Anda di halaman 1dari 46

TUGAS MAKALAH KELOMPOK

AUDITING I

PERKEMBANGAN STANDAR ETIKA PROFESI AKUNTAN PUBLIK

TANGGUNGJAWAB HUKUM AKUNTAN PUBLIK

LAPORAN AKUNTAN

Disusun oleh:

Aulia Tri Rizky 216.02.0003

Ikke Kurnia Sari 216.02.0001

Susi Susanti 216.02.0002

Dondy 216.02.0004

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI MUSI RAWAS

AKUNTANSI

TAHUN AJARAN 2017/2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita
berbagai macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu
membawa keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada
kehidupan akhirat kelak, sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kita capai
menjadi lebih mudah dan penuh manfaat.

Terima kasih sebelum dan sesudahnya kami ucapkan kepada Dosen serta
teman-teman sekalian yang telah membantu, baik bantuan berupa moriil maupun
materil, sehingga makalah ini terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan.

Kami menyadari sekali, didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan serta banyak kekurangannya. Harapan yang paling besar dari
penyusunan makalah ini ialah agar makalah yang kami susun ini penuh manfaat, baik
untuk pribadi, teman-teman, serta orang lain yang ingin mengambil atau
menyempurnakan lagi atau mengambil hikmah dari judul ini sebagai tambahan
dalam menambah referensi.

Lubuklinggau, 10 Maret 2017

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................. i

Kata Pengantar ................................................................................................. ii

Daftar Isi .......................................................................................................... iii

Bab 1 Pendahuuan ......................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 3
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................... 3

Bab 2 Pembahasan ......................................................................................... 4

2.1 Perkembangan Standar Profesional Akuntan Publik .................... 4


2.2 Tanggung Jawab Akuntan Publik ................................................. 20
2.3 Laporan Akuntan .......................................................................... 35

Bab 3 Penutup ................................................................................................ 41

3.1 Kesimpulan ................................................................................... 41


3.2 Saran ............................................................................................. 42

Daftar Pustaka ............................................................................................... 43

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


A. Standar Proffesional Akuntan Publik
Pengembangan berkelanjutan standar profesional akuntan publik adalah
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP).Pengembangan ini sudah mulai
dilakukan sejak tahun 1973. Pada tahap awal perkembangannya, standar ini
disusun oleh suatu komite dalam organisasi Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
yang diberi nama Komite Norma Pemeriksaan Akuntan. Komite ini
kemudian menghasilkan Norma Pemeriksaan Akuntan. Seperti tercermin
dari nama yang diberikan, standar yang dikembangkan pada saat itu lebih
berfokus ke jasa audit atas laporan keuangan historis.
Respon profesi akuntan publik terhadap perkembangan dunia bisnis dan
bidang profesi akuntan publik diwujudkan dalam dua keputusan penting
yang dibuat oleh IAI pada pertengahan tahun 1994 : (1) perubahan nama
dari Komite Norma Pemeriksaan Akuntan ke Dewan Standar Profesional
Akuntan Publik dan (2) perubahan nama standar yang dihasilkan dari
Norma Pemeriksaan Akuntan ke Standar Profesional Akuntan Publik.
Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia dijabarkan ke dalam Etika
Kompartemen Akuntan Publik untuk mengatur perilaku akuntan yang
menjadi anggota IAI yang berpraktik dalam profesi akuntan publik.Nilai-
nilai moral atau yang sering lebih kita kenal dengan etika merupakan topik
yang sering menyita banyak perhatian di kalangan masyarakat sekarang ini,
karena nilai etika di kalangan masyarakat telah memudar seiring
perkembangan zaman yang semakin modern.Perhatian ini merupakan
indikasi penting berperilaku dan beretika di kalangan masyarakat.Perilaku
beretika merupakan hal penting praktik akuntan publik dan harus di
tanggapi secara serius oleh para mahasiswa akuntansi sebagai calon

1
akuntan. Untuk itulah etika profesi akuntan dipelajari secara khusus dan bab
tersendiri di dalam mata kuliah auditing.
B. Tanggung Jawab Hukum Akuntan Publik
Tidak dapat dipungkiri bahwa kehadiran seorang Akuntan Publik
merupakan suatu hal yang sangat penting, khususnya bagi aktivitas
berbisnis secara sehat di Indonesia. Hasil penelitian, analisa serta pendapat
dari Akuntan Publik terhadap suatu laporan keuangan sebuah perusahaan
akan sangat menentukan dasar pertimbangan dan pengambilan keputusan
bagi seluruh pihak ataupun publik yang menggunakannya. Misalnya; para
investor dalam mempertimbangkan serta bahkan memutuskan kebijakan
investasinya, para penasehat keuangan ataupun investasi dalam memberikan
arahan pada para investor terhadap keadaan dan prospek dari perusahaan
tersebut, para pemberi pinjaman (lenders) dalam mempertimbangkan serta
memutuskan langkah pemberian ataupun penghentian pinjaman bagi
perusahaan tersebut

Peran Akuntan Publik lainnya adalah fasilitator dalam menghadirkan


dirinya untuk memfasilitasi setiap potensi aktivitas bisnis yang melibatkan
perusahaan tersebut, pelanggan dalam mempertimbangkan hubungan
sekarang dan kedepannya dengan perusahaan tersebut, pemerintah dalam
memberikan pertimbangan hubungan bisnis ataupun pemberian izin ataupun
kualifikasi sehubungan dengan aktivitas berbisnis dari perusahaan tersebut
bahkan karyawan dari perusahaan tersebut sendiri misalnya, dalam melihat
masa depan dari keberadaannya dalam perusahaan tersebut serta masyarakat
lainnya.
C. Laporan Akuntan
Dalam setiap akhir pemeriksaan dalam pemeriksaan umum (general
audit), KAP akan memberikan suatu laporan akuntan, dalam makalah ini
akan di bahas mengenai laporan tersebut.

2
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan diatas, maka dapat
dirumuskan masalah yang akan diteliti sebagai berikut:
1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan Standar Proffesional Akuntansi
Publik?
1.2.2 Apakah yang dimaksud dengan tanggung jawab hukum akuntan
publik?
1.2.3 Apa saja jenis pendapat akuntan dan laporan akuntan?

1.3 TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini sebagai berikut:

1.3.1 Mengetahui definisi, tipe-tipe dan manfaat dari SPAP (Standar


Profesional Akuntansi Publik)
1.3.2 Mengetahui tentang tanggung jawab hukum akuntan publik
1.3.3 Mengetahui apa yang dimaksud dengan laporan akuntan

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. PERKEMBANGAN STANDAR PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK


A. Standar Profesional Akuntan Publik
Dalam Kongres ke VII Ikatan Akuntan Indonesia tahun 1994, disahkan
Standar Profesional Akuntan Publik yang secara garis besar berisi:
1. Uraian mengenai standar profesional akuntan publik.
2. Berbagai pernyataan standar auditing yang telah diklasifikasikan.
3. Berbagai pernyataan standar atestasi yang telah diklasifikasikan.
4. Pernyataan jasa akuntansi dan review.
5. Pertengahan tahun 1999 Ikatan Akuntan Indonesia merubah nama
Komite Norma
Standar Profesional Akuntan Publik (disingkat SPAP) adalah kodifikasi
berbagai pernyataan standar teknis yang merupakan panduan dalam
memberikan jasa bagi Akuntan Publik di Indonesia. SPAP dikeluarkan oleh
Dewan Standar Profesional Akuntan PublikInstitut Akuntan Publik
Indonesia (DSPAP IAPI).
Pemeriksaan Akuntan menjadi Dewan Standar Profesional Akuntan
Publik. Selama tahun 1999 Dewan melakukan perubahan atas Standar
Profesional Akuntan Publik per 1 Agustus 1994 dan menerbitkannya dalam
buku yang diberi judul “Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Januari
2001”. Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Januari 2001 terdiri dari
lima standar, yaitu:
1. Pernyataan Standar Auditing (PSA) yang dilengkapi dengan Interpretasi
Pernyataan Standar Auditing (IPSA).
2. Pernyataan Standar Atestasi (PSAT) yang dilengkapi dengan Interpretasi
Pernyataan Standar Atestasi (IPSAT).
3. Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review (PSAR) yang dilengkapi
dengan Interpretasi Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review
(IPSAR).

4
4. Pernyataan Standar Jasa Konsultasi (PSJK) yang dilengkapi dengan
Interpretasi Pernyataan Standar Jasa Konsultasi (IPSJK).
5. Pernyataan Standar Pengendalian Mutu (PSPM) yang dilengkapi dengan
Interpretasi Pernyataan Standar Pengendalian Mutu (IPSM).
Selain kelima standar tersebut masih dilengkapi dengan Aturan Etika
Kompartemen Akuntan Publik yang merupakan aturan normal yang
wajib dipenuhi oleh akuntan publik.
Selain kelima standar tersebut masih dilengkapi dengan Kode Etik
Profesi Akuntan Publik yang merupakan aturan norma yang wajib dipenuhi
oleh akuntan publik. Di tahun 2011 Institut Akuntan Publik Indonesia telah
merevisi SPAP tersebut.Pada gambar 2.1.diperlihatkan kodifikasi dari
Standar Profesional Akuntan Publik per 31 Maret 2011, sedangkan pada
Gambar 2.2. diperlihatkan Hierarki Standar Auditing.

5
B. Tipe Standar Profesional
1. Standar Auditing
Standar Auditing adalah sepuluh standar yang ditetapkan dan
disahkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), yang terdiri
dari standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan
beserta interpretasinya. Standar auditing merupakan pedoman audit atas
laporan keuangan historis.Standar auditing terdiri atas sepuluh standar
dan dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Auditing (PSA).Dengan
demikian PSA merupakan penjabaran lebih lanjut masing-masing
standar yang tercantum di dalam standar auditing. Di Amerika Serikat,
standar auditing semacam ini disebut Generally Accepted Auditing
Standards (GAAS) yang dikeluarkan oleh the American Institute of
Certified Public Accountants (AICPA)

6
a. Pernyataan Standar Auditing (PSA)
PSA merupakan penjabaran lebih lanjut dari masing-masing
standar yang tercantum didalam standar auditing.PSA berisi
ketentuan-ketentuan dan pedoman utama yang harus diikuti oleh
Akuntan Publik dalam melaksanakan penugasan audit.Kepatuhan
terhadap PSA yang diterbitkan oleh IAPI ini bersifat wajib bagi
seluruh anggota IAPI.Termasuk didalam PSA adalah Interpretasi
Pernyataan Standar Auditng (IPSA), yang merupakan interpretasi
resmi yang dikeluarkan oleh IAPI terhadap ketentuan-ketentuan
yang diterbitkan oleh IAPI dalam PSA.Dengan demikian, IPSA
memberikan jawaban atas pernyataan atau keraguan dalam
penafsiran ketentuan-ketentuan yang dimuat dalam PSA sehingga
merupakan perlausan lebih lanjut berbagai ketentuan dalam PSA.
Tafsiran resmi ini bersifat mengikat bagi seluruh anggota IAPI,
sehingga pelaksanaannya bersifat wajib.

b. Standar umum
1) Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
2) Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan,
independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh
auditor.
3) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor
wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat
dan seksama.

c. Standar pekerjaan lapangan


1) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika
digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.

7
2) Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh
unutk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan
lingkup pengujian yang akan dilakukan.
3) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui
inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi
sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan
keungan yang diaudit.
d. Standar pelaporan
1) Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan
telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia.
2) Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada,
ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam
penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan
dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode
sebelumnya.
3) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus
dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan
auditor.
4) Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat
mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi
bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat
secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus
dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan
keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang
jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada,
dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor

2. Standar Atestasi
Atestasi (attestation) adalah suatu pernyataan pendapat atau
pertimbangan yang diberikan oleh seorang yang independen dan

8
kompeten yang menyatakan apakah asersi (assertion) suatu entitas telah
sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Asersi adalah suatu
pernyataan yang dibuat oleh satu pihak yang dimaksudkan untuk
digunakan oleh pihak lain, contoh asersi dalam laporan keuangan
historis adalah adanya pernyataan manajemen bahwa laporan keuangan
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Standar atestasi membagi tiga tipe perikatan atestasi (1) pemeriksaan
(examination), (2) review, dan (3) prosedur yang disepakati (agreed-
upon procedures).
a. Standar umum
1) Perikatan harus dilaksanakan oleh seorang praktisi atau lebih
yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis cukup dalam fungsi
atestasi
2) Perikatan harus dilaksanakan oleh seorang praktisi atau lebih
yang memiliki pengetahuan cukup dalam bidang yang
bersangkutan dengan asersi
3) Praktisi harus melaksanakan perikatan hanya jika ia memiliki
alasan untuk meyakinkan dirinya bahwa kedua kondisi berikut
ini ada: Asersi dapat dinilai dengan kritera rasional, baik yang
telah ditetapkan oleh badan yang diakui atau yang dinyatakan
dalam penyajian asersi tersebut dengan cara cukup jelas dan
komprehensif bagi pembaca yang diketahui mampu
memahaminya. Asersi tersebut dapat diestimasi atau diukur
secara konsisten dan rasional dengan menggunakan kriteria
tersebut.
4) Dalam semua hal yang bersangkutan dengan perikatan, sikap
mental independen harus dipertahankan oleh praktisi
5) Kemahiran profesional harus selalu digunakan oleh praktisi
dalam melaksanakan perikatan, mulai dari tahap perencanaan
sampai dengan pelaksanaan perikatan tersebut
b. Standar pekerjaan lapangan

9
1) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika
digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya
2) Bukti yang cukup harus diperoleh untuk memberikan dasar
rasional bagi simpulan yang dinyatakan dalam laporan
c. Standar Pelaporan
1) Laporan harus menyebutkan asersi yang dilaporkan dan
menyatakan sifat perikatan atestasi yang bersangkutan
2) Laporan harus menyatakan simpulan praktisi mengenai apakah
asersi disajikan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan atau
kriteria yang dinyatakan dipakai sebagai alat pengukur
3) Laporan harus menyatakan semua keberatan praktisi yang
signifikan tentang perikatan dan penyajian asersi
4) Laporan suatu perikatan untuk mengevaluasi suatu asersi yang
disusun berdasarkan kriteria yang disepakati atau berdasarkan
suatu perikatan untuk melaksanakan prosedur yang disepakati
harus berisi suatu pernyataan tentang keterbatasan pemakaian
laporan hanya oleh pihak-pihak yang menyepakati kriteria atau
prosedur tersebut
3. Standar Jasa Akuntansi dan Review
Standar jasa akuntansi dan review memberikan rerangka untuk
fungsi non-atestasi bagi jasa akuntan publik yang mencakup jasa
akuntansi dan review. Sifat pekerjaan non-atestasi tidak menyatakan
pendapat, hal ini sangat berbeda dengan tujuan audit atas laporan
keuangan yang dilaksanakan sesuai dengan standar auditing. Tujuan
audit adalah untuk memberikan dasar memadai untuk menyatakan suatu
pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan, sedangkan
dalam pekerjaan non-atestasi tidak dapat dijadikan dasar untuk
menyatakan pendapat akuntan.Jasa akuntansi yang diatur dalam standar
ini antara lain:

10
a. Kompilasi laporan keuangan – penyajian informasi-informasi yang
merupakan pernyataan manajemen (pemilik) dalam bentuk laporan
keuangan
b. Review atas laporan keuangan - pelaksanaan prosedur permintaan
keterangan dan analisis yang menghasilkan dasar memadai bagi
akuntan untuk memberikan keyakinan terbatas, bahwa tidak terdapat
modifikasi material yagn harus dilakukan atas laporan keuangan agar
laporan tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum
di Indonesia
c. Laporan keuangan komparatif – penyajian informasi dalam bentuk
laporan keuangan dua periode atau lebih yang disajikan dalam
bentuk berkolom.
4. Standar Jasa Konsultansi
Standar Jasa Konsultansi merupakan panduan bagi praktisi
(akuntan publik) yang menyediakan jasa konsultansi bagi kliennya
melalui kantor akuntan publik. Dalam jasa konsultansi, para praktisi
menyajikan temuan, kesimpulan dan rekomendasi. Sifat dan lingkup
pekerjaan jasa konsultansi ditentukan oleh perjanjian antara praktisi
dengan kliennya. Umumnya, pekerjaan jasa konsultansi dilaksanakan
untuk kepentingan klien.Jasa konsultansi dapat berupa:
a. Konsultasi (consultation) – memberikan konsultasi atau saran
profesional (profesional advise) berdasarkan pada kesepakatan
bersama dengan klien. Contoh jenis jasa ini adalah review dan
komentar terhadap rencana bisnis buatan klien
b. Jasa pemberian saran profesional (advisory services) -
mengembangkan temuan, kesimpulan, dan rekomendasi untuk
dipertimbangkan dan diputuskan oleh klien. Contoh jenis jasa ini
adalah pemberian bantuan dalam proses perencanaan strategik
c. Jasa implementasi - mewujudkan rencana kegiatan menjadi
kenyataan. Sumber daya dan personel klien digabung dengan sumber
daya dan personel praktisi untuk mencapai tujuan implementasi.

11
Contoh jenis jasa ini adalah penyediaan jasa instalasi sistem
komputer dan jasa pendukung yang berkaitan.
d. Jasa transaksi - menyediakan jasa yang berhubungan dengan
beberapa transaksi khusus klien yang umumnya dengan pihak
ketiga. Contoh jenis jasa adalah jasa pengurusan kepailitan.
e. Jasa penyediaan staf dan jasa pendukung lainnya - menyediakan staf
yang memadai (dalam hal kompetensi dan jumlah) dan kemungkinan
jasa pendukung lain untuk melaksanakan tugas yang ditentukan oleh
klien. Staf tersebut akan bekerja di bawah pengarahan klien
sepanjang keadaan mengharuskan demikian. Contoh jenis jasa ini
adalah menajemen fasilitas pemrosesan data
f. Jasa produk - menyediakan bagi klien suatu produk dan jasa
profesional sebagai pendukung atas instalasi, penggunaan, atau
pemeliharaan produk tertentu. Contoh jenis jasa ini adalah penjualan
dan penyerahan paket program pelatihan, penjualan dan
implementasi perangkat lunak komputer
5. Standar Pengendalian Mutu
Standar Pengendalian Mutu Kantor Akuntan Publik (KAP)
memberikan panduan bagi kantor akuntan publik di dalam
melaksanakan pengendalian kualitas jasa yang dihasilkan oleh
kantornya dengan mematuhi berbagai standar yang diterbitkan oleh
Dewan Standar Profesional Akuntan Publik Institut Akuntan Publik
Indonesia (DSPAP IAPI) dan Aturan Etika Kompartemen Akuntan
Publik yang diterbitkan oleh IAPI.
Unsur-unsur pengendalian mutu yang harus diterapkan oleh setiap
KAP pada semua jenis jasa audit, atestasi dan konsultansi meliputi:
a. Independensi – meyakinkan semua personel pada setiap tingkat
organisasi harus mempertahankan independensi
b. Penugasan personel – meyakinkan bahwa perikatan akan
dilaksanakan oleh staf profesional yang memiliki tingkat pelatihan
dan keahlian teknis untuk perikatan dimaksud

12
c. Konsultasi – meyakinkan bahwa personel akan memperoleh
informasi memadai sesuai yang dibutuhkan dari orang yang
memiliki tingkat pengetahuan, kompetensi, pertimbangan
(judgement), dan wewenang memadai
d. Supervisi – meyakinkan bahwa pelaksanaan perikatan memenuhi
standar mutu yang ditetapkan oleh KAP
e. Pemekerjaan (hiring) – meyakinkan bahwa semua orang yang
dipekerjakan memiliki karakteristik semestinya, sehingga
memungkinkan mereka melakukan penugasan secara kompeten.
f. Pengembangan profesional – meyakinkan bahwa setiap personel
memiliki pengetahuan memadai sehingga memungkinkan mereka
memenuhi tanggung jawabnya. Pendidikan profesional
berkelanjutan dan pelatihan merupakan wahana bagi KAP untuk
memberikan pengetahuan memadai bagi personelnya untuk
memenuhi tanggung jawab mereka dan untuk kemajuan karier
mereka di KAP.
g. Promosi (advancement) – meyakinkan bahwa semua personel yang
terseleksi untuk promosi memiliki kualifikasi seperti yang
disyaratkan untuk tingkat tanggung jawab yang lebih tinggi.
h. Penerimaan dan keberlanjutan klien – menentukan apakah
perikatan dari klien akan diterima atau dilanjutkan untuk
meminimumkan kemungkinan terjadinya hubungan dengan klien
yang manajemennya tidak memiliki integritas berdasarkan pada
prinsip pertimbangan kehati-hatian (prudence).
i. Inspeksi – meyakinkan bahwa prosedur yang berhubungan dengan
unsur-unsur lain pengendalian mutu telah diterapkan dengan efektif

C. Kode Etik atau Komitmen Profesi Akuntan Publik


Kode Etik Profesi Akuntan Publik adalah pedoman bagi para anggota
Institut Akuntan Publik Indonesia untuk bertugas secara bertanggung jawab
dan objektif .

13
Menurut Mulyadi (2001: 53), Kode Etik Profesi Akuntan Publik yang
baru saja diterbitkan oleh IAPI menyebutkan 5 prinsip-prinsip dasar etika
profesi, yaitu:

1. Prinsip Pertama Tanggung Jawab Profesi


Dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang tenaga ahli yang
professional setiap akuntan harus mampu mempertanggung jawabkan
tugas, kewajiban maupun laporan yang ia buat. Semua tindakan dalam
tugasnya harus dilaksanakan dengan pertimbangan moral dan
profesionalisme yang tinggi. Sebagai seorang yang professional dalam
bidangnya seorang akuntan harus memiliki rasa tanggung jawab
terhadap pemakai jasanya tersebut. Dan setiap anggota juga harus
memliki tanggung jawab dalam menjalin hubungan yang baik antar
sesama anggota professional dan menjaga kepercayaan dari masyarakat

14
sendiri.Dimana masyarakat yang dimaksud adalah pemegang saham,
karyawan, kreditur, pemerintahan maupun orang-orang yang
berkepentingan.

2. Prinsip Kedua Kepentingan Publik


Setiap anggota memiliki kewajiban untuk bertindak dalam
pelayanan kepada public atau masyarakat banyak dan orang-orang yang
memakai jasanya bukan hanya kepentingan pribadi. Untuk kepentingan
masyarakat seorang anggota yang professional harus memberikan
kontribusi dalam mensejahterakan masyarakat dalam tugas-tugasnya.
Untuk kepentingan dari pengguna jasanya seorang anggota professional
harus bertanggung jawab dengan integritas, obyektivitas, keseksamaan
profesional, dan kepentingan untuk melayani publik. Anggota
diharapkan untuk memberikan jasa berkualitas, mengenakan imbalan
jasa yang pantas, serta menawarkan berbagai jasa, semuanya dilakukan
dengan tingkat profesionalisme yang konsisten dengan Prinsip Etika
Profesi ini.

3. Prinsip Integritas
Prinsip integritas mewajibkan setiap praktisi untuk tegas, jujur, dan
adil dalam hubungan profesional dan hubungan bisnisnya. Praktisi tidak
boleh terkait dengan laporan, komunikais atau informasi lainnya yang
diyakininya terdapat :

a) Kesalahan material atau pernyataan yang menyesatkan


b) Pernyataan atau informasi yang diberikan secara tidak hati-hati
c) Penghilangan atau penyembunyian yang dapat menyesatkan atas
informasi yang seharusnya diungkapkan.

4. Prinsip Objektivitas
Prinsip objektivitas mengharuskan praktisi untuk tidak membiarkan
subjektivitas, benturan kepentingan atau pengaruh yang tidak layak dari

15
pihak-pihak lain memengaruhi pertimbangan profesional atau
pertimbangan bisnisnya. Praktisi mungkin dihadapkan pada situasi yang
dapat mengurangi objektivitasnya. Karena beragam situasi tersebut,
tidak mungkin untuk mendefinisikan setiap situasi tersebut.setiap
praktisi harus menghindari setiap hubungan yang bersifat subjektif atau
yang dapat mengakibatkan pengaruh yang tidak layak terhadap
pertimbangan profesionalnya.

5. Prinsip Kompetensi serta Sikap Kecermatan dan Kehati-hatian


Profesional
Prinsip kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian
profesional mewajibkan setiap praktisi untuk :

a) Memelihara pengetahuan dan keahlian profesional yang dibutuhkan


untuk menjamin pemberian jasa profesional yang kompeten kepada
klien atau pemberi kerja
b) Menggunakan kemahiran profesionalnya dengan saksama sesuai
dengan standar profesi dan kode etik profesi yang berlaku dalam
memberikan jasa profesionalnya.
Pemberian jasa profesional yang kompeten membutuhkan
pertimbangan yang cermat dalam menerapkan pengetahuan dan
keahlian profesional. Kompetensi profesional dapat dibagi menjadi dua
tahap yang terpisah sebagai berikut :

a) Pencapaian kompetensi profesional


b) Pemeliharaan kompetensi professional
Pemeliharaan kompetensi profesional membutuhkan kesadaran
pemahaman yang berkelanjutan terhdap perkembangan teknis profesi
dan perkembangan bisnis yang relevan.Pengembangan dan pendidikan
profesional yang berkelanjutan sangat diperlukan untuk meningkatkan
dan memelihara kemampuan Praktisi agar dapat melaksanakan
pekerjaannya secara kompeten dalam lingkungan profesional.

16
Sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional mengharuskan
setiap praktisi untuk bersikap dan bertindak secara hati-hati,
menyeluruh dan tepat waktu sesuai dengan persyaratan penugasan.

Setiap praktisi harus memastikan tersedianya pelatihan dan


penyeliaan yang tepat bagi mereka yang bekerja di bawah
wewenangnya dalam kapasitas profesional.

Praktisi harus menjelaskan keterbatasan jasa profesional yang


diberikan kepada klien, pemberi kerja, atau pengguna jasa profesional
lainnya untuk menghindari terjadinya kesalahtafsiran atas pernyataan
pendapat yang terkait dengan jasa profesional yang diberikan.

6. Prinsip Kerahasiaanan
Prinsip kerahasiaan mewajibkan setiap praktisi untuk tidak
melakukan tindakan-tindakan sebagai berikut :

a. Mengungkapkan informasi yang bersifat rahasia yang diperoleh


dari hubungan profesional dan hubungan bisnis kepada pihak di
luar KAP atau jaringan KAP tempatnya bekerja tanpat adanya
wewenang khusus, kecuali jika terdapat kewajiban untuk
mengungkapkannya sesuai dengan ketentuan hokum.
b. Menggunakan informasi yang bersifat rahasian yang diperoleh dari
hubungan profesional dan hubungan bisnis untuk keuntungan
pribadi atau pihak ketiga.
Setiap praktisi harus tetap menjaga prinsip kerahasiaan, termasuk
dalam lingkungan sosialnya. Setiap praktisi harus waspada terhadap
kemungkinan pengungkapan yang tidak disengaja, terutama dalam
situasi yang melibatkan hubungan jangka panjang dengan rekan bisnis
maupun anggota keluarga langsung atau anggota keluarga dekatnya.

Setiap praktisi harus menjaga kerahasiaan informasi yang


diungkapkan oleh calon klien atau pemberi kerja harus

17
mempertimbangkan pentingnya kerahasiaan informasi terjaga dalam
KAP atau jaringan KAP tempatnya bekerja.

Setiap praktisi harus menerapkan semua prosedur yang dianggap


perlu untuk memastikan terlaksananya prinsip kerahasiaan oleh mereka
yang bekerja di bawah wewenangnya, serta pihak lain yang memberkan
saran dan bantuan profesionalnya.

Kebutuhan untuk mematuhi prinsip kerahasiaan terus berlanjut,


bahkan setelah berakhirnya hubungan antara praktisi dengan klien atau
pemberi kerja.Ketika berpindah kerja atau memperoleh klien baru,
praktisi berhak untuk menggunakan pengalaman yang diperolehnya
sebelumnya. Namun demikian, praktisi tetap tidak boleh menggunakan
atau mengungkapkan setiap informasi yang bersifat rahasia yang
diperoleh sebelumnya dari hubungan profesional atau hubungan bisnis.
Situasi-situasi yang mungkin mengharuskan praktisi untuk
mengungkapkan informasi yang bersifat rahasia atau ketika
pengungkapan tersebut dianggap tepat :
a. Pengungkapan yang diperbolehkan oleh hukum dan disetujui oleh
klien atau pemberi kerja
b. Pengungkapan yang diharuskan oleh hukum, sebagai contoh :
1. Pengungkapan dokumen atau bukti lainnya dalam sidang
pengadilan; atau
2. Pengungkapan kepada otoritas publik yang tepat mengenai
suatu pelanggaran hukum; dan
c. Pengungkapan yang terkait dengan kewajiban profesional untuk
mengungkapan, selama tidak dilarang oleh ketentuan hukum :
1. Dalam mematuhi pelaksanaan penelaahan mutu yang
dilakukan oleh organisasi profesi atau regulator
2. Dalam menjawab pertanyaan atau investigasi yang dilakukan
oleh organisasi profesi atau regulator

18
3. Dalam melindungi kepentingan profesional praktisi dalam
sidang pengadilan
4. Dalam mematuhi standar profesi dan kode etik profesi yang
berlaku.
Dalam memutuskan untuk mengungkapkan informasi yang bersifat
rahasia, setiap praktisi harus mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut:
a. Dirugikan tidaknya kepentingan semua pihak, termasuk pihak
ketiga, jika klien atau pemberi kerja mengizinkan pengungkapan
informasi oleh praktisi
b. Diketahui tidaknya dan didukung tidaknya semua informasi yang
relevan. Ketika fakta atau kesimpulan tidak didukung bukti, atau
ketika informasi tidak lengkap, pertimbangan profesional harus
digunakan untuk menentukan jenis pengungkapan yang harus
dilakukan
c. Jenis komunikasi yang diharapkan dan pihak yang dituju. Setiap
praktisi harus memastikan tepat tidaknya pihak yang dituju dalam
komunikasi tersebut.

7. Prinsip Perilaku Profesional

Prinsip perilaku profesional mewajibkan setiap praktisi untuk


mematuhi setiap ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku, serta
menghindari setiap tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. Hal
ini mencakup setiap tindakan yang dapat mengakibatkan terciptanya
kesimpulan yang negatif oleh pihak ketiga yang rasional dan memiliki
pengetahuan mengenai semua informasi yang relevan, yang dapat
menurunkan reputasi profesi.
Dalam memasarkan dan mempromosikan diri dan pekerjaannya,
setiap praktisi tidak boleh merendahkan martabat profesi. Setiap
praktisi harus bersikap jujur dan tidak boleh bersikap atau melakukan
tindakan :

19
a. Membuat pernyataan yang berlebihan mengenai jasa profesional
yang dapat diberikan, kualifikasi yang dimiliki atau pengalaman
yang telah diperoleh
b. Membuat pernyataan yang merendahkan atau melakukan
perbandingan yang tidak didukung bukti terhadap hasil perkerjaan
praktisi lain.

8. Prinsip Kedelapan Standar Teknis

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai


dengan standar teknis dan standar proesional yang relevan.Sesuai
dengan keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota mempunyai
kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama
penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas.
Bila anggota tidak menjalankan tugasnya dengan system dan struktur
yang ada artinya mereka tidak melakukannnya dengan standar yang
ada. Standar itu adalah standar yang dikeluarkan oleh lkatan Akuntan
Indonesia, International Federation of Accountants, badan pengatur,
dan peraturan perundang-undangan yang relevan.

2.2. TANGGUNG JAWAB HUKUM AKUNTAN PUBLIK


A. Tuntutan Hukum yang dihadapi Akuntan Publik
Hampir semua akuntan publik menyadari bahwa mereka harus
memberikan jasa profesinya sesuai dengan standar professional akuntan
publik, mentaati kode etik akuntan publik dan memiliki standar
pengendalian mutu. Jika tidak akuntan piblik bisa salah dalam
memberikan opini, karena memberikan opini Wajar Tanpa Pengecualian
padahal laporan keuangan mengandung salah saji material ( ini disebut
audit failure).
Saat ini sudah dikeluarkan Undang-Undang Akuntan Publik
Nomor 5 Tahun 2011 yang salah satu pasalnya menyebutkan akuntan
publik bisa dikenakan sanksi pidana jika terbukti lalai dalam menjalankan

20
tugasnya dan terbukti terlibat tindak pidana.Bapepam LK dan PPAJP
Departemen Keuangan pun membuat berbagai aturan, antara lain
menyangkut indepensi akuntan publik, pembatasan jangka waktu
pemberian jasa audit (3 tahun untuk Akuntan Publik dan 6 tahun untk
KAP yang memiliki lebih dari satu partner ).
Akuntan publik bisa dituntut secara hukum oleh klien jika tidak
bisa memenuhi kontrak yang dibuat dengan klien atau tidak hati-hati
(lalai) dalam memberikan jasa profesionalnya. Tuntutan hukum juga bisa
terjadi karena business failure, audit failure, dan audit risk.
 Business Failure terjadi manakala perusahaan tidak mampu
membayar kewajibannya atau tidak bisa memenuhi harapan investor
karena kondisi ekonomi atau bisnis yang memberatkan.
 Audit Failure terjadi manakala akuntan publik memberikan opini yang
salah karena gagal mematuhi apa yang diatur dalam standar auditing.
 Audit Risk adalah risiko bahwa akuntan publik menyimpulkan bahwa
laporan keuangan disajikan secara wajar dan memberikan opini Wajar
Tanpa Pengecualian padahal dalam kenyataannya laporan keuangan
mengandung salah saji material.

B. Jenis Pelanggaran
 Ordinary Negligence (Kesalahan ringan, manusiawi, tidak sengaja) ini
merupakan pelanggaran ringan.
 Gross Negligence (kesalahan agak berat, harusnya tidak terjadi jika
auditor menerapkan due proffesional care).
 Constructive fraud (pelanggaran berat, akuntan publik terlihat secara
langsung atau tidak langsung membantu dalam fraud yang dilakukan
manajemen).
 Fraud (Pelanggaran sangat berat, akuntan publik secara sadar terlibat
bersama manajemen dalam melakukan fraud)
Kasus pelanggaran yang di lakukan akuntan publik di Indonesia

21
Nama
No akuntan Jenis pelanggaran Sanksi
publik
Pelanggaran terhadap SPAP Sanksi pembekuan
dalam mengaudit laporan izin praktik selama
1 EL keuangan Pt.SR tahun 2005 dan 12 bulan terhitung
PT.HBP tahun 2004 sejak tanggal 6 maret
2008
Pelanggaran terhadap SPAP Sanksi pembekuan
da;am mengaudit laoran izin praktik selama 9
2 OPA
keuangan PT.ESI TAHUN 2007 bulan terhitung sejak
tanggal 29 april 2008
Pelanggaran terhadap kode etik sanksi pembekuan
akuntan publik usaha selama 24
3 TH
bulan terhitung sejak
tanggal 11 juni 2008
Pelanggaran terhadap SPAP sanksi pembekuan
dalam mengaudit laporan izin praktik selama 6
4 DH
keuangan PT. PS (Perseo) tahun bulan terhitung sejak
2005 tanggal 20 juni 2008
Pelanggaran terhadap SA-SPAP sanksi pembekuan
dalam pelaksanaan audit atas izin terhitung mmulai
5 SS laporan keuangan PT.ST(Persero 21 juli 2008 dan
) tahun buku 2004-2008 berlaku selama 3
bulan
Pelanggaran terhadap SA-SPAP sanksi pembekuan
dalam pelaksanaan audit atas izin terhitung mulai
6 AHN laporan keuangan 21 juli 2008 dan
PT.ST(PERSERO) tahun buku berlaku selama 3
2002 dan 2003 bulan

22
Pelanggaran terhadap SA-SPAP sanksi pembekuan
dalam pelaksanaan audit atas izin terhitung mulai
7 LP laporan keuangan 21 juli 2008 dan
PT.ST(PERSERO) periode tahun berlaku selama 3
buku yang berakhir 30 juni 2007 bulan
Pelanggaran terhadap satandar sanksi pembekuan
auditing SPAP dalam mengaudit izin selama 9 bulan
8 RH laporan keuangan PT.STM untuk terhitung mulai
tahun yang berakhir 31 Desember tanggal 15 dsember
2006 2008
Pelanggaran terhadap standar sanksi pembekuan
auditing SPAP dalam mengaudit izin selama 3 bulan
9 MZ atas laporan keuangan Pt PBM terhitung mulai
tahun buku 2007 tanggal 22 desember
2008
Pelanggarn terhadap SA-SPAP sanksi pembekuan
dalam peplaksanaan audit atas izin selama 3 bulan
10 U aporan keuangan yayasan terhitung mulai
kesejahteraan karyawan PT.P tanggal 10 desember
Tahun 2007 2008
Pelanggaran terhadap SA-SPAP sanksi pembekuan
dalam pelaksanaan audit atas izin selama 12 bulan
laporan keuangan yayasan terhitung mulai
11 TW
kaesejaheraan pegawai PUPB tanggal 10 desember
untuk periode 31 oktober 2006-31 2008
juli 2007
Pelanggaran terhadap standar sanksi pembekuan
auditing standaar profesionel izin selama 7 bulan
12 IMO
akuntan publik dalam terhitung mulai
pelaksanaan audit atas laoran tanggal 10 Desember

23
keuangan PT.ME tahun buku 2008
2006

Pelnggaran terhadap tandar sanksi pembekuan


auditing SPAP dalam izin praktik selama 6
13 ZAF pelaksanaan audit atas laporan bulan terhitung sejak
keuangan PT.LILS tahun buku tanggal 23 januari
2007 2008

C. Tuntutan Hukum
Di Indonesia , tuntutan hukum bisa berasal dari :
 Klien
 (Calon) investor
 Bapepam –LK
 PPAJP-DepartemenKeuangan
 Bank Indonesia
 Pengguna Laporn Keuangan
Sanksi yang diberikan PPAJP-Departemen Keuangan bisa dalam
bentuk peringatan tertulis, penghentian sementara pemberian jasa akuntan
publik atau, usulan kepada Menteri Keuangan untuk pencabutan izin
praktik akuntan publik tergantung berat atau ringannya pelanggaran.
Sanksi yang diberikan Bapepam-LK dalam bentuk peringatan tertilis,
larangan pemberian jasa dipasar modal.Pihak lainnya (klien, investor BI,
pengguna laporan keuangan) bisa mengajukan tuntutan hukum ke
pengadilan jika meras dirugikan.
Beberapa hal yang bisa dilakukan akuntan publik untuk menghindari
tuntutan hukum antara lain :
 Jangan sembarangan menerima klien, pilih klien yang memiliki
integritas

24
 Pilih audit staf yang qualified dan memiliki integritas
 Pertahankan independensi (in fact, in appearance, and in mind)
 Patuhi standar auditing, kode etik akuntan publik
 Miliki sistem pengendalian mutu
 Pahami betul bisnis klien
 Lakukan audit yang berkulitas
 Dukung laporan audit dengan kertas kerja yang lengkap
 Untuk setiap penugasan harus ada kontrak kerja (engagaement letter)
 Dapatkan surat pernyataan langganan sebelum mengeluarkan audit
report
 Jaga data confidential klien
 Jika memungkinkan asuransikan jasa professional yang diberikan
 Jika memungkinkan miliki penasihat hukum
 Terapkan sikap skeptic yang professional
Selain itu Ikatan Profesi (IAI, IAPI) juga bisa membantu anggotannya
dengan cara :
 Menyediakan pelatihan bagi anggotanya melalui PPL dengan biaya
yang reasonable
 Menerapkan peer review
 Mengupdate standar auditing dan aturan etika
 Melakukan research dibidang auditing
 Melakukan lobby ke regulator untuk mencegah undang-undang dan
peraturan yang merugikan anggota
 Memberikan edukasi kepada pengguna laporan keuangan
 Berikan sanksi yang tegas untuk anggota yang melakukan pelanggaran
D. Contoh-contoh fraud di Indonesia dan Amerika Serikat
Hasil penelitian di luar negeri dan di indonesia tentang
karakteristik personal, pengalamn audit, independensi akuntan publik,
penerapan etika akuntan publik dan kualitas audit.

25
No. Penelitian Judul Penelitian Hasil Penelitian
(Tahun)
1 Pany dan The Effect of Gifts, Pemberian hadiah berpengaruh
Reckers Discount,Personalty signifikan terhadap
(1980) Characteristic,and independensi auditor, karakter
Client Size on personal auditor berhubungan
Perceived Auditor positif dengan independensi
Independence auditor, sedangkan ukuran
klien tidak terpengaruh secara
signifikan
2 DeAngelo Auditor KAP yang besar akan berusaha
(1981) Independence, *Low untuk menyajikan kualitas
Balling*, and audit yang lebih besar
Disclouser dibandingkan dengan KAP
Regulation yang kecil
3 Meixner and Judgement Menunjukkan bukti empiris
Walker Consensus and bahwa consensus yang terjadi
(1988) Auditor Experience: diantara staf auditor semakin
An Examination meningkat karena
ofOrganizational bertambahnya intensitas waktu
Relation untuk berhubungan dengan
manajer audit yang sama
4 Merchant Analogical Auditor yang semakin
(1989) Reasoning and berpengalaman akan memiliki
Hypothesis kemampuan yang lebih baik
Generation in dalam mengidentifikasi
Auditing kesalahan-kesalahan dalam
melakukan telaah analitik dan
semakin tinggi tingkat
independensinya

26
5 Libby and Experience and The Semakin banyak pengalaman
Frederick Ability to Explain yang dimilii oleh seorang
(1990) Audit Findings auditor maka semakin banyak
pula baik sikap skeptisme
profesionalnya dalam
menghasilkan berbagai macam
dugaan dan menjelaskan
temuan audit
6 Tubs (1992) The Effect Of Auditor independen yang
Experience on The berpengalamanlebih sensitive
Auditor’s dalam mendeteksi kekeliruan-
Organizational and kekeliruan yang tidak lazimatas
Amount of temuan-temuan dalam audit
Knowledge
7 Davis (1996) Experience and Auditor yang independen
Auditor’s Selection berengalaman menunjukkan
of Relevant tingkat perhatian selektif yang
Information for lebih tinggi terhadap informasi
Reliminary Control yang relevan dan lebih mudah
Of Risk Assesment dalam menerapkan prinsip-
prinsip etika
8 Lawrence The Ethical Menunjukkan bukti empiris
and Shaub Construction bahwa : 1. Orientasi dan alas
ofAuditor’s : An an etis auditor berpengaruh
examination of the terhadap keputusan
effects of gender and professional dan keputusan
career level etis. 2.Auditor senior lebih
mudah dalam mengadopsi
pandangan etis tentang
relativisme dan situasi etis

27
dibanding auditor junior
9 Maryani dan Survei atas Faktor- Ada Sembilan faktor yang
Ubti Ludigdo Faktor yang mempengaruhi sikap dan
(2001) mempengruhi sikap perilaku akuntan publik, yaitu:
dan Perilaku Etis religiusitas, pendidikan,
Akuntan organisasional,emotional
quotient,lingkungan
keluarga,pengalaman
hidup,imbalan yang
diterima,hukum,posisi atau
kedudukan
10 Widagdo, Analisis Pengaruh Ada 6 atribut yang berpengaruh
Lesmana, Atribut-atribut terhadap kualitas audit yaitu:
dan Irwandi Kualitas Terhadap pengalaman melakukan audit,
(2002) Kepuasan Klien memahami industri klien,
(Studi Empiris pada responsif terhadap pengguna
Perusahaan yang laporan audit, taat pada standar
Terdaftar di Bursa auditing, komitmen terhadap
Efek Jakarta) kualitas audit, dan keterlibatan
komite audit.
11 Sekar Analisis Pengaruh Faktor-faktor yang
Mayangsari Independensi mempengaruhi integritas
(2003) Kualitas Audit, serta laporan keuangan: 1.
Mekanisme Spesialisasi auditor 2.
Corporate Independensi 3. Mekanisme
Governance corporate governance
terhadap Integritas
Laporan Keuangan
12 Ida Surida Pengaruh Etika, Memperoleh bukti: 1.
(2005) Kompetensi, Etika,kompetensi,pengalaman

28
Pengalaman, Risiko audit dan risiko berpengaruh
Audit dan Skeptisme terhadap skeptisisme
Professional Auditor professional baik secara parsial
Terhadap Ketepatan maupun secara simultan. 2.
Pembeian Opini Pengaruh skeptisisme
Akuntan Publik professional auditor terhadap
(Survei terhadap ketepatan pemberian opini
para akuntan publik akuntan publik masih kurang
di Indonesia) dari lima puluh persen dan 3.
Etika,kompetensi,pengalaman
audit,risiko audit dan
skeptisisme professional
auditor berpengaruh positif
terhadap ketepatan pemberian
opini akuntan public baik
secara parsial maupun simultan

Ikhtisar Hasil Penelitian Empirik Terdahulu Efek Kualitas Tata


Kelola Korporasi dan Implementasi Prinsip Etika Bisnis terhadap Potensi
Kecurangan Pelaporan Keuangan.
No Nama Judul Penelitian Hasil Penelitian
1 Karpoff dan The Reputational Rerata kembalian abnormal
Lott (1993) penalty firms dalam dua atau tiga hari jendela
bear from sekitar ditemukannya
committing kecurangan, secara signifikan
criminal fraud adalah lebih negative dalam
kasus kecurangan pelaporan
keuangan ketimbang dalam
kasus kecurangan lainnya
2 Mc Mullen Audit committee Perusahaan dengan pelaporan

29
(1996) performance an keuangan yang handal (yakni,
investigation of tidak ada kesalahan, dan tindak
the consequences melanggar hukum) memiliki
association with komite audit
audit committees
3 Agrawal et al Management Hubungan penemuan
(1999) turnover and kecurangan dengan perpindahan
governance direktur dan manajer senior,
changes mereka tidak menemukan
following the hubungan dimaksud. Mereka
revelation of memeriksa 103 perusahaan yang
fraud melakukan berbagai macam
kecurangan, tetapi hanya
menemukan empt diantaranya
yang melakukan kecurangan
pelaporan keuangan
4 Abbot et.Al. The Effects of Efektivitas komite audit untuk
(2000) audit committee keperluan deteksi kecurangan
activity and merupakan fungsi dari kehadiran
independence on anggota luar dari komite audit,
corporate fraud dan frekuensi rapart komite
audit. Namun, mereka tidak
menemukan hubungan
signifikan antara karakteristik
dewan komisaris dan
kecurangan
5 Beasly dan Board Pertama,kemungkinan
Petroni (2001) independence perusahaan asuransi
and audit firm memperkerjakan auditor
type ternama (big 6) yang

30
berspesialisasi dalam industri
asuransi meningkat secara
pararel dengan presentase
anggota dewan direksi dari luar.
Kedua peneliti tidak menemukan
hubungan signifikan antara
komposisi dewan direksi dan
pilihan pengguna auditor yang
tidak ternama
6 Sharma (2004) Board of Meningkatkan presentase
Director direktur independen dan
characteristics pemilikan institusional
institutional menyebabkan kemungkinan
ownership and kecurangan menurun. Terdapat
fraud : evidence hubungan positif antara dualitas
from Australia dan kemungkinan kecurangan
7 Farber (2005) Restoring trust Pertama,perusahaan yang
after fraud: does melakukan kecurangan memiliki
corporate tata kelola yang jelek relatife
governance terhadap sampel control
matter? dalamtahun sebelum kecurangan
terdeteksi. Kedua,dalam
perusahaan yang melakukan
kecurangan, analis dan
pemilikan institusional tidak
bertambah karena kredibilitas
masih merupakan masalah
dalam perusahaan tersebut
8 Utama dan Audit committee Komposisi komite audit
Leonardo composition, mempunyai dampak positif

31
(2006) control of terhadap efektivitas komite audit
majority disamping juga dipengaruhi oleh
shareholders and control tata kelola perusahan
their impact on melalui pemegang saham
audit committee mayoritas
effectiveness:
Indonesia
Evidence

Tanggung Jawab Hukum akuntan Publik


No Nama Judul Penelitian Hasil Penelitian
Pertama, terhadap
etika prifesi akuntan,
tidak terdapat
perbedaan signifikan
antara persepsi
Persepsi akuntan pria dan akuntan akuntan pria dan
Murtanto
wanita serta mahasiswa / wanita ;dan hal
dan
1 mahasiswi akuntansi sebaliknya terjadi di
Martini
terhadap etika bisnis dan etika kalangan mahasiwa
(2013)
profesi akuntan dan mahasiswi. Kedua
terhadap etika bisnis
,tedapat perbedaan
persepsi di kalangan
akuntan publik pria
dan akuntan wanita.
The effectiveness of alternatives penilaian integritas
Asareet.al
2 risk assessment and program manajemen
(2004)
planning tools in a fraud setting merupakan pusat

32
perhatian dalam
penerimaan klien

Mayoritas kasus
kecurangan
berhubungan dengan
KPMG faktor yang terdapat
3 Fraud survey results 1999
(1999) dalam lingkungan
pengendalian , seperti
rendahnya integritas
manajemen .

Pengungkapan Akuntansi Dengan Manajemen Laba


Penelitian
No Judul Penelitian Hasil penelitian
(tahun)
1 Antunes On the Relationship between Perusahaan di
et Voluntary Disclosure,Earnings Swiss
al.(2006) Smoothing and the value- menggunakan
Relevance of the earning :The discretionary
Cace Of Switzerland accrual untuk
meratakan laba,
namun berkurang
pada perusahaan -
perusahaan yang
secara sukarela
mengungkapkan
informasi dalam
laporan keuangan
mereka sesuai

33
dengan aturan
IAS/IFRS atau
US GAAP

2 Louis et An integrated analysis of the Tidak menemukan


al. (2008) association between accrual bukti mispricing
disclousure and the abnormal akrual untuk
accrual anomaly perusahaan -
perusahaan yang
mengungkapan
informasi pada
pengumuman laba
akrual dan pasar
gagal untuk
membedakan
antara
discretionary dan
komponen non
discretionary laba
kejutan untuk
perusahaan -
perusahaan yang
tidak
mengungkapkan
informasi pada
pengumuman laba
akrual.

34
3 Kasznik On the Association between perubahan harga
(1999) Voluntary disclosure and earnings saham yang lebih
management positif pada saat
dan sesudah di
terbitkannya
perkiraan analisis
yang lebih besar
berhubungan
dengan
meningkatnya
accrual income
discreationary

3.1. LAPORAN AKUNTAN


Pada akhir pemeriksaannya, dalam pemeriksaan umum (general audit),
KAP akan memberikan suatu laporan akuntan yang terdiri dari:
1) Lembaran opini, yang merupakan tanggung jawab akuntan publik, dimana
akuntan publik memberikan pendapatnya terhadap kewajaran laporan
keuangan yang disusun oleh manajemen dan merupakan tanggung jawab
manajemen.
2) Laporan keuangan, yang terdiri dari :
 Neraca
 Laporan Laba-Rugi
 Laporan Perubahan Ekuitas
 Laporan Arus Kas
 Catatan atas Laporan Keuangan, yang antara lain berisi:
bagian umum (menjelaskan latar belakang perusahaan), kebijakan
akuntansi dan penjelasan atas pos-pos neraca dan laba rugi.

35
 Informasi tambahan berupa lampiran mengenai perincian pos-pos
yang penting seperti perincian piutang, aktiva tetap, hutang, beban
umum dan administrasi serta beban penjualan.
Tanggal laporan akuntan harus sama dengan laporan selesainya
pekerjaan lapangan dan tanggal surat pernyataan langganan, karena
menunjukan sampai tanggal berapa akuntan bertanggung jawab untuk
menjelaskan hal-hal penting yang terjadi. Jika sesudah tanggal selesainya
pekerjaan lapangan (audit field work), terjadi peristiwa penting yang
jumlahnya material dan mempunyai pengaruh terhadap laporan keuangan
yang diperiksa, dan saat itu laporan audit belum dikeluarkan, auditor harus
menjelaskan kejadian penting tersebut dalam catatan atas laporan keuangan
dan lembaran opini. Untuk tanggal laporan akuntan mempunyai dua tanggal
(dual dating), ke-1 tanggal selesainya pemeriksaan lapangan, ke-2 tanggal
terjadinya peristiwa penting tersebut.

A. Jenis-jenis Pendapat Akuntan


1) Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion)
Diberikan karena : Auditor telah melaksanakan pemeriksaan
sesuai dengan standar auditing (SPAP), mengumpulkan bahan bukti yang
cukup, tidak menemukan adanya kesalahan material atas penyimpangan
dari PABU.

Laporan keuangan telah menyajikan secara wajar, dalam semua hal


yang material untuk posisi keuangan (Laporan Neraca), hasil usaha
(Laporan Laba-Rugi), perubahan ekuitas dan arus kas.

2) Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelasan yang


ditambahkan dalam laporan audit bentuk baku (Unqualified Opinion
with Explanatory Language
Diberikan karena : Terdapat keadaan tertentu yang
mengharuskan auditor menambahkan paragraf penjelasan, namun tidak
mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian.

36
Penjelasan yang dimaksud :

 Pendapat wajar didasarkan atas laporan auditor lain

 Mencegah laporan keuangan yang menyesatkan karena keadaan


luar biasa

 Keyakinan auditor dengan kesangsian kelangsungan hidup entitas,


namun auditor juga mempertimbangkan rencana manajemen

 Perubahan penerapan PABU dan metode penerapan yang material


diantara dua periode akuntansi

 Berhubungan dengan laporan keuangan komparatif

 Data keuangan kuartalan tertentu tidak disajikan atau tidak di


review

 Informasi tambahan yang penyajiannya menyimpang jauh dari


pedoman dihilangkan, dan auditor tidak melengkapi dengan
prosedur audit yang terkait atau auditor tidak dapat menghilangkan
keraguan atas informasi tambahan tersebut

 Informasi lain secara material tidak konsisten dengan laporan


keuangan

3) Pendapat Wajar Dengan Pengecualian (Qualified Opinion)


Diberikan karena : Penyajian laporan keuangan telah wajar
(dalam semua hal yang material laporan keuangan telah sesuai dengan
PABU) kecuali untuk hal yang dikecualikan.

Pengecualian yang dimaksud :

 Tidak ada bukti kompeten yang cukup


 Adanya pembatasan lingkup audit
 Auditor tidak dapat memberikan ‘Unqualified’ dan ‘Disclaimer’

37
 Auditor yakin, laporan keuangan menyimpang dari PABU secara
material, namun tidak dapat memberikan ‘Adverse’
 Auditor harus menjelaskan semua alasan yang menguatkan dalam
satu atau lebih paragraf terpisah yang dicantumkan sebelum
paragraf pendapat
 Auditor harus mencantumkan bahasa pengecualian yang sesuai dan
menunjuk ke paragraf penjelasan didalam paragraf pendapat
 Harus berisi kata ‘kecuali untuk’ atau ‘pengecualian untuk’

4) Pendapat Tidak Wajar (Adverse Opinion)

Diberikan karena : menurut pertimbangan auditor laporan


keuangan secara keseluruhan tidak disajikan secara wajar sesuai dengan
PABU

Harus dijelaskan dalam paragraf yang terpisah sebelum paragraf


pendapat, alasan yang mendukung pendapat tidak wajar dan dampaknya
terhadap laporan keuangan.

5) Pendapat Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer Opinion)

Diberikan karena :

 Auditor tidak dapat merumuskan pendapat tentang kewajaran


laporan keuangan sesuai dengan PABU
 Auditor tidak melaksanakan audit yang lingkupnya memadai
untuk memberikan pendapat (adanya pembatasan lingkup audit)
 Auditor harus menunjukkan dalam paragraf terpisah semua
alasan substantif yang mendukung pembatasan tsb
 Auditor tidak harus menunjukkan prosedur yang dilaksanakan
dan menjelaskan karakteristik auditnya dalam paragraf lingkup
audit bentuk baku

38
B. Jenis-jenis Laporan Akuntan
1) Laporan Auditor Bentuk Baku
Laporan auditor bentuk baku harus menyebutkan laporan keuangan
yang diaudit dalam paragraf pengantar, menggambarkan sifat audit
dalam paragraf lingkup audit, dan menyatakan pendapat auditor
dalam paragraf pendapat. Untuk laporan auditor bentuk baku bisa
digunakan untuk satu kesatuan utuh laporan keuangan atau
komparatif.

Unsur pokok laporan auditor bentuk baku adalah:

a) Suatu judul yang memuat kata independen


b) Suatu pernyataan bahwa laporan keuangan yang disebutkan
dalam laporan auditor telah diaudit oleh auditor.
c) Suatu pernyataan bahwa laporan keuangan adalah tanggung jawab
manajemen perusahaan dan tanggung jawab auditor terletak pada
pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan atas
auditnya.
d) Suatu pernyataan bahwa audit dilaksanakan berdasarkan standar
auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia.
e) Suatu pernyataan bahwa standar auditing mengharuskan auditor
merencanakan dan melaksanakan auditnya agar memperoleh
keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji
material.
f) Suatu pernyataan bahwa audit meliputi:
 Pemeriksaan (examination), atas dasar pengujian, bukti-
bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan
dalam laporan keuangan.
 Penentuan prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi-
estimasi signifikan yang dibuat manajemen.
 Penilaian penyajian laporan keuangan secara keseluruhan.

39
g) Suatu pernyataan bahwa auditor yakin bahwa audit yang
dilaksanakan memberikan dasar memadai untuk memberikan
pendapat.
h) Suatu pendapat mengenai apakah laporan keuangan menyajikan
secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan
perusahaan keuangan pada tanggal neraca dan hasil usaha dan
arus kas untuk periode yang berakhir pada tanggal sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
i) Tanda tangan, nama rekan, nomor izin akuntan publik, nomor izin
usaha kantor akuntan publik.
j) Tanggal laporan auditor.
Berikut ini adalah Contoh Laporan Auditor Bentuk Baku:

40
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
A. Standar proffesional Akuntan Publik
Dari uraian yang telah dipaparkan diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa standar professional dan kode etik sangat penting bagi akuntan
publik. Hal tersebut dapat dilihat dari manfaat Standar Professional Akuntan
Publik (SPAP) dalam melakukan pemeriksaan akuntansi yang sudah diatur
dalam sepuluh standar auditing.
Akuntan publik sebagai profesi yang mengembangkan kepercanyaan
masyarakat publik harus bekerja dalam peraturan perudangan , kode etik
dan standar professional.
Demikianlah bahwa salah satu hal yang membedakan profesi akuntan
publik dengan profesi lainnya adalah tanggung jawab publik untuk
melindungi kepentingan publik. Oleh karena itu, tanggung jawab profesi
akuntan publik tidak hanya terbatas pada kepentingan klien dan pemberi
kerja. Ketika bertindak untuk kepentingan publik, setiap akuntan publik
harus mematuhi dan menerapkan kode etik. Kode etik yang dijalankan
dengan benar menjadikan sebuah profesi menjadi terarah dan jauh dari
skandal.
B. Tanggung Jawab Hukum Akuntan Publik
Akuntan Publik adalah akuntan yang telah memperoleh izin untuk
memberikan jasa sesuai ketentuan yang berlaku, sedangkan Kantor Akuntan
Publik adalah badan usaha yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia dan
telah mendapatkan izin usaha dari pihak berwenang. Akuntan publik juga
memiliki tanggung jawab hukum yang diemban sesuai kode etik yang telah
ditetapkan
Mengingat profesi akuntan publik sangat penting perannya dalam
dunia bisnis di Indonesia, maka Akuntan Publik harus selalu menjaga

41
integritas (integrity) dan profesionalisme melalui pelaksanaan standar dan
kode etik profesi secara konsekuen dan konsisten. Dalam setiap penugasan
yang diberikan, Akuntan Publik harus selalu bersikap independen dan
menggunakan kemahiran jabatannya secara profesional (due professional
care). Akuntan Publik dan KAP agar menghindarkan diri dari tindakan
tercela, seperti kolusi (collusion) dengan klien atau menutupi terjadinya
tindak kecurangan (fraud) yang sangat merugikan berbagai pihak.
C. Laporan Akuntan
Dalam pembuatan sebuah laporan akuntan seorang akuntan public
harus mampu memberikan opini yang jujur dan objektif, serta membuat
sebuah laporan yang baku yang telah ditetapkan .

3.2 SARAN

Standar Professional Akuntan Publik (SPAP) yang digunakan oleh


Akuntan Publik dalam melakukan pemeriksaan atas Entitas swasta ( di luar
keuangan Negara), Standar ini merupakan Standar Profesional yang
digunakan untuk memperoleh mutu tertinggi dalam pemeriksaan sesuai
Standar Profesional yang telah ditetapkan.Maka dari itu dalam pembelajaran
tentang SPAP semoga para mahasiswa akuntansi khususnya,mengerti dalam
laporan hasil pemeriksaan harus menyatakan bahwa pemeriksaan dilakukan
sesuai dengan Standar Pemeriksaan agar tidak terjadi indikasi kecurangan
dan penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan

42
DAFTAR PUSTAKA

Sukrisno Agoes, Auditing Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan Publik,


2011, Edisi 4 Buku 1, Penerbit Salemba Empat diakses tanggal 10 maret
2018 pukul 19.00
Mulyadi, Auditing, Maret 2002, Edisi Enam, Penerbit Salemba Empat,
Jakarta diakses tanggal 10 maret 2018 pukul 19.20

http://muzttofa.blogspot.co.id/2013/06/standar-profesional-akuntan-publik-
spap.html diakses tanggal 10 maret 2018 pukul 19.45

http://hmjakuntansiunswagati.blogspot.co.id/2011/11/pengertian-spap.html
diakses tanggal 10 maret 2018 pukul 19.55

http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/464/jbptunikompp-gdl-supriyati-23195-
3-3_standa-l.pdf diakses tanggal 10 maret 2018 pukul 20.27

43

Anda mungkin juga menyukai