Anda di halaman 1dari 31

PENGAUDITAN SEKTOR PUBLIK

Kerangka Konseptual Audit Sektor Publik


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengauditan Sektor publik

Disusun oleh Kelompok 6:

Riyatni Abubakar (02271711040)


Hildawati Hidayat (02271711028)
Arfles Rajalahu (02271711117)
Sukmawati J Rauf (02271711135)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat dan karunia-Nya penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul
“Kerangka Konseprual Audit Sektor Publik”. Makalah ini dibuat untuk memenuhi
tugas. Penulis berterimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan tugas ini. Kami menyadari tugas ini masih jauh dari
sempurna oleh sebab itu penulis meminta maaf apabila ada kesalahan di dalam
penulisan tugas ini. Penulis juga meminta kritik dan saran dari pembaca agar
penulis dapat membuat tugas yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Ternate, 22 September 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

JUDUL ……………….………………………...……………………….…....…. 1
KATA PENGANTAR ………..…………..…………………...………....…….. 2
DAFTAR ISI …………………………………………………………........…... 3
BAB I PENDAHULUAN …………………………….…………….…............. 4
1.1 Latar Belakang ….. ……….……..………….…….…………………............ 4
1.2 Rumusan Masalah ………....…………………..………..……...................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ……………………………….……………………........... 5
1.4 Manfaat Penelitian ……..…………...………….……………..……….......... 5
BAB II PEMBAHASAN…………………………...…………………..…......... 6
2.1 Kebijakan Dan Prosedur Pengendalian Kualias Audit …………….............. 6
2.2 Keberadaan dan Peran Komite Audit ………………...………….….........… 9
2.3 Pengujian Audit Sektor Publik ...................………..……….…...…........... 12
2.3.1 Term of reference ................................................................................ 12
2.3.2 Investigasi .......................................................................................... 14
2.3.3 Pelaporan ........................................................................................... 16
2.4 Akun dan Asersi Pengujian Audit Sektor Publik ………………….….......... 18
2.4.1 Akun Pendapatan ................................................................................ 18
2.4.2 Akun Belanja ..................................................................................... 19
2.4.3 Akun Aktiva Tetap ............................................................................ 12
2.4.4 Akun Jasa Personalia ......................................................................... 23
2.4.5 Akun Pembiayaan (Investasi) ............................................................. 24
2.4.6 Akun Saldo Kas ................................................................................ 24
2.5 Siklus Audit Sektor Publik ………..…………………………..….…........... 25
2.5.1 Survei Awal Karakter Industri/Bidang/Organisasi Yang Akan Diaudit .... 25
2.5.2 Pembuatan Program dan penerbitan Surat Tugas Audit Sektor Publik ...... 25
2.5.3 Pelaksanaan Audit Sektor Publik .......................................................... 25
2.5.4 Pembuatan Daftar Temuan .................................................................. 26
2.5.5 Komunikasi Temuan dan Penyusunan Draf Laporan Hasil Pemeriksaan .. 26
2.5.6 Penerbitan dan Tindak Lanjut Temuan Laporan Hasil Pemeriksaan ......... 26

3
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ……………...….......………........... 27
3.1 Kesimpulan ………….……...……....…...……...…....……………….….... 27
3.2 Saran .................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 28

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keuangan Negara merupakan salah satu unsur pokok dalam
penyelenggaraan pemerintahan negara. Untuk mencapai tujuan bernegara,
Keuangan Negara wajib dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-
undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab
dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara,
dibentuk satu BPK yang bebas dan mandiri. Pemeriksaan BPK meliputi
pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan
tertentu (PDTT).
BPK melaksanakan Pemeriksaan berdasarkan standar pemeriksaan.
Standar pemeriksaan merupakan patokan untuk melakukan pemeriksaan
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang meliputi standar
umum, standar pelaksanaan, dan standar pelaporan yang wajib dipedomani
oleh BPK dan/atau Pemeriksa.
Penyusunan standar pemeriksaan memerlukan acuan dan dasar berupa
Kerangka Konseptual Pemeriksaan. Pengembangan kerangka konseptual ini
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan kerangka
konseptual yang digunakan dalam penyusunan standar pemeriksaan
internasional yang relevan.
Konseptual bertujuan sebagai acuan dan dasar bagi BPK, Pemeriksa,
Aparat Pengawasan Intern Pemerintah yang melaksanakan audit kinerja dan
audit dengan tujuan tertentu, serta akuntan publik yang melaksanakan
pemeriksaan keuangan negara berdasarkan ketentuan undang-undang,
penyusun standar pemeriksaan; dan pengguna Laporan Hasil Pemeriksaan
(LHP) BPK dan pihak-pihak lain yang terkait dengan standar pemeriksaan
dan/atau pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.

5
Kerangka Konseptual bukan merupakan standar dan/atau prosedur
pemeriksaan. Kerangka Konseptual menjadi acuan bagi pengembangan standar
pemeriksaan. Dalam hal terdapat permasalahan yang belum diatur dalam standar
pemeriksaan, maka Pemeriksaan mengacu kepada Kerangka Konseptual.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana kebijakan dan prosedur pengendalian kualitas audit?
2. Bagaimana keberadaan dan peran komite audit?
3. Bagimana pengujian audit sektor publik?
4. Bagimana akun dan asersi pengujian audit sektor publik?
5. Baimana siklus audit sektor publik?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui dan memahami kebijakan dan prosedur pengendalian
kualitas audit
2. Untuk mengetahui dan memahami keberadaan dan peran komite audit
3. Untuk mengatahui dan memahami pengujian audit sektor publik
4. Untuk mengetahui dan memahami akun dan asersi pengujian audit sektor
publik
5. Untuk mengetahui dan memahami siklus audit sekor publik
1.4 Manfat Penelitian

Manfaat dari dibuatnya makalah ini adalah supaya pembaca dapat mengetahui
bagaimana Kerangka Konseprual Audit Sektor Publik di Indonesia.

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 KEBIJAKAN DAN PROSEDUR PENGENDALIAN


KUALIAS AUDIT

Terkait pembahasan bab ini bahwa pengendalian kualitas di sini yang di


maksud adalah kualitas audit sektor publik. Dalam pelaksanaan audit terdapat
standar yang dibuat sebagai pengendali berjalannya proses audit.
Berdasarkan General Standards Government Auditing and Standards with
Ethical Significance (INTOSAI), bahwa karena tugas dan tanggung jawab
lembaga audit tertinggi adalah penting untuk konsep akuntabilitas publik, lembaga
audit harus berlaku untuk memenuhi metodologi audit dan praktik dengan kualitas
terbaik. Tugas merumuskan prosedur untuk mengamankan pelaksanaan yang
efektif dari tanggung jawab untuk laporan audit, tidak terganggu oleh kurangnya
kepatuhan terhadap standar oleh personil atau ahli dari luar, prosedur
perencanaan, metodologi dan pengawasan.
Kinerja dan penerapan keterampilan teknis harus berkualitas sesuai dengan
kompleksitas aduit tertentu. Auditor harus waspada untuk situasi,kelemahan
pengendalian, kekurangan dlam pencatat, kesalahan dan transaksi yang tidak biasa
atau hasil yang bisa menjadi indikasi penipuan, pengeluaran yang tidak benar atau
melanggar hukum, operasi tidak sah, pemborosan, inefisiensi atau kurangnya
kejujuran. Apabila lembaga audit dalam melaksanakan fungsinya perlu nasihat
dari spesialis eksternal, standar untuk penerapan tesebut memiliki dasar pada
pemeliharaan kualitas kinerja.
Sebagai contoh di Indonesia, standar pengendalian mutu atau kualitas
Kantor Akuntan Publik (KAP) memberikan panduan bagi Kantor Akuntan Publik
di dalam melaksanakan pengendalian kualitas jasa yang dihasilkan oelh kantornya
dengan mematuhi berbagai standar yang di terbitkan oleh Dewan Standar

7
Profesional Akuntan Publik Institut Akuntan Publik Indonesia (DSPAP IAPI) dan
Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publikyang diterbitkan oleh IAPI.
Unsure-unsur pengendalian mutu yang harus diterapkan oleh setiap KAP
pada semua jenis jasa audi, atestasi dan konsultansi meliputi:
 Independensi. Meyakinkan semua personel pada setiap tingkat organisasi
harus mempertahankan independensi.
 Penugasan personel. Meyakinkan bahwa perikatan akan dilaksanakan
oleh staf profesional yang memiliki tingkat pelatihan dan keahlian teknis
untuk perikatan dimaksud.
 Konsultasi. Meyakinkan bahwa personel akan memperoleh informasi
memadai sesuai yang dibutuhkan dari orang yang memiliki tingkat
pengatahuan, kompetensi, pertimbagan (judgement), dan wewenang
memadai.
 Supervisi. Meyakinkan bahwa pelaksanaan perikatan memenuhi standar
mutu yang ditetapkan oleh KAP.
 Pemekerjaan (hiring). Meyakinkan bahwa semua orang yang di
pekerjakan memiliki karakteristik semestinya, sehingga memungkinkan
mereka melakukan penugasan secara kompeten.
 Pengembangan profesioanl. Meyakinkan bahwa setiap personal memiliki
pengetahuan memadai sehingga memungkinkan mereka memenuhi
tanggung jawabnya. Pendidikan profesional berkelanjutan dan pelatihan
merupakan wahana bagi KAP untuk memberikan pengetahuan memadai
bagi personelnya untuk memenuhi tanggung jawab mereka dan untuk
kemajuan karier mereka di KAP.
 Promosi (advancement). Meyakinkan bahwa semua personel yang
terseleksi untuk promosi memiliki kualifikasi seperti yang disyaratakan
untuk tingkat tanggung jawab yang lebih tinggi.
 Penerimaan dan keberlanjutan klien. Menentukan apakah perikatan dari
klien akan di terima atau dilanjutkan untuk meminimumkan
kemungkinan terjadinya hubungan dengan klien yang manajemennya

8
tidak memiliki integritas berdasarkan pada prinisip pertimbangan kehati-
hatian (prudence).
 Inspeksi. Meyakinkan bahwa prosedur yang berhubungan dengan unsure-
unsur lain pengendalian mutu telah diterapkan dengan efektif.

2.2 KEBERADAAN DAN PERAN KOMITE AUDIT

Komite Audit harus mendukung tujuan organisasi. Bagian akuntansi di


dalam organisasi dengan mengkaji kelengkapan bukti dalam rangka memenuhi
kebutuhan keandalan dan integritas dari bukti-bukti yang ada. Berikut adalah
prinsip penerapan komite audit yang baik (Sumber: National Audit Office
Online).

1. Peran Komite Audit.

Komite Audit harus mendukung Dewan dan Pemimpin Bagian Akuntansi


dengan meninjau kelengkapan jaminan dalam memenuhi kebutuhan
Dewan dan Pegawai Bagian Akuntansi, serta mengkaji keandalan dan
integritas jaminan.

2. Keanggotaan, independensi, objektivitas dan pemahaman.

Komite Audit harus independen dan objektif, di samping setiap anggota


harus memiliki pemahaman yang baik tentang tujuan dan prioritas
organisasi dan peran mereka sebagian anggota Komite Audit.

3. Ketrampilan.

Komite Audit seharusnya memiliki campuran keterampilan yang tepat


untuk memungkinkan untuk melaksanakan fungsi secara keseluruhan.

4. Lingkup Kerja.

Lingkup kerja Komite Audit harus didefinisikan dalam ketentuan atas


Referensi, dan mencakup semua kebutuhan jaminan dari Dewan dan

9
Pimpinan Bagian Akuntansi. Dalam hal ini, Komite Audit harus memiliki
keterlibatan tertentu dengan perkerjaan Audit Internal, pekerjaan Auditor
Eksternal, dan isu-isu Pelaporan Keungan.

5. Komunikasi.

Komite Audit harus dipastikan memiliki komunikasi yang efektif dengan


Dewan. Kepala Audit internal, Auditor Eksternal, dan pemangku
kepentingan lainnya.

Secara lebih terinci, peran Komite Audit dapat disebutkan sebagai berikut
(Sumber: National Audit Office Online).

1) Mendukung Dewan Audit

a. Dewan Audit memiliki banyak masalah, salah satu tantangan meraka


dan anggota mereka adalah mengetahui apakah mereka
memperhatikan isu-isu yang tepat. Jaminan adalah kunci untuk
mengatasi hal tersebut. Jaminan adalah pendapat yang dievaluasi
berdasarkan bukti-bukti yang diperoleh dari review, tata kelola
organisasi, manajemen risiko dan kerangka pengendalian internal.

b. Jaminan pada aspek manajemen risiko, tata kelola dan pengendalian


internal berfungsi secara efektif dan sama pentingnya dengan aspek
yang perlu diperhatikan untuk memperbaiki pelaksanaan audit.
Jaminan membantu Dewan untuk menilai fokus dari isu-isu yang
penting-penting dalam kaitannya untuk mencapai tujuan organisasi
dan apakah pengguaan terbaik adalah dari sumber daya. Komite
Audit dapat membantu Dewan untuk merumuskan kebutuhan
jaminan, dan kemudian menyarankan pada seberapa baik jaminan
yang diterima benar-benar memenuhi kebutuhan jaminan.

c. Perumusan kebutuhan jaminan adalah kunci untuk menentukan


sumber daya yang perlu didedikasikan untuk pengiriman jaminan,

10
dalam organisasi. Elemen-elemen kunci dari kebutuhan jaminan
meliputi.

 Sejauh mana Dewan ingin menempatkan jaminan


manajemen periodik (misalnya laporan pelayanan untuk
mendukung akuntabilitas dan peloporan akhir tahun ).

 Sejauh mana Dewan ingin menempatkan jaminan


manajemen yang sedang berlangsung, misalnya inspeksi
atau kepatuhan tim yang memberikan review
berkelanjutan bidang tertentu dan disebut dengan
pengendalian, dan

 Tingkat kepercayaan yang diperlukan dalam jaminan,


termasuk sejauh mana berbagai penyedia jaminan dapat
diandalkan oleh internal audit dalam pengendalian dan
tata kelola sesuai dengan Standar Audit Internal
Pemerintah.

d. Pemberian jaminan kepala Dewan harus ditinjau oleh Komite Audit.


Hal ini menambah nilai dan kegunaan jaminan dapat keyakinan
meningkatkan kehandalan mereka. Komite Audit juga harus proaktif
dalam jaminan pekerjaan jika mengidentifikasi risiko pemerintahan,
signifikasi dan masalah pengendalian yang tidak menjadi sasaran
review yang cukup, dan dalam mencari jaminan bahwa kelemahan
yang diidentifikasi melalui ulusan yang telah dilakukan agar benar-
benar diperbaiki.

e. Peran yang tepat dari Komite Audit akan tergantung pada keadaan
tertentu organisasi. Tujuan menyeluruhan dari Komite Audit adalah
memberi masukan kepada Dewan agar senantiasa membuat
keputusan yang relevan.

11
2) Kerangka acuan

a. Komite Audit harus diberikan Term of Reference resmi oleh


Dewan. Ini harus ditinjau secara teratur dan pada gilirannya harus
mewajibkan Komite Audit secara teratur meninjau keefektifan
sendiri.

b. Komite Audit harus memiliki wewenang yang tepat untuk


meminta setiap anggota organisasi baik untuk: menghadiri
pertemuan Komite Audit, atau memberikan informasi untuk
membantu Komite Audit dalam memenuhi perannya menasihati
Dewan.

c. Komite Audit akan memerlukan akses ke pendanaan untuk


menutupi biaya yang dikeluarkan dalam memenuhi perannya.
Dana tersebut harus cukup untuk: memadai memenuhi remunerasi
dan biaya kerja anggotanya: memadai memenuhi kebutuhan
pelatihan yang relevan dari para anggotanya: menyediakan saran
spesialis (eksternal) atau pendapat ketika diperlukan, dan (jika
disetujui sesuai dalam organisasi memberikan review eksternal
terhadap efektif Komite Audit).

2.3 PENGUJIAN AUDIT SEKTOR PUBLIK

Teori dan konsep terkait pengujian audit sektor publik dibagi menjadi
dua kategori, yakni konsep teori dan konsep proses. Dalam bab ini, kategori teori
konsep lebih jauh akan dibahas sebagai kerangka konseptual audit sektor publik.
Konsep dibagi menjadi tiga fase, yakni term of reference, investigasi dan
peloparan.

2.3.1 Term of Reference

Face acuan (reference) terdiri dari tujuh konsep, yaitu:

12
1. Nilai Sosial
Konsep pertama mencerminkan akar audit bukti dalam nilai sosial
yang menganggap penting konsistensi dan integritas dalam persiapan dan
penyajian laporan keuangan.
2. Keterkaitan Dengan Perencanaan, Anggaran, Dan
Pengendalian manajemen
Konsep kedua mencerminkan hubungan antara audit internal dan
eksternal, dengan komponen lain siklus manajemen: perencanaan,
penganggaran dan pengendalian manajemen.
3. Akuntabilitas

Konsep ketiga menetapkan istilah akuntabilitas acuan secara


eksplisit uuntuk hubungan klien atau audite, di mana meminta seluruh
aktivitas keuangan untuk dibukukan, dan disajikan dalam bentuk laporan
keuangan dengan menggukan kriteria yang telah ditetapkan yakni Prinsip
Akuntansi Berterima Umum.

4. Kriteria
Kriteria pelaporan keuangan dicirikan sebagai empat konsep dalam
aturan term of reference.
5. Lingkup Investigasi
Akuntabilitas term of reference dan terkait kriteria yang dapat
dikelompokan sebagai lingkup audit, dan hal ini didentifikasikan sebagai
konsep kelima dalam konsep ini.
6. Tujuan

Aturan tujuan audit mengikuti secara langsung dari lingkup dan


termasuk tujuan wajib untuk menyatakan opini laporan keuangan, dan
tujuan discretionary dalam menyediakan rekomendasi melalui
pengendalian internal/manajemen setelahnya.

13
7. Batasan-Batasan
Konsep ketujuh adalah aturan batasan-batasan dari sebagai macam
subjek audit. Batasan yang dapat didentifikasi temasuk batasan dalam
Undang-Undang dan kontrak, yang ditetapkan lingkungan pragmatis di
mana audit bukti dilakukan ketetapkan waktu (timeliness), afektivitas
biaya (cost effectiveness), dan kelayakan praktik (practise feasibility).

2.3.2 Investigasi

Konsep dasar mengidentifikasikan bahwa face investigasi dan pelaporan


berada dalam Uniform Rules of Profesional Conduct, yang diterjemahkan dengan
khusus pada audit bukti sebagai Standar Audit Berterima Umum (Generally
Accepted Auditing Standar/GAAS). Tiga tipe standar dalam Standar Audit
Berterima Umum berperan dalam kerangka konsep ini, yakni: pertama, standar
umum menyediakan dasar konsep yang sudah teridentifikasi terkait kapasitas dan
perilaku auditor dalam pengumpulan informasi dan kegiatan evaluasi dalam fase
investigasi dan kegiatan pelaporan informasi pada fase pelaporan. Kedua, aturan
standar pengujian menyediakan dasar konsep terkait pengumpulan informasi dan
kegiatan aktivitas pada fase investigasi. Ketiga, aturan standar pelaporan
menyediakan dasar konsep terkait konsep pelaporan informasi pada fase
pelaporan.

Perbedaan antara aturan konsep terkait pengumpulan informasi dan


evaluasi pada fase investigasi dan pelaporan informasi pada fase pelaporan, serta
aturan konsep terkait kapasitas dan tingkah laku auditor dalam tahapan fase
investigasi dan pelaporan.

Aturan konsep informasi pada fase investigasi teridentifikasidalam fase


investigasi audit menurut Cutt, James (1988) ada pada 9 konsep dan konsep
kesepuluh berikut yang menghubungkan dari fase investigasi kepada fase
pelaporan.

14
1. Pengatahuan akan lembaga yang akan diaudit
konsep pertama ini meminta auditor untuk mencapai kedekatan
yang cukup dengan usaha klien dalam melakukan audit.
2. Kepercayaan
Konsep kedua ini meminta adanya indentifikai auditor
pengendalian internal organisasi di mana dia fokus dan dapat dipercaya
dalam melaksanakan audit.
3. Bukti

Konsep ketiga ini mengidentifikasi hakikat dari sumber bukti

4. Verifikasi
Konsep keempat adalah konsep pengendalian pada fase investigasi
dan teridentifikasi sebagai verifikasi (pengumpulan dan evaluasi buti audit
dengan pandangan penyediaan opini audit). Lebih lanjut, proses verifikasi
di dalamnya termasuk konsep ketercakupan (sufficiency) dan kesesuian
(approriateness) bukti.
5. Asumsi
Konsep verifikasi terlihat terkait dengan konsep kelima dan
keenam, dengan asmsi pada aktivitas verifikasi ditemukan.
6. Asersi
Selanjutnya asersi atau pernyataan, keduanya tentang pengendalian
internal dan laporan keuangan, auditor mencari untuk memverifikasi
dengan mengumpulkan dan mengevaluasi bukti.
7. Kecukupan (kuantitas)
Kecukupan atau kuantitas bukti terdapat dua konsep lainnya, yakni
ketepatan (precision) dan tingkat jaminan yang disediakan oleh auditor.
Ketepatan (precision) dapat didefinisikan dalam istilah yang lebih luas
yang memerlukan bukti yang persuasif daripada konklusif, namun dapat
jugadidefinisikan terutama pada konsep tambahan dari metrialitas.

15
Sedangkan tingkat jaminan yang disediakan oleh auditor didefinisikan
dlam istlah konsep risiko dalam bentik variatif.
8. Penyesuaian (kualitas)
Penyesuaian atau kualitas bukti audit didefinisikan dalam istilah
lebih lanjut sebagi ketertarikan (relevance) dan keandalan (reliability).
9. Metode
Metode atau teknik yag digunakan oleh auditor dalam
mngumpulkan dan mengevaluasi bukti didefinisikan sebagai konsep
terpisah, kemudian terbagi kedalam metode pemenuhan (compliance
methods) dna metode substantif (substantive methods)
10. Kelayakan (Cerminan Batasan Umum dan Penyediaan
Mata Rantai Pelaporan)
konsep terkahir terkait infprmasi dalam fase investigasi audit adlah
kelayakan, mencerminkan secara khusus dalam standar pengujian ketuga
yang meminta auditor mempunyai cukup bukti yang layak untuk
menyediakan dasar layak dalam isi laporan.

2.3.3 Pelaporan

Konsep terkait informasi dalam fase pelaporan terbagi ke dala ketgori,


yaitu :

1. Tipe Laporan

Kategori pertama terkait dengan berbagai tipe laporan keuangan


yang ada

2. Lingkup Laporan

Kategori kedua aalah linfkup laporan audit, meminta auditor


mengidentifikasi laporan keuangan yang trlah dilaporkan kepada negara
yang pengujuannya dilakukan dengan mengacu standar audit berterima
umum serta dilaksanakan melalui tes dan prosedur tertentu

16
3. Opini

Konsep ketiga terkait opini auditor yaitu permintaan auditor yang


menggambarkan apakah informau laporan disajikan dengan secara wajar
sesuai dengan dasar pengungkapan akuntansi dan apakah penerapan dasar
akuntansi telah konsisten dengan periode terdahulu. Konsep terpenting
dalam kewajaran adalah ditemukan hubungan denga opini audit.
Pandangan umu tentang kewajaran adalah pelaksanaan yang sesuai dengan
penilaian profesional yang sesuai dengan prinsip akutansi berterima
umum.

4. Reservasi

konsep keempat mengidentifikasi beragam bentuk reservasi yang


dapat digunaan auditor dalam laporan audit.

5. Pengendalian Internal/Manajemen
Konsep kelima terkait dengan kebebasan menentukan tujuan ats
rekomendasi yang diberikan untuk perbaikan pengendalian internal.
6. Tindak Lanjut Audit

Konsep terakhir adalah terkait dengan pernyataan bagaimana


tindak lanjut audit. Konsep-konsep kelayakan dan keajaran mengacu pada
informasi pada fase investigasi dan bayanagn pada fase pelaporan audit
selanjutnya yang berdasarkan pada akar standar umum. Konsep inni terkait
dengan kapasitas dan perilaku auditor, dan operasionalisasi standar umum
yang terdiri dari kegiatan pengumpulan informasi, evaluasi dan pelaporan
akan dapat dilkukan oleh auditor yang mempunyai karakteristik:

1) Kompete, dapat dicapai dengan pelatihan terkait.


2) The Behavioral Concept of Due Care. Dapat dilihat dengan jelas
dalam literatur yang terkait dengan legal liability.
3) Terkait dengan konsep perilaku objektivitas-penilian mandiri.

17
4) Konsep perilaku terkait penilaian profesional, tercermin dalam
koonsep informasi yang layak dan tepat, dan dapat juga termasuk
konsep perilaku tambahan dari reasonable scepticism.

2.4 AKUN DAN ASERSI DALAM PENGUJIAN AUDIT


SEKTOR PUBLIK

2.4.1 AKUN PENDPATAN

Tujuan adanya siklus pendapatkan adalah untk mengungkapkan ada


tidaknya salah saji yangmaterial dalam pos pendapatan Organusasi, Dana Transfer
dan lainlainpendaptan yang sah.

Periksaan atas siklus pendapatan mencangkup pemeriksaan atas :

1) Pendapatan organisasi, contohnya : pos pajak daeah, retribusi laba, bagian


laba usaha daerah, dan lain-lain pendapatan asli daerah.
2) Dana perimbangan mencakup atas bagi hasil pajak bukan pajak, dana
alokasi umum, dana alokasi khusus, dan dana perimbangan dari pusat.
3) Pendaptan lain-lain yang sah sesuai dengan lingkup pemeriksaan tersebut,
maka koreksi dilakukan atas salah saji yang ditemukan dalam pemeriksaan

Transaksi-transaksi dalam siklus pendapatan ini sangat berpengaruh


terhadap laporan keuangan. Kesaahan dalam membedakan pendapatan
yang dierima secara tunai dan pendapatan yang diterima secara kredit
(piutang) akan menyebabkan laporan keuangan yang salah saji.

Pemeriksaaan pendapatan

Risiko bawaan siklus pendaptan pada banyak organisasi sektr publik,


adalah tinggi. Ada berbagai faktor yang menyebabkan tingginya risiko bawaan
siklus pendapatan ini, antara lain:

18
a. Volume transaksi yang selalu tinggi
b. Masalah akuntansi yang berkembang

Tingginya volume transaksi, akan memperbesar kemungkinan terjadinya


salah saji. Semakin tinggi volume transaksi, semakin tinggi kemungkinan
kesalahanpencatatan transaksi tersebut. Disamping itu, masalah akuntansi
yang berkembang perlu diperhitungkan

Jenis koreksi pembukuan yang harus dikoreksi atas pendaptan adalah:

a) Kesalahan pembukuan dan atau penyajian saldo awal tahun


anggaran perhitungan/sisa anggaran tahun lalu.
b) Kesalahan pembukuan dan atau penyajian pendapatan daerah.
c) Kesalahan pembukuan dan atau penyajian saldo akhir tahun
anggaran/sisa perhitungan anggaran thun anggaran perhitungan.
d) Kesalahan penyajian dalam daftar lampiran erhitungan
anggaran/sisa anggaran perhitungan.
e) Kesalahanyang wajib dikoreksi oleh auditor, terdiri atas :
1) Kesalahan pembukuan (kekeliruan pencatatan)
2) Kesalahan pembebanan
3) Kesalahan dan pengurangan angka (aritmatika)

2.4.2 AKUN BELANJA

Audit terhadap siklus organisasi sektor publik terdiri dari auditor terhadap
belanja aparat/pegawai/SDM dan belanja pelayanan publik. Belanja aparat dan
belanja pelayanan publik terdiri dari belanja adminitrasi umum, belanja operasi
dan pemeliharaan, dan belanja modal/pembangunan.

Tujuan audit sikulus belanja adalah untuk memperoleh bukti mengenai


masing-masing divisi signifikan yang berkaitan dengan transaksi dan saldo siklus
belanja. Tujuan audit ditentukan berdsar atas kelima kategori asersi laporan
keuangan, yakni :

19
1) Siklus belanja oprganisasi sektor publik mencakup berbagai proses dan
keputusan untuk memperoleh barang dan jasa yang diperlukan salam
pelaksanaan kegiatan organisasi sektor publik termauk di dalamnya unit-
unit organisasi. Siklus ini dimulai dengan adanya permintaan pebelian dari
berbagai unit kerja melaui pengajuan “Daftar Isian Anggaran” masing-
masing unit kerja. Transaksi belanja yang dilakukan oleh organisasi sektor
publik bisa dilakukan secara tunai maupun secara kredit (menimbulkan
utang), baik itu untuk belanja aparatur/pegawai maupun belanja pelayanan
publik. Audit siklus belanja ini berkaitan dengan belanja pegawai, belanja
operasional seperti pengadaan barang invebtaris antor, ATK, belanja
pemeliharaan dan pengeluaran kas. Kedua kelompok transaksi ini
memengaruhi berbagai rekening berikut.
a) Kas
b) Persediaan barang habis pakai
c) Aktiva tetap
d) Aktiva lain-lain
e) Utang
Transaksi-transaksi daalam siklus oprganisasi sektor publik ini
sanagt berpengaruh terhadap laporan keuangan organisasi sektor
publik. Kesalahan dalam membedakan pengeluaran/belanja untuk
belanja aparat/pegaai dan pengeluaran/belanja untuk pelayanan
publik akan menyebabkan laporan keuangan yang salah saj.i.
Berbagai pos-pos rekening belanja adminitrasi umum, belanaj
operasi dan peeliharaan dan belanja mosal/pembangunan dapat
material secara individual. Jadi, auditor berusaha mencari untuk
mencapai tingkat risiko yang lebih rendah yakni bahwa transaksi
dalam pos belanja merupakan sumber salah saji material dalam
laporan keuangan.
2) Risiko bawan pos belanja organisasi sektor publik pada banyak organisasi
adalah tinggi. Ada berbagai faktor yang meyebabkan tingginya risiko
bawaan sikulus belanja ini, anatara lain:

20
a) Volume transaksi yang selalu tinggi.
b) Pembelanjaan dan pengeluaran tanpa otorisasi yang dapat terjadi.
c) Pembelian aset yang tidak perlu.
d) Masalah akuntansi yang berkembang.
3) Tingginya volume transaksi akan memperbesar kemungkinan terjainya
salah saji. Semakin tinggi volume transakis, semakin tinggi kemungkinan
juga bahwa organisasi sektor publik melakukan oebelian aset yang tidak
perlu. Masalah akuntansi mengenai penentuan ‘apakah harga perolehan
aktiva dikapitalisasi atau dianggap sebagai biaya’ mengakibatkan
tingginya kemungkinan kesalahan perlakuan pengeluaran kas.
4) Tingginya risiko bawaan siklus belanja menyebakan banyak organisasi
sektor publik memprioritaskan atau memperluas struktur pengendalian
internal siklus belanja, untuk mencegah dan mendeteksi salah saji. Ini
signifikan mengurangi risiko pengendalian asersi keberadaan dan
keterjadian, kelengkapan,penilaian dan pengalokasian yang berkaitan
dengan transaksi dan rekening siklus belanja organisasi. Jadi, strategi audit
yang sering dipakai adalah pendekatan tingkat risiko pengendalian yang
ditetapkan lebih rendah.

Dalam stretegi ini, auditor lebih banyk mengandalkan pengujian


pengendalian logika pempikiran yang mendasari penggunaan strategi ini
adalah apabila auditor yakin bahwa struktur pengendalian internal klien,
sangat baik dan dapat mencegah dan mendeteksi salah saji, maka auditor
akan menguji efektivitas struktur pengendalian internal. Dengan demikian
akan melaksanakan pengujian pengendalian.

Seperti siklus pendaptan, pengujian pengendalian umumnya tidak


mengurangi risiko pengendalian untuk asersi hak dan kewajiban. Jadi,
auditor dapat menggunakan kombinasi strategi risiko pengendalian yang
ditetapkan lebih rendah dan pengujian subtantif.

21
5) Faktor ini yang perlu dipertimbangkan dala memilih strategi audit adalh
pertimbangan manfaat biaya, pengujian pengendalian tergantung
pertimbangan manfaat biaya. Auditor perlu mmbandingkan biaya dalam
melakukan penngujian pengendalian internal dengan penghematan yang
diperoleh dengan berkurangnya pengujian subtantif.

2.4.3 AKUN AKTIVA TETAP

Aktiva tetap merupakan aset/harta yang dimiliki oleh organisasi sektor


publik yang digunakan dalam kegiatan operasional organisasi dan tidak untuk
dijual belikan serta digunakan lebig dari satu tahun (periode akuntansi) dengan
maksud untuk mencapai tujuan orgnisasi. Audit atas aktiva tetap ini sangat
penting karena aktiva tetap memiliki porsi terbesar sebagai aset/harta yang
dimiliki oleh organisasi publik.

Tujuan audit aktiva tetap adalah untuk memperoleh bukti tentang masing-
masing asersi signifikan yang berkaitan dengan transaksi dan saldo aktiva tetap.
Tujuan audit ditentukan berdasarkan atas kelima ketegori asersi laporan keuangan,
seperti yang sudah disebutkan diatas.

Audit atas aktiva tatap sangat penting karena biasanya aktiva


tetapmerupakan aset daerah/kekayaan terbesar yang dimiliki oleh suatu organisasi
sektor publik. Masalah berikutnya adalah bahwa aktiva tetap merupakan titik
rawan terjadinya inrfisiensi dan pencurian. Oleh karena itu, perlakuan aktiva tetap
organisasi sektor publik harus diperhatikan secara khusus.

2.4.4 AKUN JASA PERSONALIA

Siklus jasa personalia sangat penting karena maslah gaji, pajak


penghasilan pegawai dan biaya ketenagakerjaan lainnya merupakan komponen
biaya utama hampir di semua entitas. Masalah berikutnya adalah penggajian
pimpinan/eksekutif organisasi sektor publik dan pegawai pekerjaannya.

22
Kompensasi tersebut meliputi gaji, insentif lembur, komisi, dan berbagai bentuk
tunjangan lainnya. Transaksi utama siklus ini adalah transaksi gaji.

2.4.5 AKUN PEMBIAYAAN (INVESTASI)

Investasi ini pada umunya merupakan bagian dari strategi jangka panjang
suatu organisasi sektor publik. Investasi dalam surat berharga dapat berupa
penanaman dalam surat berharga yang termasuk aktiva lancar maupun bukan
aktiva lancar. Investasi surat berharga sebagai aktiva lancar merupakan investasi
sementara yang bertujuan untuk memanfaatkan dana yang tidak dipergunakan
dalam jangka pendek untuk memperoleh laba seperti capital gain. Jangka waktu
onvestasi sementara tidak lebih dari satu periode akuntansu. Di samping investasi
sementara, investasi dapat dilakukan dalam bentuk penanaman modal dengan
wujud surat berharga jngka panjang.

Investasi jangka pendek mungkin sangat berpengaruh atas kemampuan


membayar jangka pendek, tetapi pendapata atas investasi itu tidak selalu
signifikan dengan hasil oprasi entittas. Dengan demikian, surat berharga yang
dipegang atau dipunyai sebagai investasi jangka pendek material bagi neraca,
tetapi tidak material bagi laporan surplus defisit organisasi sektor publik.

Surat berharga yang dipegang atau dipunyai sebagai investasi jangka


panjang bisa jadi material baik bagi neraca maupun laporan surplus defisit.
Investasi surat berharga jangka panjang pada umumnya dilakukan dalam jumlah
nilai rupiah yang besar, sehingga sangat berpengaruh bagi neraca. Disamping itu,
pendapatan maupun kerugian akibat investasi jangka panjang terkadang bear
nilainya, sehingga sangat material dalam transaksi.

Risiko salsh saji pada transaksi penanaman investasi organisasi sektor


publik, pada umumnya rendah karena transaksi yang jarang terjadi. Lebih dari itu
pengendalian internal atas transaksi ini. Pada umumnya efektif karena satu atau
lebih pihak dari manajemen pemerintahan daerah berpartisipai dalam transaksi.

23
Stategi audit sangat tergantung frekuensi transaksi penanaman investasi.
Bila frekuensinya rendah, auditor akan menghemat biaya bila memakai primary
substantive apporoach atau pendekatan mengutamakan pengujian substantif.
Sebaliknya, apabila frekuensi transaksi tinggi, maka auditor menghemat biaya
kalau melakukan pengujian pengendalian, untuk menghimpun bukti yang
mendukung.

2.4.6 AKUN SALDO KAS

Saldo kas dihasilkan dari pengaruh kumulatif siklus belanja, siklus


investasi, dan siklus jasa personalia. Entitas harus mengeluarkan kasnya untuk
memperoleh berbagai sumber daya yang diperlukan organisasi sektor publik
(siklus belanja). Pengeluaran kas tersebut meliputi pula pengeluaran untuk
memperoleh sumber daya manusia (suklus jasa personalia). Siklus investasi juga
berkaitan erta dengan siklus kas. Entitas yang menanamkan investasi harus
mengeluarkan sejumlah uangnya untuk membeli saham atau surat berharga lain.
Investasi tersebut akan dapat menghasilkan pendapatan yang pada akhirnya akan
menambah kas. Saldo kas meliputi kas ditangan atau disimpam dalam entitas kas
di bank dan dana tertentu yang disishkan (seperti, dana kas kecil)

Tujuan audit saldo kas adalah untuk memperoleh bukti tentang masing-
masing asersi signifikan yang berkaitan dengan transaksi dan saldo kas. Tujuan
audit ditentukan berdasarkan atas kelima kategori sersi laporan keuangan.

a. Asersi keberadaan dan kerterjadian


 saldo kas tercatat bener-benr eksis pada tanggal neraca
b. Asersi kelengkapan
 Saldo kas tercatat, meliputi pengaruh semua transaksi kas yang
telah terjadi.
 Transfer kas antar bank pada akhir tahun telah dicatat pada periode
yang tepat
c. Asersi hak dan kewajiban

24
 Saldo kas tercatat dapt direalisasi pada jumlah yang dinyatakan
dalam neraca dan sesuai skedul pendukungnya.
d. Asersi pelaporan dan pengungkapan
 Saldo kas telah diidentifikasi dan dikelompokkan secara tepat
dalam neraca

2.5 SIKLUS AUDIT SEKTOR PUBLIK

2.5.1 Survei Awal Karakter Industri/Bidang/Organisasi Yang Akan Diaudit

Tahapan selanutnya dalam siklus audit sektor publik adalah survei awal
terhadap karakter industri/organisasi yang akan diaudit.

2.5.2 Pembuatan Program Audit dan Penerbitan Surat Tugas Audit

Untuk setoap area yang diaudit, auditor harus menyusun langkah-langkah


audit yang akan dilakukannya.langkah-langkah itu tertuang di dalam program
audit. Suatu program audit akan berisi:

 Tujuan audit untuk setiap area.


 Prosedur audit yang akan dilakukan.
 Sumber-sumber bukti audit.
 Deskripsi mengenai kesalahan (error).

Setelah program audit selesai dibuat, maka pihak organisasi sektor publik
segera mengeluarkan tugas untuk lembaga pemeriksa (auditor) untuk
melaksanakan audit.

2.5.3 Pelaksanaan Audit Sektor Publik

Setelah mendapat surat tugas maka dimulailah salah satu tahapan dalam
proses audit dimana auditor akan mengembangkan sutu program audit, melalui
keefktifitas sistem pengendlian internal organisasi, dan melakukan pengujian-
pengujian yang diperlukan untuk memperoleh bukti audit yang memadai

2.5.4 Pembuatan Daftar Temuan

25
Setelah melakukan kegiatan pelaksanaan audit, auditor biasanya
mendapatkan termuan-temuan terkait dengan keuangan klie. Temuan-temuan
tersebut kemudian didaftarkan sebagai bukti dalam penyampaian pendapat
nantinya.

2.5.5 Komunikasi Temuan dan Penyusunan Draf Laporan Hasil


Pemeriksaan

Berdasarkan temuan-temjan auditor di lapangan, kemudian auditor


melakukan pembicaraan dengan pimpinan organiasi sektor publik, terkait temuan-
temuan tersebut. Dalam tahapan ini, auditor melakukan cross-check hasil
temuannya dengan fakta yang terjadi di lapangan.

Setelah hasil temuan auditor dibicarkan atau melakukan cross-check


dengan pejabat organisasi sektor publik, auditor kemudian menyusun draf laporan
hasil pemeriksaan.

2.5.6 Penerbitan Laporan Hasil Pemeriksaan dan Tindak Lanjut Temuan


Laporan Hasil Pemeriksaan

Berdasrkan temuan-temuan yang ada dilapangan, auditor melakukan


tindak lanjut atau dengan kata lain memberikan rekomendasi perbaikan kepada
organisasi sektor publik. Tahapan terkahir dari siklus audit keuangan adalah
penerbitan laporan hasil pemeriksaan kepada pihak-pihak yang memiliki
kepentingan terhadap organisasi yang telah diaudit tersebut.

26
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa


kerangka konseptual pada akuntansi sangatlah penting. Dikarenakan kauntansi
sektor publik memiliki banyak lingkup maka sbelumnya perlu unutk direncanakan
dengan sebaiknya dengan adanya kerangka konseptual audit sektor publik maka
kita dapat merumuskan konsep yang mendasari penyusunan dan pelaksanaan
siklus audit sektor publik.

3.2 SARAN

Dalam tersusunnya bentuk tugas makalah ini, dapat memberikan


gambaran dan menambah wawasan bagi kita tentang kerangka konseptyal audit
sektor publik/komersialserta perkembangnnya dari waktu ke waktu. Lebih
jauhnya penyusun berharap dengam memahami materi di makalah ini pembaca
menjadi bertambah wawasannya dan dapat berdamak positif.

27
DAFTAR PUSTAKA

Bastian. Indra. 2004. “Audit Sektor Publik”. Jakarta : Salemba Empat

28
Lampiran

29
30
31

Anda mungkin juga menyukai