Anda di halaman 1dari 28

PERKEMBANGAN

STANDAR ETIKA PROFESI AKUNTAN PUBLIK

Disusun oleh :

Puji Astuti (1431-0618)

Vivin Dwi I. (1431-0286)

Sandi Setiawan (1431-0404)

Siskha Nur Indah. S. (1431-0359)

Dita Pitaloka A. (1431-0326)

Riska Noviani (1431-0484)

Silaturrohmi (1431-0729)

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI MAHARDHIKA SURABAYA

FAKULTAS EKONOMI

PROGAM STUDI AKUNTANSI


2014/2015

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul Standar Profesional Akuntansi Publik ini dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan tidak lupa kami berterima kasih
kepada bapak Martha Tona,SE.,MSA selaku dosen mata kuliah Pemeriksaan
Akuntansi 1 yang telah memberikan tugas ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Standar Profesional Akuntansi
Publik.Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya.Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Surabaya, Maret 2016

Penyusun

ii
Daftar isi

Halaman Judul.................................................................................................. i

Kata Pengantar ................................................................................................. ii

Daftar Isi........................................................................................................... iii

Bab 1 Pendahuuan ......................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................... 2

Bab 2 Pembahasan ......................................................................................... 3

2.1 Perkembangan Standar Profesional Akuntan Publik .................... 3


2.2 Tipe Standar Profesional ............................................................... 3
2.3 Kode Etik/Komitmen Profesi Akuntan Publik .............................. 13

Bab 3 Penutup ................................................................................................ 21

3.1 Kesimpulan.................................................................................... 21
3.2 Saran .............................................................................................. 21

Daftar Pustaka ................................................................................................ 22

Resume ............................................................................................................ 23

iii
Bab 1 Pendahuuan

1.1 Latar Belakang


Pengembangan berkelanjutan standar profesional akuntan publik adalah
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP).Pengembangan ini sudah mulai
dilakukan sejak tahun 1973. Pada tahap awal perkembangannya, standar ini
disusun oleh suatu komite dalam organisasi Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
yang diberi nama Komite Norma Pemeriksaan Akuntan. Komite ini
kemudian menghasilkan Norma Pemeriksaan Akuntan. Seperti tercermin
dari nama yang diberikan, standar yang dikembangkan pada saat itu lebih
berfokus ke jasa audit atas laporan keuangan historis.
Respon profesi akuntan publik terhadap perkembangan dunia bisnis dan
bidang profesi akuntan publik diwujudkan dalam dua keputusan penting
yang dibuat oleh IAI pada pertengahan tahun 1994 : (1) perubahan nama
dari Komite Norma Pemeriksaan Akuntan ke Dewan Standar Profesional
Akuntan Publik dan (2) perubahan nama standar yang dihasilkan dari
Norma Pemeriksaan Akuntan ke Standar Profesional Akuntan Publik.
Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia dijabarkan ke dalam Etika
Kompartemen Akuntan Publik untuk mengatur perilaku akuntan yang
menjadi anggota IAI yang berpraktik dalam profesi akuntan publik.Nilai-
nilai moral atau yang sering lebih kita kenal dengan etika merupakan topik
yang sering menyita banyak perhatian di kalangan masyarakat sekarang ini,
karena nilai etika di kalangan masyarakat telah memudar seiring
perkembangan zaman yang semakin modern.Perhatian ini merupakan
indikasi penting berperilaku dan beretika di kalangan masyarakat.Perilaku
beretika merupakan hal penting praktik akuntan publik dan harus di
tanggapi secara serius oleh para mahasiswa akuntansi sebagai calon
akuntan. Untuk itulah etika profesi akuntan dipelajari secara khusus dan bab
tersendiri di dalam mata kuliah auditing.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan diatas, maka dapat
dirumuskan masalah yang akan diteliti sebagai berikut:
1.2.1 Mendiskripsikan pengertian SPAP (Standar Profesional Akuntan
Publik) ?
1.2.2 Apa saja tipe SPAP (Standar Profesional Akuntan Publik) ?
1.2.3 Bagaimana manfaat SPAP terhadap standar auditing ?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini sebagai berikut:

1.3.1 Mengetahui definisi dari SPAP (Standar Profesional Akuntansi


Publik)
1.3.2 Mengetahui tipe-tipe SPAP (Standar Profesional Akuntansi Publik)
1.3.3 Memahami manfaat SPAP terhadap standar auditing, dan ketika
melakukan pemeriksaan akuntansi

2
Bab 2 Pembahasan

2.1 PERKEMBANGAN STANDAR PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK


Dalam Kongres ke VII Ikatan Akuntan Indonesia tahun 1994, disahkan
Standar Profesional Akuntan Publik yang secara garis besar berisi:
1. Uraian mengenai standar profesional akuntan publik.
2. Berbagai pernyataan standar auditing yang telah diklasifikasikan.
3. Berbagai pernyataan standar atestasi yang telah diklasifikasikan.
4. Pernyataan jasa akuntansi dan review.
5. Pertengahan tahun 1999 Ikatan Akuntan Indonesia merubah nama
Komite Norma
Standar Profesional Akuntan Publik (disingkat SPAP) adalah kodifikasi
berbagai pernyataan standar teknis yang merupakan panduan dalam
memberikan jasa bagi Akuntan Publik di Indonesia. SPAP dikeluarkan oleh
Dewan Standar Profesional Akuntan PublikInstitut Akuntan Publik
Indonesia (DSPAP IAPI).
Pemeriksaan Akuntan menjadi Dewan Standar Profesional Akuntan
Publik. Selama tahun 1999 Dewan melakukan perubahan atas Standar
Profesional Akuntan Publik per 1 Agustus 1994 dan menerbitkannya dalam
buku yang diberi judul “Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Januari
2001”. Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Januari 2001 terdiri dari
lima standar, yaitu:
1. Pernyataan Standar Auditing (PSA) yang dilengkapi dengan Interpretasi
Pernyataan Standar Auditing (IPSA).
2. Pernyataan Standar Atestasi (PSAT) yang dilengkapi dengan Interpretasi
Pernyataan Standar Atestasi (IPSAT).

3
3. Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review (PSAR) yang dilengkapi
dengan Interpretasi Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review
(IPSAR).
4. Pernyataan Standar Jasa Konsultasi (PSJK) yang dilengkapi dengan
Interpretasi Pernyataan Standar Jasa Konsultasi (IPSJK).
5. Pernyataan Standar Pengendalian Mutu (PSPM) yang dilengkapi dengan
Interpretasi Pernyataan Standar Pengendalian Mutu (IPSM).
Selain kelima standar tersebut masih dilengkapi dengan Aturan Etika
Kompartemen Akuntan Publik yang merupakan aturan normal yang
wajib dipenuhi oleh akuntan publik.
Selain kelima standar tersebut masih dilengkapi denganKode Etik
Profesi Akuntan Publik yang merupakan aturan norma yang wajib dipenuhi
oleh akuntan publik. Di tahun 2011 Institut Akuntan Publik Indonesia telah
merevisi SPAP tersebut.Pada gambar 2.1.diperlihatkan kodifikasi dari
Standar Profesional Akuntan Publik per 31 Maret 2011, sedangkan pada
Gambar 2.2. diperlihatkan Hierarki Standar Auditing.

4
5
2.2 TIPE STANDAR PROFESIONAL
1. Standar Auditing
Standar Auditing adalah sepuluh standar yang ditetapkan dan
disahkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), yang terdiri
dari standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan
beserta interpretasinya. Standar auditing merupakan pedoman audit atas
laporan keuangan historis.Standar auditing terdiri atas sepuluh standar
dan dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Auditing (PSA).Dengan
demikian PSA merupakan penjabaran lebih lanjut masing-masing
standar yang tercantum di dalam standar auditing.Di Amerika Serikat,
standar auditing semacam ini disebut Generally Accepted Auditing
Standards (GAAS) yang dikeluarkan oleh the American Institute of
Certified Public Accountants (AICPA)

a. Pernyataan Standar Auditing (PSA)


PSA merupakan penjabaran lebih lanjut dari masing-masing
standar yang tercantum didalam standar auditing.PSA berisi
ketentuan-ketentuan dan pedoman utama yang harus diikuti oleh
Akuntan Publik dalam melaksanakan penugasan audit.Kepatuhan
terhadap PSA yang diterbitkan oleh IAPI ini bersifat wajib bagi
seluruh anggota IAPI.Termasuk didalam PSA adalah Interpretasi
Pernyataan Standar Auditng (IPSA), yang merupakan interpretasi
resmi yang dikeluarkan oleh IAPI terhadap ketentuan-ketentuan
yang diterbitkan oleh IAPI dalam PSA.Dengan demikian, IPSA
memberikan jawaban atas pernyataan atau keraguan dalam
penafsiran ketentuan-ketentuan yang dimuat dalam PSA sehingga
merupakan perlausan lebih lanjut berbagai ketentuan dalam
PSA.Tafsiran resmi ini bersifat mengikat bagi seluruh anggota
IAPI, sehingga pelaksanaannya bersifat wajib.

6
b. Standar umum
1) Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
2) Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan,
independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh
auditor.
3) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor
wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat
dan seksama.

c. Standar pekerjaan lapangan


1) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika
digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.
2) Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh
unutk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan
lingkup pengujian yang akan dilakukan.
3) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui
inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi
sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan
keungan yang diaudit.
d. Standar pelaporan
1) Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan
telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia.
2) Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada,
ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam
penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan
dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode
sebelumnya.

7
3) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus
dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan
auditor.
4) Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat
mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi
bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat
secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus
dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan
keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang
jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada,
dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor

2. Standar Atestasi
Atestasi (attestation) adalah suatu pernyataan pendapat atau
pertimbangan yang diberikan oleh seorang yang independen dan
kompeten yang menyatakan apakah asersi (assertion) suatu entitas telah
sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Asersi adalah suatu
pernyataan yang dibuat oleh satu pihak yang dimaksudkan untuk
digunakan oleh pihak lain, contoh asersi dalam laporan keuangan
historis adalah adanya pernyataan manajemen bahwa laporan keuangan
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Standar atestasi membagi tiga tipe perikatan atestasi (1) pemeriksaan
(examination), (2) review, dan (3) prosedur yang disepakati (agreed-
upon procedures).
a. Standar umum
1) Perikatan harus dilaksanakan oleh seorang praktisi atau lebih
yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis cukup dalam fungsi
atestasi
2) Perikatan harus dilaksanakan oleh seorang praktisi atau lebih
yang memiliki pengetahuan cukup dalam bidang yang
bersangkutan dengan asersi

8
3) Praktisi harus melaksanakan perikatan hanya jika ia memiliki
alasan untuk meyakinkan dirinya bahwa kedua kondisi berikut
iniada:
Asersi dapat dinilai dengan kritera rasional, baik yang telah
ditetapkan oleh badan yang diakui atau yang dinyatakan dalam
penyajian asersi tersebut dengan cara cukup jelas dan
komprehensif bagi pembaca yang diketahui mampu
memahaminya. Asersi tersebut dapat diestimasi atau diukur
secara konsisten dan rasional dengan menggunakan kriteria
tersebut.
4) Dalam semua hal yang bersangkutan dengan perikatan, sikap
mental independen harus dipertahankan oleh praktisi
5) Kemahiran profesional harus selalu digunakan oleh praktisi
dalam melaksanakan perikatan, mulai dari tahap perencanaan
sampai dengan pelaksanaan perikatan tersebut
b. Standar pekerjaan lapangan
1) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika
digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya
2) Bukti yang cukup harus diperoleh untuk memberikan dasar
rasional bagi simpulan yang dinyatakan dalam laporan
c. Standar pelaporan
1) Laporan harus menyebutkan asersi yang dilaporkan dan
menyatakan sifat perikatan atestasi yang bersangkutan
2) Laporan harus menyatakan simpulan praktisi mengenai apakah
asersi disajikan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan atau
kriteria yang dinyatakan dipakai sebagai alat pengukur
3) Laporan harus menyatakan semua keberatan praktisi yang
signifikan tentang perikatan dan penyajian asersi
4) Laporan suatu perikatan untuk mengevaluasi suatu asersi yang
disusun berdasarkan kriteria yang disepakati atau berdasarkan
suatu perikatan untuk melaksanakan prosedur yang disepakati

9
harus berisi suatu pernyataan tentang keterbatasan pemakaian
laporan hanya oleh pihak-pihak yang menyepakati kriteria atau
prosedur tersebut
3. Standar Jasa Akuntansi dan Review
Standar jasa akuntansi dan review memberikan rerangka untuk
fungsi non-atestasi bagi jasa akuntan publik yang mencakup jasa
akuntansi dan review.Sifat pekerjaan non-atestasi tidak menyatakan
pendapat, hal ini sangat berbeda dengan tujuan audit atas laporan
keuangan yang dilaksanakan sesuai dengan standar auditing. Tujuan
audit adalah untuk memberikan dasar memadai untuk menyatakan suatu
pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan, sedangkan
dalam pekerjaan non-atestasi tidak dapat dijadikan dasar untuk
menyatakan pendapat akuntan.Jasa akuntansi yang diatur dalam standar
ini antara lain:
a. Kompilasi laporan keuangan – penyajian informasi-informasi
yang merupakan pernyataan manajemen (pemilik) dalam bentuk
laporan keuangan
b. Review atas laporan keuangan - pelaksanaan prosedur permintaan
keterangan dan analisis yang menghasilkan dasar memadai bagi
akuntan untuk memberikan keyakinan terbatas, bahwa tidak
terdapat modifikasi material yagn harus dilakukan atas laporan
keuangan agar laporan tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia
c. Laporan keuangan komparatif – penyajian informasi dalam
bentuk laporan keuangan dua periode atau lebih yang disajikan
dalam bentuk berkolom.
4. Standar Jasa Konsultansi
Standar Jasa Konsultansi merupakan panduan bagi praktisi
(akuntan publik) yang menyediakan jasa konsultansi bagi kliennya
melalui kantor akuntan publik. Dalam jasa konsultansi, para praktisi
menyajikan temuan, kesimpulan dan rekomendasi.Sifat dan lingkup

10
pekerjaan jasa konsultansi ditentukan oleh perjanjian antara praktisi
dengan kliennya.Umumnya, pekerjaan jasa konsultansi dilaksanakan
untuk kepentingan klien.Jasa konsultansi dapat berupa:
a. Konsultasi (consultation) – memberikan konsultasi atau saran
profesional (profesional advise) berdasarkan pada kesepakatan
bersama dengan klien. Contoh jenis jasa ini adalah review dan
komentar terhadap rencana bisnis buatan klien
b. Jasa pemberian saran profesional (advisory services) -
mengembangkan temuan, kesimpulan, dan rekomendasi untuk
dipertimbangkan dan diputuskan oleh klien. Contoh jenis jasa ini
adalah pemberian bantuan dalam proses perencanaan strategic
c. Jasa implementasi - mewujudkan rencana kegiatan menjadi
kenyataan. Sumber daya dan personel klien digabung dengan
sumber daya dan personel praktisi untuk mencapai tujuan
implementasi. Contoh jenis jasa ini adalah penyediaan jasa instalasi
sistem komputer dan jasa pendukung yang berkaitan.
d. Jasa transaksi - menyediakan jasa yang berhubungan dengan
beberapa transaksi khusus klien yang umumnya dengan pihak
ketiga. Contoh jenis jasa adalah jasa pengurusan kepailitan.
e. Jasa penyediaan staf dan jasa pendukung lainnya -
menyediakan staf yang memadai (dalam hal kompetensi dan
jumlah) dan kemungkinan jasa pendukung lain untuk
melaksanakan tugas yang ditentukan oleh klien. Staf tersebut akan
bekerja di bawah pengarahan klien sepanjang keadaan
mengharuskan demikian. Contoh jenis jasa ini adalah menajemen
fasilitas pemrosesan data
f. Jasa produk - menyediakan bagi klien suatu produk dan jasa
profesional sebagai pendukung atas instalasi, penggunaan, atau
pemeliharaan produk tertentu. Contoh jenis jasa ini adalah
penjualan dan penyerahan paket program pelatihan, penjualan dan
implementasi perangkat lunak komputer

11
5. Standar Pengendalian Mutu
Standar Pengendalian Mutu Kantor Akuntan Publik (KAP)
memberikan panduan bagi kantor akuntan publik di dalam
melaksanakan pengendalian kualitas jasa yang dihasilkan oleh
kantornya dengan mematuhi berbagai standar yang diterbitkan oleh
Dewan Standar Profesional Akuntan PublikInstitut Akuntan Publik
Indonesia (DSPAP IAPI) dan Aturan Etika Kompartemen Akuntan
Publik yang diterbitkan oleh IAPI.
Unsur-unsur pengendalian mutu yang harus diterapkan oleh setiap
KAP pada semua jenis jasa audit, atestasi dan konsultansi meliputi:
a. Independensi – meyakinkan semua personel pada setiap tingkat
organisasi harus mempertahankan independensi
b. Penugasan personel – meyakinkan bahwa perikatan akan
dilaksanakan oleh staf profesional yang memiliki tingkat pelatihan
dan keahlian teknis untuk perikatan dimaksud
c. Konsultasi – meyakinkan bahwa personel akan memperoleh
informasi memadai sesuai yang dibutuhkan dari orang yang
memiliki tingkat pengetahuan, kompetensi, pertimbangan
(judgement), dan wewenang memadai
d. Supervisi – meyakinkan bahwa pelaksanaan perikatan memenuhi
standar mutu yang ditetapkan oleh KAP
e. Pemekerjaan (hiring) – meyakinkan bahwa semua orang yang
dipekerjakan memiliki karakteristik semestinya, sehingga
memungkinkan mereka melakukan penugasan secara kompeten.
f. Pengembangan profesional – meyakinkan bahwa setiap personel
memiliki pengetahuan memadai sehingga memungkinkan mereka
memenuhi tanggung jawabnya. Pendidikan profesional
berkelanjutan dan pelatihan merupakan wahana bagi KAP untuk
memberikan pengetahuan memadai bagi personelnya untuk
memenuhi tanggung jawab mereka dan untuk kemajuan karier
mereka di KAP.

12
g. Promosi (advancement) – meyakinkan bahwa semua personel
yang terseleksi untuk promosi memiliki kualifikasi seperti yang
disyaratkan untuk tingkat tanggung jawab yang lebih tinggi.
h. Penerimaan dan keberlanjutan klien – menentukan apakah
perikatan dari klien akan diterima atau dilanjutkan untuk
meminimumkan kemungkinan terjadinya hubungan dengan klien
yang manajemennya tidak memiliki integritas berdasarkan pada
prinsip pertimbangan kehati-hatian (prudence).
i. Inspeksi – meyakinkan bahwa prosedur yang berhubungan dengan
unsur-unsur lain pengendalian mutu telah diterapkan dengan efektif

2.3 KODE ETIK/KOMITMEN PROFESI AKUNTAN PUBLIK


Sehubungan dengan perkembangan yang terjadi dalam tatanan global
dan tuntutan transparansi dan akuntabilitas yang lebih besar atas penyajian
Laporan Keuangan, IAPI merasa adanya suatu kebutuhan untuk melakukan
percepatan atas proses pengembangan dan pemutakhiran standar profesi
yang ada melalui penyerapan Standar Profesi International. Kode Etik
Profesi Akuntan Publik adalah pedoman bagi para anggota Institut Akuntan
Publik Indonesia untuk bertugas secara bertanggung jawab dan objektif .
Menurut Mulyadi (2001: 53), Kode Etik Profesi Akuntan Publik yang
baru saja diterbitkan oleh IAPI menyebutkan 5 prinsip-prinsip dasar etika
profesi, yaitu:

13
1. Prinsip Pertama Tanggung Jawab Profesi
Dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang tenaga ahli yang
professional setiap akuntan harus mampu mempertanggung jawabkan
tugas, kewajiban maupun laporan yang ia buat. Semua tindakan dalam
tugasnya harus dilaksanakan dengan pertimbangan moral dan
profesionalisme yang tinggi.Sebagai seorang yang professional dalam
bidangnya seorang akuntan harus memiliki rasa tanggung jawab
terhadap pemakai jasanya tersebut.Dan setiap anggota juga harus
memliki tanggung jawab dalam menjalin hubungan yang baik antar
sesama anggota professional dan menjaga kepercayaan dari masyarakat
sendiri.Dimana masyarakat yang dimaksud adalah pemegang saham,

14
karyawan, kreditur, pemerintahan maupun orang-orang yang
berkepentingan.

2. Prinsip Kedua Kepentingan Publik


Setiap anggota memiliki kewajiban untuk bertindak dalam
pelayanan kepada public atau masyarakat banyak dan orang-orang yang
memakai jasanya bukan hanya kepentingan pribadi.Untuk kepentingan
masyarakat seorang anggota yang professional harus memberikan
kontribusi dalam mensejahterakan masyarakat dalam tugas-
tugasnya.Untuk kepentingan dari pengguna jasanya seorang anggota
professional harus bertanggung jawab dengan integritas, obyektivitas,
keseksamaan profesional, dan kepentingan untuk melayani
publik.Anggota diharapkan untuk memberikan jasa berkualitas,
mengenakan imbalan jasa yang pantas, serta menawarkan berbagai jasa,
semuanya dilakukan dengan tingkat profesionalisme yang konsisten
dengan Prinsip Etika Profesi ini.

3. Prinsip Integritas
Prinsip integritas mewajibkan setiap praktisi untuk tegas, jujur, dan
adil dalam hubungan profesional dan hubungan bisnisnya.Praktisi tidak
boleh terkait dengan laporan, komunikais atau informasi lainnya yang
diyakininya terdapat :

a) Kesalahan material atau pernyataan yang menyesatkan


b) Pernyataan atau informasi yang diberikan secara tidak hati-hati
c) Penghilangan atau penyembunyian yang dapat menyesatkan atas
informasi yang seharusnya diungkapkan.

15
4. Prinsip Objektivitas
Prinsip objektivitas mengharuskan praktisi untuk tidak membiarkan
subjektivitas, benturan kepentingan atau pengaruh yang tidak layak dari
pihak-pihak lain memengaruhi pertimbangan profesional atau
pertimbangan bisnisnya.Praktisi mungkin dihadapkan pada situasi yang
dapat mengurangi objektivitasnya.Karena beragam situasi tersebut,
tidak mungkin untuk mendefinisikan setiap situasi tersebut.setiap
praktisi harus menghindari setiap hubungan yang bersifat subjektif atau
yang dapat mengakibatkan pengaruh yang tidak layak terhadap
pertimbangan profesionalnya.

5. Prinsip Kompetensi serta Sikap Kecermatan dan Kehati-hatian


Profesional
Prinsip kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian
profesional mewajibkan setiap praktisi untuk :

a) Memelihara pengetahuan dan keahlian profesional yang dibutuhkan


untuk menjamin pemberian jasa profesional yang kompeten kepada
klien atau pemberi kerja
b) Menggunakan kemahiran profesionalnya dengan saksama sesuai
dengan standar profesi dan kode etik profesi yang berlaku dalam
memberikan jasa profesionalnya.
Pemberian jasa profesional yang kompeten membutuhkan
pertimbangan yang cermat dalam menerapkan pengetahuan dan
keahlian profesional. Kompetensi profesional dapat dibagi menjadi dua
tahap yang terpisah sebagai berikut :

a) Pencapaian kompetensi profesional


b) Pemeliharaan kompetensi professional
Pemeliharaan kompetensi profesional membutuhkan kesadaran
pemahaman yang berkelanjutan terhdap perkembangan teknis profesi
dan perkembangan bisnis yang relevan.Pengembangan dan pendidikan

16
profesional yang berkelanjutan sangat diperlukan untuk meningkatkan
dan memelihara kemampuan Praktisi agar dapat melaksanakan
pekerjaannya secara kompeten dalam lingkungan profesional.

Sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional mengharuskan


setiap praktisi untuk bersikap dan bertindak secara hati-hati,
menyeluruh dan tepat waktu sesuai dengan persyaratan penugasan.

Setiap praktisi harus memastikan tersedianya pelatihan dan


penyeliaan yang tepat bagi mereka yang bekerja di bawah
wewenangnya dalam kapasitas profesional.

Praktisi harus menjelaskan keterbatasan jasa profesional yang


diberikan kepada klien, pemberi kerja, atau pengguna jasa profesional
lainnya untuk menghindari terjadinya kesalahtafsiran atas pernyataan
pendapat yang terkait dengan jasa profesional yang diberikan.

6. Prinsip Kerahasiaanan
Prinsip kerahasiaan mewajibkan setiap praktisi untuk tidak
melakukan tindakan-tindakan sebagai berikut :

a. Mengungkapkan informasi yang bersifat rahasia yang diperoleh


dari hubungan profesional dan hubungan bisnis kepada pihak di
luar KAP atau jaringan KAP tempatnya bekerja tanpat adanya
wewenang khusus, kecuali jika terdapat kewajiban untuk
mengungkapkannya sesuai dengan ketentuan hokum.
b. Menggunakan informasi yang bersifat rahasian yang diperoleh dari
hubungan profesional dan hubungan bisnis untuk keuntungan
pribadi atau pihak ketiga.
Setiap praktisi harus tetap menjaga prinsip kerahasiaan, termasuk
dalam lingkungan sosialnya.Setiap praktisi harus waspada terhadap
kemungkinan pengungkapan yang tidak disengaja, terutama dalam
situasi yang melibatkan hubungan jangka panjang dengan rekan bisnis
maupun anggota keluarga langsung atau anggota keluarga dekatnya.

17
Setiap praktisi harus menjaga kerahasiaan informasi yang
diungkapkan oleh calon klien atau pemberi kerja harus
mempertimbangkan pentingnya kerahasiaan informasi terjaga dalam
KAP atau jaringan KAP tempatnya bekerja.

Setiap praktisi harus menerapkan semua prosedur yang dianggap


perlu untuk memastikan terlaksananya prinsip kerahasiaan oleh mereka
yang bekerja di bawah wewenangnya, serta pihak lain yang memberkan
saran dan bantuan profesionalnya.

Kebutuhan untuk mematuhi prinsip kerahasiaan terus berlanjut,


bahkan setelah berakhirnya hubungan antara praktisi dengan klien atau
pemberi kerja.Ketika berpindah kerja atau memperoleh klien baru,
praktisi berhak untuk menggunakan pengalaman yang diperolehnya
sebelumnya. Namun demikian, praktisi tetap tidak boleh menggunakan
atau mengungkapkan setiap informasi yang bersifat rahasia yang
diperoleh sebelumnya dari hubungan profesional atau hubungan bisnis.
Situasi-situasi yang mungkin mengharuskan praktisi untuk
mengungkapkan informasi yang bersifat rahasia atau ketika
pengungkapan tersebut dianggap tepat :
a. Pengungkapan yang diperbolehkan oleh hukum dan disetujui oleh
klien atau pemberi kerja
b. Pengungkapan yang diharuskan oleh hukum, sebagai contoh :
1. Pengungkapan dokumen atau bukti lainnya dalam sidang
pengadilan; atau
2. Pengungkapan kepada otoritas publik yang tepat mengenai
suatu pelanggaran hukum; dan
c. Pengungkapan yang terkait dengan kewajiban profesional untuk
mengungkapan, selama tidak dilarang oleh ketentuan hukum :
1. Dalam mematuhi pelaksanaan penelaahan mutu yang
dilakukan oleh organisasi profesi atau regulator

18
2. Dalam menjawab pertanyaan atau investigasi yang dilakukan
oleh organisasi profesi atau regulator
3. Dalam melindungi kepentingan profesional praktisi dalam
sidang pengadilan
4. Dalam mematuhi standar profesi dan kode etik profesi yang
berlaku.
Dalam memutuskan untuk mengungkapkan informasi yang bersifat
rahasia, setiap praktisi harus mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut:
a. Dirugikan tidaknya kepentingan semua pihak, termasuk pihak
ketiga, jika klien atau pemberi kerja mengizinkan pengungkapan
informasi oleh praktisi
b. Diketahui tidaknya dan didukung tidaknya semua informasi yang
relevan. Ketika fakta atau kesimpulan tidak didukung bukti, atau
ketika informasi tidak lengkap, pertimbangan profesional harus
digunakan untuk menentukan jenis pengungkapan yang harus
dilakukan
c. Jenis komunikasi yang diharapkan dan pihak yang dituju. Setiap
praktisi harus memastikan tepat tidaknya pihak yang dituju dalam
komunikasi tersebut.

7. Prinsip Perilaku Profesional

Prinsip perilaku profesional mewajibkan setiap praktisi untuk


mematuhi setiap ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku, serta
menghindari setiap tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.Hal ini
mencakup setiap tindakan yang dapat mengakibatkan terciptanya
kesimpulan yang negatif oleh pihak ketiga yang rasional dan memiliki
pengetahuan mengenai semua informasi yang relevan, yang dapat
menurunkan reputasi profesi.
Dalam memasarkan dan mempromosikan diri dan pekerjaannya,
setiap praktisi tidak boleh merendahkan martabat profesi. Setiap

19
praktisi harus bersikap jujur dan tidak boleh bersikap atau melakukan
tindakan :
a. Membuat pernyataan yang berlebihan mengenai jasa profesional
yang dapat diberikan, kualifikasi yang dimiliki atau pengalaman
yang telah diperoleh
b. Membuat pernyataan yang merendahkan atau melakukan
perbandingan yang tidak didukung bukti terhadap hasil perkerjaan
praktisi lain.

8. Prinsip Kedelapan Standar Teknis

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai


dengan standar teknis dan standar proesional yang relevan.Sesuai
dengan keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota mempunyai
kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama
penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan
obyektivitas.Bila anggota tidak menjalankan tugasnya dengan system
dan struktur yang ada artinya mereka tidak melakukannnya dengan
standar yang ada.Standar itu adalah standar yang dikeluarkan oleh
lkatan Akuntan Indonesia, International Federation of Accountants,
badan pengatur, dan peraturan perundang-undangan yang relevan.

20
Bab 3 Penutup

3.1 Kesimpulan
Dari uraian yang telah dipaparkan diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa standar professional dan kode etik sangat penting bagi akuntan
publik. Hal tersebut dapat dilihat dari manfaat Standar Professional Akuntan
Publik (SPAP) dalam melakukan pemeriksaan akuntansi yang sudah diatur
dalam sepuluh standar auditing.
Akuntan publik sebagai profesi yang mengembangkan kepercanyaan
masyarakat publik harus bekerja dalam peraturan perudangan , kode etik
dan standar professional.
Demikianlah bahwa salah satu hal yang membedakan profesi akuntan
publik dengan profesi lainnya adalah tanggung jawab publik untuk
melindungi kepentingan publik.Oleh karena itu, tanggung jawab profesi
akuntan publik tidak hanya terbatas pada kepentingan klien dan pemberi
kerja. Ketika bertindak untuk kepentingan publik, setiap akuntan publik
harus mematuhi dan menerapkan kode etik .Kode etik yang dijalankan
dengan benar menjadikan sebuah profesi menjadi terarah dan jauh dari
skandal.

3.2 Saran

Standar Professional Akuntan Publik (SPAP) yang digunakan oleh


Akuntan Publik dalam melakukan pemeriksaan atas Entitas swasta ( di luar
keuangan Negara), Standar ini merupakan Standar Profesional yang
digunakan untuk memperoleh mutu tertinggi dalam pemeriksaan sesuai
Standar Profesional yang telah ditetapkan.Maka dari itu dalam pembelajaran
tentang SPAP semoga para mahasiswa akuntansi khususnya,mengerti dalam
laporan hasil pemeriksaan harus menyatakan bahwa pemeriksaan dilakukan
sesuai dengan Standar Pemeriksaan agar tidak terjadi indikasi kecurangan
dan penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan

21
Daftar Pustaka
Sukrisno Agoes, AuditingPetunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan Publik,
2011, Edisi4 Buku 1, Penerbit Salemba Empat
Mulyadi, Auditing, Maret 2002, Edisi Enam, Penerbit Salemba Empat,
Jakarta

http://muzttofa.blogspot.co.id/2013/06/standar-profesional-akuntan-publik-
spap.html

http://hmjakuntansiunswagati.blogspot.co.id/2011/11/pengertian-spap.html

http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/464/jbptunikompp-gdl-supriyati-23195-
3-3_standa-l.pdf

22
Resume
Standar Profesional Akuntan Publik (disingkat SPAP) adalah kodifikasi
berbagai pernyataan standar teknis yang merupakan panduan dalam
memberikan jasa bagi Akuntan Publik di Indonesia. SPAP dikeluarkan oleh
Dewan Standar Profesional Akuntan PublikInstitut Akuntan Publik
Indonesia (DSPAP IAPI).
Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Januari 2001 terdiri dari lima
standar, yaitu:
6. Pernyataan Standar Auditing (PSA) yang dilengkapi dengan Interpretasi
Pernyataan Standar Auditing (IPSA).
Standar Auditing adalah sepuluh standar yang ditetapkan dan
disahkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), yang terdiri dari
standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan beserta
interpretasinya.

7. Pernyataan Standar Atestasi (PSAT) yang dilengkapi dengan Interpretasi


Pernyataan Standar Atestasi (IPSAT).
Atestasi (attestation) adalah suatu pernyataan pendapat atau
pertimbangan yang diberikan oleh seorang yang independen dan
kompeten yang menyatakan apakah asersi (assertion) suatu entitas telah
sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.Standar atestasi membagi
tiga tipe perikatan atestasi (1) pemeriksaan (examination), (2) review,
dan (3) prosedur yang disepakati (agreed-upon procedures).

8. Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review (PSAR) yang dilengkapi


dengan Interpretasi Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review
(IPSAR).
Standar yang memberikan rerangka untuk fungsi non-atestasi bagi
jasa akuntan publik yang mencakup jasa akuntansi dan review, bersifat
non-atestasi tidak menyatakan pendapat. Jasa akuntansi yang diatur
dalam standar ini antara lain:

23
a. Kompilasi laporan keuangan
b. Laporan keuangan komparatif
c. Review atas laporan keuangan

9. Pernyataan Standar Jasa Konsultasi (PSJK) yang dilengkapi dengan


Interpretasi Pernyataan Standar Jasa Konsultasi (IPSJK).
merupakan panduan bagi praktisi (akuntan publik) yang
menyediakan jasa konsultansi bagi kliennya melalui kantor akuntan
publik. Dalam jasa konsultansi, para praktisi menyajikan temuan,
kesimpulan dan rekomendasi.Pekerjaan jasa konsultansi dilaksanakan
untuk kepentingan klien. Jasa konsultansi dapat berupa:
a. Konsultasi (consultation)
b. Jasa pemberian saran profesional (advisory services)
c. Jasa implementasi
d. Jasa transaksi
e. Jasa penyediaan staf dan jasa pendukung lainnya
f. Jasa produk

10. Pernyataan Standar Pengendalian Mutu (PSPM) yang dilengkapi dengan


Interpretasi Pernyataan Standar Pengendalian Mutu (IPSM).
Standar yang memberikan panduan bagi kantor akuntan publik di
dalam melaksanakan pengendalian kualitas jasa yang dihasilkan oleh
kantornya dengan mematuhi berbagai standar yang diterbitkan oleh
DSPAP IAPI dan IAPI. Unsur-unsur pengendalian mutu meliputi:
a. Independensi
b. Penugasan personel
c. Konsultasi
d. Supervisi
e. Pemekerjaan (hiring)
f. Pengembangan profesional
g. Promosi (advancement)

24
h. Penerimaan dan keberlanjutan klien
i. Inspeksi

Kode Etik Profesi Akuntan Publik adalah pedoman bagi para anggota
Institut Akuntan Publik Indonesia untuk bertugas secara bertanggung jawab
dan objektif .
Menurut Mulyadi (2001: 53), Kode Etik Profesi Akuntan Publik yang
baru saja diterbitkan oleh IAPI menyebutkan 8 prinsip-prinsip dasar etika
profesi, yaitu:
1. Prinsip Tanggung Jawab Profesi
2. Prinsip Kepentingan Publik
3. Prinsip Integritas
4. Objektivitas
5. Prinsip Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional Kehati-hatian
Profesional
6. Prinsip Kerahasiaan
7. Prinsip Perilaku Profesional
8. Prinsip Standar Teknis

25

Anda mungkin juga menyukai