Anda di halaman 1dari 29

Etika Bisnis dan Profesi

Pertemuan

Ke-7

“ETIKA FUNGSI AUDIT DAN KODE ETIK IAPI”

Kelompok 04
1 Putu Budhiyasa 1981621003
.
2 I Wayan Angga Sudiartama 1981621007
.
3 I Putu Ari Darmawan 1981621008
.
4 I Ketut Surya Negara 1981621013
.

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
2021
ETIKA FUNGSI AUDIT DAN KODE ETIK IAPI

1. DEFINISI KODE ETIK

Kode etik adalah sistem norma, nilai, dan aturan profesional tertulis yang
secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik, serta yang tidak benar dan
tidak baik bagi profesional. Kode etik menjelaskan mengenai perbuatan apa yang
benar atau salah, perbuatan apa yang harus dilakukan dan yang harus dihindari.
Kode Etik Profesi Akuntan Publik, yang dimana sebelumnya disebut sebagai
Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik merupakan aturan etika yang hams
diterapkan oleh anggota Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), yang sebelumnya
merupakan Ikatan Akuntan Indonesia
- Kompartemen Akuntan Publik atau IAI-KAP dan staf profesional (anggota IAPI
maupun yang bukan anggota IAPI) yang bekerja pada satu Kantor Akuntan Publik.

2. SEJARAH
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) atau Indonesian Institute of
Certified Public Accountants (IICPA) memiliki sejarah yang cukup panjang,
dimulai dari didirikannya Ikatan

Akuntan Indonesia pada tahun 1957 yang merupakan perkumpulan akuntan


Indonesia yang pertama. Perkembangan profesi dan organisasi Akuntan Publik di
Indonesia tidak bisa dipisahkan dari perkembangan perekonomian, dunia usaha dan
investasi baik asing maupun domestik, pasar modal serta pengaruh global. Secara
garis besar, tonggak sejarah perkembangan profesi dan organisasi akuntan publik di
Indonesia memang sangat dipengaruhi oleh perubahan perekonomian negara pada
khususnya dan perekonomian dunia pada umumnya.
3. JEJAK LANGKAH
a. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) didirikan pada tanggal 23 Desember 1957
oleh Prof. R. Soemarcljo Tjitrosidojo dan empat orang lulusan pertama
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, yakni Drs. Basuki T. Siddharta,
Drs. Hendra Darmawan, Drs.
Tan Tong Joe, dan Drs. Go Tie Siem.
b. Pada tanggal 7 April 1977, dua puluh tahun setelah IAI berdiri, Drs.
Theodorus M.
Tuanakotta membentuk Seksi Akuntan Publik sebagai wadah para akuntan
publik di Indonesia untuk melaksanakan program-program pengembangan
akuntan publik.
Pada Kongres IAI ke-VII tahun 1994, anggota IAI sepakat memberikan hak
otonomi kepada akuntan publik dengan mengubah Seksi Akuntan Publik
menjadi Kompartemen Akuntan Publik. Hal ini bertujuan untuk merespons
perkembangan pasar modal dan perbankan di Indonesia, yang memerlukan
perubahan Standar Akuntansi Keuangan dan

Standar Profesional Akuntan Publik yang setara dengan standar intemasional.


d. Pada tanggal 24 Mei 2007, Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) resmi
berdiri. Pendirian ini diputuskan melalui Rapat Umum Anggota Luar Biasa
IAI - Kompartemen Akuntan Publik. Perubahan organisasi ini ditujukan
agar dapat memenuhi persyaratan International Federation of Accountans
(IFAC) mengenai

profesi dan etika akuntan publik. Saat ini, IAPI meruoakan associate member of
IFAC.
e. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK Ol /2008 mengakui IAPI
sebagai

organisasi yang berwenang melaksanakan Ujian Profesi Akuntan Publik,


penyusunan dan penetapan Standar Profesional dan Etika Akuntan Publik, serta
menyelenggarakan Program Pendidikan Berkelanjutan, sekaligus Reviu Mutu
Akuntan Publik.

Adapun visi dan misi dari Institut Akuntan Publik Indonesia adalah sebagai berikut:

• Visi

a. Mewujudkan Akuntan Publik yang berintegritas, berkualitas,


berkompetensi
dan berstandar intemasional.
b. Mendoro.ng oertumbuhan dan indenendensi profesi Aklliltan Publik . .
c. Menjaga martabat profesi Akuntan Publik dan kepercayaan publik.
d. Melindungi kepentingan publik dan Akuntan Publik.
c. Mendorong terwujudnya good governance di Indonesia.
• Misi
a. Menyediakan Sumber Daya Manusia profesi akuntan yang memiliki kompetensi
sesuai standar global melalui proses rekrutmen anggota.
b. Menyediakan Standar Profesi Akuntan Publik dan Kode Etik yang
berstandar
c. Peningkatan kualitas jasa profesi Akuntan Publik melalui penguatan
kelembagaan Kantor Akuntan Publik .
d. Mendorong peningkatan praktik tata kelola yang baik di bidang perekonomian
dan pengelolaan negara, termasuk pencegahan korupsi dan peningkatan kualitas
pelaporan informasi keuangan.
4. LATAR BELAKANG PENETAPAN KODE ETIK PROFESI IAPI
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) memiliki tugas menyusun dan
mengembangkan standar profesi dan kode etik profesi akuntan publik yang berkualitas
dengan mengacu pada standar intemasional. Dewan Standar Profesional Aklmtan Publik
(IAPI) memiliki tugas mengembangkan serta menetapkan suatu standar profesi dan
kode etik profesi yang berkualitas yang berlaku bagi profesi akuntan publik di Indonesia.
Anggota IAPI yang tidak berada dalam KAP atau Jaringan KAP dan tidak
memberikan jasa professional seperti tersebut di atas tetap harus mematuhi dan
menerapkan Bagian A dari Kode Etik ini. Suatu KAP atau Jaringan KAP tidak boleh
menetapkan kode etik profesi dengan ketentuan yang lebih ringan daripada ketentuan
yang diatur dalam Kode Etik ini. Seorang praktisi wajib mematuhi dan menerapkan seluruh
prinsip dasar dan aturan etika profesi yang diatur dalam Kode Etik ini, kecuali bila prinsip
dasar dan aturan etika profesi yang diatur oleh perundang undangan, ketentuan hukum,
atau peraturan lainnya yang berlaku ternyata lebih ketat dari Kode Etik ini. Seluruh
prinsip dasar dan aturan etika profesi yang diatur dalam perundang-lilldangan, ketentuan
hukum, atau peraturan lainnya yang berlaku tersebut wajib dipatuhi, selain tetap
mematuhi prinsip dasar dan aturan etika profesi yang diatur dalam Kode Etik ini. Kode
Etik ini berlaku efektif sejak tanggal 1 Januari 2010.

5. ETIKA AKUNTANSI PUBLIK


Sebagaimana pernyataan Justin E.Burger mengenai fungsi dan tanggung jawab
auditor pada kasus Arthur Young tahun 1984, bahwa tanggung jawab auditor yaitu untuk
mengeluarkan opini sejelas-jelasnya mengenai apakah laporan keuangan sudah dengan
jujur menggambarkan posisi keuangan perusahaan. Kinerja peranan ini, yaitu
membuktikan bahwa posisi keuangan dan operasional perusahaan tergambarkan dengan
jujur, mensyaratkan auditor untuk memiliki integitras dan kejujuran. Untuk memastikan
keakuratan data yang telah disajikan, penting bahwa integritas dan kejujuran auditor tidak
dibahayakan oleh kehadiran pengaruh yang tidak semestinya. Untuk menlilljang integritas
dan kejujuran, auditor harus memiliki independensi setinggi mungkin. Mereka yang harus
membuat keputusan berdasarkan kebenaran dan keakuratan informasi haruslah dapat
mempercayai gambaran akuntan agar pasar berfungsi secara efektif. Kepercayaan dapat
terkikis bila terdapat konflik kepentingan.

6. KEPERCAYAAN
Seorang individu umumnya memberikan gambaran yang salah untuk membuat pihak
lain bertindak lain dari apa yang mungkin akan dilakukan pihak tersebut bila diberikan
informasi yang penuh dan jujur. Apa yang mungkin bisa terjadi bila perilaku
diuniversalisasikan yaitu bila, semua individu salah menggambarkan kesehatan
keuangan perusahaan mereka ketika mereka diuntungkan dengan bertindak tidak jujur?
Dua hal bisa tejadi yaitu :

a. Pertama, kepercayaan dalam bisnis terkait dengan informasi yang dibutuhkan


mengenai status keuangan akan terkikis. Kekisruhan akan terjadi, karena pasar
keuangan tidak dapat berjalan tanpa kepercayaan . Jika kesalahan representasi
menjadi sebuah praktik universal, kepercayaan, dan pada akhimya kerja sama tidak
akan mungkin ada.
b. Kedua, menguniversalkan kesalahan representasi, selain menyebabkan
ketidakpercayaan dan ketidakefisiensian dalam pasar, akan membuat melakukan
tindakan kesalahan representasi menjadi tidak memungkinkan . Karena tidak
seorangpun akan mempercayai orang lain, dan kesalahan representasi hanya dapat
terjadi jika seseorang yang dibohongi mempercayai orang yang membohonginya.
Meuniversalisasikan kebohongan membuat kebohongan menjadi tidak
memungkinkan. Sehingga anomali bahwa bila kesalahan representasi menjadi
universal dalam situasi tertentu, maka akan tidak mungkin untuk salah
menggambarkan dalam situasi tersebut, karena tidak seorangpun akan
mempercayai apa yang digambarkan . Hal ini membuat universalisasi kebohongan
menjadi irasional atau kontradiktif.
Jika kesalahan representasi situasi keuangan merupakan hal yang uiversal, maka
auditing menjadi sebuah fungsi yang tidak berguna. Menurut Rick Telbert, hal ini
mungkin sudah terjadi, seperti pemyataannya dalam Accounting Today; "Firma-firma CPA
(Certified Public Accountant) telah lama cenderung mirip perusahaan asuransi - berfokus
pada kepastian dan audit pengelolaan risiko - ketimbang membuktikannya" . Firma-:firma
dengan perilaku semacam ini hanya menjamin bahwa presentasi yang disajikan tidak
melawan hukum, mereka hanya melayani klilen, bukan publik. Hal ini menunjuk salah
satu aspek lain dari kepercayaan. Karena kepercayaan merupakan hal yang esensial,
maka penampilan dari kejujuran dan integitras seorang akuntan merupakan hal yang
penting. Auditor tidak hanya harus terpercaya, namun juga harus terlihat dapat
dipercaya.

7. TANGGUNG JAWAB AUDITOR TERHADAP PUBLIK

Tugas auditor untuk membuktikan kebenaran laporan keuangan memberikan


akuntan tanggung jawab khusus terhadap publik. Tanggung jawab ini memberikan
sebuah hubungan dengan klien yang berbeda dengan profesi lainnya. Melihat perbedaan
kepentingan yang terkadang ada diantara klien dan publik, terlihat jelas bahwa para
auditor menghadapi konflik kesetiaan . Akuntan merupakan kaum profesional karena itu
harus berperilaku profesional pula. Sebagaimana profesi lainnya, mereka menawarkan
jasa kepada klien. Namun profesi akuntan publik, karena meliputi pekerjaan sebagai
auditor independen, memiliki fungsi lainnya. Auditor independen tidak hanya bertindak
sebagai pencatat, namun juga sebagai evaluator bagi catatan akuntan lainnya. Disini,
auditor memenuhi fungsi pengawas publik atau apa yang disebut oleh Justice Burger
sebagai public watchdog function.

8. TANGGUNG JAWAB DASAR AUDITOR


Dokumen Cohen Report berisikan laporan komprehensif mengenai tanggung jawab
seorang auditor independen. Di tahun 1974 Cohen Commision didirikan untuk
mengembangkan kesimpulan dan rekomendasi terkait dengan tanggung jawab auditor
independen . Tugas lainnya adalah untuk mengevaluasi ekspektasi dan kebutuhan publik
serta kemampuan realistis akuntan. Cohen Report mendefinisikan peranan utama auditor
independen sebagai perantara laporan keuangan klien dengan pengguna laporan tersebut,
yang auditor bertanggungjawab kepadanya. Sangat jelas disini Cohen Commision
menyebutkan bahwa tanggung jawab utama auditor adalah kepada publik, bukan klien.
Komisi juga memeriksa apa yang bisa diharapkan untuk dicapai oleh para auditor,
memandang tekanan bisnis dan waktu yang mereka hadapi. Laporan menyebutkan
beberapa area yang bukan tanggung jawab auditor independen. Auditor bertanggung
jawab untuk membentuk sebuah opini pada apakah laporan keuangan tersaji dengan
prinsip-prinsip akuntansi yang dipergunakan dengan tepat. Pernyataan pembuktian
tradisional menegaskan bahwa laporan keuangan "disajikan dengan jujur dalam
penyelarasan dengan prinsip-prinsip akuntansi yang diterima secara umum (GAAP-
Generally Accepted Accounting Principles)". Hal ini merupakan subjek kontroversial
dalam literatur-literatur etika.

8.1 Evaluasi Pengendalian Auditing Internal


Cohen Report juga membahas hukum dan akuntabilitas perusahaan, dan memeriksa
tugas auditor terkait dengan pengendalian auditing internal. Selain membuktikan
ketepatan laporan keuangan, auditor juga bertanggung jawab untuk menentukan apakah
pengendalian dan sistem auditing internal telah memadai. Secara singkat, auditor
bertanggung jawab untuk mengevalyasi apakah akuntan manajemen memenuhi
kewajibannya, dan untuk memastikan kecukupan dan ketaatan terhadap pengendalian
auditing internal.

8.2 Tanggung Jawab untuk Mendeteksi dan Melaporkan Kesalahan dan


Penyimpangan

Menurut Cohen Report auditor juga bertanggung jawab untuk menyampaikan


ketidaktentuan signifikan apapun yang terdeteksi dalam laporan keuangan. Tanggung
jawab
untuk melaporkan kesalahan dan penyimpangan mempakan salah satu hal yang paling
serius dan membingungkan bagi auditor. John E.Beach memberikan dua contoh mengenai
bagaimana tanggung jawab akuntan terhadap publik dapat mengarah pada tuntutan
hukum bila berkonflik dengan tanggung jawab untuk menjaga kerahasiaan klien:
a. Bulan Oktober 1981, seorang juri di Ohio menetapkan bahwa seorang akuntan
bersalah dalam mengabaikan kontrak untuk melanggar kewajiban kerahasiaan yang
dimandatkan dalam kode etik akuntan, dan memberikan ganti rugi sebesar kira-kira
1juta Dolar AS bagi
penggugat
b. Di waktu yang bersamaan, seorang juri di New York memberikan hukuman denda
80 juta Dolar AS bagi penggugat untuk kegagalan akuntan dalam
mengungkapkan informasi
rahasia.
Mengenai apakah diperbolehkan bagi auditor untuk melaporkan ketidaktepatan
aktivitas kliennya, bisa dikatakan bahwa terdapat opini hukum bahwa tugas
kerahasiaan tidaklah aboslut, dan "mengutamakan kepentingan publik dapat
terjadi dimana kerahasiaan hams mengalah".

9. INDEPENDENSI

Untuk memenuhi tanggung jawabnya, auditor hamslah menJaga independensi.


Justice Burger menggunakan istilah "independensi total" mengenai fungsi pengawas
publik yang menuntut independensi total. Tentu saja, auditor hamslah independen dari
klien. Namun kita perlu memeriksa apakah independensi total mempakan sebuah
kemungkinan ataukah keharusan. Seberapa besar independensi yang hams dijaga sorang
auditor, dan bagaimana menentukannya?
Code of Professional Conduct AICPA mengakui dua jenis independensi, yaitu:

a. Independensi dalam fakta dan penampilan. Independensi dalam fakta dapat


diterapkan oleh semua akuntan.
b. Independensi penampilan, beberapa berpendapat bahwa hanya dapat diterapkan
untuk auditor independen.
Independence Standard Board (!SB) menetbitkan "Pemyataan Konsep
Independensi: Sebuah Kerangka Kerja Konseptual untuk Independensi Auditor" ISB
diberikan tanggung jawab untuk mengeluarkan standar indepedensi yang dapat diterapkan
untuk audit entitas publik, dalam rangka melayani kepentingan publik dan untuk
melindungi dan mendorong kepercayaan diri investor di pasar sekuritas. ISB
mendefinisikan independensi auditor sebagai "kebebasan dari tekanan dan faktor lain
yang membahayakan, atau secara beralasan bisa membahayakan, kemampuan auditor
untuk membuat keputusan audit yang ti dak bias".
Sasaran independensi adalah untuk mendukung kepercayaan pengguna pada
proses pelaporan keuangan dan untuk meningkatkan efisiensi manajemen. Sehingga disini
independensi merupakan instrumen, sedangkan tujuannya adalah efisiensi manajemen.
ISB menjabarkan empat prinsip dasar dan empat konsep sebagai pedoman dalam
menentukan independensi pembantu:
a. Threats/Ancaman
b. Safeguards/Jaminan keamanan

a: §ijifill!ffi85PaHe£ll&;keefektifan jaminan keamanan

Ancaman terhadap independensi auditor didefinisikan sebagai "sumber kebiasan


potensial yang mungkin membahayakan, atau secara beralasan dapat membahayakan,
kemampuan auditor untuk membuat keputusan audit yang tidak bias, yaitu:
a. Self-interest threats
b. Self-review threats
c. Advocacy threats
d. Familiarity threats
e. Intimidation threats

Menurut Gordon Chon, terdapat faktor-faktor lain yang bisa membahayakan


independensi

auditor. Salah satunya adalah dampak hubungan keluarga dan finansial pada
independensi. Tentu saja bila auditor adalah sanak keluarga klien atau memiliki
kepentingan finansial dengan klien,

hal ini bisa menciptakan konflik kepentingan yang mempengaruhi independensi auditor.
Sehingga, aturan independensi AICPA mencegah seseorang untuk bertindak sebagai
auditor dimana terdapat hubungan seperti itu. Meskipun bila auditor mampu
mengatasinya, publik akan curiga terhadap hasil kerjanya.

10. RISIKO INDEPENDENSI

Setelah meneliti ancaman-ancarnan terhadap independensi, laporan ISB


menguraikan

"pengendalian yang mengurangi atau mengenyahkan ancaman terhadap independensi


auditor". Ini meliputi : larangan, batasan, pengungkapan, kebijakan, prosedur, praktik
, standar, aturan,

aransemen institusional, dan kondisi lingkungan".

Konsep penting lainnya yaitu risiko independensi, dimana laporan ISB


mendefinisikannya sebagai "risiko yang mengancam independensi auditor, dirnana tidak
diredam oleh jaminan perlindungan, yang membahayakan atau secara beralasan dapat
membahayakan, kemampuan auditor untuk membuat keputusan audit yang tidak bias.
Secara sederhana, risiko terhadap independensi meningkat dengan kehadiran ancaman
dan menurun dengan adanya jaminan perlindungan .

Mengakui bahwa independensi total merupakan hal yang tidak mungkin,


laporan ISB memberikan sebuah kerangka kerja bagi auditor untuk mengevaluasi apakah
independensi yang
mereka miliki akan melindungi mereka dari risiko yang bisa membahayakan penilaian
atau audit mereka. Terdapat empat aktivitas dasar yang disebut prinsip, yang digunakan
untuk menentukan independensi auditor.
a. Prinsip 1; menilai tingkat risiko independensi, dengan mempertimbangkan j
enis dan

signifikansi ancaman dan jenis keefektifan jaminan perlindungan.


Untuk membantu penilaian ini, laporan ISB menyarankan auditor untuk
memeriksa 5

tingkat risiko independensi, yaitu:


a) Tidak ada risiko independensi
b) Risiko independensi kecil
c) Risiko independensi sedang
d) Risiko independensi tinggi
e) Risko independensi maksimum
b. Prinsip 2; menentukan akseptabilitas tingkat risiko independensi. Auditor
harus
menentukan apakah tingkat independensi berada dalam posisi yang dapat
diterima pada rangkaian independensi risiko.
c. Prinsip 3; mempertimbangkan manfaat dan biaya. Memastikan bahwa manfaat
yang didapat dari mengurangi risiko independensi dengan menanamkan tambahan
perlindungan
SEC mengeluarkan "Revisi Persyaratan Independensi Auditor", efektif sejak 5
Februari 2001, yang melarang jasa nonaudit tertentu yang melemahkan independensi
auditor, yang banyak mendapat perlawanan dari kalangan profesional akuntansi. Profesi
akuntansi telah lama merangkul kebutuhan akan berpenampilan independen.

Sebagaimana pemyataan Standar-Standar Auditing No.1 berikut ini:

"Kepercayaan diri publik akan bisa dilemahkan dengan bukti bahwa


independensi pada kenyataannya kurang, dan mungkin juga bisa dilemahkan
dengan adanya kondisi kondisi yang dipercaya bisa mempengaruhi
independensi... Auditor independen seharusnya tidak hanya independen secara
nyata/aktual, mereka juga seharusnya menghindari situasi dimana orang luar bisa
meragukan independensi mereka. "
Dalam Standar Auditing AICPA No.82, yang disebut dengani istilah due professiona

a. Due professional care diterapkan dalam perencanaan dan kinerja audit serta persiapan
laporan
Due professional care membebankan sebuah tanggung jawab kepada setiap profesional
dalam organisasi auditor independen untuk meneliti standar kerja lapangan dan
pelaporan.

Standar AICPA juga menetapkan bahwa auditor harus menjaga skeptisisme


profesional, yang dianggap salah satu tanggung jawab auditor yang paling penting: Due
professional care mensyaratkan auditor untuk menerapkan skeptisisme profesional , yaitu
sebuah perilaku yang meliputi pemikiran bertanya dan penilaian kritis atas bukti audit.
Auditor menggunakan pengetahuan, keahlian, dan kemampuan yang dibutuhkan oleh
profesi akuntansi publik untuk berkinerja baik, dalam keyakinan yang baik dan dengan
integritas, dalam pengumpulan dan menilai bukti secara objektif
Standar Auditing no.82 ini juga mengklarifikasi kewajiban auditor. Contohnya,
seorang

auditor tidak boleh mendeteksi penyimpangan material, karena GAAP ( Generally


Accepted Accounting Standards - Standar akuntansi yang diterima umum) tidak
mensyaratkan pembuktian
keaslian dokumen, atau kemungkinan adanya kolusi dan penutupan Auditor hanya
perlu memberikan kepastian beralasan , yaitu, menjaga suatu tingkatan skeptimisme
profesional layak.
Untuk menjadi skeptis secara tepat, auditor harus mempertimbangkan faktor-
faktor yang mempengamhi risiko audit, khususnya struktur pengendalian internal.
Pemahaman auditor mengenai struktur pengendalian internal seharusnya menambah atau
mengurangi kekhawatiran auditor mengenai risiko kesalahan pelaporan yang material.
Pertanyaan-pertanyaan seperti: Adakah transaksi signifikan yang sulit untuk diaudit?
Adakah transaksi terkait pihak yang tidak
biasanya dan substansial dalam bisnis regular? Adakah kemungkinan atau yang
diketahui kesalahan pelaporan yang cukup besar terdeteksi dalam audit periode
sebelumnya oleh auditorsebelumnya?

Audit sebuah laporan keuangan sesuai dengan GAAP harus direncanakan dan
dilaksanakan dengan perilaku skeptisisme profesional. Auditor tidak berasumsi bahwa
manajemen tidak jujur ataupun berasumsi kejujuran yang dipertanyakan. Dalam
menerapkan skeptisisme profesional, auditor seharusnya tidak puas hanya dengan bukti
persuasif karena sebuah keyakinan bahwa manajemen berperilaku jujur.

12. KEPASTIAN BERALASAN

Penerapan due professional care memberkan kesempatan kepada auditor untuk


mendapatkan kepastian beralasan mengenai apakah laporan keuangan bebas dari
kesalahan pelaporan material, apakah disebabkan oleh kesalahan (error) atau kecurangan
(fraud), atau apakah kelemahan material ada sejak tanggal penilaian manajemen.
Kepastian absolut tidak dapat dicapai karena sifat bukti audit dan karakteristik
kecurangan Meskipun demikian, kepastian beralasan adalah kepastian tingkat tinggi.
Karena itu, audit yang dilakukan sesuai dengan standar PCAOB (Amerika Serikat)
mungkin tidak mendeteksi kelemahan material dalam pengendalian internal terhadap
pelaporan keuangan atau kesalahan pelaporan material atas laporan keuangan.
Tujuan auditor independen adalah untuk meraih bukti kompeten yang cukup
untuk memberikannya sebuah dasar yang beralasan untuk membentuk opini. Penilaian
dibutuhkan dalam menginterpretasikan hasil pengujian audit dan penilaian bukti audit.
Bahkan walaupun dengan integritas dan keyakinan yang baik, kesalahan penilaian tetap
dapat dilakukan .
Kesimpulannya, sebuah prasyarat untuk seorang auditor yang efektif adalah
untuk menjaga fakta independensi dan tampilan independensi. Ini memberikan
kesempatan bagi auditor untuk mempraktikkan due professional care, yang
mensyaratkan perilaku skeptisisme profesional. Sebagai seorang profesional, auditor
memiliki tugas terhadap publik bahwa Ia dapat dirangkul dengan bebas dalam perannya
sebagai akuntan publik . Etika menuntut untuk memenuhi tugas tersebut.

13. KODE ETIK PROFESI AKUNTAN PUBLIK

Setiap bidang profesi tentunya harus memiliki aturan-aturan khusus atau lebih
dikenal dengan istilah "Kode Etik Profesi". Dalam bidang akuntansi sendiri, salah satu
profesi yang ada yaitu Akuntan Publik. Profesi akuntan publik menghasilkan berbagai
jasa bagi masyarakat, yaitu jasa assurance, jasa atestasi, dan jasa nonassurance.
a) Jasa assurance adalah jasa profesional independen yang meningkatkan mutu
informasi bagi pengambil keputusan. Contoh: penilaian terkait risiko keamanan
atau membuat profit risiko kecurangan dan keandalan sistem informasi.
b) Jasa atestasi terdiri dari audit (atas laporan keuangan historis), pemeriksaan
(examination), review, dan prosedur yang disepakati (agreed upon procedure).
Jasa atestasi adalah suatu pemyataan pendapat, pertimbangan orang yang
independen dan kompeten tentang apakah asersi suatu entitas sesuai dalam
semua hal yang material, dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Jasa non-assurance adalah jasa yang dihasilkan oleh akuntan publik yang di
dalamnya ia tidak memberikan suatu pendapat, keyakinan negatif, ringkasan
temuan, atau bentuk lain keyakinan. Contoh jasa nonassurance yang dihasilkan
oleh profesi akuntan publik adalah jasa kompilasi, jasa perpajakan, jasa
konsultasi .
Kade Etik Profesi Akuntan Publik (sebelumnya disebut Aturan Etika
Kompartemen Akuntan Publik) adalah aturan etika yang harus diterapkan oleh
anggota Institut Akuntan Publik Indonesia atau IAPI (sebelumnya Ikatan Akuntan
Indonesia - Kompartemen Akuntan Publik atau IAI-KAP) dan staf profesional (baik
yang anggota IAPI maupun yang bukan anggota IAPI) yang bekerja pada satu Kantor
Akuntan Publik (KAP).
Kade Etik Profesi Akuntan Publik (Kade Etik) ini terdiri dari dua bagian, yaitu:

1) Bagian A dari Kode Etik ini menetapkan prinsip dasar etika profesi dan
memberikan kerangka konseptual untuk penerapan prinsip tersebut.
2) Bagian B dari Kade Etik ini memberikan ilustrasi mengena1 penerapan
kerangka konseptual tersebut pada situasi tertentu.
Kade Etik ini menetapkan prinsip dasar dan aturan etika profesi yang harus
diterapkan oleh setiap individu dalam kantor akuntan publik (KAP) atau Jaringan
KAP, baik yang merupakan anggota IAPI maupun yang bukan merupakan anggota
IAPI, yang memberikan jasa profesional yang meliputi jasa assurance dan jasa selain
assurance seperti yang tercantum dalam standar profesi dan kode etik profesi. Suatu
KAP atau Jaringan KAP tidak boleh menetapkan kode etik profesi dengan ketentuan
yang lebih ringan daripada ketentuan yang diatur dalam Kade Etik ini.
Kade Etik Profesi Akuntan Publik yang baru saja diterbitkan oleh IAPI
menyebutkan 5 prinsip-prinsip dasar etika profesi, yaitu:
a) Prinsip Integritas

Seseorang yang menerapkan prinsip integritas mewajibkan setiap


praktisi untuk tegas, jujur, dan adil dalam hubungan profesional dan
hubungan bisnisnya . Mereka tidak boleh terlibat dalam pembuatan laporan
keuangan serta informasi lainnya terkait
mengenai:
1) kesalahan yang material atau pernyataan yang menyesatkan
2) pemyataan atau informasi yang diberikan secara tidak hati-hati
3) penghilangan atau penyembunyian yang dapat menyesatkan atas
informasi yang seharusnya diungkapkan.
b) Prinsip Objektivitas

Praktisi yang menerapkan prinsip objektivitas mengharuskan praktisi


untuk tidak membiarkan subjektivitas, benturan kepentingan, atau pengaruh
yang tidak layak dari pihak-pihak lain memengaruhi pertimbangan
profesional atau pertimbangan bisnisnya. Setiap praktisi harus
menghindari setiap hubungan yang bersifat subjektif atau yang dapat
mengakibatkan pengaruh yang tidak layak terhadap pertimbangan
profesionalnya.
c) Prinsip Kompetensi serta Sikap Kecermatan dan Kehati-hatian Profesional

Seorang praktisi diwajibkan untuk memelihara pengetahuan dan keahlian


profesional yang dibutuhkan untuk menjamin pemberian jasa profesional yang
kompeten kepada klien atau pemberi kerja, dan menggunakan kemahiran
profesionalnya dengan saksama sesuai dengan standar profesi dan kode etik
profesi yang berlaku dalam memberikan jasa profesionalnya. Pemeliharaan
kompetensi profesional membutuhkan kesadaran dan pemahaman yang
berkelanjutan terhadap
perkembangan teknis profesi dan perkembangan bisnis yang relevan.
Pengembangan dan pendidikan profesional yang berkelanjutan sangat
diperlukan untuk meningkatkan dan memelihara kemampuan praktisi agar
dapat melaksanakan pekerjaannya secara kompeten dalam lingkungan
professional. Praktisi harus memastikan tersedianya pelatihan dan penyeliaan
yang tepat bagi mereka yang bekerja di bawah wewenangnya dalam kapasitas
profesional.
d) Prinsip Kerahasiaan

Prinsip kerahasiaan mewajibkan setiap praktisi untuk tidak melakukan


tindakan- tindakan sebagai berikut:
1)Mengungkapkan informasi yang hersifat rahasia yang diperoleh dari
hubungan profesional dan hubungan bisnis kepada pihak di luar KAP
atau Jaringan KAP tempatnya bekerja tanpa adanya wewenang
khusus, kecuali jika terdapat kewajiban untuk mengungkapkannya
sesuai dengan ketentuan hukum atau peraturan lainnya yang berlaku;
dan
2) Menggunakan informasi yang bersifat rahasia yang diperoleh
dari

hubungan profesional dan hubungan bisnis untuk keuntungan pribadi


atau pihak ketiga.
e) Prinsip Perilaku Profesional

Prinsip perilaku profesional mewajibkan setiap praktisi untuk mematuhi


setiap ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku, serta menghindari setiap
tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi . Dalam memasarkan dan
mempromosikan diri dan pekerjaannya, setiap Praktisi tidak boleh
merendahkan martabat profesi. Setiap Praktisi hams bersikap jujur dan tidak
boleh bersikap atau melakukan tindakan sebagai berikut.
1) Membuat pemyataan yang berlebihan mengenai jasa profesional yang
dapat diberikan, kualifikasi yang dimiliki,
2) Membuat pemyataaan yang merendahkan atau melakukan
perbandingan yang tidak didukung bukti terhadap hasil pekerjaan
Praktisi lain.
Selain itu, Kode Etik Profesi Akuntan Publik juga merinci aturan mengenai
hal-hal berikut ini:
a. Seksi 200 Ancaman dan Pencega han, dalam seksi ini terdapat ilustrasi mengenai
penerapan kerangka konseptual yang tercantum pada Bagian A dari kodee etik ini
oleh
praktisi. Kerangka konseptual ini harus diterapkan dalam setiap situasi yang dihadapi.
b. Seksi 210 Penunjukan Praktisi, KAP, atau Jaringan KAP, Praktisi yang ditunjuk
untuk menggantikan praktisi lain atau seorang praktisi yang sedang
mempertimbangkan untuk mengikuti tender perikatan dari calon klien yang sedang
dalam perikatan dengan praktisi lain harus menentukan ada atau tidaknya alas an
professional atau alas an lainnya untuk tidak menerima perikatan tersebut,
yaitu adanya hal-hal yang dapat mengancam kepatuhan terhadap prinsip dasar
etika profesi.
c. Seksi 220 Bentu ran Kepentinga n, setiap praktisi harus mengambil langkah-
langkah yang diperlukan untuk mengidentifikasi setiap situasi yang dapat
menimbulkan benturan kepentingan , karena situasi tersebut dapat menimbulkan
ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi.
d. Seksi 230 Pendapat Kedua, ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika
dapat terjadi ketika praktisi diminta untuk member pendapat kedua mengenai
penerapan akuntansi, auditing, pelaporan, atau standar/prinsip lain untuk keadaan
atau transaksi tertentu oleh atau untuk kepentingan pihak-pihak selain klien.
e. Seksi 240 lmbalan Jasa Profesional dan Bentu k Remunerasi Lainnya,
dalam melakukan negosiasi mengenai jasa professional yang diberikannya,
Praktisi dapat mengusulkan jumlah imbalan jasa yang dipandang sesuai.
f. Seksi 250 Pemasaran Jasa Profesional, ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip
dasar etika profesi dapat terjadi ketika praktisi mendapatkan suatu perikatan melalui
iklan atau bentuk pemasaran lainnya.
g. Seksi 260 Penerimaan Hadiah atau Bentuk Keramah-Tamahan Lainnya, Praktisi
maupun anggota keluarga dekatnya mungkin saja ditawari suatu hadiah atau bentuk
keramah tamahan lainnya oleh klien. Penerimaan pemberian tersebut dapat
menimbulkan ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi.
Signifikansi ancaman dapat
beragam tergantung dari sifat, nilai dan maksud dari pemberian tersebut.
h. Seksi 270 Penyimpanaan Aset Milik Klien, setiap Praktisi tidak boleh mengambil
tanggungjawab penyimpanan uang atau asset milik klien, kecuali jika diperbolehan
oleh ketentuan hukum yang berlaku dan jika demikian, Praktisi wajib
menyimpan asset tersebut sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
i. Seksi 280 Objektivitas - Semua Jasa Profesional, dalam memberikan jasa
profesionalnya, praktisi harus mempertimbangkan ada atau tidaknya ancaman
terhadap kepatuhan pada prinsip dasar objektivitas yang dapat terjadi dari
adanya kepentingan
dalam atau hubungan dengan, klien ataupun direktur, pejabat atau karyawannya.
j. Seksi 290 Independensi dalam Perikatan Assurance, dalam melakukan
perikatan assurance, kode etik ini mewajibkan anggota tim assurance, KAP
dan jika relevan,
jaringan KAP untuk bersikap kepada klien assurance sehubungan dengan
kapasitas mereka untuk melindungi kepentingan publik. Dalam perikatan ini
praktisi menyatakan pendapat yang bertujuan untuk meningkatkan tingkat
keyakinan pengguna basil pekerjaan
perikatan assurance yang dituju.

Kewajiban Bagi Seorang Akuntan Publik (AP) Dan (KAP) Terdapat 5 (Lima)
Kewajiban Akuntan Publik Dan KAP, yaitu:
a. Bebas dari kecurangan (fraud), ketidakjujuran dan kelalaian serta menggunakan
kemahiran jabatannya (due professional care) dalam menjalankan tugas profesinya.
b. Menjaga kerahasiaan informasi I data yang diperoleh dan tidak dibenarkan
memberikan

informasi rahasia tersebut kepada yang tidak berhak. Pembocoran rahasia data I
informasi klien kepada pihak ketiga secara sepihak merupakan tindakan tercela.
c. Menjalankan PSPM04-2008 tentang Pemyataan Beragam (Omnibus Statement)
Standar Pengendalian Mutu (SPM) 2008 yang telah ditetapkan oleh Dewan
Standar Profesional Akuntan Publik (DSPAP) Institut Akuntan Publik Indonesia
(IAPI), terutama SPM Seksi 100 tentang Sistem Pengendalian Mutu Kantor
Akuntan Publik (SPM-KAP).
d. Mempunyai staf I tenaga auditor yang profesional dan memiliki pengalaman yang
cukup. Para auditor tersebut hams mengikuti Pendidikan Profesi berkelanjutan
(Continuing Profesion education) sebagai upaya untuk selalu meningkatkan
pengetahuan dan
ketrampilan dalam bidang audit dan proses bisnis (business process) . Dalam
rangka peningkatan kapabilitas auditor, organisasi profesi mensyaratkan
pencapaian poin (SKP) tertentu dalam kurun I periode waktu tertentu. Hal ini
menjadi penting, karena auditor
harus senantiasa mengikuti perkembangan bisnis dan profesi audit secara terns
menerus.

e. Memiliki Kertas Kerja Audit (KKA) dan mendokumentasikannya dengan baik


KKA tersebut merupakan perwujudan dari langkah-langkah audit yang telah
dilakukan oleh auditor dan sekaligus berfungsi sebagai pendukung (supporting) dari
temuan-temuan audit (audit evidence) dan opini laporan audit (audit report).
KKA sewaktu-waktu juga diperlukan dalam pembuktian suatu kasus di sidang
pengadilan.
Larangan Bagi Seorang Akuntan Publik (AP) Dan (KAP) Akuntan Publik
Dilarang Melakukan 3 (Tiga) hal:
a. Dilarang memberikan jasa audit umum atas laporan keuangan (general audit)
untuk klien yang sama berturut-turut untuk kurun waktu lebih dari 3 tahun. Hal
ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kolusi antara Akuntan Publik
dengan klien yang merugikan pihak lain.
b. Apabila Akuntan Publik tidak dapat bertindak independen terhadap pemberi
penugasan (klien), maka dilarang untuk memberikan jasa.
c. Akuntan Publik juga dilarang merangkap jabatan yang tidak diperbolehkan oleh
ketentuan perundang-undangan I organisasi profesi seperti sebagai pejabat negara,
pimpinan atau pegawai pada instansi pemerintah , Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) atau swasta, atau badan
hukum lainnya, kecuali yang diperbolehkan seperti jabatan sebagai dosen
perguruan tinggi yang tidak menduduki jabatan struktural dan atau komisaris atau
komite yang bertanggung jawab kepada komisaris atau pimpinan usaha
konsultansi manajemen .

KASUS: AUDITOR'S DILEMMA

I. KASUS

Arthur merupakan lulusan di Bidang Akuntansi dan memperoleh gelar sarjana


kemudian ia disewa oleh Castor Gotlieb LLP yaitu perusahaan akuntansi menengah
terbesar. Alasannya memilih perusahaan tersebut dibanding perusahaan lain karena
selama wawancara, Arthur dan perekrut telah berbicara panjang lebar tentang kejujuran
dan integritas pribadi. Ini adalah nilai nilai yang paling berharga bagi Arthur , dan ia
yakin bahwa kejujuran dan integritas yang konsisten dengan nilai-nilai dan misi
pemyataan CG.
Penugasan pada klien pertama, Arthur melakukan aspek-aspek dasar dari
audit. Ia menunjukkan kompetensi dan wawasan masalah audit yang potensial, dan
sebagainya pekerjaan berikutnya ia diberi aspek yang lebih kompleks dari audit. Dia
menyelesaikannya tepat waktu, dan diberi evaluasi yang sangat positif oleh seniomya
auditnya yaitu Jonathan Lee. Arthur menikmati pekerjaan, namun pekerjaan tersebut
harus dilakukan berjam-jam , terutama selama musim pajak. Menurutnya sulit untuk
bekerja dari sembilan sampai lima di kantor klien di mana ia menyelesaikan
pengembalian pajak sampai sebelas malam, hanya untuk mengulang seluruh rutinitas
pada hari berikutnya, dan setiap hari setelah itu. Arhur hanya memiliki satu hari
libur setiap minggu.
Menurut manajernya Stella Resse itu merupakan hal yang wajar karena waktu
istirahat akan dilakukan pada musim panas. Pada minggu kedua bulan Maret, Arthur
dikirim bekerja pada audit Perusahaan Furniture Pine Crest. Pine Crest
memproduksi dan menjual fumitur kontemporer ruang tamu dan ruang makan
melalui dua toko yang terletak di pinggir kota. Arthur bertanggung jawab untuk
bagian persediaan. Ia memiliki anggaran untuk 40 jam untuk menyelesaikan bagian
dari audit, karena junior telah menghabiskan 40 jam pada bagian persediaan tahun
lalu dan Arthur yakin bahwa ia akan mampu menyelesaikan bahwa bagian dari file di
bawah anggaran.
Pada malam kedua audit, Arthur menghitung capital gain yang kena pajak
untuk wealthy client, Arthur menyadari bahwa mungkin ada masalah transfer pricing
internal Pine Crest sehubungan dengan satu model furnitur ruang makan yang telah
dipindahkan dari satu toko ke toko lainnya Selama dua hari berikutnya, Arthur
menghabiskan jumlah tambahan waktu memeriksa skema haiga transfer internal
perusahaan serta seluruh pemeriksaan didokumentasikan. Setelah menghabiskan
hampir 50 jam pada bagian persediaan, Arthur menyimpulkan bahwa tidak ada
masalah dengan persediaan . Arthur telah keliru dan malu bahwa ia telah
menghabiskan begitu banyak waktu pada persediaan. Dia merasa bahwa jika ia baru
saja mengikuti prosedur audit standar, ia bisa menyelesaikan bagian sesuai
anggaran. Akibatnya, ia melaporkan bahwa ia hanya menghabiskan 40 jam saat ia
benar-benar menghabiskan 50 jam . Arthur enggan untuk memalsukan laporan
waktunya, tapi ia membenarkan tindakannya atas dasar bahwa ia baru dan
berpengalaman . Dia juga mengatakan bahwa ekstra 10jam adalah pengalaman
belajar. Serta ia merasa tidak akan ada yang akan tahu bahwa ia telah
menyelesaikan laporan dalam waktu tidak benar, karena Arthur memiliki reputasi
untuk memiliki integritas tinggi. Pada akhir audit Pine Crest, Arthur menerima
penilaian yang sangat baik dari Senior Audit Jonathan Lee serta Manager Stella
Reese.
Kinerja Arthur pada dua pekerjaan berikutnya juga sangat baik dan ia
dipromosikan menjadi staf akuntan menegah di akhir tahun. Februari berikutnya,
Arthur dipanggil ke pertemuan membahas yang akan datang mengenai Audit Pine
Crest Furniture yang akan dilakukan bulan depan. Pertemuan itu beranggotakan
Jonathan Lee, Stella Reese, serta tiga staf akuntan lain yang telah mengaudit Pine
Crest tahun lalu. Stella mengatakan bahwa akibat dari krisis ekonomi penjualan di
Pine Crest turun. Controller mereka mengatakan mereka tidak mampu membayar
jumlah yang sama tahun ini untuk audit. Auditor berada di bawah banyak tekanan
untuk menjaga biaya serendah mungkin, dan Ms. Johnson selaku mitra dari CG telah
setuju untuk menurunkan biaya sedikit, tetapi tetap meminta untuk menyelesaikan
audit dalam waktu singkat. Hasil dari keputusan tersebut berarti bahwa anggaran waktu
audit yang telah dipotong 10% tahun ini. Hasil itu menimbulkan protes, namun Stella
berpendapat bahwa mereka punya tim audit yang sama bekerja pada klien tahun ini di
tahun lalu. Kita semua tahu operasi dan kegiatan klien. Tidak ada kurva belajar pada
audit kali ini, sehingga dapat dilakukan. Stella terkesan dengan kinerja Arthur tahun lalu
Ia tidak menyadari bahwa mungkin ada masalah transfer pricing persediaan . Tidak
sampai ia membaca apa yang Arthur tulis secara baik dan mendalam tahun lalu. Stella
berkesimpulan bahwa jika audit persediaan pada audit ini dilakukan lagi oleh Arthur
maka ia akan dengan cepat menyelesaikan audit itu.
Konsekuensi dari apa yang dikukan Arthur menimbulkan dilemma yang harus ia
hadapi. Ia mencoba membuat pilihan dari 4 hal yang munkin dilakukannnya yaitu:
1) Beritahu Stella kebenaran : bahwa ia berbohong pada laporan kalinya tahun
lalu. Apakah ia dipecat karena ia tidak menunjukkan kejujuran dan integritas?
2) Menyelesaikan audit persediaan dan melaporkan 36 jam, terlepas dari berapa
lama waktu yang dibutuhkan. Apakah ini berarti berbohong lagi laporan
waktunya? Apakah ini adil untuk siapa pun yang memiliki untuk melakukan
bagian persediaan tahun depan?
3) Mengeluh pada Ms Johnson dan mengatakan bahwa pengurangan sepuluh
persen sewenang-wenang dalam waktu audit yang tidak adil. Bagaimana
Jonathan dan Stella akan bereaksi jika ia pergi di atas kepala mereka ke partner
audit?
4) Mencari pekerjaan di perusahaan akuntansi lain. Kenapa dia akan mengatakan
bahwa dia berhenti?

5) PERTANYAAN DAN JAWABAN KASUS

• Pertanyaan:

Apa yang harus Arthur lakukan? Mengapa?

• Jawaban:
Dilema etika merupakan situasi yang dihadapi oleh seseorang dimana ia hams
membuat keputusan mengenai perilaku yang patut. Setiap profesi pasti pemah
mengalami dilema etika. Dilema etika dalam profesi audit muncul sebagai
konsekuensi konflik audit karena auditor berada dalam situasi pengambilan
keputusan yang terkait dengan keputusannya yang etis atau tidak etis. Dalam hal ini
dilema yang dihadapi Arthur timbul ketika ia tidak jujur dalam mengambil
keputusan untuk melaporkan bahwa ia menyelesaikan laporan persediaan selama 40
jam yang sesuai anggaran padahal Arthur melakukannya dalam waktu 50 jam
karena ia merasa ada permasalahan transfer pricing dalam laporannya.

Menumt kami skeptisme auditor sangat diperlukan mengingat Arthur


mempakan auditor bam sehingga jika auditor merasa ada hal yang dirasa akan
menimbulkan masalah maka auditor perlu melakukan pendalam audit agar dapat
memperoleh pemahaman yang memadai . Arthur telah mengungkapkan laporannya
secara mendalam dan sangat baik hanya tidak jujur dalam melaporkan waktu
auditnya sehingga membuat Manajemya merasa bahwa pengurangan waktu audit
akibat krisis tidak akan mempersulit Arthur karena ia telah berpengalaman
mengaudit persediaan tersebut.
Menumt kelompok kami, yang hams dilakukan Arthur adalah memberitahu
dan mengungkapkan bahwa ia telah tidak jujur dalam melaporkan waktu audit
persediaan tahun lalu. Alasannya adalah agar manajer tahu berapa waktu
sesungguhnya yang dilakukan Arthur dalam membuat sebuah laporan yang menumt
manajernya mempakan laporan yang lengkap dan mendalam terlepas dari
konsekuensi yang hams Arthur terima apakah ditegur, diturunkan jabatan atau
dipecat. Tetapi menurut kami, ketidakjujuran Arthur hanya menimbulkan bias
pemahaman dari manajer. Keputusan untuk berani mengungkapkan ketidakjujuran
harus diapresiasi oleh para pemimpin agar tidak menimbulkan keputusan yang
salah.
Kasus tersebut mempakan salah satu contoh tekanan etis yang serius dalam
profesi akuntansi saat ini, risiko dan bahaya terhadap integritas praktik akuntansi
akibat konflik kepentingan dan kebutuhan untuk bertahan dalam pasar kompetitif.
Dengan berkembangnya pasar keuangan dan sistem ekonomi, masyarakat
menginginkan auditor independen, yang sangat penting untuk fungsi efektif sistem
ekonomi. Jika akuntansi adalah bahasa bisnis, maka tugas auditor adalah untuk
memastikan bahasa tersebut digunakan dengan patut untuk mengkomunikasikan
informasi yang relevan secara akurat

REFERENSI
b. Duska, Ronald; Brenda Shay Duska; & Julie Anne Ragatz. 2011. Accounting Ethics.
2nd Edition. United Kingdom: Wiley-Blackwell
Judul : Pengaruh Kompetensi Dan Independensi Terhadap Kualitas Audit Dengan Etika Auditor
Sebagai Variabel Pemoderasi
Penulis: Agytri Wardhatul Khurun In
Jurnal : Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi

a. Area of interest
Laporan keuangan tersebut ditujukan kepada pihak internal dan pihak eksternal
perusahaan. Pihak internal perusahaan membutuhkan laporan keuangan sebagai pedoman
pengambilan keputusan. Sedangkan pihak eksternal perusahaan membutuhkan laporan
keuangan sebagai kepentingan investasi. Pentingnya fungsi laporan keuangan tersebut
membuat pihak manajemen ingin selalu menghasilkan suatu laporan keuangan yang
terlihat baik. Banyak kasus yang terjadi akibat pihak manajemen memanipulasi laporan
keuangan. Hal ini membuat para investor harus lebih berhati-hati dalam mengambil
keputusan berinvestasi. Untuk menanggulangi kejadian tersebut laporan keuangan
perlu dilakukan audit sebelum dipublikasikan kepada pengguna.

b. Phenomena
Laporan keuangan merupakan catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu
periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan.
Setiap perusahaan wajib membuat laporan keuangan setiap akhir peiode. Laporan
keuangan tersebut ditujukan kepada pihak internal dan pihak eksternal perusahaan. Pihak
internal perusahaan membutuhkan laporan keuangan sebagai pedoman pengambilan
keputusan. Sedangkan pihak eksternal perusahaan membutuhkan laporan keuangan
sebagai kepentingan investasi.

c. Theory
Dalam penelitian ini, penulis tidak memaparkan grand teori apa yang digunakan, penulis hanya
memaparkan kajian teoritis

d. Methodelogy
Penelitian ini merupakan penelitian korelasional (Correlational Research), Metode survei dalam
penelitian digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang populasi yang besar
dengan menggunakan sampel yang relatif kecil. Populasi dalam penelitian ini adalah 42 kantor
akuntan publik di Kota Surabaya. Teknik pengambilan sampel disini adalah purposive sampling,
teknik analisis yang digunakan Regresi Linier Berganda.

e. Hypothesis
H1 : Kompetensi berpengaruh positif terhadap kualitas audit.
H2 : Independensi berpengaruh positif terhadap kualitas audit
H3 : Kompetensi berpengaruh positif terhadap kualitas audit dengan etika auditor sebagai
variabel pemoderasi
H4 : Independensi berpengaruh positif terhadap kualitas audit dengan etika auditor
sebagai variabel pemoderasi.

f. Result
1. Berdasarkan hasil pengujian SPSS variabel kompetensi memiliki nilai signifikansi
sebesar 0,038 yang artinya lebih kecil dari 0,05. Dan diketahui nilai koefisien regresi
variabel kompetensi auditor adalah 3,404. Penelitian ini mengukur variabel
kompetensi auditor menggunakan 2 indikator yaitu pengetahuan dan pengalaman.
Dari hasil pengujian diatas maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis pertama (H1)
diterima.
2. Berdasarkan hasil pengujian SPSS variabel independensi memiliki nilai signifikansi
sebesar 0,002 yang artinya lebih kecil dari 0,05. Dan diketahui nilai koefisien regresi
variabel independensi adalah 2,304. Penelitian ini mengukur variabel independensi
auditor menggunakan 4 indikator yaitu lama hubungan dengan klien, tekanan dari
klien, telaah dari rekanan auditor, dan jasa non audit yang diberikan oleh KAP. Dari
hasil pengujian SPSS diatas maka dapat disimpulkan jika hipotesis kedua (H2)
diterima.
3. Berdasarkan hasil pengujian SPSS variabel kompetensi terhadap kualitas audit
dengan etika auditor sebagai variabel pemoderasi memiliki nilai signifikansi sebesar
0,051 yang artinya sama dengan 0,05. Dan diketahui nilai koefisien regresi interaksi
variabel kompetensi auditor dengan etika auditor adalah -0,804. Maka dapat
disimpulkan jika hipotesis ketiga (H3) ditolak
4. Berdasarkan hasil pengujian SPSS variabel independensi terhadap kualitas audit
dengan etika auditor sebagai variabel pemoderasi memiliki nilai signifikansi sebesar
0,007 yang artinya lebih kecil dari 0,05. Dan diketahui nilai koefisien regresi
interaksi variabel independensi auditor dengan etika auditor adalah -0,501. Maka
dapat disimpulkan jika hipotesis keempat (H4) ditolak
g. Conclusion
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi oleh auditor untuk tetap menjaga sikap
kompeten dan independen di setiap menjalankan tugas. Diharapkan para auditor dapat terus
meningkatkan kualitas audit yang dihasilkan agar masyarakat tidak ragu untuk menggunakan
jasa yang diberikan oleh KAP. Dalam melaksanakan tugas auditor harus selalu menjaga etika
audit nya agar kredibilitas seorang auditor tetap terjaga. Diharapkan auditor lebih sering
mengikuti pelatihan pelatihan atau seminar agar bisa menambah wawasan dan pengalaman lebih
banyak lagi.

h. Future Research
Diharapkan penelitian selanjutnya dapat menghilangkan keterbatasan yang ada dalam penelitian
ini. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah banyaknya alamat KAP yang tidak sesuai dengan
data yang ada di kementerian keuangan RI sehingga mengurangi jumlah responden yang
ditentukan, ada beberapa KAP yang menolak untuk mengisi kuisioner sehingga mengurangi
jumlah responden yang telah ditentukan, deskripsi responden dalam kuisioner tidak diisi secara
jelas bahkan ada yang tidak diisi membuat peneliti kesulitan menganalisis data responden yang
dijadikan sampel, lamanya waktu pengembalian kuisioner membuat waktu penyelesaian
penelitian ini juga terhambat.

i. Strong Point
Penelitian ini memaparkan secara rinci hasil uji statistic dan juga intepretasinya sehingga
pembaca dengan mudah memahami hasil dari penelitian ini, selanjutnya pemilihan sampling juga
di paparkan.

j. Weakness Point
Penelitian ini tidak memaparkan grand teori yang digunakan
Judul : The impact of internal audit function characteristics on internal control quality
Penulis: Ahmed Atef Oussii
Jurnal : Managerial Auditing Journal .emeraldinsight

k. Area of interest
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik fungsi audit
internal (IAF) dan kualitas pengendalian internal.

l. Phenomena
Beberapa tahun terakhir telah ditandai dengan serangkaian skandal keuangan yang
berurutan telah menarik perhatian tentang perlunya tata kelola perusahaan yang efektif
(Endaya and Hanefah, 2016; Sultana et al., 2015; Khlif and Samaha, 2014). Akibatnya,
baik regulator maupun ulama semakin mempromosikan peran penting pengendalian
internal dalam memastikan keandalan proses pelaporan keuangan (Salehi and Bahrami,
2017; Khlif and Samaha, 2016; Lin et al., 2014; Bedard and Graham, 2011). Menurut
Krishnan (2005, p. 650), pengendalian internal yang efektif sistem merupakan faktor
penting dalam mencapai pelaporan keuangan yang berkualitas baik.

m. Theory
Teori Agensi berpendapat bahwa manajemen senior berinvestasi di IAF untuk menunjukkan
kepada direksi, yaitu sistem pengendalian internal dan proses manajemen risiko berfungsi
dengan baik. Lebih khusus lagi, argumen teori agensi menyarankan itu karakteristik spesifik
individu yang melakukan aktivitas audit internal dapat meningkat kemampuan IAF untuk secara
efektif memelihara dan mengevaluasi sistem pengendalian internal yang memadai. Dengan
demikian, penulis mengharapkan hubungan positif antara karakteristik IAF dan pengendalian
internal

n. Methodelogy
Penulis menggunakan metode survei untuk menguji hubungan antara karakteristik IAF dan
kualitas pengendalian internal. Secara total, 81 kuesioner dibagikan. Tanggapan yang dapat
digunakan diterima dari 64 dari 81 perusahaan ini. Karena kehilangan data audit internal yang
diperlukan, kami menghapus 5 perusahaan dari sampel, menghasilkan tanggapan yang dapat
digunakan berkaitan dengan 59 perusahaan, mewakili 72,8 persen dari semua perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Tunis. Teknik analisis menggunakan Regresi
o. Hypothesis
H1. Ada hubungan positif antara status organisasi IAF dan internal kualitas kontrol.
H2. Ada hubungan positif antara komite audit terlibat dalam meninjau program dan
proses audit internal dan kualitas pengendalian internal
H3. Ada hubungan positif antara kompetensi IAF dan pengendalian internal kualitas
H4. Perusahaan dengan investasi IAF yang lebih besar cenderung tidak memiliki
pengendalian internal yang parah kelemahan
H5. Ada hubungan positif antara jaminan pengendalian kualitas audit internal tingkat dan
kualitas pengendalian internal
H6. Ada hubungan positif antara adanya proses tindak lanjut dan kualitas pengendalian
internal.

p. Result
1. Temuan ini bertentangan dengan harapan penelitian dan tidak memberikan
dukungan untuk H1 dan H4. Kurangnya hubungan yang signifikan secara statistik
antara Status organisasi IAF, investasi IAF dan kelemahan pengendalian internal
yang parah mungkin mungkin dijelaskan oleh kemampuan yang lebih besar dari
IAF yang independen dan lebih besar untuk mencegah defisiensi pengendalian
internal yang terjadi.
2. Penulis menemukan dukungan untuk H2, yang memprediksi hubungan antara
komite audit keterlibatan dalam meninjau program dan hasil audit internal
(AC_REV) dan kuasa kami untuk kualitas pengendalian internal. Koefisien pada
(AC_REV) negatif dan secara statistik signifikan, dengan nilai p 0,067.
3. Hasil juga menunjukkan bahwa, seperti yang diharapkan, koefisien regresi
kualitas audit internal tingkat jaminan kontrol (QAP) dan proses tindak lanjut
(IKUTI) memiliki tanda yang diprediksi dan signifikan secara statistik, dengan
nilai p masing-masing 0,001 dan 0,047. Temuan ini adalah konsisten dengan
konsisten dengan Lin et al. (2011) yang menemukan kelemahan materiel
pengungkapan menurun dalam penggunaan teknik jaminan kualitas selama kerja
lapangan dan sejauh mana tindak lanjut IAF pada defisiensi pengendalian internal
yang masih ada sebelumnya terdeteksi
q. Conclusion
Temuan empiris memberikan bukti bahwa atribut dan aktivitas IAF berhubungan positif dan
signifikan dengan kualitas pengendalian internal. Secara khusus, hasilnya menunjukkan bukti
hubungan positif yang signifikan antara komite audit keterlibatannya dalam meninjau kerja
lapangan audit internal, kompetensi IAF, audit internal tingkat jaminan pengendalian mutu,
proses tindak lanjut dan mutu pengendalian internal sebagaimana diproksikan oleh jumlah
kelemahan pengendalian internal yang parah yang terdeteksi oleh auditor internal. Hasil utama
terbukti kuat untuk mengukur alternatif kualitas pengendalian internal.

r. Future Research
Studi kami tunduk pada beberapa batasan yang harus dipertimbangkan saat menafsirkan hasil.
Pertama, ukuran sampel penelitian kami relatif terbatas. Namun, ukuran sampel kecil ini normal
untuk pasar Tunisia di mana jumlah perusahaan yang terdaftar hampir tidak melebihi 80. Kedua,
mungkin ada variabel lain di fl memengaruhi kualitas pengendalian internal yang tidak termasuk
dalam model kami. Oleh karena itu, penelitian di masa mendatang dapat mempertimbangkan
dampak variabel tata kelola perusahaan lainnya seperti karakteristik CEO dan aktivitas komite
audit terhadap kualitas pengendalian internal.

s. Strong Point
Penelitian ini memaparkan secara jelas dan kuat pada latar belakang dengan mengambil beberapa
pendapat dari penelitian sebelumnya yang sudah teruji

t. Weakness Point
Penelitian ini tidak memaparkan hasil secara jelas sehingga menyulitkan pembaca dalam
menemukan hasil pada pengujian hipotesis

Anda mungkin juga menyukai