Disusun Oleh:
1. Alni Meilani Putri (205147)
2. Hani Sundani (205142)
3. Irgi Ardiansyah (205146)
4. Muhammad Arya Anwari (205132)
5. Riska Nurhikmah (205155)
AKUNTANSI A (KSAP20A)
STIE TRIDHARMA
BANDUNG
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia
berupa taufiq dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul Makalah Audit Independent (KAP) ini tepat pada waktunya.
Shalawat beserta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada Baginda Nabi
Muhammad SAW.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
dosen kami Bapak Johan Erwin, SE., M.Ak pada mata kuliah Pengauditan I. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan dan pemahaman mengenai ilmu
Pengauditan I bagi para pembaca dan juga penulis.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Johan Erwin, SE., M.Ak
selaku dosen mata kuliah Pengauditan I yang telah memberikan tugas ini, sehingga dapat
menambah wawasan dan pemahaman kami dalam bidang studi ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dan membagikan ilmunya, sehingga kami dapat dengan mudah menyelesaikan makalah
ini. Kami sadar bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, untuk
itu kami sangat menghargai kritik dan saran untuk mendukung kesempurnaan pembuatan
makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Auditor Independen ialah akuntan publik bersertifikat atau kantor Akuntan Publik
yang melakukan audit atas entitas keuangan komersial dan non komersial (Arens dkk,
2008). Kegiatan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya
adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran dalam akun akun yang tersaji
dalam laporan keuangan juga, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil
usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia. Yang mana auditor dalam pelaksanaan auditnya harus memenuhi
tanggung jawabnya sesuai dengan standar audit yang telah ditetapkan.
Dalam perusahaan yang dimiliki oleh Pemerintah yakni perusahaan BUMN (Badan
Usaha Milik Negara) dimana dalam pelaksanaan manajemen, pelaksanaan operasional
dan penyajian Laporan Keuangannya pun juga dibutuhkan audit untuk dilakukan analisa
dan evaluasi dari perusahaan BUMN tersebut apakah laporan keuangan yang disusun
sudah sesuai dengan kriteria yang berlaku, dan jika terdapat hal tidak sesuai maka
selanjutnya dapat dilakukan perbaikan.
Dalam praktiknya tidak semua auditor dapat melakukan tugasnya dengan baik,
terdapat beberapa akuntan publik yang melakukan kesalahan atau kecurangan dengan
bekerja sama dengan perusahaan yang diaudit agar memberikan hasil audit sesuai yang
diharapkan oleh perusahaan yang diaudit tersebut. Tidak jarang terdapat auditor yang
tidak independen dan memberikan celah pada perusahaan untuk melakukan kecurangan
dengan memberi suap kepada auditor independen tersebut.
Untuk menunjang profesionalismenya, auditor dalam melaksanakan tugas auditnya
harus berpedoman pada standar audit yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI), yakni standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Standar
umum merupakan cerminan kualitas pribadi yang harus dimiliki oleh seorang auditor
yang mengharuskan auditor untuk memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup
dalam melaksanakan prosedur audit.
Untuk itu dalam makalah ini akan dibahas terkait audit independent (KAP) dan
standar audit yang menjadi pedoman bagi auditor juga bagaimana tahapan dalam
1
2
3
4
Ketika menyatakan suatu opini tanpa modifikasi (wajar tanpa pengecualian) atas
laporan keuangan yang disusun berdasarkan suatu kerangka penyajian wajar,
laporan auditor harus menggunakan frasa dibawah ini: “Laporan keuangan
menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan Standar
Akuntansi Keuangan di Indonesia.”
Ketika menyatakan suatu opini tanpa modifikasian atas laporan keuangan yang
disusun berdasarkan suatu kerangka kepatuhan, opini auditor harus menyatakan
bahwa laporan keuangan disusun, dalam semua hal yang material, sesuai dengan
Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia.
Jika rujukan pada kerangka pelaporan keuangan yang berlaku dalam opini
auditor bukan pada Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia atau Standar
Akuntansi Pemerintahan, maka opini auditor harus mengidentifikasi yurisdiksi
asal kerangka tersebut.
7. Laporan sesuai ketentuan hukum dan perundang-undangan lainnya
Jika auditor menyatakan tanggung jawab pelaporan lain tersebut harus
dinyatakan dalam suatu bagian terpisah dalam laporan auditor yang diberi judul
“Pelaporan lain atas Ketentuan Hukum dan Regulasi,” atau judul lain yang
dianggap tepat menurut isi bagian ini.
8. Tanda tangan auditor dan tanggal laporan
Laporan auditor harus diberi tanggal tidak lebih awal daripada tanggal ketika
auditor telah memperoleh bukti audit yang cakup dan tepat yang mendasari opini
auditor atas laporan keuangan (termasuk, bila relevan, atas informasi tambahan
sebagaimana diuraikan dalam paragraf, termasuk bukti bahwa:
a. Seluruh laporan yang membentuk laporan keuangan, termasuk catatan atas
laporan keuangan terkait, telah disusun.
b. Pihak-pihak dengan wewenang yang diakui telah menyatakan bahwa mereka
telah mengambil tanggung jawab atas laporan keuangan tersebut.
9. Alamat Auditor
Laporan auditor harus menyebutkan lokasi dalam yurisdiksi tempat auditor
berpraktik.
6
Batasan ruang lingkup, di sisi lain, mengacu pada situasi di mana auditor tidak
dapat memperoleh bukti yang cukup untuk menyimpulkan bahwa laporan
keuangan bebas dari salah saji material.
Ini berarti bahwa auditor tidak dapat memperoleh apa yang mereka butuhkan
baik karena kejadian atau manajemen di luar, tidak mengizinkan mereka
mengakses informasi yang diperlukan.
Bentuk laporan auditor juga berbeda dalam hal menentukan pervasiveness.
Pervasive mengacu pada gagasan bahwa suatu masalah atau batasan tersebar luas
dan memengaruhi banyak akun berbeda di laporan keuangan.
2. Opini Wajar dengan Pengecualian
Pendapat wajar dengan pengecualian dilaporkan jika ada kesalahan material
dalam laporan keuangan atau jika auditor tidak dapat mengumpulkan cukup
informasi untuk memverifikasi aspek tertentu dari pelaporan.
Namun, dalam opini wajar, kesalahan tersebut cukup kecil untuk tidak
mengganggu akurasi laporan keuangan secara keseluruhan.
3. Opini Tidak Wajar
Opini merugikan atau tidak wajar dilaporkan jika terdapat kesalahan material
dalam laporan keuangan yang berdampak negatif terhadap keakuratan laporan
keuangan.
4. Tidak Berpendapat
Penafian opini dilaporkan jika auditor tidak dapat, atau menolak untuk,
menyatakan opini atas laporan keuangan.
Hal ini dapat terjadi jika auditor memiliki kekhawatiran tentang kemampuan
perusahaan untuk terus beroperasi atau jika perusahaan telah membatasi ruang
lingkup audit sehingga auditor tidak dapat memberikan opini.
Penafian opini juga dapat dilaporkan jika auditor tidak sepenuhnya independen
atau konflik kepentingan.
Menurut Arens (2013:5) bukti audit adalah segala informasi yang digunakan untuk
menentukan apakah informasi yang sedang diaudit telah dinyatakan sesuai dengan
kriteria yang telah ditetapkan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa bukti audit adalah bukti berupa informasi yang
dikumpulkan untuk menentukan kesesuaian dengan kriteria dan untuk mendukung
informasi yang disajikan dalam laporan keuangan sebagai dasar bagi auditor untuk
menyatakan pendapat.
Bukti Audit Laporan Keuangan terdiri dari:
1. Bukti Pembukuan (accounting records) seperti jurnal, buku pembantu, dan buku
besar, atau file transaksi dan file induk (master file).
2. Bukti Pendukung (corroborating information), seperti bukti transaksi (cek, faktur,
perjanjian, kontrak, dll) dan bukti-bukti pendukung pembukuan yang lain.
Hal ini dilakukan untuk menghindari kecurangan dan bertujuan agar hasil
pengujian data dan informasi yang ada bersifat objektif serta tepat sasaran.
Ditahap ini pula seorang auditor akan melakukan pemetaan tentang masalah
yang mungkin muncul dari proses observasi tersebut, yang mana semua ini
dikaitkan dengan informasi yang ia dapat sebelumnya dan juga pihak-pihak luar
yang sekiranya terlibat dalam proses pendanaan perusahaan.
5. Mendapatkan Hasil
Setelah melakukan observasi dan segala pemetaan masalah yang kemungkinan
terjadi, kini saatnya auditor memeriksa risiko material dari perusahaan.
Auditor akan menganalisis hasil yang didapatnya dari lapangan.
Dari sini akan terlihat jika ada kesalahan dari laporan keuangan perusahaan dan
juga kerugian yang dialami oleh perusahaan.
Selanjutnya, auditor akan mengklarifikasi ulang.
Sebelum mengambil kesimpulan, seorang auditor akan mencocokkan hasil audit
perusahaan dengan auditor yang lain.
Jika auditor lainnya juga menemukan kesalahan keuangan yang sama, maka
dipastikan ada yang tidak beres dengan kondisi keuangan perusahaan.
Untuk itu, tim auditor akan melakukan pemeriksaan lanjutan secara lebih
mendalam.
6. Pelaporan Audit
Tahap terakhir yaitu pelaporan audit, yaitu hasil dari pekerjaan audit yang telah
dikerjakan.
Laporan ini merupakan bentuk komunikasi auditor dengan pihak lainnya
sehingga tidak boleh dibuat secara sembarangan.
Di dalam laporan audit harus mencakup:
a. Jenis Opini
b. Jasa yang diberikan
c. Objek yang diaudit
d. Tujuan dan ruang lingkup audit
e. Hasil audit dan rekomendasi yang diberikan jika ada kekurangan.
Laporan audit merupakan tanggung jawab audit yang besar sehingga untuk
memutuskan dan membuat laporan ini harus hati-hati.
13
c. Boleh dimiliki oleh pihak lain selain pemerintah tapi tidak boleh dimiliki
secara mayoritas.
d. Tidak mendapatkan fasilitas dari negara.
e. Pegawai persero berstatus pegawai negeri.
f. Pemimpin berupa direksi.
Contoh jenis perseroan BUMN adalah PT Pertamina, PT Kereta Api Indonesia,
PT Garuda Indonesia, PT Kimia Farma Tbk. Jamsostek, PT Aneka Tambang, PT
PLN, PT. PDAM, PT Telekomunikasi Indonesia, PT Tambang Timah, dan lain-
lain.
2. Perusahaan Umum (Perum)
Perum atau perusahaan umum adalah BUMN seluruh modalnya dimiliki negara
dan tidak terbagi atas saham. Tujuan Perum adalah untuk kemanfaatan umum
dalam menyediakan barang dan atau jasa dan mendapatkan keuntungan
berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan. Ciri-ciri perum BUMN adalah
seperti berikut.
a. Melayani kepentingan masyarakat secara umum.
b. Pemimpin berupa direksi atau direktur.
c. Pekerja bukan berstatus pegawai negeri.
d. Dapat menghimpun dana dari pihak lain.
e. Pengelolaan dari modal pemerintah yang terpisah dari kekayaan negara.
f. Bertujuan untuk menambah kas negara.
Contoh BUMN yang termasuk ke dalam Perum seperti Pegadaian, Perum
Perumahan Nasional (Perumnas), Perum Jasa Tirta, Perum Bulog, Perum Damri,
Perum Percetakan Uang Republik Indonesia (Peruri), dan lain-lain.
menjadi penyidikan dengan kasus dugaan korupsi yang menyeret berbagai nama yang
bertanggung jawab atas kasus Jiwasraya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Audit adalah suatu proses mengevaluasi dan memeriksa bukti dengan kriteria yang
telah ditetapkan yang bertujuan untuk menyatakan pendapat atau kesimpulan tentang apa
yang diaudit yang dilakukan oleh seorang auditor (pihak yang mengaudit).
Auditor independen adalah seorang anggota kantor akuntan publik yang bekerja
secara eksternal untuk memberikan pelayanan pada masyarakat yang memang sedang
memerlukan jasa audit. Dimana dalam melaksanakan pekerjaannya auditor harus
memiliki 5 prinsip etika profesi yaitu integritas, objektivitas, kompetensi profesional dan
kecermatan, kerahasiaan serta perilaku profesional.
Tujuan audit adalah untuk memberikan pendapat auditor kepada pengguna laporan
keuangan atas laporan keuangan apakah disajikan secara wajar, dalam semua hal yang
material, sesuai dengan kerangka akuntansi keuangan yang berlaku.
Dimana terdapat 4 jenis laporan auditor independen yaitu :
1. Opini wajar tanpa pengecualian
2. Opini wajar dengan pengecualian
3. Opini tidak wajar
4. Tidak berpendapat
Dalam studi kasus pada perusahaan BUMN PT Jiwasraya pada tahun 2017 terdapat
manipulasi laporan keuangan atau window dressing, yang berhasil ditemukan oleh auditor
independen yaitu koreksi laporan keuangan interim dari laba sebesar Rp. 2,4 triliun
menjadi hanya Rp. 428 miliar, sehingga akuntan publik memberikan opini wajar dengan
modifikasi atau pengecualian pada perusahaan PT Jiwasraya. Kejadian tersebut
merupakan salah satu dari runtunan kasus PT Jiwasraya yang mana permasalahan tersebut
sudah terjadi sejak tahun 2000-an dan pada tahun 2018 perseroan mengumumkan tidak
dapat membayar klaim polis jatuh tempo nasabah JS Saving Plan sebesar Rp. 802 miliar
hingga puncaknya pada 2019 PT Jiwasraya dilaporkan ke Kejaksaan Agung untuk
dilakukan penyelidikan karena laporan keuangan perusahaan dinilai tidak transparan,
hingga akhirnya menaikkan status menjadi penyidikan dan kasus dugaan korupsi yang
menyerat berbagai nama yang bertanggung jawab atas kasus Jiwasraya.
18
19
3.2 Saran
Dalam membuat laporan keuangan, suatu perusahaan haruslah menyajikan laporan
keuangan sesuai kondisi sesungguhnya atau dengan sebenar-benarnya tanpa ada
manipulasi, apalagi untuk perusahaan BUMN yang merupakan perusahaan negara yang
sudah seharusnya memberikan contoh pada perusahaan lainnya, dalam mengelola dan
menyajikan laporan keuangan dengan jujur dan dalam kondisi yang sebenarnya. Dan
sudah seharusnya untuk perusahaan BUMN haruslah mendapat pengawasan yang ketat
dari pihak pengawas dalam sektor keuangan yaitu oleh OJK.
DAFTAR PUSTAKA
20
21