Disusun oleh:
1. George Bryan Salim (20061104091)
2. Jein Kristin Risit (20061104084)
3. Maya Veronicha Maradesa (20061104120)
4. Gemma Milani Ramopolii (20061104113)
5. Rosdina Arini Lii (20061104078)
6. Reyyansi Wicen Mokoagouw (20061104127)
7. Yulia Lessa (20061104100)
8. Asriani Urang (20061104106)
9. Friska Flora Julistiani Datu (20061104072)
10. Shandy Putria Bali (20061104133)
KELAS C2
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SAMRATULANGI
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha kuasa atas limpahan rahmat dan anugrah dari-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami sebagai penyusun sangat bersyukur karena
dapat menyelesaikan makalah yang menjadi tugas kami. Disamping itu, kami mengucapkan
banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami selama pembuatan
makalah ini berlangsung sehingga dapat terealisasikanlah makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya dapat
kami perbaiki. Karena kami sadar, makalah yang kami buat ini masih banyak terdapat
kekurangannya.
Kelompok 2
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
akan diaudit. Kriteria yang digunakan oleh auditor dari kantor akuntan publik
umumnya diambil dari GAAP.
Bagi Penulis
Dengan adanya penelitian ini penulis dapat digunakan sebagai latihan dan
penerapan disiplin ilmu yang diperoleh di bangku perkuliahan, serta dapat
menambah pengalaman dan pengetahuan tentang Auditing,profesi akuntan dan
akuntan public,standar audit,audit internal,dan fraud audit
Manfaat Teoritis/Akademis
Setelah melakukan penelitian dan mempelajari Modul 2,3,4 . Maka hasill analisis
yiang diperoleh dari penelitian tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat
menambah ilmu pengetahuan dan pemahaman serta dapat digunakan sebagai
referensi atau bahan pertimbangan bagi para pembaca.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 MODUL 2
4. MEMANDANG KEDEPAN
1. Apa artinya menjadi professional
Buku John Carey yangBuku John Carey yang berjudul The Rise of the
Accounting Profession: From Technician to Professional (Bangkitnya Profesi
Akuntan: Dari Teknisi Menjadi Profesi), mengidentifikasi adanya tujuh
kriteria yang membedakan profesi dari lainnya yang bukan profesi.
a. Suatu Lembaga pengetahuan spesialis.
b. Suatu proses Pendidikan formal.
c. Standar untuk mengaturadmisi.
d. Suatu kode etik.
e. Suatu pengakuan status ditandai dengan adanya lisensi atau penugasan
khusus.
4
f. Adanya suatu kepentingan public dalam pekerjaan yang dilaksanakan
praktisi.
g. Suatu pengakuan professional sebagai kewajiban social.
2. Tujuan Inti
Tujuan inti CPA Tujuan inti CPA adalah untuk menjadikan perubahan
dunia yang kompleks menjadi sesuatu yang masuk akal. Sementara hal ini
dapat diterima oleh profesional lainnya, CPA menempatkan dirinya terpisah
dari profesional lain dalam proses ini melalui nilai, kompetensi, dan jasa inti
yang dapat diberikan pada situasi ini. Kadang-kadang para auditor
memperoleh kritikan atas ketidakmampuannya untuk menggunakan secara
efektif pengetahuan yang diperolehnya melalui audit guna memberikan nilai
tambah bagi klien atau pihak lain yang meyakini bahwa auditor mengetahui
lebih banyak ketimbang yang dikatakannya.
3. Misi
Misi dari dibentuknya IAI adalah sebagai berikut:
a. Memelihara integritas, komitmen, dan kompetensi anggota dalam
pengembangan manajemen bisnis dan publik yang berorientasi pada etika,
tanggung jawab, dan lingkungan hidup.
b. Mengembangkan pengetahuan dan praktikbisnis, keuangan, atestis, non-
atestis dan akuntansi bagi masyarakat
c. Berpartisipasi aktif dalam mewujudkan ketatakeloaan perusahaan yang
baik (good governance) melalui upaya organisasi yang sah dan dalam
perspektif nasional dan international
4. Visi
Visi IAI adalah menjadi organisasi profesi terdepan dalam pengembangan
pengetahuan dan praktik akuntansi, manajemen bisnis dan publik, yang
berorientasi pada etika dan tanggung jawab sosial, serta lingkungan hidup
dalam perspektif nasional dan internasional.
5. NILAI INTI
Nilai inti yang terdapatdalamproyekvisi CPA mencerminkan penghargaan
public yang sangat tinggi pada apa yang telah dicapai oleh CPA. Nilai – nilai ini
kebanyakan dikembangkan dari keterkaitan para CPA dengan audit laporan
keuangan. CPA adalah pihak yang lebih dahulu melihat pentingnya Pendidikan
berkelanjutan dan pembelajaran seumur hidup.
6. KOMPETENSI INTI
Para auditor memerlukan kemampuan berkomunikasi yang unggul agar
dapat meminta keterangan yang tepat dari manajemen dan menyampaikan
temuan-temuan kepada manajemen, dewan direksi, dan pihak ketiga. Oleh karena
5
teknologi mempengaruhi cara auditor berkomunikasi maka auditor kurang
menekankan penggunaan laporan-laporan standar namun harus lebih mampu
mengomunikasikan dengan jelas lingkup kerja, temuan, dan kesimpulan.
Keterampilan berpikir strategis dan kritis menjadi penting bagi semua
auditor.Keterampilan analitis kunci yang digunakan dalam keseluruhan adalah
kemampuan untuk mengevaluasi informasi keuangan dan non keuangan serta
kemampuan menentukan apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar.
Akhirnya, auditor harus berwawasan teknologi. Auditor harus mampu
mengevaluasi sistem informasi dan pengendalian intern yang secara luas
menggunakan teknologi baru. Oleh karena klien banyak yang memasuki aliansi
strategis dan terlibat dalam perniagaan secara elektronik (electronic commerce)
serta pertukaran data secara elektronik (electronic data interchange) maka auditor
harus memiliki kemampuan untuk mengevaluasi penggunaan teknologi saat ini
dan merekomendasikan peningkatannya.
Para Pengambil keputusan membutuhkan infromasi yang credible dan
reliable untuk mendukung keputasan mereka. Tujuan audit adalah menyediakan
keyakinan yang memadai mengenai informasi yang digunakan oleh investor,
kreditor, dan pengguna lainnya, yang pada kenyataannya, dapat diandalkan. Peran
dan posisi profesi akuntansi sudah sejak lama menjadi sasaran kritik masyarakat
pada umumnya dan khususnya dunia usaha. Pada masa yang lalu, yang menjadi
sasaran utama adalah profesi akuntan publik berhubung dengan keterlibatannya
dalam mekanisme pengendalian sosial yang sarat dengan konflik-konflik
kepentingan ekonomi dan politik Auditor memiliki hubungan yang berbeda
dengan manajemen, investor, kreditor, pemegang saham, dan pihak-pihak luar
lainnya. Auditor harus bekerja sama secara khusus dengan manajemen tetapi juga
tetap memiliki sikap skeptisme yang profesional. Auditor independen dapat
melaksanakan jasa dalam lingkup yang luas yang mampu membantu para
pengambil keputusan, namun tanpa melibatkan diri dalam kegiatan manajemen
untuk menerapkan keputusan tersebut. Auditor harus mampu menginterpretasi
kumpulan informasi. Keterampilan analitis kunci yang digunakan dalam
keseluruhan adalah kemampuan untuk mengevaluasi informasi keuangan dan non
keuangan serta kemampuan menentukan apakah laporan keuangan telah disajikan
secara wajar. Akhirnya, auditor harus berwawasan teknologi. Auditor harus
mampu mengevaluasi sistem informasi dan pengendalian intern yang secara luas
menggunakan teknologi baru.
6
tertentu lainnya. Sementara itu, profesi harus memiliki karakteristik profesi yang
dalam bentuk-bentuk.
1. Keterampilan yang berdasar pada pengetahuan teoretis
2. Asosiaso professional
3. Pendidikan yang ekstensif
4. Ujiankompetensi
5. Pelatihaninstitusional
6. Lisensi
7. Otonomikerja
8. Kodeetik
9. Mengaturdiri
10. Layanan public dan altruisme
11. Status dan imbalan yang tinggi
7
2. JENIS-JENIS AUDITOR
Ada beberapa jenis auditor, yaitu sebagai berikut.
1. Auditor Eksternalseringdisebutsebagai auditor independent atau bersertifikat
akuntan public (BAP).
Seorang auditor eksternal bisa berpraktik sebagai pemilik tunggal atau
anggota dari kantor akuntan. Auditor seperti ini dikenal dengan auditor
eksternal atau independen karena mereka tidak diperkerjakan oleh entitas
yang diaudit. Auditor eksternal mengaudit laporan keuangan untuk
perusahaan publik atau non publik, persekutuan, pemerintah Kota madya,
individu, dan lainnya. Di samping itu, mereka juga dapat melaksanakan audit
kepatuhan, operasional, dan forensik untuk entitas tersebut. Meskipun auditor
eksternal atau auditor independen di bayar oleh klien (auditee), auditor tetap
dianggap independen dari kliennya karena auditor melayani berbagai macam
klien Laporan keuangan tersebut adalah tanggung jawab klien maksudanya
klienlah yang bertanggung jawab mencatat, pengikhtiaran, dan
pengklasifikasian transaksi ekonomi serta pengalokasiannya. Auditor hanya
bertanggung jawab melaporkan apakah laporan keuangan tersebut di sajikan
secara wajar menurut prinsip akuntansi yang berlaku umum.
2. Auditor Internal
Auditor internal adalah auditor yang dikerjakan oleh suatu perusahaan,
persekutuan, badan pemerintah, individu dan entitas lainnya. Auditor internal
sanga tberkepentingan dengan penentuan apakah kebijakan dan prosedur telah
diikuti atau tidak serta berkepentingan dalam pengamanan aktivas organisasi.
Tugasutama auditor internal adalah melaksanakan audit kepatuhan dan audit
operasional.
3. Auditor pemerintah
Auditor pemerintah diperlukan untuk menentukan ketaatan denganhukum,
peraturan perundangan, kebiajakn dan prosedur.Hubungan-Hubungan Auditor
Independen Dalam audit laporan keuangan auditor memelihara hubungan
professional dengan empat kelompok penting berikut ini.
1. Manajemen
2. Dewan direksi dan komite audit
3. Audit internal
4. Pemegangsaham
9
Terdapat enam bentuk struktur organisasi Kantor Akuntan Publik, yaitu sebagai
berikut
a) Perusahaan perorangan
Kantor akuntan publik ini hanya dimiliki oleh satu orang.
b) Partnership
Bentuk struktur organisasi ini hampir sama dengan yang perorangan, tetapi
partnership dimiliki oleh beberapa orang.
c) Korporasi Umum
Keuntungan dari bentuk korporasi adalah bahwa kewajiban pemengang saham
hanya terbatas pada besarnya saham yang mereka miliki.
d) Korporasi Professional
Korporasi nasional dimiliki oleh satu atau lebih pemengang saham dan
menyediakan jasa –jasa profesional.
e) Perusahaan dengan Kewajiban Terbatas
Bentuk struktur organiisasi seperti ini menjadi lebih favorit karena pemilknya
memiliki kewajiban terbatas seperti struktur organisasi korporasi umum.
f) Partnership dengan Kewajiban Terbatas
Organisasi berikut ini dimiliki oleh satu atau lebih partner.
Biasanya para pegawai baru bekerja sebagai auditor yunior aktau asisten.
Mereka menghabiskan masa kerja sebagai asisten selama 2 sampai 3 tahun di
masing-masih klasifikasi, sebelum akhirnya sampai pada jabatan partner. Para
audior yunior atau asisten biasanya langsung di supervisi oleh para auditor
senior.
10
ada empat bidang utama yang IAI berwenang menetapkan standar dan
membuat aturan yaitu:
1) Standar auditing
2) Standar kompilasi dan penelahaan laporan keuangan
3) Standar atestasi lainnya
4) Kode etik pofesional
b. Melaksanakan penelitian dan publikasi
IAI juga melakukan fungsi pelaksanaan penelitian dan publikasi.
c. Menyelenggarakan pendidikan lanjutan bagi para akuntan publik
Bidang akuntansi, audit, perpajakan dan konsultasi manajemen ini terus
berkembang sehingga cakupannya semakin lama semakin luas
Ada beberapa tahapan yang harus dilalui dari setiap usulan yang diajukan
dewan dalam pembuatan standar dan prosedur adalah sebagai berikut.
11
kemudian didistribusikan untuk mendapatkan komentar ke seluruh akuntan
yang merupakan anggota IAPI.
5. Penerbitan. Seluruh komentar kemudian ditelaah oleh dewan. Setiap persoalan
yang muncul dalam komentar yang tidak dipertimbangkan sebelumnya oleh
dewan dapat dievaluasi. Akan tetapi, biasanya dewan tidak dapat mengubah
posisi persoalan yang telah dipertimbangkan sebelum exposure. Tujuan dari
exposure adalah untuk mengidentifikasi persoalan yang sebelumnya
terabaikan atau tidak dipelajari secara mendalam.
Standar umum
1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan
pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam
sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan saksama.
Standar Pekerjaan Lapangan
1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus
disupervisi dengan semestinya.
2. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang
hendak dilakukan.
3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai
untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.
Standar Pelaporan
1. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
2. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada,
ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan
keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi
tersebut dalam periode sebelumnya.
3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai,
kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
4. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat atas laporan
keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian
12
tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan,
maka alasannya harus dinyatakan.
1. STANDAR UMUM
Standar umum bersifat individual dan berkaitan dengan persyaratan auditor
dan mutu pekerjaannya. Standar umum ini terdiri dari tiga bagian, yaitu:
Standar Umum 1:
Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian
dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor
Pada pelaksanaan audit sampai pada suatu pernyataan pendapat, auditor harus
senantiasa bertindak sebagai seorang ahli dalam bidang akuntansi dan bidang
auditing. Standar umum menekankan arti penting kualitas pribadi yang harus
dimiliki seorang auditor. Standar yang diharuskan adalah keharusan bagi
seorang auditor memiliki latar belakang pendidikan formal auditing dan
akuntansi, pengalaman kerja yang cukup dalam profesi yang ditekuninya, dan
selalu mengikuti pendidikan-pendidikan profesi berkelanjutan. Seorang
auditor juga dituntut untuk memenuhi kualifikasi teknis dan berpengalaman
dalam bidang industri yang digeluti kliennya.
Standar Umum 2:
Semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dan sikap
mental harus dipertahankan oleh auditor.
13
Standar ini mengharuskan seorang auditor bersikap independen, yang artinya
seorang auditor tidak mudah dipengaruhi, karena pekerjaannya untuk
kepentingan umum. Kepercayaan masyarakat umum atas independensi sikap
auditor independen sangat penting bagi perkembangan profesi akuntan publik.
Untuk menjadi independen, seorang auditor harus secara intelektual jujur.
Standar Umum 3:
Pada pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan saksama
Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan saksama menekankan
tanggung jawab setiap profesional yang bekerja dalam organisasi auditor.
Selain itu juga menyangkut apa yang dikerjakan auditor dan bagaimana
kesempurnaan pekerjaannya tersebut. Seorang auditor harus memiliki tingkat
keterampilan yang umumnya dimiliki oleh auditor pada umumnya dan harus
menggunakan keterampilan tersebut dengan “kecermatan dan kesaksamaan
pekerjaannya tersebut.
Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan saksama menuntut
auditor untuk melaksanakan skeptisme profesional. Skeptisme profesional
adalah sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan
melakukan evaluasi secara kritis bukti audit. Auditor menggunakan
pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dituntut oleh profesi
akuntan publik untuk melaksanakan dengan cermat dan saksama, dengan
maksud baik dan integritas, pengumpulan dan penilaian bukti audit secara
objektif.
14
karena cukup banyak bagian pekerjaan yang dilaksanakan oleh para staf yang
kurang berpengalaman.
Standar Pekerjaan Lapangan 2:
Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian yang
hendak dilakukan.
a. Tujuan audit adalah untuk menyatakan suatu pendapat atas laporan keuangan.
b. Manajemen bertanggung jawab untuk membangun dan mempertahankan
pengendalian intern yang efektif terhadap pelaporan keuangan.
c. Manajemen bertanggung jawab untuk mengidentifikasi dan menjamin bahwa
entitas mematuhi peraturan perundangan yang berlaku terhadap aktivitasnya.
d. Manajemen bertanggung jawab untuk membuat semua catatan keuangan dan
informasi yang berkaitan tersedia bagi auditor.
e. Pada akhir perikatan, manajemen dapat menyediakan suatu surat bagi auditor
yang menegaskan representasi tertentu yang dibuat selama audit berlangsung.
f. Auditor bertanggung jawab untuk melaksanakan audit berdasarkan standar
auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia.
g. Suatu audit mencakup pemerolehan pemahaman atas pengendalian intern
yang cukup untuk merencanakan audit dan untuk menentukan sifat, saat, dan
luasnya prosedur audit yang harus dilaksanakan.
15
representasi salah yang dilakukan dengan sepengetahuan manajemen kepada
auditor.
f. Kondisi yang memungkinkan pihak lain diperbolehkan untuk melakukan
akses ke kertas kerja auditor.
g. Jasa tambahan yang disediakan oleh auditor berkaitan dengan pemenuhan
persyaratan badan pengatur.
h. Pengaturan tentang jasa lain yang harus disediakan oleh auditor dalam
hubungannya dengan perikatan.
3. Standar Pelaporan
Standar pelaporan terdiri dari empat item, yang secara terperinci dalam
bahasan sebagai berikut.
Standar Pelaporan 1:
Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Standar pelaporan pertama ini tidak mengharuskan untuk menyatakan
tentang fakta (statement of fact), namun standar tersebut mengharuskan
auditor untuk menyatakan suatu pendapat terhadap apakah laporan keuangan
telah disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi tersebut. Prinsip akuntansi
berlaku umum atau “generally accepted accounting principles” mencakup
konvensi, aturan dan prosedur yang diperlukan untuk membatasi praktik
akuntansi yang berlaku umum di wilayah tertentu dan pada waktu tertentu.
Standar Pelaporan 2:
16
Laporan auditor harus menunjukkan, jika ada ketidakkonsistenan
penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode
berjalan dibandingkan dengan penerapannya prinsip akuntansi tersebut
dalam periode sebelumnya.
Standar ini disebut juga dengan standar konsistensi. Standar konsistensi
menuntut auditor independen untuk memahami hubungan antara konsistensi
penerapan prinsip akuntansi dapat menyebabkan kurangnya daya banding
laporan keuangan. Standar ini bertujuan untuk memberikan jaminan bahwa
jika daya banding laporan keuangan di antara kedua periode dipengaruhi
secara material oleh perubahan prinsip akuntansi, auditor mengungkapkan
perubahan tersebut dalam laporannya. Caranya, dengan menambahkan
paragraf penjelasan yang disajikan setelah paragraf pendapat.
Standar pelaporan kedua mengharuskan auditor menunjukkan keadaan
apakah PABU diterapkan secara konsisten antara pada periode sekarang
dengan periode sebelumnya. Standar ini menjamin bahwa daya banding
(komparabilitas) laporan keuangan tidak terpengaruh oleh perubahan prinsip
akuntansi yang tidak diungkapkan. Jika dilakukan perubahan maka perubahan
tersebut perlu diungkap dalam catatan atas laporan keuangan.
Standar Pelaporan 3:
Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
Penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku
umum di Indonesia mencakup dimuatnya pengungkapan informatif yang
memadai atas hal-hal material, di antaranya bentuk, susunan, dan isi laporan
keuangan. Auditor harus selalu mempertimbangkan apakah masih terdapat
hal-hal tertentu yang harus diungkapkan sehubungan dengan keadaan dan
fakta yang diketahuinya pada saat audit.
Standar Pelaporan 4:
Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat terhadap
laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan
yang demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak
dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor
dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat
petunjuk yang jelas atas sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada,
dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.
Tujuan standar pelaporan ini adalah untuk mencegah salah tafsir tentang
tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh akuntan bila namanya dikaitkan
dengan laporan keuangan. Seorang akuntan dikaitkan dengan laporan
keuangan jika ia mengizinkan namanya dalam suatu laporan, dokumen, atau
komunikasi tertulis yang berisi laporan tersebut.
17
3. PENERAPAN STANDAR AUDITING
Standar auditing dapat diterapkan pada setiap audit laporan keuangan oleh
seorang auditor independen tanpa memandang skala ukuran kegiatan klien, bentuk
organisasi bisnis, jenis industri, atau apakah tujuan entitas adalah mencari laba atau
nirlaba. Oleh karena itu, standar dapat diterapkan sama pada setiap audit laporan
keuangan untuk sebuah toko bahan pangan kecil di sudut jalan, sekolah di daerah,
dan pada perusahaan-perusahaan besar seperti Exxon atau General Motors.
5. STANDAR ATESTASI
Atestasi (attestation) adalah suatu pernyataan pendapat atau pertimbangan yang
diberikan oleh seorang yang independen dan kompeten yang menyatakan apakah
asersi (assertion) suatu entitas telah sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Standar atestasi membagi tiga tipe perikatan atestasi (1) pemeriksaan (examination),
(2) review, dan (3) prosedur yang disepakati (agreed-upon procedures).
Tiga tipe perikatan atestasi yang telah disepakati di dalam standar auditing
international adalah sebagai berikut ini. Ke semua dari standar profesional di dalam
penjelasan di bawah ini merupakan standar teknis yang bertujuan untuk mengatur
mutu jasa yang dihasilkan oleh profesi akuntan publik di Indonesia.
Sifat pekerjaan nonatestasi tidak menyatakan pendapat, hal ini sangat berbeda
dengan tujuan audit atas laporan keuangan yang dilaksanakan sesuai dengan
standar auditing. Tujuan audit adalah untuk memberikan dasar yang memadai
untuk menyatakan suatu pendapat atas laporan keuangan secara keseluruhan,
18
sedangkan dalam pekerjaan nonatestasi tidak dapat dijadikan dasar untuk
menyatakan pendapat akuntan
19
mengharuskan demikian. Contoh jenis jasa ini adalah manajemen fasilitas
pemrosesan data.
f. Jasa produk, menyediakan klien sebuah produk dan jasa profesional sebagai
pendukung atas instalasi, penggunaan, atau pemeliharaan produk tertentu.
Contoh jenis jasa ini adalah penjualan dan penyerahan paket program
pelatihan, penjualan dan implementasi perangkat lunak komputer.
20
hubungan dengan klien yang manajemennya tidak memiliki integritas
berdasarkan pada prinsip pertimbangan kehati-hatian (prudence).
i. Inspeksi – meyakinkan bahwa prosedur yang berhubungan dengan unsurunsur
lain pengendalian mutu telah diterapkan dengan efektif.
21
hubungan langsung dengan akuntansi yaitu, UU perlindungan lingkungan dan
hak sipil.
22
Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu
memastikan bahwa tindakan yang diperlukan telah diambil untuk menangani
risiko guna mencari tujuan entitas. Sebenarnya ada banyak aktivitas
pengendalian semacam ini dalam entitas mana pun, termasuk pengendalian
manual dan terautomasi.
4. Informasi dan Komunikasi
Tujuan sistem informasi dan komunikasi akuntansi dari entitas adalah
untuk memulai, mencatat, memproses, dan melaporkan transaksi yang
dilakukan entitas itu serta mempertahankan akuntabilitas aktiva terkait. Sistem
informasi dan komunikasi akuntansi memiliki beberapa sub komponen yang
biasanya terdiri atas kelompok transaksi seperti penjualan, retur penjualan,
penerimaan kas, akuisisi, dan sebagainya.
5. Pemantauan (Monitoring)
Aktivitas pemantauan berhubungan dengan penilaian mutu pengendalian
internal secara berkelanjutan atau periodik oleh manajemen untuk menentukan
bahwa pengendalian tersebut telah beroperasi seperti yang diharapkan, dan
telah dimodifikasi sesuai dengan perubahan kondisi.
Selain perannya untuk memantau pengendalian internal entitas, staf audit
internal yang memadai juga dapat mengurangi biaya audit eksternal dengan
memberikan bantuan langsung kepada auditor eksternal.
3. INDEPENDENSI AUDITOR
Independensi merupakan dasar dari profesi auditing. Hal itu berarti bahwa
auditor dapat bersikap netral terhadap entitas. Oleh karena itu, auditor dapat
bersikap objektif. Publik dapat mempercayai fungsi audit karena auditor bersikap
tidak memihak serta mengakui adanya kewajiban untuk bersikap adil.
23
klien, namun cepatnya perubahan kondisi ekonomi mengubah keterbatasan
penting pada audit laporan keuangan. Oleh karena itu, suatu audit tidak dapat
menjamin akurasi laporan keuangan.
24
kecurangan dalam pelaporan keuangan dapat mencoba menyembunyikan salah
saji dengan menciptakan faktur fiktif; karyawan atau manajemen yang
memperlakukan kas secara tidak semestinya dapat mencoba menyembunyikan
tindakan pencurian mereka dengan memalsu tanda tangan atau menciptakan
pengesahan elektronik yang tidak sah di atas dokumen otorisasi pengeluaran kas.
Kecurangan juga dapat disembunyikan melalui kolusi di antara manajemen,
karyawan, atau pihak ketiga. Sebagai contoh, melalui kolusi, bukti palsu bahwa
pengendalian aktivitas telah dilaksanakan secara efektif dapat disajikan kepada
auditor.
Meskipun kecurangan biasanya disembunyikan, adanya faktor risiko atau
kondisi lain dapat memperingatkan auditor tentang kemungkinan adanya
kecurangan. Sebagai contoh, suatu dokumen yang hilang, buku besar yang tidak
seimbang, atau hubungan analitik yang tidak masuk akal. Namun, kondisi tersebut
mungkin juga sebagai akibat dari keadaan selain kecurangan. Dokumen mungkin
hilang secara sah; buku besar mungkin tidak seimbang karena kekeliruan
akuntansi yang tidak disengaja; dan hubungan analitik mungkin sebagai akibat
dari perubahan faktor-faktor ekonomi yang tidak diketahui.
Auditor tidak dapat memperoleh keyakinan absolut bahwa salah saji material
dalam laporan keuangan dapat terdeteksi. Oleh karena (a) aspek penyembunyian
kegiatan kecurangan, termasuk fakta bahwa kecurangan sering kali mencakup
kolusi atau pemalsuan dokumentasi, dan (b) kebutuhan untuk menerapkan
pertimbangan profesional dalam mengidentifikasi dan mengevaluasi faktor risiko
kecurangan dan kondisi lain, audit yang direncanakan dan dilaksanakan dengan
baik mungkin tidak dapat mendeteksi salah saji material yang diakibatkan oleh
kecurangan.
2. DETEKSI KECURANGAN
1. Kecurangan pelaporan keuangan (fraudulent Financial Reporting) terdiri dari
tindakan-tindakan, seperti:
a. manipulasi, pemalsuan, atau pengubahan catatan akuntansi atau dokumen
pendukung yang menjadi sumber penyusunan laporan keuangan;
b. representasi yang salah atau penghapusan yang disengaja atas peristiwa-
peristiwa, transaksi-transaksi, atau informasi signifikan lainnya yang ada
dalam laporan keuangan;
c. salah penerapan yang disengaja atas prinsip akuntansi yang berkaitan
dengan jumlah, klasifikasi, cara penyajian, atau pengungkapan.
2. Penyalahgunaan aset (misappropriation of assets) meliputi penggelapan atau
pencurian aset entitas di mana penggelapan tersebut dapat menyebabkan
laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsipprinsip akuntansi yang
25
berlaku umum. Penyalahgunaan aset dapat dilakukan dengan berbagai cara,
antara lain:
a. menggelapkan penerimaan;
b. mencuri aset;
c. menyebabkan entitas membayar barang dan jasa yang tidak diterima.
1. Faktor Risiko Yang Berkaitan dengan Salah Saji yang Timbul dari
Kecurangan dalam Pelaporan Keuangan
Berikut ini adalah contoh faktor-faktor risiko yang berkaitan dengan salah
saji sebagai akibat kecurangan dalam pelaporan keuangan untuk setiap
golongan risiko:
a. Suatu dorongan bagi manajemen untuk melakukan kecurangan dalam
pelaporan keuangan. Indikator khusus dapat mencakup:
1) bagian signifikan kompensasi manajemen diwujudkan dalam bonus, stock
option, atau insentif lain, yang nilainya tergantung pada kemampuan
entitas dalam mencapai target yang terlalu agresif dalam hasil operasi,
posisi keuangan, atau arus kas;
2) kepentingan berlebihan manajemen dalam mempertahankan atau
meningkatkan harga saham atau trend laba entitas melalui penggunaan
praktik-praktik akuntansi yang agresif;
3) praktik oleh manajemen dalam memberikan komitmen kepada analis,
kreditur, dan pihak ketiga yang lain untuk mencapai prakiraan yang
tampak terlalu agresif atau secara jelas tidak realistis;
4) kepentingan manajemen dalam menempuh cara yang tidak semestinya
untuk meminimkan laba yang dilaporkan berdasarkan alasan pajak.
b. Kegagalan manajemen untuk menyajikan dan mengomunikasikan sikap yang
semestinya tentang pengendalian intern dan proses pelaporan keuangan.
Indikator khusus dapat mencakup:
1) cara yang tidak efektif untuk mengomunikasikan dan mendukung nilai dan
etika entitas, atau mengomunikasikan nilai atau etika yang tidak
semestinya;
2) dominasi manajemen oleh seorang individu atau kelompok kecil, tanpa
adanya pengendalian yang mengompensasi kondisi tersebut seperti
pengawasan oleh dewan komisaris atau komite audit;
3) pemantauan yang tidak mencukupi terhadap pengendalian signifikan;
4) kegagalan manajemen dalam membetulkan pada waktu yang tepat kondisi
yang dilaporkan dan yang sudah diketahui;
5) penetapan target dan harapan keuangan yang terlalu agresif oleh
manajemen terhadap personel operasi;
6) ketidakpedulian signifikan terhadap pihak pengatur yang diperlihatkan
oleh manajemen;
26
7) memperkerjakan secara terus menerus staf akuntansi, teknologi informasi,
auditor intern yang tidak efektif.
c. Partisipasi dan fokus berlebihan manajemen non keuangan terhadap pemilihan
prinsip akuntansi atau penentuan estimasi signifikan.
d. Tingkat perputaran yang tinggi anggota manajemen senior, penasihat, atau
dewan komisaris.
e. Hubungan tegang antara manajemen dengan auditor sekarang atau auditor
pendahulu. Indikator khusus dapat mencakup:
1) perbedaan pendapat yang sering terjadi dengan auditor sekarang atau
auditor pendahulu tentang akuntansi, auditing, dan pelaporan;
2) permintaan yang tidak masuk akal kepada auditor, termasuk batasan waktu
yang tidak masuk akal untuk menyelesaikan audit atau penerbitan laporan
auditor;
3) pembatasan resmi atau tidak resmi terhadap auditor yang membatasi
secara tidak semestinya akses auditor ke orang atau informasi atau atas
kemampuan auditor untuk melakukan komunikasi secara efektif dengan
dewan komisaris atau komite audit;
4) dominasi perilaku manajemen dalam berhubungan dengan auditor,
terutama yang menyangkut usaha untuk mempengaruhi lingkup pekerjaan
auditor.
f. Riwayat yang diketahui tentang pelanggaran peraturan sekuritas atau tuntutan
kepada entitas atau manajemen seniornya yang dituduh melakukan
kecurangan atau pelanggaran undang-undang sekuritas. Faktor risiko yang
berkaitan dengan kondisi industry. Contohnya mencakup:
1) akuntansi baru, undang-undang, atau persyaratan peraturan yang dapat
menghancurkan stabilitas keuangan atau profitabilitas entitas;
2) tingginya tingkat kompetisi atau kejenuhan pasar, yang disertai dengan
menurunnya laba;
3) menurunnya industri dengan meningkatnya kegagalan bisnis dan
menurunnya permintaan customers;
4) perubahan pesat dalam industri, seperti kerentanan terhadap perubahan
cepat teknologi atau keusangan produk yang cepat.
Faktor risiko yang berkaitan dengan karakteristik operasi dan stabilitas
keuangan. Contohnya mencakup:
a. ketidakmampuan untuk menghasilkan arus kas dari operasi, sementara itu
perusahaan dilaporkan laba dan labanya mengalami pertumbuhan;
b. tekanan signifikan untuk memperoleh modal yang diperlukan untuk
mempertahankan daya saing dengan mempertimbangkan posisi keuangan
entitas, termasuk kebutuhan dana untuk membelanjai pengeluaran riset
dan pengembangan atau pengeluaran modal;
27
c. aktiva, utang, pendapatan, atau biaya berbasis pada estimasi signifikan
yang mencakup pertimbangan subjektif yang tidak biasa, atau yang sangat
rentan terhadap perubahan signifikan jangka pendek dengan cara yang
kemungkinan berdampak mengacaukan keuangan entitas, seperti dapat
tertagih atau tidaknya piutang, saat pengakuan pendapatan, kemungkinan
direboisasikan atau tidaknya instrumen keuangan berdasarkan penilaian
yang sangat subjektif terhadap jaminan (collateral) atau sumber
pembayaran kembali yang sulit untuk ditaksir, atau penundaan kos yang
berjumlah signifikan;
d. transaksi signifikan antar pihak yang memiliki hubungan istimewa yang
tidak dalam kegiatan bisnis normal atau dengan entitas yang memiliki
hubungan istimewa yang tidak diaudit atau diaudit oleh kantor akuntan
publik lain;
e. transaksi signifikan, tidak biasa, atau sangat kompleks, terutama yang
terjadi menjelang akhir tahun, yang menimbulkan pertanyaan tentang
“substansi di atas formalitas (substance over form)”;
f. rekening bank signifikan, atau operasi anak perusahaan atau cabang di
wilayah yang menawarkan keringanan pajak (tax-haven) yang tampaknya
tidak dilandasi oleh pertimbangan bisnis yang jelas;
g. struktur organisasi yang sangat kompleks yang terdiri dari entitas legal,
garis wewenang manajerial, atau perjanjian kontrak yang berbagai macam
dan tidak biasa, tanpa tujuan bisnis yang nyata;
h. kesulitan dalam penentuan organisasi atau individu yang mengendalikan
entitas;
i. pertumbuhan atau profitabilitas yang sangat pesat, terutama dibandingkan
dengan perusahaan lain dalam industri yang sama;
j. terutama sangat rentan terhadap perubahan tarif bunga;
k. sangat tergantung terhadap utang atau kemampuan rendah untuk
memenuhi persyaratan pembayaran kembali utang; perjanjian penarikan
utang yang sulit untuk dipenuhi;
l. penjualan atau program insentif profitabilitas yang sangat tidak realistis
agresifnya;
m. ancaman kebangkrutan atau penyitaan yang dapat terjadi dengan segera
atau pengambilalihan perusahaan secara paksa (hostile takeover);
n. konsekuensi merugikan dari transaksi signifikan yang ditunda, seperti
penggabungan bisnis atau pemberian kontrak, jika dilaporkan adanya hasil
keuangan yang buruk;
o. posisi keuangan yang buruk atau menurun bila manajemen memiliki utang
entitas dalam jumlah yang signifikan yang dijamin secara pribadi.
28
2. Faktor Risiko yang Berkaitan dengan Salah Saji yang Disebabkan Oleh
Perlakuan Tidak Semestinya Terhadap Aktiva
Faktor risiko yang berkaitan dengan salah saji yang disebabkan oleh perlakuan
tidak semestinya terhadap aktiva dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan
berikut ini.
a. Tingkat kecurigaan tentang terjadinya perlakuan tidak semestinya terhadap
aktiva. Hal ini berkaitan dengan sifat aktiva entitas dan tingkat kerentanan
aktiva dari pencurian. Kecurigaan biasanya dapat terjadi yang disebabkan oleh
temuan sebagai berikut.
1) Jumlah kas atau kas dalam proses yang sangat besar.
2) Karakteristik sediaan, seperti ukuran kecil, nilai tinggi, atau permintaan
tinggi.
3) Aktiva yang mudah diubah, seperti obligasi atas unjuk (bearer bond),
berlian, atau computer chip.
4) Karakteristik aktiva tetap, seperti ukuran kecil, mudah dijual, atau tidak
adanya identifikasi kepemilikan.
b. Factor risiko yang berkaitan dengan pengendalian.
1) Kurangnya pengendalian oleh manajemen (sebagai contoh, lokasi jauh
yang kurang diawasi atau dipantau).
2) Kurangnya prosedur penyaringan pelamar pekerjaan untuk karyawan yang
memiliki akses ke aktiva yang dicurigai rentan terhadap perlakuan tidak
semestinya.
3) Tidak memadainya penyelenggaraan catatan untuk aktiva yang dicurigai
rentan terhadap perlakuan tidak semestinya.
4) Kurangnya pemisahan tugas atau pengecekan secara independen.
5) Kurangnya sistem otorisasi dan pengesahan transaksi (sebagai contoh,
dalam pembelian).
6) Penjagaan fisik yang buruk terhadap kas, investasi, sediaan, atau aktiva
tetap.
7) Kurangnya pendokumentasian semestinya dan tepat waktu terhadap
transaksi (sebagai contoh, pengkreditan atas retur barang dagangan).
8) Kurangnya pengambilan liburan wajib bagi karyawan yang melaksanakan
fungsi pengendalian kunci.
29
pelaksanaan audit untuk mendapatkan keyakinan yang memadai tentang apakah
laporan keuangan bebas dari salah saji material yang disebabkan oleh kesalahan
ataupun kecurangan. Apabila auditor mengamati indikator yang dikaitkan dengan
risiko kecurangan yang lebih tinggi, auditor harus meyakinkan bahwa pendekatan
audit yang digunakan telah memiliki derajat keraguan profesional yang tepat.
4. PENGENDALIAN MUTU
Bagi sebuah KAP, pengendalian mutu terdiri dari metode-metode yang digunakan
untuk memastikan bahwa kantor itu memenuhi tanggung jawab profesionalnya
kepada klien dan pihak-pihak lain. Metode-metode ini meliputi struktur organisasi
KAP itu serta prosedur yang ditetapkannya. Sebagai contoh, sebuah KAP
mungkin memiliki struktur organisasi yang menjamin dilakukannya review teknis
atas setiap penugasan oleh partner yang ahli dalam industri klien.
30
KAP harus mendaftarkan diri dalam program pemantauan praktik yang disetujui
oleh IAPI agar para anggota KAP memenuhi syarat keanggotaan IAPI.
Pemantauan praktik, yang juga dikenal sebagai peer review, adalah review, oleh
akuntan publik, atas ketaatan KAP pada sistem pengendalian mutu kantor itu
sendiri. Tujuan per review adalah untuk menentukan dan melaporkan apakah
KAP yang di-review itu telah mengembangkan kebijakan dan prosedur yang
memadai bagi kelima unsur pengendalian mutu, dan mengikuti kebijakan serta
prosedur itu dalam praktik. Sebelum KAP menjalani peer review, seluruh anggota
KAP tidak memenuhi syarat menjadi anggota IAPI. Peer review ini
menguntungkan KAP karena membantu memenuhi standar pengendalian mutu
yang selanjutnya menguntungkan profesi melalui peningkatan kinerja para
praktisi dan peningkatan mutu audit. KAP yang menjalani peer review dapat
memperoleh manfaat lebih jauh jika review itu meningkatkan praktik KAP,
sehingga memperbaiki reputasi dan efektivitasnya, sehingga memperkecil
kemungkinan timbulnya tuntutan hukum.
5. PENUTUP
Dewan penyusunan standar menetapkan sifat dan luas tanggung jawab auditor
dan menyediakan pedoman untuk melakukan tugas audit. Standar yang disusun
oleh Dewan penyusunan standar terdiri dari standar umum, standar pekerjaan
lapangan, dan standar pelaporan. Standar auditing dapat diterapkan pada setiap
audit laporan keuangan oleh seorang auditor independen tanpa memandang skala
ukuran kegiatan klien, bentuk organisasi bisnis, jenis industri, atau apakah tujuan
entitas adalah mencari laba atau nirlaba.
Prosedur auditing meliputi langkah-langkah seperti, menghitung kas kecil,
memeriksa rekonsiliasi bank yang disusun oleh klien, mengamati penghitungan
persediaan serta menginspeksi keabsahan kendaraan bermotor yang dibeli
perusahaan. Berbeda dengan standar auditing yang dapat diterapkan pada setiap
audit laporan keuangan, maka prosedur auditing dapat berbeda antara satu klien
dengan klien yang lainnya, karena adanya perbedaan dalam skala kegiatan suatu
entitas dengan entitas lainnya, perbedaan karakteristik, serta sifat dan
kompleksitas operasi dan sebagainya.
Sistem pengendalian internal terdiri atas kebijakan dan prosedur yang
dirancang untuk memberikan kepada manajemen kepastian yang layak bahwa
perusahaan telah mencapai tujuan dan sasarannya. Auditor berfokus pada
pengendalian yang dirancang untuk mencegah atau mendeteksi salah saji material
dalam laporan keuangan. Komponen pengendalian internal meliputi hal-hal
berikut ini.
1. Lingkungan pengendalian (control environtment).
2. Penilaian risiko (risk assessment).
31
3. Aktivitas Pengendalian (control activities).
4. Informasi dan Komunikasi.
5. Pemantauan (monitoring).
Auditor menggunakan seluruh keahlian dan pertimbangannya untuk
memutuskan bukti-bukti apa saja yang perlu diperiksa, waktu pemeriksaan,
seberapa banyak bukti yang diperiksa, siapa yang ditugaskan untuk
mengumpulkan dan mengevaluasi bukti-bukti tertentu, termasuk juga siapa yang
memberikan interpretasi dan mengevaluasi hasilnya.
32
2. Mengidentifikasi masalah-masalah etika dari fakta yang relevan
tersebut.
3. Menentukan siapa saja yang dapat dipengaruhi oleh keputusan
tersebut dan bagaimana masing-masing dipengaruhi.
4. Mengidentifikasi alternatif pengambil keputusan.
5. Mengidentifikasi konsekuensi setiap alternatif.
6. Membuat pilihan yang beretika.
33
Sebuah proses pendidikan formal yang diakui untuk syarat memperoleh
pengetahuan khusus.
Standar kualifikasi profesional yang menentukan penerimaan profesi.
Standar yang mengatur hubungan praktisi dengan klien, kolega dan
publik.
Pengakuan status.
Melekatkan tanggung jawab sosial yang berkaitan dengan pekerjaan yang
mendukung kepentingan publik.
Sebuah organisasi yang mengabdikan diri demi kemajuan kelompok
Bidang jasa akuntan publik dan KAP adalah atestasi dan hanya diberikan oleh
akuntan publik yang meliputi:
1) jasa audit umum atas laporan keuangan;
2) jasa pemeriksaan atas laporan keuangan prospektif;
3) jasa pemeriksaan atas pelaporan informasi keuangan proforma;
4) jasa review atas laporan keuangan; dan
5) jasa atestasi lainnya sebagaimana tercantum dalam SPAP.
34
menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan
yang dilakukannya.
b. Prinsip kedua, Kepentingan Publik. Setiap anggota berkewajiban untuk
senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik,
menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen atas
profesionalisme.
c. Prinsip ketiga, Integritas. Untuk memelihara dan meningkatkan
kepercayaan publik, setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab
profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.
Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya
pengakuan profesional. Integritas merupakan kualitas yang melandasi
kepercayaan publik dan merupakan patokan (benchmark) bagi anggota
dalam menguji semua keputusan yang diambilnya.
d. Prinsip keempat, Objektivitas. Setiap anggota harus menjaga
objektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan
kewajiban profesionalnya.
Objektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang
diberikan anggota.
e. Prinsip kelima, Kompetensi dan kehati-hatian profesional. Setiap anggota
harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan kehati-hatian, kompetensi
dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan
pengetahuan dan keterampilan profesional pada tingkat yang diperlukan
untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat
dari jasa profesional yang kompeten berdasarkan perkembangan praktik,
legislasi dan teknik yang paling mutakhir.
f. Prinsip keenam, Kerahasiaan. Setiap anggota harus, menghormati
kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional
dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa
persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum
untuk mengungkapkannya.
g. Prinsip ketujuh, Perilaku Profesional. Setiap anggota harus berperilaku
yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan
yang dapat mendiskreditkan profesi.
h. Prinsip kedelapan, Standar Teknis. Setiap anggota harus melaksanakan
jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan standar profesional
yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota
mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa
selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan
objektivitas.
35
3. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan Institut Akuntan Publik Indonesia
(IAPI)
Perkembangan profesi dan organisasi akuntan publik di indonesia tidak bisa
dipisahkan dari perkembangan perekonomian. Dunia usaha dan investasi baik asin
maupun domestik, pasar modal serta pengaruh global.
a. Kode etik profesi PAI
Salah satu misi institut akuntan publik indonesia (IAPI) adalah untuk
menyusun dan mengembangkan standar profesi dan kode etik profesi akuntan
publik yang berkualitas dengan mengacu pada standar internasional.
Prinsip- prisip dasar :
1. Prinsip integritas
2. Prinsi objektivitas
3. Prinsip kompetensi
4. Prinsip kerahasiaan
5. Prinsip perilaku professional
36
b. Semua orang yang memiliki posisi manajerial dan berlokasi dalam kantor
yang berpartisipasi signifikan dalam perikatan.
c. Semua pemilik,partner, dan pemegang saham dari kantor akuntan
publik.Sebuah entitas (misalnya kementrian, korporasi
37
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari pemaparan makalah di atas dapat kami tarik kesimpulan bahwa Para Pengambil
keputusan membutuhkan infromasi yang credible dan reliable untuk mendukung
keputasan mereka. Tujuan audit adalah menyediakan keyakinan yang memadai
mengenai informasi yang digunakan oleh investor, kreditor, dan pengguna lainnya,
yang pada kenyataannya, dapat diandalkan. Auditor memiliki hubungan yang berbeda
dengan manajemen, investor, kreditor, pemegang saham, dan pihak-pihak luar
lainnya. Auditor harus bekerja sama secara khusus dengan manajemen tetapi juga
tetap memiliki sikap skeptisme yang profesional. Kegiatan belajar ini membedakan
antara audit laporan keuangan, audit kepatuhan, dan audit operasional. Selain itu,
kegiatan belajar ini juga membahas perbedaan antara auditor independen, auditor
internal, dan auditor pemerintah. Empat komponen kerangka kerja peraturan
multilevel profesi audit adalah (1) pengaturan standar (2) peraturan perusahaan, (3)
inspeksi dan tinjauan kembali, dan (4) peraturan pemerintah. Kantor Akuntan Publik
berdasarkan SK. Menkeu No. 470/KMK.017/1999 tertanggal 4 Oktober 1999
didefinisikan sebagai lembaga yang memiliki izin dari Menteri Keuangan sebagai
wadah bagi akuntan publik dalam melakukan pekerjaannya. Ada empat kategori
kantor akuntan publik yaitu 1) Perusahaan Internasional KAP Big Four, 2)
Perusahaan Nasional, 3)Perusahaan Wilayah dan Perusahaan Lokal Besar dan 4)
Perusahaan lokal kecil. Komite khusus AICPA mendefinisikan jasa asurans sebagai
”layanan profesional independen yang layanan profesional independen yang
meningkatkan kualitas informasi, atau konteksnya, untuk pengambil keputusan”.
Kegiatan belajar menjelaskan hubungan prosedur auditing dan standar auditing.
Prosedur auditing (auditing procedures) adalah metode-metode yang digunakan serta
tindakan yang dilakukan oleh auditor selama audit berlangsung. Prosedur auditing
meliputi langkah-langkah seperti, menghitung kas kecil, memeriksa rekonsiliasi bank
yang disusun oleh klien, mengamati penghitungan persediaan serta menginspeksi
keabsahan kendaraan bermotor yang dibeli perusahaan. Standar auditing diterapkan
pada setiap audit laporan keuangan oleh seorang auditor independen tanpa
memandang skala ukuran kegiatan klien, bentuk organisasi bisnis, jenis industri, atau
apakah tujuan entitas adalah mencari laba atau nirlaba, sedangkan prosedur auditing
dapat berbeda antara satu klien dengan klien yang lainnya, karena adanya perbedaan
dalam skala kegiatan suatu entitas dengan entitas lainnya, perbedaan karakteristik,
serta sifat dan kompleksitas operasi dan sebagainya. Generally Accepted Auditing
Standards (GAAS) merupakan dibagi menjadi tiga kelompok: standar umum, standar
kerja lapangan, dan standar pelaporan. Standar umum membahas (1) pelatihan teknis
dan keahlian auditor, (2) independen, dan (3) penggunaan due professional care.
Standar kerja lapangan mencakup (1) perencanaan audit, (2) evaluasi entitas dan
38
lingkungannya, termasuk pengendalian internal, dan (3) memperoleh bukti yang
cukup dan kompeten. Standar pelaporan mencakup (1) apakah laporan keuangan
sesuai dengan GAAP, (2) apakah prinsip akuntansi yang digunakan konsisten dengan
yang digunakan pada tahun-tahun sebelumnya, (3) kecukupan pengungkapan, dan (4)
pernyataan opini oleh auditor. Auditor berfokus pada pengendalian yang dirancang
untuk mencegah atau mendeteksi salah saji material dalam laporan keuangan.
Komponen pengendalian internal meliputi lingkungan pengendalian, penilaian risiko,
aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, dan pematauan.
39
DAFTAR PUSTAKA
40