Anda di halaman 1dari 20

RINGKASAN MATA KULIAH

AKUNTANSI PERBANKAN DAN LPD

AKUNTANSI MODAL BANK

Dosen Pengampu: Prof. Dr. I Wayan Ramantha, S.E, M.M., Ak., CPA

KELOMPOK VI:

Sang Ayu Diah Febriani 1506305006

Ketut Memi Wulandari 1506305032

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2017
Bank didirikan untuk jangka waktu tak terbatas, artinya manajemen bank akan berusaha untuk
menjaga keberlangsungan operasi bank. Untuk mempertahankan dan mengembangkannya
diperlukan daya saing yang memadai. Untuk dapat bersaing sebuah bank harus bekerja pada
tingkat efisiensi yang tinggi dan mampu mengelola risiko, mampu menciptakan dan
mengembangkan sistem dan prosedur pelayanan, serta sistem informasi yang memungkinkan
terselenggaranya kegiatan operasional bank serta memiliki modal yang cukup dan sehat sebagai
penggerak aktivitas.
Modal bank adalah dana yang diinvestasikan oleh pemilik dalam rangka pendirian badan
usaha yang dimaksudkan untuk membiayai kegiatan usaha bank di samping untuk memenuhi
regulasi yang ditetapkan oleh otoritas moneter.
Ketentuan jumlah modal inti di bank umum maupun modal disetor di BPR bisa berbeda,
namun untuk rasio kecukupan modal adalah 8% dari Aktiva Tertimbang Menurut Risiko baik di
BPR maupun Bank Umum. Rasio kecukupan modal di bank harus memperhitungkan risiko
pasar, karena itu akan dibahas mengenai jenis modal dan akuntansinya serta teknis perhitungan
rasio kecukupan modal di BPR dan Bank Umum.

1. Klasifikasi Modal Bank


Pembagian jenis modal bank di Indonesia dapat diklasifikasikan sesuai Standar
Bank For International Settlements, yaitu :

1.1 Modal Inti (Tier 1)

Modal inti terdiri dari modal disetor, modal sumbangan, cadangan-cadangan yang
dibentuk dari laba setelah pajak dan laba diperoleh setelah perhitungan pajak.

1) Modal inti yaitu modal yang telah disetor secara efektif oleh pemiliknya.
2) Modal sumbangan, yaitu modal yang dieroleh kembali dari sumbangan saham,
termasuk selisih antara nilai yang tercatat dengan harga jual apabila saham tersebut
dijual. Modal ini sering disebut modal donasi.
3) Cadangan umum, yaitu cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba yang ditahan
atau dari laba bersih setelah dikurangi pajak, dan mendapat persetujuan dari rapat
umum pemegang saham.
4) Cadangan tujuan, yaitu bagian laba yang dikurangi pajak yang disisihkan untuk
tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan rapat umum pemegang saham.
5) Laba ditahan dimaksudkan adalah saldo laba bersih setelah dikurangi pajak yang oleh
rapat umum pemegang saham diputuskan untuk tidak dibagikan.
6) Laba tahun lalu adalah laba tahun-tahun lalu setelah dikurangi pajak yang belum
ditetapkan penggunaannya oleh rapat umum pemegang saham.
7) Laba tahun berjalan setelah dikurangi dengan taksiran hutang pajak. Laba tahun lalu
berjalan ini hanya diperhitungkan sebagai modal inti sebesar 50%.

Modal inti merupakan modal yang disetor para pemilik bank dan modal yang berasal
dari cadangan yang dibentuk ditambah dengan laba yang ditahan. Porsi terbesar modal
1
inti terletak pada modal saham yang disetor. Sedangkan selebihnya sangat tergantung
laba yang diperoleh dan kebijakan Rapat Umum Pemegang Saham.

Untuk modal disetor berupa saham biasa. Pemegang saham basa memliki hak suara,
sehingga dapat mengendalikan manajemen bank. Pada saham preferen, pemegangnya
tidak mempunyai hak suara namun pembagian dividennya akan didahulukan sebelum
membayar dividen saham biasa.

Pencatatan modal saham dilakukan sebesar harga nominal. Selisih harga saham diatas
nilai nominal dicatat sebagai agio saham. Selisih harga saham dibawah nilai nominal
dicatat sebagai disagio saham. Agio saham akan diamortisasi setiap akhir periode dan
disagio saham akan diakumulasi setiap akhir periode.

Harga saham atau nilai modal disetor (paid in capital) merupakan total yang dibayar
oleh pemegang saham kepada bank emiten untuk ditukarkan dengan saham preferen atau
saham biasa. Niai modal disetor merupakan penjumlahan nilai nominal ditambah dengan
disagio saham atau nilai nominal dikurangi disagio saham. Sedangkan nilai nominal
merupakan nilai kewajiban yang ditetapkan untuk tiap-tiap lembar saham. Nilai nominal
ditentukan berkaitan dengan kepentingan hukum, misalnya untuk proteksi terhadap
kreditur. Dalam hal bank emiten menerbitkan saham biasa dan saham preferen, maka
penyajian dalam neraca saham preferen harus didahulukan.

Contoh:

a. Tanggal 2 januari 2017 telah diterima setoran awal dana dari Bapak Surya Darma
untuk modal bank berupa uang tunai Rp 500.000.000, aktiva tetap berupa tanah
senilai Rp 600.000.000, kendaraan baru dan belum disusut senilai Rp 200.000.000,
inventaris kantor senilai Rp 200.000.000. setoran ini dicatat dalam bentuk saham
biasa untuk 150.000 lembar dengan nilai nominal Rp 10.000 per lembar, kurs 103%.
b. Tanggal 10 januari 2017 dijual saham biasa 10.000 lembar dengan nominal Rp 5000,
kurs 97%. Pembayaran diterima tunai.

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

2/1/2017 Dr. Kas 545.000.000

Dr. AT. Tanah 600.000.000

Dr. AT. Kendaraan 200.000.000

Dr. AT. inventaris kantor 200.000.000

Cr. Modal disetor saham biasa 1.500.000.000

2
Cr. Agio saham 45.000.000

Dr. Kas 48.500.000

Dr. Disagio saham 1.500.000

Cr. Modal disetor saham biasa 50.000.000

Bank yang mengeluarkan saham sering menerima pesanan saham dari calon investor.
Saham yang dijual secara pesanan harus diserahkan setelah dilunasi seluruhnya.
Perlakuan akuntansi untuk pemesanan saham adalah emiten akan mendebit piutang
pemesan saham dan mengkredit modal saham yang dipesan.

Contoh transaksi pemesanan saham :

1. Tanggal 15 juni 2017 Bank Mitra Buana menerima pesanan saham 100.000 lembar
saham biasa dari PT Mirana dengan kurs 102. Harga nominal per lembar Rp 10.000.
uang muka pesanan saham diterima 60% tunai.
2. Tanggal 30 juni 2017 pesanan saham tersebut dilunasi secara tunai.

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

15/6-2017 Dr. Kas 612.000.000

Dr. Piutang- PT Mirana 408.000.000

Cr. Modal saham dipesan 1.000.000.000

Cr. Agio saham 20.000.000

30/6-2017 Dr. Kas 408.000.000

Dr. Modal saham dipesan 1.000.000.000

Cr. Piutang – PT Mirana 408.000.000

Cr. Modal disetor-saham biasa 1.000.000.000

3
Bila dikemudian hari pemesanan saham tidak mampu melunasi kekurangannya dan bank
selaku emiten harus mencatatnya sesuai dengan perjanjian yang disepakati awal.

Pembelian Kembali Saham

Pembelian kembali saham yang telah beredar dapat dilakukan dengan kerangka untuk
mempertahankan struktur kepemilikan, menghindari hostile takeover, memenuhi tuntutan
regulasi atau untuk mengimbangi penurunan skala operasi bank yang semakin menurun
sehingga tidak perlu modal besar. Saham yang dibeli kembali disebut saham treasuri.

Perlakuan akuntansi untuk saham treasuri terdiri dari dua macam. Yang pertama dicatat
berdasarkan harga perolehan dan cara lain saham dicatat sebesar harga nominal.

Saham yang diperoleh kembali dicatat sebesar harga perolehan, maka pada saat dijual
kembali juga dicatat atau dikreditkan sebesar harga perolehannya. Bila pembelian saham
treasuri dilakukan lebih dari satu kali, maka dapat digunakan Metode Masuk Terakhir
Keluar Pertama (MTKP). Dan disajikan sebagai pengurang modal saham.

Pencatatan didasarkan pada harga nominal. Pada metode ini saham yang diperoleh
kembali dicatat sebesar harga nominal dan disajikan sebagai pengurang terhadap modal
saham.

Penarikan Kembali Saham Treasuri

Saham treasuri yang ditarik kembali, berarti saham tersebut tidak diedarkan kembali.
Perlakuan akuntansi untuk saham treasuri yang ditari tergantung metode pencatatannya.
Bila berdasarkan harga perolehan, sebagaimana kita perhatikan sebelumnya bahwa bank
tidak mengakui kenaikan ataupun penurunan modal dari saham treasuri yang diperoleh,
maka kenaikan atau penurunan saham treasuri harus diakui pada saat saham tersebut
ditarik kembali. Bila pencatatannya didasarkan pada harga nominal, maka bank telah
mengakui kenaikan atau penurunannya, sehingga pada saat penarikan tidak perlu
mengakui selisih atau kenaikan/penurunan tersebut.

1.1.2 Modal Pelengkap (Tier 2)

Modal pelengkap terdiri atas cadangan-cadangan yang dibentuk tidak berasal dari laba,
modal pinjaman, serta pinjaman subordinasi.

1. Cadangan revaluasi aktiva tetap, yaitu cadangan yang dibentuk dari selisih penilainan
kembali aktiva tetap yang telah mendapat persetujuan dari Direktorat Jendral Pajak.
2. Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang dibentuk dengan cara membebani
laba rugi tahun berjalan, dengan maksud untuk menampung kerugian yangmungkin

4
timbul sebagai akibat dari tidak diterimanya kembali sebagian atau seluruh aktiva
produktifnya.
3. Modal pinjaman, yaitu utang yang didukung oleh instrument atau warkat yang
memiliki sifat-sifat seperti modal dan mempunya cirri-ciri tidak dijamin oleh bank
yang bersangkutan, tidak dapat ditarik atau dilunasi atas inisiatif pemilik tanpa
persetujuan BI, mempunyai kedudukan yang sama dengan modal dalam hal jumlah
kerugian bank melebihi laba ditahan dan cadangan-cadangan yang termasuk modal
inti, meskipun bank belum likuidasi, dan pembayaran bunga dapat ditangguhkan
apabila bank dalam keadaan rugi atau labanya tidak mendukung untuk membayar
bunga tersebut.

Pencatatan modal pinjaman dimulai saat penerbitan atau penjualan warkat modal
pinjaman. Modal pinjaman dicatat sebesar nilai nominal. Biaya-biaya penerbitan
warkat modal pinjaman dapat ditangguhkan dan diamortisasi secara sistematis selama
taksiran jangka waktunya, yang selama-lamanya 5 tahun.

Kredit
Tgl/keterangan Rekening Debit (Rp)
(Rp)

Saat penerbitan Dr. giro bank-bank lain Rp

(penjualan warkat) Dr. biaya penerbitan modal pinjaman Rp


dibayar dimuka

Cr. Modal pinjaman Rp

Saat amortisasi Dr. biaya penerbitan modal pinjaman Rp

Biaya penerbitan Cr. Biaya penerbitan modal Rp


pinjaman dibayar dimuka

Saat penyesuaian bunga Dr. biaya bunga Rp

Cr. Bunga MP masih harus dibayar Rp

Saat pembayaran bunga Dr. bunga MP masih harus dibayar Rp

5
Cr. Kas/giro bank-bank lain Rp

Saat pelunasan pokok Dr. modal pinjaman Rp

pinjaman Cr. Giro BI/kas/giro bank-bank lain Rp

4. Pinjaman subordinasi, yaitu pinjaman yang memenuhi syarat-syarat ada perjanjian


tertulis, mendapat persetujuan BI dan tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan dan
telah disetor penuh dengan minimal jangka waktu 5 tahun, pelunasan sebelum jatuh
tempo harus mendapatkan persetujuan BI serta hak tagih berada pada urutan paling
akhir dalam hal bank likuidasi.

Akuntansi Pinjaman Subordinasi

Akuntansi untuk pos ini prinsipnya sama dengan akuntansi pinjaman diterima. Pencatatan
dimulai dari komitmen disepakati, kemudian pada saat realisasi, dan pencatatan selama
periode pinjaman subordinasi berupa angsuran pokok dan bunga.

Tanggal/keterangan Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

Komitmen ditanda Dr. fasilitas pinjaman subordinasi

tangani Disetujui dan belum direalisasi

Saat pinjaman Cr. Fasilitas pinjaman

direalisasi Subordinasi disetujui dan


belum direalisasi

Dr. giro BI

Cr. Pinjaman subordinasi

Penyesuaian bunga Dr. biaya bunga

6
Akhir setiap akhir Cr. Bunga yang masih harus
periode dibayar

Pembayaran bunga Dr. bunga yang masih harus


setelah penyesuaian dibayar

Cr. Giro BI /bank-bank -lain

Saat pelunasan Dr. pinjaman subordinasi

Cr. Giro BI/Bank-bank lain

1.1.3 Modal Pelengkap Tambahan (Tier 3)

1. Bank dapat memperhitungkan modal pelengkap tambahan untuk tujuan perhitungan


Kebutuhan Penyediaan Modal Minimum (KPMM) atau Capital Adequacy Ratio
(CAR) secara individu dan/atau secara konsolidasi dengan perusahaan anak.
2. Modal pelengkap tambahan dalam perhitungan KPMM hanya dapat digunakan untuk
memperhitungkan risiko pasar.
3. Pos yang dapat diperhitungkan sebagai modal pelengkap tambahan adalah pinjaman
subordinasi jangka pendek yang memenuhi criteria sebagai berikut:
a. Tidak dijamin oleh bank atau perusahaan anak yang bersangkutan dan telah
disetor penuh
b. Memiliki jangka waktu perjanjian sekurang-kurangnya 2 tahun
c. Yidak dapat dibayar sebelum jadwal waktu yang ditetapkan dalam perjanjian
pinjaman kecuali dengan persetujuan BI
d. Terdapat klausula yang mengikat (lock-in-clause) yang menyatakan bahwa
tidak dapat dilakukan pembayaran pokok atau bunga, termasuk pembayaran
pada saat jatuh tempo, apabila pembayaran dimaksud dapat menyebabkan
KPMM secara individual atau secara konsolidasi dengan perusahaan anak
tidak memenuhi ketentuan yang berlaku.
e. Terdapat perjanjian pinjaman yang jelas termasuk jadwal pelunasannya, dan
f. Memperoleh persetujuan terlebih dahulu dari BI.
4. Modal pelengkap tambahan untuk memperhitungkan risiko pasar hanya dapat
digunakan dengan memenuhi criteria :
a. Tidak melebihi 25% dari bagian modal inti yang dialokasikan untuk
memperhitungkan risiko pasar
7
b. Jumlah modal pelengkap dan modal pelengkap tambahan paling tinggi sebesar
100% dari modal inti
5. Modal pelengkap yang tidak digunakan dapat ditambahkan untuk modal pelengkap
tambahan dengan memenuhi persyaratan pada poin 4 ini.
6. Pinjaman subordinasi sebagaimana diatur dalam ketentuan yang berlaku dan melebihi
50% modal ini, dapat digunakan sebagai komponen modal pelengkap tambahan
dengan tetap memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada poin 4 ini.

Rasio Kecukupan Modal Bank Perkreditan Rakyat

Tata cara perhitungan kecukupan modal bank perkreditan rakyat dapat dilakukan dengan cara:
1. Dalam menghitung ATMR, pos – pos aktiva diberikan bobot risiko yang besarnya
didasarkan pada risiko yang terkandung pada aktiva itu sendiri atau risiko yang
didasarkan pada jenis aktiva, golongan debitur, penjamin atau sifat barang jaminan.
2. Dengan memperhatikan prinsip pada angka 1 maka rincian bobot risiko adalah:
0% a. Kas
b. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
c. Kredit dengan agunan berupa SBI, tabungan dan deposito yang diblokir
pada BPR yang bersangkutan disertai dengan surat kuasa pencairan emas
dan logam mulia, sebesar nilai terendah antara agunan dan baki debet.
d. Kredit kepada Pemerintah Pusat.
20% a. Giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan serta tagihan
lainnya kepada bank lain.
b. Kredit kepada atau yang dijamin oleh bank lain atau Pemerintah Daerah.
40% Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang dijamin oleh hak tanggungan pertama
dengan tujuan untuk dihuni.
50% a. Kredit kepada atau yang dijamin oleh BUMN atau BUMD. Yang
dimaksud dengan BUMN sebagai penjamin adalah lembaga penjamin
kredit milik Pemerintah Pusat. Yang dimaksud dengan BUMD sebagai
penjamin adalah BUMD yang melakukan usaha sebagai perusahaan
penjamin dan melakukan perjanjian kerjasama penjaminan kredit dengan
lembaga penjamin kredit milik Pemerintah Pusat.
b. Kredit kepada pegawai/pensiunan, yang memenuhi persyaratan sbb:
1. Pegawai/pensiunan yang menerima kredit adalah:
a. Pegawai negeri sipil (PNS), anggota TNI/POLRI, pegawai
lembaga negara atau pegawai BUMN/BUMD;
b. Pensiunan PNS, pensiunan anggota TNI/POLRI, pensiunan
pegawai lembaga negara atau pensiunan pegawai BUMN/BUMD;
2. Pegawai/pensiunan dijamin dengan asuransi jiwa dari perusahaan
asuransi yang memiliki kriteria:
a. Memiliki izin usaha dari instansi yang berwenang;
b. Laporan keuangan terakhir telah diaudit oleh akuntan publik dan
memenuhi ketentuan tingkat solvabilitas minimun sesuai dengan
ketentuan perundang – undangan yang berlaku; dan

8
c. Tidak merupakan pihak terkait dengan BPR.
3. Pembayaran angsuran/pelunasan kredit bersumber daru gaji/pensiun
berdasarkan Surat Kuasa Memotong Gaji/Pensiun kepada BPR. Dalam
hal pembayaran gaji/pensiun dilakukan melalui bank lain atau BUMN
lain, maka BPR harus memiliki perjanjian kerjasama dengan bank lain
atau BUMN lain pembayar gaji/pensiun untuk melakukan pemotongan
gaj/pensiun dalam rangka pembayaran angsuran/pelunasan kredit; dan
4. BPR manyimpan asli surat pengangkatan pegawai atau surat
keputusan pensiun atau Kartu Registrasi Induk Pensiun (KARIP) dan
polis pertanggungan asuransi jiwa debitur.
85% Kredit kepada usaha mikro dan kecil. Kredit kepada usaha mikro adalah
kredit dengan plafon sampai dengan Rp. 50.000.000,00 (Lima puluh juta
rupiah) sampai dengan Rp. 500.000.000,00 (Lima ratus juta rupiah)
100% a. Kredit kepada atau yang dijamin oleh perorangan, koperasi atau kelompok
dengan perusahaan lainnya.
b. Aktiva tetap dan inventaris (nilai buku).
c. Aktiva lainnya selain tersebut diatas.
3. Aktiva produktif dengan kualitas Kurang Lancar, Diragukan atau Macet dalam perhitungan
ATMR dinilai sebesar nilai buku yaitu setelah dikurangi dengan Penyisihan Penghapusan
Aktiva Produktif (PPAP) khusus dari aktiva produktif dengan kualitas Kurang Lancar,
Diragukan dan Macet. Penilaian kualitas aktiva produktif (KAP) dan PPAP mengacu pada
ketentuan Bank Indonesia yang berlaku mengenai KAP dan PPAP BPR.

Tabel 1
Perhitungan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) BPR
Bobot
Komponen Nominal Risiko ATMR
(%)
ATMR
I AKTIVA NERACA
1.1 Kas
1.2 Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
1.3 Kredit dengan agunan berupa SBI, tabungan dan
deposito yang diblokir dengan BPR yang bersangkutan
disertai dengan surat kuasa pencairan emas dan logam mulia,
sebesar nilai terendah antara agunan dan baki debet.
1.4 Kredit kepada pemerintah pusat
1.5 Giro, Deposito berjangka, sertifikat deposito,
Tabungan serta tagihan lainnya kepada bank lain
1.6 Kredit kepada atau yang dijamin bank lain atau
pemerintah daerah
1.7 Kredit kepemilikan rumah (KPR) yang dijamin oleh
hak tanggungan pertama dengan tujuan untuk dihuni
1.8 Kredit kepda atau yang dijamin oleh bank lain atau
BUMN/BUMD
1.9 Kredit kepada pegawai/pensiunan
1.10 Kredit kepada usaha mikro dan kecil
9
1.11 Kredit kepada atau yang dijaminoleh:
a. Perorangan
b. Koperasi
c. Kelompok dan perusahaan lainnya
1.12 Aktiva Tetap dan Inventaris (nilai buku)
1.13 Aktiva lainnya selain tersebut di atas

II JUMLAH ATMR

TATA CARA PERHITUNGAN KEBUTUHAN MODAL MINIMUM


Perhitungan kebutuhan modal minimum Bank Perkreditan Rakyat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
1. Perhitungan kebutuhan modal didasarkan pada ATMR yang dihitung dengan cara
mengalikan nilai nominal pos-pos aktiva produktif dengan kualitas Kurang Lancar,
Diragukan atau Macet dilakukan dengan cara mengalikan nilai buku dengan bobot risiko
masing-masing. Dalam hal ini ATMR mengacu pada SE no. 8/28/DPBI/2006 dan untuk
Kualitas Aktiva Produktif mengacu pada PBI no. 8/19/PBI/2006.
2. Menjumlahkan ATMR dari masing-masing pos aktiva.
3. Menjumlahkan modal inti dan modal pelengkap untuk mengetahui jumlah modal BPR.
4. Menghitung modal minimum dengan cara mengalikan jumlah ATMR dengan8% (delapan
perseratus).
5. Menghitung kekurangan modal dengan cara membandingkan jumlah modal minimum pada
angka 4 dengan jumlah modal pada angka 3.
6. Menghitung KPMM dengan cara membandingkan jumlah modal BPR pada angka 3 dengan
ATMR pada angka 2.

Tabel 2
Perhitungan Kebutuhan Modal Minimum BPR
Jumlah setiap
Keterangan Jumlah
komponen
MODAL
I MODAL INTI
1.1 Modal disetor
1.2 Agio
1.3 Disagio
1.4 Modal disumbangkan
1.5 Dana setoran modal
1.6 Cadangan umum
1.7 Cadangan tujuan
1.8 Laba ditahan
1.9 Laba tahun-tahun lalu
1.10 Rugi tahun-tahun lalu
1.11 Laba tahun berjalan setelah dikurangi kekurangan
PPAP (Max. 50% setelah dikurangi taksiran hutang PPh)

10
1.12 Rugi tahun berjalan
1.13 Sub total
1.14 Goodwill
1.15 Jumlah modal inti

II MODAL PELENGKAP
2.1 Cadangan revaluasi aktiva tetap
2.2 Penyisihan penghapusan aktiva produktif umum (max.
1,25% dari ATMR)
2.3 Modal pinjaman
2.4 Pinjaman subordinasi, (maks. 50% dari modal inti)
2.5 Jumlah modal pelengkap (maks. 100% dari modal inti)

III JUMLAH MODAL (1.15-2.5)

MODAL MINIMUN (8% X ATMR)

JUMLAH KEKURANGAN MODAL

RASIO PMM (CAR=JUMLAH MODAL/ATMR)

RASIO KECUKUPAN MODAL (Capital Adequacy Ratio) Bank Umum


Perhitungan rasio kecukupan modal pada bank umum memiliki perbedaan dengan tata
cara perhitungan rasio kecukupan modal pada BPR. Pada bank umum, untuk menentukan
kecukupan modal perlu memasukkan risiko pasar. Untuk menentukan besaran risiko pasar dalam
perhitungan kecukupan modal dapat menggunakan metode standar dan metode internal (tidak
dibahas).
Metode standar menggunakan pendekatan pengukuran risiko pasar dan perhitungan
kecukupan modal yang terstandardisir untuk seluruh bank sejak tahun 2003. Namun berdasarkan
perkembangan dan tuntutan yang ada termasuk sejalan dengan perkembangan instrumen
keuangan dan semakin komleksnya usaha bank, maka telah dilakukan penyempurnaan kembali
terhadap penggunaan metode standar dalam perhitungan kewajiban penyediaan modal minimum
dengan memperhitungkan risiko pasar.
Penggunaan metode standar dalam perhitungan kewajiban penyediaan modal minimum
bank umum dengan memperhitungkan risiko pasar dituangkan dalam surat edaran BI
no.9/33/DPNP tanggal 18 desember 2007. Pada intinya pendekatan ini adalah:
1. Pendekatan KPMM dengan memperhitungkan risiko kredit dan risiko pasar dilakukan dengan
formula sebagai berikut:
KPMM = (Tier 1 + Tier 2 + Tier 3) – Pernyertaan = 8% (minimum)
ATMR (risiko kredit) + 12.5 x Beban modal untuk risiko pasar
2. Sebelum mengalokasikan beban modal untuk risiko pasar sebagaimana dimaksud pada angka
1, bank wajib memenuhi KPMM untuk risiko kredit yaitu minimal sebesar 8% sesuai ketentuan
yang berlaku dengan formula:

KPMM = (Tier 1 + Tier 2) – Pernyertaan = 8% (minimum)


AMTR (risiko kredit)
11
3. Dalam perhitungan KPMM secara konsolidasi, perhitungan modal, risiko kredit dan risiko
pasar dilakukan terhadap data/posisi secara konsolidasi.
4. Dalam melakukan perhitungan sebagaimana dimaksud dalam angka 1, bank harus melakukan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menghitung aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR) untuk risiko kredit sesuai
ketentuan yang berlaku.
b. Menghitung jumlah beban modal untuk seluruh jenis risiko pasar.
c. Untuk menghindari duplikasi perhitungan risiko terhadap surat berharga, eksposur yang
termasuk dalam trading book yang telah diperhitungkan risiko spesifik untuk risiko suku
bunga, seperti obligasi yang diterbitkan oleh BUMN/Swasta dikeluarkan dari perhitungan
ATMR berdasarkan risiko kredit.
d. Menghitung eksposur tertimbang menurut risiko pasar (market risk weighted exposures),
dengan cara mengkonversikan jumlah beban modal untuk seluruh jenis pasar
sebagaimana dimaksud pada huruf b menjadi ekuivalen dengan ATMR (dikalikan dengan
angka 12,5, yaitu 100/8).
e. Menjumlahkan ATMR untuk risiko kredit dengan eksposur tertimbang menurut risiko
pasar.
f. Menghitung modal bank yang terdiri atas modal inti (tier 1), modal pelengkap (tier 2),
dan modal pelengkap tambahan (tier 3) yang dialokasikan untuk menutup risiko pasar
setelah dikurangi penyertaan. Dalam perhitungan KPMM secara konsolidasi, penyertaan
yang menjadi pengurang modal adalah penyertaan bank kepada perusahaan anak yang
tidak wajib dikonsolidasikan sesuai ketentuan yang berlaku.
g. Membagi total modal sebagaimana dimaksud pada huruf f dengan jumlah ATMR dan
eksposur tertimbang sebagaimana dimaksud pada huruf e, yang hasilnya dinyatakan
dalam persentase.
5. Modal pelengkap tambahan (tier 3) yang digunakan dalam perhitungan rasio KPMM adalah
sebesar modal yang dibutuhkan untuk menutup risiko pasar.
6. Modal pelengkap tambahan (tier 3) yang memenuhi persyaratan namun tidak digunakan dalam
perhitungan rasio KPMM sebagaimana dimaksud pada angka 4, dihitung sebagai rasio kelebihan
modal pelengkap tambahan (excess tier 3 capital ratio), dengan formula:
Rasio kelebihan modal pelengkap tambahan =
Kelebihan modal pelengkap tambahan
ATMR (risiko kredit) + ATMR (risiko pasar)

Dengan demikian perhitungan rasio kecukupan modal atau kebutuhan penyediaan modal
minimum (KPMM) dapat menggunakan formulir seperti tabel 8 (untuk bank yang tidak
memenuhi anak perusahaan) dan tabel 9 untuk bank umum yang memiliki anak perusahaan.

Tabel 7
Formulir perhitungan aktiva tertimbang menurut risiko sesuai SE BI No. 8/3/DPNP per 30
Januari 2006

12
Bobot
Nominal
No. Aktiva Administratif Risiko ATMR
(Rp)
(Rp)
A AKTIVA NERACA (Rupiah dan Valas)
I Aktiva Neraca (Rupiah dan Valas)
1. Kas 0
2. Emas dan Commemorative Coins:
2.1. Emas dan mata uang emas 0
2.2. Commemorative coins 0
3. Bank indonesia
3.1. Giro pada bank indonesia 0
3.2. Sertifikat bank indonesia 0
3.3. Call money 0
3.4. Lainnya 0
4. Tagihan pada bank lain:
4.1. Pada bank sentral negara lain *) 0
4.2. Pada bank lain yang dijamin oleh pemerintah *) 0
pusat dan bank sentral
4.3. Pada bank lain *) 20
5. Surat berharga yang dimiliki:
5.1. Treasury bill negara lain *) 0
5.2. Sertifikat bank sentral negara lain *) 0
5.3. Surat berharga pasar uang/pasar modal dll
5.3.1. Yang diterbitkan dan dijamin oleh bank
sentral dan pemerintah pusat *) 0
5.3.2. Yang diterbitkan dan dijamin dengan
uang kas, uang kertas asing, emas, mata
uang emas, serta giro, deposito tabungan
pada bank bersangkutan, sebesar nilai
dari jaminan tersebut. *) 0
5.3.3. Yang diterbitkan atau dijamin oleh bank
lain, pemerintah daerah, lembaga non
departemen di Indonesia, dan bank
pembangunan multilateral *) 20
5.3.4. Yang diterbitkan dan dijamin oleh
BUMN dan perusahaan milik
pemerintahan pusat negara lain *) 50
5.3.5. Yang diterbitkan dan dijamin oleh swasta
lainnya *) 100
6. Kredit
6.1. Kredit yang diberikan kepada atau dijamin
oleh/dengan:
6.1.1. Bank sentral *) 0
6.1.2. Pemerintah pusat *) 0
6.1.3. Uang kas, uang kertas asing, emas, mata *) 0
uang emas serta giro, deposito tabungan
pada bank bersangkutan sebesar nilai dari
jaminan tersebut.
13
6.1.4. Bank lain, pemerintah daerah, lembaga **) 20
non departemen di Indonesia, bank
pembangunan multilateral
6.1.5. BUMN dan perusahaan milik pemerintah *) 50
pusat negara lain
6.1.6. Pihak-pihak lainnya. *) 100

6.2. KPR yang dijamin oleh hak tanggungan *) 40


pertama dengan tujuan dihuni
6.3. Kredit pegawai/pensiun *) 50
6.4. Kredit usaha kecil *) 85
7. Tagihan lainnya
7.1. Tagihan lainnya kepada atau dijamin
7.1.1. Bank sentral *) 0
7.1.2. Pemerintah pusat *) 0
7.1.3. Uang kas, yang kertas asing, emas, mata *) 0
uang emas, serta giro, deposito tabungan
pada bank bersangkutan sebesar nilai dari
jaminan tersebut.
7.1.4. Bank lain, pemerintah daerah, lembaga non *) 20
departemen di Indonesia, bank
pembangunan multilateral
7.1.5. BUMN dan perusahaan milik pemerintah *) 50
pusat negara lain
7.1.6. Pihak-pihak lainnya. *) 100
8. Penyertaan *) 100
Penyertaan pada anak perusahaan -/-
9. Aktiva tetap dan inventaris (nilai buku)
9.1. Tanah gedung +/+ 100
9.2. Akumulasi penyusutan gedung -/-
9.3. Inventaris +/+ 100
9.4. Akumulasi penyusutan inventaris -/-
10. Antar kantor aktiva (netto)
10.1. Kegiatan operasional di Indonesia (aktiva) 100
10.2. Kegiatan operasional di Indonesia (pasiva) 100
10.3. Kegiatan operasional di luar Indonesia 100
(aktiva)
10.4. Kegiatan operasional di luar Indonesia 100
(pasiva)
11. Rupa-rupa aktiva 100
12. Tidak terinci 100
13. ATMR Aktiva Neraca

B REKENING ADMINISTRATIF (Rupiah dan Valas)


1. Fasilitas kredit yang belum digunakan yang
disediakan sampai dengan akhir tahun takwim
berjalan yang disediakan bagi, atau dijamin
oleh/dengan, atau yang dijamin surat berharga
yang diterbitkan oleh:
14
1.1. Fasilitas kredit yang diberikan/dijamin
1.1.1. Bank sentral *) 0
1.1.2. Pemerintah pusat *) 0
1.1.3. Uang kas, uang kertas asing, emas, mata *) 0
uang emas, serta giro, deposito, tabungan
pada bank bersangkutan sebesar nilai
dari jaminan tersebut.
1.1.4. Bank lain, pemerintah daerah, lembaga *) 10
non departemen di Indonesia, bank
pembangunan multilateral
1.1.5. BUMN dan perusahaan milik pemerintah *) 25
pusat negara lain
1.1.6. Pihak – pihak lainnya *) 50

1.2. KPR yang dijamin oleh hipotik pertama *) 20


dengan tujunan untuk dihuni
1.3. Kredit pegawai/pensiunan *) 25
1.4. Kredit usaha kecil *) 42,5
2. Jaminan bank:
2.1. Dalam rangka pemberian kredit termasuk
Standby L/C dan risk sharing serta
endosemen atau aval surat – surat berharga
yang diberikan atas permintaan:
2.1.1. Bank sentral dan pemerintah pusat *) 0
2.1.2. Bank lain, pemerintah daerah, lembaga *) 20
non departemen di Indonesia, bank
pembangunan multilateral
2.1.3. BUMN dan perusahaan milik pemerintah *) 50
pusat negara lain
2.1.4. Pihak-pihak lainnya *) 100

2.2. Bukan dalam rangka pemberian kredit,


seperti bid bonds, performanve bonds dan
advance payment bonds yang diberikan atas
permintaan:
2.2.1. Bank sentral dan pemerintah pusat *) 0
2.2.2. Bank lain, pemerintah daerah, lembaga *) 10
non departemen di Indonesia, bank
pembangunan multilateral
2.2.3. BUMN dan perusahaan milik pemerintah *) 25
pusat negara lain
2.2.4. Pihak-pihak lainnya *) 50

2.3. L/C yang masih berlaku (tidak termasuk


standby L/C) yang diberikan atas
permintaan:
2.3.1. Bank sentral dan pemerintah pusat *) 0
2.3.2. Bank lain, pemerintah daerah, lembaga *) 4
non departemen di Indonesia, bank

15
pembangunan multilateral
2.3.3. BUMN dan perusahaan milik pemerintah *) 10
pusat negara lain
2.3.4. Pihak – pihak lainnya *) 20
3. Jumlah ATMR rekening administratif

C. Jumlah ATMR (A13+B.3) ..........

Keterangan:
*) diisi dengan jumlah nominal setelah dikurangi cadangan khusus penyisihan penghapusan
aktiva yang telah dibentuk oleh bank.
**) diisi dengan jumlah setelah dikurangi dengan penyisihan dalam rangka restrukturisasi
kredit dan pendapatan yang ditangguhkan yang berasal dari restrukturisasi kredit.

Tabel 8
Formulir Perhitungan Rasio Kecukupan Modal Minimum Dengan Memperhitungkan Risiko
Pasar (Tanpa Atau Tidak Ada Perusahaan Anak)
1. Total Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) untuk risiko kredit (sesuai
A
ketentuan yang berlaku mengenai KPMM)*
2. Modal inti (setelah diperhitungkan faktor pengurang, sesuai ketentuan yang
B
berlaku mengenai KPMM)*
3. Modal Pelengkap (setelah diperhitungkan faktor pengurang, sesuai ketentuan
C
yang berlaku mengenai KPMM)*
4. Penyertaan yang dilakukan Bank D
5. Rasio Kewajiban Penyertaan Modal Minimum (CAR) untuk Risiko Kredit E
6. Total ATMR Risiko Pasar
Risiko Perubahan Harga
Risiko suku bunga
Risiko Option 12,5xTotal
Nilai Risiko Risiko Total (Ekuivalen
Risiko Risiko
Tukar Suku Nilai ATMR)
Spesifik Umum
Bunga Tukar
F G H I J K L
7. Modal Inti yang dialokasikan untuk mengantisipasi Risiko Pasar (minimun
M
28.5% x total beban modal)
8. Modal Pelengkap yang dialokasikan untuk mengantisipasi Risiko Pasar
N
(yaitu yang dapat ditambahkan untuk Modal Pelengkap Tambahan)
9. Modal Pelengkap Tambahan yang memenuhi persyaratan
Kelebihan Pinjaman Subordinasi yang tidak dapat diperhitungkan dalam
Modal Pelengkap
O
Pinjaman Subordinasi dengan maturitas awal minimum 2 tahun dan
memenuhi kriteria Pinjaman Subordinasi yang dapat diperhitungkan sebagai
komponen modal

16
10. Modal pelengkap tambahan yang dialokasikan untuk mengantisipasi risiko
P
pasar
11. Total Modal (Modal inti + Modal Pelengkap + Modal Pelengkap
Q
Tambahan)
12. Dikurangi: ATMR untuk risiko kredit atas seluruh surat berharga dalam
R
Trading Book yang telah diperhitungkan risiko spesifik
13. Total ATMR (Risiko Kredit + Risiko Pasar) S
14. Rasio kewajiban penyediaan modal minimum setelah memperhitungkan
T
risiko kredit dan risiko pasar
15. Rasio kelebihan modal pelengkap tambahan U
Keterangan:
E = ((B+C)-D) / A;
K = F+G+H+I+J;
L = 12,5 x K;
S = A+L;
T = Q/S;
U = (O-P) / Q

Tabel 9
Perhitungan Rasio Kecukupan Modal Dengan Memperhitungkan Risiko Pasar (Konsolidasi atau
Ada Anak Perusahaan)
1. Total Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) untuk risiko kredit (sesuai ketentuan
A
yang berlaku mengenai KPMM)*
2. Modal inti (setelah diperhitungkan faktor pengurang, sesuai ketentuan yang berlaku
B
mengenai KPMM)*
3. Modal Pelengkap (setelah diperhitungkan faktor pengurang, sesuai ketentuan yang
C
berlaku mengenai KPMM)*
4. Penyertaan yang dilakukan Bank D
5. Rasio Kewajiban Penyertaan Modal Minimum (CAR) untuk Risiko Kredit E
6. Total ATMR Risiko Pasar
Risiko suku
Risiko Ekuitas Risiko Perubahan Harga Option 12,5xTotal
bunga Risiko
Risiko
Risiko Risiko
Nilai Risiko Risiko
komoditas
Risiko Risiko
Risiko Risiko
Total (Ekuivalen
Tukar spesifik umum suku nilai ATMR)
Spesifik Umum ekuitas komoditas
bunga tukar
F G H I J K L M N O P Q
7. Modal Inti yang dialokasikan untuk mengantisipasi Risiko Pasar (minimun 28.5% x total
R
beban modal)
8. Modal Pelengkap yang dialokasikan untuk mengantisipasi Risiko Pasar (yaitu yang dapat
S
ditambahkan untuk Modal Pelengkap Tambahan)
9. Modal Pelengkap Tambahan yang memenuhi persyaratan
Kelebihan Pinjaman Subordinasi yang tidak dapat diperhitungkan dalam Modal
Pelengkap T
Pinjaman Subordinasi dengan maturitas awal minimum 2 tahun dan memenuhi kriteria
Pinjaman Subordinasi yang dapat diperhitungkan sebagai komponen modal
10. Modal pelengkap tambahan yang dialokasikan untuk mengantisipasi risiko pasar U
11. Total Modal (Modal inti + Modal Pelengkap + Modal Pelengkap Tambahan) V
12. Dikurangi: ATMR untuk risiko kredit atas seluruh surat berharga dalam Trading Book W
17
yang telah diperhitungkan risiko spesifik
13. Total ATMR (Risiko Kredit + Risiko Pasar) X
14. Rasio kewajiban penyediaan modal minimum setelah memperhitungkan risiko kredit
Y
dan risiko pasar
15. Rasio kelebihan modal pelengkap tambahan Z

Keterangan:
E = ((B+C)-D) / A;
P = F+G+H+I+J+K+L+M+N+O;
Q = 12,5 x P;
X = A+Q;
Y = V/X;
Z = (T-U) / V

18
DAFTAR PUSTAKA

Taswan, SE, M.Si. 2008. Akuntansi Perbankan Transaksi dalam Valuta Rupiah. Semarang: UPP
STIM YKPN

19

Anda mungkin juga menyukai