Oleh : Kelompok 8
Made Dewi Gita Puspita Lestari (1506305032)
Ketut Memi Wulandari (1506305032)
1
besaran bea masuk 25%. Menanggapi tarif, Toyota, Nissan Motor Co dan Honda
Motor Co mulai membangun pabrik di AS sekitar tahun 1980-an.
Pada tahun 1982, Toyota Motor Company dan Toyota Motor Sales
bergabung menjadi satu perusahaan, Toyota Motor Corporation. Dua tahun
kemudian, Toyota menandatangani joint venture dengan General Motors yang
disebut New United Motor Manufacturing, Inc, NUMMI, operasi pabrik mobil-
manufaktur di Fremont, California. Pabrik adalah pabrik General Motors lama
yang telah ditutup selama dua tahun. Toyota kemudian mulai membangun merek
baru pada akhir tahun 1980-an, dengan peluncuran divisi mewah Lexus pada
tahun 1989.
Pada 1990-an, Toyota mulai memproduksi mobil jenis yang lebih banyak
mulai dari seri yang mewah sampai pada mobil yang berukuran besar seperti Truk
T100, beberapa jenis SUV, versi sport dari Camry, yang dikenal sebagai Camry
Solara, dan merek Scion, beberapa jenis mobil yang terjangkau dengan
penampilan sporty, mobil yang ditargetkan khusus untuk orang dewasa muda.
Toyota juga mulai produksi mobil yang kemudian hari menjadi yang terlaris
jenishybrid di dunia, Prius, pada tahun 1997.Seiring keberhasilan mereka di
Amerika maka Toyota mulai merambah Eropa dengan Toyota Team Eropa,
TMME, untuk membantu pemasaran di benua tersebut. Tepatnya pada tahun
1999, Toyota mendirikan pabrik yang berbasis di Inggris.
Pada tahun 2002, Toyota berhasil masuk dalam kompetisi mobil dimana
kmpetisis tersebut adalah kompetisi terbaik di dunia yang bernama Formula One.
Toyota peringkat kedelapan di Forbes 2000 daftar perusahaan terkemuka di dunia
untuk tahun 2005 tetapi meluncur ke 55 untuk tahun 2011. Perusahaan ini adalah
nomor satu dalam penjualan mobil global untuk kuartal pertama 2008. Pada tahun
2007, Toyota merilis update truk berukuran penuh, yaitu Tundra, diproduksi di
dua pabrik Amerika, satu di Texas dan satu di Indiana. Motor Trend bernama
Tundra “Truck of the Year”, dan 2007 Toyota Camry “Car of the Year” untuk
tahun 2007. Pada tahun itu juga pembangunan dua pabrik baru, satu untuk
membangun RAV4 di Woodstock, Ontario, Kanada, dan lain untuk membangun
Toyota Prius di Blue Springs, Mississippi, Amerika Serikat. Pabrik ini awalnya
2
ditujukan untuk membangun Toyota Highlander, tapi Toyota memutuskan untuk
menggunakan pabrik di Princeton, Indiana, Amerika Serikat, sebagai gantinya.
Pada tahun 2011, Toyota, bersama dengan sebagian besar industri
otomotif Jepang, menderita akibat bencana alam. Gempa Tohoku 2011 dan
tsunami menyebabkan gangguan parah dari basis pemasok dan penurunan
produksi dan ekspor. Banjir parah selama musim hujan 2011 di Thailand yang
terkena mobil Jepang yang telah memilih Thailand sebagai basis produksi. Toyota
diperkirakan telah kehilangan produksi 150.000 unit akibat dari tsunami dan
produksi 240.000 unit akibat dari banjir.
3
hanya sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan, dan memiliki semua item yang
tersedia untuk dijual pada pelanggan pada waktu tertentu juga.
Pada Toyota Production System (TPS) penghapusan kesia-siaan dinamakan
dengan penghapusan limbah. Pada awalnya filososfi tersebut dinamakan dengan
“penghapusan lengkap semua limbah” dari semua aspek produksi dalam mengejar
metode yang paling efisien, seperti mesin yang diciptakan pada awal-awal
produksi Toyota yakni mesin tenun otomatis Sakichi Toyoda. TPS diuji dan
dicoba selama bertahun-tahun untuk meningkatkan efisiensi didasarkan pada
konsep Just-in-Time dikembangkan oleh Kiichiro Toyoda, pendiri (dan presiden
kedua) dari Toyota Motor Corporation.
Limbah dapat bermanifestasi sebagai kelebihan persediaan, penambahan
proses, dan produk-produk yang cacat. Jika “sampah” tersebut dibiarkan dan
dijumlahkan masing-masing dimana terbentuk “sampah tersebut maka pada
akhirnya berdampak pada pengelolaan korporasi itu sendiri.
Kiichiro Toyoda, yang mewarisi filosofi ini, berangkat untuk mewujudkan
keyakinannya bahwa “kondisi ideal untuk membuat hal-hal yang dibuat ketika
mesin, fasilitas, dan orang-orang bekerja sama untuk menambah nilai tanpa
menghasilkan limbah apapun.” Dengan metodologi dan teknik ini sehingga dapat
menghilangkan limbah antar proses, hasilnya adalah Just In Time (JIT).
4
4. Tujuan sistem JIT pada perusahaan Toyota
Tujuan dari sistem produksi Just in Time ini adalah mengurangi ongkos
produksi dan meningkatkan produktivitas total industri secara keseluruhan dengan
cara menghilangkan pemborosan (waste) secara terus menerus. Menurut Monden
tujuan Just In Time adalah sebagai berikut:
1) Laba Lewat Pengurangan Biaya
Sistem produksi Toyota adalah suatu metode ampuh untuk membuat
produk karena sistem ini merupakan alat efektif untuk menghasilkan tujuan
akhir laba. Untuk mencapai tujuan sistem produksi Toyota ini, maka
dilakukan pengurangan biaya atau perbaikan produktivitas.
2) Menghilangkan Produksi Berlebihan
Pertimbangan utama bagi sistem produksi Toyota adalah pengurangan
biaya dengan cara menghapuskan pemborosan. Ada empat jenis pemborosan
dalam operasi produksi: a) Sumberdaya produksi terlalu banyak, b) Produksi
berlebihan, c) Persediaan terlalu banyak, d) Investasi modal yang tak perlu.
3) Pengendalian Jumlah, Jaminan Mutu, Menghormati Kemanusiaan
Pengurangan biaya merupakan tujuan yang terpenting dari sistem ini,
pertama-tama harus dipenuhi tiga sub tujuan lain yaitu :
a. Pengendalian jumlah, yang memungkinkan sistem ini menyesuaikan diri
dengan fluktuasi harian dan bulanan dalam permintaan baik jumlah
maupun variansinya.
b. Jaminan mutu yang memastikan bahwa tiap proses hanya akan memasok
unit yang baik kepada proses berikutnya.
c. Menghormati kemanusiaan yang harus dibudayakan karena sistem
menggunakan sumber daya manusia untuk mencapai sasaran biaya.
Syarat utama untuk produksi Just In Time adalah membuat semua proses,
mengetahui penetapan waktu yang tepat dan jumlah yang dibutuhkan dengan cara
penentuan jadual pada semua proses. Untuk dapat menerapkan strategi Just In
Time, sistem informasi dalam industri harus bersifat transparan dan komprehensif,
dimana beberapa model informasi yang diperlukan adalah:
5
1) Daftar pemasok material dalam program Just In Time
2) Laporan kualitas yang komprehensif dalam perusahaan
3) Laporan secara rutin kepada pemasok material dan departemen pembelian
material dari perusahaan Toyota
6
2) Keakuratan Penentuan Biaya Produk dan JIT
Salah satu konsekuensi dari penurunan biaya tidak langsung dan kenaikan
biaya langsung adalah meningkatkan keakuratan penentuan biaya (Harga
Pokok Produk). Pemanufakturan JIT, dengan mengurangi kelompok biaya
tidak langsung dan mengubah sebagian besar dari biaya tersebut menjadi
biaya langsung maupun sebaliknya, dapat menurunkan kebutuhan penaksiran
yang sulit.
3) JIT dan Otomasi
Sejak sistem JIT digunakan, biasanya hanya menunjukkan kemungkinan
otomasi dalam beberapa hal. Karena tidaklah umum bagi perusahaan yang
menggunakan JIT untuk mengikutinya dengan pemilikan teknologi
pemenufakturan maju. Otomasi perusahaan untuk : (a) menaikkan kapasitas
produksi, (b) menaikkan efisiensi, (c) meningkatkan mutu dan pelayanan, (d)
menurukan waktu pengolahan, (e) meningkatkan keluaran.
Otomasi meningkatkan kemampuan untuk menelusuri biaya pada berbagai
produk secara individual. sebagai contoh sel-sel FMS, merupakan rekan
terotomasi dari sel-sel pemanufakturan JIT. Jadi. beberapa biaya yang
merupakan biaya yang tidak langsung dalam lingkungan tradisional sekarang
menjadi biaya langsung.
4) Meningkatnya Tuntutan Mutu
JIT Manufacturing menuntut ketepatan waktu produksi dan
penyerahan produk akhir kepada pelanggan maupun produk antara dari satu
tahap produksi ke tahap berikutnya. Untuk menjamin ketepatan waktu dituntut
produksi tanpa cacat atau rusak, dan bahan baku sesuai spesifikasi yang
ditetapkan tanpa cacat, serta kondisi mesin dan ekuipment produksi tanpa
kerusakan. Untuk menghasilkan produk bermutu dibutuhkan pengendalian
menyeluruh atau total quality control (TQC). TQC merupakan konsep
pengendalian yang meletakkan tanggungjawab pengendalian di pundak setiap
karyawan yang terllibat dalam proses pembuatan produk, sejak desain, proses
produksi, sampai produk mencapai pembeli. Oleh karena itu karyawan
didorong agar berusaha menghasilkan “zero defect”.
7
DAFTAR PUSTAKA