Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

STANDAR PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK DAN KODE


ETIK PROFESI AKUNTAN PUBLIK

OLEH: KELOMPOK I

 IRMA FUJI ANINGRUM 105731110616


 FITRIANI ASIZ 105731108716
 NURUL FEBRIYANTI 105731109716
 HARTINA 105731110716
 EVITASARI 105731111516
 NUNUNG ANDRIANI 105731112216

AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita haturkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kita berbagai macam nikmat, sehingga aktivitas hidup yang kita
jalani ini akan selalu membawa keberkahan, baik dikehidupan didunia ini, lebih-
lebih lagi kehidupan akhirat kelak, sehingga semua harapan yang ingin kita capai
menjadi lebih mudah dan penuh manfaat.

Terimaksih sebelum dan sesudahnya kami ucapkan kepada ibu SAIDA


SAID, SE.,M.Ak selaku dosen pembimbing serta teman-teman sekalian yang
telah membantu, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dalam waktu yang telah
ditentukan.

Kami sangat menyadari, dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan serta masih banyak kekurangan-kekurangannya, baik dari segi tata
bahasa maupun dalam hal pengkonsolidasian kepada dosen serta teman-teman
yang kadang kala hanya menuruti iigoism pribadi, untuk itu besar harapan kami
jika ada kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan
makalah-makalah kami dilain waktu.

Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini adalah, mudah-
mudahan apa yang kami susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-
teman, serta orang lain yang ingin mengambil atau menyempurnakannya lagi.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 3
A. Perkembangan Standar Profesional Akuntan Publik .............................................. 3
B. Sepuluh Standar Auditing ....................................................................................... 4
C. Penjelasan Masing – Masing Standar Auditing ...................................................... 6
D. Kode Etik Profesi Akuntan Publik ........................................................................ 12
E. Standar Audit Berbasis ISA .................................................................................. 14
BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 17
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 17
B. Saran ..................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 19

iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Timbul dan berkembangnya profesi akuntan publik sangat dipengaruhi
perkembangan perusahaan pada umunya. Akuntan publik tidak akan ada jika
tidak ada perusahaan. Semakin berkembang perusahaan pada umumnya,
maka semakin berkembang profesi akuntan publik. Di negara yang terdapat
banyak perusahaan berbentuk perseroan terbatas yang bersifat terbuka, saham
perusahaan dijual kepada masyarakat umum melalui pasar modal, dan
pemegang saham sebagai pemilik perusahaan terpisah dari manajemen
perusahaan (Halim, 2008). Pemilik perusahaan hanya sebagai penanam
modal. Kondisi seperti ini didasari teori keagenan, maka mereka sangat
membutuhkan informasi keuangan yang dihasilkan oleh manajemen. Laporan
keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban manajemen perusahaan
kepada pihak-pihak yang berkepentingan atau para stakeholder. Para
stakeholder tersebut adalah pemegang saham, kreditor, calon investor dan
kantor pelayanan pajak. Laporan yang berisi informasi posisi-posisi keuangan
perusahaan ini dijadikan dasar pengambilan keputusan oleh para stakeholder
(Mulyadi, 2002).
Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat.
Masyarakat mengharapkan profesi akuntan publik melakukan penilaian yang
bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen
perusahaan dalam laporan keuangan (Mulyadi, 2002). Profesi akuntan publik
bertanggung jawab terhadap kehandalan laporan keuangan perusahaan dalam
melakukan audit. Semakin meluasnya kebutuhan jasa profesional akuntan
publik, menuntut profesi akuntan publik untuk meningkatkan kinerjanya agar
dapat menghasilkan audit yang dapat diandalkan, digunakan dan dipercaya
kebenarannya bagi pihak yang berkepentingan. Seorang tenaga audit dapat
meningkatkan sikap profesionalisme dalam melaksanakan audit atas laporan
keuangan dengan berpedoman pada standar audit yang telah ditetapkan oleh
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), yaitu standar umum, standar

1
2

pekerjaan lapangan dan standar pelaporan (Kurnia, 2014). Dimana standar


umum merupakan cerminan kualitas pribadi yang harus dimiliki oleh seorang
tenaga audit yang mengharuskan tenaga audit untuk memiliki keahlian dan
pelatihan teknis yang cukup dalam melaksanakan prosedur audit
(Christiawan, 2002).
Namun selain standar audit, akuntan publik juga harus mematuhi kode
etik profesi yang mengatur perilaku akuntan publik dalam menjalankan
praktik profesinya baik dengan sesama anggota maupun 3 dengan masyarakat
umum. Dalam Pasal 16 kode etik akuntan indonesia berbunyi, melarang
tenaga audit menerima penugasan atau melakukan audit bila ia tidak
mempunyai keahlian yang kompeten (Mulyadi, 2002). Sesuai dengan standar
umum, tenaga audit disyaratkan memiliki pengalaman kerja yang cukup
dalam profesi yang ditekuninya, serta dituntut untuk memenuhi kualifikasi
teknis dan berpengalaman dalam bidang industri yang digeluti kliennya
(Arens, 2008). Standar pertama ini menuntut kompetensi teknis seorang
tenaga audit yang melaksanakan audit.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan standar profesional akuntan publik?
2. Berapakah standar auditing?
3. Bagaimana penjelasan masing-masing standar auditing ?
4. Bagaimana kode etik profesi akuntan publik?
5. Bagaimana standar audit berbasis ISA?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Bagaimana perkembangan standar profesional akuntan
public.
2. Mengetahui Berapakah standar auditing.
3. Mengetahui Bagaimana penjelasan masing-masing standar auditing.
4. Mengetahui Bagaimana kode etik profesi akuntan public.
5. Mengetahui Bagaimana standar audit berbasis ISA.
BAB II PEMBAHASAN

A. Perkembangan Standar Profesional Akuntan Publik


Dalam tahun 1972, untuk pertama kalinya ikatan akuntan Indonesia
berhasil menerbitkan norma pemeriksaan akuntan, yang di sahkan dalam
kongres ke III ikatan akuntan Indonesia. Norma pemeriksaan akuntan tersebut
mencakup: tanggung jawab akuntan publik, unsur unsur pemeriksaan akuntan
yang antara lain meliputi: pengkajian dan penilaian pengendalian intern,
bahan pembuktian dan penjelasan informatif, serta pembahasan mengenai
peristiwa kemudian, laporan khusus dan berkas pemeriksaan.
Dalam kongres ke IV ikatan akuntan Indonesia tanggal 25-26 oktober
1982, komisi pemeriksaan akuntan mengusulkan agar segera dilakukan
penyempurnaan atas buku norma pemeriksaan akuntan yang lama, dan
melengkapinya dengan serangkaian suplemen yang merupakan penjabaran
lebih lanjut norma tersebut. Untuk melaksanakan tugas tersebut, telah di
bentuk komite norma pemeriksaan akuntan yang baru untuk priode
kepengurusan 1982-1986, yang anggotanya berasal dari unsure – unsure
akuntan pendidik, akuntan publik dan akuntan pemerintah. Komite ini telah
menyelesaikan konsep norma pemeriksaan akuntan yang di sempurnakan
pada tanggal 11 maret 1984.
Pada tanggal 19 april 1986, norma pemeriksan akuntan yang telah di
teliti dan disempurnakan oleh tim pengesahan, di sahkan oleh pengurus pusat
ikatan akuntan Indonesia sebagai norma pemeriksaan yang berlaku efektif
selambat-lambatnya untuk penugasan pemeriksaan atas laporan keuangan
yang diterima setelah tanggal 31 desember 1986.
Dalam tahun 1992, ikatan akuntan Indonesia menerbitkan norma
pemeriksaan akuntan, edisi revisi yang memasukan sumplemen no. 1 sampai
dengan no. 12 dan interpretasi no. 1 sampai dengan no. 2.
Dalam kongres ke VII ikatan akuntan Indonesia tahun 1994 disahkan
standar professional akuntan public yang secara garis besar berisi:
1. Uraian mengenai standar profesional akuntan public.

3
4

2. Berbagai pernyataan standar auditing yang telah di klasifikasikan


3. Berbagai pernyataan standar atestasi yang telah di klasifikasikan

Pertengahan tahun1999 ikatan akuntan Indonesia mengubah nama


komite norma pemeriksaan akuntan menjadi dewan standar profesional
akuntan publik. Selama tahun 1999 dewan melakukan perubahan besar atas
standar profesional akuntan publik per 1 agustus 1994 dan menerbitkannya
dalam buku yang diberi judul standar profesional akuntan public per 1 januari
2001.

Standar profesional akuntan publik per 1 januari 2001 terdiri atas lima
standar, yaitu:

 Pernyataan standar auditing ( PSA ) yang dilengkapi dengan interpretasi


pernyataan standar auditing ( IPSA )
 Pernyataan standar akuntansi atestasi ( PSAT ) yang di lengkap
interpretasi pernyataan standar atestasi ( IPSAT )
 Pernyataan standar jasa akuntansi dan review ( PSAR ) yang dilengkapi
dangan interpretasi pernyataan standar jasa akuntansi dan review (IPSAR)
 Peernyataan standar jasa konsultasi (PSJK) yang dilengkapi dengan
interpretasi pernyataan standar jasa konsultasi (IPSJK)
 Pernyataan standar pengendalian mutu (PSPM) yang dilengkapi dengan
interpretasi pernyataan standar pengendalian mutu (IPSM)

B. Sepuluh Standar Auditing


Menurut PSA no.1 (SA Seksi 150)
Standar auditing berbeda dengan prosedur auditing. “prosedur”
berkaitan dengan tindakan yang harus di laksanakan, sedangkan “standar”
berkenaan dengan kriteria atau ukuran mutu kinerja tindakan tersebut dan
berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai melalui penggunaan prosedur
tersebut.
5

Standar auditing yang telah di tetapkan dan disahkan oleh institut


akuntan publik Indonesia (2011:150.1-150.2) terdiri atas sepuluh standar
yang dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, yaitu:
 Standar umum
a. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor
b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan,independensi
dalam sikap mental harus di pertahankan oleh auditor.
c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
 Standar pekerjaan lapangan
a. Pekerjaan harus di kerjakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten
harus disupervisi dengan semestinya
b. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian
yang akan dilakukan.
c. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang di
audit.
 Standar pelaporan
a. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
disusun sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia.
b. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada,
keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan standar
akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan
dibandingkan dengan peberapan standar akuntansi tersebut dalam
periode sebelumnya.
c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
6

d. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai


laporan keuangansecara keseluruhan atau suatu asersi bahwa
pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara
keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan.
Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan kauangan, maka
laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat
pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung
jawab yang dipikul oleh auditor (IAPI, 2011:150.1 & 150.2).

Standar-standar tersebut di atas dalam banyak hal sering


berhubungan dan saling tergantung satu sama lain. Keadaan yang
berhubungan erat dengan penentuan dipenuhi atau tidaknya suatu standar,
dapat berlaku juga untuk standar yang lain. “Materialitas” dan “risiko
audit” melandasi penerapan semua standar auditing, terutama standar
pekerjaan lapangan dan standar pelaporan.

C. Penjelasan Masing – Masing Standar Auditing


a. Standar umum
1. Standar umum pertama berbunyi
“audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihanteknis yang cukup sebagai auditor”.
Standar umum pertama menegaskan bahwa betapa pun
tingginya kemampuan seseorang dalam bidang bidang lain, termasuk
dalam bidang bisnis dan keuangan, ia tidak dapat memenuhi
persyaratan yang dimaksudkan dalam standar auditing ini, jika tidak
memiliki pendidikan serta pengalaman memadai dalam bidang
auditing.
2. Standar umum kedua
01) Standar umum kedua berbunyi:
“dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan,
independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh
auditor”.
7

Hal-hal berikut ini dimuat dalam PSA No. 04 (SA Seksi 220).
02) Standar ini mengharuskan auditor bersikap independen, artinya
tidak mudah di pengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya
untuk kepentingan umum. Dengan demikian, ia tidak dibenarkan
memihak kepada kepentingan siapapun, sebab bagaimanapun
sempurnanya keahlian teknis yang ia miliki, ia akan kehilangan
sikap tidak memihak yang justru sangant penting untuk
mempertahankan kebebasan pendapatnya. Namun independensi
dalam hal ini tidak berarti seperti sikap seorang peneuntut dalam
perkara pengadilan, tetapi lebih dapat disamakan dengan sikap
tidak memihaknya seorang hakim.
03) Kepercayaan masyarakat umum atas independensi sikap auditor
independen sangat penting bagi perkembangan profesi akuntan
publik . kepercayaan masyarakat akan menurun jika terdapat bukti
bahwa independensi sikap auditor ternyata berkurang, bahkan
kepercayaan masyarakat dapat juga menurun disebabkan oleh
keadaan yang oleh mereka berpikiran sehat dianggap dapat
mempengaruhi sikap independen tersebut. Untuk menjadi
independen, auditor harus secara intelektual jujur.
04) Profesi akuntan public telah menetapkan dalam kode etik profesi
akuntan publik, agar anggota profesi menjaga dirinya dari
kehilangan persepsi independensi dari masyarakat.
05) Bapepam-LK juga menetapkan persyaratan independensi bbagi
auditor yang melaporkan tentang informasi keuangan yang
diserahkan kepada badan tersebut yang mungkin berbeda dengan
yang ditentukan oleh institut akuntan publik Indonesia.
06) Auditor harus mengelola praktiknya dalam semangat persepsi
independensi dan aturan yang ditetapkan untuk mencapai derajat
independensi dalam melaksanakan pekerjaannya.
07) Untuk menekankan independensi auditor dari manajemen,
penunjukan auditor di banyak perusahaan dilaksanakan oleh
8

dewan komisaris, rapat umum pemegang saham, atau komite


audit.
3. Standar umum ketiga
01) Standar umum ketiga
Standar umum ketiga berbunyi:
“dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor
wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan
seksama”.
Hal-hal berikut dimuat dalam PSA no. 04 (SA Seksi 230)
02) Standar ini menuntut auditor independen untuk merencakan dan
melaksanakan pekerjaannya dengan menggunakan kemahiran
profesionalnya secara cermat dan seksama.
03) Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama
menyangkut apa yang dikerjakan auditor dan bagaimana
kesempurnaan pekerjaannya tersebut.
04) Sorang auditor harus memiliki “tingkat keterampilan yang
umumnya dimiliki” oleh auditor pada umumnya dan harus
menggunakan keterampilan tersebut dengan “ kecermatan dan
keseksamaan yang wajar”.
05) Para auditor harus ditugasi dan disupervisi sesuai dengan tingkat
pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan sedemikian rupa
sehingga mereka dapat mengevaluasi bukti audit yang mereka
periksa.
06) Penggunaan kemahiran profesional denga cermat dan seksama
menurut auditor untuk melaksanakan skeptisme profesional.
07) Pengumpulan dan penilaian bukti audit secara objektif menuntut
auditor mempertimbangkan kompetensi dan kecukupan bukti
tersebut.
08) Auditor tidak menganggap bahwa manajemen adalah tidak jujur,
namun juga tidak menganggap bahwa kejujuran manajemen tidak
dipertanyakan lagi. Dalam menggunakan skeptisme profesional,
9

auditor tidak hraus puas dengan bukti yang kurang persuasif karna
keyakinannya bahwa manajemen adalah jujur.
09) Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama
memungkinkan auditor untuk memperoleh keyakinan memadai
bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang
disebabkan kekeliruan atau kecurangan.
10) Tujuan auditor independen adalah untuk memperoleh bukti
kompeten yang cukup untuk memberikan basis yang memadai
baginya dalam merumuskan suatu pendapat.
11) Oleh karena karakteristik kecurangan, terutama yang melibatkan
penyembunyian dan pemalsuan dokumentasi, audit yang
direncanakan dan dilaksanakan semestinya mungkin tidak dapat
mendeteksi salah saji material.
12) Oleh karena pendapat auditor atas laporan kauangan didasarkan
pada konsep pemerolehan keyakinan memadai, auditor bukanlah
penjamin dan laporannya tidak merupakan suatu jaminan.
b. Standar pekerjaan lapangan
1. Standar pekerjaan lapangan pertama berbunyi:
“pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan
asisten harus disupervisi dengan semestinya”
2. Standar umum kedua berbunyi:
“pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian
yang akan dilakukan”.
3. Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi:
“bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi sebgai dasar
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan kauangan yang
diaudit”.
Berikut ini dikutip beberapa hal mengenai asersi dari PSA No. 07 (SA
Seksi 326):
10

 Asersi adalah pernyataan manajemen yang terkandung didalam


komponen laporan keuangan. Pernyataan tersebut dapat bersifat
implicit atau eksplisit serta dapat diklasifikasikan berdasarkan
penggolongan dasar sebagai berikut:
a) Keberadan atau keterjadian
b) Kelengkapan
c) Hak dan kewajiban
d) Penilaian
 Asersi tentang keberadaan atau keterjadian berhubungan dengan
apakah aset atau utang satuan usaha ada pada tanggal tertentu dan
apakah transaksi yang dicatat telah terjadi selama periode
tertentu.
 Asersi tentang kelengkapan berhubungan dengan apakah semua
transaksi dan akun yang seharusnya disajikan dalam laporan
keuangan telah di cantumkan di dalamnya.
 Asersi tentang hak dan kewajiban berhubungan dengan apakah
aset merupakan hak perusahaan dan utang merupakan kewajiban
perusahaan pada tanggal tertentu.
 Asersi tentang penilaian atau aloksi berhubungan dengan apakah
komponen-komponen aset, kewajiban, pendapatan, dan biaya
sudah dicantumkan dalam laporan keuangan pada jumlah yang
semestinya.
 Didalam memperoleh bukti audit yang mendukung asersi dalam
laporan keuangn, auditor independen merumuskan tujuan audit
spesifik ditinjau dari sudut asersi tersebut .
 Auditor independen tidak perlu secara satu persatu
menghubungkan tujuan audit dengan prosedur audit.
c. Standar pelaporan
Standar pelaporan yang terdiri atas empat standar merupakan
pedoman bagi auditor independen dalam menyusun laporan auditnya.
Standar pelaporan pertama
11

01) Standar pelaporan pertama menyatakan:


“laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
disusun sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia”
Standar pelaporan kedua
Standar pelaporan kedua (disebut sebagai standar konsistensi)
berbunyi:
“laporan auditor harus menunjukkan, jika ada, ketidakkonsistenan
penerapan standar akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan
periode berjalan dibandingkan dengan penerapan standar akuntansi
tersebut dalam periode sebelumnya”.

Standar pelaporan ketiga berbunyi:


“pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor”.

Standar pelaporan keempat berbunyi:


“laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai
laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan
demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak
dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama
auditor di kaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus
memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang
dilaksanakan, jika tidak, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh
auditor”.
Tujuan standar pelaporan keempat adalah untuk mencegah salah
tafsir tentang tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh akuntan bila
namanya dikaitkan dengan laporan keuanga.
12

D. Kode Etik Profesi Akuntan Publik


Rumusan kode etik sebelum 1 januari 2011 sebagian besar merupakan
rumusan kode etik yang dihasilkan dalam kongres ke 6 ikatan akuntan
Indonesia dan ditambah dengan masukan-masukan yang diperoleh dari
seminr sehari pemuktakhiran kode etik akuntan Indonesia tanggal 15 juni
1994 di hotel Daichi Jakarta serta hasil pembahasan sidnag komite kode etik
akuntan Indonesia tahun1994 di bandung.
1. Pernyataan etika profesi
Saat itu kode etik akuntan Indonesia terdiri dari delapan bab (11
pasal) dan enam pernyataan etika profesi, pernyataan tersebut adalah:
a. Pernyataan etika profesi nomor 1 tentang INTEGRITS,
OBJEKTIVITAS, DAN INDEPENDENSI.
b. Pernyataan etika profesi nomor 2 tentang KECAKPAN
PROFESIONAL
c. Pernyataan etika profesi nomor 3 tentang PENGUNGKAPAN
INFORMASI RAHASIA KLIEN
d. Pernyataan etika profesi nomor 4 tentang IKLAN BAGI KANTOR
AKUNTAN PUBLIK
e. Pernyataan etika profesi nomor 5 tentang KOMUNIKASI ANTAR
AKUNTAN PUBLIK
f. Pernyataan etika profesi nomor 6 tentang PERPINDAHAN
STAF/PARTNER DARI SATU KANTOR AKUNTAN KE
KANTOR AKUNTAN LAIN

Dalam kongres ke 7 akuntan publik Indonesia yang diadakan di


Jakarta bulan September 1998 diadakan beberapa perubahan mengenai
kode etik, antara lain sebagai berikut:

a. Komite kode etik tidak ada lagi di struktur organisasi IAPI


b. Kerangka kode etik IAPI menjadi:
1) Prinsip etika
2) Aturan etika
13

3) Interpretasi aturan etika


4) Tanya dan jawab

Pernyataan etika profesi yang berlaku saat itu dapat dipakai


sebagai interpretasi dan atau aturan etika sampai dikeluarkannya
aturan dan interpretasi baru untuk menggantikannya.

c. Prinsip etika profesi, yang merupakan landasan perilaku etika


profesional, terdiri atas 8 prinsip, yaitu:
1) Tanggung jawab profesi
2) Kepentingan umum (publik)
3) Integritas
4) Objektivitas
5) Kompetensi dan kehati-hatian profesional
6) Kerahasiaan
7) Perilaku profesional
8) Standar teknis

Kode Etik Profesi Akuntan Publik

Sejak 1 januari 2011, IAPI memberlakukan kode etik profesi


akuntan public yang terdiri dari:

Bagian A berisi prinsip dasar etika profesi yang terdiri atas:

 Seksi 100 prinsip-prinsip dasar etika profesi


 Seksi 110 prinsip integritas
 Seksi 120 prinsip objektivitas
 Seksi 130 prinsip kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-
hatian profesional
 Seksi 140 prinsip kerahasiaan
 Seksi 150 prinsip perilaku profesional

Bagian B aturan etika profesi yang terdiri atas:


14

 Seksi 200 ancaman dan pencegahan


 Seksi 210 penunjukan praktisi, KAP, atau jaringan KAP
 Seksi 220 benturan kepentingan
 Seksi 230 pendapat kedua
 Seksi 240 imbalan jasa profesional dan bentuk remunerasi lainnya
 Seksi 250 pemasaran jasa profesional
 Seksi 260 penerimaan hadial atau bentuk keramah-tamahan lainnya
 Seksi 270 penyimpanan aset milik klien
 Seksi 280 objektivitas semua jasa profesional
 Seksi 290 independensi dalam perikatan assurance

E. Standar Audit Berbasis ISA


Pada tahun 2013 institute akuntan publik Indonesia (IAPI) telah
mengeluarkan standar profesional akuntan publik dalam bentuk standar audit
(SA) yang berlaku untuk audit ataslaporan keuangan tahun 2013 (untuk
emiten) tahun buku 2014 (untuk non-emiten).
Standar audit tersebut merupakan adopsi dari ISA karena Indonesia
merupakan anggota IFAC.
1. Daftar SPAP – ISA
2. Standar auditing (SA)
Struktur SA
a. Pendahuluan
b. Tujuan
c. Definisi
d. Ketentuan
e. Materi penerapan dan penjelasan lain
 SA mengharuskan auditor untuk menggunakan pertimbangan
profesional dan memelihara skeptisme profesional dalam
merancanakan dan melaksanakan audit atas laporan keuangan.
15

 SA mengharuskan auditor untuk mematuhi ketentuan etika yang


relavan, termasuk ketentuan yang independensi, yang berkaitan
dengan peikatan audit atas laporan keuangn.
 SA mengharuskan auditor memperoleh bukti audit yang cukup
dan tepat untuk menurunkan resiko audit ke tingkat rendah yang
dapat diterima, dan oleh karena itu, memungkinkan auditor untuk
menarik kesimpulan wajar yang mendasari opini auditor.
 Auditor harus mematuhi seluruh SA yang relavan dengan audit.
 Auditor harus memiliki suatu pemahaman tentang keseluruhan isi
suatu SA, termasuk materi penerapan dan penjelasan lain.
 Auditor tidak di perkenankn untuk menyatakan kepatuhannya
terhadap SA dalam laporan auditor kecuali auditor telah mematuhi
ketentuan SA 200 dan SA lain yang relavan.
3. kode Etik profesi akuntan publik
sejak 1 januari 2011, IAPI memberlakukan kode etik profesi akuntan
public yang terdiri atas:
a. Bagian A prinsip dasar etika profesi dan bagian B aturan etika profesi
b. Kode etik profesi akuntan publik selengkapnya bisa dilihat di SPAP
2011 atau buku yang diterbitkan IAPI.
c. Kode etik ini mengacu pada kode etik dari international federation of
accountant (IFAC).
d. Kode etik IAPI yang baru disusun berdasarkan sistematika sebgaai
berikut: (IAPI 2008).

Bagian A
Berisi prinsip dasar etika profesi yang terdiri atas:
 Seksi 100 prinsip-prinsip dasar etika profesi
 Seksi 110 prinsip integritas
 Seksi 120 prinsip objektivitas
 Seksi 130 prinsip kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-
hatian profesional
16

 Seksi 140 prinsip kerahasiaan


 Seksi 150 prinsip perilaku profesional

Bagian B

 Seksi 200 ancaman dan pencegahan


 Seksi 210 penunjukan praktisi, KAP, atau jaringan KAP
 Seksi 220 benturan kepentingan
 Seksi 230 pendapat kedua
 Seksi 240 imbalan jasa profesional dan bentuk remunerasi lainnya
 Seksi 250 pemasaran jasa profesional
 Seksi 260 penerimaan hadial atau bentuk keramah-tamahan lainnya
 Seksi 270 penyimpanan aset milik klien
 Seksi 280 objektivitas semua jasa profesional
 Seksi 290 independensi dalam perikatan assurance
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Standar profesional akuntan publik per 1 januari 2001 terdiri atas lima
standar, yaitu:

 Pernyataan standar auditing ( PSA ) yang dilengkapi dengan interpretasi


pernyataan standar auditing ( IPSA )
 Pernyataan standar akuntansi atestasi ( PSAT ) yang di lengkap
interpretasi pernyataan standar atestasi ( IPSAT )
 Pernyataan standar jasa akuntansi dan review ( PSAR ) yang dilengkapi
dangan interpretasi pernyataan standar jasa akuntansi dan review (IPSAR)
 Peernyataan standar jasa konsultasi (PSJK) yang dilengkapi dengan
interpretasi pernyataan standar jasa konsultasi (IPSJK)
 Pernyataan standar pengendalian mutu (PSPM) yang dilengkapi dengan
interpretasi pernyataan standar pengendalian mutu (IPSM)
Standar auditing yang telah di tetapkan dan disahkan oleh institut
akuntan publik Indonesia (2011:150.1-150.2) terdiri atas sepuluh standar
yang dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, yaitu:
 Standar umum
 Standar pekerjaan lapangan
 Standar pelaporan

Sejak 1 januari 2011, IAPI memberlakukan kode etik profesi akuntan


public yang terdiri dari:

Bagian A berisi prinsip dasar etika profesi yang terdiri atas:

 Seksi 100 prinsip-prinsip dasar etika profesi


 Seksi 110 prinsip integritas
 Seksi 120 prinsip objektivitas

17
18

 Seksi 130 prinsip kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-


hatian profesional
 Sseksi 140 prinsip kerahasiaan
 Seksi 150 prinsip perilaku profesional

Bagian B aturan etika profesi yang terdiri atas:

 Seksi 200 ancaman dan pencegahan


 Seksi 210 penunjukan praktisi, KAP, atau jaringan KAP
 Seksi 220 benturan kepentingan
 Seksi 230 pendapat kedua
 Seksi 240 imbalan jasa profesional dan bentuk remunerasi lainnya
 Seksi 250 pemasaran jasa profesional
 Seksi 260 penerimaan hadial atau bentuk keramah-tamahan lainnya
 Seksi 270 penyimpanan aset milik klien
 Seksi 280 objektivitas semua jasa profesional
 Seksi 290 independensi dalam perikatan assurance

B. Saran
Berdasarkan materi yang di bahas maka sebelum menjadi seorang
auditor di harapkan agar calon auditor memiliki keahlian dalam menganalisis
suatu laporan keuangan, agar dapat mengungkapkan kecurangan di dalamnya
dan melaporkan laporan tersebut berdasarkan fakta serta bertindak sesuai
dengan kode etik auditor.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno. 2017. Auditing. Jakarta: Salemba Empat

19

Anda mungkin juga menyukai