Pertemuan
Ke-7
Kelompok 04
1 Putu Budhiyasa 1981621003
.
2 I Wayan Angga Sudiartama 1981621007
.
3 I Putu Ari Darmawan 1981621008
.
4 I Ketut Surya Negara 1981621013
.
Kode etik adalah sistem norma, nilai, dan aturan profesional tertulis yang
secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik, serta yang tidak benar dan
tidak baik bagi profesional. Kode etik menjelaskan mengenai perbuatan apa yang
benar atau salah, perbuatan apa yang harus dilakukan dan yang harus dihindari.
Kode Etik Profesi Akuntan Publik, yang dimana sebelumnya disebut sebagai
Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik merupakan aturan etika yang hams
diterapkan oleh anggota Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), yang sebelumnya
merupakan Ikatan Akuntan Indonesia
- Kompartemen Akuntan Publik atau IAI-KAP dan staf profesional (anggota IAPI
maupun yang bukan anggota IAPI) yang bekerja pada satu Kantor Akuntan Publik.
2. SEJARAH
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) atau Indonesian Institute of
Certified Public Accountants (IICPA) memiliki sejarah yang cukup panjang,
dimulai dari didirikannya Ikatan
profesi dan etika akuntan publik. Saat ini, IAPI meruoakan associate member of
IFAC.
e. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK Ol /2008 mengakui IAPI
sebagai
Adapun visi dan misi dari Institut Akuntan Publik Indonesia adalah sebagai berikut:
• Visi
6. KEPERCAYAAN
Seorang individu umumnya memberikan gambaran yang salah untuk membuat pihak
lain bertindak lain dari apa yang mungkin akan dilakukan pihak tersebut bila diberikan
informasi yang penuh dan jujur. Apa yang mungkin bisa terjadi bila perilaku
diuniversalisasikan yaitu bila, semua individu salah menggambarkan kesehatan
keuangan perusahaan mereka ketika mereka diuntungkan dengan bertindak tidak jujur?
Dua hal bisa tejadi yaitu :
9. INDEPENDENSI
auditor. Salah satunya adalah dampak hubungan keluarga dan finansial pada
independensi. Tentu saja bila auditor adalah sanak keluarga klien atau memiliki
kepentingan finansial dengan klien,
hal ini bisa menciptakan konflik kepentingan yang mempengaruhi independensi auditor.
Sehingga, aturan independensi AICPA mencegah seseorang untuk bertindak sebagai
auditor dimana terdapat hubungan seperti itu. Meskipun bila auditor mampu
mengatasinya, publik akan curiga terhadap hasil kerjanya.
a. Due professional care diterapkan dalam perencanaan dan kinerja audit serta persiapan
laporan
Due professional care membebankan sebuah tanggung jawab kepada setiap profesional
dalam organisasi auditor independen untuk meneliti standar kerja lapangan dan
pelaporan.
Audit sebuah laporan keuangan sesuai dengan GAAP harus direncanakan dan
dilaksanakan dengan perilaku skeptisisme profesional. Auditor tidak berasumsi bahwa
manajemen tidak jujur ataupun berasumsi kejujuran yang dipertanyakan. Dalam
menerapkan skeptisisme profesional, auditor seharusnya tidak puas hanya dengan bukti
persuasif karena sebuah keyakinan bahwa manajemen berperilaku jujur.
Setiap bidang profesi tentunya harus memiliki aturan-aturan khusus atau lebih
dikenal dengan istilah "Kode Etik Profesi". Dalam bidang akuntansi sendiri, salah satu
profesi yang ada yaitu Akuntan Publik. Profesi akuntan publik menghasilkan berbagai
jasa bagi masyarakat, yaitu jasa assurance, jasa atestasi, dan jasa nonassurance.
a) Jasa assurance adalah jasa profesional independen yang meningkatkan mutu
informasi bagi pengambil keputusan. Contoh: penilaian terkait risiko keamanan
atau membuat profit risiko kecurangan dan keandalan sistem informasi.
b) Jasa atestasi terdiri dari audit (atas laporan keuangan historis), pemeriksaan
(examination), review, dan prosedur yang disepakati (agreed upon procedure).
Jasa atestasi adalah suatu pemyataan pendapat, pertimbangan orang yang
independen dan kompeten tentang apakah asersi suatu entitas sesuai dalam
semua hal yang material, dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Jasa non-assurance adalah jasa yang dihasilkan oleh akuntan publik yang di
dalamnya ia tidak memberikan suatu pendapat, keyakinan negatif, ringkasan
temuan, atau bentuk lain keyakinan. Contoh jasa nonassurance yang dihasilkan
oleh profesi akuntan publik adalah jasa kompilasi, jasa perpajakan, jasa
konsultasi .
Kade Etik Profesi Akuntan Publik (sebelumnya disebut Aturan Etika
Kompartemen Akuntan Publik) adalah aturan etika yang harus diterapkan oleh
anggota Institut Akuntan Publik Indonesia atau IAPI (sebelumnya Ikatan Akuntan
Indonesia - Kompartemen Akuntan Publik atau IAI-KAP) dan staf profesional (baik
yang anggota IAPI maupun yang bukan anggota IAPI) yang bekerja pada satu Kantor
Akuntan Publik (KAP).
Kade Etik Profesi Akuntan Publik (Kade Etik) ini terdiri dari dua bagian, yaitu:
1) Bagian A dari Kode Etik ini menetapkan prinsip dasar etika profesi dan
memberikan kerangka konseptual untuk penerapan prinsip tersebut.
2) Bagian B dari Kade Etik ini memberikan ilustrasi mengena1 penerapan
kerangka konseptual tersebut pada situasi tertentu.
Kade Etik ini menetapkan prinsip dasar dan aturan etika profesi yang harus
diterapkan oleh setiap individu dalam kantor akuntan publik (KAP) atau Jaringan
KAP, baik yang merupakan anggota IAPI maupun yang bukan merupakan anggota
IAPI, yang memberikan jasa profesional yang meliputi jasa assurance dan jasa selain
assurance seperti yang tercantum dalam standar profesi dan kode etik profesi. Suatu
KAP atau Jaringan KAP tidak boleh menetapkan kode etik profesi dengan ketentuan
yang lebih ringan daripada ketentuan yang diatur dalam Kade Etik ini.
Kade Etik Profesi Akuntan Publik yang baru saja diterbitkan oleh IAPI
menyebutkan 5 prinsip-prinsip dasar etika profesi, yaitu:
a) Prinsip Integritas
Kewajiban Bagi Seorang Akuntan Publik (AP) Dan (KAP) Terdapat 5 (Lima)
Kewajiban Akuntan Publik Dan KAP, yaitu:
a. Bebas dari kecurangan (fraud), ketidakjujuran dan kelalaian serta menggunakan
kemahiran jabatannya (due professional care) dalam menjalankan tugas profesinya.
b. Menjaga kerahasiaan informasi I data yang diperoleh dan tidak dibenarkan
memberikan
informasi rahasia tersebut kepada yang tidak berhak. Pembocoran rahasia data I
informasi klien kepada pihak ketiga secara sepihak merupakan tindakan tercela.
c. Menjalankan PSPM04-2008 tentang Pemyataan Beragam (Omnibus Statement)
Standar Pengendalian Mutu (SPM) 2008 yang telah ditetapkan oleh Dewan
Standar Profesional Akuntan Publik (DSPAP) Institut Akuntan Publik Indonesia
(IAPI), terutama SPM Seksi 100 tentang Sistem Pengendalian Mutu Kantor
Akuntan Publik (SPM-KAP).
d. Mempunyai staf I tenaga auditor yang profesional dan memiliki pengalaman yang
cukup. Para auditor tersebut hams mengikuti Pendidikan Profesi berkelanjutan
(Continuing Profesion education) sebagai upaya untuk selalu meningkatkan
pengetahuan dan
ketrampilan dalam bidang audit dan proses bisnis (business process) . Dalam
rangka peningkatan kapabilitas auditor, organisasi profesi mensyaratkan
pencapaian poin (SKP) tertentu dalam kurun I periode waktu tertentu. Hal ini
menjadi penting, karena auditor
harus senantiasa mengikuti perkembangan bisnis dan profesi audit secara terns
menerus.
I. KASUS
• Pertanyaan:
• Jawaban:
Dilema etika merupakan situasi yang dihadapi oleh seseorang dimana ia hams
membuat keputusan mengenai perilaku yang patut. Setiap profesi pasti pemah
mengalami dilema etika. Dilema etika dalam profesi audit muncul sebagai
konsekuensi konflik audit karena auditor berada dalam situasi pengambilan
keputusan yang terkait dengan keputusannya yang etis atau tidak etis. Dalam hal ini
dilema yang dihadapi Arthur timbul ketika ia tidak jujur dalam mengambil
keputusan untuk melaporkan bahwa ia menyelesaikan laporan persediaan selama 40
jam yang sesuai anggaran padahal Arthur melakukannya dalam waktu 50 jam
karena ia merasa ada permasalahan transfer pricing dalam laporannya.
REFERENSI
b. Duska, Ronald; Brenda Shay Duska; & Julie Anne Ragatz. 2011. Accounting Ethics.
2nd Edition. United Kingdom: Wiley-Blackwell
Judul : Pengaruh Kompetensi Dan Independensi Terhadap Kualitas Audit Dengan Etika Auditor
Sebagai Variabel Pemoderasi
Penulis: Agytri Wardhatul Khurun In
Jurnal : Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi
a. Area of interest
Laporan keuangan tersebut ditujukan kepada pihak internal dan pihak eksternal
perusahaan. Pihak internal perusahaan membutuhkan laporan keuangan sebagai pedoman
pengambilan keputusan. Sedangkan pihak eksternal perusahaan membutuhkan laporan
keuangan sebagai kepentingan investasi. Pentingnya fungsi laporan keuangan tersebut
membuat pihak manajemen ingin selalu menghasilkan suatu laporan keuangan yang
terlihat baik. Banyak kasus yang terjadi akibat pihak manajemen memanipulasi laporan
keuangan. Hal ini membuat para investor harus lebih berhati-hati dalam mengambil
keputusan berinvestasi. Untuk menanggulangi kejadian tersebut laporan keuangan
perlu dilakukan audit sebelum dipublikasikan kepada pengguna.
b. Phenomena
Laporan keuangan merupakan catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu
periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan.
Setiap perusahaan wajib membuat laporan keuangan setiap akhir peiode. Laporan
keuangan tersebut ditujukan kepada pihak internal dan pihak eksternal perusahaan. Pihak
internal perusahaan membutuhkan laporan keuangan sebagai pedoman pengambilan
keputusan. Sedangkan pihak eksternal perusahaan membutuhkan laporan keuangan
sebagai kepentingan investasi.
c. Theory
Dalam penelitian ini, penulis tidak memaparkan grand teori apa yang digunakan, penulis hanya
memaparkan kajian teoritis
d. Methodelogy
Penelitian ini merupakan penelitian korelasional (Correlational Research), Metode survei dalam
penelitian digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang populasi yang besar
dengan menggunakan sampel yang relatif kecil. Populasi dalam penelitian ini adalah 42 kantor
akuntan publik di Kota Surabaya. Teknik pengambilan sampel disini adalah purposive sampling,
teknik analisis yang digunakan Regresi Linier Berganda.
e. Hypothesis
H1 : Kompetensi berpengaruh positif terhadap kualitas audit.
H2 : Independensi berpengaruh positif terhadap kualitas audit
H3 : Kompetensi berpengaruh positif terhadap kualitas audit dengan etika auditor sebagai
variabel pemoderasi
H4 : Independensi berpengaruh positif terhadap kualitas audit dengan etika auditor
sebagai variabel pemoderasi.
f. Result
1. Berdasarkan hasil pengujian SPSS variabel kompetensi memiliki nilai signifikansi
sebesar 0,038 yang artinya lebih kecil dari 0,05. Dan diketahui nilai koefisien regresi
variabel kompetensi auditor adalah 3,404. Penelitian ini mengukur variabel
kompetensi auditor menggunakan 2 indikator yaitu pengetahuan dan pengalaman.
Dari hasil pengujian diatas maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis pertama (H1)
diterima.
2. Berdasarkan hasil pengujian SPSS variabel independensi memiliki nilai signifikansi
sebesar 0,002 yang artinya lebih kecil dari 0,05. Dan diketahui nilai koefisien regresi
variabel independensi adalah 2,304. Penelitian ini mengukur variabel independensi
auditor menggunakan 4 indikator yaitu lama hubungan dengan klien, tekanan dari
klien, telaah dari rekanan auditor, dan jasa non audit yang diberikan oleh KAP. Dari
hasil pengujian SPSS diatas maka dapat disimpulkan jika hipotesis kedua (H2)
diterima.
3. Berdasarkan hasil pengujian SPSS variabel kompetensi terhadap kualitas audit
dengan etika auditor sebagai variabel pemoderasi memiliki nilai signifikansi sebesar
0,051 yang artinya sama dengan 0,05. Dan diketahui nilai koefisien regresi interaksi
variabel kompetensi auditor dengan etika auditor adalah -0,804. Maka dapat
disimpulkan jika hipotesis ketiga (H3) ditolak
4. Berdasarkan hasil pengujian SPSS variabel independensi terhadap kualitas audit
dengan etika auditor sebagai variabel pemoderasi memiliki nilai signifikansi sebesar
0,007 yang artinya lebih kecil dari 0,05. Dan diketahui nilai koefisien regresi
interaksi variabel independensi auditor dengan etika auditor adalah -0,501. Maka
dapat disimpulkan jika hipotesis keempat (H4) ditolak
g. Conclusion
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi oleh auditor untuk tetap menjaga sikap
kompeten dan independen di setiap menjalankan tugas. Diharapkan para auditor dapat terus
meningkatkan kualitas audit yang dihasilkan agar masyarakat tidak ragu untuk menggunakan
jasa yang diberikan oleh KAP. Dalam melaksanakan tugas auditor harus selalu menjaga etika
audit nya agar kredibilitas seorang auditor tetap terjaga. Diharapkan auditor lebih sering
mengikuti pelatihan pelatihan atau seminar agar bisa menambah wawasan dan pengalaman lebih
banyak lagi.
h. Future Research
Diharapkan penelitian selanjutnya dapat menghilangkan keterbatasan yang ada dalam penelitian
ini. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah banyaknya alamat KAP yang tidak sesuai dengan
data yang ada di kementerian keuangan RI sehingga mengurangi jumlah responden yang
ditentukan, ada beberapa KAP yang menolak untuk mengisi kuisioner sehingga mengurangi
jumlah responden yang telah ditentukan, deskripsi responden dalam kuisioner tidak diisi secara
jelas bahkan ada yang tidak diisi membuat peneliti kesulitan menganalisis data responden yang
dijadikan sampel, lamanya waktu pengembalian kuisioner membuat waktu penyelesaian
penelitian ini juga terhambat.
i. Strong Point
Penelitian ini memaparkan secara rinci hasil uji statistic dan juga intepretasinya sehingga
pembaca dengan mudah memahami hasil dari penelitian ini, selanjutnya pemilihan sampling juga
di paparkan.
j. Weakness Point
Penelitian ini tidak memaparkan grand teori yang digunakan
Judul : The impact of internal audit function characteristics on internal control quality
Penulis: Ahmed Atef Oussii
Jurnal : Managerial Auditing Journal .emeraldinsight
k. Area of interest
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik fungsi audit
internal (IAF) dan kualitas pengendalian internal.
l. Phenomena
Beberapa tahun terakhir telah ditandai dengan serangkaian skandal keuangan yang
berurutan telah menarik perhatian tentang perlunya tata kelola perusahaan yang efektif
(Endaya and Hanefah, 2016; Sultana et al., 2015; Khlif and Samaha, 2014). Akibatnya,
baik regulator maupun ulama semakin mempromosikan peran penting pengendalian
internal dalam memastikan keandalan proses pelaporan keuangan (Salehi and Bahrami,
2017; Khlif and Samaha, 2016; Lin et al., 2014; Bedard and Graham, 2011). Menurut
Krishnan (2005, p. 650), pengendalian internal yang efektif sistem merupakan faktor
penting dalam mencapai pelaporan keuangan yang berkualitas baik.
m. Theory
Teori Agensi berpendapat bahwa manajemen senior berinvestasi di IAF untuk menunjukkan
kepada direksi, yaitu sistem pengendalian internal dan proses manajemen risiko berfungsi
dengan baik. Lebih khusus lagi, argumen teori agensi menyarankan itu karakteristik spesifik
individu yang melakukan aktivitas audit internal dapat meningkat kemampuan IAF untuk secara
efektif memelihara dan mengevaluasi sistem pengendalian internal yang memadai. Dengan
demikian, penulis mengharapkan hubungan positif antara karakteristik IAF dan pengendalian
internal
n. Methodelogy
Penulis menggunakan metode survei untuk menguji hubungan antara karakteristik IAF dan
kualitas pengendalian internal. Secara total, 81 kuesioner dibagikan. Tanggapan yang dapat
digunakan diterima dari 64 dari 81 perusahaan ini. Karena kehilangan data audit internal yang
diperlukan, kami menghapus 5 perusahaan dari sampel, menghasilkan tanggapan yang dapat
digunakan berkaitan dengan 59 perusahaan, mewakili 72,8 persen dari semua perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Tunis. Teknik analisis menggunakan Regresi
o. Hypothesis
H1. Ada hubungan positif antara status organisasi IAF dan internal kualitas kontrol.
H2. Ada hubungan positif antara komite audit terlibat dalam meninjau program dan
proses audit internal dan kualitas pengendalian internal
H3. Ada hubungan positif antara kompetensi IAF dan pengendalian internal kualitas
H4. Perusahaan dengan investasi IAF yang lebih besar cenderung tidak memiliki
pengendalian internal yang parah kelemahan
H5. Ada hubungan positif antara jaminan pengendalian kualitas audit internal tingkat dan
kualitas pengendalian internal
H6. Ada hubungan positif antara adanya proses tindak lanjut dan kualitas pengendalian
internal.
p. Result
1. Temuan ini bertentangan dengan harapan penelitian dan tidak memberikan
dukungan untuk H1 dan H4. Kurangnya hubungan yang signifikan secara statistik
antara Status organisasi IAF, investasi IAF dan kelemahan pengendalian internal
yang parah mungkin mungkin dijelaskan oleh kemampuan yang lebih besar dari
IAF yang independen dan lebih besar untuk mencegah defisiensi pengendalian
internal yang terjadi.
2. Penulis menemukan dukungan untuk H2, yang memprediksi hubungan antara
komite audit keterlibatan dalam meninjau program dan hasil audit internal
(AC_REV) dan kuasa kami untuk kualitas pengendalian internal. Koefisien pada
(AC_REV) negatif dan secara statistik signifikan, dengan nilai p 0,067.
3. Hasil juga menunjukkan bahwa, seperti yang diharapkan, koefisien regresi
kualitas audit internal tingkat jaminan kontrol (QAP) dan proses tindak lanjut
(IKUTI) memiliki tanda yang diprediksi dan signifikan secara statistik, dengan
nilai p masing-masing 0,001 dan 0,047. Temuan ini adalah konsisten dengan
konsisten dengan Lin et al. (2011) yang menemukan kelemahan materiel
pengungkapan menurun dalam penggunaan teknik jaminan kualitas selama kerja
lapangan dan sejauh mana tindak lanjut IAF pada defisiensi pengendalian internal
yang masih ada sebelumnya terdeteksi
q. Conclusion
Temuan empiris memberikan bukti bahwa atribut dan aktivitas IAF berhubungan positif dan
signifikan dengan kualitas pengendalian internal. Secara khusus, hasilnya menunjukkan bukti
hubungan positif yang signifikan antara komite audit keterlibatannya dalam meninjau kerja
lapangan audit internal, kompetensi IAF, audit internal tingkat jaminan pengendalian mutu,
proses tindak lanjut dan mutu pengendalian internal sebagaimana diproksikan oleh jumlah
kelemahan pengendalian internal yang parah yang terdeteksi oleh auditor internal. Hasil utama
terbukti kuat untuk mengukur alternatif kualitas pengendalian internal.
r. Future Research
Studi kami tunduk pada beberapa batasan yang harus dipertimbangkan saat menafsirkan hasil.
Pertama, ukuran sampel penelitian kami relatif terbatas. Namun, ukuran sampel kecil ini normal
untuk pasar Tunisia di mana jumlah perusahaan yang terdaftar hampir tidak melebihi 80. Kedua,
mungkin ada variabel lain di fl memengaruhi kualitas pengendalian internal yang tidak termasuk
dalam model kami. Oleh karena itu, penelitian di masa mendatang dapat mempertimbangkan
dampak variabel tata kelola perusahaan lainnya seperti karakteristik CEO dan aktivitas komite
audit terhadap kualitas pengendalian internal.
s. Strong Point
Penelitian ini memaparkan secara jelas dan kuat pada latar belakang dengan mengambil beberapa
pendapat dari penelitian sebelumnya yang sudah teruji
t. Weakness Point
Penelitian ini tidak memaparkan hasil secara jelas sehingga menyulitkan pembaca dalam
menemukan hasil pada pengujian hipotesis