Anda di halaman 1dari 43

MAKALAH

MODUL 2 : PROFESI AKUNTAN

MODUL 3 : STANDAR AUDITING

MODUL 4 : ETIKA PROFESI

Disusun oleh:
1. George Bryan Salim (20061104091)
2. Jein Kristin Risit (20061104084)
3. Maya Veronicha Maradesa (20061104120)
4. Gemma Milani Ramopolii (20061104113)
5. Rosdina Arini Lii (20061104078)
6. Reyyansi Wicen Mokoagouw (20061104127)
7. Yulia Lessa (20061104100)
8. Asriani Urang (20061104106)
9. Friska Flora Julistiani Datu (20061104072)
10. Shandy Putria Bali (20061104133)

KELAS C2
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SAMRATULANGI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha kuasa atas limpahan rahmat dan anugrah dari-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami sebagai penyusun sangat bersyukur karena
dapat menyelesaikan makalah yang menjadi tugas kami. Disamping itu, kami mengucapkan
banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami selama pembuatan
makalah ini berlangsung sehingga dapat terealisasikanlah makalah ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya dapat
kami perbaiki. Karena kami sadar, makalah yang kami buat ini masih banyak terdapat
kekurangannya.

Manado, Februari 2022

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................... i


DAFTAR ISI................................................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah................................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 2
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................................................. 3
2.1 MODUL 2 ..................................................................................................................................... 3
A. KEGIATAN BELAJAR 1 : PERKEMBANGAN PROFESI AKUNTAN ........................................ 3
B. KEGIATAN BELAJAR 2 : JENIS AUDITOR ................................................................................ 6
C. KEGIATAN BELAJAR 3 : STRUKTUR KANTOR AKUNTAN PUBLIK ...................................... 9
2.2 MODUL 3 Standar Auditing....................................................................................................... 11
A. KEGIATAN BELAJAR 1 : STANDAR AUDIT ....................................................................... 11
B. KEGIATAN BELAJAR 2 : AUDIT INTERNAL ...................................................................... 21
C. KEGIATAN BELAJAR 3 : FRAUD AUDIT ............................................................................ 24
2.3 MODUL 4 Etika Dan Moralitas.................................................................................................. 32
BAB III PENUTUP .................................................................................................................................... 38
3.1 KESIMPULAN ........................................................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 40

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Profesi akuntan public telah dikenal oleh masyarakat dari jasa audit yang
disediakan bagi pemakai informasi keungan.Timbul dan berkembangnnya profesi
akuntan public disuatu negara adalah sejalan dengan berkembangnya perusahaan
dan berbagai bentuk badan hukum perusahaan dinegara tersebut. Seiring dengan
perkembangan teknologi informasi maka berkembang pulalah suatu keahlian
dalam profesi auditor, yaitu auditor sistem informasi. Hal ini didasari bahwa
semakin banyak transaksi keuangan yang berjalan dalam sebuah sistem komputer.
Maka dari itu perlu dibangun sebuah kontrol yang mengatur agar proses
komputasi berjalan menjadi baik. Saat ini auditor sistem informasi umumnya
digunakan pada perusahaan-perusahaan besar yang sebagian besar transaksi
berjalan secara otomatis. Auditor sistem informasi dapat berlatar belakang IT atau
akuntansi tentunya dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Jika
perusahaan – perusahaan yang berkembang dalam suatu negara masih berskala
kecil dan masih menggunakan modal pemiliknya sendiri untuk membelanjai
usahanya, jasa audit yang dihasilkan oleh profesi akuntan public belum
diperlukan oleh perusahaan-perusahaan tersebut. Begitu pula jika sebagian besar
perusahaan berbadan hukum selain perseroan terbatas (PT) yang bersifa t terbuka,
jasa audit yang diediakan oleh profesi akuntan public belum diperlukan oleh
masyarakat pebisnis dinegara tersebut (Mulyadi, 2002).
Suatu informasi yang tersedia bagi para pengambil keputusan ekonomi
biasanya dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomi.
Informasi yang andal dan relevan diperlukan manakala manajer, investor,
kreditor, dan badan regulasi lainnya inigin mengambil keputusan rasional
menyangkut sumber daya. Kebutuhan akan informasi yang andal dan relevan
tersebut menciptakan suatu permintaan akan jasa akuntansi dan auditing, sebab
auditing memainkan peran dalam proses menyediakan laporan yang objektif dan
independen atas keandalan informasi, sehingga dapat mengurangi resiko
informasi yang diberikan tidak relevan dan tidak andal. Auditing adalah
akumulasi dan evaluasi dari bukti tentang informasi untuk menjelaskan dan
melaporkan tingkat hubungan antara informasi dan kriteria yang dibangun. Untuk
mengaudit diperlukan informasi yang dapat diverifikasi dan beberapa standars
dimana auditor dapat mengevaluasi informasi tersebut. Kriteria yang digunakan
untuk mengevalusi informasi sangat bervariasi tergantung pada informasi yang

1
akan diaudit. Kriteria yang digunakan oleh auditor dari kantor akuntan publik
umumnya diambil dari GAAP.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan fenomena yang melibatkan Akuntan Publik, seperti yang sudah
dijelaskan dilatar belakang sebelumnya, menunjukkan bahwa banyak Akuntan Publik
yang masih belum sepenuhnya mematuhi Standar Profesional Akuntan Publik. Sehingga
masyarakat banyak yang mempertanyakan mengenai kualitas audit yang akan dihasilkan
oleh Akuntan Publik itu sendiri. Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan
diatas, maka dalam penelitian ini permasalahan yang akan diteliti, yaitu:
1. Bagaimana perkembangan profesi akuntan publik?
2. Apakah peran dan profesi akuntan?
3. Apakah Jenis-jenis dari auditor?
4. Siapakah pihak yang terkait dalam profesi akuntan publik?
5. Bagaimanakah penempatan standar audit?
6. Apakaih Etika Profesi berpengaruh terhadap kuialitas audit?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian


Tujuan dari penelitian ini :
1. Untuk menganalisis berkembangnya ptofesi akuntan public
2. Untuk mengetahui peran dan posisi akuntan
3. Untuk mengetahui profesi akuntan dan pihak-pihak yang terkait
4. Untuk menganalisis jenis-jenis auditor
5. Untuk menganalisis pengaruh Etika Profesi terhadap kualitas audit
6. Untuk mengetahui penempatan standar audit

Manfaat praktis / empiris :

 Bagi Penulis
Dengan adanya penelitian ini penulis dapat digunakan sebagai latihan dan
penerapan disiplin ilmu yang diperoleh di bangku perkuliahan, serta dapat
menambah pengalaman dan pengetahuan tentang Auditing,profesi akuntan dan
akuntan public,standar audit,audit internal,dan fraud audit

Manfaat Teoritis/Akademis

 Setelah melakukan penelitian dan mempelajari Modul 2,3,4 . Maka hasill analisis
yiang diperoleh dari penelitian tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat
menambah ilmu pengetahuan dan pemahaman serta dapat digunakan sebagai
referensi atau bahan pertimbangan bagi para pembaca.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 MODUL 2

A. KEGIATAN BELAJAR 1 : PERKEMBANGAN PROFESI AKUNTAN

1. TIMBUL DAN BERKEMBANGNYA PROFESI AKUNTAN PUBLIK


Profesi akuntan public telah dikenal oleh masyarakat dari jasa audit yang
disediakan bagi pemakai informasi keungan.Timbul dan berkembangnnya profesi
akuntan public disuatu negara adalah sejalan dengan berkembangnya perusahaan
dan berbagai bentuk badan hukum perusahaan dinegara tersebut.Jika perusahaan –
perusahaan yang berkembang dalam suatu negara masih berskala kecil dan masih
menggunakan modal pemiliknya sendiri untuk membelanjai usahanya, jasa audit
yang dihasilkan oleh profesi akuntan public belum diperlukan oleh perusahaan-
perusahaan tersebut. Begitu pula jika sebagian besa rperusahaan berbadan
hukumselain perseroan terbatas (PT) yang bersifa tterbuka, jasa audit yang
diediakan ooleh profesi akuntan public belum diperlukan oleh masyaraka
tpebisnis dinegara tersebut (Mulyadi, 2002).

2. PERAN DAN POSISI PROFESI AKUNTANSI


Peran dan posisi profesi akuntansi sudah sejak lama menjadi sasaran kritik
masyarakat pada umumnya dan khususnya dunia usaha. Pada masa yang lalu,
yang menjadi sasaran utama adalah profesi akuntan publik berhubung dengan
keterlibatannya dalam mekanisme pengendalian sosial yang sarat dengan konflik-
konflik kepentingan ekonomi dan politik. Organisasi akuntan publik di Indonesia
saat ini dikenal dengan nama IAPI.Ikatan Akuntansi Indonesia didirikan tahun
1957 yang merupakan perkumpulan akuntan Indonesia yang pertama.
Perkembangan profesi dan organisasi akuntan public di Indonesia tidak
biasdipisahkan dari perkembangan perekonomian, dunia usaha dan investasi,
baikasing maupun domestic, pasar modal serta pengaruh global.

3. SUMBER KEMEROSOTAN CITRA AKUNTAN DAN USAHA


PERBAIKAN
Ada beberapa hal yang dapat menurunkan atau memerosotkan citra
profesi. Ketidakmantapan peran yang diemban oleh profesi akuntan public yang
telah berlangsung sedemikian lama dapat timbul karen aempat kesenjangan
persepsi, yaitu sebagaiberikut:
1. Kesenjangan harapan (the expectation gap)
Kesenjangan harapan ini timbul karena terdapat perbedaan persepsi antara
profesi akuntan public dan masyarakat, khususnya tentang peran dan tugas
serta tanggung jawab para auditor.
3
2. Kesejangan dalam ragam jasa (the scope of service gap)
Kesejangan dalam ragam jasa yang ditawarkan, timbul karena dugaan adanya
konflik antara jasa atetasi yang diberikan auditor independent dan jasa-jasa
lain yang ditawarkan kantor akuntan public. Kesenjangan ini cenderung
melebar belakang ini sebagai akibat dari perubahan lingkungan pasar,
sehingga memaksa kantor-kantor akuntan public, terutama yang besar untuk
mempertahankan diri dari berbagai macam akiba tdari intensifikasi regulasi
pemerintah,peningkatan tanggung jawab hukum, dan perubahan teknologi.
Demi untuk mempertahankan keunggulandaya saing, perubahan lingkungan
pasar tersebut harus ditanggapi oleh kantorakuntan public, terutama yang
berskala besar, melalui transformasi visi, misi, dan strategi.

3. Kesenjangan persaingan intraprofesional (the intraprofessional gap)


Kesenjangan persaingan intraprofesional menyangkut pada konflik timbul
akibat perilaku persaingan di antara kantor akuntan public. Keinginan untuk
memaksa dan meningkatkan keunggulan daya saing memaksa kantor akuntan
public untuk berpaling dari strategi profesikestrategi bisnis yang sering
disorientasi pada tujuan meraih laba sebersarbesarnya sehingga mereka
menghalalkan sengalah cara untuk meraihnya. Potensi untuk maju sering
terhambat oleh beberapa kelemahan yang inheren dalam profesi. Salah satu
kelemahan tersebu adalah kanibalistik.

4. Kesenjangan ambiguitas peran (the role ambiguity gap)


Kesenjangan ambiguitas peran menyangkut konfilk antara nilai dan norma
yang diproyeksikan kantor-kantor akuntan baik para staf professional dan
persepsi para staf professional terhadap nilai dan norma tersebut. Konferensi
antara dua system ini sangat menentukan kelangsungan hidup organisasi
karena ambigiutas peran cenderung memacukonflik peran (role conflict) dan
selanjutnya dua variable ini secara signifikan berkaitan dengan persepsi para
auditor senior terhadap iklanorganisasi dan keputusan serta ketegangan kerja.

4. MEMANDANG KEDEPAN
1. Apa artinya menjadi professional
Buku John Carey yangBuku John Carey yang berjudul The Rise of the
Accounting Profession: From Technician to Professional (Bangkitnya Profesi
Akuntan: Dari Teknisi Menjadi Profesi), mengidentifikasi adanya tujuh
kriteria yang membedakan profesi dari lainnya yang bukan profesi.
a. Suatu Lembaga pengetahuan spesialis.
b. Suatu proses Pendidikan formal.
c. Standar untuk mengaturadmisi.
d. Suatu kode etik.
e. Suatu pengakuan status ditandai dengan adanya lisensi atau penugasan
khusus.

4
f. Adanya suatu kepentingan public dalam pekerjaan yang dilaksanakan
praktisi.
g. Suatu pengakuan professional sebagai kewajiban social.

2. Tujuan Inti
Tujuan inti CPA Tujuan inti CPA adalah untuk menjadikan perubahan
dunia yang kompleks menjadi sesuatu yang masuk akal. Sementara hal ini
dapat diterima oleh profesional lainnya, CPA menempatkan dirinya terpisah
dari profesional lain dalam proses ini melalui nilai, kompetensi, dan jasa inti
yang dapat diberikan pada situasi ini. Kadang-kadang para auditor
memperoleh kritikan atas ketidakmampuannya untuk menggunakan secara
efektif pengetahuan yang diperolehnya melalui audit guna memberikan nilai
tambah bagi klien atau pihak lain yang meyakini bahwa auditor mengetahui
lebih banyak ketimbang yang dikatakannya.

3. Misi
Misi dari dibentuknya IAI adalah sebagai berikut:
a. Memelihara integritas, komitmen, dan kompetensi anggota dalam
pengembangan manajemen bisnis dan publik yang berorientasi pada etika,
tanggung jawab, dan lingkungan hidup.
b. Mengembangkan pengetahuan dan praktikbisnis, keuangan, atestis, non-
atestis dan akuntansi bagi masyarakat
c. Berpartisipasi aktif dalam mewujudkan ketatakeloaan perusahaan yang
baik (good governance) melalui upaya organisasi yang sah dan dalam
perspektif nasional dan international

4. Visi
Visi IAI adalah menjadi organisasi profesi terdepan dalam pengembangan
pengetahuan dan praktik akuntansi, manajemen bisnis dan publik, yang
berorientasi pada etika dan tanggung jawab sosial, serta lingkungan hidup
dalam perspektif nasional dan internasional.

5. NILAI INTI
Nilai inti yang terdapatdalamproyekvisi CPA mencerminkan penghargaan
public yang sangat tinggi pada apa yang telah dicapai oleh CPA. Nilai – nilai ini
kebanyakan dikembangkan dari keterkaitan para CPA dengan audit laporan
keuangan. CPA adalah pihak yang lebih dahulu melihat pentingnya Pendidikan
berkelanjutan dan pembelajaran seumur hidup.

6. KOMPETENSI INTI
Para auditor memerlukan kemampuan berkomunikasi yang unggul agar
dapat meminta keterangan yang tepat dari manajemen dan menyampaikan
temuan-temuan kepada manajemen, dewan direksi, dan pihak ketiga. Oleh karena

5
teknologi mempengaruhi cara auditor berkomunikasi maka auditor kurang
menekankan penggunaan laporan-laporan standar namun harus lebih mampu
mengomunikasikan dengan jelas lingkup kerja, temuan, dan kesimpulan.
Keterampilan berpikir strategis dan kritis menjadi penting bagi semua
auditor.Keterampilan analitis kunci yang digunakan dalam keseluruhan adalah
kemampuan untuk mengevaluasi informasi keuangan dan non keuangan serta
kemampuan menentukan apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar.
Akhirnya, auditor harus berwawasan teknologi. Auditor harus mampu
mengevaluasi sistem informasi dan pengendalian intern yang secara luas
menggunakan teknologi baru. Oleh karena klien banyak yang memasuki aliansi
strategis dan terlibat dalam perniagaan secara elektronik (electronic commerce)
serta pertukaran data secara elektronik (electronic data interchange) maka auditor
harus memiliki kemampuan untuk mengevaluasi penggunaan teknologi saat ini
dan merekomendasikan peningkatannya.
Para Pengambil keputusan membutuhkan infromasi yang credible dan
reliable untuk mendukung keputasan mereka. Tujuan audit adalah menyediakan
keyakinan yang memadai mengenai informasi yang digunakan oleh investor,
kreditor, dan pengguna lainnya, yang pada kenyataannya, dapat diandalkan. Peran
dan posisi profesi akuntansi sudah sejak lama menjadi sasaran kritik masyarakat
pada umumnya dan khususnya dunia usaha. Pada masa yang lalu, yang menjadi
sasaran utama adalah profesi akuntan publik berhubung dengan keterlibatannya
dalam mekanisme pengendalian sosial yang sarat dengan konflik-konflik
kepentingan ekonomi dan politik Auditor memiliki hubungan yang berbeda
dengan manajemen, investor, kreditor, pemegang saham, dan pihak-pihak luar
lainnya. Auditor harus bekerja sama secara khusus dengan manajemen tetapi juga
tetap memiliki sikap skeptisme yang profesional. Auditor independen dapat
melaksanakan jasa dalam lingkup yang luas yang mampu membantu para
pengambil keputusan, namun tanpa melibatkan diri dalam kegiatan manajemen
untuk menerapkan keputusan tersebut. Auditor harus mampu menginterpretasi
kumpulan informasi. Keterampilan analitis kunci yang digunakan dalam
keseluruhan adalah kemampuan untuk mengevaluasi informasi keuangan dan non
keuangan serta kemampuan menentukan apakah laporan keuangan telah disajikan
secara wajar. Akhirnya, auditor harus berwawasan teknologi. Auditor harus
mampu mengevaluasi sistem informasi dan pengendalian intern yang secara luas
menggunakan teknologi baru.

B. KEGIATAN BELAJAR 2 : JENIS AUDITOR


1. KERANGKA KERJA PENGATURAN UNTUK MEYAKINKAN MUTU JASA
Kerangka kerja pengaturan untuk meyakinkan mutu jasa dilakukan oleh
profesi karena adanya tindakan melanggar hukum (illegal act). Tindakan
melanggar hukum meliputi pembayaran suap, mengambil bagian dalam kegiatan
politik yang melanggar hukum, pelanggaran ketentuan pemerintah dan hukum

6
tertentu lainnya. Sementara itu, profesi harus memiliki karakteristik profesi yang
dalam bentuk-bentuk.
1. Keterampilan yang berdasar pada pengetahuan teoretis
2. Asosiaso professional
3. Pendidikan yang ekstensif
4. Ujiankompetensi
5. Pelatihaninstitusional
6. Lisensi
7. Otonomikerja
8. Kodeetik
9. Mengaturdiri
10. Layanan public dan altruisme
11. Status dan imbalan yang tinggi

1) Cara mendorong Akuntan public untuk bekerja secara efektif


Pentingnya peranan yang dimainkan oleh para akuntan public dalam
lingkungan social mengharuskan para akuntan ini untuk selalu berperilaku
secara pantas dan mampu melaksanakan audit dan jasa lainnya dengan
kualitas yang tinggi.
2) Kerangka kerja pengaturan untuk meyakinkan mutu jasa
Mutu jasa merupakan hal yang paling penting untuk menyakinkan bahwa
profesi telah memenuhi tanggung jawabnya kepada klien, masyarakat umum,
serta pemerintah. Ada empat kelompok besar kerangka kerj auntuk
meyakinkan mutu jasa audit ini, yaitu sebagai berikut ini.
a. Penetapan Standar. Standar akuntansi, standar audit, jasa-jasa profesional,
etika dan standar pengendalian mutu ditetapkan untuk memastikan mutu audit.
Semua standar ini memberikan pedoman bagi praktisi perorangan yang
mendambakan pekerjaan bermutu tinggi.
b. Pengaturan oleh kantorakuntan public. Setiap kantor akuntan public (KAP)
membua tkebijkan dan prosedur untuk meyakinkan bahwa praktik akuntan
sesuai dengan standar professional.
c. Pengaturan sendiri atau sejawat.Pengaturan ini disebut juga dengan
pengaturan sejawat (peer regulation), yang berkaitan dengan kegiatan entitas
professional diluar perusahaan. Tujuannya untuk meningkatkan kualitas
praktik.
d. Pengaturan oleh pemerintah.Pemerintah berperan dalam mengatur dan
meregulasi praktik operasi kantor akuntan public. Hanya kemampuan
professional yang layak dan yang memiliki kapabilitas saja yang diberi izin
untuk berpraktik. Sementara itu, pemerintah juga harus melakukan
pemantauan atas perilaku auditor.

7
2. JENIS-JENIS AUDITOR
Ada beberapa jenis auditor, yaitu sebagai berikut.
1. Auditor Eksternalseringdisebutsebagai auditor independent atau bersertifikat
akuntan public (BAP).
Seorang auditor eksternal bisa berpraktik sebagai pemilik tunggal atau
anggota dari kantor akuntan. Auditor seperti ini dikenal dengan auditor
eksternal atau independen karena mereka tidak diperkerjakan oleh entitas
yang diaudit. Auditor eksternal mengaudit laporan keuangan untuk
perusahaan publik atau non publik, persekutuan, pemerintah Kota madya,
individu, dan lainnya. Di samping itu, mereka juga dapat melaksanakan audit
kepatuhan, operasional, dan forensik untuk entitas tersebut. Meskipun auditor
eksternal atau auditor independen di bayar oleh klien (auditee), auditor tetap
dianggap independen dari kliennya karena auditor melayani berbagai macam
klien Laporan keuangan tersebut adalah tanggung jawab klien maksudanya
klienlah yang bertanggung jawab mencatat, pengikhtiaran, dan
pengklasifikasian transaksi ekonomi serta pengalokasiannya. Auditor hanya
bertanggung jawab melaporkan apakah laporan keuangan tersebut di sajikan
secara wajar menurut prinsip akuntansi yang berlaku umum.

2. Auditor Internal
Auditor internal adalah auditor yang dikerjakan oleh suatu perusahaan,
persekutuan, badan pemerintah, individu dan entitas lainnya. Auditor internal
sanga tberkepentingan dengan penentuan apakah kebijakan dan prosedur telah
diikuti atau tidak serta berkepentingan dalam pengamanan aktivas organisasi.
Tugasutama auditor internal adalah melaksanakan audit kepatuhan dan audit
operasional.

3. Auditor pemerintah
Auditor pemerintah diperlukan untuk menentukan ketaatan denganhukum,
peraturan perundangan, kebiajakn dan prosedur.Hubungan-Hubungan Auditor
Independen Dalam audit laporan keuangan auditor memelihara hubungan
professional dengan empat kelompok penting berikut ini.
1. Manajemen
2. Dewan direksi dan komite audit
3. Audit internal
4. Pemegangsaham

3. PROFESI AKUNTANSI PUBLIK DAN PIHAK-PIHAK YANG TERKAIT


Akuntan publik adalah seorang praktisi dan gelar profesional yang
diberikan kepada akuntan di indonesia yang telah mendapatkan izin dari mentri
keuangaan RI untuk memberikan jaga audit umum dan reviw atas laporan
keuangan, uadit kinerja dan audit khusus serta jasa dalam bidang non- ateestasi
8
lainnya seperti jasa konsultasi, jasa komilasi, dan jassa-jasa lainnya yang
berhubungan dengan akuntansi dan keuangan. Seorang akuntan harus lulus dalam
ujian profesi yang dinamakan Ujian Sertifikat Akuntan Publik (USAP) dan
kepada lulusannya berhak memperoleh sebuta “Bersertifikat Akuntan Publik”
(BAP). Sertifikat dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Sertifika Akuntan
Publik tersebut merupakan salah satu persyaratan utama untuk mendapatkan izin
praktis sebagai Akuntan Publik dari Dapartemen Keuangan.Organisasi sektor
publik ini dapat berupa DPR/DPRD,pemerintah pusat daerah, Bapepam (Lembaga
Pegawas Pasar Modal), Direktorat Jendral Pajak , instansi-instansi pemerintah dan
lembaga-lembaga keuangan pemerintah lainnya. Organisasi sektor swasta seperti
kantor akuntan publik (KAP),IAI,dan lain-lain.

4. KANTOR AKUNTAN PUBLIK


Ada empat kategori akuntan publik.
1. Perusahaan Internasional KAP Big Four
2. Perusahaan Nasional
3. Perusahaan Wilayah dan Perusahaan Lokak Besar
4. Perusahaan Lokal Kecil

C. KEGIATAN BELAJAR 3 : STRUKTUR KANTOR AKUNTAN PUBLIK

1. AKTIVITAS KANTOR AKUNTAN PUBLIK

1. Jasa Akuntansi dan Bookkeeping


Kebanyakan dari perusahaan kecil yang memiliki staf akuntansi yang terbatas
bergantung pada kantor akuntan publik untuk mempersiapkan laporan
keuangan mereka.
2. Jasa Pajak
Kantor akuntan publik juga menyediakan jasa perhitungan pajak baik untuk
individu maupun korporasi untuk klain yang diaudit maupun yang tidak
diaudit.
3. Jasa Konsultasi Manajemen
Kebanyakan kantor akuntan publik menyediakan jasa konsultassi untuk
membantu klien mereka agar beroperasidengan lebih efektif dan efisien.

2. STRUKTUR ORGANISASI AKUNTAN PUBLIK


Ada tiga fakor utama yang mempengaruhi struktur akuntan publik, yaitu berikut
ini
a) Kebutuhan terhadap independensi oleh klien.
b) Pentingnya suatu struktur untuk mendorong kompetensi.
c) Meningkanya resiko litigasi yang dihadapi auditor.

9
Terdapat enam bentuk struktur organisasi Kantor Akuntan Publik, yaitu sebagai
berikut
a) Perusahaan perorangan
Kantor akuntan publik ini hanya dimiliki oleh satu orang.
b) Partnership
Bentuk struktur organisasi ini hampir sama dengan yang perorangan, tetapi
partnership dimiliki oleh beberapa orang.
c) Korporasi Umum
Keuntungan dari bentuk korporasi adalah bahwa kewajiban pemengang saham
hanya terbatas pada besarnya saham yang mereka miliki.
d) Korporasi Professional
Korporasi nasional dimiliki oleh satu atau lebih pemengang saham dan
menyediakan jasa –jasa profesional.
e) Perusahaan dengan Kewajiban Terbatas
Bentuk struktur organiisasi seperti ini menjadi lebih favorit karena pemilknya
memiliki kewajiban terbatas seperti struktur organisasi korporasi umum.
f) Partnership dengan Kewajiban Terbatas
Organisasi berikut ini dimiliki oleh satu atau lebih partner.

Hierarki kepemimpinan dalam Kantor Akuntan Publik pada dasarnya hampir


sama, yaitu meliputi:
a. Partner atau pemegang saham;
b. Para manajer;
c. Supervisoe;
d. Auditor senior;
e. Asisten/auditor yunior

Biasanya para pegawai baru bekerja sebagai auditor yunior aktau asisten.
Mereka menghabiskan masa kerja sebagai asisten selama 2 sampai 3 tahun di
masing-masih klasifikasi, sebelum akhirnya sampai pada jabatan partner. Para
audior yunior atau asisten biasanya langsung di supervisi oleh para auditor
senior.

3. AICPA dan IAI


Di Amerika Serikat terdapat organisasi profesional yang mempengaruhi
dan menaungi para akuntan publik yang ada di Negara tersebut, yaitu American
Instute of Cortified Public Accountans (AICPA). Di Indonesia, organisasi
profesional yang menaungi para akuntan publiknya adalah Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI) terutama Kompartemen Akuntan Publik (IAI-KAP).IAI
mempunyai fungsi utama yaitu:
a. Menetapkan standar dan aturan

10
ada empat bidang utama yang IAI berwenang menetapkan standar dan
membuat aturan yaitu:
1) Standar auditing
2) Standar kompilasi dan penelahaan laporan keuangan
3) Standar atestasi lainnya
4) Kode etik pofesional
b. Melaksanakan penelitian dan publikasi
IAI juga melakukan fungsi pelaksanaan penelitian dan publikasi.
c. Menyelenggarakan pendidikan lanjutan bagi para akuntan publik
Bidang akuntansi, audit, perpajakan dan konsultasi manajemen ini terus
berkembang sehingga cakupannya semakin lama semakin luas

2.2 MODUL 3 Standar Auditing

A. KEGIATAN BELAJAR 1 : STANDAR AUDIT

1. PROSES PENETAPAN STANDAR AUDIT


Standar Audit disusun oleh IAPI dan standar ini harus dipatuhi oleh anggota
IAPI. Dewan penyusunan standar ini selalu memperhatikan kepentingan
masyarakat dan mempertimbangkan segala sesuatu yang berkaitan dengan
pelaksanaan dan tanggung jawab auditor. Standar dan prosedur menetapkan sifat
dan luas tanggung jawab auditor, serta menyediakan pedoman untuk melakukan
tugas audit. Dewan standar juga harus selalu mempertimbangkan besarnya biaya
atas pembuatan standar dan prosedur yang ditanggung oleh masyarakat berkaitan
dengan perkiraan manfaat yang dapat diperoleh dari fungsi audit.

Ada beberapa tahapan yang harus dilalui dari setiap usulan yang diajukan
dewan dalam pembuatan standar dan prosedur adalah sebagai berikut.

1. Identifikasi. Tingkat kebutuhan terhadap suatu usulan pernyataan dapat


diidentifikasi dari proseslitegasi, tekanan regulasi, atau komentar dari para
praktisi.
2. Penelitian. Bentuk pedoman yang dibutuhkan dinilai melalui analisis masalah,
mengumpulkan data tentang praktik yang ada sekarang, menelaah literatur
yang ada dan mengembangkan pendekatan alternatif.
3. Pertimbangan. Pernyataan yang diusulkan disampaikan oleh dewan dan
alternatif yang ada dievaluasi.
4. Penyebarluasan (exposure). Pernyataan yang diusulkan harus disetujui oleh 10
dari 15 anggota dewan untuk disebarluaskan (exposure). Exposure draft ini

11
kemudian didistribusikan untuk mendapatkan komentar ke seluruh akuntan
yang merupakan anggota IAPI.
5. Penerbitan. Seluruh komentar kemudian ditelaah oleh dewan. Setiap persoalan
yang muncul dalam komentar yang tidak dipertimbangkan sebelumnya oleh
dewan dapat dievaluasi. Akan tetapi, biasanya dewan tidak dapat mengubah
posisi persoalan yang telah dipertimbangkan sebelum exposure. Tujuan dari
exposure adalah untuk mengidentifikasi persoalan yang sebelumnya
terabaikan atau tidak dipelajari secara mendalam.

2. IMPLEMENTASI DAN APLIKASI


Standar yang disusun oleh Dewan penyusunan standar terdiri dari standar umum,
standar pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan.

Standar umum
1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan
pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam
sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan saksama.
Standar Pekerjaan Lapangan
1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus
disupervisi dengan semestinya.
2. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang
hendak dilakukan.
3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai
untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.
Standar Pelaporan
1. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
2. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada,
ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan
keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi
tersebut dalam periode sebelumnya.
3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai,
kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
4. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat atas laporan
keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian

12
tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan,
maka alasannya harus dinyatakan.

Pernyataan standar auditing (PSA) merupakan pedoman kerja yang


paling utama bagi para auditor. Pernyataan ini dikeluarkan oleh IAI dan
merupakan interpretasi dari 10 butir standar auditing yang ditetapkan IAI (SA-
IAI). Pernyataan standar auditing baru dapat dibuat, apabila timbul masalah
auditing yang cukup penting sehingga butuh interpretasi resmi dari IAI. SA-
IAI dan pernyataan standar auditing dianggap sebagai ketentuan yang
memiliki nilai hukum karena setiap orang dalam profesi ini wajib mematuhi
sesuai aplikasinya, walaupun memiliki nilai hukum tetapi mereka tidak terlalu
dapat diandalkan sebagai pedoman kerja.
Keberadaan standar auditing tidak harus menyebabkan para auditor
mematuhinya secara kaku. Seandainya dia yakin bahwa ketentuan suatu
standar tidak sesuai dengan situasi atau tidak mungkin dilakukan, dia berhak
mencari alternatif tindakan. Begitu pula, apabila persoalan yang dihadapi
tidak melibatkan jumlah yang besar, maka standar tersebut jangan diterapkan.
Akan tetapi, para praktisi harus bertanggung jawab atas penyimpangan dalam
penerapan standar tersebut. Untuk lebih jelasnya, berikut ini diperinci masing-
masing standar di atas.

1. STANDAR UMUM
Standar umum bersifat individual dan berkaitan dengan persyaratan auditor
dan mutu pekerjaannya. Standar umum ini terdiri dari tiga bagian, yaitu:
Standar Umum 1:
Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian
dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor
Pada pelaksanaan audit sampai pada suatu pernyataan pendapat, auditor harus
senantiasa bertindak sebagai seorang ahli dalam bidang akuntansi dan bidang
auditing. Standar umum menekankan arti penting kualitas pribadi yang harus
dimiliki seorang auditor. Standar yang diharuskan adalah keharusan bagi
seorang auditor memiliki latar belakang pendidikan formal auditing dan
akuntansi, pengalaman kerja yang cukup dalam profesi yang ditekuninya, dan
selalu mengikuti pendidikan-pendidikan profesi berkelanjutan. Seorang
auditor juga dituntut untuk memenuhi kualifikasi teknis dan berpengalaman
dalam bidang industri yang digeluti kliennya.
Standar Umum 2:
Semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dan sikap
mental harus dipertahankan oleh auditor.

13
Standar ini mengharuskan seorang auditor bersikap independen, yang artinya
seorang auditor tidak mudah dipengaruhi, karena pekerjaannya untuk
kepentingan umum. Kepercayaan masyarakat umum atas independensi sikap
auditor independen sangat penting bagi perkembangan profesi akuntan publik.
Untuk menjadi independen, seorang auditor harus secara intelektual jujur.
Standar Umum 3:
Pada pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan saksama
Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan saksama menekankan
tanggung jawab setiap profesional yang bekerja dalam organisasi auditor.
Selain itu juga menyangkut apa yang dikerjakan auditor dan bagaimana
kesempurnaan pekerjaannya tersebut. Seorang auditor harus memiliki tingkat
keterampilan yang umumnya dimiliki oleh auditor pada umumnya dan harus
menggunakan keterampilan tersebut dengan “kecermatan dan kesaksamaan
pekerjaannya tersebut.
Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan saksama menuntut
auditor untuk melaksanakan skeptisme profesional. Skeptisme profesional
adalah sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan
melakukan evaluasi secara kritis bukti audit. Auditor menggunakan
pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dituntut oleh profesi
akuntan publik untuk melaksanakan dengan cermat dan saksama, dengan
maksud baik dan integritas, pengumpulan dan penilaian bukti audit secara
objektif.

2. Standar Pekerjaan Lapangan


Standar pekerjaan lapangan terdiri dari tiga bagian, yaitu sebagai berikut.
Standar Pekerjaan Lapangan 1:
Pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dan jika digunakan
asisten harus disupervisi dengan semestinya.
Poin ini menjelaskan bahwa, penetapan auditor independen secara dini dapat
memberikan banyak manfaat bagi auditor maupun klien. Penetapan secara
dini memungkinkan auditor merencanakan pekerjaannya sedemikian rupa
sehingga pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan dengan cepat dan efisien serta
dapat menentukan seberapa jauh pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan
sebelum tanggal neraca. Standar pekerjaan lapangan berkaitan dengan
pengumpulan data dan kegiatan lain yang dilaksanakan selama audit. Standar
yang pertama menentukan agar program kerja yang dilaksanakan
direncanakan dengan matang dan pelaksanaannya oleh para asisten diawasi
dengan saksama. Pengawasan merupakan unsur sangat penting dalam audit

14
karena cukup banyak bagian pekerjaan yang dilaksanakan oleh para staf yang
kurang berpengalaman.
Standar Pekerjaan Lapangan 2:
Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian yang
hendak dilakukan.

Pemahaman dengan klien tentang audit atas laporan keuangan umumnya


mencakup hal-hal berikut ini.

a. Tujuan audit adalah untuk menyatakan suatu pendapat atas laporan keuangan.
b. Manajemen bertanggung jawab untuk membangun dan mempertahankan
pengendalian intern yang efektif terhadap pelaporan keuangan.
c. Manajemen bertanggung jawab untuk mengidentifikasi dan menjamin bahwa
entitas mematuhi peraturan perundangan yang berlaku terhadap aktivitasnya.
d. Manajemen bertanggung jawab untuk membuat semua catatan keuangan dan
informasi yang berkaitan tersedia bagi auditor.
e. Pada akhir perikatan, manajemen dapat menyediakan suatu surat bagi auditor
yang menegaskan representasi tertentu yang dibuat selama audit berlangsung.
f. Auditor bertanggung jawab untuk melaksanakan audit berdasarkan standar
auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia.
g. Suatu audit mencakup pemerolehan pemahaman atas pengendalian intern
yang cukup untuk merencanakan audit dan untuk menentukan sifat, saat, dan
luasnya prosedur audit yang harus dilaksanakan.

Semua auditor harus memperoleh pemahaman tentang pengendalian yang


relevan dengan audit atas laporan keuangan, dan apakah pengendalian intern
tersebut dioperasikan. Setelah memperoleh pemahaman tersebut, auditor
menaksir risiko pengendalian untuk asersi yang terdapat dalam saldo akun,
golongan transaksi, dan komponen pengungkapan dalam laporan keuangan.
Kemudian, auditor dapat mencari pengurangan lebih lanjut risiko
pengendalian taksiran untuk asersi tertentu.

Pemahaman auditor terhadap klien mencakup hal-hal lain sebagai berikut.


a. Pengaturan atas pelaksanaan perikatan (sebagai contoh, waktu, bantuan klien
berkaitan dengan pembuatan skedul, dan penyediaan dokumen).
b. Pengaturan tentang keikutsertaan spesialis atau auditor intern, jika diperlukan.
c. Pengaturan tentang keikutsertaan auditor pendahulu.
d. Pengaturan tentang fee dan penagihan.
e. Adanya pembatasan atau pengaturan lain tentang kewajiban auditor atau klien,
seperti ganti rugi kepada auditor untuk kewajiban yang timbul dari

15
representasi salah yang dilakukan dengan sepengetahuan manajemen kepada
auditor.
f. Kondisi yang memungkinkan pihak lain diperbolehkan untuk melakukan
akses ke kertas kerja auditor.
g. Jasa tambahan yang disediakan oleh auditor berkaitan dengan pemenuhan
persyaratan badan pengatur.
h. Pengaturan tentang jasa lain yang harus disediakan oleh auditor dalam
hubungannya dengan perikatan.

Auditor menggunakan pengetahuan yang dihasilkan dari pemahaman atas


pengendalian intern dan tingkat risiko pengendalian taksiran dalam menentukan
sifat, saat dan luas pengujian substantif untuk asersi laporan keuangan.
Standar Pekerjaan Lapangan 3:
Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memahami untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan

Sebagian besar pekerjaan auditor independen dalam rangka memberikan


pendapat atas laporan keuangan terdiri dari usaha untuk mendapatkan dan
mengevaluasi bukti audit. bukti audit sangat bervariasi pengaruhnya terhadap
kesimpulan yang ditarik oleh auditor independen dalam rangka memberikan
pendapat atas laporan keuangan auditan. Relevansi, objektivitas, ketepatan waktu,
dan keberadaan bukti lain yang menguatkan kesimpulan, seluruhnya berpengaruh
terhadap kompetensi bukti. Keputusan terhadap berapa banyak bahan bukti yang
dikumpulkan dalam situasi tertentu merupakan sesuatu yang memerlukan
pertimbangan profesional.

3. Standar Pelaporan
Standar pelaporan terdiri dari empat item, yang secara terperinci dalam
bahasan sebagai berikut.
Standar Pelaporan 1:
Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Standar pelaporan pertama ini tidak mengharuskan untuk menyatakan
tentang fakta (statement of fact), namun standar tersebut mengharuskan
auditor untuk menyatakan suatu pendapat terhadap apakah laporan keuangan
telah disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi tersebut. Prinsip akuntansi
berlaku umum atau “generally accepted accounting principles” mencakup
konvensi, aturan dan prosedur yang diperlukan untuk membatasi praktik
akuntansi yang berlaku umum di wilayah tertentu dan pada waktu tertentu.
Standar Pelaporan 2:

16
Laporan auditor harus menunjukkan, jika ada ketidakkonsistenan
penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode
berjalan dibandingkan dengan penerapannya prinsip akuntansi tersebut
dalam periode sebelumnya.
Standar ini disebut juga dengan standar konsistensi. Standar konsistensi
menuntut auditor independen untuk memahami hubungan antara konsistensi
penerapan prinsip akuntansi dapat menyebabkan kurangnya daya banding
laporan keuangan. Standar ini bertujuan untuk memberikan jaminan bahwa
jika daya banding laporan keuangan di antara kedua periode dipengaruhi
secara material oleh perubahan prinsip akuntansi, auditor mengungkapkan
perubahan tersebut dalam laporannya. Caranya, dengan menambahkan
paragraf penjelasan yang disajikan setelah paragraf pendapat.
Standar pelaporan kedua mengharuskan auditor menunjukkan keadaan
apakah PABU diterapkan secara konsisten antara pada periode sekarang
dengan periode sebelumnya. Standar ini menjamin bahwa daya banding
(komparabilitas) laporan keuangan tidak terpengaruh oleh perubahan prinsip
akuntansi yang tidak diungkapkan. Jika dilakukan perubahan maka perubahan
tersebut perlu diungkap dalam catatan atas laporan keuangan.
Standar Pelaporan 3:
Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
Penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku
umum di Indonesia mencakup dimuatnya pengungkapan informatif yang
memadai atas hal-hal material, di antaranya bentuk, susunan, dan isi laporan
keuangan. Auditor harus selalu mempertimbangkan apakah masih terdapat
hal-hal tertentu yang harus diungkapkan sehubungan dengan keadaan dan
fakta yang diketahuinya pada saat audit.
Standar Pelaporan 4:
Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat terhadap
laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan
yang demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak
dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor
dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat
petunjuk yang jelas atas sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada,
dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.
Tujuan standar pelaporan ini adalah untuk mencegah salah tafsir tentang
tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh akuntan bila namanya dikaitkan
dengan laporan keuangan. Seorang akuntan dikaitkan dengan laporan
keuangan jika ia mengizinkan namanya dalam suatu laporan, dokumen, atau
komunikasi tertulis yang berisi laporan tersebut.

17
3. PENERAPAN STANDAR AUDITING
Standar auditing dapat diterapkan pada setiap audit laporan keuangan oleh
seorang auditor independen tanpa memandang skala ukuran kegiatan klien, bentuk
organisasi bisnis, jenis industri, atau apakah tujuan entitas adalah mencari laba atau
nirlaba. Oleh karena itu, standar dapat diterapkan sama pada setiap audit laporan
keuangan untuk sebuah toko bahan pangan kecil di sudut jalan, sekolah di daerah,
dan pada perusahaan-perusahaan besar seperti Exxon atau General Motors.

4. HUBUNGAN ANTAR STANDAR AUDITING DAN PROSEDUR


AUDITING
Prosedur auditing (auditing procedures) adalah metode-metode yang digunakan
serta tindakan yang dilakukan oleh auditor selama audit berlangsung. Prosedur
auditing meliputi langkah-langkah seperti, menghitung kas kecil, memeriksa
rekonsiliasi bank yang disusun oleh klien, mengamati penghitungan persediaan serta
menginspeksi keabsahan kendaraan bermotor yang dibeli perusahaan. Berbeda
dengan standar auditing yang dapat diterapkan pada setiap audit laporan keuangan,
maka prosedur auditing dapat berbeda antara satu klien dengan klien yang lainnya,
karena adanya perbedaan dalam skala kegiatan suatu entitas dengan entitas lainnya,
perbedaan karakteristik, serta sifat dan kompleksitas operasi dan sebagainya.

5. STANDAR ATESTASI
Atestasi (attestation) adalah suatu pernyataan pendapat atau pertimbangan yang
diberikan oleh seorang yang independen dan kompeten yang menyatakan apakah
asersi (assertion) suatu entitas telah sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Standar atestasi membagi tiga tipe perikatan atestasi (1) pemeriksaan (examination),
(2) review, dan (3) prosedur yang disepakati (agreed-upon procedures).
Tiga tipe perikatan atestasi yang telah disepakati di dalam standar auditing
international adalah sebagai berikut ini. Ke semua dari standar profesional di dalam
penjelasan di bawah ini merupakan standar teknis yang bertujuan untuk mengatur
mutu jasa yang dihasilkan oleh profesi akuntan publik di Indonesia.

1. Standar Jasa Akuntansi dan Review

Standar jasa akuntansi dan review memberikan kerangka untuk fungsi


nonatestasi bagi jasa akuntan publik yang mencakup jasa akuntansi dan
review.

Sifat pekerjaan nonatestasi tidak menyatakan pendapat, hal ini sangat berbeda
dengan tujuan audit atas laporan keuangan yang dilaksanakan sesuai dengan
standar auditing. Tujuan audit adalah untuk memberikan dasar yang memadai
untuk menyatakan suatu pendapat atas laporan keuangan secara keseluruhan,
18
sedangkan dalam pekerjaan nonatestasi tidak dapat dijadikan dasar untuk
menyatakan pendapat akuntan

Jasa akuntansi yang diatur dalam standar ini, antara lain:

a. kompilasi laporan keuangan– penyajian informasi-informasi yang merupakan


pernyataan manajemen (pemilik) dalam bentuk laporan keuangan;
b. review atas laporan keuangan– pelaksanaan prosedur permintaan keterangan
dan analisis yang menghasilkan dasar memadai bagi akuntan untuk
memberikan keyakinan terbatas, bahwa tidak terdapat modifikasi material
yang harus dilakukan atas laporan keuangan agar laporan tersebut sesuai
dengan Prinsip Akuntansi Yang Berlaku Umum di Indonesia; laporan
keuangan komparatif– penyajian informasi dalam bentuk laporan keuangan
dua periode atau lebih yang disajikan dalam bentuk berkolom

2. Standar Jasa Konsultasi

Standar Jasa Konsultasi merupakan panduan bagi praktisi (akuntan


publik) yang menyediakan jasa konsultasi bagi kliennya melalui kantor
akuntan publik. Dalam jasa konsultasi, para praktisi menyajikan temuan,
kesimpulan dan rekomendasi.

Jasa konsultasi dapat berupa berikut ini.

a. Konsultasi (consultation), memberikan konsultasi atau saran professional


(profesional advise) berdasarkan pada kesepakatan bersama dengan klien.
contoh jenis jasa ini adalah review dan komentar terhadap rencana bisnis
buatan klien.
b. Jasa pemberian saran profesional (advisory services), mengembangkan
temuan, kesimpulan, dan rekomendasi untuk dipertimbangkan dan diputuskan
oleh klien. Contoh jenis jasa ini adalah pemberian bantuan dalam proses
perencanaan strategik.
c. Jasa implementasi, mewujudkan rencana kegiatan menjadi kenyataan. sumber
daya dan personel klien digabung dengan sumber daya dan personel praktisi
untuk mencapai tujuan implementasi. Contoh jenis jasa ini adalah penyediaan
jasa instalasi sistem komputer dan jasa pendukung yang berkaitan.
d. Jasa transaksi, menyediakan jasa yang berhubungan dengan beberapa
transaksi khusus klien yang umumnya dengan pihak ketiga. contoh jenis jasa
adalah jasa pengurusan kepailitan.
e. Jasa penyediaan staf dan jasa pendukung lainnya, menyediakan staf yang
memadai (dalam hal kompetensi dan jumlah) dan kemungkinan jasa
pendukung lain untuk melaksanakan tugas yang ditentukan oleh klien. staf
tersebut dapat bekerja di bawah pengarahan klien sepanjang keadaan

19
mengharuskan demikian. Contoh jenis jasa ini adalah manajemen fasilitas
pemrosesan data.
f. Jasa produk, menyediakan klien sebuah produk dan jasa profesional sebagai
pendukung atas instalasi, penggunaan, atau pemeliharaan produk tertentu.
Contoh jenis jasa ini adalah penjualan dan penyerahan paket program
pelatihan, penjualan dan implementasi perangkat lunak komputer.

3. Standar Pengendalian Mutu

Standar Pengendalian Mutu Kantor Akuntan Publik (KAP) memberikan


panduan bagi kantor akuntan publik di dalam melaksanakan pengendalian
kualitas jasa yang dihasilkan oleh kantornya dengan mematuhi berbagai
standar yang diterbitkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik
Institut Akuntan Publik Indonesia (DSPAP IAPI) dan Aturan Etika
Kompartemen Akuntan Publik yang diterbitkan oleh IAPI.

Unsur-unsur pengendalian mutu yang harus diterapkan oleh setiap KAP


pada semua jenis jasa audit, atestasi dan konsultasi meliputi berikut ini.

a. Independensi – meyakinkan semua personel pada setiap tingkat organisasi


harus mempertahankan independensi.
b. Penugasan personel – meyakinkan bahwa perikatan dapat dilaksanakan oleh
staf profesional yang memiliki tingkat pelatihan dan keahlian teknis untuk
perikatan dimaksud.
c. Konsultasi – meyakinkan bahwa personel dapat memperoleh informasi yang
memadai, yang sesuai, dan yang dibutuhkan dari orang yang memiliki tingkat
pengetahuan, kompetensi, pertimbangan (judgement), dan wewenang
memadai.
d. Supervisi – meyakinkan bahwa pelaksanaan perikatan memenuhi standar
mutu yang ditetapkan oleh KAP.
e. Memperkerjakan (hiring) – meyakinkan bahwa semua orang yang
diperkerjakan memiliki karakteristik semestinya, sehingga memungkinkan
mereka melakukan penugasan secara kompeten.
f. Pengembangan profesional – meyakinkan bahwa setiap personel memiliki
pengetahuan memadai sehingga memungkinkan mereka memenuhi tanggung
jawabnya.
g. Promosi (advancement) – meyakinkan bahwa semua personel yang terseleksi
untuk promosi memiliki kualifikasi seperti yang disyaratkan untuk tingkat
tanggung jawab yang lebih tinggi.
h. Penerimaan dan keberlanjutan klien – menentukan apakah perikatan dari klien
dapat diterima atau dilanjutkan untuk meminimkan kemungkinan terjadinya

20
hubungan dengan klien yang manajemennya tidak memiliki integritas
berdasarkan pada prinsip pertimbangan kehati-hatian (prudence).
i. Inspeksi – meyakinkan bahwa prosedur yang berhubungan dengan unsurunsur
lain pengendalian mutu telah diterapkan dengan efektif.

6. KEYAKINAN YANG DISEDIAKAN OLEH AUDIT


Pengguna laporan keuangan auditan mengharapkan auditor untuk:
1. melaksanakan audit dengan kompetensi teknis, integritas, independensi, dan
objektivitas;
2. mencari dan mendeteksi salah saji yang material, baik yang disengaja maupun
yang tidak;
3. mencegah penerbitan laporan keuangan yang menyesatkan.

B. KEGIATAN BELAJAR 2 : AUDIT INTERNAL

1. AUDIT ATAS PENGENDALIAN INTERNAL


Sistem pengendalian internal terdiri atas kebijakan dan prosedur yang dirancang
untuk memberikan kepada manajemen kepastian yang layak bahwa perusahaan
telah mencapai tujuan dan sasarannya. Biasanya manajemen memiliki tiga tujuan
umum untuk merancang sistem pengendalian internal yang efektif, yaitu sebagai
berikut.
1. Reliabilitas pelaporan keuangan. Manajemen bertanggung jawab untuk
menyajikan laporan bagi para investor, kreditor, dan pengguna lainnya.
Manajemen memikul tanggung jawab baik hukum maupun profesional untuk
memastikan bahwa informasi telah disajikan secara wajar sesuai dengan
persyaratan pelaporan seperti prinsip akuntansi yang berlaku umum (PABU).
Tujuan pengendalian internal yang efektif atas pelaporan keuangan adalah
memenuhi tanggung jawab keuangan tersebut.
2. Efisiensi dan efektivitas operasi. Pengendalian di dalam perusahaan mampu
mendorong pemakaian sumber daya secara efisien dan efektif untuk
mengoptimalkan sasaran-sasaran perusahaan. Tujuan penting dari
pengendalian ini adalah memperoleh informasi keuangan dan non keuangan
yang akurat tentang operasi perusahaan untuk keperluan pengambilan
keputusan.
3. Ketaatan pada hukum dan peraturan. Semua perusahaan publik wajib
mengeluarkan laporan atas keefektifan pelaksanaan pengendalian internal atas
pelaporan keuangan. Selain itu organisasi-organisasi publik, non publik, dan
nirlaba diwajibkan menaati hukum dan peraturan. Peraturan yang harus
dipatuhi misalnya peraturan pajak penghasilan. Selain itu yang tidak memiliki

21
hubungan langsung dengan akuntansi yaitu, UU perlindungan lingkungan dan
hak sipil.

Tanggung jawab atas pengendalian internal berbeda antara manajemen dan


auditor. Manajemen bertanggung jawab untuk menetapkan dan
menyelenggarakan pengendalian internal entitas. Manajemen juga harus
melaporkan secara terbuka atas keefektifan pelaksanaan pengendalian tersebut.
Sebaliknya, tanggung jawab auditor mencakup memahami dan menguji
pengendalian internal atas pelaporan keuangan. Auditor juga diwajibkan untuk
menerbitkan laporan audit tentang penilaian manajemen atas pengendalian
internalnya, termasuk pendapat auditor atas keefektifan pelaksanaan pengendalian
tersebut.

2. KOMPONEN PENGENDALIAN INTERNAL (COSO)

Auditor berfokus pada pengendalian yang dirancang untuk mencegah atau


mendeteksi salah saji material dalam laporan keuangan. Komponen pengendalian
internal meliputi hal-hal berikut ini.

1. Lingkungan Pengendalian (Control Environtment)

Lingkungan pengendalian terdiri atas tindakan, kebijakan, dan prosedur


yang mencerminkan sikap manajemen puncak, para direktur, dan pemilik
entitas secara keseluruhan terhadap arti pentingnya pengendalian internal bagi
entitas itu.

2. Penilaian Risiko (Risk Assessment)

Penilaian risiko atas pelaporan keuangan adalah tindakan yang


dilakukan manajemen untuk mengidentifikasi dan menganalisis risiko-risiko
yang relevan dengan penyusunan laporan keuangan yang sesuai dengan
PABU. Sebagai contoh, jika suatu perusahaan sering menjual produk dengan
harga di bawah harga pokok persediaan karena pesatnya perubahan teknologi,
perusahaan itu harus menyelenggarakan pengendalian yang memadai untuk
mengatasi risiko melebih sajikan persediaan.
Auditor memperoleh pengetahuan tentang proses penilaian risiko oleh
manajemen dengan memanfaatkan kuesioner dan diskusi dengan manajemen
untuk menentukan bagaimana manajemen mengidentifikasi risiko-risiko yang
relevan dengan pelaporan keuangan, mengevaluasi signifikansi dan
kemungkinan terjadinya risiko itu, serta memutuskan tindakan apa yang
diperlukan untuk menangani risiko itu.
3. Aktivitas Pengendalian (Control Activities)

22
Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu
memastikan bahwa tindakan yang diperlukan telah diambil untuk menangani
risiko guna mencari tujuan entitas. Sebenarnya ada banyak aktivitas
pengendalian semacam ini dalam entitas mana pun, termasuk pengendalian
manual dan terautomasi.
4. Informasi dan Komunikasi
Tujuan sistem informasi dan komunikasi akuntansi dari entitas adalah
untuk memulai, mencatat, memproses, dan melaporkan transaksi yang
dilakukan entitas itu serta mempertahankan akuntabilitas aktiva terkait. Sistem
informasi dan komunikasi akuntansi memiliki beberapa sub komponen yang
biasanya terdiri atas kelompok transaksi seperti penjualan, retur penjualan,
penerimaan kas, akuisisi, dan sebagainya.
5. Pemantauan (Monitoring)
Aktivitas pemantauan berhubungan dengan penilaian mutu pengendalian
internal secara berkelanjutan atau periodik oleh manajemen untuk menentukan
bahwa pengendalian tersebut telah beroperasi seperti yang diharapkan, dan
telah dimodifikasi sesuai dengan perubahan kondisi.
Selain perannya untuk memantau pengendalian internal entitas, staf audit
internal yang memadai juga dapat mengurangi biaya audit eksternal dengan
memberikan bantuan langsung kepada auditor eksternal.

3. INDEPENDENSI AUDITOR
Independensi merupakan dasar dari profesi auditing. Hal itu berarti bahwa
auditor dapat bersikap netral terhadap entitas. Oleh karena itu, auditor dapat
bersikap objektif. Publik dapat mempercayai fungsi audit karena auditor bersikap
tidak memihak serta mengakui adanya kewajiban untuk bersikap adil.

4. KEYAKINAN YANG MEMADAI


Auditor bertanggung jawab dalam merencanakan dan melaksanakan audit
untuk mendapatkan keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan telah
bebas dari salah saji yang material.
Konsep keyakinan yang memadai menunjukkan bahwa dalam audit telah
dilakukan sejumlah pengujian. Jarang sekali auditor melakukan pemeriksaan 100
persen atas butir-butir yang ada dalam kelompok akun atau transaksi. Hal yang
lazim dilakukan auditor adalah memilih beberapa butir dan menetapkan sejumlah
prosedur atas butir-butir terpilih tersebut guna membentuk suatu pendapat atas
laporan keuangan.
Konsep keyakinan yang memadai juga menunjukkan bahwa laporan
keuangan manajemen mencantumkan adanya estimasi yang tidak pasti. Meskipun
auditor telah memberikan perhatian penuh guna memahami bisnis dan industri

23
klien, namun cepatnya perubahan kondisi ekonomi mengubah keterbatasan
penting pada audit laporan keuangan. Oleh karena itu, suatu audit tidak dapat
menjamin akurasi laporan keuangan.

C. KEGIATAN BELAJAR 3 : FRAUD AUDIT

1. PERTIMBANGAN ATAS KECURANGAN DALAM AUDIT LAPORAN


KEUANGAN
Pada SA Seksi 110 (PAS No. 01) menjelaskan Tanggung Jawab dan
Fungsi Auditor Independen, menyatakan bahwa “Auditor bertanggung jawab
dalam merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan
memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik
yang disebabkan oleh kekeliruan dan kecurangan”.Gambaran dan Karakteristik
Kecurangan
Pada SA Seksi 316 menyebutkan bahwa Ada dua tipe salah saji yang
relevan dengan pertimbangan auditor tentang kecurangan dalam audit atas laporan
keuangan yaitu, pertama, salah saji yang timbul sebagai akibat dari kecurangan
dalam pelaporan keuangan dan yang kedua, kecurangan yang timbul dari
perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva.
Salah saji yang timbul dari kecurangan dalam pelaporan keuangan adalah
salah saji atau penghilangan secara sengaja jumlah atau pengungkapan dalam
laporan keuangan untuk mengelabui pemakai laporan keuangan. Kecurangan
dalam laporan keuangan dapat menyangkut tindakan seperti yang disajikan
berikut ini.

1. Manipulasi, pemalsuan, atau perubahan catatan akuntansi atau dokumen


pendukungnya yang menjadi sumber data bagi penyajian laporan keuangan.
2. Representasi yang salah terhadap atau penghilangan laporan keuangan
peristiwa, transaksi, atau informasi signifikan.
3. Salah penerapan secara sengaja prinsip akuntansi yang berkaitan dengan
jumlah, klasifikasi, cara penyajian, atau pengungkapan.
Pada SA Seksi 316 disebutkan bahwa tindakan kecurangan sering kali
menyangkut hal berikut ini. (a) Suatu tekanan atau suatu dorongan untuk
melakukan kecurangan. (b) Suatu peluang yang dirasakan ada untuk
melaksanakan kecurangan. Meskipun tekanan dan peluang khusus untuk
terjadinya kecurangan dalam laporan keuangan dapat berbeda dari kecurangan
melalui perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva, dua kondisi tersebut biasanya
terjadi di kedua tipe kecurangan tersebut.
Kecurangan dapat disembunyikan dengan cara memalsukan dokumentasi,
termasuk pemalsuan tanda tangan. Sebagai contoh, manajemen yang melakukan

24
kecurangan dalam pelaporan keuangan dapat mencoba menyembunyikan salah
saji dengan menciptakan faktur fiktif; karyawan atau manajemen yang
memperlakukan kas secara tidak semestinya dapat mencoba menyembunyikan
tindakan pencurian mereka dengan memalsu tanda tangan atau menciptakan
pengesahan elektronik yang tidak sah di atas dokumen otorisasi pengeluaran kas.
Kecurangan juga dapat disembunyikan melalui kolusi di antara manajemen,
karyawan, atau pihak ketiga. Sebagai contoh, melalui kolusi, bukti palsu bahwa
pengendalian aktivitas telah dilaksanakan secara efektif dapat disajikan kepada
auditor.
Meskipun kecurangan biasanya disembunyikan, adanya faktor risiko atau
kondisi lain dapat memperingatkan auditor tentang kemungkinan adanya
kecurangan. Sebagai contoh, suatu dokumen yang hilang, buku besar yang tidak
seimbang, atau hubungan analitik yang tidak masuk akal. Namun, kondisi tersebut
mungkin juga sebagai akibat dari keadaan selain kecurangan. Dokumen mungkin
hilang secara sah; buku besar mungkin tidak seimbang karena kekeliruan
akuntansi yang tidak disengaja; dan hubungan analitik mungkin sebagai akibat
dari perubahan faktor-faktor ekonomi yang tidak diketahui.
Auditor tidak dapat memperoleh keyakinan absolut bahwa salah saji material
dalam laporan keuangan dapat terdeteksi. Oleh karena (a) aspek penyembunyian
kegiatan kecurangan, termasuk fakta bahwa kecurangan sering kali mencakup
kolusi atau pemalsuan dokumentasi, dan (b) kebutuhan untuk menerapkan
pertimbangan profesional dalam mengidentifikasi dan mengevaluasi faktor risiko
kecurangan dan kondisi lain, audit yang direncanakan dan dilaksanakan dengan
baik mungkin tidak dapat mendeteksi salah saji material yang diakibatkan oleh
kecurangan.

2. DETEKSI KECURANGAN
1. Kecurangan pelaporan keuangan (fraudulent Financial Reporting) terdiri dari
tindakan-tindakan, seperti:
a. manipulasi, pemalsuan, atau pengubahan catatan akuntansi atau dokumen
pendukung yang menjadi sumber penyusunan laporan keuangan;
b. representasi yang salah atau penghapusan yang disengaja atas peristiwa-
peristiwa, transaksi-transaksi, atau informasi signifikan lainnya yang ada
dalam laporan keuangan;
c. salah penerapan yang disengaja atas prinsip akuntansi yang berkaitan
dengan jumlah, klasifikasi, cara penyajian, atau pengungkapan.
2. Penyalahgunaan aset (misappropriation of assets) meliputi penggelapan atau
pencurian aset entitas di mana penggelapan tersebut dapat menyebabkan
laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsipprinsip akuntansi yang

25
berlaku umum. Penyalahgunaan aset dapat dilakukan dengan berbagai cara,
antara lain:
a. menggelapkan penerimaan;
b. mencuri aset;
c. menyebabkan entitas membayar barang dan jasa yang tidak diterima.
1. Faktor Risiko Yang Berkaitan dengan Salah Saji yang Timbul dari
Kecurangan dalam Pelaporan Keuangan
Berikut ini adalah contoh faktor-faktor risiko yang berkaitan dengan salah
saji sebagai akibat kecurangan dalam pelaporan keuangan untuk setiap
golongan risiko:
a. Suatu dorongan bagi manajemen untuk melakukan kecurangan dalam
pelaporan keuangan. Indikator khusus dapat mencakup:
1) bagian signifikan kompensasi manajemen diwujudkan dalam bonus, stock
option, atau insentif lain, yang nilainya tergantung pada kemampuan
entitas dalam mencapai target yang terlalu agresif dalam hasil operasi,
posisi keuangan, atau arus kas;
2) kepentingan berlebihan manajemen dalam mempertahankan atau
meningkatkan harga saham atau trend laba entitas melalui penggunaan
praktik-praktik akuntansi yang agresif;
3) praktik oleh manajemen dalam memberikan komitmen kepada analis,
kreditur, dan pihak ketiga yang lain untuk mencapai prakiraan yang
tampak terlalu agresif atau secara jelas tidak realistis;
4) kepentingan manajemen dalam menempuh cara yang tidak semestinya
untuk meminimkan laba yang dilaporkan berdasarkan alasan pajak.
b. Kegagalan manajemen untuk menyajikan dan mengomunikasikan sikap yang
semestinya tentang pengendalian intern dan proses pelaporan keuangan.
Indikator khusus dapat mencakup:
1) cara yang tidak efektif untuk mengomunikasikan dan mendukung nilai dan
etika entitas, atau mengomunikasikan nilai atau etika yang tidak
semestinya;
2) dominasi manajemen oleh seorang individu atau kelompok kecil, tanpa
adanya pengendalian yang mengompensasi kondisi tersebut seperti
pengawasan oleh dewan komisaris atau komite audit;
3) pemantauan yang tidak mencukupi terhadap pengendalian signifikan;
4) kegagalan manajemen dalam membetulkan pada waktu yang tepat kondisi
yang dilaporkan dan yang sudah diketahui;
5) penetapan target dan harapan keuangan yang terlalu agresif oleh
manajemen terhadap personel operasi;
6) ketidakpedulian signifikan terhadap pihak pengatur yang diperlihatkan
oleh manajemen;

26
7) memperkerjakan secara terus menerus staf akuntansi, teknologi informasi,
auditor intern yang tidak efektif.
c. Partisipasi dan fokus berlebihan manajemen non keuangan terhadap pemilihan
prinsip akuntansi atau penentuan estimasi signifikan.
d. Tingkat perputaran yang tinggi anggota manajemen senior, penasihat, atau
dewan komisaris.
e. Hubungan tegang antara manajemen dengan auditor sekarang atau auditor
pendahulu. Indikator khusus dapat mencakup:
1) perbedaan pendapat yang sering terjadi dengan auditor sekarang atau
auditor pendahulu tentang akuntansi, auditing, dan pelaporan;
2) permintaan yang tidak masuk akal kepada auditor, termasuk batasan waktu
yang tidak masuk akal untuk menyelesaikan audit atau penerbitan laporan
auditor;
3) pembatasan resmi atau tidak resmi terhadap auditor yang membatasi
secara tidak semestinya akses auditor ke orang atau informasi atau atas
kemampuan auditor untuk melakukan komunikasi secara efektif dengan
dewan komisaris atau komite audit;
4) dominasi perilaku manajemen dalam berhubungan dengan auditor,
terutama yang menyangkut usaha untuk mempengaruhi lingkup pekerjaan
auditor.
f. Riwayat yang diketahui tentang pelanggaran peraturan sekuritas atau tuntutan
kepada entitas atau manajemen seniornya yang dituduh melakukan
kecurangan atau pelanggaran undang-undang sekuritas. Faktor risiko yang
berkaitan dengan kondisi industry. Contohnya mencakup:
1) akuntansi baru, undang-undang, atau persyaratan peraturan yang dapat
menghancurkan stabilitas keuangan atau profitabilitas entitas;
2) tingginya tingkat kompetisi atau kejenuhan pasar, yang disertai dengan
menurunnya laba;
3) menurunnya industri dengan meningkatnya kegagalan bisnis dan
menurunnya permintaan customers;
4) perubahan pesat dalam industri, seperti kerentanan terhadap perubahan
cepat teknologi atau keusangan produk yang cepat.
Faktor risiko yang berkaitan dengan karakteristik operasi dan stabilitas
keuangan. Contohnya mencakup:
a. ketidakmampuan untuk menghasilkan arus kas dari operasi, sementara itu
perusahaan dilaporkan laba dan labanya mengalami pertumbuhan;
b. tekanan signifikan untuk memperoleh modal yang diperlukan untuk
mempertahankan daya saing dengan mempertimbangkan posisi keuangan
entitas, termasuk kebutuhan dana untuk membelanjai pengeluaran riset
dan pengembangan atau pengeluaran modal;

27
c. aktiva, utang, pendapatan, atau biaya berbasis pada estimasi signifikan
yang mencakup pertimbangan subjektif yang tidak biasa, atau yang sangat
rentan terhadap perubahan signifikan jangka pendek dengan cara yang
kemungkinan berdampak mengacaukan keuangan entitas, seperti dapat
tertagih atau tidaknya piutang, saat pengakuan pendapatan, kemungkinan
direboisasikan atau tidaknya instrumen keuangan berdasarkan penilaian
yang sangat subjektif terhadap jaminan (collateral) atau sumber
pembayaran kembali yang sulit untuk ditaksir, atau penundaan kos yang
berjumlah signifikan;
d. transaksi signifikan antar pihak yang memiliki hubungan istimewa yang
tidak dalam kegiatan bisnis normal atau dengan entitas yang memiliki
hubungan istimewa yang tidak diaudit atau diaudit oleh kantor akuntan
publik lain;
e. transaksi signifikan, tidak biasa, atau sangat kompleks, terutama yang
terjadi menjelang akhir tahun, yang menimbulkan pertanyaan tentang
“substansi di atas formalitas (substance over form)”;
f. rekening bank signifikan, atau operasi anak perusahaan atau cabang di
wilayah yang menawarkan keringanan pajak (tax-haven) yang tampaknya
tidak dilandasi oleh pertimbangan bisnis yang jelas;
g. struktur organisasi yang sangat kompleks yang terdiri dari entitas legal,
garis wewenang manajerial, atau perjanjian kontrak yang berbagai macam
dan tidak biasa, tanpa tujuan bisnis yang nyata;
h. kesulitan dalam penentuan organisasi atau individu yang mengendalikan
entitas;
i. pertumbuhan atau profitabilitas yang sangat pesat, terutama dibandingkan
dengan perusahaan lain dalam industri yang sama;
j. terutama sangat rentan terhadap perubahan tarif bunga;
k. sangat tergantung terhadap utang atau kemampuan rendah untuk
memenuhi persyaratan pembayaran kembali utang; perjanjian penarikan
utang yang sulit untuk dipenuhi;
l. penjualan atau program insentif profitabilitas yang sangat tidak realistis
agresifnya;
m. ancaman kebangkrutan atau penyitaan yang dapat terjadi dengan segera
atau pengambilalihan perusahaan secara paksa (hostile takeover);
n. konsekuensi merugikan dari transaksi signifikan yang ditunda, seperti
penggabungan bisnis atau pemberian kontrak, jika dilaporkan adanya hasil
keuangan yang buruk;
o. posisi keuangan yang buruk atau menurun bila manajemen memiliki utang
entitas dalam jumlah yang signifikan yang dijamin secara pribadi.

28
2. Faktor Risiko yang Berkaitan dengan Salah Saji yang Disebabkan Oleh
Perlakuan Tidak Semestinya Terhadap Aktiva
Faktor risiko yang berkaitan dengan salah saji yang disebabkan oleh perlakuan
tidak semestinya terhadap aktiva dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan
berikut ini.
a. Tingkat kecurigaan tentang terjadinya perlakuan tidak semestinya terhadap
aktiva. Hal ini berkaitan dengan sifat aktiva entitas dan tingkat kerentanan
aktiva dari pencurian. Kecurigaan biasanya dapat terjadi yang disebabkan oleh
temuan sebagai berikut.
1) Jumlah kas atau kas dalam proses yang sangat besar.
2) Karakteristik sediaan, seperti ukuran kecil, nilai tinggi, atau permintaan
tinggi.
3) Aktiva yang mudah diubah, seperti obligasi atas unjuk (bearer bond),
berlian, atau computer chip.
4) Karakteristik aktiva tetap, seperti ukuran kecil, mudah dijual, atau tidak
adanya identifikasi kepemilikan.
b. Factor risiko yang berkaitan dengan pengendalian.
1) Kurangnya pengendalian oleh manajemen (sebagai contoh, lokasi jauh
yang kurang diawasi atau dipantau).
2) Kurangnya prosedur penyaringan pelamar pekerjaan untuk karyawan yang
memiliki akses ke aktiva yang dicurigai rentan terhadap perlakuan tidak
semestinya.
3) Tidak memadainya penyelenggaraan catatan untuk aktiva yang dicurigai
rentan terhadap perlakuan tidak semestinya.
4) Kurangnya pemisahan tugas atau pengecekan secara independen.
5) Kurangnya sistem otorisasi dan pengesahan transaksi (sebagai contoh,
dalam pembelian).
6) Penjagaan fisik yang buruk terhadap kas, investasi, sediaan, atau aktiva
tetap.
7) Kurangnya pendokumentasian semestinya dan tepat waktu terhadap
transaksi (sebagai contoh, pengkreditan atas retur barang dagangan).
8) Kurangnya pengambilan liburan wajib bagi karyawan yang melaksanakan
fungsi pengendalian kunci.

3. Tanggung Jawab untuk Mendeteksi Kecurangan


Tanggung jawab auditor untuk mendeteksi kecurangan ataupun
kesalahankesalahan yang tidak disengaja, diwujudkan dalam perencanaan dan

29
pelaksanaan audit untuk mendapatkan keyakinan yang memadai tentang apakah
laporan keuangan bebas dari salah saji material yang disebabkan oleh kesalahan
ataupun kecurangan. Apabila auditor mengamati indikator yang dikaitkan dengan
risiko kecurangan yang lebih tinggi, auditor harus meyakinkan bahwa pendekatan
audit yang digunakan telah memiliki derajat keraguan profesional yang tepat.

4. Tanggung Jawab untuk Melaporkan Kecurangan


Auditor juga bertanggung jawab untuk mengomunikasikan temuan kecurangan
kepada manajemen dan mungkin juga kepada pihak lainnya. Tanggung jawab
kunci auditor dalam mengomunikasikan temuan kecurangan adalah sebagai
berikut.
a. Apabila auditor menentukan bahwa terdapat bukti adanya kecurangan, maka
hal itu harus menjadi perhatian manajemen, yang pada umumnya satu tingkat
lebih tinggi di mana kecurangan itu terjadi.
b. Setiap kecurangan yang melibatkan manajemen senior, dan kecurangan yang
terjadi pada tingkat mana pun yang menyebabkan salah saji yang material
pada laporan keuangan, harus dilaporkan langsung oleh auditor kepada komite
audit atau dewan direksi.
c. Secara etis dan legal, pada umumnya auditor tidak dapat mengungkapkan
kecurangan yang terjadi di luar entitas.

3. KEYAKINAN TENTANG KELANGSUNGAN USAHA KLIEN


Tujuan utama audit adalah untuk memberikan keyakinan yang memadai bahwa
laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan PABU. Para pengguna
laporan keuangan harus menggunakan laporan keuangan tersebut untuk
pengambilan keputusan mereka sendiri tentang risiko melakukan usaha dengan
suatu perusahaan atau untuk melakukan investasi dalam suatu perusahaan.
Penyajian yang wajar bukan merupakan keyakinan tentang kelangsungan usaha
suatu entitas. Apabila auditor menyimpulkan bahwa terdapat keraguan substansial
tentang kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya
selama periode tahun setelah tanggal laporan keuangan, keraguan tersebut harus
dinyatakan dalam laporan audit.

4. PENGENDALIAN MUTU
Bagi sebuah KAP, pengendalian mutu terdiri dari metode-metode yang digunakan
untuk memastikan bahwa kantor itu memenuhi tanggung jawab profesionalnya
kepada klien dan pihak-pihak lain. Metode-metode ini meliputi struktur organisasi
KAP itu serta prosedur yang ditetapkannya. Sebagai contoh, sebuah KAP
mungkin memiliki struktur organisasi yang menjamin dilakukannya review teknis
atas setiap penugasan oleh partner yang ahli dalam industri klien.

30
KAP harus mendaftarkan diri dalam program pemantauan praktik yang disetujui
oleh IAPI agar para anggota KAP memenuhi syarat keanggotaan IAPI.
Pemantauan praktik, yang juga dikenal sebagai peer review, adalah review, oleh
akuntan publik, atas ketaatan KAP pada sistem pengendalian mutu kantor itu
sendiri. Tujuan per review adalah untuk menentukan dan melaporkan apakah
KAP yang di-review itu telah mengembangkan kebijakan dan prosedur yang
memadai bagi kelima unsur pengendalian mutu, dan mengikuti kebijakan serta
prosedur itu dalam praktik. Sebelum KAP menjalani peer review, seluruh anggota
KAP tidak memenuhi syarat menjadi anggota IAPI. Peer review ini
menguntungkan KAP karena membantu memenuhi standar pengendalian mutu
yang selanjutnya menguntungkan profesi melalui peningkatan kinerja para
praktisi dan peningkatan mutu audit. KAP yang menjalani peer review dapat
memperoleh manfaat lebih jauh jika review itu meningkatkan praktik KAP,
sehingga memperbaiki reputasi dan efektivitasnya, sehingga memperkecil
kemungkinan timbulnya tuntutan hukum.

5. PENUTUP
Dewan penyusunan standar menetapkan sifat dan luas tanggung jawab auditor
dan menyediakan pedoman untuk melakukan tugas audit. Standar yang disusun
oleh Dewan penyusunan standar terdiri dari standar umum, standar pekerjaan
lapangan, dan standar pelaporan. Standar auditing dapat diterapkan pada setiap
audit laporan keuangan oleh seorang auditor independen tanpa memandang skala
ukuran kegiatan klien, bentuk organisasi bisnis, jenis industri, atau apakah tujuan
entitas adalah mencari laba atau nirlaba.
Prosedur auditing meliputi langkah-langkah seperti, menghitung kas kecil,
memeriksa rekonsiliasi bank yang disusun oleh klien, mengamati penghitungan
persediaan serta menginspeksi keabsahan kendaraan bermotor yang dibeli
perusahaan. Berbeda dengan standar auditing yang dapat diterapkan pada setiap
audit laporan keuangan, maka prosedur auditing dapat berbeda antara satu klien
dengan klien yang lainnya, karena adanya perbedaan dalam skala kegiatan suatu
entitas dengan entitas lainnya, perbedaan karakteristik, serta sifat dan
kompleksitas operasi dan sebagainya.
Sistem pengendalian internal terdiri atas kebijakan dan prosedur yang
dirancang untuk memberikan kepada manajemen kepastian yang layak bahwa
perusahaan telah mencapai tujuan dan sasarannya. Auditor berfokus pada
pengendalian yang dirancang untuk mencegah atau mendeteksi salah saji material
dalam laporan keuangan. Komponen pengendalian internal meliputi hal-hal
berikut ini.
1. Lingkungan pengendalian (control environtment).
2. Penilaian risiko (risk assessment).

31
3. Aktivitas Pengendalian (control activities).
4. Informasi dan Komunikasi.
5. Pemantauan (monitoring).
Auditor menggunakan seluruh keahlian dan pertimbangannya untuk
memutuskan bukti-bukti apa saja yang perlu diperiksa, waktu pemeriksaan,
seberapa banyak bukti yang diperiksa, siapa yang ditugaskan untuk
mengumpulkan dan mengevaluasi bukti-bukti tertentu, termasuk juga siapa yang
memberikan interpretasi dan mengevaluasi hasilnya.

2.3 MODUL 4 Etika Dan Moralitas

1. ETIKA SECARA UMUM


Etika berasal dari bahasa Yunani ethos, yang berarti karakter, sedangkan moralitas
berasal dari bahasa Latin mores, yang berarti kebiasaan. Pengertian etika kemudian
berkembang dan hingga saat ini yang memiliki pengertian yang sangat beragam. Etika
dapat diartikan sebagai suatu perangkat prinsip moral yang dipegang oleh individu atau
kelompok yang difungsikan untuk mengatur dan menentukan tingkah laku individu atau
kelompok tersebut. Tercermin dari arti mores yang berarti kebiasaan, moralitas dapat
didefinisikan sebagai standar seorang individu atau kelompok tentang apa yang dikatakan
benar dan salah.
Etika adalah perekat yang dapat mengikat anggota masyarakat. Akan tetapi, tidak
tersirat bahwa prinsip- prinsip yang tidak dapat didefinisikan dengan cukup baik tersebut
kurang penting bagi masyarakat . Sebagian besar orang mendefinisikan perilaku tidak etis
sebagai tindakan yang berbeda dengan apa yang mereka anggap tepat untuk dilakukan
dalam situasi dan kondisi tertentu. Kita harus memahami penyebab orang–orang
bertindak dengan cara yang kita anggap tidak etis.
Setidaknya terdapat dua alasan mengapa seseorang bertindak tidak etis
1) Standar etika seseorang berbeda dengan masyarakat umum.Orang-orang yang
perilakunya melanggar seperti pengedar obat terlarang, perampok bank,
pencuri terkadang untuk sebagian besar mereka melakukan tindakan tersebut
tidak menunjukkan rasa penyesalan saat tertangkap.
2) Orang memilih untuk bertindak mementingkan diri sendiri Sebagian perilaku
tidak etis disebabkan oleh tindakan yang mementingkan diri sendiri. Skandal
politik terjadi akibat keinginan untuk mendapatkan kekuasaan politik;
kecurangan dalam mengisi SPT Pajak dan laporan biaya dimotivasi oleh
ketamakan atas uang.
beberapa ahli etika mengembangkan suatu kerangka kerja etika umum untuk
pengambilan keputusan, yang disebut kinerja enam langkah sebagai berikut.
1. Mendapatkan fakta yang relevan untuk pengambilan keputusan.

32
2. Mengidentifikasi masalah-masalah etika dari fakta yang relevan
tersebut.
3. Menentukan siapa saja yang dapat dipengaruhi oleh keputusan
tersebut dan bagaimana masing-masing dipengaruhi.
4. Mengidentifikasi alternatif pengambil keputusan.
5. Mengidentifikasi konsekuensi setiap alternatif.
6. Membuat pilihan yang beretika.

2. MENYELESAIKAN DILEMA ETIKA


1. Fakta yang Relevan
Ada tiga fakta penting dalam situasi ini yang berkaitan dengan isu etika dan
bagaimana isu-isu tersebut diselesaikan.
1) Asisten staf itu telah diberi tahu bahwa ia bekerja lembur beberapa jam
tanpa mencatatnya sebagai jam kerja.
2) Kebijakan kantor melarang praktik tersebut.Asisten staf lain menyatakan
bahwa hal ini merupakan praktik yang umum di kantor.
2. Isu etika
Isu etika dalam situasi ini tidak sulit untuk diidentifikasi.
3. Siapa yang Dipengaruhi dan Bagaimana Masing-masing Terpengaruh
Umumnya, ada lebih banyak orang yang terpengaruh dalam situasi di mana
dilema etika terjadi daripada yang diperkirakan.
Alternatif yang Tersedia
1) Menolak bekerja lembur.
2) Melakukannya sesuai dengan permintaan.
4. Konsekuensi dari Setiap Alternatif
Dalam menentukan konsekuensi dari setiap alternatif, harus mengevaluasi
pengaruh jangka pendek dan jangka panjang.
5. Tindakan yang Tepat
Hanya dapat memutuskan alternatif mana yang tepat pada situasi yang ada,
setelah ia mempertimbangkan nilai-nilai etikanya dan kemungkinan
konsekuensi dari setiap alternatif.

Profesi Akuntan dan Kode Etik


1. PROFESI AKUNTAN
Etika bukan hanya menjadi sesuatu yang mendorong adanya kondisi ideal
keberadaan moral tetapi juga membawa tatanan moral dalam suatu profesi atau
jabatan. Etika dalam suatu profesi umumnya tertuang dalam kode etik profesi.
Karakteristik profesi yaitu sebagai berikut.
 Sebuah bentuk pengetahuan khusus.

33
 Sebuah proses pendidikan formal yang diakui untuk syarat memperoleh
pengetahuan khusus.
 Standar kualifikasi profesional yang menentukan penerimaan profesi.
 Standar yang mengatur hubungan praktisi dengan klien, kolega dan
publik.
 Pengakuan status.
 Melekatkan tanggung jawab sosial yang berkaitan dengan pekerjaan yang
mendukung kepentingan publik.
 Sebuah organisasi yang mengabdikan diri demi kemajuan kelompok

Bidang jasa akuntan publik dan KAP adalah atestasi dan hanya diberikan oleh
akuntan publik yang meliputi:
1) jasa audit umum atas laporan keuangan;
2) jasa pemeriksaan atas laporan keuangan prospektif;
3) jasa pemeriksaan atas pelaporan informasi keuangan proforma;
4) jasa review atas laporan keuangan; dan
5) jasa atestasi lainnya sebagaimana tercantum dalam SPAP.

2. KODE ETIK PROFESI


Akuntan sebagai profesi memiliki tiga kewajiban penting yaitu kompeten dan
mengetahui tentang seni dan ilmu akuntansi, melayani kepentingan publik,
mengutamakan kepentingan terbaik klien, menghindari godaan mengambil
keuntungan dari klien
Beberapa manfaat kode etik menurut Duska et al. (2003), sebagai berikut.
1) Suatu kode dapat memotivasi, digunakan sebagai panutan, dengan harapan
dapat mengatur tingkah laku akuntan dan harus dipertimbangkan dalam
pengambilan keputusan.
2) Suatu kode dapat menjadi panduan yang stabil untuk mengatur benar atau
salah atau kesinambungan pembuatan keputusan.
3) Suatu kode dapat menjadi panduan terutama dalam keadaan yang rancu.
4) Suatu kode tidak hanya memandu yang tingkah laku karyawan tapi dapat juga
mengendalikan kuasa-kuasa karyawan yang otokratis.
5) Suatu kode dapat membantu menetapkan tanggung jawab sosial .
6) Suatu kode dengan jelas dalam kepentingan bisnisnya sendiri, untuk menjaga
ketertiban bisnis secara etis.
Dalam kode etik IAI terdapat prinsip etika, aturan etika, dan interpretasi etika. Di
dalam Prinsip Etika IAI dimuat beberapa prinsip, antara lain berikut ini.
a. Prinsip pertama, Tanggung jawab Profesi. Dalam melaksanakan tanggung
jawabnya sebagai profesional setiap anggota harus senantiasa

34
menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan
yang dilakukannya.
b. Prinsip kedua, Kepentingan Publik. Setiap anggota berkewajiban untuk
senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik,
menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen atas
profesionalisme.
c. Prinsip ketiga, Integritas. Untuk memelihara dan meningkatkan
kepercayaan publik, setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab
profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.
Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya
pengakuan profesional. Integritas merupakan kualitas yang melandasi
kepercayaan publik dan merupakan patokan (benchmark) bagi anggota
dalam menguji semua keputusan yang diambilnya.
d. Prinsip keempat, Objektivitas. Setiap anggota harus menjaga
objektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan
kewajiban profesionalnya.
Objektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang
diberikan anggota.
e. Prinsip kelima, Kompetensi dan kehati-hatian profesional. Setiap anggota
harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan kehati-hatian, kompetensi
dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan
pengetahuan dan keterampilan profesional pada tingkat yang diperlukan
untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat
dari jasa profesional yang kompeten berdasarkan perkembangan praktik,
legislasi dan teknik yang paling mutakhir.
f. Prinsip keenam, Kerahasiaan. Setiap anggota harus, menghormati
kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional
dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa
persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum
untuk mengungkapkannya.
g. Prinsip ketujuh, Perilaku Profesional. Setiap anggota harus berperilaku
yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan
yang dapat mendiskreditkan profesi.
h. Prinsip kedelapan, Standar Teknis. Setiap anggota harus melaksanakan
jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan standar profesional
yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota
mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa
selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan
objektivitas.

35
3. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan Institut Akuntan Publik Indonesia
(IAPI)
Perkembangan profesi dan organisasi akuntan publik di indonesia tidak bisa
dipisahkan dari perkembangan perekonomian. Dunia usaha dan investasi baik asin
maupun domestik, pasar modal serta pengaruh global.
a. Kode etik profesi PAI
Salah satu misi institut akuntan publik indonesia (IAPI) adalah untuk
menyusun dan mengembangkan standar profesi dan kode etik profesi akuntan
publik yang berkualitas dengan mengacu pada standar internasional.
Prinsip- prisip dasar :
1. Prinsip integritas
2. Prinsi objektivitas
3. Prinsip kompetensi
4. Prinsip kerahasiaan
5. Prinsip perilaku professional

4. Kode Etik Profesi IFAC


Internasional federtion of accountants ( IFAC) merupakan organisasi profesi
akuntansi seluruh dunia. Misi organisasi ini untuk melayani kepentingan publik
dengan memperkuat profesi akuntansi seluruh dunia dan memberi kontribusi bagi
pembangunan perekonomian internasional yang kuat dengan membangun dan
meningkatkan kepatuhan terhadap standar profesnional yang berkualitas tinggi,
lebih lanjut pada konvergensi standar internasional, dan mendukung isi
kepentingan publik lebih keras dalam hal keahlian profesi yang lebih relavan.
Prinsip dasar kode etik IAPI tampaknya mengadopsi IESBA code begitu pula
dengan aturan etika profesinya. IESBA code terdiri atas bagian yitu :
a. General application of the IESBA code
b. Professional accountants public practice
c. Professional accountants business

5. Kode Etik Profesi AICPA


AIPCA (american institute of cerifed public accountants), menyatakan bahwa
profesi akuntan publik di amerika serikat. Prinsip – prinsip ini menjadi pedoman
bagi para anggota untuk melaksanakan tanggung jawab profesionalnya serta
meyatakan ajaran dasar etika dan perilaku profesional.
Peraturan perilaku AICPA menjelskan CPA me;iputi semua sebagai berikut :
a. Semua orang yang berpartisipasi dalam perikatan, kecuali mereka yang
hanya melaksanakan fungsi fungsi clerk rutin seperti juru ketik atau
operator mesin foto copy.

36
b. Semua orang yang memiliki posisi manajerial dan berlokasi dalam kantor
yang berpartisipasi signifikan dalam perikatan.
c. Semua pemilik,partner, dan pemegang saham dari kantor akuntan
publik.Sebuah entitas (misalnya kementrian, korporasi

37
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Dari pemaparan makalah di atas dapat kami tarik kesimpulan bahwa Para Pengambil
keputusan membutuhkan infromasi yang credible dan reliable untuk mendukung
keputasan mereka. Tujuan audit adalah menyediakan keyakinan yang memadai
mengenai informasi yang digunakan oleh investor, kreditor, dan pengguna lainnya,
yang pada kenyataannya, dapat diandalkan. Auditor memiliki hubungan yang berbeda
dengan manajemen, investor, kreditor, pemegang saham, dan pihak-pihak luar
lainnya. Auditor harus bekerja sama secara khusus dengan manajemen tetapi juga
tetap memiliki sikap skeptisme yang profesional. Kegiatan belajar ini membedakan
antara audit laporan keuangan, audit kepatuhan, dan audit operasional. Selain itu,
kegiatan belajar ini juga membahas perbedaan antara auditor independen, auditor
internal, dan auditor pemerintah. Empat komponen kerangka kerja peraturan
multilevel profesi audit adalah (1) pengaturan standar (2) peraturan perusahaan, (3)
inspeksi dan tinjauan kembali, dan (4) peraturan pemerintah. Kantor Akuntan Publik
berdasarkan SK. Menkeu No. 470/KMK.017/1999 tertanggal 4 Oktober 1999
didefinisikan sebagai lembaga yang memiliki izin dari Menteri Keuangan sebagai
wadah bagi akuntan publik dalam melakukan pekerjaannya. Ada empat kategori
kantor akuntan publik yaitu 1) Perusahaan Internasional KAP Big Four, 2)
Perusahaan Nasional, 3)Perusahaan Wilayah dan Perusahaan Lokal Besar dan 4)
Perusahaan lokal kecil. Komite khusus AICPA mendefinisikan jasa asurans sebagai
”layanan profesional independen yang layanan profesional independen yang
meningkatkan kualitas informasi, atau konteksnya, untuk pengambil keputusan”.
Kegiatan belajar menjelaskan hubungan prosedur auditing dan standar auditing.
Prosedur auditing (auditing procedures) adalah metode-metode yang digunakan serta
tindakan yang dilakukan oleh auditor selama audit berlangsung. Prosedur auditing
meliputi langkah-langkah seperti, menghitung kas kecil, memeriksa rekonsiliasi bank
yang disusun oleh klien, mengamati penghitungan persediaan serta menginspeksi
keabsahan kendaraan bermotor yang dibeli perusahaan. Standar auditing diterapkan
pada setiap audit laporan keuangan oleh seorang auditor independen tanpa
memandang skala ukuran kegiatan klien, bentuk organisasi bisnis, jenis industri, atau
apakah tujuan entitas adalah mencari laba atau nirlaba, sedangkan prosedur auditing
dapat berbeda antara satu klien dengan klien yang lainnya, karena adanya perbedaan
dalam skala kegiatan suatu entitas dengan entitas lainnya, perbedaan karakteristik,
serta sifat dan kompleksitas operasi dan sebagainya. Generally Accepted Auditing
Standards (GAAS) merupakan dibagi menjadi tiga kelompok: standar umum, standar
kerja lapangan, dan standar pelaporan. Standar umum membahas (1) pelatihan teknis
dan keahlian auditor, (2) independen, dan (3) penggunaan due professional care.
Standar kerja lapangan mencakup (1) perencanaan audit, (2) evaluasi entitas dan
38
lingkungannya, termasuk pengendalian internal, dan (3) memperoleh bukti yang
cukup dan kompeten. Standar pelaporan mencakup (1) apakah laporan keuangan
sesuai dengan GAAP, (2) apakah prinsip akuntansi yang digunakan konsisten dengan
yang digunakan pada tahun-tahun sebelumnya, (3) kecukupan pengungkapan, dan (4)
pernyataan opini oleh auditor. Auditor berfokus pada pengendalian yang dirancang
untuk mencegah atau mendeteksi salah saji material dalam laporan keuangan.
Komponen pengendalian internal meliputi lingkungan pengendalian, penilaian risiko,
aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, dan pematauan.

39
DAFTAR PUSTAKA

Sumiyana, dkk, 2019. Auditing 1 Edisi Ketiga. Banten: Universitas Terbuka

40

Anda mungkin juga menyukai