Anda di halaman 1dari 8

AKUNTANSI KEPERILAKUAN LANJUTAN

“THE PRACTICE OF SLACK : A REVIEW AND GOAL SETTING, PERTICIPATIVE


BUDGETING, AND PERFORMANCE”

Dosen: Dr. Ni Made Dwi Ratnadi, SE, M.Si., Ak.

OLEH:
KELOMPOK 6
1. Putu Budhiyasa (1981621003)
2. I Wayan Angga Sudiartama (1981621007)
3. I Putu Ari Darmawan (1981621008)
4. I Ketut Surya Negara (1981621013)

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2020
THE PRACTICE OF SLACK : A REVIEW
A. PANDANGAN TERHADAP SLACK
Slack timbul dari kecenderungan organisasi dan individu untuk menahan diri dari
penggunaan semua sumber daya yang tersedia untuk mereka. Ini menggambarkan
kecenderungan untuk tidak beroperasi pada efisiensi puncak. Organizational slack
(kesenjangan organisasi) pada dasarnya mengacu pada kapasitas yang tidak terpakai, dalam
arti bahwa tuntutan untuk memakai sumber daya organisasi namun kurangnya pasokan
sumber daya tersebut. Budgetary slack (kesenjangan anggaran) ditemukan dalam proses
anggaran dan mengacu pada distorsi informasi intentional yang dihasilkan dari penjualan
dianggarkan dan berlebihan dari yang dianggarkan. Konsep kesenjangan organisasi dan
kesenjangan anggaran muncul dalam literatur lain di bawah label yang berbeda. Ekonom
merujuk pada suatu x-inefisiensi dalam kasus di mana sumber daya yang baik tidak
digunakan untuk kapasitas penuh mereka atau efektivitas atau digunakan dalam cara yang
sangat boros, serta dalam kasus di mana manajer gagal untuk melakukan perbaikan tanpa
biaya. X-inefisiensi, yang mengacu pada apakah harga di pasar adalah dari jenis yang tepat,
apakah mereka mengalokasikan input dan output untuk para pengguna yang bersedia
membayar untuk mereka. Kategori inefisiensi yang bersifat nonallocative atau x-inefisiensi,
termasuk inefisiensi dalam penggunaan tenaga kerja, pemanfaatan modal,urutan waktu,
jangkauan kerjasama karyawan, arus informasi, efektivitas tawar, pemanfaatan ketersediaan
kredit, dan prosedur heuristik.

B. ORGANIZATION SLACK
1) Sifat Kesenjangan Organisasi : Kesenjangan organisasi adalah penyangga yang dibuat
oleh manajemen dalam penggunaan sumber daya yang tersedia untuk menghadapi
kejadian internal maupun eksternal yang mungkin timbul dan mengancam koalisi yang
dibentuk. Oleh karena itu slack, akan digunakan oleh manajemen sebagai agen perubahan
dalam tanggap terhadap perubahan baik di lingkungan internal dan eksternal. Model
Cyert dan Maarch yang menjelaskan slack dalam faktor kognitif dan struktural. Ini
memberikan alasan untuk penciptaan yang tidak diinginkan dari slack. Individu
diasumsikan satisfice, dalam arti bahwa mereka menetapkan tingkat aspirasi untuk
kinerja daripada memaksimalkan tujuan. Aspirasi ini menyesuaikan ke atas atau ke

1
bawah, tergantung pada kinerja aktual, dan dengan cara yang lebih lambat dari perubahan
yang sebenarnya dalam kinerja.
C. SLACK ANGGARAN
1) Sifat Slack Anggaran : Literatur tentang kesenjangan organisasi menunjukkan bahwa
manajer memiliki motif yang diperlukan untuk memenuhi keinginan beroperasi di
lingkungan slack. Literatur tentang kesenjangan anggaran menganggap anggaran sebagai
perwujudan dari lingkungan itu dan, karena itu mengasumsikan bahwa manajer akan
menggunakan proses penganggaran untuk menawar kesenjangan anggaran. Sebagaimana
dinyatakan oleh Schiff dan Lewin, " manajer akan menciptakan slack dalam anggaran
melalui proses mengecilkan pendapatan dan melebih-lebihkan biaya”. Definisi umum
dari kesenjangan anggaran adalah meremehkan pendapatan dan biaya berlebihan dalam
proses penganggaran. Sebuah penjelasan rinci tentang penciptaan anggaran oleh manajer
dilaporkan oleh Schiff dan Lewin dalam studi mereka dari proses anggaran tiga divisi
multidivision perusahaan. Mereka menemukan bukti kesenjangan anggaran melalui
undersetimation dari pendapatan kotor, masuknya peningkatan diskresioner dalam
persyaratan personil, pembentukan pemasaran dan anggaran penjualan dengan batas
internal pada dana yang akan dihabiskan, penggunaan biaya produksi berdasarkan
standars biaya yang tidak mencerminkan perbaikan proses operasional tersedia di pabrik,
dan dimasukkannya discretionary "proyek khusus".
2) Penganggaran Dan Kecenderungan Membuat Kesenjangan Anggaran : Sistem
penganggaran telah diasumsikan mempengaruhi kecenderungan manajer untuk
menciptakan kesenjangan anggaran, dalam arti bahwa kecenderungan ini dapat ditambah
atau dikurangi dengan cara dimana sistem penganggaran dirancang atau dilengkapi. Orisi
adalah peneliti yang pertama untuk menyelidiki secara empiris tentang hubungan antara
jenis sistem penganggaran dan kecenderungan untuk menciptakan kesenjangan anggaran.
3) Budgetary Slack Information Distortion And Truth Inducing Incentive Scheme :
Kesenjangan anggaran melibatkan distorsi yang disengaja dari informasi masukan.
Distorsi informasi masukan dalam pengaturan anggaran muncul, khususnya dari
kebutuhan manajer untuk mengakomodasi harapan mereka tentang jenis-jenis payoff
yang terkait dengan hasil yang mungkin berbeda. Beberapa percobaan telah memberikan
bukti distorsi dari informasi masukan. Cyert, Maret, dan Starbuck menunjukkan dalam

2
percobaan laboratorium bahwa subjek disesuaikan informasi yang mereka ditransmisikan
dalam kompleks sistem pengambilan keputusan untuk mengendalikan hadiah mereka.
4) Kesenjangan Anggaran dan Self E steem : Peningkatan risk aversion dan distorsi yang
dihasilkan dari informasi masukan bisa lebih menonjol ketika harga diri terancam.
Ditemukan bahwa orang-orang yang memiliki rasa rendah diri mungkin akan lebih
berpeluang untuk menipu dibandingkan dengan orang yang memiliki rasa harga diri yang
lebih tinggi. Situasi disonansi diciptakan pada kelompok eksperimen dengan memberikan
umpan balik prositif tentang tes kepribadian beberapa peserta dan umpan balik negatif
kepada orang lain. Semua peserta kemudian diminta untuk mengambil bagian dalam
pertandingan kompetitif kartu. Para peserta yang menerima pukulan untuk diri mereka
ditipu lebih sering daripada mereka yang telah menerima umpan balik positif tentang diri
mereka sendiri.
5) Positif Versus Slack Negatif : Meskipun bagian sebelumnya telah difokuskan pada
anggaran negatif atau positif, bias kesenjangan anggaran sebenarnya terdiri dari kedua
kesenjangan anggaran dan bias ke atas, atau slack negatif. Sementara kesenjangan
anggaran mengacu pada bias dimana anggaran dirancang sengaja sehingga membuat
lebih mudah untuk mencapai proyeksi tersebut, bias ke atas mengacu pada overstatement
dari kinerja yang diharapkan dalam anggaran. Otley menggambarkan perbedaannya
sebagai berikut: "Manajer cenderung konservatif dalam membuat perkiraan Ketika
manfaat masa depan yang dicari (slack positif) tapi optimis ketika kebutuhan mereka
untuk memperoleh persetujuan mendominasi pada saat ini (slack negatif).
6) Mengurangi Kesenjangan Anggaran: Sebuah Teknik Berbasis Bonus : Secara
umum, perusahaan menggunakan penganggaran dan teknik bonus untuk mengatasi
kesenjangan anggaran. Salah satu pendekatan tersebut terdiri dari pembayaran imbalan
yang lebih tinggi ketika anggaran ditetapkan tinggi dan tercapai, dan manfaat yang lebih
rendah ketika anggaran yang baik ditetapkan tinggi tetapi tidak terpenuhi atau ditetapkan
rendah dan tercapai. Mann menyajikan teknik bonus yang memberikan insentif bagi
manajer untuk menetapkan perkiraan anggaran sebagai dengan tingkat yang dapat dicapai
sedekat mungkin.

3
GOAL SETTING, PERTICIPATIVE BUDGETING, AND PERFORMANCE
A. GOAL SETTING DAN PERFORMANCE TASK

Bukti dalam psikologi: Goal setting adalah tujuan yang diasumsikan berpengaruh
terhadap motivasi, perilaku, dan kinerja. Sedangkan goal setting sendiri dipengaruhi oleh
mekanisme, proses psikologi, dan aktivitas kognitif. Dalam konteks individu, penghargaan
dan self-esteem dapat menjadi variabel moderasi dari hubungan goal setting dan performance
task. Bukti dalam akuntansi:

1) Penelitian Rockness : Menguji pengaruh kesulitan goal setting, struktur reward


alternatif, dan kinerja feedback terhadap ukuran kinerja dan kepuasan. Hasil
penelitiannya dalah: (1) perbedaan hasil pada subjek dengan kondisi high-budget dan
subjek dengan kondisi medium-budget. (2) Kinerja meningkatkan struktur reward. (3)
perbedaan rencana kinerja antara subjek yang menerima feedback formal dan feedback
non-formal.
2) Penelitian Chow : Mengekplorasi hubungan antara keketatan job-standard, tipe skema
kompensasi, dan kinerja (berdasarkan teori agensi). Hasil penelitiannya adalah: (1)
keketatan job-standard dan tipe skema kompensasi untuk subjek yang di treatment
hasilnya signifikan yaitu independen, namun tidak ada pengaruh interaksi yang
signifikan terhadap kinerja. (2) ketika diizinkan memilih skema kompensasi, maka
subjek memilih sendiri berdasarkan skill. (3) skema kompensasi yang dipilih sendiri
oleh subjek berpengaruh terhadap peningkatan kinerja.

Menuju kerangka teori: peran ketidakpastian tugas: Task-uncertainty (ketidakpastian


tugas) merupakan kerangka teori yang dikembangkan oleh Hirst. Hirst menghipotesiskan
bahwa ada interaksi antara goal setting dan task-uncertainty yang akan mempengaruhi
performance task.

B. PARTICIPATIVE BUDGETING & PERFORMANCE

Partisipasi dalam budget mensyaratkan keterlibatan subordinat dalan setting dan


standar yang mempengaruhi operasional dan reward. Keuntungan partisipasi budgeting
adalah bahwa hal tersebut akan meningkatkan sikap, produktivitas, dan kinerja. Locke &

4
Schweiger menulis secara komprehensif mengenai partisipasi dalam pengambilan keputusan
(PDM).

C. FAKTOR MODERASI ANTARA PARTICIPATIVE BUDGETING ADAN KINERJA

Faktor pemoderasi : organisasi, hubungan tugas, struktur, sikap, dan variabel


personal. Kesemua faktor pemoderasi tersebut dikenal sebagai perspektif kontigensi.
Sedangkan perspektif kontigensi ini menjadi moderating untuk motivasi, gaya
kepemimpinan, task uncertainty, role ambiguity, struktur reward, disonansi kognitif,
autoritarianisme, locus of control, dan Pelz control.

D. Motivasi, participative budgeting, dan performance

Partisipasi budgeting diasumsikan untuk meningkatkan kinerja manajerial oleh


pengaruh positif motivasi. Motivasi disini menjadi variabel intervening antara partisipasi
busgeting dan kinerja manajerial. Instrument ketiga item tersebut dikembangkan oleh
Hackman & Lawler atau Hackman & Porter. Model kausalitas ketiga variabel dikembangkan
oleh House kemudian dikenalkan dalam literature akuntansi oleh Ronen & Livingstone.
Namun Browell & McInnes tidak menemukan hasil signifikan bahwa motivasi menjadi
variabel mediasi.

E. Gaya kepemimpina, kinerja organisasi, dan participative budgeting

Penelitian yang dilakukan untuk menguji hubungan antara gaya kepemimpinan


managerial dan ukuran efektivitas organisasi (performance) memiliki hasil yang beragam.
Hopwood menemukan hasil signifikan bahwa gaya kepemimpinan mempengaruhi hubungan
budget dan performance. Otley menemukan hasil yang kontradiktif dari penelitian Hopwood.
Kemudian Brownell dengan dasar slack terhadap penelitian sebelumnya menghipotesiskan
bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja dengan dimoderasi oleh
partisipative budgeting. Hipotesis tersebut didasari oleh operant-conditing dan balanced
theoretical paradigms.

F. Task-uncertainty dan participative budgeting

5
Galbraith, Tushman, dan Nadler berpendapat bahwa efektivitas pertisipasi dalam
pengambilan keputusan tergantung pada task-uncertainty. Peneliti-peneliti yang menguji
hubungan partisipasi dan pengambilan keputusan dimediasi oleh task-uncertainty yaitu
Lawrence & Lorsch, Govindarajan yang menekstensi penelitian Lawrence & Lorsch, Hirst,
dan Brownell & Hirst. Kesemuanya menunjukkan hasil penelitian yang signifikan terhapat
hubungan kedua variabel tersebut.

G. Role ambiguity dan participative budgeting

Role ambiguity tidak memiliki pengaruh terhadap participative budgeting, kepuasan


kerja, kinerja, usaha, dan produktivitas. Kemudian Chenhall dan Brownell meneliti hubungan
parisipasi budgeting dengan kepuasan kerja dan kinerja dengan memasukkan role ambiguity
sebagai variabel intervening. Dan hasil penelitian menunjukkan hubungan yang signifikan
dari model yang dikembangkannya.

H. Struktur reward dan paticipative budgeting

Cherrington & Cherrington berpendapat bahwa budget tidak akan mempengaruhi


orang. Kemudian Skinner membuktikan didalam penelitiannya bahwa secara signifikan
reward menjadi penentu sebagai variabel intervening terhadap hubungan partisipasi
budgeting dan kinerja.

I. Faktor personal dan participative budgeting

Pengujian yang dilakukan adalah menjadikan faktor personal (autoritarianisme, locus


of control, dan Pelz effect) sebagai variable moderating untuk hubungan partisipasi
budgeting dan kinerja. Berdasarkan penelitian Chenhall, autoritarianisme memilki pengaruh
signifikan terhadap hubungan partisipasi budgeting dan kinerja. Serupa dengan Chenhall,
Brownell juga menemukan hasil signifikan dalam penelitiannya bahwa locus of control
memiliki pengaruh terhadap partisipasi budgeting dan kinerja. Kemudian Pelz menemukan
hasil signifikan untuk Pelz effect (adalah efek yang ditimbulkan seseoran karena kemampuan
komunikasi yaitu superior dan subordinasi terhadap gaya kepemimpinan) yang menjadi
variabel moderasi untuk hubungan partisipative budgeting dan kinerja.

6
DAFTAR PUSTAKA

Belkaut, Ahmed. 198. Behavioral Accounting: The Research and Pratical Issues New York:
Quorum Books.

Anda mungkin juga menyukai