Anda di halaman 1dari 33

PENGAUDITAN 1

PERTEMUAN KE 1, Tanggal 1 Maret 2017


MATERI SAP 1
STANDAR AUDITING
Dosen Pengampu: Drs. Ketut Muliartha, M.M.,Ak.

OVE

OLEH :
KELOMPOK 1

I Gede Alit Putra (1506305048)


Ida Ayu Bintang Gesaputri (1506305128)
I Dewa Gede Praditya Chandrayatna (1506305129)
Ni Kadek Dwita Lestari (1506305132)
Ni Ketut Riska Astari (1506305165)

REGULER
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2016
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas segala
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas paperini. Dalam paper
ini penulis membahas tentang Standar Auditing
Paper ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengauditan 1. Kami
menyadari bahwa dengan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung
maupun tidak langsung yang telah mendukung proses penyelesaian tugas ini sehingga
membawa hasil yang diharapkan. Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua
pihak yang sudah membantu kami. Semoga paper ini berguna dan bermanfaat bagi penulis
khususnya dan pembaca pada umumnya
Penulis menyadari sepenuhnya sebagai manusia biasa, tidak lepas dari kekurangan,
begitu juga dengan paper ini yang masih jauh dari sempurna. Penulis memohon kepada
Bapak Dosen khususnya, umumnya para pembaca apabila menemukan kesalahan atau
kekurangan dalam paper ini, penulis mengharapkan untuk kritik dan saran yang bersifatnya
membangun.

Om Shanti, Shanti, Shanti Om

Denpasar, 25 Februari 2017


Penulis,

DAFTAR ISI

COVER
...................................................................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................................i

i
DAFTAR ISI....................................................................................................................................................ii
BAB I............................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN............................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................................................2
BAB II...........................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................3
2.1 Hubungan Antara Akuntansi Dengan Pengauditan............................................................................3
2.2 Standar Umum...........................................................................................................................13
2.3 Standar Pekerjaan Lapangan............................................................................................................15
2.4 Standar Pelaporan...........................................................................................................................18
2.5 Laporan Auditor...............................................................................................................................21
BAB III........................................................................................................................................................28
PENUTUP...................................................................................................................................................28
3.1. Kesimpulan................................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................................30

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penerapan pelaksanaan audit bagi perusahaan merupakan hal yang cukup
penting, karena dapat memberikan pengaruh besar dalam kegiatan perusahaan yang
bersangkutan.Pada awal perkembangannya auditing hanya dimaksudkan untuk mencari
dan menemukan kecurangan serta kesalahan, kemudian berkembang menjadi
pemeriksaan laporan keuangan untuk memberikan pendapat atas kebenaran penyajian
laporan keuangan perusahaan dan juga menjadi salah satu factor dalam pengambilan
keputusan. Menurut (Sukrisno Agoes,2004), auditing merupakanSuatu pemeriksaan
yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak yang independen, terhadap
laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen beserta catatan-catatan
pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan
pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.

Seorang auditor bertugas untuk memeriksa dan mampu memberikan opini public
atas kewajaran laporan keuangan suatu entitas usaha berdasarkan standar yang
ditentukan IAPI. Audit harus dilaksanakan oleh seorang auditor yang senantiasa
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. Dengan
profesionalisme yang selalu dipegang oleh auditor, diharapkan kualitas audit akan
meningkat dan citra profesi auditor tetap selalu terjaga dengan baik. Kualitas Audit yang
baik, yaitu sesuai dengan Standar Auditing dalam Standar Profesional Akuntan Publik
(SPAP) yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (Haryono, 2002), yang
meliputi :

1. Standar Umum
2. Standar PekerjaanLapangan
3. Standar Pelaporan

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan masalah
dalam paper ini adalah

1.1.1. Bagaimanakah hubungan antara akuntansi dengan pengauditan?


1.1.2. Bagaimanakah standar umum?
1.1.3. Bagaimanakah standar pekerjaan lapangan?
1.1.4. Bagaimanakah standar pelaporan?
1.1.5. Bagaimanakah hubungan standar auditing dengan standar yang lainnya?

1.3 Tujuan Penulisan


Untuk memberi arah yang jelas tentang maksud dari paper ini dan berdasarkan pada
rumusan masalah yang diajukan, maka tujuan paper ini dirumuskan sebagai berikut:

1.2.1 Untuk mengetahui hubungan antara akuntansi dengan pengauditan


1.2.2 Untuk mengetahui standar umum
1.2.3 Untuk mengetahui standar pekerjaan lapangan
1.2.4 Untuk mengetahui standar pelaporan
1.2.5 Untuk mengetahui hubungan standar auditing dengan standar yang lainnya

BAB II

PEMBAHASAN

2
2.1 Hubungan Antara Akuntansi Dengan Pengauditan
Dari definisi pengauditan yang telah dikemukakan pada Bab 1, terlihat jelas bahwa dalam
berbagai macam audit yang biasa dilakukan para auditor, tidak selalu terdapat hubungan antara
pengauditan dengan akuntansi. Sebenarnya segala macam informasi yang bisa dikuantifikasi dan
bisa diverifikasi akan bisa diaudit, sepanjang ada kesepakatan antara auditor dengan pihak yang
diaudit mengenai kriteria yang akan digunakan sebagai dasar untuk menyatakan tingkat
kesesuaian. Sebagai contoh, auditor bisa diminta untuk mengaudit keefektifan sebuah perusahaan
penerbangan. Kriteria yang biasanya disepakati untuk mengukur tingkat efektifitas perusahaan
semacam itu bisa berupa kecepatan, akselerasi, kecepatan jelajah pada ketinggian tertentu, dan
sebagainya. Kriteria-kriteria tersebut bukan merupakan data akuntansi.

Namun, dalam sebagian besar audit dan lebih-lebih dalam audit laporan keuangan,
terdapat hubungan yang erat dan banyak melibatkan data akuntansi. Sebagaimana diketahui
akuntansi didefinisikan sebagai proses mengidentifikasi, mengukur, dan mengomunikasikan
informasi keuangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Pelaporan keuangan yang
merupakan tahap pengkomunikasian dalam akuntansi adalah penyampaian informasiakuntansi
dalam bentuk laporan keuangan, meskipun konsep-konsep perlaporan keuangan tidak terbatas
hanya pada laporan keuangan.

Subyek suatu audit biasanya berupa data akuntansi yang ada dalam buku-buku, catatan,
dan laporan keuangan dari entitas yang diaudit. Kebanyakan bukti yang dikumpulkan dan
dievaluasi auditor terdiri dari data yang dihasilkan oleh system akuntansi. Asersi-asersi tentang
tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi yang menjadi perhatian utama auditor
seringkali merupakan asersi tentang transaksi-transaksi akuntansi dan kejadian akuntansi lainnya,
serta saldo-saldo rekening yang merupakan hasil dari transaksi dan kejadian tersebut. Selain itu,
kriteria yang ditetapkan untuk asersi akuntansi pada umumnya adalah kesesuaian dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum. Oleh karena itu seorang akuntansi pada umumnya pada suatu
perusahaan tidak harus mengerti tentang pengauditan, tetapi seorang auditor harus
memahamitentang akuntansi. Akuntansi menghasilkan laporan keuangan dan informasi penting
lainnya, sedangkan pangauditan biasanya tidak menghasilkan data akuntansi, melainkan
meningkatkan nilai informasi yang dihasilkan proses akuntansi dengan cara melakukan penilaian
secara kritis atas informasi tersebut dan selanjutnya mengkomunikasikan hasil penilaian kritis
tersebut kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
3
PELAPORAN KEUANGAN

Akuntansi AUDITING

Berlandasan Prinsip Akuntansi Berlandasan Standar Auditing

Berlaku Umum Tanggungjawab Auditor

4
Tanggungjawab Manajemen

Mendapatkan dan
Menganalisis kejadian dan
mengevaluasi bukti tentang
transaksi
laporan keuangan

Mengukur dan mencatat Memeriksa bahwa laporan


dan transaksi keuangan telah disusun
sesuai dengan prinsip
akuntansi berlaku umum

Mengelompokkan dan Menyatakan pendapat


meringkas data dalam laporan auditor

Menyerahkan laporan
Menyusun dari meringkas
kepada klien
data

Menyusun laporan
keuangan sesuai dengan
prinsip akuntansi berlaku
umum

Mendistribusikan laporan
keuangan dan pelaporan
auditor kepada para
pemegang saham dalam
laporan tahunan perusahaan
2.1.1 Data Laporan Keuangan Harus Bisa Diverifikasi

Pengauditan didasarkan pada asumsi bahwa data laporan keuangan bisa diverifikasi. Data
dikatakan bisa diverifikasi apabila dua orang berkualitas tertentu atau lebih, melakukan
pemeriksaan secara independen satu dengan lainnya, diperoleh kesimpulan yang sama dari data

5
yang diperiksanya. Masalah bisa tidaknya data diverifikasi terutama berkaitan dengan
ketersediaan bukti yang memiliki keabsahan sesuai dengan audit yang dilakukan.

Dalam beberapa disiplin, data dikatakan bisa diperiksa apabila pemeriksaan bisa
membuktikan tanpa keraguan bahwa data benar atau salah. Hal seperti ini tidak berlaku dalam
akuntansi dan pengauditan. Auditor hanya membutuhkan dasar yang memadai untuk menyatakan
suatu pendapat tentang kewajaran laporan keuangan. Dalam melakukan pemeriksaan, auditor
mengumpulkan bukti untuk menentukan validitas dan ketepatan perlakuan akuntansi atas
transaksi-transaksi dan saldo-saldo. Dalam konteks ini, validitas berarti otentik, benar, baik atau
berdasar, dan ketepatan berarti kesesuaian dengan aturan akuntansi yang telah ditetapkan dan
kebiasaan.

Laporan keuangan berisi banyak asersi spesifik tentang unsur-unsur individual. Sebagai
contoh, dalam kaitannya dengan persediaan, manajemen menyatakan bahwa persediaan benar-
benar ada merupakan milik dari entitas yang membuat laporan, dinilai dengan tepat sesuai
metoda harga terendah di antara harga perolehan dan harga pasar. Dalam pengauditan laporan,
auditor harus yakin bahwa asersi-asersi individual bisa diverifikasi(atau diperiksa) dan
dimungkinkan untuk mencapai suatu kesimpulan tentang kewajaran laporan sebagai keseluruhan
dengan memeriksa rekening-rekening yang membentuk laporan. Digunakan dan pentingnya
laporan keuangan auditan merupakan bukti bahwa asumsi bisa diverifikasi merupakan dasar
yang tepat.

Mengapa pengauditan diperlukan?

Profesi tidak bisa hidup tanpa adanya pengakuan yang luas terhadap profesi tersebut dari
masyarakat. Hal tersebut berlaku pula untuk pengauditan independen atau pengauditan oleh
akuntan public. Selama bertahun-tahun masyarakat yang telah mengakui adanya nilai tambah
yang diperloleh dari audit atas laporan keuangan perusahaan yang saham-sahamnya dijual
kepada public.

Penyebab Terjadinya Risiko Informasi

Audit dirasakan manfaatnya oleh msayarakat karena audit mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap risiko informasi (information risk) yaitu risiko yang mencerminkan
kemungkinan informasi yang dijadikan dasar untuk menilai risiko bisnis telah dibuat dengan

6
tidak tepat. Penyeban terjadinya risiko informasi besar kemungkinan ketidaktepatan laporan
keungan. Beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut adalah: 1. Informasi diterima
daripihak lain, 2. Bias dan motivasi pembuat informasi, 3. Volume data, dan 4. Kerumitan
transaksi

Informasi Diterima dari Pihak Lain

Dalam dunia modern, pengambilan keputusan hampir tidak mungkin memperoleh


pengetahuan tangan pertama tentang organisasi yang menjadi bisnis mereka. Oleh karena itu
mereka terpaksa harus mengandalkan diri pada informasi yang dibuat oleh orang lain. Apabila
informasi berasal dari pihak lain, maka kemungkinan (disengaja atau tidak disengaja) adanya
informasi yang tidak benar menjadi bertambah besar.

Bias dan Motivasi Pembuat Informasi

Apabila informasi disusun oleh pihak atau orang lain tujuannya tidak selaras dengan
tujuan pengambilan keputusan, maka informasi bisa menjadi bias demi keuntungan si pembuat
informasi. Sebagai contoh, dalam pengambilan keputusan pemberian kredit, pihak pemohon
kredit menyampaikan laporan keuangannya kepada pemberi kredit. Oleh karena informasi
laporan dalam laporan keuangan disusun oleh pemohon kredit, maka sangat mungkin terjadi
laporan tersebut akan bias demi keuntungan si pemohon kredit, sehingga kredit bisa dikabulkan.
Salah saji dalam laporan bisa berupa salah jumlah rupiah atau bisa juga berupa ketidaklengkapan
informasi atau tidak diungkapkannya informasi tertentu.

Volume Data

Apabila organisasi menjadi semakin besar, maka data transaksi biasanya juga semakin
bertambah banyak. Bertambahnya jumlah transaksi ini bisa menyebabkan terjadinya kesalahan
dalam pencatatan. Sebagai contoh, apabila sebuah perusahaan besar menarik selembaran check
yang jumlah rupiahnya ditulis lebih besar beberapa ribu rupiah dari jumlah yang seharusnya,
kesalahan seperti ini sering tidak nampak kecuali bila perusahaan tersebut memiliki prosedur
control yang sangat ketat. Kesalahan jumlah rupiah yang kehilangannya kecuali ini apabila
terjadi pada banyak transaksi akan menjadi jumlah yang besar.

Kerumitan Transaksi

7
Dalam beberapa puluh tahun terakhir ini, transaksi pertukaran antar organisasi semakin
bertambah kompleks dan akibatnya semakin sulit untuk mencatatnya secara tepat. Sebagai
contoh, pada tahun-tahun terakhir ini transaksi leasing (sewa guna) yang pencatatannya cukup
rumit semakin sering terjadi, begitu pula penggabungan dan pengungkapan hasil operasi dari
anak perusahaan pada berbagai industry.

Cara Mengurangi Risiko Informasi

Ada tiga pilihan yang mungkin dilakukan untuk mengurangi risiko informasi, yaitu : 1.
Pemakaian laporan yang melakukan sendiri verifikasi atas informasi, 2. Pemakai membedakan
risiko informasi pada manajemen, dan 3. Disediakan laporan keuangan yang telah diaudit.

Pemakaian Laporan Melakukan Sendiri Verifikasi atas Informasi

Pemakai laporan datang ke perusahaan untuk melakukan pemeriksaan atas catatan dan
mencari informasi tentang keandalan laporan. Cara demikian biasanya tidak praktis untuk
dikerjakan karena mahal biayanya. Selain itu ditinjau dari segi ekonomis tidaklah efisien apabila
semua pemakai laporan keuangan melakukan verifikasi informasi secara sendiri-sendiri.

Pemakai Membebankan Risiko Informasi pada Manajemen

Pada hakekatnya manajemen harus bertanggungjawab untuk menyajikan informasi yang


dapat dipercaya bagi para pemakai informasi tersebut. Apabila pemakai laporan mengandalkan
keputusannya pada informasi dalam laporan dan sebagai akibat keputusan tersebut ia menderita
kerugian, maka pemakai laporan keuangan dapat menuntut ganti rugi kepada manajemen.

Pembebanan kerugian kepada manajemen kadang-kadang tidak dapat menutup kerugian


yang diderita pemakai informasi. Sebagai contoh, jika sebuah perusahaan tidak mampu untuk
membayar utangnya karena bangkrut, ada kemungkinan besar manajemen tidak memiliki dana
yang cukup untuk melakukan pembayaran kembali.

Disediakan Laporan Keuangan yang Telah Diaudit

Cara yang ditempuh untuk mendapatkan informasi yang dapat diandalkan adalah dengan
mengharuskan dilakukan audit secara independen. Informasi yang telah diaudit kemudian
digunakan dalam proses pengambilan keputusan dengan asumsi bahwa informasi
tersebutlengkap, akurat, dan tidak bias.

8
Jika terdapat lebih dari satu pengambilan keputusan yang akan memakai informasi,
biasanya akan lebih murah apabila menyuruh seseorang melakukan audit untuk kepentingan
seluruh pemakai informasi, bukannya menyuruh tiap pemakai laporan untuk melakukan
verifikasi secara sendiri-sendiri. Oleh karena laporan keuangan pada kebanyakan perusahaan
mempunyai banyak pemakai, maka kebutuhan akan pengauditan laporan keuangan menjadi
semakin besar.

Biasanya manajemen akan minta agar auditor memberikan jaminan kepada para pemakai
bahwa laporan keuangan bisa diandalkan. Apabila laporan keuangan di kemudian hari terbukti
tidak benar, maka auditor akan dituntut di pengadilan oleh dua pihak yaitu pemakai dan
manajemen. Pemakai akan menuntut dengan alasan bahwa auditor mempunyai tanggungjawab
professional untuk meyakinkan alasan bahwa informasi keuangan bisa diandalkan. Manajemen
menuntut auditor dengan alasan bahwa auditor sebagai pihak yang diminta bantuannya,
bertanggungjawab kepada manajemen untuk menyakinkan bahwa informasi bisa dipercaya.
Jelaslah bahwa auditor memiliki tanggungjawab hukum yang besar dalam melaksanakan
pekerjaannya.

Dalam praktik bisnis, ketiga cara telah dilukiskan di atas semuanya digunakan untuk
mengurangi risiko informasi. Akan tetapi sejalan dengan perkembangan masyarakat yang
semakin kompleks, maka auditor semakin menjadi andalan untuk mengurangi risiko informasi.
Banyak peraturan pemerintah dan undang-undang mengharuskan perusahaan public untuk
membuat membuat laporan keuangan tahunan yang diaudit akuntan public. Sebagai contoh,
laporan tahunan ke Badan Pengembangan Pasar Modal (Bapepam) harus dibuat oleh setiap
perusahaan yang go public, dalam laporan keuangan tahunan yang telah diaudit. Demikian pula
banyak hal menisyaratkan adanya laporan keuangan yang telah diaudit, seperti misalnya untuk
keperluan permohonan kredit ke bank.

2.1.2 Manfaat Ekonomis Audit

Honorarium audit ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara auditor dengan kliennya.


Besarnya honorarium sangat tergantung pada banyaknya pekerjaan yang harus dilakukan auditor
dan tanggungjawab yang harus dipikulnya. Untuk auditor pada perusahaan kecil, auditor
mungkin hanya hanya mengenakan honorarium beberapa juta, tetapi dalam perusahaan
menengah atau sedang, bisa mencapai puluhan hingga ratusan juta rupiah. Bahkan untuk audit

9
atas perusahaan raksasa seperti General Electric atau IBM, honorarium auditnya bisa mendekati
atau mungkin melebihi US$10 juta. Karena audit membutuhkan biaya, maka manfat audit sudah
barang harus sepadan dengan biaya yang dikeluarkan. Manfaat ekonomis suatu audit laporan
keuangan antara lain.

1. Akses ke Pasar Modal. Seperti telah disebutkan pada bab yang lalu Undang-Undang
Pasar Modal mewajibkan perusahaan public untuk diaudit laporan keuangannya agar bisa
didaftar dan bisa menjual sahamnya di pasar modal. Tanpa audit, perusahaan akan ditolak
untuk melakukan akses ke pasar modal.
2. Biaya Modal Menjadi Lebih Rendah. Perusahaan-perusahaan kecil seringkali
mengauditkan laporan keuangannya dalam rangka mendapatkan kredit dari bank atau
dalam upaya mendaptkan persyaratan pinjaman yang lebih menguntungkan. Oleh karena
laporan keuangan auditan dapat menurunkan risiko informasi, biasanya kreditor bersedia
untuk menetapkan bunga yang lebih rendah, dan para investor mungkin akan bersedia
untuk menerima rate of return yang lebih rendah atas investasinya.
3. Pencegahan Terjadi Ketidakefisienan dan Kecurangan. Penelitian telah membuktikan
bahwa apabila para karyawan mengetahui bahwa perusahaan akan diaudit oleh auditor
independen, mereka cenderung untuk lebih berhati-hati agar dapat memperkecil
terjadinya kekeliruan dalam pelaksanaan fungsi akuntansi dan memperkecil kemungkinan
terjadi penyalahgunaan aktiva perusahaan. Dengan demikian, data dalam catatan
perusahaan akan lebih bisa dipercaya dan kerugian karena penggelapan dan sebagainya
bisa dikurangi. Selain itu, maka kemungkinan manajemen melakukan kecurangan dalam
pelaporan keuangan akan menjadi lebih kecil.
4. Perbaikan dalam Pengendalian dan Operational. Berdasarkan observasi yang
dilakukan selama auditor melaksanakan audit, auditor independen seringkali dapat
memberi berbagai saran untuk memperbaiki pengendalian dan mencapai efisiensi operasi
yang lebih besar dalam organisasi klien..Manfaat ekonomi biasanya lebih dirasakan oleh
perusahaan-perusahaan kecil dan menengah.

2.1.3 Keterbatasan Pengauditan

Tidak ada audit yang dapat memberi jaminan penuh bahwa laporan keuangan bebas dari
salah saji material yang timbul dari kesalahan pengolahan data atau kesalahan pertimbangan

10
dalam memilih dan menerapkan prinsip akuntansi. Sebagaimana dinyatakan oleh Commission
On Auditors Responsibilities sebagai berikut.

laporan keuangan yang telah diaudit tidak dapat benar-benar akurat antara lain disebabkan
oleh konsep-konsep akuntansi yang mendua (ambigu), hasil akuntansi, yaitu laporan keuangan
tidak dapat lebih akurat dan lebih bisa diandalkan daripada metoda pengukuran akuntansi yang
digunakan. Sebagai contoh, tidak seorangpun, termasuk akuntan, akan dapat memperkirakan
hasil dari banyak kejadian yang tidak pasti. Oleh karena ketepatan penyajian akuntansi
sebagian besar tergantung pada kejadian masa yang akan datang yang tidak dapat diprediksi,
maka penyajian akuntansi akan menjadi tidak akurat. Laporan akuntansi yang telah diaudit
tidak akan menjadi lebih akurat, karena auditor tidak dapat membuatnya menjadi lebih pasti

Selain itu prinsip-prinsip pengukuran akuntansi seringkali menyediakan lebih dari satu
alternative untuk digunakan pada suatu transaksi atau kejadian tertentu. Sekadar contoh,
akuntansi memiliki banyak metoda yang dapat digunakan untuk menetapkan cost persediaan. Hal
yang sama juga dijumpai dalam metoda yang tersedia digunakan untuk depresiasi aktiva tetap.
Tidak ada literature akuntansi atau pertimbangan rasional yang menunjukkan bahwa alternative
yang satu lebih baik daripada alternative yang lain. Prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum
yang bersifat fleksibel memberi keleluasaan kepada penyusun laporan keuangan untuk
mempengaruhi informasi yang disajikan dan oleh karenanya berpengaruh pada keandalan dan
ketelitian informasi tersebut. Tambahan pula, prinsip-prinsip akuntansi seringkali menuntut
dilakukannya interpretasi dan pertimbangan sebelum dapat diterapkan pada suatu transaksi atau
kejadian tertentu dalam situasi tertentu. Oleh karena itu sering dijumpai terjadinya
ketidaksepakatan antara penyusun laporan keuangan dengan auditor mengenai interpretasi dan
pertimbangan yang tercermin dalam laporan yang diaudit. Akibatnya kriteria yang telah
ditetapkan- yang tidak lain adalah prinsip-prinsip akuntansi berlaku umum- yang digunakan
sebagai dasar untuk menilai arsesi-arsesi laporan keuangan kadang-kadang tidak sepenuhnya
telah ditetapkan.

Selain keterbatasan yang timbul dalam proses audit karena adanya kendala-kendala pada
framework akuntansi, ada pula keterbatasan yang timbul karena proses audit itu sendiri dan
karena teknologi audit. Idealnya seorang auditor seharusnya dapat memperoleh bukti tangan
pertama untuk mendukung setiap arsesi yang melekat pada laporan keuangan, tetapi hal itu

11
kadang-kadang tidak praktis atau tidak mungkin. Bahkan apabila tujuan itu bisa tercapai, biaya
untuk bisa mencapinya menjadi mahal, sehingga memberatkan penyusun maupun pemakai
laporan keuangan. Standar audit memahai masalah ini, sehingga standar tersebut hanya
mensyaratkan agar auditor memiliki bukti yang cukup sebagai dasar yang layak untuk
memberikan pendapat atas laporan keuangan yang diperiksa. Sebagai akibat adanya kendala
biaya yang memberatkan klien dan masyarakat ini, maka dalam mengevaluasi saldo rekening
dan transaksi-transaksi, auditor seringkali auditor tidak menerapkan prosedur-prosedur audit
dalam keseluruhan item yang terdapat dalam saldo rekening, atau bisa disebut pemeriksaan
dengan metoda sampling.

Bahkan apabila biaya yang tidak merupakan terkendala, masih tetap maragukan bahwa
suatu audit akan dapat dirancang untuk memperoleh jaminan absolut tentang kebenaran pendapat
auditor mengenai seberapa jauh kesesuaian antara laporan keuangan dengan standar akuntansi
berlaku umum. Dalam situasi tertentu kadang-kadang sangat sulit untuk mengaudit hasil
transaksi dan kejadian yang tidak dicatat oleh entitas yang diperiksa. Sebagai contoh, suatu utang
kepada pemasok yang bukan langganan klien yang tidak dicatat, akan sukar ditemukan melalui
intern atas barang yang diterima atau pengendalian internnya tidak efektif. Ringkasan, kita tidak
akan dapat mengaudit sesuatu yang tidak ada dalam apa yang diaudit. Ketiadaan atau
ketidakefektifan pengendalian atas kelengkapan aspek tertentu dari laporan keuangan perusahaan
atau bahkan laporan keuangan sebagai keseluruhan. Selain itu kolusi baik dilakukan sepenuhnya
oleh orang-orang perusahaan klien maupun melibatkan pihak luar bisa menghancurkan
pengendalian dan bukti-bukti lain yang biasanya menjadi andalan auditor.

2.2 Standar Umum


Standar umum berhubungan dengan kualifikasi auditor dan kualitas pekerjaan auditor.
Standar umum terdiri atas tiga buah standar.

2.2.1 Keahlian dan Pelatihan Cukup Sebagai Auditor

Dalam melaksanakan audit untuk sampai pada suatu pernyataan pendapat, auditor harus
senantiasa bertindak sebagai seorang ahli dalam bidang akuntansi dan bidang auditing.

12
Pencapaian keahlian tersebut dimulai dengan pendidikan formalnya yang diperluas melalui
pengalaman-pengalaman selanjutnya dalam praktik audit. Untuk memenuhi persyaratan sebagai
seorang prefesional, auditor harus menjalani pelatihan teknis yang cukup. Pelatihan ini harus
cukup mencakup aspek teknis maupun pendidikan umum. Asisten junior yang baru masuk ke
dalam karir auditing harus memperoleh pengalaman profesionalnya dengan supervisi yang
memadai dan review atas pekerjaannya dari atasannya yang lebih berpengalaman. Sifat dan
luasnya supervise dan review terhadap hasil pekerjaan tersebut harus meliputi keanekaragaman
praktik yang luas. Akuntan publik yang bertanggung jawab atas suatu penugasan, harus
menggunakan pertimbangan matang dalam setiap tahap pelaksanaan supervise dan dalam review
terhadap hasil pekerjaan dan pertimbangan-pertimbangan yang dibuat asistennya. Pada
gilirannya para asisten tersebut harus juga memenuhi tanggung jawabnya menurut tingkat dan
fungsi pekerjaan mereka masing-masing.

Pendidikan formal auditor independen dan pengalaman profesionalnya saling melengkapi


sama lain. Setiap auditor independen yang menjadi penanggungjawab suatu perikatan harus
menilai dengan baik kedua persyaratan professional ini dalam menentukan luasnya supervise dan
review terhadap hasil kerja para asistennya. Perlu disadari bahwa yang dimaksudkan dengan
pelatihan seorang professional mencakup pula kesadarannya untuk secara terus-menerus
mengikuti perkembangan yang terjadi dalam bisnis dan profesinya. Ia harus mempelajari,
memahami, dan menerapkan ketentuan-ketentuan baru dalam prinsip akuntansi dan standar
auditing yang ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Akuntansi.

2.2.2 Independensi dalam Sikap Mental

Kompetensi saja tidaklah cukup. Auditor harus bersikap independen, artinya tidak mudah
dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum (berbeda dalam hal
ia berpraktik sebagai auditor intern). Dengan demikian ia tidak dibenarkan memihak kepada
kepentingan siapapun, sebab bilamana tidak demikian halnya, bagaimanapun sempurnanya
keahlian tehnis yang ia miliki, ia akan kehilangan sikap tidak memihak yang justru sangat
penting untuk mempertahankan kebebasan pendapatnya. Namun independensi dalam hal ini
tidak berarti sebagaimana sikap seorang penuntut dalam perkara pengadilan, tetapi lebih dapat
disamakan dengan sikap tidak memihaknya seorang hakim. Auditor mengakui kewajaran tidak
hanya dari sudut manajemen dan pemilik perusahaan, tetapi juga dari sudut kreditur dan pihak

13
lain yang meletakkan kepercayaan (paling tidak sebagian) atas laporan auditor, seperti calon-
calon pemilik dan calon kreditur.

Kepercayaan masyarakat umum atas independen sisikap auditor independen sangat


penting bagi perkembangan profesi akuntan publik. Kepercayaan masyarakat akan menurun jika
terdapat bukti bahwa independensi sikap auditor ternyata berkurang, bahkan kepercayaan
masyarakat dapat juga menurun disebabkan oleh keadaan yang oleh mereka yang berpikiran
sehat (reasonable) dianggap dapat mempengaruhi sikap independen tersebut. Untuk menjadi
independen, auditor harus secara intelektual jujur. Untuk diakui pihak lain sebagai orang yang
independen, ia harus bebas dari setiap kewajiban terhadap kliennya dan tidak mempunyai suatu
kepentingan dengan kliennya, apakah itu manajemen perusahaan atau pemilik perusahaan.

2.2.3 Menggunakan Kemahiran Jabatan dengan Cermat dan Seksama

Kecermatan dan keseksamaan menekankan tanggung jawab setiap petugas audit yang
bekerja pada suatu kantor akuntan public untuk mendalami standar pekerjaan lapangan dan
standard pelaporan dengan sebaik-baiknya. Penerapan kecermatan dan keseksamaan diwujudkan
dengan dilakukannya review secara kritis pada setiap supervise terhadap pelaksanaan audit dan
terhadap pertimbangan yang digunakan oleh mereka yang membantu audit.

Kecermatan dan keseksamaan menyangkut apa yang dikerjakan auditor dan bagaimana
kesempurnaan pekerjaannya. Misalnya, kecermatan dan keseksamaan dalam hal kertas kerja
audit mengharuskan bahwa isinya cukup menunjang pendapat yang diberikan oleh auditor dan
penyajiannya harus mengikuti pedoman yang tercantum dalam standar auditing.

2.3 Standar Pekerjaan Lapangan


Standar pekerjaan lapangan merupakan salah satu dari tiga standar auditing yang berlaku
umum. Standar ini sangat berperan penting dalam suksesnya proses audit yang dijalankan hingga
diperoleh hasil temuan audit. Seperti tersirat dari namanya, standar ini terutama berhubungan
dengan pelaksanaan audit di tempat bisnis klien atau di lapangan. Standar ini juga terdiri dari 3
butir standar yang intinya adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan dan Supervisi


Standar pekerjaan lapangan butir pertama berbunyi :

14
Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus
disupervisi dengan semestinya.
Pertimbangan atas standar pekerjaan lapangan pertama memicu kesadaran bahwa
penunjukan auditor independen secara dini akan memberikan banyak manfaat bagi
auditor maupun klien. Penunjukan secara dini memungkinkan auditor merencanakan
pekerjaannya sedemikian rupa sehingga pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan dengan
cepat dan efisien serta dapat menentukan seberapa jauh pekerjaan tersebut dapat
dilaksanakan sebelum tanggal laporan posisi keuangan (Standar Profesional Akuntan
Publik,SA Seksi 310:2011).
Agar audit dapat berjalan dengan efisien dan efektif, maka audit harus
direncanakan dengan sebaik-baiknya. Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi
menyeluruh pelaksanaan dan lingkup audit yang diharapkan. Sifat, lingkup, dan saat
perencanaan bervariasi dengan ukuran dan kompleksitas entitas, pengalaman mengenai
entitas, dan pengetahuan tentang bisnis entitas. Dalam perencanaan audit, auditor harus
mempertimbangkan, antara lain:
a. Masalah yang berkaitan dengan bisnis entitas dan industri yang menjadi tempat
entitas tersebut .
b. Kebijakan dan prosedur akuntansi entitas tersebut.
c. Metode yang digunakan oleh entitas tersebut dalam mengolahinformasi akuntansi
yang signifikan, termasuk penggunaan organisasi jasa dariluar untuk mengolah
informasi akuntansi pokok perusahaan.
d. Tingkat risiko pengendalian yang direncanakan.
e. Pertimbangan awal tentang tingkat materialitas untuk tujuan audit.
f. Pos laporan keuangan yang mungkin memerlukan penyesuaian (adjustment).
g. Kondisi yang mungkin memerlukan perluasan atau pengubahan pengujian audit,
seperti risiko kekeliruan atau kecurangan yang material atau adanya transaksi
antar pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa.
h. Sifat laporan auditor yang diharapkan akan diserahkan (sebagai contoh, laporan
auditor tentang laporan keuangan konsolidasian, laporan keuangan yang
diserahkan ke Bapepam, laporan khusus untuk menggambarkan kepatuhan klien
terhadap kontrak perjanjian).
Supervisi mencakup pengarahan usaha asisten yang terkait dalam pencapaian
tujuan audit dan penentuan apakah tujuan tersebut tercapai. Unsur supervisi adalah

15
memberikan instruksi kepada asisten, tetap menjaga penyampaian informasi masalah-
masalah penting yang dijumpai dalam audit, me-review pekerjaan yang dilaksanakan, dan
menyelesaikan perbedaan pendapat di antara staf audit kantor akuntan. Luasnya supervisi
memadai dalam suatu keadaan tergantung atas banyak faktor, termasuk kompleksitas
masalah dan kualifikasi orang yang melaksanakan audit (Standar Profesional Akuntan
Publik,SA Seksi 311:2011).

2. Pemahaman atas Struktur Pengendalian Intern


Standar pekerjaan lapangan butir kedua berbunyi :
Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan
audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.

Dalam perencanaan auditnya, auditor harus mempertimbangkan sifat, lingkup,


dan saat pekerjaan yang harus dilaksanakan dan harus membuat suatu program audit
secara tertulis (atau set program audit tertulis) untuk setiap audit. Program audit harus
menggariskan dengan rinci prosedur audit yang menurut keyakinan auditor diperlukan
untuk mencapai tujuan audit. Bentuk program audit dan tingkat kerinciannya sangat
bervariasi sesuai dengan keadaan. Dalam mengembangkan program audit, auditor harus
diarahkan oleh hasil pertimbangan dan prosedur perencanaan auditnya. Selama
berlangsungnya audit, perubahan kondisi dapat menyebabkan diperlukannya perubahan
prosedur audit yang telah direncanakan tersebut (Standar Profesional Akuntan Publik,SA
Seksi 311:2011).
Struktur pengendalian intern pada perusahaan klien merupakan faktor
pentingdalam suatu audit. Sebagai contoh, apabila struktur pengendalian intern pada
perusahaan klien dirancang dengan baik dan dilaksanakan secara efektif akan
mengamankan aset klien dan menghasilkan data yang dapat dipercaya. Sebaliknya,
apabila pengendalian tidak efektif akan memungkinkan terjadinya penyelewengan dan
penyalahgunaan kekayaan perusahaan dan melahirkan informasi keuangan yang tidak
bisa dipercaya. Keandalan data keuangan yang dihasilkan sistem akuntansi dan terjaga
tidaknya keamanan aset sangat ditentukan rancangan dan keefektifan struktur
pengendalian internal. Oleh karena itu, auditor harus mempunyai pemahaman yang
memadai mengenai struktur pengendalian intern klien agar dapat merencanakan audit

16
yang efektif dan efisien.Pemahaman mengenai struktur pengendalian intern klien akan
digunakan untuk:
a. Mengidentifikasi salah saji yang potensial.
b. Mempertimbangkan faktor yang mempengaruhi risiko salah saji yang
material.
c. Merancang pengujian substantif.

3. Mendapatkan Bukti Audit Kompeten yang Cukup


Standar pekerjaan lapangan butir ketiga berbunyi :
Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan
pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.
Tujuan akhir dari standar pekerjaan lapangan ini adalah agar auditor memperoleh
dasar yang layak (reasonable basis) untuk menyatakan suatu pendapat tentang laporan
keuangan klien. Untuk memenuhi standar ini diperlukan pertimbangan profesional, baik
dalam menentukan jumlah (cukup) maupun kualitas (kompeten) bukti yang diperlukan
untuk mendukung pendapat auditor.
Sebagian besar pekerjaan akuntan publik dalam rangka memberikan pendapat atas
laporan keuangan terdiri dari usaha untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti audit.
Bukti audit adalah segala informasi yang mendukung data yang disajikan dalam laporan
keuangan, yang terdiri dari data akuntansi dan informasi pendukung lainnya, yang dapat
digunakan oleh auditor sebagai dasar untuk menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran
laporan keuangan tersebut. Ukuran keabsahan (validity) bukti tersebut untuk tujuan audit
tergantung pada pertimbangan auditor independen; dalam hal ini bukti audit (audit
evidence) berbeda dengan bukti hukum (legal evidence) yang diatur secara tegas oleh
peraturan yang ketat. Bukti audit sangat bervariasi pengaruhnya terhadap kesimpulan yang
ditarik oleh auditor independen dalam rangka memberikan pendapat atas laporan keuangan
audit. Relevansi, obejektivitas, ketepatan waktu, dan keberadaan bukti lain yang
menguatkan kesimpulan, seluruhnya berpengaruh terhadap kompetensi bukti (Standar
Profesional Akuntan Publik, SA Seksi 326:2011).

17
2.4 Standar Pelaporan
Standar Pelaporan, berfungsi sebagai panduan bagi auditor dalam mengkomunikasikan
hasil audit melalui laporan audit kepada pemakai informasi keuangan. Dalam pelaksanaan audit
dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan
cermat dan seksama. Standar ini menuntut auditor independen untuk merencanakan dan
melaksanakan pekerjaannya dengan menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan
seksama. Penggunaan kemahiran profesional dengan kecermatan dan keseksamaan menekankan
tanggung jawab setiap profesional yang bekerja dalam organisasi auditor independen untuk
mengamati standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Di dalam melaporkan hasil audit,
auditor harus memenuhi empat buah standar pelaporan. Banyak pernyataan standar audit (PSA)
telah diterbitkan IAI untuk membantu para auditor dalam memenuhi standar-standar tersebut,
adapun empat standar yang dimaksud adalah sebagai berikut :

2.4.1 Kepatuhan Terhadap Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia

Standar pelaporan pertama menyatakan laporan audit harus menyatakan apakah


laporan keuangan telah disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia.
Istilah prinsip akuntansi berlaku umum yang digunakan dalam standar pelaporan pertama
dimaksudkan meliputi tidak hanya prinsip dan praktik akuntansi, tetapi juga metoda
penerapannya. Istilah Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia adalah padanan dari frassa
Indonesian Financial Accounting Standards yang merupakan suatu istilah teknis akuntansi
yang mencakup konvensi, aturan, dan prosedur yang diperlukan untuk mematasi praktik
akuntansi yang berlaku umum di wilayah tertentu pada saat tertentu. Standar akuntansi keuangan
di suatu wilayah tertentu mungkin berbeda dari prinsip akuntansi yang berlaku di wilayah lain.

Oleh karena itu, untuk laporan keuangan yang akan didistribusikan kepada umum di
Indonesia, harus disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia. Standar
pelaporan pertama akan terpenuhi dengan cara mengungkapkan dalam laporan auditor apakah
laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia.
Pendapat auditor, bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil
usaha, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum harus didasarkan atas
pertimbangannya apakah :

Prinsip akuntansi yang dipilih dan diterapkan telah berlaku umum di Indonesia.

18
Prinsip akuntansi yang dipilih tepat untuk keadaan yang bersangkutan
Laporan keuangan beserta catatannya memberikan informasi cukup yang dapat
mempengaruhi penggunaan, pemahaman, dan penafsirannya.
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan diklasifikasikan dan diikhtisarkan
dengan semestinya, yang tidak terlalu rinci atau ringkas.
Laporan keuangan mencerminkan peristiwa dan transaksi yang mendasarinya dalam
suatu cara yang menyajikan posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas dalam batas-batas
yang layak dan praktis untuk dicapai dalam laporan keuangan.

2.4.2 Konsistensi Penerapan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia

Standar pelaporan yang kedua ini berbunyi Laporan auditor harus menunjukkan, jika
ada, ketidak konsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan
periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode
sebelumnya.Tujuan standar pelaporan ini adalah untuk memberikan jaminan bahwa jika daya
banding laporan keuangan di antara dua periode dipengaruhi secara material oleh perubahan
prinsip akuntansi, auditor akan mengungkapkan perubahan tersebut dalam laporannya. Standar
pelaporan tersebut secara tersirat mengandung arti bahwa auditor puas bahwa daya banding
laporan keuangan di antara dua periode akuntansi tidak dipengaruhi secara material oleh
perubahan prinsip akuntansi dan bahwa prinsip akuntansi tersebut telah diterapkan secara
konsisten di antara dua atau lebih periode akuntansi baik karena tidak terjadi perubahan prinsip
akuntansi atau terdapat perubahan prinsip akuntansi atau metode penerapannya, namun dampak
perubahan prinsip akuntansi terhadap daya banding laporan keuangan tidak material. Dalam
keadaan-keadaan tersebut auditor tidak perlu membuat pengungkapan mengenai konsistensi
dalam laporan auditnya.

Penerapan semestinya standar konsistensi menuntut auditor independen untuk memahami


hubungan antara konsistensi dengan daya banding laporan keuangan. Walaupun
ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi yang dapat menyebabkan kurangnya daya
banding laporan keuangan, namun faktor lain yang tidak berhubungan dengan konsistensi dapat
pula menyebabkan kurangnya daya banding laporan keuangan. Perbandingan laporan keuangan
suatu entitas di antara beberapa periode dapat dipengaruhi oleh :

a. perubahan akuntansi
b. kesalahan dalam laporan keuangan yangditerbitkan dalam periode sebelumnya

19
c. perubahan penggolongan
d. peristiwa atau transaksi yang sangat berbeda dengan yang dipertanggung jawabkan dalam
laporan keuangan yang disajikan dalam periode sebelumnya.

2.4.3 Pengungkapan Memadai dalam Laporan Keuangan

Standar pelaporan ketiga berbunyi pengungkapan informatif dalam laporan keuangan


harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor. Hal-hal tersebut
mencakup bentuk, susunan, dan isi laporan keuangan, serta catatan atas laporan keuangan, yang
meliputi : istilah yang digunakan, rincian yang dibuat, penggolongan unsur dalam laporan
keuangan, dan dasar-dasar yang digunakan utnuk menghaslkan jumlah yang dicantumkan dalam
laporan keuangan. Standar ini akan berpengaruh terhadap laporan akuntan hanya apabila
pengungkapan yang dibuat oleh manajemen tidak memadai. Auditor harus mempertimbangkan
apakah masih terdapat hal-hal tertentu yang harus diungkapkan sehubungan dengan keadaan dan
fakta yang diketahuinya pada saat audit.

Bila manajemen menghilangkan dari laporan keuangan, informasi yang seharusnya


diungkapkan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia, termasuk catatan atas
laporan keuangan, auditor harus memberikan pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat
tidak wajar karena alasan tersebut dan harus memberikan informasi yang cukup dalam
pelaporannya, jika memungkinkan atau praktis, kecuali tidak disajikannya informasi tersebut
adalah sesuai dengan Pernyataan Standar Auditing yang ditetapkan IAPI (Institut Akuntan Publik
Indonesia).

Di dalam mempertimbangkan cukup atau tidaknya pengungkapan dan dalam segala aspek
lain auditnya, auditor menggunakan informasi yang diterima dari kliennya atas dasar
kepercayaan yang diberikan oleh kliennya, bahwa auditor akan merahasiakan informasi tersebut.
Tanpa kepercayaan demikian, auditor akan sulit untuk memperoleh informasi yang diperlukan
untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Oleh karena itu, tanpa izin kilennya, auditor
tidak boleh mengungkapkan informasi yang tidak diharuskan untuk diungkapkan dalam laporan
keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia.

2.4.4 Pernyataan Pendapat/ Laporan auditor

20
Standar pelaporan keempat ini berbunyi auditor wajib untuk menyatakan suatu pendapat
atas laporan keuangan sebagai keseluruhan, atau pernyataan bahwa pendapat demikian tidak
dapat diberikan. Pada umumnya auditor bisa memberikan satu pendapat dari beberapa alternatif
pendapat. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus memuat
petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada dan tingkat
tanggung jawab yang dipikul oleh auditor. Tujuan dari standar pelaporan ini adalah untuk
mencegah salah tafsir tentang tingkat tangggung jawab yang harus dipikul oleh akuntan bila
namanya dikaitkan dengan laporan keuangan.

2.5 Laporan Auditor


Laporan audit adalah alat formal yang digunakan auditor dalam mengkomunikasi
kesimpulan tentang laporan keuangan yang diaudit kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Di
dalam menerbitkan suatu laporan audit, auditor harus mematahui keempat standar pelaporan
dalam standar auditing.

2.5.1 Laporan Audit Bentuk Baku

Laporan audit bentuk baku adalah laporan yang paling sering diterbitkan oleh akuntan
publik. Laporan ini memuat pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) yang
mengandung arti bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang
material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas suatu satuan usaha, sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum. Kesimpulan ini dibuat hanya bilamana auditor telah merumuskan
pendapat demikian berdasarkan suatu audit yang dilaksanakan sesuai dengan standar auditing.

Laporan audit bentuk baku yang meliputi suatu periode akuntansi disajikan di halaman berikut:

Mengingat betapa pentingnya laporan auditor sebagai hasil dari suatu audit laporan keuangan,
maka perlu dipahami beberapa pengertian dasar mengenai bentuk dan isi laporan tersebut. Di
Amerika Serikat, isi laporan auditor telah beberapa kali berubah sejalan dengan perkembangan
perekonomian dan bisnis di negara tersebut, dan perkembangan yang terjadi dalam profesi
akuntansi. Hal yang sama terjadi pula di Indonesia, karena standar auditing yang ditetapkan IAI
sebagian besar mengadopsi standar yang ditetapkan oleh AICPA di Amerika Serikat. Terakhir
IAI menetapkan laporan auditor bentuk baku (standar report)yang harus digunakan oleh para
akuntan publik jika auditor memberi pendapat wajar tanpa pengeculian (SA 508) sebagaimana

21
terlihat dalam contoh di atas. Lapora audit bentuk baku tersebut dari tiga alenia, yang disebut
alenia pendahuluan, alenia lingkup (scope), dan alenia pendapat. Ketiga alinea tersebut
dijelaskan dalam uraian di bawah ini.

Laporan Auditor Independen

Kepada

Pemegan Saham dan Dewan Komisaris

PT Sari Alam

Kami telah megaudit neraca PT Sari Alam tanggal 31 Desember 1999 serta laporan rugi-laba,
laporan laba ditahan, dan laporan arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut.
Laporan keuangan adalah tanggungjawab manajemen perusahaan. Tanggungjawab kami terletak
pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan audit kami.

Kami melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan
Indonesia. Standar tersebut mengharuskan kami untuk merencanakan dan melaksanakan audit
agar kami memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji
material. Suatu audit meliputi pemerikasaanm atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung
jumlah-jumla dan pengungkapan dalam laporan keuangan, Audit juga meliputi penilaian atas
prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikasi yang dibuat oleh manajemen, serta
penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Kami yakin bahwa audit
kami memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat.

Menurut pendapat kami, laporan kerunagan yang kami sebut di atas menyajikan secara wajar
dalam semua hal yang material, posisi keuangan PT Sari Alam tanggal 31 Desember 1999, dan
hasil usaha, serta arus kas untuk tahun tyang berakhri pada tanggal tersebut sesuai dengn prinsip
akuntansi yang berakhir pada tanggal tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum

(Tandatangan, nama, dan nomor register negara auditor)

(Tanggal)

22
Alenia Pendahuluan

Alenia pendahuluan dari suatu laporan audit berisi tiga pernyataan. Tujuan utama alenia ini
adalah membedakan secara jelas antara tanggungjaab manajemen dan tanggungjawab auditor.
Kata-kata yang digunakan dalam alenia ini adalah:

Kami telah mengaudit......neraca perusahaan X... untuk tahun yang berakhir pada tanggal
tersebut.

Anak-anak kalimat yang terdapat pada kalimat ini mengandung arti sebagai berikut: : Kami
telah mengaudit.. Anak kalimat ini menegaskan bahwa audit telah dilakukan. Auditor tidak
dapat menyatakan suatu pendapat atas laporan keuangan tanpa mengauditnya terlebih dahulu.

.... neraca perusahaan X tanggal 31 Desember 1999, dan laporan rugi-laba, laporan laba
ditahan, dan laporan arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut.Auditor
harus secara jelas menyebutkan laporan keuangan yang dicakup dalam laporannya, baik nama
laporam maupun tanggal atau periode laporan keuangan. Laporan keuangan yang diaudit akan
dilampirkan pada laporan auditor, dan harus dijilid dengan baik dan aman dalam satu sampul
(cover). Laporan auditor bentuk baku dirancang untuk organisasi bisnis. Untuk organisasi seperti
entitas keuangan, badan pemeritah, atau organisasi nirlaba, perlu dimodifikasi dalam penyebutan
laporan keuangan dan aspek lain yang terkait.

Laporan keuangan adalah tanggungjawab manajemen.Kalimat ini menegaskan bahwa laporan


keuangan merupakan pernyataan yang dibuat klien, bukan auditor, bertanggungjawab atas
kecukupan dan ketelitian laporan keuangan. Auditor mungkin saja membantu membuat konsep
(draft) laporan keuangan, tetapi hal itu dilakukan atas nama manajemen.

Tanggungjawab kami terletak pada ... berdasarkan audit kami.

Kami ini secara spesifik menunjukan tanggungjawab auditor. Peran auditor adalah melakukan
audit untuk menyatakan suatu pendapat berdasarkan temuan dalam audit tersebut. Dengan
membaca kalimat ini jelas nampak perbedaan antara tanggungjawab manajemen dan
tanggungjawab auditor.

Alenia Lingkup (Scope)

23
Seperti tersirat dari namanya, alenia ini menggambarkan sifat dan lingkup audit. Kalimat ini
memenuhi sebagian dari standar pelaporan keempat yang mengharuskan auditor untuk secara
jelas menyebutkan sifat audit yang dilakukan. Alenia lingkup ini juga menunjukan sejumlah
keterbatasan (limitations)suatu audit. Kata-kata yang digunakan dalam alenia ini adalah.

Kami melaksanakan audit berdasarkan standar auditing....

Dengan kalimat auditor menyatakan bahwa audit dilakukan berdasarkan standar profesional.
Dalam konteks ini satndar auditing meliputi sepuluh standar auditing termasuk Pernyataan
Standar Auditing yang berkaitan. Kalimat ini juga mengandung arti bahwa auditor telah
memenuhi standar-standar tersebut.

Standar tersebut mengharuskan kami... audit agar kami memperoleh.... bahwa laporan
keuangan bebas dari salah saji material.

Kalimat ini berusaha untuk menghilangkan kesalahpahaman bahwa pendapat auditor adalah
jaminan atas ketelitian laporan keuangan. Kalimat ini juga menegaskan adanya dua keterbatasan
yang signifikan dalam suatu audit. Pertama bahwa audit hanya memberikan jaminan memadai
(reasonable assurance), bukan jaminana mutlak. Jadi dengan kalimat ini pembaca laporan
auditor diberi tahun bahwa ada sejumlah resiko yang terkandung dalam suatu audit. Suatu audit
direncanakan dan dilaksanakan untuk menemukan salah saji material-bukan semua salah saji
dalam laporan keuangan.

Suatu audit meliputi pemerikasaan, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung ....
dalam laporan keuangan.

Audit tidak mencakup pemeriksaan atas 100% catatan akuntansi. Kalimat ini menegaskan bahwa
suatu audit mencakup pengujian atas sebagian data yang menjadi dasar pencatatan akuntansi dan
tidak mencakup review menyeluruh data tersebut. Kalimat ini juga menunjukan bahwa audit
dipusatkan pada laporan keuangan. Catatan akuntansi dan data lain diperikasa karena catatan dan
data tersebut merupakan sumber pembuatan laporan.

Audit juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi... estimasi signifikan... penilaian laporan
keuangan sebagai keseluruhan.

24
Kalimat ini semakin memperjelas makna atau hakekat suatu audit. Dengan kalimat ini dijelaskan
bahwa auditor membuat pertimbangan tertentu dalam menilai pernyataan manajemen yang
terutang dalam laporan keuangan. Kalimat ini juga menegasakan bahwa laporan keuangan
banyak mengandung taksiran dan perkiraan. Suatu taksiran atau perkiraan tidak selalu tepat.
Selain itu, kalimat ini juga menegaskan bahwa dalam suatu audit, auditor tidak hanya membuat
kesimpulan bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material, tetapi juga membuat
kesimpulan bahwa laporan tersebut bebas dari penghilangan (omissions)material. Laporan
keuangan bisa menyesatkan apabila tidak berisi informasi yang diperlukan untuk
menginterpretasikan dengan tepat.

Kami yakin bahwa audit kami memberikan keyakinan memadai untuk menyatakan pendapat.

Kalimat ini menegaskan peran pertimbangan profesional dalam merencanakan dan


melaksanakan audit yang kemudian menjadi dasar penentuan pendapat. Kalimat ini juga
menegaskan kembali bahwa audit hanya memberikan dasar memadai untuk memberi pendapat,
tidak yakin sepenuhnya.

Alenia Pendapat

Alenia ini beri kesimpulan auditor.

Menurut pendapat kami...

Pendapat auditor adalah suatu pernyataan yang merupakan hasil pertimbangan (judgement).
Dalam menafsirkan anak kalimat ini perlu diingat bahwa pendapat tersebut dibuat oleh orang
atau orang-orang yang profesional, berpengalamaan, dan ahli. Namun demikian tidak benar jika
auditor membuat pernyataan yang didahului dengan kata-kata: Kami menyatakan, Kami
menjamin, atau Kami yakin (atau positif). Kesimpulan auditor tidak berarti suatu keyakinan
penuh. Auditor adalah seorang ahli dalam bidang akuntansi dan auditing, namun demikian
auditor tidak bisa menjamin ketelitian laporan keuangan

... menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material...posisi keuangan.. hasil operasi,
serta arus kas.....

25
Kata-kata ..dalam segala hal yang material memberi informasi kepada pemakai laporan
keuangan bahwa pendapat auditor bukan mengatestasi kebenaran mutlak laporan keuangan.
Keterbatasan ini terjadi karena auditor melakukan audit atas dasar pengujian sebagian (test
basis) dan karena adanya estimasi-estimasi dalam laporan keuangan.

.... sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum..

Kalimat ni harus dicantumkan sesuai dengan ketentuan dalam standar pelaporan yang pertama
yang menyatakan bahwa laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun
sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansu yang berlaku umum. Sunber prinsip-prinsip akuntansi
yang berlaku umum untuk sebagian besar ditetaokan oleh organisasi profesi (IAI). Standar
pelaporan kedua dan ketiga memerlukan komentar dalam laporan auditor hanya apabila terdapat
inkonsistensi (penerapan prinsip yang tidak konsisten) dalam penerapan prinsip-prinsip
akuntansi berlaku umum, atau manajemen tidak membat semua pengungkapan yang diharuskan.
Ini berarti bahwa apabila laporan tidak memuat komentar mengenai kedua hal tersebut, berati
bahwa kedua standar audit tersebut telah terpenuhi.

Judul, Alamat, Tandatangan, dan Tanggal Laporan

Standar auditing seksi SA 508 mengharuskan laporan auditor untuk memuat judul laporan
dengan kata-kata Laporan Auditor Independen. Kata independen wajib ditulis sebagai judul,
agar tidak terjadi kesalahpahaman dengan laporan auditor jenis lain, seperti misalnya laporan
auditor intern.

Laporan auditor biasanya dialamatkan kepada orang atau sekelompok orang yang memberi
penugasan audit kepada auditor. Apabila perusahan klien bentuk perseroan (PT), penugasan
biasanya berasal dari pemegang saham atau dewan komisaris.

Tandatangan dalam laporan auditor biasanya tandatangan kantor akuntan publik. Meskipun yang
menandatangani laporan adalah orang tertentu dalam kantor akuntan publik, tetapi dlam hal ini ia
melakukan atas nama kantor akuntan publik yang bersangkutan.

Laporan audit harus memuat tanggal laporan. Tanggal yang digunakan biasanya adalah tanggal
dari hari terakhir auditor menyelesaikan pekerjaan lapangan. Meskipun auditor memiliki

26
sejumlah tanggungjawab untuk membuat pengungkapan atas kejadian-kejadian tertentu yang
signifikan setelah tanggal neraca, tetapi tanggungjawab tersebut dipandang telah berakhir setelah
audit atas laporan keuangan diakhiri.

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
a. Akuntansi didefinisikan sebagai proses mengidentifikasi, mengukur, dan
mengomunikasikan informasi keuangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Subyek suatu audit biasanya berupa data akuntansi yang ada dalam buku-buku, catatan,
dan laporan keuangan dari entitas yang diaudit. Kebanyakan bukti yang dikumpulkan dan
dievaluasi auditor terdiri dari data yang dihasilkan oleh system akuntansi. Dimana Audit
dan akuntansi sangatlah berhubungan, dimana akuntansi menghasilkan laporan keuangan
dan informasi penting untuk pihak-pihak yang berkepentingan, dan salah satunya adalah
pihak yang berkempingan merupakan auditor yang dimana tugasnya ialah meningkatkan
nilai informasi yang dihasilkan proses akuntansi dengan cara melakukan penilaian secara

27
kritis atas informasi tersebut dan selanjutnya mengkomunikasikan hasil penilaian kritis
tersebut kepada pihak-pihak yang berkepentingan lainnya.
b. Standar umum berhubungan dengan kualifikasi auditor dan kualitas pekerjaan auditor.
Standar umum terdiri atas tiga buah standar, yaitu :
1. Keahlian dan Pelatihan Cukup Sebagai Auditor
2. Independensi dalam Sikap Mental
3. Menggunakan Kemahiran Jabatan dengan Cermat dan Seksama
c. Standar lapangan sangat berperan penting dalam suksesnya proses audit yang dijalankan
hingga diperoleh hasil temuan audit. Seperti tersirat dari namanya, standar ini terutama
berhubungan dengan pelaksanaan audit di tempat bisnis klien atau di lapangan. Di dalam
standar lapngan ada 3 butir standar yang harus kita pahami yaitu :
1. Perencanaan dan Supervisi
2. Pemahaman atas Struktur Pengendalian Intern
3. Mendapatkan Bukti Audit Kompeten yang Cukup
d. Standar Pelaporan, berfungsi sebagai panduan bagi auditor dalam mengkomunikasikan
hasil audit melalui laporan audit kepada pemakai informasi keuangan Standar ini
menuntut auditor independen untuk merencanakan dan melaksanakan pekerjaannya
dengan menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama. Penggunaan
kemahiran profesional dengan kecermatan dan keseksamaan menekankan tanggung
jawab setiap profesional yang bekerja dalam organisasi auditor independen untuk
mengamati standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan.
e. Dimana standar auditing dengan standar yang lainnya sangat berhubungan, seperti halnya
standar auditing dengan standar umum. Standar auditing harus melaporkan hasil auditnya
apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di
Indonesia. Istilah prinsip akuntansi berlaku umum yang digunakan dalam standar
pelaporan pertama dimaksudkan meliputi tidak hanya prinsip dan praktik akuntansi,
tetapi juga metoda penerapannya. Karena Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia
merupakan standar umum dan wajib diikuti oleh seorang auditor dalam meng-audit
laporan keuangan perusahaan ataupun instansi pemerintahan. Oleh karenanya untuk
laporan keuangan yang akan didistribusikan kepada umum di Indonesia, harus disusun
sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia

28
DAFTAR PUSTAKA

IAPI (2011), Standar Profesional Akuntan Publik


AL. Haryono Yusup, 2001, Auditing, Buku I BP. STIE YKPN, Yogyakarta

29
30

Anda mungkin juga menyukai