Anda di halaman 1dari 8

1.

Jelaskan pengertian fiksasi fungsional dan fiksasi data serta berikan contoh penelitian dalam
akuntansi untuk fiksasi fungsional dan data

- Fiksasi fungsional, sebagaimana digunakan dalam akuntansi, menyatakan bahwa di


bawah situasi tertentu seseorang pembuat keputusan mungkin tidak bisa menyelesaikan
keputusannya untuk mengubah proses akuntansi berdasarkan input data yang masuk
- Ijiri, Jaedicke, dan Knight memandang proses keputusan yang dicirikan dengan tiga

faktor: input keputusan, output keputusan, dan aturan keputusan. Kemudian mereka

memperkenalkan kondisi dimana pembuat keputusan tidak dapat menyesuaikan proses

keputusannya untuk mengubah proses akuntansi. Ekstrapolasi dari konsep psikologi

kepada akuntansi disambut jika diinterpretasikan dengan benar. Literatur saat ini

mengakui poin yang berfokus pada fungsi psikologi, dimana Ijiri, Jaedicke, dan Knight

yang berfokus pada output. Pendekatan harus mempertimbangkan dua bentuk dari

hipotesis fiksasi fungsional, dimana satu berfokus pada fungsi dan satunya berfokus pada

output atau data. Sehingga terlihat perbedaannya: dalam kasus fiksasi fungsional,

psikolog menggunakan objek seperti medali, tali, dan kotak untuk menyelesaikan tugas

yang relatif mudah, sedangkan eksperimen fiksasi data seluruhnya menggunakan data

untuk menyelesaikan masalah tidak terstruktur.

Contoh penelitian dalam akuntansi untuk fiksasi fungsional :


- Sebagian besar mahasiswa tidak bisa membedakan antar fiksasi fungsional, dengan
fokusnya pada fungsi. Penelitian diperlukan terhadap kedua konsep, sebagaimana mereka
memberikan wawasan kedalam dan menunjukkan aspek yang berbeda dari perilaku
pembuat keputusan. Terdapat dua metodelogi dalam penelusuran fiksasi fungsional.
Pendekatan “satu objek“, dimana subjek diberikan satu tugas eksperimen untuk
melakukan dan suatu cara baru yang bisa dilakukan dalam solusi. Fiksitas terjadi ketika
hanya sejumlah kecil yang muncul dari kelompok subjek, dimana fungsi bisanya dari
suatu objek dihilangkan. Pendekatan “dua objek“, dimana subjek diberikan dua objek dan
kelompok kontrol diberikan pengggunaan dari salah satu objek. Hasil fiksasi fungsional
dari kecenderungan dari subjek untuk menggunakan objek tersebut dalam permasalahan
kritis di mana fungsinya tidak dihilangkan. Adapun contoh penelitian dalam akuntansi
untuk fiksasi fungsional berjudul Pengaruh strategi dan fiksasi fungsional sebagai
variabel intervening terhadap pemilihan ukuran kinerja dalam balanced score card
(BSC).
- Sebagian besar penelitian akuntansi terhadap fiksasi data telah memperhatikan pada
apakah fiksasi ada dibandingkan dengan mengapa hal itu ada. Penelitian fiksasi data
berdasarkan pada paradigm Ijri-Jaedicke-Knight

2. Anggaran merupakan rencana kegiatan organisasi yang dinyatakan dalam satuan moneter
untuk menunjukkan kegiatan yang akan dilakukan oleh perusahaan. Anggaran dapat
menimbulkan perilaku positif maupun perilaku negatif karyawan, bahkan ada kemungkinan
karyawan cenderung menciptakan budgetary slack (senjangan anggaran).
a. Apakah yang dimaksud dengan budgetary slack ?
Budgetary Slack dapat didefinisikan sebagai sebuah perbuatan yang menyimpang yang
dilakuakan dalam penyusunan anggaran. Hal tersebut dilakukan untuk memudahkan
dalam pencapaian standar kinerja dengan cara menaikkan biaya dan menurunkan
pendapatan dari yang sebenarnya terjadi. Kesenjangan anggaran didefinisikan sebagai
tindakan bawahan yang lebih cenderung menurunkan kapabilitasnya dalam menyusun
anggaran sehingga mudah untuk dicapai.
b. Mengapa bawahan menciptakan budgetary slack?
Senjangan anggaran dapat terjadi karena adanya informasi yang beraneka ragam dari
bawahnnya. Bawahan cenderung akan melonggarkan anggaran yang disusun agar mudah
dalam pencapaiannya. Kesenjangan anggaran didefinisikan sebagai tindakan bawahan
yang lebih cenderung menurunkan kapabilitasnya dalam menyusun anggaran sehingga
mudah untuk dicapai.
c. Jelaskan tiga (3) faktor yang menyebabkan terjadinya budgetary slack!
Faktor-faktor terjadinya Budgetary Slack Samad (2009) mengemukakan bahwa terdapat
tiga alasan yang dapat melatarbelakangi bawahan melakukan budgetary slack yaitu:
1. Budgetary slack dapat membuat kinerja bawahan seolah terlihat baik ketika target
anggaran yang diajukan tercapai.
2. Untuk mengatasi ketidakpastian masa yang akan datang dapat menggunakan budgetary
slack. 3.Budgetary slack dapat membuat fleksibel pengalokasian sumber daya yang
dilakukan berdasarkan proyeksi anggaran biaya.

Menurut Welsch, Hilton & Gordon (2000), partipasi dalam proses penyusunan anggaran
dapat memicu terjadinya keinginan untuk melakukan budgetary slack. Pendapat yang
secara umum menjelaskan mengenai timbulnya keinginan tersebut antara lain:
1. Budgetary slack digunakan untuk melindungi diri. Sehingga kinerja dari manajer tidak
akan mendapatkan penilaian yang buruk dan tidak dikritik. Hal tersebut dilakukan dengan
cara manajer bawah menetapkan anggaran penjualan lebih rendah dari estimasi terbaik.
2. Agar penilaian terhadap kinerja manajer bawah terlihat baik oleh manajer atas. Hal
tersebut dilakukan dengan cara manajer bawah menetapkan perkiraan pengeluaran yang
lebih tinggi dari estimasi terbaik.
3. Agar ketika terjadi pengeluaran kas, manajer bawah tidak meminta lagi. Hal tersebut
dilakukan dengan cara manajer bawah meminta pengeluaran kas melebihi kebutuhan yang
sebenarnya. Apabila terdapat sis akas dan dikembalikan, maka akan terlihat baik oleh
atasan.
d. Apakah kensekuensi negatif dari senjangan anggaran ?
Kelemahan Anggaran Disamping memiliki banyak manfaat yang diberikan, anggaran juga
memiliki beberapa kelemahan. Menurut Nafarin (2015) kelemahan dari anggaran tersebut
antara lain:
a. Anggaran dibuat berdasarkan estimasi atau taksiran dan anggapan dari sebuah
organisasi atau perusahaan, sehingga akan mengandung unsur ketidakpastian,
b. Dalam proses penyusunan anggaran yang cermat dan tepat akan membutuhkan waktu,
uang, dan tenaga yang cukup banyak, sehingga mengakibatkan tidak semua perusahaan
memiliki kemampuan untuk menyusun anggaran secara menyeluruh (komprehensif), tepat
dan akurat,
c. Untuk pihak yang dilibatkan dalam proses penyusunan anggaran dan merasa tertekan
atau dipaksa untuk melaksanakan anggaran dapat mengakibatkan mereka menentang dan
menggerutu, sehingga anggaran yang telah ditetapkan tidak akan efektif.
Berdasarkan teori yang dipaparkan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
kelemahan dari anggaran adalah anggaran dibuat berdasarkan estimasi jadi mengandung
unsur ketidakpastian, tidak semua perusahaan dapat menyusun anggaran secara
komprehensif, aka nada pihak yang terpaksa atau tertekan dalam proses penyusunannya
e. Bagaimanakah cara mengurangi senjangan Anggaran ?
Salah satu cara yang dipercaya dapat mengatasi terjadinya senjangan anggaran adalah
partisipasi anggaran. Anthony & Govindarajan (2005) mengartikan partisipasi anggaran
sebagai proses dimana pembuat anggaran terlibat dan mempunyai pengaruh dalam
penentuan besar anggaran. Partisipasi anggaran merupakan proses pengambilan keputusan
bersama oleh dua pihak atau lebih yang mempunyai dampak masa depan bagi pihak yang
membuat keputusan (Mulyadi, 2001). Keterlibatan bawahan dalam proses penyusunan
anggaran dianggap mampu mengatasi senjangan anggaran karena dalam proses
penyusunan anggaran yang bersifat partisipatif, atasan dan bawahan bersama-sama
terlibat, terjadi komunikasi yang lebih baik antara atasan dan bawahan sehingga asimetri
informasi atau ketidakseimbangan informasi yang dimiliki oleh atasan dan bawahan dapat
berkurang. Didukung oleh Baiman & Evans (1983) yang menyatakan bahwa adanya
partisipasi dalam proses penyusunan anggaran memungkinkan bawahan untuk
mengkomunikasikan atau mengungkapkan informasi privat yang mereka miliki sehingga
akan memberikan kesempatan pada atasan untuk lebih memperoleh informasi dari
bawahan. Partisipasi anggaran merupakan solusi untuk asimetri informasi, di mana
semakin tinggi tingkat partisipasi dalam proses penyusunan anggaran dapat menurunkan
tingkat asimetri informasi, yang selanjutnya juga akan mengakibatkan senjangan anggaran
semakin menurun. Hofstede (1991) menyatakan bahwa budaya adalah daerah program
mental yang mempengaruhi cara berfikir dan perilaku manusia. Secara kolektif program
mental sekelompok orang dalam suatu negara disebut dengan kebudayaan nasional.
Hofstede (1980) secara empiris menemukan ada empat dimensi program mental. Sebutkan
dan bahas empat dimensi budaya tersebut.
Dalam proses penyusunan anggaran keterlibatan partisipasi anggaran sangat dibutuhkan.
Hal tersebut dikarenakan partisipasi anggaran memiliki manfaat baik untuk perusahaan
maupun untuk pihak yang terlibat. Lubis (2009) berargumen bahwa manfaat partisipasi
anggaran, sebagai berikut:
1. Dalam tingkatan manajemen, partisipasi anggaran dapat meningkatkan moral serta
dapat mendorong inisiatif yang lebih besar.
2. Meningkatkan rasa kesatuan kelompok, yang pada gilirannya memilikim
kecenderungan untuk meningkatkan kerjasama antar anggota kelompok dalam penetapan
tujuan.
3. Dapat menurunkan tekanan dan kegelisahan yang berkaitan dengan anggaran.
4. Dapat menurunkan ketidakadilan yang dipandang ada dalam alokasi sumber daya
organisasi antar subunit organisasi, serta reaksi negatif yang dihasilkan dari persepsi yang
sama.
Sedangkan menurut Shaw dan Marconi (1989) manfaat dari partisipasi anggaran antara
lain:
1. Partisipasi akan miningkatkan rasa kebersamaan dalam kelompok, sehingga akan
menaikan kerja sama anggota kelompok dalam penerapan sasaran.
2. Patisipan dapat mengurangi rasa tertekan dengan adanya anggaran.
3. Partisipan dapat mengurangi rasa ketidakselarasaan dalam alokasi sumber daya antara
bagian-bagian dalam organisasi.
Berdasarkan dari dari teori di atas, kesimpulan yang dapat diambil dari manfaat partisipasi
anggaran adalah dengan adanya partisipasi anggaran akan dapat meningkatkan rasa
kekompakan antar anggota kelompok, dapat mengurangi rasa tertekan pada anggaran,
dapat meminimalisir keselarasan dalam alokasi dana dan dapat menigkatkan moral

3. Hofstede (1991) menyatakan bahwa budaya adalah daerah program mental yang
mempengaruhi cara berfikir dan perilaku manusia. Secara kolektif program mental
sekelompok orang dalam suatu negara disebut dengan kebudayaan nasional. Hofstede (1980)
secara empiris menemukan ada empat dimensi program mental. Sebutkan dan bahas empat
dimensi budaya tersebut.
Berdasarkan analisis faktor, Hofstede (1980) secara empiris menemukan ada empat dimensi
program mental, yaitu:
a. Perbedaan kekuasaan (power distance), merupakan dimensi budaya yang menunjukkan
adanya ketidak sejajaran (inequality) bagi anggota yang tidak mempunyai kekuatan dalam
suatu institusi (keluarga, sekolah, dan masyarakat) atau organisasi (tempat bekerja).
Perbedaan kekuasaan ini berbeda-beda tergantung dari tingkatan sosial, tingkat pendidikan,
dan jabatan. Misalnya politisi dapat menyukai status dan kekuasaan, pebisnis menyukai
kesejahteraan dan kekuasaan, dan sebagainya. Ketidak sejajaran ini dapat terjadi dalam
masyarakat (perbedaan dalam karakteristik mental dan phisik, status sosial, kesejahteraan,
kekuasaan, aturan, hukum, dan hak), keluarga, sekolah, dan ditempat kerja/organisasi
(nampak pada struktur organisasi dan hubungan antara boss-subordinate).
Norma Perbedaan
Kekuasaan Norma perbedaan kekuasaan berikatan dengan 1) tingkat ketidak sejajaran yang
diinginkan atau tidak diinginkan 2) tingkat ketergantungan dan kesaling tergantungan dalam
masyarakat. Nilai tentang ketidak sejajaran ini melekat pada nilai tentang kekuasaan yang
dipraktekkan dalam masyarakat. Perbedaan nilai yang dianut menyebabkan perbedaan dalam
mengartikan sesuatu yang ada. French dan Raven (1959) mengklasifikasikan dasar kekuatan
sosial dalam 5 tipe, yaitu: reward power, coercive power, legitimate power (didasarkan pada
aturan/hukum), referent power (didasarkan pada kharisma seseorang) dan expert power.
Adanya perbedaan kekuasaan ini mempunyai konsekuensi pada sistem politik, kehidupan
beragama, ideologi, dan pada organisasi.
Ukuran-ukuran yang digunakan oleh Hosftede dalam mengukur tingkat perbedaan kekuasaan
adalah:
 Luasnya geografis (makin luas makin rendah tingkat perbedaan kekuasaan)
 Besarnya populasi (makin besar makin tinggi tingkat perbedaan kekuasaan).
 Kesejahteraan (makin sejahtera makin rendah tingkat perbedaan kekuasaan). Tingkat
kesejahteraan yang tinggi diwakili dengan ukuran-ukuran: kurangnya pertanian
tradisional, tehnologi lebih modern, lebih banyak kehidupan urban, mobilitas sosial lebih
banyak, sistem pendidikan lebih baik, dan lebih banyak masyarakat tingkat menengah.
b. Pengelakan terhadap ketidak pastian (uncertainty avoidance), merupakan dimensi budaya
yang menunjukkan sifat masyarakat dalam menghadapi lingkungan budaya yang tidak
terstruktur, tidak jelas, dan tidak dapat diramalkan. Masyarakat dapat melakukan pengelakan
terhadap ketidak pastian ini dengan tehnologi, hukum, dan agama. Tehnologi digunakan
untuk membantu dalam mempertahankan diri dari ketidak pastian yang disebabkan oleh sifat
alam, hukum digunakan untuk membantu dalam mempertahankan diri dari ketidak pastian
atas perilaku orang lain, sedangkan agama digunakan untuk menerima ketidak pastian yang
tidak dapat dipertahankan oleh diri manusia sendiri.
Ketidakpastian dalam suatu organisasi berkaitan dengan konsep dari lingkungan yang selalu
dikaitkan dengan sesuatu yang diluar kendali perusahaan. Teori-teori yang berkaitan dengan
ketidak pastian yang sering digunakan dalam organisasi adalah: 1) Teori pengambilan
keputusan dalam kondisi tidak pasti, 2) Teori kontijensi, 3) Teori perilaku strategis. Dalam
organisasi pengelakan ketidak pastian ini dilakukan dengan tehnologi, aturan, dan tatacara
(ritual). Tehnologi digunakan untuk menciptakan prediksi jangka pendek sebagai pencapaian
hasil. Sedangkan aturan dan tatacara digunakan untuk mengurangi ketidak pastian akibat
tidak dapat diprediksinya perilaku dari anggota organisasi.
Ukuran-ukuran yang digunakan dalam mengukur tingkat pengelakan kepastian adalah:
 Orientasi aturan
 Stabilitas pekerja
 Stress

c. Individualitas vs kolektivitas merupakan dimensi kebudayaan yang menunjukkan adanya


sikap yang memandang kepentingan pribadi dan keluarga sebagai kepentingan utama ataukah
sebagai kepentingan bersama di dalam suatu kelompok. Dimensi ini juga dapat terjadi di
masyarakat, dan organisasi. Dalam organisasi yang masyarakatnya mempunyai dimensi
Collectivism memerlukan ketergantungan emosional yang lebih besar dibandingkan dengan
masyarakat yang memiliki dimensi Individualism (Hofstede: 1980 217). Beberapa faktor yang
mempengaruhi tingkat individualisme diantaranya adalah: tingkat pendidikan, sejarah
organisasi, besarnya organisasi, tehnologi yang digunakan dalam organisasi, dan subkultur
yang dianut oleh organisasi yang bersangkutan.

d. Maskulinitas vs femininitas, merupakan dimensi kebudayaan yang menunjukkan bahwa


dalam tiap masyarakat terdapat peran yang berbeda-beda tergantung perbedaan jenis para
anggotanya. Pada masyarakat maskulin, menganggap pria harus lebih berambisi, suka
bersaing, dan berani menyatakan pendapatnya, dan cenderung berusaha mencapai
keberhasilan material. Dalam masyarakat feminin, kaum pria diharapkan untuk lebih
memperhatikan kualitas kehidupan dibandingkan dengan keberhasilan materalitas. Lebih jauh
dijelaskan bahwa masyarakat dari sudut pandang maskulinitas adalah masyarakat yang lebih
menggambarkan sifat kelaki-lakian, sedangkan masyarakat femininitas lebih menggambarkan
sifat kewanitaan. Jadi sudut pandangnya bukan dari sudut jenis kelamin.

4. Peneliti di bidang akuntansi menyatakan bahwa kualitas judgment and decision –making
(JDM) dalam akuntansi tidak dapat focus pada dimensi tunggal, karena pengambil keputusan
dibidang akuntansi sering menghadapi beberapa konstituen untuk JDM mereka, dan
konstituen tersebut berbeda-beda sesuai dengan karakterisasi kualitas JDM-nya. Secara
umum, kualitas JDM dipengaruhi oleh: 1) Faktor Individu, 2) Faktor Tugas, dan 3) Faktor
Lingkungan. Jelaskan ketiga faktor yang mempengaruhi kualitas JDM tersebut.

Anda mungkin juga menyukai