Diajukan oleh:
ANGELIA PUTRI SURYA HARYANTI
NIM: 1981611040
Halaman
DAFTAR ISI ................................................................................................... i
DAFTAR TABEL ............................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah Penelitian ................................................ 9
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................. 10
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................. 10
i
3.3.7 Pengaruh Intellectual Capital pada Earnings Response
Coefficient melalui Nilai Perusahaan ......................... 39
ii
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini berisi fokus penelitian yang mencakup latar belakang masalah,
reaksi pasar yang dapat diamati dari pergerakan harga saham disekitar tanggal
Cho & Jung (1991) mendefinisikan ERC sebagai pengaruh tiap dollar dari
unexpected earnings terhadap return saham, yang diukur dengan koefisien dalam
Scott (2009) menyatakan bahwa pasar akan merespon sinyal yang diberikan
perusahaan, baik sinyal yang bersifat good news maupun bad news. Investor akan
memutuskan untuk membeli saham perusahaan dengan laba yang tinggi (good
yang bersifat good news ditandai dengan unexpected earning yang positif. Namun
sebaliknya, apabila laba perusahaan rendah (bad news) maka investor akan segera
1
menjual saham perusahaan yang sebelumnya sudah mereka miliki. Informasi yang
bersifat bad news ditunjukkan dengan abnormal return yang bernilai negatif
Pembelian dan penjualan saham yang dilakukan oleh investor secara tidak langsung
akan memengaruhi pola transaksi di bursa dan menyebabkan harga saham di papan
bursa akan terus berubah. Perusahaan dengan kinerja yang baik dan
profitabilitas mereka.
perusahaan di mata publik. Banyak faktor yang dianggap memengaruhi ERC baik
proksi harga saham dan nilai unexpected earning sebagai proksi laba akuntansi
(Chaney & Jater, 1991). Tabel 1.1 berikut akan menunjukkan abnormal return pada
periode publikasi laporan keuangan perusahaan t-2 hingga t+2 dan cummulative
2
Tabel 1.1 Nilai Abnormal Return dan CAR Perusahaan yang Terdaftar di BEI
Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa terdapat perusahaan dengan nilai
abnormal return dan CAR positif maupun negatif selama 5 hari pengamatan (t-2
hingga t+2). ASSI, BBCA, dan BBNI pada t-2 menunjukkan nilai abnormal return
positif, namun pada saat t+1 hingga t+2 menunjukkan nilai abnormal return negatif.
Dengan demikian, nilai CAR untuk 5 hari pengamatan akan mengalami kenaikan
UNVR, pada t-2 hingga t+2 mengalami perubahan abnormal return yang
signifikan, sehingga menghasilkan nilai CAR yang negatif (meskipun pada t-2
3
Perbedaan respon pasar yang ditunjukkan oleh Tabel 1.1 mengindikasikan
bahwa sebelum adanya publikasi atas informasi tertentu (dalam hal ini laporan
keuangan perusahaan), pasar sudah memiliki persepsi dan harapan akan kinerja
(yang ditunjukkan dengan expected return) lebih besar selama 5 hari pengamatan,
sedangkan nilai CAR positif menunjukkan actual return yang lebih besar dari
Fluktuasi abnormal return dari t-2 hingga t+2 yang tidak selalu menunjukkan
dilakukan oleh Ball & Brown pada tahun 1968. Pengujian mereka difokuskan pada
penelitian serupa dan menemukan bahwa jika pasar bereaksi akan suatu informasi
keputusan.
4
Unexpected earning yang diukur dengan abnormal return merupakan selisih
dari return sesungguhnya terhadap return normal atau return ekspetasian. Abnormal
return akan bernilai positif jika laba memiliki keterbatasan sebagai akibat asumsi
laba yang mampu memprediksi return saham perusahaan, dan informasi tersebut
variabel akuntansi telah menjadi topik yang menarik bagi peneliti maupun investor
response coefficient (ERC) dan menemukan bahwa variabel CSR disclosure dan
beta tidak berpengaruh pada ERC, namun price to book value secara parsial
berpengaruh pada ERC. Berbeda dengan Fauzan & Purwanto (2017) yang
menemukan bahwa CSR disclosure dan growth berpengaruh positif terhadap ERC,
5
Pengujian ERM terhadap ERC secara langsung masih nihil di Indonesia.
ERM memiliki fokus tentang bagaimana perusahaan mampu memitigasi risiko dan
mengubah risiko tersebut menjadi peluang. Pengujian tentang risiko terhadap ERC
pernah dilakukan oleh Delvira & Nelvirita (2013), yang menemukan bahwa risiko
persistensi laba ditemukan berpengaruh positif pada ERC. Sejalan dengan hal
tersebut, Hasanzade et al. (2013) menemukan bahwa risiko sistematik dan leverage
Pengujian intellectual capital secara langsung terhadap ERC juga masih nihil
dimiliki perusahaan tentu akan memengaruhi respon pasar, sehingga penting untuk
Pengujian nilai perusahaan secara langsung terhadap ERC pun juga masih
nilai perusahaan terhadap return saham dan menemukan bahwa nilai perusahaan
yang diukur dengan metode MTBR tidak berpengaruh signifikan terhadap return di
masa yang akan datang. Berbeda halnya dengan penelitian Fidhayatin & Dewi
6
Secara teoretis dan berdasarkan riset-riset terdahulu, masih terdapat beberapa
variabel yang memengaruhi ERC dengan hasil yang beragam. Hasil penelitian yang
variabel lain yang diperkirakan berpengaruh pada ERC, seperti variabel ERM dan
sebagai intervening variable untuk menguji pengaruh variabel ini pada ERC secara
parsial, dan sebagai mediasi hubungan tidak langsung antara variabel ERM dan
dengan manajemen risiko yang baik akan mampu memitigasi risiko yang timbul
dan mengubah risiko tersebut menjadi peluang bagi perusahaan, melalui strategi-
strategi alternatif yang dimiliki perusahaan. Perusahaan dengan mitigasi risiko baik
tentu didukung oleh sumber daya yang memadai, sehingga investor akan merasa
yang baik.
pada era ekonomi baru saat ini, dunia bisnis tidak lagi hanya berfokus pada
dan teknologi. Kemampuan suatu perusahaan dalam bidang ilmu pengetahuan dan
7
capital akan membantu perusahaan lebih efisien, efektif, produktif, inovatif dan
business). Perusahaan yang berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi akan lebih
decision maker akan lebih condong untuk memilih perusahaan yang memiliki
persepsi dan analisis lebih lanjut atas nilai dari sebuah perusahaan. Nilai perusahaan
menjadi variabel “umum” dalam penelitian akuntansi, dikarenakan topik ini akan
dengan efisiensi dan kinerja dari sebuah perusahaan, dan informasi ini pun tak luput
8
asimetri informasi antara pihak agen dan prinsipal. Terdapat kandungan informasi
pada publikasi laporan tahunan perusahaan yang dapat menjadi sinyal bagi investor
terdahulu dan pembedahan teori, sehingga peneliti yakin untuk mengangkat topik
ini dengan judul ”Pengaruh ERM dan Intellectual Capital Pada Earnings Response
coefficient?
coefficient?
response coefficient?
9
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
coefficient.
coefficient.
1) Manfaat Teoretis
theory dan agency theory serta bagaimana prinsip utama dan aplikasi
10
Aplikasi signaling theory berupa adanya sinyal-sinyal dari internal
asimetri informasi.
2) Manfaat Praktis
3) Bagi pihak badan regulator pasar modal dan dewan pembuat standar
11
tambahan bagi para investor. Selain itu, dapat mensosialisasikan
mata publik.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang landasan teori yang mendasari penelitian ini mencakup
grand theory maupun supporting theory serta beberapa definisi variabel penelitian.
Disajikan pula narasi dari beberapa penelitian terdahulu dengan topik serupa.
sebagai pengembang teori ini menyatakan bahwa dengan memberikan suatu sinyal,
dapat menjadi sinyal bagi investor dan pihak potensial lainnya dalam mengambil
theory muncul karena adanya permasalahan asimetri informasi yang terjadi dari
Pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima
menganalisis informasi tersebut sebagai sinyal baik (good news) atau sinyal buruk
(bad news). Jika pengumuman informasi tersebut sebagai sinyal baik bagi investor,
maka terjadi perubahan dalam volume perdagangan saham. Salah satu bentuk sinyal
13
yang diberikan oleh perusahaan adalah informasi tentang laba dan informasi-
keuangan maupun non-keuangan. Jika suatu perusahaan ingin sahamnya dibeli oleh
enterprise risk management kepada pihak eksternal agar dapat meningkatkan nilai
sebuah sinyal yang baik dikarenakan perusahaan dinilai telah menerapkan prinsip
hubungan keagenan (agency relationship) antara dua belah pihak yang tidak
dengan tetap memperhatikan kepentingan para prinsipal. Bentuk lain dari hubungan
keagenan adalah hubungan antara agen dan para pemangku kepentingan secara luas
(stakeholder).
14
Pemegang saham akan memberikan kepercayaan kepada pihak manajemen
Namun dalam prakteknya, akan terjadi asimetri informasi, karena pihak manajemen
akan memiliki informasi yang lebih banyak daripada pemegang saham. Hal ini
Jika kedua belah pihak mempunyai tujuan yang sama untuk memaksimumkan
nilai perusahaan, maka dapat diyakini bahwa agen akan bertindak dengan cara yang
bagian kepemilikan manajer atas saham perusahaan kurang dari seratus persen.
Dengan demikian manajer akan cenderung bertindak untuk kepentingan pribadi dan
Jensen & Meckling (1976) mendefinisikan agency cost sebagai jumlah dari
Hampir mustahil bagi perusahaan untuk memiliki zero agency cost dalam rangka
15
2.3 Resource Based Theory (RBT)
homogen, jasa produktif yang tersedia berasal dari sumber daya perusahaan yang
sebagai sumber kinerja yang unggul dan keunggulan kompetitif (Barney, 1991;
Hamel & Prahalad, 1990). RBT Sumber daya harus memenuhi kriteria VRIN agar
bagi perusahaan. Tidak ada keuntungan dari memiliki sumber daya jika
2) Langka (R), sumber daya yang sulit untuk ditemukan di antara pesaing
dan menjadi potensi perusahaan. Oleh karena itu sumber daya harus
16
3) Imperfect Imitability (I), sumber daya dapat menjadi dasar keunggulan
memegang sumber daya ini tidak bisa mendapatkan mereka atau tidak
sumber daya tidak dapat diganti dengan alternatif sumber daya lain. Di
sini, pesaing tidak dapat mencapai kinerja yang sama dengan mengganti
Knowledge based view (KBV) adalah ekstensi baru dari pandangan berbasis
sumber daya perusahaan dari perusahaan dan memberikan teoretis yang kuat dalam
1984). Asumsi dasar teori berbasis pengetahuan perusahaan berasal dari pandangan
oleh kelangkaan dan sulit untuk mentransfer dan mereplikasi, merupakan sebuah
sumber daya penting untuk mencapai keunggulan kompetitif (Nonaka & Takeuchi,
(Nonaka & Takeuchi, 1995; Edvinsson & Malone, 1997; Bontis, 2002).
17
Pendekatan KBV membentuk dasar untuk membangun keterlibatan modal
manusia dalam kegiatan rutin perusahaan. Hal ini dicapai melalui peningkatan
pengetahuan baru yang penting untuk keuntungan kompetitif dari kombinasi unik
yang ada pada pengetahuan (Fleming & Bromiley, 2002; Nelson & Winter, 1982).
Dalam era persaingan yang ada saat ini, perusahaan sering bersaing dengan
Reaksi pasar terjadi karena adanya kandungan informasi dari suatu peristiwa
yang dapat dilihat dengan adanya perubahan harga saham dan return saham.
Kualitas laba yang baik dapat diukur dengan menggunakan earnings response
Earnings response coefficient (ERC) adalah ukuran besaran abnormal return suatu
yang dilaporkan oleh perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut (Scott, 2009).
regresi antara proksi harga saham dan laba akuntansi. Proksi harga saham yang
akuntansi adalah unexpected earning (UE) (Chaney & Jeter, 1991). Regresi model
18
semakin kuat hubungan antara tingkat abnormal return dan unexpected earning.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ERC berguna dalam analisis investor
dalam model penilaian untuk menentukan reaksi pasar atas informasi laba
perusahaan.
perusahaan untuk menjalankan ERM dengan baik dan efisien, yang ditujukan untuk
Penerapan ERM yang baik bukan hanya bermanfaat bagi perusahaan saja,
ERM sebagai tolok ukur penilaian terhadap kinerja perusahaan, dalam kaitannya
keputusan berinvestasi (Amran et al., 2009). Secara global terdapat dua standar
yang telah disosialisasikan oleh Center for Risk Management Studies (CRMS) dan
19
Indonesia Risk Management Professional Association (IRMAPA) pada 15 Maret
2018. ISO 31000:2018 itu sendiri merupakan revisi dari ISO 31000:2009 ini dapat
perspektif yang lebih konseptual dan luas dibandingkan dengan standar COSO.
Terdapat tiga elemen yang saling berkaitan dalam ISO 31000:2018, diantaranya
structural, and external structure”. Sementara itu Edvinsson & Malone (1997)
mendefinisikan intellectual capital sebagai “in balance sheet are those knowledge-
based items, which the company owns which will produced a future stream of
Beberapa ahli (Stewart, 1998; Sveiby, 2001; Saint-Onge, 1996; Bontis, 2000)
Namun secara harafiah, tidak ada ketetapan pasti mengenai elemen-elemen dalam
20
intellectual capital. Sehingga secara umum, elemen-elemen dalam modal
intelektual terdiri dari human capital, structural capital, dan customer capital
konsep pengukuran intellectual capital yang dikembangkan oleh para peneliti saat
pendapat Tan et al. (2007), metode pengukuran intellectual capital masih terus
tidaklah mudah. Sampai saat ini beberapa penelitian sudah dilakukan untuk dapat
dua yaitu pengukuran non-moneter dan pengukuran moneter. Salah satu metode
lalu, terutama bagi sektor yang memiliki karakteristik industri dominan yang
21
teknologi tinggi, keuangan, dan asuransi (Ulum, 2016). Pengungkapan intellectual
capital dalam laporan tahunan perusahaan merupakan sinyal kepada calon investor
Perusahaan dapat menyajikan informasi yang lebih banyak tentang aset tidak
dari human capital (Ulum, 2016). Harus dijelaskan pula tentang kode etik, sistem
dari relational capital (Bontis, 1998; Kalkan et al., 2014; Subaida et al., 2018).
maksimalisasi nilai perusahaan sangat penting bagi perusahaan, dikarenakan hal ini
searah dengan tingkat kemakmuran pemegang saham yang notabenenya adalah hal
penting yang harus dicapai oleh manajemen perusahaan. Upaya tersebut dapat
maksimalisasi harga saham perusahaan di pasar modal (Brigham & Houston, 2011).
dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual. Penjelasan tersebut
mengindikasikan bahwa nilai dari sebuah perusahaan akan tercermin dari harga
22
tingkat keberhasilan perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham. Nilai
perusahaan yang tinggi akan membuat pasar percaya tidak hanya pada kinerja
perusahaan saat ini namun juga pada prospek perusahaan di masa depan.
Book Value (PBV). Keberadaan PBV dianggap sangat penting bagi investor untuk
menentukan strategi investasi di pasar modal. Pada umumnya rasio PBV di atas
satu dimiliki oleh perusahaan yang dikelola dengan baik. Hal ini menggambarkan
nilai saham perusahaan lebih besar daripada nilai buku perusahaan. Harga saham
yang tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi dan menyebabkan pasar percaya
tidak hanya pada kinerja perusahaan tetapi juga pada prospek perusahaan di masa
Easton & Zmijewski (1989); Collins & Kothari (1989) menunjukkan bahwa
respon pasar terhadap laba bervariasi tergantung jenis perusahaan serta rentang
waktu. Kormendi & Lipe (1987) menguji apakah unexpected earnings pada return
saham berkorelasi dengan nilai sekarang terhadap unexpected earnings masa depan
dengan model time series univariat. Hasil penelitian mereka tidak menemukan
bahwa reaksi return saham terhadap unexpected earnings sangat mudah berubah.
earnings response coefficient dengan menggunakan tiga metode laba (rugi) selisih
Hasil dari penelitiannya menunjukkan bahwa laba (rugi) selisih kurs berpengaruh
23
Darwanis & Andina (2013) yang memperoleh hasil bahwa pengungkapan
Halimah (2020) menemukan bahwa ERM dan ROA berpengaruh positif pada
berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Sejalan dengan hal tersebut, Dewi & Dewi
Berbeda dengan Pamungkas & Maryati (2017) yang menemukan bahwa ERM
disclosure dan debt to aset ratio yang bepengaruh positif pada nilai perusahaan.
dan dependen. Berbeda dengan risiko investasi dan struktur modal berpengaruh
24
Wibowo (2015) menguji nilai perusahaan terhadap return saham dan
menemukan bahwa nilai perusahaan yang diukur dengan metode MTBR tidak
berpengaruh signifikan terhadap return di masa yang akan datang. Berbeda halnya
dengan penelitian Fidhayatin & Dewi (2012) menemukan bahwa nilai perusahaan
nilai perusahaan dan return saham, sedangkan likuiditas dan leverage tidak
perusahaan mampu memediasi hubungan antara ROE dan return saham, namun
25
BAB III
Bab ini berisi tentang kerangka berpikir, konsep penelitian, dan hipotesis
Tinjauan pustaka dalam penelitian ini terdiri dari grand theory dan teori
pendukung. Grand theory dalam penelitian ini adalah signaling theory sedangkan
teori pendukungnya adalah agency theory, resource based theory, dan knowledge
based view theory serta beberapa definisi dari variabel terkait. Disajikan pula hasil
26
3.2 Konsep Penelitian
bahwa laba memiliki manfaat untuk menilai kinerja manajemen dan menaksir risiko
dalam investasi atau kredit. Perusahaan harus menentukan strategi alternatif untuk
perusahaan dari kerugian yang mungkin dialami dan meningkatkan kinerja dari
perusahaan.
Laba perusahaan merupakan salah satu bentuk informasi yang dapat dijadikan
laba dapat diukur dengan salah satu indikator yang disebut earnings response
serta menjadi ukuran sensitivitas perubahan harga saham terhadap laba akuntansi.
Seiring dengan meningkatnya kebutuhan pasar akan informasi yang lebih luas
mendatang, terdapat beberapa indikator yang diduga menjadi tolok ukur ERC
tersebut. Salah satu hal yang menjadi perhatian investor selain informasi laba
pada angka yang tersaji dalam laporan keuangan saja, namun juga kepada informasi
27
risiko atau enterprise risk management (ERM) adalah sebuah proses berupa
dengan risiko yang dihadapi sebuah perusahaan. Efektivitas dan efisiensi ERM
publik.
Pada era industri saat ini, intensitas persaingan yang tinggi memaksa sebagian
besar perusahaan untuk mampu meningkatkan aset yang dimilikinya dalam upaya
added pada output yang dihasilkan. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka konsep
Kepemimpinan dan
Komitmen (X1) δ1
Harga Nilai Buku
Integrasi (X2) Saham (Y1) Saham (Y2)
ERM δ4
Desain (X3)
(ξ1)
Implementasi (X4)
Nilai Earnings
Evaluasi (X5) Perusahaan Response
(Ƞ1) Coefficient
Perbaikan (X6) (Ƞ2)
IC
δ2 (ξ2)
δ3
CAR (Y3) UE (Y4)
28
3.3 Hipotesis Penelitian
informasi bagi keputusan pemegang saham dan stakeholder lainnya. Teori ini
muncul bagi stakeholder. Salah satu informasi yang sangat diperlukan oleh
manajemen risiko perusahaan baik maka akan di respon positif oleh pasar.
29
Hoyt & Leinberg (2011) menemukan bahwa informasi penerapan
Hoyt et al. (2008), Devi et al. (2016), dan Handayani (2017) juga menemukan
Persepsi positif yang dimiliki oleh pelaku pasar atas perusahaan akan
mendorong para pelaku pasar untuk memberikan harga yang tinggi pada
pengetahuan perusahaan.
30
Intellectual capital mengacu pada kemampuan SDM yang dimiliki
oleh perusahaan. Pengelolaan yang baik dan maksimal atas seluruh potensi
ini dapat membantu nilai tambah (value added) dan meningkatkan nilai
Chen et al. (2005) meneliti hubungan antara IC dengan nilai pasar dan
terhadap nilai pasar dan kinerja keuangan. Sejalan dengan hal tersebut, Ulum
mendapatkan respon yang positif dari stakeholder. Hal ini akan mendorong
31
3.3.3 Pengaruh Nilai Perusahaan pada Earnings Response Coefficient
perusahaan yang baik akan dinilai baik oleh pasar sehingga permintaan akan
Nilai perusahaan dianggap sebagai salah satu tolok ukur bagi investor
(Ross et al., 2013). Chaney & Jater (1991) menyatakan bahwa semakin
32
Wibowo (2015) menguji nilai perusahaan terhadap return saham dan
menemukan bahwa nilai perusahaan yang diukur dengan metode MTBR tidak
halnya dengan penelitian Fidhayatin & Dewi (2012) menemukan bahwa nilai
pengungkapan suatu informasi yang dapat menjadi sinyal bagi investor dan
memiliki rata-rata harga saham yang tinggi akan memberikan sinyal positif
bagi investor tentang nilai perusahaan tersebut. Nilai perusahaan yang tinggi
akan membuat pasar percaya tidak hanya pada kinerja perusaaan melainkan
coefficient.
33
Manajemen risiko atau enterprise risk management (ERM) adalah
disclosure tidak berpengaruh pada nilai perusahaan. Memang belum ada riset
perusahaan tidak bergantung pada risiko total. Dalam pandangan ini, biaya
34
Investor akan menanggung risiko jika menyusun portofolio yang
akibat salah investasi. Dengan kata lain, selain memperhatikan return yang
ditanggung.
dalam investasi akan lebih mampu menarik perhatian investor. Investor akan
penulis yaitu:
intellectual capital. Pada era saat ini, banyak perusahaan sudah mulai
dimiliki.
35
Perusahaan mulai mengungkapkan keberadaan intellectual capital
nilai tambah di mata para pelaku pasar modal. Pengungkapan tersebut akan
memberikan sinyal kepada calon investor tentang aset tidak berwujud yang
nilai perusahaan. Memang belum ada riset terdahulu yang secara langsung
akurat. Intellectual capital memiliki arah yang positif dengan kinerja dan nilai
Informasi laba tentu akan menimbulkan respon atau reaksi pasar. Berdasarkan
coefficient.
36
3.3.6 Pengaruh ERM pada Earnings Response Coefficient melalui Nilai
Perusahaan
merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi
pada hakekatnya menyajikan gambaran keadaan masa lalu, saat ini maupun
pasar modal. Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat
diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil
keputusan investasi.
akan menjadi sebuah good news dan mendapat respon positif dari pasar.
37
perusahaan yang sama harus memiliki keunggulan komparatif dalam
2014). Penerapan ERM yang baik bukan hanya bermanfaat bagi perusahaan
tentunya akan menjadikan ERM sebagai tolok ukur penilaian terhadap kinerja
38
3.3.7 Pengaruh Intellectual Capital pada Earnings Response Coefficient
dalam menciptakan inovasi produk dan jasa yang dijual kepada pelanggan.
39
Price to Book Value atau PBV yang merupakan proksi nilai
menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. Price to Book Value adalah
pada posisi overvalued atau undervalued. Makin tinggi rasio ini berarti pasar
40
BAB IV
METODE PENELITIAN
Bab ini berisi tentang metode yang dipergunakan dalam penelitian ini
metode pengumpulan data, sumber dan jenis data, serta teknik analisis data.
Rancangan penelitian juga mencakup penentuan variabel yang diteliti serta data
yang akan digunakan untuk menguji hipotesis yang dirancang. Penelitian ini
intervening variable.
fokus penelitian. Disajikan pula fenomena dan riset terdahulu yang mendukung
dalam bentuk pertanyaan yang selanjutnya akan dijawab dalam tujuan penelitian
ini. Manfaat dari penelitian ini ditujukan secara khusus bagi decision maker,
41
dengan teori yang digunakan. Penelitian dilakukan di seluruh perusahaan yang
(path analysis) dengan program Smart PLS 3. Setelah diperoleh hasil penelitian,
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Hipotesis
Variabel Penelitian:
ERM, Intellectual Capital, Earnings Response Coefficient, dan
Nilai Perusahaan
42
4.2 Lokasi dan Ruang Lingkup Penelitian
dipengaruhi oleh ERM dan intellectual capital. Selain itu, nilai perusahaan
digunakan untuk memediasi pengaruh dari ERM dan intellectual capital pada
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel terikat (endogen)
dan variabel bebas (eksogen). Variabel endogen dalam penelitian ini adalah
earnings response coefficient dan variabel eksogen dalam penelitian ini adalah
variable (Z).
regresi antara proksi harga saham dan laba akuntansi (Mashita, 2015). Proksi harga
return (CAR), sedangkan proksi laba akuntansi adalah unexpected earning (UE).
abnormal return. Selanjutnya akan dihitung unexpected earning kemudian nilai ini
43
akan ditambahkan dengan nilai CAR yang sebelumnya sudah dihitung untuk
kinerja perusahaan agar manajemen lebih pro-aktif serta sebagai bentuk peringatan
bagi perusahaan akan risiko tertentu. Di Indonesia, pedoman penerapan ERM bagi
Intellectual capital (X2) adalah salah satu aset tak berwujud yang dimiliki
kompetitif yang dimiliki perusahaan, sehingga antara perusahaan yang satu dengan
yang lainnya tidak mungkin sama. Pengukuran informasi terkait intellectual capital
dalam laporan tahunan mereka melalui beberapa tahapan, dengan mengadopsi pada
riset terdahulu.
Nilai perusahaan (Z) adalah nilai yang tercipta di mata publik sebagai akibat
dari kinerja perusahaan yang baik. Nilai perusahaan dapat tercermin dari harga
saham perusahaan di pasar modal, yang mencirikan harga yang dibayar investor per
lembar saham perusahaan tersebut. Nilai perusahaan dalam penelitian ini diukur
dengan price to book value (PBV). PBV mengukur nilai yang diberikan pasar
44
keuangan dan organisasi sebagai perusahaan yang terus bertumbuh dan
IHSGt -IHSGt-1
Rm.t =
IHSGt-1
Cummulative
Abnormal Return b) Abnormal Return Rasio
(CAR)
ARit = Ri.t – Rm.t
Earnings
1 Response c) Cummulative
Coefficient Abnormal Return
(CAR)
CARit = CAR(-t,t) = ∑t-t
ARit
CARi.t = α0 + α1 UEi,t + ε
Earnings Response
Rasio
Coefficient Sumber: Chaney & Jater
(1991)
Content analysis dengan
menggunakan enam (6)
dimensi framework ISO
Enterprise ISO 31000:2018
31000:2018 sebagai
Risk “0 : jika tidak ada”
2 berikut. Nominal
Management “1 : jika ada”
(ERM)
A. Kepemimpinan dan
Komitmen
B. Integrasi
45
C. Desain
D. Implementasi
E. Evaluasi
F. Perbaikan
Langkah 1:
Mengidentifikasi daftar
item-item pengungkapan
intellectual capital (36
-
item), yang terbagi dalam
3 kategori structural
capital, external capital,
dan human capital.
0 = item tidak
ditampilkan dalam
laporan tahunan;
1 = item disajikan dalam Nominal
bentuk narasi;
2 = item disajikan dalam
bentuk angka;
3 = item disajikan dalam
bentuk moneter;
4 = item disajikan dalam
bentuk kombinasi, yaitu
berupa informasi angka
dan narasi.
46
Langkah 3:
Skor indeks
pengungkapan
intellectual capital
disusun dengan rumus
sebagai berikut.
Nominal
Indeks intellectual
capital = Total skor item
intellectual capital / Skor
Kumulatif
4.6.1 Populasi
47
3) Perusahaan yang menyajikan laporan keuangan dalam bentuk
mata uang rupiah (Rp). Pemilihan bentuk mata uang rupiah (Rp)
Sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data sekunder
berupa laporan tahunan perusahaan yang diperoleh dari web resmi Bursa Efek
Indonesia.
tidak terlibat secara langsung dan hanya mengambil data melalui web resmi Bursa
48
skala kuantitaif dari beragam tingkat kompleksitas (Abeysekera, 2008; J. Guthrie
Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis
jalur (path analysis). Analisis jalur dipergunakan untuk melihat hubungan sebab
akibat dengan model penelitian yang kompleks. Dalam analisis jalur, terdapat suatu
variabel yang berperan ganda, sebagai variabel independen (eksogen) dan variabel
analisis jalur maka akan diperhitungkan hubungan langsung dan tidak langsung
Model analisis yang cocok dipergunakan untuk analisis jalur adalah Partial
Structural Equation Modelling (SEM), yang untuk tujuan saat ini dianggap lebih
baik daripada teknik SEM (software AMOS, LISREL) lainnya. Model ini
dikembangkan sebagai alternatif untuk situasi dimana dasar teori pada perancangan
model lemah dan atau indikator yang tersedia tidak memenuhi model pengukuran
reflektif. PLS merupakan metode analisis yang sangat baik karena dapat diterapkan
pada semua skala data, tidak membutuhkan banyak asumsi dan ukuran sampel tidak
Partial Least Square (PLS) dipergunakan karena alat statistik tersebut lebih
fleksibel dan tidak memuat banyak asumsi agar sebuah model penelitian dapat diuji.
Kelebihan lain dari PLS untuk analisis jalur adalah tidak diperlukannya uji Sobel
(seperti dalam SPSS) untuk pengujian hipotesis. PLS mampu menyajikan secara
49
keseluruhan hubungan langsung dan tidak langsung antar variabel dalam satu kali
uji. Model analisis jalur semua variabel laten dalam PLS terdiri dari (Ghozali,
2006):
ƞ1 = γ1ξ1 + γ2ξ2 + ζ1
ƞ2 = β1ƞ1 + γ3ξ1 + γ4ξ2 + ζ2
Keterangan:
X1 = Indikator pengukuran ERM.
X2 = Indikator pengukuran intellectual capital.
Y1 = Indikator pengukuran nilai perusahaan.
Y2 = Indikator pengukuran earnings response coefficient.
ξ1 = (xi) variabel laten eksogen ERM.
ξ2 = (xi) variabel laten eksogen intellectual capital.
λx1 = (lamda kecil) loading faktor variabel laten eksogen ERM.
λx2 = (lamda kecil) loading faktor variabel laten eksogen intellectual capital.
δ1 = (delta kecil), galat pengukuran variabel laten eksogen ERM.
δ2 = (delta kecil), galat pengukuran variabel laten eksogen intellectual capital.
Ƞ1 = (eta) variabel laten endogen nilai perusahaan.
Ƞ2 = (eta) variabel laten endogen earnings response coefficient.
ԑ1 = (epsilon kecil), galat pengukuran variabel laten endogen nilai perusahaan.
ԑ2 = (epsilon kecil), galat pengukuran variabel laten endogen earnings response
coefficient.
β1 = (beta), koefisien pengaruh variabel endogen nilai perusahaan terhadap variabel
endogen earnings response coefficient.
50
γ1 = (gamma kecil), koefisien pengaruh variabel eksogen ERM terhadap variabel
endogen nilai perusahaan.
γ2 = (gamma kecil), koefisien pengaruh variabel eksogen intellectual capital
terhadap variabel endogen nilai perusahaan.
γ3 = (gamma kecil), koefisien pengaruh variabel eksogen ERM terhadap variabel
endogen earnings response coefficient.
γ4 = (gamma kecil), koefisien pengaruh variabel eksogen intellectual capital
terhadap variabel endogen earnings response coefficient.
ζ = (zeta kecil), galat model.
Setelah dilakukan uji inner model dan outer model tahapan selanjutnya adalah
mengkonstruksi diagram jalur. Fungsi utama dari diagram jalur adalah untuk
model penelitian. Pada tahapan ini ada tiga skema pemilihan weighting dalam
proses estimasi model, yaitu factor weighting scheme, centroid weighting scheme,
Tahapan yang selanjutnya adalah goodness of fit atau evaluasi model meliputi
51
DAFTAR RUJUKAN
Artinah, Budi & Ahmad Muslih. (2011). Pengaruh Intellectual Capital Terhadap
Capital Gain (Studi Empiris terhadap Perusahaan Perbankan yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia, Jurnal SPREAD, 1 (1), hal. 15-31.
Ball, Ray & Philip Brown. (1968). An Empirical Evaluation of Accounting Income
Number, Journal of Accounting Research, 6 (2), hal. 159-177.
Barney, J. B. (1991). Firm Resources and Sustained Competitive Advantage,
Journal of Management, 17 (1), hal. 99-120.
Baxter, Ryan J. et al. (2012). Enterprise Risk Management Program Quality:
Determinants, Value Relevance, and the Financial Crisis, Contemporary
Accounting Research, hal. 1-43.
Biddle, G. & G. Seow. (1991). The Estimation And Determinants of Association
Between Returns And Earnings: Evidence From CrossIndustry Comparisons,
Journal Of Accounting, Auditing & Finance 6 (Spring): 183-232.
Bontis, Nick. (1998). Intellectual Capital: an Exploratory Study that Develops
Measures and Models, Management Decision, 36 (2), hal. 63-76.
Bontis, Nick, et al. (2000). Intellectual Capital and Business Performance in
Malaysian Industries, Journal of Intellectual Capital, 1 (1), hal. 85-100.
52
Chaney, P. K. & D. C. Jater. (1991). The Effect of Size on The Magnitude of Long
Window Earnings Response Coefficient, Contemporary Accounting
Research, 8 (2), hal. 540-560.
Chen, Ming-Chin, et al. (2005). An Empirical Investigation of the Relationship
between Intellectual Capital and Firm’s Market Value and Financial
Performance, Journal of Intellectual Capital, 6 (2), hal. 159-176.
Cho, J.Y & K. Jung. (1991). Earnings Response Coefficient: A Sythesis of Theory
and Empirical Evidence, Journal of Accounting Literature, 10 (1).
CNBC, Indonesia. (2020). Banyak Emiten Rilis Lapkeu 2019. Retrieved from
https://www.cnbcindonesia.com/market/20190805122240-17-89852/ini-
jawara-pencetak-laba-terbesar-semester-i-2019-emiten-lq45.
53
Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Listing di BEI, The
Indonesian Accounting Review, 2 (2), hal. 203-214.
Fleming, Lee & Philip Bromiley. (2002). The Resource Based View of Strategy: A
Behaviorist’s Critique. California: Edward Elgar Publishing.
Ghozali, Imam. (2006). Structural Equation Modelling Metode Alternatif dengan
Partial Least Square (PLS). Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
Grant, Robert M. (1996) Toward a Knowledge-Based Theory of the Firm, Strategic
Management Journal, 17 (winter special issue: knowledge and the firm), hal.
109-122.
Guthrie, James, & Parker, L. D. (1990). Corporate social disclosure practice: A
comparative international analysis, Advances in Public Interest Accounting,
3 (1), hal. 159– 175.
Guthrie, James & Petty, Richard. (2000). Intellectual Capital Literature Review:
Measurement, Reporting and Management, Journal of Intellectual Capital, 1
(2), hal. 155-175.
Guthrie, James. (2001). The Management, Measurement and The Reporting
Intellectual Capital, Journal of Intellectual Capital, 2 (1), hal. 27-41.
Guthrie, James et al. (2004). Using content analysis as a research method to inquire
into intellectual capital reporting, Journal of Intellectual Capital, 5 (2), hal.
282–293.
Haji, A. A., & Ghazali, N. A. M. (2012). Intellectual capital disclosure trends: some
Malaysian evidence, Journal of Intellectual Capital, 13 (3), hal. 377–397.
Halimah, Siti N. (2020). Pengaruh Manajemen Risiko, Modal Intelektual, dan
Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan, Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi, 9
(7), hal. 1-17.
Handayani, Bestari D. (2017). Mekanisme Corporate Governance, Enterprise Risk
Management, dan Nilai Perusahaan Perbankan, Jurnal Keuangan dan
Perbankan, 21 (1), hal. 70-81.
Hasanzade, et al. (2013). Factors Affecting the Earnings Response Coefficient: An
Empirical Study for Iran, European Online Journal of Natural and Social
Sciences, 2 (3), hal. 2551-2560.
Holienka, M., P. A., & Kubisova, M. (2016). The Influence of Intellectual Capital
Performance on Value Creation in Slovak SMES, The Essence and
Measurement of Organizational Efficiency, 3 (2), hal. 65-77.
54
Hooks, J., & C. J. V. Staden. (2011). Evaluating Environmental Disclosure: the
Relationship between Quality and Extent Measures, The British Accounting
Review, 43 (1), hal. 200-213.
Hoyt, R. E., et al. (2008). The Value of Enterprise Risk Management: Evidence
from The U.S. Insurance Industry, Journal of Financial and Quantitative
Analysis, 26 (1), hal. 519-532.
Hoyt, R. E., & A. P. Liebenberg. (2011). The Value of Enterprise Risk
Management, Journal of Risk and Insurance, 78 (4), hal. 795-822.
Husnan, Suad. (2008). Manajemen Keuangan : Teori dan Penerapan Buku 1. Edisi
4. BPFE. Yogyakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia. (2007). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba
Empat.
International Standard Organization. (2018). ISO 31000:2018 - Risk management-
Guidelines, ed. 2. Technical Committee: ISO /TC 262 Risk management ,
pp.16. Retrieved from https://www.iso.org›standard.
Jensen. M.C & Meckling. (1976). Theory of the Firm: Managerial Behavior Agency
Cost and Ownership Structure, Journal of Financial Economics, 3 (1), hal.
305-360.
Kalkan, Adnan et al. (2014). The Impacts of Intellectual Capital, Innovation and
Organizational Strategy on Firm Performance, Procedia-Social and
Behavioral Sciences, 150 (1), hal. 700-707.
Kaplan, R.S, & D.P. Norton. (2004). The Strategy Map: Guide to Aligning
Intangible Assets, Emerald Group Publishing Limited, 32 (5), hal. 10-17.
Koeswara, Arya I. & D. Agus Harjito. (2016). Pengaruh Penerapan Enterprise Risk
Management Terhadap Financial Distress dan Nilai Perusahaan, Jurnal
Manajemen Bisnis Indonesia, 3 (2), hal. 44-59.
Kormendi, R. & R. Lipe. (1987). Earnings Innovations, Earnings Persistence And
Stock Return, Journal of Bussiness, 60 (1), hal. 323-345.
Lipe, R. C. (1990). The Relation Between Stock Return, Accounting Earnings And
Alternative Information, The Accounting Review, (January): hal. 49-71.
55
Machlup, Fritz. (1967). Theories of the Firm: Marginalist, Behavioral, Managerial,
American Economic Review, 57 (1), hal. 1-33.
56
Peteraf, M. A. (1993). The cornerstones of competitive advantage: A resource-
based view, Strategic Management Journal, 14 (3), hal. 179-191.
Prahalad, C.K. & Hamel, G. (1990). The core competence of the corporation,
Harvard Business Review, 5 (6), hal. 79-91.
Pulic, Ante. (1998). Measuring The Performance of Intellectual Potential in
Knowledge Economy, The 2nd McMaster Word Congress on Measuring and
Managing Intellectual Capital by the Austrian Team for Intellectual
Potential.
57
Solikhah, B., et al. (2010). Implikasi Intellectual Capital terhadap Financial
Performance, Growth, dan Market Value; Studi Empiris dengan Pendekatan
Simplistic Specification, Makalah Simposium Nasional Akuntansi XIII, hal.
1–29, Purwokerto: 13-14 Oktober.
Spence, Michael. (1973). Signaling Theory: A Review and Assessment, Journal of
Management, 37 (1), hal. 39-67.
Stewart, T A. (1997). Intellectual Capital: The New Wealth of Organizations. New
York: Doubleday.
Subaida, Ida et al. (2018). Effect of Intellectual Capital and Intellectual Capital
Disclosure on Firm Value, Jurnal Aplikasi Manajemen, 16 (1), hal. 125-135.
Sveiby, K.E. (2001). A Knowledge-Based Theory of the Firm to Guide in Strategy
Formulation, Journal of Intellectual Capital, 2 (4), hal. 344-358.
Tan, Hong Pew, et al. (2007). Intellectual Capital and Financial Returns of
Companies, Journal of Intellectual Capital, 8 (1), hal. 76-95.
Thomas, Vincent F. (2020). BEI: Laba Bersih Emiten 2019 Turun 2 Persen Capai
Rp403 Triliun. Retrievd from https://tirto.id/bei-laba-bersih-emiten-2019-
turun-2-persen-capai-rp403-triliun-fFlD.
Wang, Q., et al. (2016). Intellectual capital disclosure in Chinese and Indian
information technology companies : A comparative analysis, Journal of
Intellectual Capital, 17 (3), hal. 507-529.
58
Wibowo, Seto M. (2015). Pengaruh Nilai Perusahaan, Kesempatan Bertumbuh
Perusahaan dan Arus Kas Operasi Terhadap Return Saham Dimasa Yang
Akan Datang, Jurnal Informasi, Perpajakan, Akuntansi dan Keuangan
Publik, 10 (2), hal. 149-162.
Widhiastuti, T. et al. (2020). Intellectual Capital and Islamic Social Reporting
Index: The Case of Indonesian Islamic Banking, Humanities & Social
Sciences Reviews, 8 (4), hal. 728-736.
Wijananti, S. P. (2015). Pengaruh Corporate Governance dan Karakteristik
Perusahaan terhadap Pengungkapan Enterprise Risk Management pada
Perusahaan Non Keuangan Periode 2011-2013, Jurnal Akuntansi dan
Keuangan, 1 (3), hal. 1–26.
Yi, A., & Davey, H. (2010). Intellectual capital disclosure in Chinese (mainland)
companies, Journal of Intellectual Capital, 11 (3), hal. 326–347.
Yuniasih, N. W., et al. (2010). Eksplorasi Kinerja Pasar Perusahaan: Kajian
Berdasarkan Modal Intelektual (Studi Empiris pada Perusahaan yang
Terdaftar di Bursa Efek, Simposium Nasional Akuntansi XIII, Purwokerto.
Zakiyah, N. Y., & Gunawan, B. (2017). Pengaruh Mekanisme Corporate
Governance, Ukuran Perusahaan terhadap Risk Management Disclosure,
Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 9 (1), hal. 1–18.
59