Anda di halaman 1dari 101

i

2019

N
AUDITING 2

SARTIKA OKTAVIANI SIRAIT ( 17404401)

MELISA F SIMANJUNTAK ( 16403974 )

ESTIKA SIANTURI ( 16404139 )

LUIS PERNANDO SINAGA ( 16404114 )

YOLANDA SARAGIH ( 16404065 )


STIE SULTAN AGUNG
YUDHA MAULANA HARAHAP ( 16404069 )

FRENGKY SIMANJUNTAK ( 16404137 ) PEMATANGSIANTAR

WILLY HOLONG SIMBOLON ( 16404174 )


Kata Pengantar
Pentingnya Auditing

Didalam masyarakat modern, kekayaan dinilai dengan uang


dan setiap transaksi aliran kekayaan antar individu di dalam
masyarakat diukur dengan satuan uang. Hubungan antar anggota
masyarakat di dalam masyarakat modern sebagian besar didasarkan
pada uang. Bagian masyarakat yang tidak dialiri uang ibarat bagian
tubuh yang tidak dialiri darah, miskin dan tidak banyak yang bisa
dilakukan untuk mengisi kehidupan. Setiap pihak yang diserahi
wewenang untuk mengelola kekayaan investor, berkewajiban untuk
mempertanggungjawabkan pengelolaan kekayaan tersebut kepada
investor.

Dalam mempertanggungjawabkan kekayaan, manajemen


perusahaan menggunakan akuntansi sebagai bahasa komunikasi.
Kebutuhan masyarakat tentang informasi keuangan yang andal
menyebabkan timbulnya profesi akuntan public. Profesi ini dapat
dipercaya untuk menilai kewajaran pertanggungjawaban keuangan
yang disajikan oleh manajemen kepada pihak luar perusahaan. Untuk
menilai kewajaran pertanggungjawaban keuangan tersebut diperlukan
pengetahuan yang disebut auditing. Pengetahuan ini menjadikan orang
kompeten untuk menilai kewajaran pertanggungjawaban keuangan,
sehingga memungkinkan profesi akuntan public mampu menghasilkan
jasa yang menjadikan masyarakat dapat memperoleh informasi
keuangan yang andal. Informasi keuangan yang andal dapat
memberikan dasar yang andal bagi masyarakat keuangan dalam
mengambil keputusan pengalokasian sumber daya ekonomi secara
efektif dan efisien.

ii
Ucapan Terima Kasih

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang MahaEsa atas limpahan


rahmat dan karunianya sehingga buku Auditing 2 tahun 2019 telah
diselesaikan. Buku ini merupakan sebagai buku panduan bagi
mahasiswa Program Studi Akuntansi dalam mengaudit laporam
keuangan.

Terimakasih disampaikan kepada Ibu Sepbeariska Manurung


S.E,. M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Auditing 2 serta semua
pihak yang telah membantu dalam penyelesaian buku ini.

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam buku ini


untuk itu kritik dan saran terhadap penyempurnaan buku ini sangat
diharapkan. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa
akuntansi dan bagi semua pihak yang membutuhkan.

Pematangsiantar, Januari 2019

Sartika, dkk

iii
Daftar Isi

Kata Pengantar……………………………………………………………….ii

Daftar Isi……………………………………………………………………...iv

BAB 1 : METODOLOGI AUDIT……………………………………………………..1

BAB 2 : AUDIT TERHADAP SIKLUS PENDAPATAN : PENGUJIAN


PENGENDALIAN…………………………………………………………………..10

BAB 3 : PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP PIUTANG


USAHA………………………………………………………………………………19

BAB 4 : AUDIT TERHADAP SIKLUS PENGELUARAN……………………….26

BAB 5 : PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP SALDO UTANG


USAHA………………………………………………………………………………32

BAB 6 : PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP AKTIVA TETAP…………..39

BAB 7 : PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP AKTIVA TETAP TIDAK


BERWUJUD…………………………………………………….............................43

BAB 8 : AUDIT TERHADAP SIKLUS PRODUKSI………………………………48

BAB 9 : PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP SALDO


SEDIAAN…………………………………………………………………………….55

BAB 10 : AUDIT TERHADAP SIKLUS JASA PERSONEL…………………….60

BAB 11 : PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP INVESTASI………………66

BAB 12 : PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP UTANG JANGKA


PANJANG……………………………………………………………………………71

BAB 13 : PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP EKUITAS PEMEGANG


SAHAM………………………………………………………………………………75

BAB 14 : PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP SALDO KAS……………..80

BAB 15 : PENYELESAIAN PEKERJAAN AUDIT………………………………85

BAB 16 : LAPORAN AUDIT……………………………………………………….89

DAFTAR PUSTAKA

iv
1

BAB 1
1
METODOLOGI AUDIT

Auditing merupakan matakuliah yang diajarkan kepada mahasiswa


setelah mereka menempuh matakuliah akuntnsi keuangan dan sistem
informasi akuntansi. Umumnya materi matakuliah auditing dibagi
menjadi dua bagian: pengantar auditing dan metodologi auditing.
Pengantar auditing berisi pelajaran mengenai berbagai hal yang perlu
diketahui oleh mahasiswa mengenai profesi akutan public dan
pekerjaannya yang meliputi: profesi akuntan public; etika profesional;
pengendalian intern; bukti audit; kertas kerja; penerimaan perikatan
dan perencanaan audit; materialitas, risiko audit, dan strategi audit
awal; penafsiran risiko dan desain pengujian; attribute sampling untuk
pengujian pengendalian; variable sampling untuk pengujian
substantive.

Bagian kedua materi kuliah auditing dipusatkan kepada


metodologi auditing, yang meliputi desain pengujian pengendalian
terhadap berbagai siklus transaksi entitas dandesain pengujian
substantive terhadap berbagai saldo akun signifikan dalam laporan
keuangan.

Dalam bab ini diuraikan rerangka dasar yang melandasi uraian


perancangan pengujian pengendaliaan dan pengujiaan substansif yang
disajikan Bab 2 sampai dengan Bab 16. Tujuan uraian bab ini adalah
agar para mahasiswa yang sedang belajar dan dosen yang mengajar
bagian kedua matakuliah auditing, memiliki rerangka berfikir yang jelas
dalam mempelajari dan mengajarkan perancangan program pengujian
2

pengendalian dan pengujian substatif. Dengan demikian mahasiswa


yang mengikuti matakuliah auditing mampu mengembangkan dirinya.

A. Hubungan Antara Strategi Audit Awal dan Siklus Transaksi

Dalam strategi audit awal, auditor merencanakan prosedur yang


kurang ekstensif untuk memperoleh pemahaman atas pengendalian
intern dan auditor merencanakan akan mengadakan pengujian
substantive secara luas. Namun jika berdasarkan pertimbangan
auditor, taksiran risiko pengendalian berada pada tingkat moderat atau
pada tingkat rendah terhadap pengendalian, maka auditor akan
memilih strategi pengendalian rendah (lower assessed level of control
risk strategy). Dalam strategi ini, auditor merencanakan prosedur yang
lebih ekstensif untuk memperoleh pemahaman atas pengendalian
intern dan auditor membatasi penggunaan pengujian substantive.

Strategi audit awal tersebut tidak diterapkan pada audit secara


keseluruhan, namun merupakan pendekatan yang umumnya
digunakan oleh auditor untuk sekelompok asersi yang dipengaruhi oleh
suatu golongan transaksi dalam siklus transaksi tertentu.

Dua akun yang selalu berdampak signifikan pada laporan


keuangan adalah pendapatan penjualan pada laporan laba rugi dan
piutang usaha dalam neraca. Dua akun ini merupakan bagian dari
siklus pendapatan (revenue cycle ). Saldo akun pendapatan penjualan
dan piutang usaha dipengaruhi oleh transaksi penjualan, yang
biasanya tinggi frekuensi terjadinya. Karena saldo akun piutang usaha
juga dipengaruhi oleh transksi penerimaan kas dan adjustment
penjualan (seperti pada retur penjualan), harapan auditor tentang
3

efektivitas pengendalian intern dalam transaksi penjualan, penerimaan


kas dan adjustment penjualan dipertimbangkan semuanya dalam
menentukan strategi audit awal untuk asersi piutang usaha.

No Siklus Transaksi Golongan Transaksi


1 Pendapatan Penjualan,Penerimaan kas, dan adjustment
penjualan
2 Pengeluaran Pembelian dan pengeluaran kas
3 Produksi Biaya Produksi
4 Jasa Personel Gaji dan upah
5 Investasi Investasi jangka pendek dan jangka panjang
6 Pembelanjaan Utang jangka panjang dan ekuitas pemegang
saham

B. Penyusunan Program Audit Untuk Pengujian


Pengendalian

Landasan Pemikiran

Dalam belajar mengajar metodologi auditing perlu disadari dua hal


penting berikut ini, yaitu :

1. Belajar –mengajar metodologi auditing memerlukan sebuah peta


sistem informasi akuntansi ditangan mahasiswa dan dosen.
Tanpa mendasarkan pada sistem informasi akuntansi ini, ibarat
seorang jenderal berbicara tentang rencana penyerbuan sebuah
kota dengan anak buahnya tanpa sebuah peta di tangannya.
2. Berbagai metodologi audit yang tercantum dalam buku teks
auditing sebenarnya didasarkan pada suatu model sistem
informasi akuntansi tertentu. Jika hal ini tidak disadari, maka
4

dosen dan mahasiswa tidak akan dapat mengetahui mengapa


digunakan metodologi audit tersebut.

Auditing pada dasarnya merupakan audit sistematik terhadap


informasi yang disajikan dalam laporan keuangan, yang merupakan
hasil sistem informasi akuntansi. Model belajar- mengajar yang
dilukiskan dalam gambar 1.1 memudahkan baik bagi dosen maupun
mahasiswa dalam merancang program audit umtuk pengujian
pengendalian

(1) Pemahaman
sistem informasi
akuntansi untuk
pelaksaan
transaksi.

(2) Penentuan
(4) Penentuan
kemungkinan salah saji
prosedur audit
dalam setiap tahap
untuk mendeteksi
efektivitas
aktivitas
pengendalian

(3) Penentuan
aktivitas
pengendalian yang
diperlukan untuk (5) Penyusunan
mendeteksi dan program audit

mencegah salah saji untuk pengujian

dalam setiap tahap pengendalian


pelaksanaan terhadap transaksi
Perancangan program audit untuk pengujian pengendalian terhadap
transaksi.
transaksi terdiri dari lima tahap berikut ini :
5

1. Pemahaman terhadap sistem informasi akuntansi untuk


pelaksanaan transaksi.
2. Penentuan kemungkinan salah saji potensial dalam setiap tahap
pelaksanaan transaksi.
3. Penentuan aktivitas pengendalian yang diperlukan untuk
mendeteksi dan mencegah salah saji potensial dalam setiap
pelaksanaan transaksi.
4. Penentuan prosedur audit untuk mendeteksi efektivitas aktivitas
pengendalian.
5. Penyusunan program audit untuk pengujian pengendalian
terhadap transaksi.

Pemahaman terhadap Sistem Informasi Akuntansi untuk


Pelaksanaan Transaksi

Setiap transaksi bisnis yang diselenggarakan oleh entitas terdiri dari


pertukaran aktiva dan jasa antara entitas dengan pihak luar, transfer
atau penggunaan aktiva dan jasa dalam entitas. Oleh karena itu,
entitas memerlukan sistem informasi akuntansi yang efektif untuk :

1. Mengidentifikasi dan mencatat hanya transaksi sah yang


dilakukan entitas, yang terjadi dalam periode kini (asersi
keberadaan atau keterjadian).
2. Mengidentifikasi dan mencatat semua transaksi sah yang
dilaksanakan oleh entitas yang terjadi dalam periode kini (asersi
kelengkapan).
3. Memberikan keyakinan bahwa aktiva dan kewajiban yang dicatat
merupakan hak atau kewajiban entitas yang dihasilkan dari
6

transaksi yang dilaksanakan oleh entitas (asersi hak dan


kewajiban).
4. Mengukur nilai transaksi dengan suatu cara yang memungkinkan
dicatatnya nilai moneter semestinya untuk penyajian laporan
keuangan (asersi penilaian atau alokasi).
5. Menangkap cukup rinci semua transaksi untuk memungkikan
penyajian semestinya dalam laporan keuangan, baik dalam
klasifikasinya maupun pengungkapan yang diharuskan (asersi
penyajian dan pengungkapan).

Aktivitas Pengendalian yang Diperlukan Untuk Mendeteksi dan


Mencegah Salah Saji Potensial.

Auditor perlu memiliki pengetahuan tentang aktivitas pengendaalian


yang diperlukan untuk mendeteksi dan mencegah setiap salah saji
potensial yang terdapat dalam setiap tahap pelaksanaan transaksi
bisnis. Aktivitas pengendalian tersebut terdiri dari :

1. Pengendalian pengolahan informasi, yang mencakup :


a. Otorisasi semestinya terhadap transaksi
b. Dokumen dan catatan
c. Pengecekan independen
2. Pemisahan tugas
3. Pengendalian fisik
4. Review terhadap kinerja

Penjelasan Aktivitas Pengendalian dalam Sistem Penjualan Tunai


7

Berikut ini disajikan penjelasan aktivitas pengendalian yang diperlukan


untuk mencegah salah saji material dalam sistem penjualan tunai.

1. Penerimaan Order dari Customer


a. Fungsi penjualan harus terpisah dari fungsi penerimaan
kas.
b. Penerimaan order dari pembeli diotorisasi oleh fungsi
penjualan dengan menggunakan formulir faktur penjualan
tunai.
c. Faktur penjualan tunai bernomor urut tercetak dan
pemakaiannya dipertanggungjawabkan oleh fungsi
penjualan.

2. Penerimaan Kas
a. Fungsi penerimaan kas harus terpisah dari fungsi
akuntansi.
b. Penerimaan kas diotorisasi oleh fungsi penerimaan kas
dengan cara membubuhkan cap “lunas” pada faktur
penjualan tunaai dan penempelan pita register kas pada
faktur tersebut.
c. Jumlah kas yang diterima dari penjualan tunai disetor
seluruhnya dengan segera ke bank.
d. Perhitungan saldo kas yang ada ditangan fungsi
penerimaan kas secara periodic dan secara mendadak
oleh fungsi audit intern.
e. Setiap hari diadakan pembacaan pita register kas oleh
fungsi audit intern dan diadakan pencocokan dengan
jumlah kas yang diterima dari penjualan tunai.
8

f. Secara periodic diadakan rekonsiliasi bank oleh fungsi


yang tidak menyelenggarakan catatan akuntansi dan yang
tidak menerima kas.
3. Penyerahan Barang
a. Penyerahan barang diotorisasi oleh fungsi penerimaan
barang dengan cara membubuhkan cap “sudah
diserahkan” pada faktur penjualan tunai.
4. Pencatatan Transaksi
a. Pencatatan kedalam catatan akuntansi harus didasarkan
atas dokumen sumber yang dilampiri dengan dokumen
pendukung yang lengkap.

Perancangan Prosedur Audit dan Penyusunan Program Audit


untuk Pengujian Substantif
a) Prosedur Audit Awal
1. Usut saldo akun yang tercantum di neraca ke saldo akun yang
bersangkutan di dalam buku besar.
2. Hitung kembali saldo akun di dalam buku besar.
3. Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan
sumber posting dalam akun tersebut.
4. Usut saldo akun tersebut ke kertas kerja tahun lalu.
5. Usut posting pendebitan akun tersebut kedalam jurnal yang
bersangkutan.
6. Lakukan rekonsiliasi akun control tersebut dalam buku besar ke
buku pembantu akun yang bersangkutan.
b) Prosedur Analitik
9

Prosedur analitik dimaksudkan untuk membantu auditor dalam


memahami bisnis klien dan dalam menemukan bidang yang
memerlukan audit lebih intensif. Pada tahap ini, auditor melakukan
perhitungan berbagi macam ratio keuangan yang berkaitan dengan
akun yang diperiksa. Pembandingan ini membantu auditor untuk
mengungkapkan : peristiwa atau transaksi yang tidak biasa, perubahan
akuntansi, perubahan usaha, fluktuasi acak, atau salah saji.
c) Pengujian terhadap Transaksi Rinci
Keandalan saldo akun sangat ditentukan oleh keterjadian
transaksi yang didebit dan dikreditkan ke dalam akun tersebut. Oleh
karena itu, auditor melakuan pengujian terhadap transaksi rinci yang
mendebit dan/atau mengkredit akun yang bersangkutan.
d) Pengujian terhadap Saldo Akun Rinci
Berbagai asersi yang terkandung dalam saldo akun diuji
kewajarannya oleh auditor melalui pengujian saldo akun rinci. Titik
berat prosedur audit yang digunakan oleh auditor dalam pengujian
terhadap saldo akun rinci adalah : pemeriksaan bukti pendukung,
pengusutan, pengamatan, dan inspeksi.
e) Verifikasi Penyajian dan Pengungkapan
Verifikasi penyajian dan pengungkapan akun tertentu yang
tercantum dalam laporan keuangan memerlukan pengetahuan auditor
tentang prinsip akuntansi berterima umum yang berlaku untuk akun
yang bersangkutan.
10

Bab 2

AUDIT TERHADAP SIKLUS PENDAPATAN : PENGUJIAN


PENGENDALIAN

A. Deskripsi Siklus Pendapatan


Siklus pendapatan terdiri dari transaksi penjualan barang atau jasa,
baik secara kredit maupun tunai, retur penjualan, pencadangan
kerugian piutang, dan penghapusan piutang. Dalam transaksi
penjualan kredit, jika order dari customer telah dipenuhi dengan
pengiriman barang atau jasa, untuk jangka waktu tertentu perusahaan
memiliki piutang kepada customer . Transaksi penjualan kredit
dilakukan melalui sistem penjualan kredit. Dalam transaksi penjualan
tunai, barang diserahkan oleh fungsi pengiriman kepada customer dan
diserahkan oleh fungsi penerimaan kas setelah menerima uang dari
customer. Transaksi ini dilaksanakan melalui sistem penjualan tunai.
Piutang yang dimiliki oleh perusahaan dapat berkurang karena
debitur tidak mampu melunasi hutangnya. Transaksi penghapusan
piutang ini dilaksanakan melalui sistem penghapusan piutang.
Sistem Informasi Akuntansi yang Membentuk Siklus Pendapatan
1. Sistem penjualan kredit, yang terdiri dari :
a. Prosedur order penjualan
b. Prosedur persetujuan kredit
c. Prosedur pengiriman barang
d. Prosedur penagihan
e. Prosedur pencatatan piutang
11

f. Prosedur pencatatan pendapatan penjualan kredit


g. Prosedur pencatatan kos produk yang dijual
2. Sistem penjualan tunai, yang terdiri dari :
a. Prosedur order penjualan
b. Prosedur penerimaan kas
c. Prosedur penyerahan barang
d. Prosedur pencatatan penerimaan kas
e. Prosedur pencatatan pendapatan penjualan tunai
f. Prosedur pencatatan kos produk jadi yang dijual
3. Sistem retur penjualan, yang terdiri dari :
a. Prosedur penerimaan barang
b. Prosedur pencatatan piutang usaha
c. Prosedur pencatatan piutanng usaha
4. Sistem pencadangan kerugian piutang, yang terdiri dari :
a. Prosedur pembuatan bukti memorial
b. Prosedur pencatatan cadangan kerugian piutang
5. Sistem penghapusan piutang, yang terdiri dari :
a. Prosedur pembuatan bukti memorial
b. Prosedur pencatatan penghapusan piutang
12

B. Tujuan Audit Terhadap Siklus Pendapatan


Tujuan audit terhadap siklus pendapatan disajikan dalam Gambar 2.1.
Kelompok Asersi Tujuan Audit terhadap Golongan Tujuan Audit Terhadap
Transaksi Saldo Akun
Keberadaan atau Transaksi penjualan kredit dan tunai Piutang usaha
keterjadian mencerminkan produk yang diserahkan mencerminkan jumlah yang
kepada customer selama periode yang terutang oleh customer yang
diaudit. ada pada tanggal neraca.
Transaksi adjustment penjualan
mencerminkan pengurangan penjualan
karena retur penjualan, pencadangan
kerugian piutang dan penghapusan
piutang yang diotorisasi selama periode
yang diaudit.
Kelengkapan Semua transaksi penjualan dan Piutang usaha mencakup
adjustment terhadap penjualan yang semua klaim kepada
terjadi selama periode yang diaudit telah customer yang ada pada
dicatat. tanggal neraca.
Hak dan Entitas memiliki hak atas piutang usaha Piutang usaha pada tanggal
kewajiban dan kas sebagai hasil dari transaksi neraca mencerminkan klaim
dalam siklus pendapatan. resmi entitas kepada
customer.
Penilaian atau Semua transaksi penjualan dan Piutang usaha
alokasi adjustment penjualan telah dicatat dalam mencerminkan klaim yang
jurnal, diringkas, dan diposting ke dalam baik pada tanggal neraca
akun dengan benar. dan sesuai dengan jumlah
buku pembantu piutang.
Cadangan kerugian piutang
mencerminkan estimasi
yang masuk akal beda
antara jumlah piutang bruto
dengan nilai piutang usaha
bersih yang dapat
direalisasikan.
Penyajian dan Rincian transaksi penjualan dan Piutang usaha diidentifikasi
pengungkapan adjustment penjualan mendukung dan diklasifikasi dengan
13

penyajian angka penjualan dan piutang semestinya dalam neraca.


usaha dalam laporan keuangan, baik Pengungkapan memadai
klasifikasinya maupun telah dibuat berkaitan
pengungkapannya. dengan piutang usaha yang
digadaikan atau dianjakkan.

C. Perancangan Program Audit Untuk Pengujian


Pengendalian Terhadap Siklus Pendapatan

Oleh karena siklus pendapatan terdiri dari berbagai sistem


informasi akuntansi untuk menyelenggarakan berbagai transaksi yang
berkaitan dengan pendapatan entitas, pembahasan perancangan
program audit untuk pengujian pengendalian terhadap siklus
pendapatan ini dibagi menjadi lima kelompok transaksi berikut ini :

1. Penjualan kredit
2. Penjualan tunai
3. Retur penjualan
4. Pencadangan kerugian piutang
5. Penghapusan piutang

Sistematika Uraian

Uraian tentang perancangan program audit untuk pengujian


pengendalian terhadap berbagai transaksi yang membentuk siklus
pendapatan dibagi menjadi beberapa tahap berikut ini :

a. Fungsi terkait
b. Dokumen
c. Catatan akuntansi
d. Bagan alir sistem informasi akuntansi
14

e. Salah saji potensial, aktivitas pengendalian yang diperlukan, dan


prosedur audit untuk pengujian pengendalian yang dapat
digunakan oleh auditor.
f. Penjelasan aktivitas pengendalian yang diperlukan.
g. Penyusunan program audit untuk pengujian pengendalian
terhadap transaksi yang bersangkutan.
h. Penjelasan program audit untuk pengujian pengendalian
terhadap transaksi yang bersangkutan.

D. Perancangan Program Audit Untuk Pengujian


Pengendalian-Transaksi Penjualan Kredit

Fungsi yang terkait

Berbagai fungsi yang terkait dalam siklus pendapatan berada ditangan


unit organisasi berikut ini :

No Nama Fungsi Unit Organisasi Pemegang Fungsi


1 Fungsi Penjualan Bagian Order Penjualan
2 Fungsi pemberi otorisasi kredit Bagian Kredit
3 Fungsi Penyimpanan Barang Bagian Gudang
4 Fungsi pengiriman barang Bagian Pengiriman
5 Fungsi Penagihan Bagian penagihan
6 Fungsi pencatat piutang Bagian piutang
7 Fungsi akuntansi biaya Bagian akuntansi biaya
8 Fungsi akuntansi umum Bagian akuntansi umum
9 Fungsi penerimaan barang Bagian penerimaan barang
15

Dokumen

Dokumen yang digunakan dalam transaksi penjualan kredit dibagi


menjadi dua golongan : dokumen sumber (source documents), yaitu
dokumen yang dipakai sebagai dasar pencatatan ke dalam catatan
akuntansi, dan dokumen pendukung, yaitu dokumen yang
membuktikan validitas terjadinya transaksi. Berbagai dokumen yang
digunakan dalam transaksi penjualan kredit dapat dilihat berikut ini.

Transaksi Dokumen sumber Dokumen pendukung


Penjualan kredit Faktur Penjualan Surat order Pengiriman
Surat muat (bill of lading)

Surat order pengiriman merupakan dokumen penting untuk memproses


penjjualan kredit kepada costumer. Berbagai tembusan surat order
pengiriman terdiri dari :

1. Surat order pengiriman : Dokumen ini merupakan lembar


pertama surat order pengiriman yang memberikan otorisasi
kepada fungsi pengiriman untuk mengirimkan jenis barang
dengan jumlah dan spesifikasi seperti yang tertera diatas
dokumen tersebut.
2. Tembusan kredit (credit copy) : Merupakan dokumen yang
digunakan untuk memperoleh status kredit customer dan untuk
mendapatkan otorisasi penjualan kredit dari fungsi pemberi
otorisasi kredit.
3. Surat pengakuan (acknowledgment copy) : Dokumen ini
digunakan oleh fungsi penjualan kepada customer untuk
16

memberitahu bahwa ordernya telah diterima dan dalam proses


pengiriman.
4. Surat muat (bill of lading) : Merupakan dokumen yang digunakan
sebagai bukti penyerahan barang dari perusahaan kepada
perusahaan angkutan umum.
5. Slip pembungkus (packing slip) : Dokumen ini ditempelkan pada
pembungkus barang untuk memudahkan fungsi penerimaan
customer mengidentifikasi barang-barang yang diterimanya.
6. Tembusan gudang (warehouse copy) : Merupakan tembusan
surat order pengiriman yang dikirim ke fungsi gudang untuk
menyiapkan jenis barang dengan jumlah seperti yang tercantum
di dalamnya, agar menyerahkan barang tersebut ke fungsi
pengiriman, dan untuk mencatat barang yang dijual kedalam
kartu gudang.
7. Arsip pengawasan pengiriman (sales order follow-up copy) :
Merupakan surat tembusan surat order pengiriman yang
diarsipkan oleh fungsi penjualan menurut tanggal pengirimann
yang dijanjikan.
8. Arsip indeks silang (cross-index file copy) : Merupakan tembusan
surat order pengirimanyang diarsipkan secara alfabetik menurut
nama customer untuk memudahkan menjawab pertanyaan dari
customer mengenai status pesanannya.
17

Catatan Akuntansi

Catatan akuntansi yang digunakan dalam sistem penjualan kredit


adalah : jurnal penjualan, jurnal umum, buku pembantu piutang, buku
pembantu persediaan, dan buku besar. Fungsi setiap catatan
akuntansi tersebut dalam transaksi penjualan kredit diuraikan berikut ini
:

Jurnal penjualan. Dalam transaksi penjualan kredit berdasarkan


dokumen sumber faktur penjualan. Akun yang didebit dan dikredit
dalam pencatatan transaksi penjualan kredit adalah :

Piutang usaha xx

Pendapatan penjualan xx

Jurnal Umum. Dalam transaksi penjualan kredit, catatan ini digunakan


untuk mencatat kos produk yang dijual berdasarkan dokumen bukti
memorial. Akun yang didebit dan dikredit dalam pencatatan transaksi
retur penjualan adalah :

Kos produk yang dijual xx

Sediaan produk jadi xx

Buku pembantu piutang. Dalam transaksi penjualan kredit, catatan ini


berfungsi sebagai buku pembantu yang digunakan untuk mencatat
bertambahnya piutang kepada debitur tertentu berdasarkan dokumen
sumber faktur penjualan.

Buku pembantu sediaan. Dalam transaksi penjualan kredit, catatan


ini berfungsi sebagai buku pembantu yang digunakan untuk mencatat
18

kos produk jadi tertentu yang dijual berdasarkan dokumen sumber


faktur penjualan.

Buku besar. Akun buku besar yang terkait dalam siklus pendapatan
adalah : piutang usaha, pendapatan penjualan, kos produk yang dijual
dan sediaan produk jadi.
19

BAB 3

AUDIT TERHADAP SIKLUS PENDAPATAN : PENGUJIAN


SUBSTANTIF TERHADAP SALDO PIUTANG USAHA

A. Deskripsi Piutang

Piutang merupakan klaim kepada pihak lain atas uang,barang


atau jasa yang dapat diterima dalam jangka waktu satu tahun,atau
dalam satu siklus kegiatan perusahaan. Piutang umumnya dibagi
dalam dua kelompok.

Piutang usaha adalah piutang yang timbul dari transaksi


penjualan barang atau jasa dalam kegiatan normal perusahaan.
Piutang usaha ini umumnya merupakan jumlah yang material di
neraca bila dibandingkan dengan piutang nonusaha.

Piutang non usaha, timbul dari transaksi selain penjualan barang


dan jasa kepada pihak luar, seperti misalnya piutang kepada karyawan,
piutang penjuala saham, piutang klaim asuransi, piutangpengembalian
pajak, piutang dividen dan bunga.

Contoh transaksi yang mempengaruhi piutang usaha:

a. Transaksi penjualan kredit barang dan jasa kepada customer.


Jurnalnya adalah:

Piutang Usaha xx

Pendapatan penjualan xx

b. Transaksi retur penjualan. Jurnalnya adalah:


20

Retur Penjualan xx

Piutang Usaha xx

c. Transaksi Penerimaan Kas dan Debitur. Jurnalnya adalah:

Kas xx

Piutang Usaha xx

d. Transaksi Penghapusan Piutang. Jurnalnya adalah:

Cadangan Kerugian Piutang xx

Piutang Usaha xx

B. Prinsip Akuntansi Berterima Umum Dalam Penyajian


Piutang Usaha Di Neraca

Sebelum membahas pengujian substantif terhadap piutang, perlu


diketahui terlebih dahulu prinsip akuntansi yang lazim dalam penyajian
piutang dan pengujian neraca berikut ini :

Piutang dagang harus disajikan di dalam neraca sebesar jumlah


yang diperkirakan dapat ditagih dari debitur pada tanggal neraca.
Piutang dagang disajikan di dalam neraca dalam jumlah bruto dikurangi
dengan taksiran kerugian tidak tertagihnya piutang.

Jika perusahaan tidak membentuk cadangan kerugian piutang


dagang, harus dicantumkan penjelasannya di dalam neraca bahwa
saldo piutang dagang tersebut adalah jumlah bersih (neto).
21

Jika piutang dagang bersaldo material pada tanggal neraca,


harus disajikan rinciannya di dalam neraca.

Piutang dagang yang bersaldo kredit (terdapat di dalam kartu


piutang pada tanggal neraca harus disajikan dalam kelompok utang
lancar).

Jika jumlahnya material, piutang nondagang harus disajikan


terpisah dari piutang dagang.

C. Tujuan Pengujian Substantif Terhadap Piutang Usaha

Tujuan melakukan pengujian substantive terhadap piutang usaha yaitu


:

1. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi


yang bersangkutan dengan piutang usaha.
2. Membuktikan keberadaan piutang usaha dan keterjadian
transaksi yang berkaitan dengan piutang usaha yang di
cantumkan di neraca.
3. Membuktikan kelengkapan transaksi yang di catat dalam catata
akuntansi dan kelengkapan saldo piutang usaha yang disajikan
dalam neraca.
4. Membuktikan hak kepemilikan klien atas piutang usaha yang di
cantumkan di neraca.
5. Membuktikan kewajaran penilaian piutang usaha yang di
cantumkan di neraca.
6. Membuktikan kewajaran penyajian dan pengukngkapan piutang
usaha di neraca.
22

D. Program Pengujian Substantif Terhadap Piutang Usaha

Berbagai prosedur audit dilaksanakan dalam lima tahap berikut


ini :

1. Prosedur audit awal

2. Prosedur analitik

3. Pengujian terhadap transaksi rinci

4. Pengujian terhadap saldo akun rinci

5. Verifikasi terhadap penyajian dan pengungkapan

1. Prosedur Audit Awal


a. Usut saldo piutang usaha yang tercantum di neraca ke saldo
akun piutang usaha yang bersangkutan di dalam buku besar.
b. Hitung kembali saldo akun piutang usaha di dalam buku besar.
c. Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan
sumber posting dalam akun piutang usaha dan akun cadangan
kerugian piutang usaha.
d. Usut saldo awal akun piutang usaha dan akun cadangan
kerugian piutang ke kertas kerja tahun yang lalu.
e. Usut posting pendebitan akun piutang usaha ke dalam jurnal
yang bersangkutan.
f. Lakukan rekonsiliasi akun kontrol piutang usaha dalam buku
besar ke buku pembantu piutang usaha.
23

2. Prosedur Analitik
a. Periksa sampel transaksi yang tercatat dalam akun piutang
usaha ke dokumen yang mendukung timbulnya transaksi
tersebut.
b. Periksa pendebitan akun piutang ke dokumen pendukung : faktur
penjualan, laporan pengiriman barang, dan order penjualan.
c. Periksa pengkreaditan akun piutang ke dokumen pendukung :
buku kas masuk,memo kredit untuk retur penjualan atau
penghapusan piutang.
d. Lakukan verifikasi pisah batas (cutoff) transaksi penjualan dan
retur penjualan.
e. Periksa dokumen yang mendukung timbulnya piutang usaha
dalam minggu terakhir tahun yang di audit dan minggu pertama
setelah tanggal neraca.
f. Periksa dokumen yang mendukung berkurangnya piutang usaha
dalam minggu terakhir tahun yang diaudit dan minggu pertama
setelah tanggal neraca.
3. Prosedur Audit Terhadap Transaksi Rinci

Keandalan saldo piutang usaha sangat ditentukan oleh


keterjadian transaksi berikut ini yang didebit dan dikreditkan kedalam
akun piutang usaha:

a. Transaksi penjualan kredit


b. Transaksi retur penjualan
c. Transaksi penghapusan piutang usaha, dan
d. Transaksi penerimaan kas dari piutang usaha
24

Keandalan saldo piutang usaha juga ditentukan oleh kecepatan


pisah batas yang digunakan untuk mencatat berbagai transaksi
tersebut. Auditor melakukan pengujian substantif terhadap transaksi
rinci yang digunakan untuk mencatat transaksi yang berkaitan dengan
akun tersebut.

Periksa sampel transaksi yang tercatat dalam akun piutang


usaha ke dokumen yang mendukung timbulnya transaksi tersebut.

Periksa pendebitan akun piutang ke dokumen pendukung:


faktur penjualan, laporan pengiriman barang, dan order penjualan.

Periksa pengkreditan akun piutang ke dokumen pendukung:


bukti kas masuk, memo kredit untuk retur penjualan atau
penghapusan piutang.

Lakukan verifikasi pisah batas (cut off) transaksi penjualan


dan retur penjualan.

4. Pengujian Terhadap Saldo Akun Rinci

Tujuan pengujian saldo akun piutang usaha rinci adalah untuk


memverifikasi :

a. Keberadaan atau keterjadian

b. Kelengkapan

c. Hak kepemilikan

d. Penilaian
25

Lakukan konfirmasi piutang, ada tiga tahap yang harus ditempuh


oleh auditor dalam mengirimkan surat konfirmasi kepada debitur yaitu :

a. Tentukan metode, saat ,dan luas konfirmasi yang akan


dilaksanakan.
b. Pilih debitur yanng akan dikirimi surat konfirmasi, dan
c. Kirimkan surat konfirmasi

5. Penyajian dan Pengungkapan Akun Dalam Laporan


Keuangan
a. Bandingkan penyajian piutang usaha dengan penyajian menurut
prinsip akuntansi berterima umum.
b. Periksa klasifikasi piutang ke dalam kelompojk aktiva lancar dan
aktiva tidak lancar.
c. Periksa klasifikasi piutang ke dalam kelompok piutang usaha dan
non usaha.
d. Tentukan kecukupan pengungkapan dan akuntansi untuk
transaksi antarpihak yang memiliki hubungan istimewa, piutang
yang digadaikan, piutang yang telah dianjakkan (factored account
receivable) ke perusahaan anjak piutang.
26

Bab 4

AUDIT TERHADAP SIKLUS PENGELUARAN : PENGUJIAN


PENGENDALIAN

A. Deskripsi Siklus Pengeluaran

Siklus pengeluaran terdiri dari transaksi pemerolehan barang


atau jasa. Barang yang diperoleh perusahaan berupa aktiva tetap dan
surat berharga yang digunakan untuk menghasilkan pendapatan dalam
jangka waktu lebih dari satu tahun atau sediaaan dan surat berharga
yang akan dikomsumsikan atau digunakan untuk menghasilkan
pendapatan dalam jangka waktu satu tahun atau kurang. Jasa yang
diperoleh perusahaan dapat dibagi dua yaitu:

1. Yang hanya menghasilkan manfaat satu tahun atau kurang (jasa


personel,bunga,asuransi,iklan).

2. Jasa yang menghasilkan manfaat lebih dari satu tahun (aktiva


tidak terwujud).

Umumnya, transaksi besar yang membentuk siklus pengeluaran


dalam perusahaan terdiri dari: (1) transaksi pembelian dan (2) transaksi
pengeluaran kas.

Sistem Pengeluaran Akuntansi yang Membentuk Siklus


Pengeluaran, Sistem pembelian, yang terdiri dari berbagai prosedur
berikut ini:

a. Prosedur permintaan pembelian


b. Prosedur order pembelian
27

c. Prosedur penerimaan barang


d. Prosedur penyimpanan barang
e. Prosedur pembuatan bukti kas keluar
f. Prosedur pencatatan utang

Sistem pengeluaran kas, yang terdiri dari jaringan prosedur


berikut ini:

a. Prosedur pembayaran bukti kas keluar


b. Prosedur pencatatan keluar kas

B. Perancangan Program Audit Untuk Pengujian Pengendalian


Transaksi Pembelian

Ø Fungsi yang Terkait

Ø Dokumen : Surat permintaan pembelian,Surat permintaan otoritas


invetasi, Surat perminataan otorisasi, Surat permintaan penawaran
barang, Surat order pembelian.

Ø Catatan Akuntansi : Register bukti kas, Jurnal pembelian, Buku


pembantu utang, Buku pembantu sediaan.
28

Ø Penyusunan Program Audit untuk Pengujian Pengendalian terhadap


Transaksi Pembelian.

Proses audit:

Keberadaan atau kejadian

1. Lakukan pengamatan terhadap pemisahan fungsi: Persetujuan


atas surat permintaan pembelian, order pembelian, penerimaan
barang, pembuatan bukti kas keluar.

2. Ambil sampel transaksi pembelian dari register bukti kas keluar


dan lakukan verifikasi terhadap tanggal, nama pemasok, dan jumlah
moneter dan nonmoneter. Lakukan pula pemeriksaan terhadap
dokumen pendukung berikut ini: Laporan penerimaan barang, bukti kas
keluar, surat order pembelian yang telah diotorisasi, surat permintaan
yang telah diotorisasi, faktur dari pemasok, kelengkapan.

3. Periksa bukti kelengkapan formulir bernomor urut tercetak dan


pertanggungjawabkan pemakaian formulir tersebut dan periksa secara
selintas nomor urut bukti kas keluar yang dicatat dalam register bukti
kas keluar.

4. Ambil sampel bukti kas keluar yang disetujui dan dilakukan


penyusutan ke dokumen dan catatan akuntansi berikut ini: Laporan
penerimaan barang, faktur dari pemasok, surat order pembelian,
pencatatan ke dalam register bukti kas keluar, penilaian atau alokasi.

5. Untuk sampel yang diambil pada langkah ke 2 diatas periksa


buktinya: Persetujuan pembelian semestinya untuk setiap transaksi
pembelian, pengecekan independen terhadap pencantuman harga
29

barang dalam bukti kas keluar, pengecekan independen terhadap


keakuratan perhitungan dalam bukti kas keluar.

6. Periksa adanya pengecekan independen terhadap posting ke


buku pembantu dan jurnal untuk memperoleh keyakinan bahwa tidak
terjadi kekeliruan posting jumlah moneter akun.

Ø Penjelasan Program Audit untuk Pengujian Pengendalian terhadap


Transaksi Pembelian

 Lakukan pengamatan terhadap prosedur persetujuan atas


permintaan pembelian, order pembelian, penerimaan barang,
pembuatan bukti kas keluar.
 Ambil sampel transaksi pembelian dari register bukti kas keluar
dan lakukan pemeriksaan terhadap dokumen pendukung.
 Periksa bukti digunakannya formulir bernomor urut tercetak dan
pertanggungjawabkan pemakaian formulir tersebut.
 Ambil sampel bukti kas keluar yang disetujui dan dilakukan
penyusutan ke dokumen pendukung dan catatan akuntansi yang
bersangkutan.
 Periksa adanya pengecekkan independen terhadap posting ke
buku pembantu jurnal.
C. Perancangan Program Audit Untuk Untuk Pengujian
Pengendalian Transaksi Pengeluaran Kas

Fungsi yang terkait:

Fungsi yang memerlukan pengeluaran kas yaitu fungsi yang


mengajukan permintaan cek kepada fungsi pencatat utang. Fungsi
pencatat utang yaitu fungsi yang bertanggungjawab atas pembuatan
30

bukti kas keluar yang memberikan otorisasi kepada fungsi keuangan


dalam mengeluarkan cek sebesar yang tercantum dalam dokumen
tersebut. Fungsi keuangan yaitu fungsi yang bertanggungjawab untuk
mengisi cek, memintakan otorisai atas cek, dan mengirimkan cek
kepada kreditur via pos atau membayarkan langsung kepada kreditur.
Fungsi akuntansi biaya yaitu fungsi yang bertanggungjawab atas
pencatatan pengeluaran kas yang menyangkut biaya dan sediaan.
Fungsi akuntansi umum yaitu fungsi yang bertanggungjawab atas
pencatatan transaksi pengeluaran kas dalam jurnal pengeluaran kas
atau register cek. Fungsi audit intern yaitu fungsi yang
bertanggungjawab untuk melakukan perhitungan kas secara periodik
dan mecocokkan hasil perhitungannya dengan saldo kas
menurutcatatan akuntansi.

Dokumen:Permintaan cek dan Bukti kas keluar

Catatan Akuntansi:Register dan Buku besar

Penyusunan Program Audit untuk Pengujian Pengendalian terhadap


Transaksi Pengeluaran Kas

Proses audit:

Keberadaan atau keterjadian

1. Lakukan pengamatan terhadap pemisahan fungsi: Pembuatan


cek, pencatatan cek ke dalam register cek
2. Ambil sampel transaksi pengeluaran kas dari register cek dan
lakukan verifikasi terhadap tanggal, nama debitur, dan jumlah
moneter dan nonmoneter. Lakukan pula pemerksaan terhadap
31

dokumen pendukung berikut ini: Permintaan cek, bukti kas


keluar, kuitansi, kelengkapan.

3. Periksa bukti digunakannya formulir cek bernomor urut tercetak


dan pertanggungjawabkan pemakaian formulir tersebut.

4. Ambil sampel bukti kas keluar yang telah dibayar dan dilakukan
penyusutan ke dokumen dan catatan akuntansi berikut ini:
Permintaan cek, kuitansi, pencatatan ke dalam register cek,
penilaian atau alokasi.

5. Untuk sampel yang diambil pada langkah ke 2 diatas periksa


bukti adanya: Persetujuan semestinya untuk setiap transaksi
pengeluaran kas, pengecekan independen terhadap penulisan
cek dan bukti kas keluar.

6. Periksa adanya pengecekan independen terhadap posting ke


buku pembantu utang dan register cek untuk memperoleh
keyakinan bahwa tidak terjadi kekeliruan posting jumlah moneter
atau akun.
32

Bab 5

AUDIT TERHADAP SIKLUS PENGELUARAN: PENGUJIAN


SUBTANTIF TERHADAP SALDO UTANG USAHA

A. Deskripsi Utang Usaha

Utang usaha termasuk sebagai unsur utang lancar. Utang lancar


meliputi semua kewajiban yang akan dilunasi dalam periode jangka
pendek ( satu tahun atau kurang dari tanggal neraca atau dalam siklus
kegiatan normal perusahaan ) dengan mengurangi aktiva yang
dikelompokan dalam aktiva lancar atau dengan cara menimbulkan
dalam aktiva lancar yang lain.

Jenis-jenis utang lancar

 Utang lancar yang timbul dari transaksi pembelian bahan baku


dan bahan penolong, suku cadang, dan bahan habis pakai
pabrik ( factory supplies ) menjadi 2 golongan yaitu :
 Utang usaha yang tidak disertai surat berharga (utang
usaha atau account payable )
 Utang usaha yang disertai surat berharga (utang wesel
atau notes payable )
 Utang jaminan masuk dari pelanggan
 Utang yang timbull dari berlalunya waktu ( accured payable )
 Utang yang timbul dari pihak ketiga sebagai pemungutan pajak
atau iuran yang lain
 Accrual yang timbul dari kegiatan perusahaan
33

 Utang lain yang diperkirakan dilunasi dalam jangka waktu


pendek seperti utang bank, utang jangka panjang yang segera
jatuh tempo,utang pajak penghasilan utang dividen.
B. Perbedaan Karakteristik Utang Lancar Dengan Aktiva Lancar
1. Dalam penyajian aktiva lancar, klien cenderung umum untuk
menyajikan aktiva tersebut lebih tinggi dari jumlah yang
senyatanya kecenderungan ini sering kali didorong oleh motif
untuk memberikan gambaran modal kerja yang lebih baik
sehingga kelihatanya perusahaan memiliki likuiditas yang baik.
Gambaran modal kerja yang baik ini juga dapat ditempuh dengan
menurunkan nilai hutang lancar, yaitu umumnya dengan cara
tidak mencatat hutang lancar sehingga terdapat hutang yang
tidak tercatat tanggal neraca.
2. Dalam penyajian aktiva lancar klien menghadapi masalah
penilain unsur-unsur aktiva lancar pertanggal neraca.

C. Perbedaan Pengujian Subtantif terhadap Utang Lancar


Pengujian Subtantif Terhadap Aktiva Lancar

1. Pengujian substantif terhadap hutang lancar ditujukan untuk


menemukan adanya penyajian hutang lancar yang lebih rendah dari
jumlah yang seharusnya, sedangkan pengujian substantive terhadap
aktiva lancar.

2. Dalam pengujian substantif terhadap aktiva lancar, auditor


menghadapi masalah penentuan kewajaran nilai aktiva lancar (nilai
bersih yang dapat direalisasikan) yang dicantumkan ke dalam neraca.
34

D. Prinsip Akuntansi Berterima Umum Dalam Penyajian Utang


Lancar di Neraca

Sebelum membahas penyajian subtantif utang usaha, perlu diketahui


terlebih dahulu prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia dalam
penyajian utang lancar di neraca berikut ini :

 Setiap jenis utang usaha lancar harus disjikan secara terpisah,


jika jumlahnya material.
 Utang kepada perusahaan afiliasi, pemegang saham, dan
karyawan perusahaan harusdipisahkan dari utang kepada pihak
ketiga yang independen.
 Aktiva yang dijaminkan dalam penarikan utang lancar harus
diungkapkan dalam laporan keuangan
 Aktiva dan utang tidak boleh digabungkan penyajiannya dalam
jumlah neto.
 Utang bersyarat harus dijelaskan dalam neraca.
E. Tujuan Pengujian Substantif Terhadap Utang Usaha
1. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi
yang bersangkutan dengan utang usaha.
2. Membuktikan keberadaan utang usaha dan keterjadian transaksi
yang berkaitan dengan utang usaha yang dicantumkan di neraca.
3. Aktiva yang dijaminkan dalam penarikan utang lancar harus
diungkapkan dalam laporan keuangan.
4. Aktiva dan utang tidak boleh digabungkan penyajiannya dalam
jumlah neto.
5. Utang bersyarat harus dijelaskan dalam neraca.
F. Program Pengujian Substantif Terhadap Utang Usaha
35

Program pengujian subtantif terhadap utang usaha berisi prosedur


audit yang dirancang untuk mencapai tujuan audit seperti yang telah
diuraikan di atas. Tahap-tahap prosedur audit di mulai dari
pemeriksaan yang bersifat luas dari umum sampai ke pemeriksaan
yang bersifat rinci. Berbagai prosedur audit dilaksanakan pada tahap
ini.
 Prosedur Audit Awal
Sebelum membuktikan apakah saldo utang usaha yang
dicantumkan oleh klien didalam neracanya sesuai dengan utang usaha
yang benar-benar ada pada tanggal neraca, auditor melakukan
rekonsiliasi antara
Informasi utang usaha yang dicantumkan dineraca dengan
catatan akuntansi yang mendukungnya. Rekonsiliasi ini perlu dilakukan
agar auditor memperoleh keyakinan bahwa informasi utang usaha
yang dicantumkan dineraca didukung dengan catatan akuntansi yang
dapat dipercaya. Oleh karena itu, auditormelakukan 6 prosedur audit
berikut ini dalam melakukan rekonsiliasi informasi utang usaha
dineraca dengan catatan akuntansi yang bersangkutan:
 Usut saldo utang usaha yang tercantum di neraca ke saldo
akun Utang Usaha yang bersangkutan di dalam buku besar.
 Hitung kembali saldo akun utang usaha di buku besar.
 Usut saldo awal akun utang usaha ke kertas kerja tahun lalu.
 Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan
sumber posting dalam akun aktiva tetap dan akumulasi
depresiasinya
 Usut posting pendebitan dan pengkreditan akun utang usaha ke
jurnal yang bersangkutan.
36

 Lakukan rekonsiliasi buku pembantu utang usaha dengan akun


control utang usaha di buku besar
 Prosedur analitik

Pada tahap awal pengujian subtantif terhadap utang usaha,


Pengujian analitik dimaksudkan untuk membantu auditor dalam bisnis
klien dan dalam menemukan bidang yang memerlukan audit lebih
intensif. Untuk itu auditor melakukan perhitugan berbagai ratio berikut:

Ratio Formula
Tingkat perputaran utang usaha Pembelian ÷ rerata utang
usaha
Rasio utang usaha dengan utang lancar saldo utang usaha ÷utang lancar

G. Tujuan Pengujian Substantif Terhadap Utang Usaha


1. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi
yang bersangkutan dengan utang usaha.
2. Membuktikan keberadaan utang usaha dan keterjadian transaksi
yang berkaitan denganutang usaha yang dicantumkan di neraca.
3. Membuktikan kelengkapan transaksi yang dicatat dalam catatan
akuntansi dan kelengkapan saldo utang usaha yang disajikan di
neraca.
4. Membuktikan kewajiban klien yang dicantumkan di neraca.
5. Membuktikan kewajiban penyajian dan pengungkapan utang
usaha di neraca.
 Pengujian terhadap transaksi rinci
a. Periksa sampel transaksi yang tercatat dalam akun utang usaha
ke dokumen yang mendukung timbulnya transaksi tersebut.
37

b. Periksa pengkreditan akun utang usaha ke dokumen pendukung


bukti kas keluar(voucher), laporan penerimaan barang, dan surat
order pembelian.
c. Periksa pendebitan akun utang usaha ke dokumen pendukung:
bukti kas keluar, memo debit untuk retur pembelian.
d. Lakukan verifikasi pisah batas (cutoff) transaksi pembelian dan
retur pembelian.
e. Periksa dokumen yang mendukung timbulnya utang usaha dalam
minggu terakhir tahun yang diaudit dan minggu pertama setelah
tanggal neraca.
f. Periksa dokumen yang mendukung berkurangnya utang usaha
dalam minggu terakhir tahun yang diaudit dan minggu pertama
setelah tanggal neraca.
g. Lakukan verifikasi pisah batas (cut off) transaksi pengeluaran
kas.
h. Periksa adanya utang usaha yang tidak di catat.
 Pengujian terhadap saldo akun rinci
Tujuan pengujian saldo akun utang usaha rinci adalah untuk
memverifikasi:
1 Keberadaan dan keterjadian.
2 Kelengkapan.
3 Kewajiban.
4 Penyajian dan pengungkapan.

Keberadaan, kelengkapan, kewajiban serta penyajian dan


pengungkapan utang usaha di neraca di buktikan oleh auditor dengan
mengirimkan sura tkonfirmasi kepada debitur dan rekonsiliasi utang
38

usaha yang tidak dikonfirmasi ke pernyataan piutang bulanan yang


diterima oleh klien dari kreditur.

 Lakukan konfirmasi utang usaha.


 Periksa dokumen yang mendukung transaksi pembayaran utang
usaha setelah tanggal neraca.
 Lakukan rekonsiliasi utang usaha yang tidak dikonfirmasi ke
pernyataan piutang bulanan yang diterima oleh klien dari debitur.
 Verifikasi penyajian dan pengungkapan:
a. Periksa klasifikasi utang usaha di neraca.
b. Periksa pengungkapan yang bersangkutan dengan utang non
usaha.
c. Periksa pengungkapan yang bersangkutan dengan utang usaha.
d. Mintalah informasi dari klien untuk menemukan komitmen yang
belum diungkap dan utang bersyarat dan periksa penjelasan
yang bersangkutan dengan utang usaha tersebut.
e. Pelajari notulen rapat direksi sampai dengan tanggal
penyelesaiaan pekerjaan lapangan.
f. Periksa kontrak-kontrak pembelian, penjualan, dan kontrak yang
lain.
g. Mintalah informasi dari pengacar klien mengenai perkara
pengadilan yang melibatkan klien.
h. Kirimkan konfirmasi ke bank.
i. Pelajari arsip korespondensi klien dengan lembaga keuangan.
39

BAB 6

AUDIT TERHADAP SIKLUS PENGELUARAN : PENGUJIAN


SUBTANTIF TERHADAP AKTIVA TETAP

A. Deskripsi Aktiva Tetap

Aktiva tetap adalah kekayaan perusahaan yang memiliki wujud,


mempunyai manfaat ekonomis lebih dari satu tahun, dan diperoleh
perusaan untuk melaksanakan kegiatan perusahaan, bukan untuk
dijual kembali. Karena kekayaan ini mempunyai wujud, seringkali
aktiva tetap ini disebut dengan aktiva tetap berwujud ( tangible fixed
assets ).

Aktiva tetap dalam perusahaan manufaktur digolongkan menjadi :

 Tanah dan perbaikan tanah ( land and land improvement )


 Gedung dan perbaikan gedung ( building and building
improvement)
 Mesin dan ekuipmen pabrik
 Mebel
 Kendaraan

Transaksi yang berkaitandengan aktiva tetap dapat dilihat pada


gambar :
40

Aktiva tetap
Pemerolehan Penghentian pemakaian
Pengeluaran modal Penjualan
Revaluasi Pertukaran
Pertukaran
Depresiasi Akumulasi Aktiva Tetap
Penghentian pemakain Depresiasi
Penjualan

B. Perbedaan Karakteristik Aktiva Tetap dan Aktiva Lancar

Aktiva tetap memiliki karakteristik yang berbeda dengan aktiva lancar.


Jika auditor tidak menyadari dampak perbedaan karakteristik aktiva
lancar dengan aktiva tetap , ia tidak akan dapat melakukan pengujian
substantive dengan efektif terhadap dua golongan tersebut.

Perbedaan karakteristik aktiva tetap dengan aktiva lancar adalah:

a. Akun aktiva tetap mempunyai saldo yang besar di dalam neraca,


b. Transaksi perubahannya relatif sangat sdikit namun umumnya
menyangkut jumlah rupiah yang besar.
c. Kesalahan pisah batas transaksi yang bersangkutan dengan
aktiva tetap mempunyai pengaruh kecil terhadap perhitungan rugi
laba, sedangkan kesalahan pisah batas transaksi yang
bersangkutan dengan aktiva lancar berpengaruh langsung
terhadap perhitungan rugi laba tahun yang diaudit.
d. Aktiva tetap disajikan di neraca pada kosnya dikurangi dengan
depresiasi akumulasian, sedangkan aktiva lancar disajikan di
neraca pada nilai bersih yang dapat direalisasikan pada tanggal
neraca.
41

C. Perbedaan Pengujian Substantif terhadap Aktiva Tetap


dengan Aktiva Lancar:
1. Frekuensi transaksi yang menyangkut aktiva tetap relatif sedikit,
maka jumlah waktu yang dikonsumsi untuk pengujian substantif
terhadap aktiva tetap relatif lebih sedikit dibandingkan dengan
waktu untuk pengujian substantif aktiva lancar.
2. Ketepatan waktu pisah batas transaksi yang bersangkutan
dengan aktiva tetap sedikit pengaruhnya terhadap perhitungan
rugi laba, maka auditor tidak mengarahkan perhatiannya
terhadap masalah ketelitian. Sedangkan dalam pengujian
substantif terhadap transaksiaktiva lancar, auditor memusatkan
perhatiannya.
3. Pengujian substantif terhadap aktiva tetap lebih dititikberatkan
padaverifikasi mutasi aktiva tetap yang terjadi dalam tahun yang
diaudit.

D. Pengujian Substantif terhadap Aktiva Tetap dalam Audit


yang Pertama Kalinya

Faktor yang harus dipertimbangkan dalam audit terhadap aktiva tetap


pada audit pertama kalinya:

1. Apakah laporan keuangan tahun sebelumnya telah diaudit oleh


auditor independen lain?
2. Apakah klien menyelenggarakan catatan rinci untuk aktiva
tetapnya?
3. Apakah klien mengharapkan dokumen yang mendukung
transaksi
42

yang bersangkutan dengan pemerolehan dan mutasi aktiva


tetap
sampai dengan saat audit yang pertama dilaksanakan?

E. Tujuan Pengujian Subtantif Terhadap Saldo Aktiva Tetap


1. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi
yang bersangkutan dengan aktiva tetap.
2. Membuktikan keberadaan aktiva tetap dan keterjadian transaksi
yang berkaitan dengan aktiva tetap yang dicantumkan di neraca.
3. Membuktikan hak kepemilikan klien atas aktiva tetap yang
dicantumkan di neraca.
4. Membuktikan kewajaran penilaian aktiva tetap yang dicantumkan
di neraca.
5. Membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan aktiva
tetap di neraca.
43

BAB 7

AUDIT TERHADAP SIKLUS PENGELUARAN : PENGUJIAN

SUBSTANTIF TERHADAP AKTIVA TIDAK BERWUJUD

A. Deskripsi Aktiva Tidak Berwujud


Aktiva tidak berwujud bukan merupakan klaim kepada pihak lain,
juga bukan merupakan hak yang eksistensinya secara fisik ada. Aktiva
tidak berwujud merupakan keistimewaan yang melekat pada produk,
proses atau lokasi. Aktiva tidak berwujud dapat digolongkan menjadi
dua kelompok:
Untuk memperoleh gambaran objek yang akan dibahas pengujian
substantifnya, berikut ini diuraikan secara singkat pengertian masing-
masing jenis aktiva tidak berwujud tersebut di atas.
B. Prinsip Akuntansi Berterima Umum Dalam Penyajian Aktiva
Tidak Berwujud di Neraca:
Tujuan pengujian substantif terhadap saldo aktiva tidak berwujud
adalah:
Sebelum auditor melakukan pengujian mengenai kewajaran saldo
aktiva tidak berwujud yang dicantumkan di neraca dan mutasinya
selama tahun yang diaudit, ia harus memperoleh keyakinan mengenai
ketelitian dan keandalan catatan akuntansi yang mendukung informasi
saldo dan mutasi aktiva tidak berwujud tersebut.
Seperti dalam audit terhadap aktiva pada umumnya, pengujian
substantif ditujukan untuk membuktikan apakah aktiva yang
dicantumkan di neraca sesuai dengan aktiva sesungguhnya ada pada
tanggal neraca tersebut.
Penyajian aktiva tidak berwujud di neraca sebagai berikut :
44

1. Aktiva tidak berwujud harus disajikan secara terpisah dalam


neraca.
2. Jika mungkin, aktiva tidak berwujud yang mempunyai umur
ekonomis yang terbatas harus disajikan terpisah dari aktiva
tidak berwujud yang mempunyai umur ekonomis tidak terbatas.
3. Dasar penilaian aktiva tidak berwujud harus di sebutkan , dan
Metode amortisasinya harus di jelaskan dalam laporan
keuangan.
C. Tujuan Pengujian Substantif Terhadap Aktiva Tidak
Berwujud
Tujuan pengujian substantive terhadap saldo aktiva tidak berwujud
adalah :
1. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi
yang bersangkutan dengan aktiva tidak berwujud.
2. Membuktikan keberadaan aktiva tidak berwujud dan keterjadian
transaksi yang berkaitan dengan aktiva tidak berwujud yang
dicantumkan di neraca.
3. Membuktikan hak kepemilikan klien atas aktiva tidak berwujud
yang dicantumkan di neraca.
4. Membuktikan kewajaran penilaian aktiva tidak berwujud yang
dicantumkan di neraca.
5. Membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan aktiva
tidak berwujud di neraca.
45

D. Program Pengujian Substantif Terhadap Aktiva Tidak


Berwujud
1. Prosedur Audit Awal
Sebelum membuktikan apakah saldo aktiva tidak berwujud yang
dicantumkan oleh klien di dalam neracanya sesuai dengan aktiva tidak
berwujud yang benar-benar ada pada tanggal neraca, auditor
rmelakukan rekonsiliasi antara informasi aktiva tidak berwujud yang di
cantumkan di neraca dengan catatan akuntansi yang mendukungnya.
Oleh karena itu, auditor melakukan lima prosedur audit berikut ini
dalam melakukan rekonsiliasi informasi aktiva tidak berwujud di neraca
dengan catatan akuntansi yang bersangkutan:
1. Usut saldo aktiva tidak berwujud yang tercantum di neraca saldo
akun aktiva tidak berwujud yang bersangkutan di buku besar.
2. Hitung kembali saldo akun aktiva tidak berwujud di buku besar.
3. Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan
sumber posting dalam akun aktiva tidak berwujud dan akumulasi
amortisasinya.
4. Usut saldo awal akun aktiva tidak berwujud ke kertas kerja tahun
yang lalu.
5. Usut posting pendebitan dan pengkreditan akun aktiva tidak
berwujud ke dalam jurnal yang bersangkutan.
46

2. ProsedurAnalitik

Ratio Formula
1. Tingkat Perputaran aktiva tidak Hasil penjualan bersih ÷ rerata saldo
berwujud aktiva tidak berwujud.
2. Ratio laba bersih dengan aktiva Hasil penjualan bersih ÷ rerata saldo
tidak berwujud aktiva tidak berwujud.
3. Ratio aktiva tidak berwujud Aktiva tidak berwujud ÷ total aktiva
dengan total aktiva

Berbagai ratio tersebut jika dihitung oleh auditor dan kemudian


dibandingkan dengan angka harapan (ratio yang samadari data masa
lalu, data industri, jumlah yang di anggarkan, atau data lain) akan dapat
memberikan indikasi bagi auditor ke focus mana perhatian auditor perlu
di arahkan dalam pelaksanaan pengujian transaksi rinci dan saldo akun
rinci.

3. Pengujian Terhadap Transaksi Rinci


Periksa dokumen yang mendukung transaksi pemerolehan
aktivatidak berwujud. Aktiva tidak berwujud diperoleh dengan cara
membeli dari pihak lain atau menemukan dan mengembangkan sendiri
aktiva tidak berwujud tersebut. Untuk aktiva tidak berwujud yang di
peroleh dengan cara membeli, auditor dapat memeriksa register bukti
kas keluar dan bukti kas keluar beserta dokumen pendukungnya untuk
memperoleh keyakinan mengenai eksistensi aktiva tidak berwujud
tersebut. Untuk aktiva tidak berwujud yang berwujud yang berasal dari
penemuan dan pengembangan sendiri, auditor dapat memeriksa bukti
memorial dan dokumen pendukungnya mengenai biaya sebagai kos
tidak berwujud.
47

4. Pengujian Terhadap Akun Rinci


· Pelajari notulen rapat direksi, perjanjian, surat izin dari
pemerintah, dan dokumen lain yang membuktikan eksistensi aktiva
tidak berwujud. Mintalah informasi dari klien atau sumber lain
mengenai manfaat aktiva tidak berwujud bagi klien di masa yang akan
datang. Lakukan inspeksi dan pemeriksaan terhadap surat perjanjian,
surat izin dari pemerintah, dan dokumen yang menunjukan hak
kepemilikan klien atas aktiva tidak berwujud.
48

Bab 8

AUDIT TERHADAP SIKLUS PRODUKSI: PENGUJIAN


PENGENDALIAN

A. Dekskripsi Siklus Produksi

Siklus produksi yang dibahas dalam bab ini diterapkan dalam


perusahaan manufaktur yang produksinya berdasarkan psanan dari
pembeli. Siklus produksi terdiri dari dari dua transaksi: Transaksi
manufaktur dan aktivitas penghitungan fisik persediaan .

Jaringan prosedur yang membentuk transaksi manufaktur :

1. Prosedur order produksi


2. Prosedur permintaan dan pengeluaran barang gudang
3. Prosedur pemgembalian barang gudang
4. Prosedur pencatatan biaya tenaga kerja langsung
5. Prosedur pencatatan pembebanan biaya overhead pabrik dan
kos produk selesai
6. Prosedur pencatatan pembebanan biaya overhead pabrik
sesungguhnya , biaya pemasaran, dan biaya administrasi dan
umum.
B. Tujuan Audit terhadap Siklus Produksi

Tujuan audit siklus produksi adalah untuk memperoleh bukti mengenai


masing-masing asersi signifikan yang berkaitan dengan transaksi dan
saldo siklus produksi. Tujuan ditentukan berdasar lima kategori asersi
yaitu:
49

C. Perancangan Program Audit Untuk Pengujian Pengendalian


Terhadap Siklus Produksi

Rerangka perancangan :

1. Pemahaman system informasi akuntansi untuk pelaksanaan


transaksi: manufaktur dan penghitungan fisik sediaan.
2. Penentuan kemungkinan salah saji dalam setiap tahap
pelaksanaan transaksi manufaktur dan penghitungan fisik
sediaan.
3. Penentuan aktivitas pengendalian yang diperlukan untuk
mendekteksi dan mencegah salah saji dalam setiap tahap
pelaksanaan transaksi: Manufaktur dan penghitungan fisik
sediaan.
4. Penentuan prosedur audit untuk mendekteksi efektivitas aktivitas
pengendalian.
5. Penyusunan program audit untuk penujian terhadap transaksi.

Dokumen

Surat order produksi adalah surat perintah yang dikeluarkan oleh


departemen produksi, yang ditujukan kepada bagian-bagian yang
terkait dengan proses pengolahan produk memproduksi sejumlah
produk dengan spesifikasi, cara produksi, fasilitas produksi jangka
waktu seperti yang tercantum didalam surat order produksi tersebut.

Kartu jam kerja: kartu untuk mencatat jam kerja tenaga kerja
langsung yang dikonsumsi untuk memproduksi produk yang tercantum
di dalam surat order produksi. Buku permintaan dan pengeluaran
barang gudang formulir yang digunakan oleh fungsi produksi untuk
50

meminta bahan baku dan bahan penolong untuk memproduksi produk


yang tercantum di dalam surat order produksi.

Bukti pengembalian barang ke gudang adalah fomulir yang


digunakan oleh fungsi produksi untuk mengembalikan bahan baku dan
bahan penolong ke fungsi gudang.

Bukti memorial adalah dokumen yang digunakan sebagai dasar


pencatatan depresiasi aktiva tetap berwujud, amortisasi aktiva tetap
berwujud,amortisasi sewa & aktiva tidak berwujud, dan pembebanan
biaya overhead pabrik kepada produk berdasarkan tariff yang
ditentukan di muka. Bukti kas keluar adalah dokumen yang digunakan
untuk mencatat biaya-biaya yang dibayar lewat kas. Laporan produk
selesai adalah laporan produk selesai dibuat oleh fungsi produksi untuk
memberitahukan selesainya produksi pesanan tertentu.

Catatan akuntansi yang digunakan dalam transaksi manufaktur :

1. Jurnal pemakaian bahan baku

2. Jurnal umum

3. Register bukti kas keluar

4. Kartu kos produk

5. Buku pembantu sediaan

6. Buku pembantu biaya


51

Bagan alir sistem informasi akuntasi manufaktur :

Gabungan jaringan prosedur – prosedur bagan alir sistem akuntansi

1. Prosedur order produsi untuk mengkoordinasikan


kegiatan pengolahan produk guna memenuhi pesanan pembeli
atau kebutuhan produk untuk jangka waktu tertentu.
2. Prosedur permintaan dan pengeluaran barang gudang.
3. Prosedur pengembalian barang gudang.
4. Prosedur pencatatan biaya tenaga kerja langsung.
5. Prosedur produk selesai dan pencatatan pembebanan biaya
overhead pabrik.
6. Prosedur pencatatan biaya overhead pabrik sesungguhnya,
biaya administrasi dan umum dan biaya pemasaran.
7. Prosedur pencatatan biaya overhead pabrik sesungguhnya,
biaya administrasi dan umum dan biaya pemasaran yang berasal
dari pengeluaran kas dan yang menggunakan register kas keluar
dan jurnal umum.
D. Aktivitas pengendalian yang diperlukan dalam transaksi
manufaktur
1) Pemisahan fungsi akuntansi biaya dari fungsi produksi, fungsi
gudang dan fungsi yang menganggarkan biaya. Pencatatan yang
dilakukan fungsi produksi, fungsi gudang, dan fungsi yang
menganggarkan biaya harus dipisah dengan pencatatan yang
dilakukan fungsi biaya karena apabila semua pecatatan dilakukan
oleh keseluruhan fungsi produksi, gudang dan penganggaran
biaya maka akan sangat mudah terjadi manipulasi akuntansi dan
penyelewengan.
52

2) Pemisahan fungsi gudang dari fungsi produksi. Fungsi gudang


dan fungsi produksi perlu dipisah agar terjadi kelancaran proses
produksi dan untuk menghindari penyelewengan terhadap
sediaaan perusahaan. Dimana fungsi produksi bertanggung
jawab untuk memprosen bahan baku menjadi bahan jadi dan
fungsi gudang bertanggung jawab atas keamanan sediaan yang
disimpan.
3) Surat order produksi otorisasi oleh kepala fungsi produksi. Kepala
fungsi produksi adalah pemegang wewenang untuk
memerintahkan unit-unti organisasi yang ada dibawahnya dalam
pelaksanaan kegiatan produksi, maka surat order produksi perlu
diotorisasi oleh kepala fungsi tersebut, sehingga semua dokumen
yang dibuat untuk pelaksanaan produksi memiliki dasar yang
sah.
4) Daftar kebutuhan bahan dan daftar kegiatan produksi dibuat oleh
fungsi perencanaan dan pengendalian produksi dan diotorisasi
oleh kepala fungsi produksi. Fungsi perencanaan dan
pengedalian produksi merupakan staff dari kepala fungsi
produksi, setiap dokumen daftar daftar kebutuhan bahan dan
kegiatan perlu diotorisasi oleh kepala fungsi sehingga menjadi
tolak ukur untuk mengawasi kegiatan produksi
5) Bukti permintaan dan pengeluaran barang gudang diotorisasi
oleh kepala fungsi produksi yang bersangkutan. Dokumen berupa
bukti permontaa dan pengeluaran barang gudang digunakan
sebagai dasar pencatatan pengurangan sediaan yang dicata di
dalam kartu gudang dan kartu sediaan. Agar dokumen tersebut
dianggap sah maka harus diotorisasi oleh kepala fungsi produksi.
53

6) Kartu jam kerja diotorisasi oleh kepala fungsi produksi yang


bersangkutan. Bukti kas keluar merupakan dokumen sumber bagi
pencatatan biaya produksi dan non produksi yang dikeluarkan
lewat kas. Agar bukti kas keluar tersebut merupaka dokumen
yang sah maka perlu diotorsasi oleh kepala fungsi pembuat bukti
kas keluar, sebagai bukti telah dilakukannnya verfikasi terhadap
kesahihan dokumen tersebut.
7) Penggunaan tarif biaya overhead pabrik untuk membebankan
biaya overhead pabrik kepada produk. Kartu jam kerja
merupakan dokumen sumber sebagai dasar distribusi biaya
tenaga kerja langsung kedalam kartu harga pokok tiap-tiap
pesanan. Pencatatan kedalam kartu jam kerja diselenggarakan
oleh fungsi produksi, diotorisasi oleh kepala fungsi produksi.
8) Bukti kas keluar diotorisasi oleh fungsi pembuat bukti kas keluar.
9) Surat order produksi, bukti permintaan dan pengeluaran barang
gudang, Bukti kas keluar, bukti memorial, bernomor urut tercetak
dan penggunaannya dipertanggungjawabkan. Pengendalian
terhadap pemakaian berbagai dokumen sumber diatas dapat
dilakukan dengan membuat formulir dokumen tersebut dalam
bentuk bernomor urut tercetak. Penggunaan nomor urut tercetak
setiapdokumen sumber tersebut harus dipertanggungjawabkan
oleh fungsi yang berwenang untuk menggunakannya.
10) Penggunaan kartu kas produk untuk mencatat kes produk yang
diproduksi. Kartu kos produk merupakan buku pembantu biaya
yang digunakan untuk mengumpulakan biaya produksi ke produk
secara individual. Keakuratan pembebanan kos produk kepada
pemesan sangat ditentukan oleh penyelenggaraan kartu kos
54

produk. Selain itu kartu kosproduk juga berfungsi untuk


menetukan kos produk yang selesai yang ditransfer dari fungsi
produksi ke fungsi gudang.
11) Penggunaan laporan produk selesai untuk penyerahan produk
selesai dari fungsi produksi ke fungsi gudang dan untuk gudang
dan untukdasar pencatatan kos produk jadi dalam buku
pembantu sediaan. Laporan produk selesai berfungsi sebagai
bukti penyerahan produk jadi dari fungsi produksi ke fungsi
gudang dan sebagai dasar bagi fungsi akuntansi biaya untuk
mencatat kos produk selesai ke buku pembantu sediaan.
12) Secara periodik dilakukan rekonsiliasi kartu biaya dengan akun
kotrol biaya di dalam buku besar. Rekonsilisasi digunakan untuk
mengecek ketelitian data yang dicatat didalam kartu biaya dan
akun kontrol biaya yang bersangkutan di dalam buku besar.
13) Penggunaan panduan akun dan pelaporan biaya produk dan
pada waktu yang tepat. Keakuratan posting transaksi manufaktur
ke dalam buku pembantu biaya ditentukan oleh pemberian kode
akun pada dokumen sumber.
55

Bab 9

AUDIT TERHADAP SIKLUS PRODUKSI : PENGUJIAN


SUBSTANTIF TERHADAP SALDO SEDIAAN

A. Deskripsi Sediaan

Sediaan merupakan unsur aktiva yang disimpan dengan tujuan untuk


di jual dalam kegiatan bisnis yang normal atau barang-barang yang
akan dikomsumsi dalam pengelolahan produk yang akan di jual. Dalam
perusanaan manufaktur sediaan terdiri dari sediaan bahan baku dan
bahan penolong, sediaan produk dalam proses, sediaan produk jadi,
sediaan suku cadang, dan bahan habis pakai pabrik.

B. Prinsip Akuntansi Berterima Umum Dalam Penyajian


Sediaan Dalam Neraca

Prinsip akuntansi berterima umum dalam penyajian sediaan dalam


neraca adalah sebagai berikut:

1. Laporan keuangan harus menjelaskan bahwa sedian dinilai


dengan lower of cost market dan harus menyebutkan metode
yang digunakan dalam menentukan kos sediaan.
2. Jika sedian dinyatakan pada kosnya nilai pasarnya pada tanggal
neraca harus dicantumkan dalm tanda kurung, dan jika sediaan
diturunkan nilainya pada harga pasarnya, kos harus dicantumkan
dalam tanda kurung.
56

3. Akibat perubahan metode penilaian sedian terhadap perhitungan


rugi laba tahun yang diaudit harus dijelaskan dalam laporan
keuangan dan auditor harus meyatakan perkecualian mengenai
konsisten penerapan prinsip akuntansi berterima umum dalam
laporan audit.
4. Penjelasan yang lengkap harus dibuat dalam laporan keuangan
jika sedian digadaikan sebagai jaminan utang byang ditarik oleh
klien.
5. Jika jumlahnya material, sedian manufaktur harus
dikelompokanmenurut kelompok utama.
6. Perjanjian pembelian harus dijelaskan dalm laporan keuangan,
jika jumlahnya material atau bersifat luar biasa.
7. Cadangan untuk menghadapi kerugian turunya harga sedian
setelah tanggal neraca harus dibentuk dengan menyisihkan
sebagian laba yang ditahan.

C. Tujuan Pengujian Substantif Terhadap Sediaan

Tujuan audit terhadap sedian adalah sebagai berikut:

1) Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi


yang bersangkutan dengan sedian.
2) Membuktikan asersi keberadaan sedian yang dicantumkan di
neraca dari kejadian transaksi c yang berkaitan dengan sediaan.
3) Membuktikan asersi kelengkapan transaksi yang berkaitan
dengan sedian yang dicatat dalm catatan akuntansi dari
kelengkapan saldo sedian yang disajikan di neraca.
57

4) Membuktikan asersi hak kepemilkan klien atas sediaan yang


disajiakan di neraca.
5) Membuktikan asersi penlaian sedian yang dicantumkan di
neraca.
6) Membuktikan asersi penyajian dan pengungkapan sediaan di
neraca.

D. Program Pengujian Substantif Terhadap Saldo Sediaan

Program pengujian substantif terhadap sedian berisi prosedur audit


yang dirancang untuk mencapai tujuan audit. Oleh karena itu, berbagai
prosedur audit diklasfikasikan sesuai dengan tujuan audit terhadap
sediaan tersebut.

1. Prosedur audit awal

Auditor melakukan 5 prosedur audit berikut ini dalam melakukan


rekonsiliasi informasi sediaan di neraca dengan catatan akuntansi yang
bersangkutan:

a. Usut saldo sediaan yang tercantum di neraca ke akun saldo


sediaan yang bersangkutan di dalam buku besar.
b. Hitung kembali saldo akun sediaan di gbuku besar.
c. Usut saldo awal sediaan ke kertas kerja tahun yang lalu.
d. Usut posting pendebitan dan pengkridetan akun sedian ke jurnal
yang bersangkutan.
e. Lakukan rekonsiliasi buku pembantu sediaan dengan akun
kontrol sedian di buku besar.
58

2. Prosedur analitik

Prosedur analitik ini merupakan pengecekan secara menyeluruh


mengenai kewajaran sedian yang disajikan di neraca. Dalam prosedur
ini audit menghitung berbagai ratio yang bersangkutan dengan sedian.
Ratio berikut sering kali digunakan oleh auditor dalam pengujian
analitik terhadap sediaan.

3. Pengujian terhadap transaksi rinci

Keandalan saldo sediaan sangat ditentukan oleh keterjadian transaksi


berikut yang didebit dan dikreditkan ke dalam akun piutang usaha.

a. Transaksi pembelian

b. Transaksi penjualan, dan

c. Transaksi pemakaian.

Auditor melakukan pengujian substantif terhadap transaksi rinci yang


mendebit dan mengkredit akun sediaan dan pengujian pisah batas
yang digunakan untuk mencatat transaksi yang berkaitan dengan akun
tersebut:

a) Periksa sample transaksi yang tercatat dalam akun sediaan ke


dokumen yang mendukung timbulnya transaksi tersebut.
b) Periksa akun pendebitan akun sediaan ke dokumen pendukung:
bukti kas keluar, faktur pembelian, laporan penerimaan barang,
dan surat order pembelian.
59

c) Periksa pengkreditan akun sediaan ke dokumen pendukung:


faktur penjualan, laporan pengiriman barang, bukti pemakaian
barang gudang, memo debit untuk retur pembelian.
d) Pengujian pisah batas transaksi yang berkaitan dengan sediaan.
e) Priksa dokumen yang mendukung transaksi pembelian dalam
minggu terakhir tahun yang diaudit dan minggu pertama setelah
tanggal neraca.
f) Periksa dokumen yang mendukung berkurangnya sediaan (
karena transaksi penjualan atau pemakaian sendiri) dalm minggu
terakhir tahun yang diaudit dan minggu pertama setelah tanggal
neraca.

4. Pengujian terhadap saldo akun rinci

 Pengamatan terhadap perhitungan fisik sediaan.

1. Periksa intruksi tertulis mengenai perhitungan fisik sediaan.


2. Lakukan pengamatan terhadap perhitungan fisik sediaan yang
dilakukan oleh klien.
3. Menyelenggarakan perhitungan fisik sediaan yang disimpan di
gudang untuk menyesuaikan data sediaan di dalam catatan
akuntansinya.

 Kirimkan surat sedian yang disimpan digudang pihak luar

1) Lakukan pengamatan terhadap sedian yang lambat pemakaianya


atau penjualanya.
2) Mintalah surat representasi sediaan dari klien.
3) Pemeriksaaan penyajian dan pengungkapan sediaan di neraca
60

Bab 10

AUDIT TERHADAP SIKLUS JASA PERSONEL : PENGUJIAN


PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF

A. Deskripsi Siklus Jasa Personel

Siklus jasa personel dalam perusahaan manufaktur melibatkan fungsi


personalia (bertanggung jawab dalam pengangkatan karyawan,
penetapan jabatan, penetapan tariff gaji dan upah, promosi dan
penurunan pangkat, mutasi karyawan, penghentian karyawan, dan
penetapan berbagai tunjangan kesejahteraan karyawan, serta
penghitungan gaji dan upah karyawan), fungsi keuangan (bertanggung
jawab atas pelaksanaan pembayaran gaji dan upah serta berbagai
tunjangan kesejahteraan karyawan), dan fungsi akuntansi
(bertanggung jawab atas pencatatan biaya tenaga kerja dan distribusi
biaya tenaga kerja untuk kepentingan perhitungan kos produk dan
penyediaan informasi guna pengawasan biaya tenaga kerja).

Akun yang dipengaruhi oleh siklus jasa personel :

1. Barang dalam proses-tenaga kerja langsung.

2. Biaya overhead pabrik sesungguhnya.

3. Biaya pemasaran.
4. Biaya Administrasi dan umum.
5. Utang pajak penghasilan karyawan.
6. Utang dana pensiun.
61

Keberadaan atau keterjadian

 Biaya gaji dan upah, biaya pajak atas gaji dan upah karyawan
yang tercatat berkaitan dengan kompensasi jasa yang
diserahkan oleh karyawan selama periode yang diaudit.
 Saldo utang gaji dan upah dan utang pajak penghasilan
karyawan mencerminkan jumlah yang terutang oleh
perusahaan pada tanggal neraca.

Kelengkapan

 Semua biaya gaji dan upah dan biaya pajak atas gaji dan upah
mencakup semua biaya yang terjadi untuk jasa personel
selama periode yang diaudit.
 Saldo utang gaji dan upah dan utang pajak penghasilan
karyawan mencakup semua kewajiban kepada personel dan
pemerintah pada tanggal neraca.

Hak dan Kewajiban

 Utang gaji dan upah dan utang pajak penghasilan karyawan


merupakan kewajiban perusahaan pada tanggal neraca.

Penilaian atau alokasi

 Semua transaksi yang berkaitan dengan jasa personel telah


dicatat dalam jurnal, diringkas, dan diposting ke dalam akun
dengan benar.
62

 Biaya gaji dan upah dan biaya pajak penghasilan karyawan


telah dihitung dan dicatat dengan benar, utang gaji dan upah
dan utang pajak penghasilan karyawan telah dihitung dan
dicatat dengan benar, distribusi biaya overhead pabrik telah
dihitung dan dicatat dengan benar.

Penyajian dan pengungkapan

 Rincian transaksi yang berkaitan dengan jasa personel


mendukung penyajian akun yang berkaitan dalam laporan
keuangan, baik klasifikasinya maupun pengungkapannya.
 Biaya gaji dan upah dan biaya pajak penghasilan karyawan telah
diidentifikasi dan diklasifikasi dengan semestinya dalam neraca,
utang gaji dan upah dan utang pajak penghasilan karyawan telah
diidentifikasi dan diklasifikasi dengan semestinya dalam neraca.

B. Perancangan Program Audit Untuk Pengujian Pengendalian


Terhadap Siklus Jasa Personel
a. Pemahaman sistem informasi akuntansi untuk pelaksanaan
transaksi pembayaran jasa personel.
b. Penentuan kemungkinan salah saji dalam setiap tahap
pelaksanaan transaksi pembayaran jasa personel.
c. Penentuan aktivitas pengendalian yang diperlukan untuk
mendeteksi dan mencegah salah saji dalam setiap tahap
pelaksanaan transaksi pembayaran jasa personel.
d. Penentuan prosedur audit untuk mendeteksi efektivitas aktivitas
pengendalian.
63

e. Penyusunan program audit untuk pengujian pengendalian


terhadap transaksi.

Dokumen yang digunakan :

· Dokumen sumber = bukti kas keluar (untuk pencatatan biaya gaji


dan upah serta pencatatan pembayaran gaji dan upah)

· Dokumen pendukung = rekap daftar gaji dan upah ( untuk


pencatatan biaya gaji dan upah) , daftar gaji dan upah ( untuk
pencatatan pembayaran gaji dan upah ).

Program audit untuk pengujian pengendalian terhadap siklus jasa


personel :

1. Lakukan pengamatan terhadap pemisahan fungsi pembuatan


daftar gaji dan upah dari fungsi pembayaran gaji dan upah dan
fungsi pencatatan waktu hadir dari fungsi operasi.
2. Lakukan pengamatan terhadap pembayaran gaji dan upah.
3. Lakukan pengamatan terhadap pencatatan waktu hadir dan jam
kerja karyawan.
4. Ambil sampel daftar gaji dan upah.
5. Ambil sampel kartu jam hadir karyawan.
6. Ambil sampel kartu jam kerja karyawan.
7. Periksa bukti digunakannya formulir bernomor urut tercetak dan
pertanggungjawaban pemakaian formulir tersebut.
8. Ambil sampel bukti kas keluar yang disetujui untuk pembayaran
gaji dan upah dan lakukan pengusutan ke dokumen pendukung
dan catatan akuntansi yang bersangkutan.
64

9. Periksa adanya pengecekan independen terhadap posting ke


buku pembantu dan jurnal.
C. Evaluasi Hasil Pengujian Pengendalian

Setelah memperoleh pemahaman atas kebijakan dan prosedur struktur


pengendalian intern yang relevan dengan pelaporan keuangan siklus
jasa personel dan setelah menaksir risiko pengendalian untuk berbagai
asersi akun yang terkait dengan siklus jasa personel, auditor harus
membandingkan tingkat risiko pengendalian sesungguhnya atau final
dengan tingkat risiko pengendalian yang direncanakan untuk asersi
tersebut.

Jika tingkat risiko pengendalian final sama dengan yang


direncanakan, auditor dapat melanjutkan untuk mendesain pengujian
substantive khusus berdasarkan tingkat pengujian substantive yang
direncanakan. Jika tingkat risiko pengendalian final tidak sama dengan
yang direncanakan, auditor harus mengubah tingkat pengujian
substantive sebelum auditor mendesain pengujian substantive khusus
untuk menapung tingkat risiko deteksi yang dapat diterima.

D. Pengujian Substantive Terhadap Saldo Akun Yang Terkait


Dengan Siklus Jasa Personel

Saldo akun yang terkait dengan siklus jasa personel adalah :

1. Utang gaji dan upah.


2. Utang pajak penghasilan karyawan.
3. Utang dana pensiun.
4. Utang bonus.
65

5. Utang komisi.

Pengujian substantive yang secara spesifik berlaku terhadap berbagai


saldo akun yang terkait dengan siklus jasa personel terletak pada :

1. Prosedur analitik.
2. Penghitungan kembali utang gaji dan upah (accrued payroll
liabilities).
3. Verifikasi terhadap kompensasi bagi eksekutif.
66

Bab 11

PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP INVESTASI


Merupakan hal yang biasa dalam melakukan pengujian
substantive atas siklus investasi untuk menguji saldo investasi di
neraca dan laporan laba rugi pada saat yang sama. Tingkat resiko
deteksi yang tepat dan dapet diterima harus ditetapkan untuk setiap
kategori asersi laporan keuangan bagi saldo siklus investasi
sebelum pengujian subtantif dapat dirancang.
1. Tujuan pengujian substantif terhadap investasi
a. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi
yang bersangkutan dengan investasi.
b. Membuktikan bahwa saldo investasi mencerminkan kepentingan
klien yang ada pada tanggal neraca dan mencerminkan
keterjadian transaksi yang berkaitan dengan investasi selama
tahun yang di audit.
c. Membuktikan kelengkapan transaksi yang dicatat selama tahun
yang diaudit dan kelengkapan saldo investasi yang disajikan di
neraca.
d. Membuktikan bahwa saldo investasi yang dicantumkan di neraca
merupakan milik klien.
e. Membuktikan kewajaran penilaian investasi yang dicantumkan di
neraca.
f. Membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan investasi
di neraca.

Kerangka tujuan pengujian substantif terhadap investasi terlihat


bahwa tujuan utama pengujian substantif terhadap investasi adalah
67

membuktikan bahwa saldo akun investasi sementara dan akun


investasi jangka panjang yang dicantumkan di neraca mencerminkan
saldo akun-akun tersebut yang sesungguhnya pada tanggal neraca.

Untuk mencapai tujuan tersebut dirancang pengujian substantif


yang digolongkan kedalam lima kelompok:

1) Prosedur Audit Awal


2) Prosedur Analitik
3) Pengujian terhadap Transaksi Rinci
4) Pengujian terhadap Saldo Rinci
5) Verifikasi terhadap Penyajian dan Pengungkapan

Prosedur Audit Awal

Sebelum membuktikan apakah saldo investasi yang


dicantumkan oleh klien di dalam neracanya sesuai dengan investasi
yang benar-benar ada pada tanggal neraca,auditor melakukan
rekonsilisiasi antara informasi investasi yang dicantumkan di neraca
dengan catatan akuntansi yang mendukungnya. Auditor melakukan
enam prosedur audit berikut ini dalam melakukan rekonsiliasi.

a. Usut Saldo usaha yang tercantum di neraca ke saldo akun


investasi yang bersangkutan di dalam buku besar.
b. Hitung kembali saldo akun investasi di buku besar.
c. Usut saldo awal akun investasi ke kertas kerja tahun yang lalu.
d. Lakukan interview terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan
sumber penting dalam akun investasi.
e. Usut posting pendebitan dan pengkreditan akun utang usaha ke
jurnal yang bersangkutan.
68

f. Lakukan rekonsiliasi buk pembantu utang usaha dengan akun


kontrol investasi di buku besar

Prosedur Analitik

Pada tahap awal pengujian substantif terhadap investasi,


pengujian analitik dimaksudkan untuk membantu auditor dalam
memahami bisnis klien dan dalam menemukan bidang yang
memerlukan audit lebih intensif. Untuk Itu, auditor melakukan
perhitungan berbgai ratio berikut ini:

a) Ratio Investasi dengan aktiva lancar = Investasi Sementara :


Total Aktiva lancar.
b) Ratio investasi jangka panjang = Investasi Jangka Panjang: Total
Aktiva Lancar.
c) Rate of returntiap-tiap golongan investasi = Pendapatan
bunga:Rerata investasi golongan investasi tertentu.

Ratio yang telah dihitung tersebut kemudian dibandingkan dengan


harapan auditor misalnya ratio tahun yang lalu,rerata ratio industri,atau
ratio yang dianggarkan. Pembandingan ini membantu auditor untuk
mengungkapkan:

a. Peristiwa atau transaksi yang tidak biasa.


b. Perubahan akuntansi
c. Perubahan usaha
d. Fluktuasi acak
e. Salah saji
69

Pengujian Terhadap Transaksi Rinci

Dalam Pengujian Transaksi Rinci auditor :

a. Memeriksa dokumen yang mendukung transaksi perolehan dan


penjualan investasi
b. Menghitung kembali pendapatan bunga dan deviden tahun yang
diaudit
c. Menghitung kembali laba rugi yang timbul dari transaksi
penjualan surat berharga
d. Menghitung laba atau rugi yang timbul dari transaksi penjualan
investasi
e. Memeriksa dokumen yang mendukung transaksi pembelian surat
berharga dalam periode sekitar tanggal neraca
f. Memeriksa dokumen yang mendukung transaksi penjualan surat
berharga dalam periode sekitar tanggal neraca
g. Memeriksa dokumen yang mendukung pemerolehan invesasi
yang dimiliki oleh klien pada tanggal neraca

Pengujian Terhadap Akun Rinci

a. Mempelajari notulen rapat pemegang saham dan direksi.


b. Meminta datar surat berharga yang ada ditangan klien dan
lakukan penghitungan dan inspeksi terhadap sertifikat surat
berharga tersebut.
c. Mengirimkan konfirmasi tentang surat berharga milik klien yang
berada ditangan pihak lain.
d. Melakukan rekonsiliasi antara surat berharga yang dihitung
dengan hasil konfirmasi dan jumlah yang disajikan di neraca.
70

e. Melakukan inspeksi dan pemeriksaan terhadap polis asuransi


surat berharga.
f. Meminta informasi mengenai surat berharga yang dijadikan
jaminan penarikan utang.
g. Membandingkan metode penilaian investasi yang digunakan oleh
klien dengan prinsip akuntansi berterima umum.
h. Membandingkan nilai investasi dengan harga pasar surat
berharga.

Verifikasi Penyajian Dan Pengungkapan

Verifikasi penyajian dan pengungkapan investasi di neraca


ditujukan untuk memperoleh informasi apakah klien telah menyajikan
investasi di neraca sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum
dengan pengungkapan memadai. Informasi mengenai hal ini diperoleh
auditor dengan cara memeriksa klasifikasi sediaan di neraca dan
memeriksa investasi jangka panjang mengenai kemungkinan sebagai
alat pengendalian perusahaan lain.
71

Bab 12

PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP HUTANG JANGKA


PANJANG
Hutang Jangka Panjang adalah kewajiban sekarang yang timbul
dari kegiatan atau transaksi yang lalu, yang jatuh temponya lebih dari
satu tahun ditinjau dari tanggal neraca.
Contoh : Hutang Bank, Hutang Obligasi, Hutang Wesel, dll

A. PABU dalam Penyajian Hutang Jangka Panjang di Neraca


Hutang jangka panjang harus dijelaskan dengan cukup dalam
neraca. Setiap jenis hutang jangka panjang harus disajikan secara
terpisah di dalam neraca dan diberi catatan kaki yang cukup jika hal ini
diperlukan. Penjelasan yang bersangkutan dengan hutang jangka
panjang meliputi : nama hutang, jumlah hutang yang disetujui, jumlah
hutang yang telah ditarik, tanggal jatuh tempo, tarif bunga, pembatasan
dalam pembagian dividen, keharusan mempertahankan jumlah modal
kerja tertentu, dan penjelasan jumlah.
Umumnya hutang jangka panjang dipisahkan menjadi dua
kelompok : hutang jangka panjang yang ditarik dengan perjanjian
tertulis dan hutang jangka panjang yang tidak disertai dengan
perjanjian tertulis. Contoh hutang kelompok pertama adalah hutang
bank dan hutang obligasi, sedangkan contoh hutang kelompok kedua
adalah pengkreditan yan ditangguhkan (deferred credits), jaminan dari
pelanggan (customer's deposit), hutang garansi produk.
Hutang obligasi dapat disajikan dalam neraca pada nilai
nominalnya, dan dicantumkan pada tanggal jatuh tempo serta tarif
bunganya. Alternatif lain adalah hutang obligasi disajikan pada nilai
72

nominalnya ditambah dengan premi obligasi yang belum diamortisasi


atau dikurangi dengan diskonto obligasi yang belum diamortisasi.
Obligasi yang dilunasi, yang dibeli sebagai treasury bond, dan
yang belum dikeluarkan lagi, harus disajikan dalam neraca sebagai
pengurang jumlah obligasi yang diizinkan untuk dikeluarkan (authorized
bond) sebesar nilai nominalnya. Treasury bond tidak boleh disajikan
sebagai aktiva.

A. Tujuan Pengujian Substantif Terhadap Hutang Jangka


Panjang
1. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi
yang bersangkutan dengan hutang jangka panjang.
2. Membuktikan bahwa saldo hutang jangka panjang mencerminkan
kepentingan kreditur yang ada pada tanggal neraca dan
mencerminkan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan
hutang jangka panjang selama tahun yang diaudit.
3. Membuktikan kelengkapan transaksi yang dicatat selama tahun
yang diaudit dan kelengkapan saldo hutang jangka panjang yang
disajikan di neraca.
4. Membuktikan bahwa hutang jangka panjang yang dicantumkan di
neraca merupakan klaim kreditur terhadap aktivitas entitas.
5. Membuktikan kewajaran penilaian hutang jangka panjang yang
dicantumkan di neraca.
6. Membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan hutang
jangka panjang di neraca.
73

Asersi dalam akun hutang jangka panjang dan akun penilaiannya

1. Keberadaan dan Keterjadian, Auditor membuktikan apakah saldo


hutang jangka panjang mencerminkan kepentingan transaksi
yang berkaitan dengan hutang jangka panjang selam tahun yang
diaudit. Untuk mencapai tujuan tersebut, auditor melakukan
berbagai pengujian substantif berikut ini : Pengujian analitik,
Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan
hutang jangka panjang & biaya bunga, Review terhadap otorisasi
& kontrak penarikan hutang jangka panjang, dan Konfirmasi dari
kreditur & bond trustee.
2. Kelengkapan, Untuk membuktikan bahwa hutang jangka panjang
yang dicantumkan di neraca mencakup semua kepentingan
kreditur terhadap aktiva entitas pada tanggal neraca dan
mencakup semua transaksi yang berkaitan dengan hutang
jangka panjang dalam tahun yang diaudit, auditor melakukan
berbagai pengujian substantif berikut ini : Pengujian analitik,
Pemeriksaan bukti transaksi yang berkaitan dengan hutang
jangka panjang & biaya bunga, Review terhadap perjanjian
hutang jangka panjang & pelajari pasal - pasal yang terdapat di
dalamnya, dan Konfirmasi dari kreditur & bond trustee.

Penilaian, Penyajian di dalam neraca harus dengan penjelasan


sebagaimana diatur dalam prinsip akuntansi tersebut. Dengan
demikian untuk membuktikan asersi penilaian hutang jangka panjang
yang dicantumkan pada neraca, auditor melakukan pengujian
substantif berikut ini: Prosedur audit awal, Pengujian analitik,
74

Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan hutang


jangka panjang & biaya bunga, Review terhadap perjanjian hutang
jangka panjang & pelajari pasal - pasal yang terdapat di dalamnya,
Konfirmasi dari kreditur & bond trustee, dan Penghitungan kembali
biaya bunga.
75

BAB 13

PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP EKUITAS PEMEGANG


SAHAM

A. Deskripsi Modal Sendiri

Modal sendiri adalah jumlah komulatif kontribusi yang diberikan oleh


pemilik kepada perusahaan sebagai suatu entitas, ditambah dengan
laba yang diperoleh perusahaan yang ditahan didalam perusahaan.
Pengujian substantif terhadap ekuitas pemegang saham adalah
berbeda dengan pengujian substantif terhadap aktiva lancar dan utang
lancar. Dalam pengujian substantif terhadap aktiva lancar dan utang
lancar, auditor menghadapi transaksi perubahan unsur neraca yang
frekuensi terjadinya tinggi dengan jumlah rupiah setiap transaksi
relative kecil. Sedangkan dalam pengujian substantif terhaap ekuitas
ekuitas pemegang saham, auditor menghadapi transaksi perubahan
unsur neraca yang rendah frekuensi terjadinya, tetapi melibatkan
jumlah rupiah yang besar dalam setiap transaksinya.

B. Prinsip Akuntansi Berterima Umum Dalam Penyajian Ekuitas


Pemegang Saham di Neraca
a. Modal saham.
b. Treasury Stock.
c. Saldo laba
76

C. Tujuan Pengujian Substantif Terhadap Ekuitas Pemegang


Saham
1. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi
yang bersangkutan dengan ekuitas pemegang saham.
2. Membuktikan bahwa saldo modal saham mencerminkan
kepentingan pemegang saham yang ada pada tanggal neraca
dan mencerminkan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan
ekuitas pemegang saham selama tahun yang diaudit.
3. Membuktikan kelengkapan transaksi yang dicatat selamatahun
yang diaudit dan kelengkapa saldo ekuitas pemegang saham
yangdisajikan dineraca.
4. Membuktikan bahwa saldo ekuitas pemegang saham yang
dicantumkan di neraca merupakan klaim pemilik terhadap aktiva
entitas.
5. Membuktikan kewajaran penilaian ekuitas pemegang saham
yang dicantumkan dineraca.
6. Membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan ekuitas
pemegang saham dineraca

D. Program Audit Dalam Pengujian Substantif Terhadap Ekuitas


Pemegang Saham

Prosedur Audit Awal

 Usut saldo ekuitas pemegang saham yang tercantum dineraca ke


saldo akun ekuitas pemegang saham yang bersangkutan dalam
buku besar.
77

 Hitung kembali saldo akun ekuitas pemegang saham di dalam


buku besar.
 Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jummlah dan
sumber posting dalam akun ekuitas pemegang saham.
 Usut saldo awal akun ekuitas pemegang saham ke kertas kerja
tahun yang lalu.
 Usut posting pengkreditan dan pengdebitan akun ekuitas
pemegang saham ke dalam jurnal yang bersangkutan.
 Lakukan rekonsiliasi akun control modal saham dalam buku
besar ke buku pembantu pemegang saham dan buku sertifikat
saham

Pengujian Terhadap Transaksi Rinci

Pengujian terhadap transaksi rinci ekuitas pemegang saham


dilaksanakan oleh auditor melalui dua prosedur audit berikut:

 Periksa bukti pendukung pencatatan kedalam akun modal


saham, paid-in capital, treasury stock, saldo laba, dan
cadangan.
 Periksa catatan transaksi pengumuman dividend an
pembayarannya.

Pengujian Terhadap Akun Rinci

Pengujian terhadap saldo rinci akun ekuitas pemegang saham


dilaksanakan oleh auditor melalui berbagai prosedur audit berikut:
78

 Pelajari anggaran awal dan anggaran rumah tangga perusahaan


klien
 Pelajari notulen rapat pemegang saham dan dewan komisaris.
 Pelajari kontrak underwriting dan persyaratan emisi saham.
 Pelajari notulen rapat dewan komisaris dan pemegang saham
mengenai pembagian dividen.
 Pelajari kontrak antara klien dengan independent registrar dan
transfer agent.
 Pelajari surat perjanjian penarikan kredit dan bond indentures
mengenai pasal yang membatasi pembagian dividen
 Lakukan analisis terhadap akun modal saham
 Lakukan analisi terhadap akun saldo laba
 Dapatkan konfirmasi dari independent registrar dan transfers agent
 Periksa pertanggung jawaban nomor urut sertifikat saham
 Periksa semua sertifikat saham yang dibatalkan pemakaiannya
 Selidiki adjustment yang berasal dari tahun sebelumnya yang dicatat
di dalam akun saldo laba
 Lakukan analisi terhadap akun treasury stock.

Verifikasi penyajian modal sendiri di dalam neraca dengan cara


sebagai berikut:

 Periksa pencatatan transaksi emisi saham untuk menentukan


pemisahan jumlah modal saham dengan paid-in capital.
 Periksa penyajian treasury stock.
 Periksaan penyisihan saldo laba dalam tahun yang diaudit.
79

 Periksa penjelasan yang bersangkutan dengan unsure ekuitas


pemegang saham
80

Bab 14

PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP SALDO KAS

A. Deskripsi Kas

Kas terdiri dari uang tunai (uang logam dan uang kertas), pos wesel,
certified check, cashiers’ check, cek pribadi, dan bank draft, serta dana
yang disimpan di Bank yang pengambilannya tidak dibatasi oleh Bank
atau perjanjian yang lain.

Kas yang dicantumkan terdiri dari dua unsur berikut ini :

1. Kas di tangan perusahaan, yang terdiri dari :

 penerimaan kas yang belum disetor ke Bank


 Saldo dana kas kecil
B. Prinsip Akuntansi Berterima Umum Dalam Penyajian Kas di
Neraca

Prinsip akuntansi berterima umum dalam penyajian kas di neraca


adalah sebagai berikut :

 Kas yang dicantumkan dineraca adalah saldo kas yang ada di


tangan perusahaan pada tanggal tersebut dan saldo rekening giro di
Bank, yang pengambilannya tidak dibatasi oleh Bank atau perjanjian
yang lain.
81

 Kas dalam bentuk valuta asing harus dicantumkan di neraca


sebesar nilai kurs yang berlaku pada tanggal neraca.

Unsur-unsur berikut ini harus disajikan secara terpisah dari unsur kas
di neraca jika jumlahnya material :

1. Tabungan di Bank
2. Dana untuk perluasan pabrik, dana pelunasan utang, atau dana lain
yang tidak digunakan digunakan untuk keperluan modal kerja.

 Saldo Bank minimum yang disyaratkan oleh Bank dalam suatu


perjanjian penarikan kredit.
 Saldo di Bank luar negeri yang tidak digunakan dalam
hubungannya dengan kegiatan bisnis di luar negeri dan tidak dapat
segera diubah ke dalam mata uang rupiah karena batasan-batasan.
 Persekot biaya perjalanan atau persekot lain kepada karyawan.

C. Tujuan Pengujian Substantif Terhadap Kas

 Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang


bersangkutan dengan kas.
 Membuktikan keberadaan kas dan keterjadian transaksi yang
berkaitan dengan kas yang dicantumkan di neraca.
 Membuktikan hak kepemilikan klien atas kas yang dicantumkan di
neraca.
 Membuktikan kewajaran penilaian kas yang dicantumkan di neraca.
 Membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan kas di
neraca.
82

Program Pengujian Substantif Terhadap Kas


Ada empat golongan dalam prosedur audit yaitu antara lain :
1. Prosedur audit awal
2. Prosedur Analitik
3. Pengujian terhadap transaksi rinci
4. Pengujian terhadap akun rinci dan verifikasi pengajian dan
pengungkapan
Prosedur Audit Awal

 Hitung kembali saldo akun kas di buku besar.


 Usut saldo awal akun kas ke kertas kerja tahun yang lalu.
 Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan
sumber posting dalam akun kas.
 Usut posting pendebitan dan pengkreditan akun kas ke jurnal yang
bersangkutan

Prosedur Analitik

Pada tahap awal pengujian substantif terhadap kas, pengujian analitik


dimaksudkan untuk membantu auditor dalam memahami bisnis klien
dan dalam menemukan bidang yang memerlukan audit lebih intensif.
Oleh karena itu, auditor melakukan tiga prosedur audit berikut ini :

1. Hitung ratio berikut ini : Ratio kas dengan aktiva lancar


2. Lakukan analisis hasil prosedur analitik dengan harapan yang
didasarkan pada data masa lalu, data industri, jumlah yang
dianggarkan, atau data lain.
83

3. Bandingkan saldo kas dengan jumlah yang dianggarkan atau saldo


kas akhir tahun lalu.

Pengujian terhadap Transaksi Rinci

1. Buatlah rekonsiliasi saldo kas menurut cutoff bank statement


dengan saldo kas menurut catatan klien.
2. Usut setoran dalam perjalanan (deposit in transit) pada tanggal
neraca ke dalam cutoff bank statement.
3. Periksa tanggal yang tercantum di dalam cek yang beredar pada
tanggal neraca.
4. Periksa adanya cek kosong yang tercantum di cutoff di bank
statement.
5. Periksa semua cek di dalam cutoff bank statement mengenai
kemungkinan hilangnya cek yang tercantum sebagai cek yang beredar
pada tanggal neraca.

Pengujian Terhadap Akun Rinci

Keberadaan kas yang dicantumkan di neraca dibuktikan oleh auditor


dengan menghitung kas yang ada di tangan klien pada tanggal neraca
dan untuk kas klien yang disimpan di Bank dengan cara memeriksa
rekonsiliasi bank yang dibuat oleh klien pada tanggal neraca dan
mengirim surat konfirmasi bank.

 Hitung kas yang ada di tangan klien.


 Rekonsiliasi catatan kas klien dengan rekening koran bank yang
bersangkutan.
84

 Lakukan konfirmasi saldo kas di bank.


 Periksa cek yang beredar pada tanggal neraca ke dalam rekening
koran bank.

Verifikasi Pengajian dan Pengungkapan Kas


Bandingkan penyajian akun kas dengan prinsip akuntansi berterima
umum :

 Periksa jawaban konfirmasi dari bank mengenai batasan yang


dikenakan terhadap pemakaian rekening tertentu klien di bank.
 Lakukan wawancara dengan manajemen mengenai batasan
penggunaan kas klien.
85

Bab 15

PENYELESAIAN PEKERJAAN AUDIT

A. Penyelesaian Pekerjaan Audit

Tahap-tahap penyusunan laporan keuangan auditan yang dilakukan


oleh auditor meliputi :

1. Membuat skedul pendukung


2. Membuat skedul utama
3. Membuat Working Trial Balance
4. Membuat ringkasan Jurnal adjustment
5. Membuat laporan keuangan auditan.

Hal-hal yang diperlu diperhatikan auditor dalam mereview jurnal


adjustment :

1. Kebenaran akun yang didebit dan dikredit serta ketelitian


penghitungan jurnal adjustment yang akan diusulkan tersebut.
2. Kelengkapan penjelasan jurnal adjustment.
3. Reaksi klien yang timbul atas adjusment yang diusulkan tersebut.
B. Peristiwa Kemudian

Peristiwa kemudian adalah peristiwa yang terjadi dalam periode sejak


tanggal neraca sampai dengan tanggal selesainya pekerjaan lapangan.
Peristiwa kemudian yang perlu dijelaskan didalam laporan audit:

1. Jumlah material
2. Merupakan peristiwa yang penting dan bersifat luar biasa.
86

3. Terjadi dalam peridode sejak tanggal neraca sampai dengan tanggal


selesai pekerjaan lapangan.

Peristiwa kemudian yang mempunyai dampak terhadap


penyajian informasi di dalam laporan keuangan klien dibagi menjadi 2
golongan :

1. Peristiwa kemudian yang secara langsung mempengaruhi laporan


keuangan auditan, sehingga auditor berkewajiban mengusulkan
adjustment terhadap laporan keuangan tersebut pada klien.

Contoh peristiwa kemudia yang lain dengan jumlahnya material, yang


memerlukan adjustment terhadap penyajian laporan keuangan klien :

 Pengumuman kebangkrutan debitur klien karena terjadinya kesulitan


keuangan debitur tersebut, dan jumlah piutang kepada debitur
tersebut melebihi jumlah cadangan kerugian piutang yang telah
dibentuk oleh klien.
 Penyelesaian perkara pengadilan yang jumlahnya berbeda dengan
jumlah yang telah dicatat didalam buku klien.
 Penjualan ekuipmen yang sudah tidak dipakai lagi dalam kegiatan
usaha klien, dengan harga dibawah nilai bukunya kini.
 Penjualan surat berharga pada harga yang lebih rendah daripada
kos yang dicatat didalam buku klien.
 Dalam pertimbangkan apakah suatu peristiwa kemudian perlu
diusulkan kepada klien untuk digunakan meng-adjust informasi
didalam laporan keuangan klien, auditor harus membedakan kondisi
berikut ini:
87

 Apakah kondisi yang menyebabkan terjadinyaa peristiwa kemudian


tersebut telah ada sebelum atau pada tanggal neraca ?jika jawaban
“ya” maka auditor berkewajiban untuk menguulkan adjustment
terhadap informasi yang bersangkutan kepada klien.
 Jika keadaan yang menyebabkan terjadinya peristiwa kemudian
tersebut tidak ada sebelum atau pada tanggal neraca, maka
peristiwa kemudian tersebut tidak boleh digunakan untuk meng-
adjust informasi didalam laporan keuangan klien.
2. Peristiwa kemudian yang tidak memerlukan adjustment terhadap
laporan keuangan auditan, tetapi memerlukan komentar dalam bentuk
catatan kaki didalam laporan keuangan klien atau komentar didalam
laporan audit.

Contoh peristiwa kemudian yang memerlukan penjelasan didalam


laporan keuangan klien sebagai catatan kaki atau penjelasan didalam
laporan audit :

 Penurunan harga pasar surat berharga yang dimiliki klien sebagai


investasi sementara.
 Pengeluaran obligasi atau saham
 Penyelesaian perkara pengadilan yang peristiwa penyebabnya
terjadi setelah tanggal neraca
 Penurunan nilai pasar sediaan sebagai akibat larangan pemerintah
terhadap penjualan suatu produk
 Kerugian akibat terbakarnya sediaan yang tidak diasuransikan

 Prosedur Audit terhadap Peristiwa Kemudian


88

1. Pelajaran notulen rapat pemegang saham, dewan komisaris, dan


komisi-komisi yang dibentuk dalam periode setelah tanggal neraca.
2. Review laporan keuangan klien yang dibuat dalam jangka waktu
antara tanggal neraca auditan sampai tanggal penerbitan laporan
audit.
3. Adakan wawancara dengan pimpinan perusahaan mengenai
peristiwa yang kemungkinan berdampak material terhadap
penyajian laporan keuangan.
4. Lakukan wawancara dengan penasehat hokum klien
5. Review penagihan piutang usaha yang terjadi setelah tanggal
neraca
6. Review jurnal penerimaan kas terutama yang mengenai transaksi
penerimaan kas dari penarikan kredit atau dari penjualan aktiva atau
dari penjualan aktiva tetap yang jumlahnya material.
7. Review transaksi yang material jumlahnya yang dicatat dalam buku
jurnal memorial.
89

Bab 16

LAPORAN AUDIT

A. Laporan Audit Bentuk Pendek (short-form Audit Report)

Proses audit berakhir dengan diterbitkannya laporan audit.


Laporan audit disusun setelah auditor menyelesaikan pekerjaan
lapangan (audit field works). Ada 2 bentuk utama laporan audit: laporan
audit bentuk pendek dan laporan audit bentuk panjang. Pertimbangna
yang digunakan oleh auditor dalam menerbitkan laporan audit bentuk
pendek atau panjang tergantung pada kebutuhan klien. Kebutuhan
klien ini biasanya ditentukan oleh kebutuhan pemakai laporan audit
(misalnya bank dan pemegang saham). Ditinjau dari isi,laporan audit
bentuk panjang merupakan perluasan isi laporan audit bentuk pendek.

Laporan audit bentuk pendek baku terdiri dari 3 paragraf:


Paragraf pengantar, Paragraf lingkup, dan Paragraf pendapatan.
Sebagaimana dijelaskan dalam paragraf pengantar laporan audit,
laporan keuangan auditan adalah tanggungjawab manajemen
perusahaan. Dan karena catatan atas laporan keuangan merupakan
bagian tidak terpisahkan dari laporan keuangan, maka catatan atas
laporan keuangan merupakan tanggungjawab manajemen pula.
Dengan demikian hanya laporan audit yang menjadi tanggungjawab
auditor.
90

B. Isi Laporan Audit Baku

Judul Laporan

Laporan audit harus diberi judul dan judul tersebut harus


mencantumkan kata independen. Sebagai contoh, judul sebuah
laporan audit berbunyi:”Laporan Auditor Independent”. Maksud
pencantuman kata independen tersebut adalah untuk memberitahukan
kepada pemakai laporan tentang tidak adanya berkepihakan disemua
aspek audit yang dilaksanakan oleh auditor.

Pihak yang Dituju

Dalam perikatan umum, biasanya pembuat perikatan dengan


auditor adalah direksi perusahaan atau dewan komisaris. Kepada siapa
laporan audit dialamatkan dapat ditentukan berdasarkan surat
permintaan audit yang diterima dari klien.

Paragraf Pengantar

Paragraf ini berisi tentang pernyataan auditor tentang:

a. Laporan keuangan yang menjadi objek audit,


b. Pernyataan bahwa tanggungjawab tentang laporan keuangan
berada ditangan manajemen,
c. Pernyataan bahwa tanggungjawab tentang pendapatan atas
laporan keuangan berada ditangan auditor.

Paragraf Lingkup

Dalam paragraf ini auditor menyatakan bahwa audit atas laporan


keuangan didasarkan atas standar auditing yang ditetapkan ikatan
91

Akuntansi Indonesia, penjelasan singkat tentang standar auditing, dan


pernyataan tentang keyakinan auditor telah melaksanakan auditnya
sesuai dengan standar auditing, maka secara implisit auditor
menyatakan bahwa :

1. Auditor adalah telatih dan ahli dalam auditing.


2. Auditor adalah independen dalam hubungan dengan klien.
3. Auditor telah menjalankan kemahiran profesionalnya dengan
seksama.
4. Pekerjaan audit telah direncanakan dan disupervisi
pelaksanaannya.
5. Pengendalian intern klien telah dipahami dan dinilai.
6. Telah diperoleh bukti komponen dalam jumlah cukup.

Jika salah satu atau lebih standar auditing tersebut diatas tidak
dapat dipenuhi oleh auditor, maka auditor harus membuat
pengecualian (kualifikasi) terhadap lingkup auditnya. Jika auditor
mencantumkan pengecualian dalam lingkup auditnya, berararti bahwa
auditor harus menambahkan uraian yang menjelaskan standar auditing
yang tidak dipenuhinya dan mengapa hal tersebut terjadi.
Pengecualian tersebut kemungkinan disebabkan auditor tidak bebas
dalam hubungannya dengan kliennya, karena kurangnya jumlah
kompetensi bukti yang dikumpulkannya, atau karena pembatasan klien
terhadap prosedur audit yang dilaksanakan oleh auditor.

Paragraf Pendapat

Paragraf ketiga dalam laporan audit baku tersebut diatas disebut


dengan istilah paragraf pendapat. Dalam paragraf ini auditor
92

menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan. Dalam


merumuskan paragraf pendapat ini, auditor berpedoman pada 4
standar peleporan dalam standar auditing berikut ini :

1) Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan


telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di indonesia.
2) Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada
ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam
penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan
dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode
sebelumnya.
3) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus
dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan
auditor.
4) Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat
mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu
asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika
pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, laporan
keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang
jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada
dan tingkat tanggungjawab yang dipikul oleh auditor.

Perlu diketahui bahwa yang dimaksud dengan laporan euangan


dalam standar pelaporan adalah tidak hanya meliputi neracar, laporan
laba rugi, laporan perubahan eukitas, dan laporan arus kas, namun
meliputi pula semua catatan kaki dan penjelasan serta tambahan
informasi yang merupakan bagian tidak terpisahkan dalam penyajian
93

laporang keuagan. Oleh karena itu, dalam standar pelaporan akuntansi


yang ketiga tersebut diatas auditor diharuskan menyampaikan kepada
pemakai laporannya, mengenai informasi penting yang menurut auditor
perlu diungkapkan.

Tujuan standar keempat dalam standar pelaporan tersebut


adalah untuk memungkinkan pemegang saham, kreditur, dan pihak lain
yang menggunakan laporan keuangan menentukan seberapa jauh
laporan keuangan yang dilaporkan oleh auditor dalam laporan audit
dapat dipercaya. Standar ini menetapkan jika nama auditor
dihubungkan dengan laporan keuangan, maka auditor tersebut harus:

1. Menyatakan suatu pendapat atas laporan keuangan sebagai


suatu keseluruhan.
2. Menegaskan bahwa ini tidak memberikan pendapat.

Dua alternatif tersebut pada dasarnya merupakan batas sampai


seberapa jauh auditor memikul tanggungjawab. Jika auditor tidak
memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan, ia tidak
bertanggungjawab atas apapun yang berkaitan dengan kewajaran
penyajian laporan keuangan kliennya.

Auditor memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan


secara keseluruhan. Jika auditor menyatakan bahwa laporan keuangan
auditan tidak wajar, maka ia harus menjelaskan mengapa ia
memberikan pendapatan semacam itu. Baik dalam memberikan
pendapat wajar maupun tidak wajar, auditor mengetahui wajar atau
tidaknya laporan keuangan auditan.
94

Dalam hal auditor memberikan pendapat wajar dengan


pengecualian (disebut juga dengan istilah qualified opinion) auditor
tidak memikul tanggungjawab atas kewajaran laporan keuangan
secara keseluruhan, tetapi mengecualikan beberapa informasi yang
tercantum dalam laporan keuangan auditan.

Tanda Tangan

Tanda tangan yang dicantumkan dalam laporan audit


menunjjukkan pengesahan oleh auditor atas laporan audit yang
bersangkutan. Penandatangan laporan audit adalah partner (sekutu)
dalam kantor akuntan yang bersangkutan. Disamping tanda tangan,
harus mencantumkan nama rekan (partner) yang menandatangani
laporan audit, nomor izin akuntan publik, dan nomor izin kantor akuntan
publik.

Tanggal Laporan

SA Seksi 530 Pemberian tanggal atas Laporan auditor


Independen menyebutkan bahwa tanggal selesainya pekerjaan
lapangan harus digunakan oleh auditor sebagai tanggal laporan
auditnya. Setelah pekerjaan lapangan selesai dilakukan, auditor
beserta asisten auditor meninggalkan perusahaan klien, dan untuk
selanjutnya mengolah penerbitan laporan audit dikantornya. Biasanya
jarak waktu antara selesainya pekerjaan lapangan ini dengan
penerbitan laporan audit kantornya. Biasanya jarak waktu antara
selesainya dilakukan pekerjaan lapangan ini dengan penerbitan
laporan audit adalah pendek. Setelah auditor meninggalkan
perusahaan klien, auditor tidak lagi dalam posisi dapat mengetahui
95

dengan mudah perubahan-perubahan yang tejadi dalam perusahaan


yang diauditnya. Oleh karena itu, tanggungjawab auditor terhadap
peristiwa kemudian (Subsequent events) dibatasi periodenya, yaitu
sejak tanggal neraca sampai dengan tanggal selesainya pekerjaan
lapangan (meskipun mempunyai unsur yang disajikan dalam laporan
keuangan klien) bukan lagi menjadi tanggungjawab auditor.

Jika peristiwa kemudian memerlukan adjustment terhadap


laporan keuangan terjadi setelah tanggal selesainya pekerjaan
lapangan, namun sebelum penerbitan laporan auditor dan auditor
mengetahui tentang adanya peristiwa itu, laporan keuangan harus
diadjust atau auditor harus memberikan pengecualian dalam
pendapatannya. Jika adjusment dilakukan tanpa pengungkapan
peristiwa yang bersangkutan, laporan auditor harus diberi tanggal
sesusai selesainya pekerjaan lapangan.

Dalam hal peristiwa yang memerlukan pengungkapan terjadi


setelah tanggal laporan audit, namun sebelum penerbitan laporan
audit, dan auditor mengetahui adanya peristiwa itu, peristiwa tersebut
harus diungkapkan oleh klien dalam catatan atas laporan keuangan
atau jika tidak demikian auditor harrus memberikan pengecualian
dalam pendapatnya.Jika pengungkapan peristiwa tersebut dilakukan
dalam catatan atas laporan keuangan atau laporan audit, auditor dapat
memilih 2 metode berikut :

1. Menggunakan tanggal (dual dating)


2. Menggunakan tanggal kemudian.
96

1. Memungkinkan auditor menyisipkan informasi penting dalam


laporan keuangan klien yang diketahui oleh auditor setelah
selesainya pekerjaan lapangan.
2. Untuk memberitahukan pemakai laporan auditor hanya
bertanggungjawab atas peristiwa kemudian yang terjadi setelah
tanggal neraca sampai dengan tanggal selesainya pekerjaan
lapangan dan peristiwa yang secara spesifik (misalnya
pembagian dividen saham pada tanggal 7 Maret 20X2 tersebut di
atas) disebutkan dalam laporan audit. Dengan penggunaaan
tanggal ganda ini, auditor menyatakan bahwa ia tidak
bertanggungjawab atas peristiwa, selain yang secara spesifik
disebut, yang tejadi setelah tanggall selesainya pekerjaan
lapangan.

Dalam penggunaan tanggal ganda, terhadap peristiwa yang


terjadi dalam periode sejak tanggal penerbitan laporan audit. Auditor
hanya bertanggungjawab atas peristiwa yang secara spesifik disebut.
Dalam penggunaan tanggal kemudian, auditor berrtanggungjawab atas
semua peristiwa yang terjadi dalam periode sejak tanggal neraca
sampai dengan tanggal selesainya pekerjaan lapangan ditambah
dengan semua peristiwa yang terjadi dalam periode sejak tanggal
selesainya pekerjaan lapangan sampai dengan peristiwa yang
menyebabkan auditor menggunakan tanggal kemudian.
97

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno. 2013. Auditing-Petunjuk Praktis Pemeriksaan


Oleh Akuntan Publik. Edisi Keempat, Jakarta : Salemba
Empat

Amin, Widjaja Tunggal. 2014. Konsep dan Studi Kasus Auditing.


Jakarta: Harvarindo

Mulyadi. 2013. Auditing. Edisi Keenam, Jakarta: Salemba Empat

Herry. 2013. Auditing. Jakarta: Kencana

Agoes, Sukrisno. 2004. Auditing. Jakarta: Lembaga Penerbit


Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai