Anda di halaman 1dari 4

Permendagri 13/2006 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah merupakan peraturan

terpenting bagi Pemda terkait keuangan daerah di samping Perda APBD. Bahkan kedua
peraturan ini tak ubahnya kitab suci yang wajib dipatuhi oleh aparatur Pemda, karena jika tidak,
maka akan ada malaikat yang mencatat (Bawasda dan BPK) dan akibatnya bisa mendapat siksa
(berupa penjara). Lalu, bagaimana penafsiran kita yang seharusnya atas Permendagri 13 dan
Perda APBD ini? Mengapa Permendagri ini harus diterbitkan? Bagaimana kaitannya dengan
peraturan perundangan yang lain, yang kadangkala tidak sejalan atau bertentangan? Apakah
benar Permendagri ini baru diubah sekali?

Latar Belakang

Permendagri 13/2006 ditandatangani pada tanggal 15 Mei 2006 oleh Menteri Dalam Negeri H.
Moh. Maruf, SE. Alasan penerbitannya adalah untuk melaksanakan pasal 155 PP No.58/2005
yang berbunyi Ketentuan Iebih lanjut tentang pengelolaan keuangan daerah diatur dengan
peraturan Menteri Dalam Negeri. Hal ini berarti Kepmendagri No.29/2002 dinyatakan tidak
berlaku lagi (dinyatakan dalam pasal 335) dan mulai berlaku pada tanggal ditetapkan (pasal 336).

Pergantian bentuk dari Keputusan ke Peraturan diharapkan menaikkan derajat kepatuhan dan
kredibilitas aturan main ini. Namun, menimbulkan pertanyaan apakah hal ini juga berkaitan
dengan diterbitkannya Permendagri untuk Pedoman Penyusunan APBD? Artinya, akan lahir
kesimpulan bahwa Permendagri Penyusunan APBD merupakan sesuatu yang rutin dikeluarkan
setiap tahun.

Persoalan yang muncul selama penerapan Kepmendagri 29/2002 (tahun 2003-2006), adanya
revisi peraturan perundang-undangan terkait (UU No.22/1999 dan UU No.25/1999 direvisi
melalui UU No.32/2004 dan UU No.33/2004 yang dilanjutkan dengan revisi atas PP
No.105/2000 dengan PP No.58/2005), dan terbitnya peraturan perundangan yang baru ( UU
No.17/2003, UU No.1/2004, dan PP No.24/2005) merupakan alasan utama mengapa kemudian
harus dikeluarkan pedoman teknis pengelolaan keuangan daerah. Lalu, perubahan apa saja yang
dibuat dalam Permendagri 13?

Beberapa Perubahan yang Terjadi dari Kepmen ke Permen

Ada beberapa hal mendasar yang berubah dari Kepmendagri 29 ke Permendagri 13, yakni:

1. Dari Sentralisasi ke Desentralisasi. Desentralisi dalam hal ini adalah memberikan


kewenangan kepada kepala SKPD sebagai pejabat Pengguna Anggaran (PA) dan
Pengguna Barang (PB). Sebagai PA, kepala SKPD boleh memerintahkan BUD untuk
melakukan pembayaran dengan mengeluarkan SPM (Surat Perintah Membayar). Untuk
memediasi sehingga ada perikatan antara kepala SKPD dengan BU, maka dibentuklah
dokumen Anggaran Kas. Anggaran kas tidak ubahnya sebuah kontrak antara BUD dan
kepala SKPD, dimana BUD memiliki kewajiban untuk menerbitkan SP2D maksimal
sebesar nilai yang tercantum dalam anggaran kas tersebut. Oleh karena itu, kepala SKPD
tidak perlu membuat surat pertanggungjawaban (SPJ) atas anggaran yang telah
digunakannya ke BUD.
2. Perubahan struktur organisasi PKD. Implikasi dari penerapan asas desentralisasi di atas
adalah terjadinya perubahan dalam struktur PKD. Kepala SKPKD adalah PPKD yang
juga melaksanakan fungsi perebendaharaan keuangan daerah (selaku BUD), sehingga
memiliki kewenangan untuk mengusulkan bendahara yang akan ditempatkan di SKPD
sebagai pejabat fungsional perbendaharaan. Di sisi lain, di SKPD ditunjuk pejabat
penatausahaan keuangan (PPK) SKPD, yang akan melaksanakan fungsi verifikasi,
akuntansi, dan pembuatan SPM.
3. Mengenalkan istilah Entitas Pelaporan dan Entitas Akuntansi. SKPKD adalah entitas
pelaporan, sedangkan SKPD adalah entitas akuntansi (yang wajib menyampaikan laporan
keuangan yang terdiri dari LRA, neraca, dan catatan atas laporan keuangan hanya kepada
entitas pelaporan). Kepala SKPD tidak menyusun Laporan Arus Kas karena bukan
merupakan pengguna uang (kas), kecuali sebagai pengguna anggaran dan pengguna
barang. Pengguna kas di SKPD adalah bendahara, yang membuat buku kas umum
(BKU). Pengisian BKU bukan merupakan bagian dari proses akuntansi keuangan daerah.

Revisi atas Permendagri 13/2006

Secara legal formal, Pemerintah mengakui bahwa Permendagri 59/2007 merupakan perubahan
atas Permendagri 13. Hal ini dinyatakan pada bagian Menimbang poin b dalam Permendagri 59:
bahwa dalam rangka memenuhi aspirasi daerah dan permalahan teknis dalam pengelolaan
keuangan daerah perlu dilakukan penyempurnaan terhadap Permendagri 13 Namun, secara
faktual (de facto), revisi terhadap Permendagri 13 sudah dilakukan sebelum Permendagri 59
diterbitkan. Berikut dua Permendagri yang memberikan warna perubahan yang cukup
signifikan, setidaknya terhadap persepsi dan sikap aparatur Pemda:

1. Permendagri 26/2006 tentang Pedoman Penyusunan APBD 2007. Ini adalah pedoman
penyusunan APBD pertama yang berbentuk Permendagri. Sebelumnya, untuk
penyusunan APBD 2006 menggunakan SE Mendagri. Pertanyaannya: Mengapa untuk
tahun 2007 pakai Permendagri? Jawabannya: karena Permendagri 26 ini sekaligus
merupakan revisi atas Permendagri 13. Bagian-bagian yang menunjukkan revisi
Permendagri 13 adalah: (1) revisi atas kode urusan pemerintah dan kode organisasi; (2)
perubahan format PPAS dan nota kesepakatan PPAS; dan
2. Permendagri 59/2007 tentang Perubahan Atas Pemendagri No.13/2006. Meskipun
tidak substantif betul, perubahan atas Permendagri13/2006 cukup mengganggu
aparatur Pemda. Bahkan ada anggapan Permendagri 13/2006 tidak berlaku lagi karena
sudah digantikan oleh Permendagri 59/2007. Padahal, Permendagri baru ini hanya
memuat 2 pasal dan 53 item, yakni item-item Permendagri 13/2006 yang diubah,
dihilangkan, dan ditambah. (Perbandingan Permendagri 13 dan 59 dapat didonlod di sini)

Diskusi dan analisis hangat dan menarika atas terbitnya Permendagri 59/2007 ini juga diadakan
di beberapa blog, misalnya blog Imam Nugraha (Catatan tentang Permendagri No.59/2007) yang
juga ditampilkan dalam blog Arief Hidayatullah.

Untuk mendonlod Permendagri 59/2007 silahkan di sini dan Lampiran Permendagri 59/2007 di
sini. Sedangkan untuk pasal per pasal Permendagri 13/2006 dapat didonlod di sini.
Wassalam

NB: Berikut tulisan seorang penulis buku, instruktur, dan pemerhati keuangan daerah bernama
Abdul Hafiz Tanjung tentang perbedaan Permendagri 13 dan 59:

Pokok-pokok perubahan Permendagri 13/2006 dalam Permendagri 59/2007:

1. Aspek Anggaran

Memperpendek jadual penyusunan anggaran dengan cara meringkas


proses dan konten KUA-PPAS, sehingga istilah PPA dihapus.
Tatacara pemberian kode program dan kegiatan dalam pengisian RKA
Reklasifikasi pendapatan, belanja, dan pembiayaan, beserta kode
rekeningnya;
Penegasan alur pengerjaan RKA SKPD, pada SKPKD penyusunan RKA
dipisahkan antara RKA sebagai SKPD dan RKA sebagai pemerintah daerah
(RKA PPKD).

2. Aspek Pelaksanaan APBD

Alur pengerjaan DPA SKPD dan SKPKD juga ikut berubah, mengikuti
perubahan alur pengerjaan RKA.
Penomoran DPA juga ikut berubah karena adanya perubahan pada
pemberian kode program dan kegiatan

3. Aspek Penatausahaan
a. penatausahaan penerimaan
Penyederhanaan proses pertanggungjawaban fungsional ke BUD, sehingga
tercipta proses yang lebih efisien. Hal ini dilihat dari dihapusnya
buku pembantu per rincian objek penerimaan yang harus dilampirkan
dalam SPJ fungsional
b. penatausahaan pengeluaran
Penegasan SPD diberikan kepada SKPD secarar periodic (bulanan,
triwulan, semesteran) tergantung pada ketersediaan dana
Perubahan format SPD, SPP UP/GU/TU, SPP LS gaji dan tunjangan, SPP
LS barang dan jasa dan ada penambahan format SPP LS belanja tidak
langsung PPKD.

4. Aspek Akuntansi dan Pelaporan


Memberikan ruang gerak yang luwes bagi pemda untuk menyusun sistem
akuntansi, dengan dihapusnya beberapa pasal tentang buku-buku yang
digunakan untuk catatan akuntansi
Sudah diterapkannya prinsip harga perolehan pada perolehan aktiva tetap
Adanya contoh format neraca untuk SKPD
Arah tujuan perubahan
1. mudah dipahami
2. mudah dilaksanakan
3. tidak menimbulkan masalah

Anda mungkin juga menyukai