kuat.

a. Mengunjungi Fasilitas dan Tempat Operasi Klien

Mengunjungi fasilitas dan tempat operasi klien sangat


berguna untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik
mengenai pengoperasian bisnis klien, karena cara ini
memberikan kesempatan kepada auditor untuk mengobservasi
dan melihat secara langsung fasilitas yang dimiliki klien dan
sekaligus juga berkenalan dengan pejabat kunci di perusahaan
tersebut.

b. Mengidentifikasi Hubungan dengan Pihak Berelasi

Ini penting bagi auditor karena standar audit mengharuskan


hal tersebut diungkapkan dalam laporan keuangan, apabila
jumlahnya material. Transaksi dengan pihak berelasi adalah
setiap transaksi yang dilakukan antara klien dengan pihak yang
mempunyai hubungan dengan pihak berelasi.

3.2 MANAJEMEN DAN TATA KELOLA

Auditor harus menilai falsafah manajemen dan gaya operasi, serta


kemampuannya mengidentifikasi dan menanggapi risiko, karena hal-
hal tersebut berpengaruh terhadap signifikan laporan keuangan. Dalam
memahami sistem tata kelola yang dilakukan klien, auditor harus
memahami bagaimana dewan komisaris dan komite audit
melaksanakan pengawasan, termasuk didalamnya perumusan kode
etik perusahaan serta pengevaluasian notulen rapat-rapat.

a. Kode Etik Auditor harus memahami kode etik yang berlaku


pada perusahaan namun jika tidak memiliki kode etik harus
mengungkapkan hal itu dan menjelaskan alasannya. Kemudian
memeriksa setiap perubahan atau penghapusan aturan dalam
kode etik yang mempunyai dampak terhadap ssitem tata kelola
dan integritas, serta nilai etis manajemen senior.
b. Notulen Rapat Notulen rapat adalah catatan resmi perusahaan
sebagai hasil dari rapat dewan komisaris dan rapat pemegang
saham. Notulen meliputi persetujuan penting dan ringkasan
berbagai topik yang dibahasdalam rapat dan keputusan yang
diambil oleh dewan komisaris dan pemegang saham.

3.3 TUJUAN STRATEGI KLIEN

Strategi adalah pendekatan yang diikuti perusahaan untuk


mencapai tujuan organisasi. Auditor harus memahami tujun klien
yang berkaitan dengan:

a. Reliabilitas pelaporan keuangan

b. Efektivitas dan efesiensi organsasi

c. Kesesuaian dengan undang-undang dan peraturan-peraturan


Pengetahuan tentang tujuan dan strategi akan membantu auditor untuk
menilai risiko bisnis klien dan risiko bisnis dalam laporan keuangan.

3.4 PENGUKURAN KINERJA


Sistem pengukuran kinerja meliputi indikator-indikator kinerja
kunci yang digunakan manajemen untuk mmengukur progress dalam
upaya mencapai tujuan. Indikator tersebut tidak berupa penjualan atau
laba bersih melainkan pengkur-pengukur tertentu yang diperuntukan
bagi klien dan tujuannya.

4. MENILAI RISIKO BISNIS KLIEN

Auditor menggunakan pemahamannya tentang bisnis dan bidang


usaha klien untuk menilai risiko bisnis klien, yaitu risiko kegagalan klien
dalam mencapai tujuannya. Risiko bisnis klien bisa timbul dari beberapa
faktor yang berpengaruh terhadap klien dan lingkungannya, seperti misalnya
terjadi penurunan ekonomi yang memperburuk aliran kas 6 klien. A 315. 15
menegaskan bahwa auditor harus memperoleh suatu pemahaman tentang
apakah entitas memiliki suatu proses untuk:

a. Mengidentifikasi risiko bisnis yang relevan dengan tujuan


pelaporan keuangan.
b. Mengestimasi signifikansi risiko.
c. Menentukan kemungkinan terjadinya risiko tersebut.
d. Memutuskan tindakan untuk menangani risiko tersebut.

Proses penilaian risiko entitas membentuk suatu basis bagi


manajemen untuk menentukan bagaimana risiko dikelola. Jika proses tersebut
sudah tepat sesuai dengan kondisinya, termasuk sifat, ukuran, dan
kompleksitas entitas, maka hal ini membantu auditor dalam mengidentifikasi
risiko kesalahan penyajian material.

Menggambarkan hubungan antara bisnis dan bidang usaha klien,


risiko bisnis klien, dan penilaian auditor tentang risiko terjadinya kesalahan
penyajian material dalam laporan keuangan.
5. PROSEDUR ANALITIS

Prosedur analitis adalah salah satu dari 8 tipe bukti yang telah
diperkenalkan pada BAB 5. Prosedur analitis diidentifikasikan pada standar
auditing (SA 520.4) sebagai: “Pengevaluasian terhadap informasi keuangan
yang dilakukan melalui hubungan antara data keuangan dan data non
keuangan. Prosedur analitis juga mencangkup investigasi sebagaimana yang
diperlukan atas fluktuasi atau hubungan teridentifikasi yang tidak konsisten
dengan informasi relevan lain, atau yang berbeda dari nilai yang diharapkan
dalam jumlah yang signifikan”.

6. LIMA TIPE PROSEDUR ANALITIS

Kegunaan prosedur analitis sebagai bukti audit sangat bergantung pada


bagaimana auditor mengembangkan suatu ekspektasi tentang harus seperti
apa suatu saldo akun atau rasio, apapun prosedur analitis yang digunakan.
Dalam prosedur analitis, auditor membandingkan data klien dengan:

a. Data industri
b. Data serupa dari periode sebelumnya
c. Hasil ekspektasi yang ditentukan klien
d. Hasil ekspektasi yang ditentukan auditor
e. Hasil ekspektasi dengan menggunakan data non-keuangan

6.1 MEMBANDINGKAN DATA KLIEN DENGAN DATA PERIODE


SEBELUMNYA YANG SERUPA

Andaikan bahwa presentase marjin kotor sebuah perusahaan berada


anatara 26 dan 27 %untuk masing-masing dari 4 tahun terakhir tetapi
turun menjadi 23 % tahun berjalan. Penurunan marjin ini harus
diperhatikan oleh auditor jika penurunan itu tidak diperkirakan.

a. Membandingkan saldo tahun berjalan dengan tahun sebelumnya,


salah satu cara termudah untuk membuat ujian ini adalah dengan
menyertakan hasil neraca saldo tahun lalu yang telah disesuaikan
dalam kolom terpisah dari lembar kerja neraca saldo tahun ini.
b. Menghitung Rasio dan Hubungan persentase untuk Dibandingkan
dengan tahun sebelumnya, perbandingan dari total atau rincian
dengan tahun sebelumnya seperti yang dijelaskan dalam dua
paragraph sebelumnya memiliki dua kelemahan. Pertama, ia gagal
untuk memperhatikan pertumbuhan atau penurunan dalam aktivitas
bisnis. Berikut ini disajikan tabel perbandingan dan hubungan
internal.
Rasio atau perbandingan Kemungkinan salah saji
Komisi penjualan dibagi Salah saji komisi penjualan
dengan penjualan bersih
Retur penjualan dan potongan Misklasifikasi retur penjualan
harga dibagi dengan penjualan dan
kotor pengurangan harga atau retur
atau
pengurangan harga yang
belum
tercatat sesudah akhir tahun
Nilai penyerahan tunai Kesalahan mencatat perubahan
asuransi jiwa (tahun berjalan) dalam nilai penyerahan tunai
dibagi dengan nilai atau
penyerahan tunai asuransi jiwa kekeliruan mencatat perubahan
(tahun sebelumnya)
Masing-masing beban Salah saji yang signifikan dari
manufaktur sebagai persentasi masing-masing beban total
dari total beban manufaktur

6.2 MEMBANDINGKAN DATA KLIEN DENGAN HASIL YANG


DIHARAPKAN YANG DITENTUKAN KLIEN

Kebanyakan perusahaaan menyiapkan anggaraan (budghets) untuk


berbagai aspek operasi dan hasil keuangannya. Karena anggaran
merupakan ekspektasi klien selama periode berjalan, auditor harus
menyelidiki perbedaan yang paling signifikan antra hasil yang
dianggarkan dengan hasil aktual, karena area ini dapat mengandung
salah saji yang potensial.
6.3 MEMBANDINGKAN DATA KLIEN DENGAN EKSPEKTASI
AUDITOR

Perbandingan umum lainnya antara data klien dengan hasil yang


diharapkan terjadi ketika auditor menghitung saldo yang diharapkan
untuk dibandingkan dengan saldo aktual. Pada jenis prosedur analitis
ini, auditor membuat estimasi tentang rupa saldo akun yang seharusnya
dengan menghubungkannya dengan beberapa akun neraca atau akun
laporan labarugi lainnya, atau membuat proyeksi berdasarkan beberapa
tren historis.

6.4 MEMBANDINGKAN DATA KLIEN DENGAN HASIL YANG


DIHARAPKAN DENGAN MENGGUNAKAN DATA
NONKEUANGAN

Andaikan anda sedang mengaudit sebuah hotel, anda dapat


mengembangkan ekspektasi atas total pendapatan dari kamar hotel
dengan mengalikan jumlah kamar dengan tariff setiap kamar, tarif
harian rata-rata untuk setiap kamar, dan tingkat hunian rata-rata. Anda
kemudian dapat membandingkan estimasi anda dengan pendapatan
yang tercatat sebagai pengujian atas kelayakan pendapatan yang
tercatat.

7. RASIO-RASIO KEUANGAN YANG LAZIM DIGUNAKAN


Prosedur analitis auditor sering kali meliputi penggunaan rasio keuangan
umum selama perencanaan dan telaah akhir atas laporan keuangan yang telah
diaudit. Proses tersebut berguna untuk memahami kejadian terbaru dan status
keuangan perusahaan dan untuk memandang laporan itu dari perseptif
pemakai. Dalam menggunakan rasio ini, adalah penting sebagai auditor untuk
membuat perbandingan yang tepat.
7.1 KEMAMPUAN MEMBAYAR KEWAJIBAN JANGKA PENDEK

Kas+ Surat berharga


Rasio Kas=
Kewajiban Lancar

Kas+ Surat Berharga+ ¿ Piutang Bersih


Rasio Cepat =
Kewajban lancar

Aset Lancar
Rasio Lancar=
Kewajiban Lancar

7.2 RASIO-RASIO AKTIVITAS LIKUIDITAS

Apabila perusahaan tidak memiliki kas dan setara-kas untuk


memenuhi kewajibannya, maka kunci untuk mengukur kemampuan
membyar kewajiban adalah waktu yang dipergunakan perusahaan untuk
mengubah aset lancar yang kurang likuid menjadi kas.

Peenjualan Bersih
Perputaran Piutang Usaha=
Rata−rata Piutang Bruto

365 hari
Pengumpulan Piutang=
Perputaran Piutang

harga Pokok Penjualan


Perputaran Persediaaan=
Rata−rata Persediaan

365 hari
Hari Penjualan Persediaan=
Perputaran Persediaan
7.3 KEMAMPUAN UNTUK MEMENUHI KEWAJIBAN JANGKA
PANJANG

Kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka


panjang tergantung pada keberhasilan operasi dan pada kemampuan
untuk meningkatkan modal untuk ekspansi, serta kemampuan
membayar pokok pinjaman beserta bunganya.

Total Kewajiban
Kewajiban Berbanding Ekuitas =
Total Ekuitas

LabaOperasi
Laba Operasi Berbanding Beban Bunga =
Beban Bunga

Rasio kewajiban terhadap ekuitas menunjukkan seberapa banyak


penggunaankewajiban dalaJm pendanaan suatu perusahaan.
Kemampuan membayar bunga tergantungkepada kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan aliran kas positif dari operasinya.
7.4 RASIO-RASIO PROFITABILITAS

Rasio profitabilitas yang paling banyak digunakan adalah laba per


lembar saham. Rasio ini berguna bagi auditor untuk menilai kesalahan
penyajian potensial dan beban operasi serta akun-akun neraca terkait.
Rasio laba berbanding aset mengukur profitabilitas perusahaan secara
enyeluruh.

Laba Bersih
Laba per Lembar saham=
rata−rata saham Biasa Beredar

Persentase Laba kotor =

Penjualan Bersih−Harga Pokok Penjualan


Penjualan Bersih

Laba Operasi
Marjin Laba =
Penjualan Bersih

Laba Sebelum Pajak


Laba Berbanding Aset
Total Aset Rata−rata

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk


menghasilkan laba dari setiap rupiah yang tertanam dalam aset.

Anda mungkin juga menyukai