Anda di halaman 1dari 14

This research outline needs to be improved.

Nama : Putu Eka Mas Pratiwi Please see the body text for the review.

NIM : 2081611016
Grade: 70/100 03/04/21
NO : 16
UTS - Riset Akuntansi Keuangan dan Audit – MAK 325
Dosen Pengampu: Dewa Gede Wirama dan Eka Ardhani Sisdyani
Hari/tgl: Kamis/1 April 2021
Pukul 17.30 – 19.40

Tema : Kualitas Audit

Judul : Pengaruh Kompetensi, Independensi, dan Kemahiran Profesional Terhadap Kualitas


Audit pada BPK Perwakilan Provinsi Bali

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
(fenomena)
Kasus korupsi yang terjadi telah banyak merugikan negara. Di sisi lain terdapat pemerintah
daerah yang pejabatnya terjerat korupsi namun mendapatkan opini wajar atau WTP pada
laporan keuangannya, hal tersebut membuat masyarakat menjadi ragu terhadap pihak
auditornya Kepercayaan masyarakat terhadap profesi akuntan publik menjadi berkurang
karena munculnya beberapa kasus yang dilakukan oleh oknum-oknum akuntan publik atau
auditor yang berasal dari lembaga negara yaitu Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Keraguan
masyarakat tersebut juga didukung dengan pelanggaran yang dilakukan oleh oknum dari BPK.
Beberapa kasus yang terjadi menyangkut oknum dari BPK. Berikut kasus-kasus yang terjadi
menyangkut oknum dari BPK menurut Indonesia Corruption Watch (ICW) dari tahun 2005
sampai dengan Desember 2020.

Jumlah
Kasus Kasus
3 Kasus suap untuk mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)
1 Kasus suap untuk mendapatkan opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP)
1 Kasus suap untuk mengubah hasil temuan BPK
1 Kasus suap untuk “membantu” melancarkan proses audit BPK

Dari beberapa kasus yang terjadi dengan melibatkan oknum BPK tersebut, nilai suap terkecil
yaitu Rp.80 juta, dan nilai suap terbesar Rp.1,6 miliar. Terdapat 23 nama yang diduga, lima
orang telah diberikan vonis bersalah di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, empat belas orang
hanya mendapat sanksi internal dari BPK, dan empat orang lainnya masih dalam proses
pemeriksaan oleh BPK (Wedhaswary, 2017). Meningkatnya kasus korupsi yang terjadi di
Indonesia, serta terjadinya beberapa kasus penyalahgunaan wewenang yang dilakukan oleh
akuntan publik, menyebabkan kepercayaan masyarakat semakin berkurang terhadap profesi
yang seharusnya membangun kepercayaan rakyat Indonesia terhadap pemerintah tersebut.
Tuntutan masyarakat akan akuntabilitas serta transparansi auditor dalam mengungkap adanya
temuan kecurangan, menyebabkan audit dituntut untuk semakin meningkatkan kualitas
auditnya.

Kasus pelanggaran yang dilakukan oknum BPK tersebut secara tidak langsung merupakan
kebohongan terhadap publik terkait dengan opini audit yang dihasilkan. Untuk dapat
mengembalikan kepercayaan masyarakat, khususnya pengguna laporan keuangan, kualitas
audit harus ditingkatkan. Hasil pemeriksaan audit yang dilakukan oleh seorang auditor akan
ditentukan oleh kualitas audit yang dimiliki berupa kemampuan untuk menemukan temuan
kecurangan

(research gap)
Beberapa research gap dalam riset ini yaitu menurut Badjuri (2011), auditor yang dapat
menyelesaikan semua pekerjaan dengan profesional, maka dapat dipastikan bahwa kualitas
audit telah terjamin karena kualitas audit merupakan keluaran utama dari sifat profesionalisme.
Hal tersebut didukung oleh penelitian Singgih dan Bawono (2010) yang menyatakan bahwa
laporan keuangan yang dapat dipercaya dan dapat digunakan sebagai dasar pengambil
keputusan hanya dihasilkan oleh kualitas audit yang baik. Widiastuty dan Febrianto (2010)
juga berpendapat bahwa apapun tugas yang dilakukan auditor, hal yang diperlukan adalah
hasil kerja yang berkualitas.
Penelitian Trianingsih (2004) menyebutkan bahwa kompetensi merupakan salah satu
hal penting yang dapat menentukan keberhasilan dan kinerja seseorang dalam suatu bidang
pekerjaannya. Hal ini didukung oleh penelitian Christiawan (2002) yang menyatakan
kompetensi dan independensi adalah indikator yang dapat mempengauhi kualitas audit. Ardini
(2010) berpendapat bahwa keberhasilan serta kinerja seseorang yang melakukan suatu bidang
pekerjaan akan ditentukan dari tingkat kompetensi yang dimiliki.
Kualitas audit merupakan probabilitas bahwa seorang auditor dapat menemukan serta
melaporkan pelanggaran pada sistem akuntansi klien (De Angelo, 1981). Probabilitas
menemukan pelanggaran akan tergantung dengan kemampuan teknis auditor, dan probabilitas
melaporkan adanya pelanggaran akan tergantung pada independensi auditor (Deis dan Groux,
1992). Dari kedua definisi tersebut, penelitian Singgih dan Bawono (2010) menyimpulkan
bahwa auditor akan dinyatakan kompeten apabila auditor mampu menemukan pelanggaran,
dan auditor yang independen merupakan auditor yang mau mengungkapkan adanya penemuan
pelanggaran tersebut.
Hal tersebut didukung oleh penelitian Indrasti (2011) yang menyatakan bahwa kualitas
audit yang baik akan dimiliki oleh auditor yang memiliki kompetensi yang baik. Selain itu
Alim et al., (2007) menyebutkan kompetensi auditor adalah suatu hal yang mendasar pada
seorang auditor agar dapat menghasilkan laporan audit yang berkualitas serta didukung oleh
pengetahuan, keterampilan, pengalaman, serta pendidikan yang memadai. Hasil penelitian
Perdany dan Suranta (2012) juga menyatakan bahwa kompetensi menjadi hal yang
mempengaruhi kualitas audit. Penelitan Badjuri (2012) dan Puspitasari (2015) menunjukkan
bahwa semakin tinggi kompetensi auditor, maka kualitas audit akan menjadi semakin baik.
Selain memiliki kompetensi yang baik, auditor diwajibkan memiliki sikap independen,
yaitu sikap mental yang tidak mudah terpengaruh, dikendalikan, dan tergantung pada orang
lain. Menurut Najib et al., (2013), independensi merupakan sikap yang tidak memihak, dan
merupakan salah satu faktor yang menentukan kredibilitas pendapat auditor. Auditor yang
tidak terlihat independen akan membuat pengguna laporan keuangan semakin tidak percaya
atas laporan keuangan yang dihasilkan, serta opini audit tentang laporan keuangan tersebut
menjadi tidak bernilai. Wiratama dan Budhiarta (2015) menyebutkan seorang auditor harus
memiliki sikap jujur kepada pihak internal dan eksternal yang menaruh kepercayaan pada
laporan keuangan auditan. Independensi bisa diartikan sebagai sikap mental yang tidak
dipengaruhi dan dikendalikan oleh pihak lain, dan tidak tergantung pada orang lain (Mulyadi,
2002).
Faktor lain yang mempengaruhi kualitas audit adalah kemahiran profesional. Standar
umum ketiga pada profesi auditor merupakan kemahiran profesional yang berarti profesional
dan memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan tugasnya dengan tekun dan seksama
(Arens, 2008). Pernyataan tersebut diperkuat oleh penelitian Zimmerman et al., (2008), auditor
yang memiliki kemahiran profesional dituntut untuk memiliki skeptisisme professional, yaitu
sikap berpikir kritis terhadap bukti audit, dan selalu mempertanyakan serta mengevaluasi bukti
audit secara teliti. Baso (2012) mengemukakan bahwa kemahiran profesional sangat
diperlukan dalam melaksanakan audit untuk mengumpulkan bukti-bukti dengan sangat hati-
hati. Hal ini didukung oleh penelitian Febriyanti (2014) yang menyatakan kemahiran
profesional merupakan hal yang harus diterapkan oleh para akuntan publik agar kualitas audit
yang memadai tercapai dalam melaksanakan pekerjaannya secara profesinal. Beberapa hasil
penelitian tersebut membuktikan bahwa kemahiran profesional yang diterapkan dalam
pekerjaan auditor, maka akan menghasilkan kualitas audit yang semakin baik.
Menurut Statements of Financial Accounting Concepts (SFAC, 2000) hasil kualitas
audit akan ditentukan oleh beberapa faktor antara lain kompetensi dan independensi.
Kompetensi dan independensi seorang auditor sangat berkaitan dengan proses maupun hasil
dari kualitas audit yang baik. Tanpa adanya faktor tersebut, maka kualitas audit masih
dipertanyakan, sulit dipercaya, dipertanggungjawabkan, serta tidak bisa dipakai untuk
mengambil keputusan. Kompetensi auditor akan dipengaruhi oleh pendidikan formal dan
pelatihan secara teknis yang diikuti auditor (Christiawan, 2002). Demikian pula dengan
independensi yang merupakan salah satu faktor penting pada auditor dalam melaksanakan
profesinya agar tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan internal maupun eksternal (Perdany
dan Suranta, 2012). Selain kompetensi dan independensi, diperlukan pula kemahiran
profesional, yang mana auditor memiliki sikap yang cermat dan seksama dengan cara berpikir
secara kritis serta melakukan evaluasi terhadap bukti-bukti audit, tidak ceroboh dalam
melakukan pemeriksaan, berhati-hati dalam melakukan tugas, dan teguh dalam melaksanakan
tanggung jawab (Angel dan Parlindungan, 2013).
Seorang auditor agar dapat menemukan dan melaporkan adanya temuan pelanggaran
dalam laporan keuangan yang dilakukan oleh prinsipal sangat ditentukan oleh kualitas audit
(Nirmala, 2013). Salah satu hal yang harus dimiliki oleh auditor yang memiliki kualitas audit
baik yaitu kompetensi karena dengan kompetensi, auditor akan didukung dengan adanya
pengetahuan, keterampilan, pengalaman, serta pendidikan yang didapatkannya (Efendy, 2010).
Kemahiran profesional auditor dalam melaksanakan tugasnya akan menentukan kualitasnya
dengan memiliki sikap kehati-hatian saat melakukan pemeriksaan. Kemahiran profesional
dapat diartikan sebagai sikap cermat, seksama, berpikir kritis, serta akan melakukan evaluasi
bukti audit yang ditemukan.
Menurut Statements of Financial Accounting Concepts (SFAC, 2000) hasil kualitas
audit akan ditentukan oleh beberapa faktor antara lain kompetensi dan independensi.
Kompetensi dan independensi seorang auditor sangat berkaitan dengan proses maupun hasil
dari kualitas audit yang baik. Tanpa adanya faktor tersebut, maka kualitas audit masih
dipertanyakan, sulit dipercaya, dipertanggungjawabkan, serta tidak bisa dipakai untuk
mengambil keputusan. Kompetensi auditor akan dipengaruhi oleh pendidikan formal dan
pelatihan secara teknis yang diikuti auditor (Christiawan, 2002). Demikian pula dengan
independensi yang merupakan salah satu faktor penting pada auditor dalam melaksanakan
profesinya agar tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan internal maupun eksternal (Perdany
dan Suranta, 2012). Selain kompetensi dan independensi, diperlukan pula kemahiran
profesional, yang mana auditor memiliki sikap yang cermat dan seksama dengan cara berpikir
secara kritis serta melakukan evaluasi terhadap bukti-bukti audit, tidak ceroboh dalam
melakukan pemeriksaan, berhati-hati dalam melakukan tugas, dan teguh dalam melaksanakan
tanggung jawab (Angel dan Parlindungan, 2013).
Dalam penyelenggaraan bernegara termasuk di dalamnya pemerintah daerah, peran
auditor dilaksanakan oleh BPK sebagaimana yang diamanatkan dalam UU No.15 Tahun 2004
mengenai Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, bahwa Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) merupakan satu-satunya auditor eksternal atas keuangan Negara.
BPK memiliki tugas untuk memelihara akuntabilitas dan transparansi dari seluruh aspek
keuangan negara, serta memeriksa asal-usul dan besarnya seluruh penerimaan negara yang
masuk dari manapun sumbernya, termasuk dengan pemberantasan Korupsi. Badan Pemeriksa
Keuangan diwajibkan untuk melaksanakan standar pemeriksaan sesuai dengan SAP (Standar
Akuntansi Pemerintah) tahun 1995 yaitu melaporkan adanya indikasi unsur pidana kepada
penyidik, jika pemeriksaan telah selesai wajib menyusun Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP),
dan disampaikan kepada Lembaga Perwakilan dan Pemerintahan atau Pemda. Pemeriksa juga
menyampaikan Hasil Pemeriksaan Semester (Hapsem) kepada Lembaga Perwakilan dan
Pemerintah/Pemda, memantau hasil pemeriksaan Pemantauan Tindak Lanjut (PTL), dan hasil
PTL diberitahukan pada Lembaga Perwakilan dalam Hapsem. BPK juga bertugas untuk
memeriksa atas digunakannya uang negara pada tiga lapis pemerintahan di Indonesia yaitu,
pusat, provinsi, dan kabupaten/kota. Selain itu, dalam UU No.15 Tahun 2004 juga dijelaskan
bahwa BPK diberi mandat untuk melakukan Pemeriksaan Investigatif untuk mengungkap
adanya indikasi kerugian negara, daerah, maupun unsur tindak pidana.
Peneliti melakukan penelitian ini di BPK Perwakilan Provinsi Bali. Terdapat beberapa
alasan peneliti melakukan penelitian di BPK Bali, yaitu BPK Perwakilan Provinsi Bali Kota
Denpasar menerima penghargaan dari BPK RI Perwakilan Provinsi Bali yaitu sebagai
apresiasi kepada Pemerintah Kota Denpasar karena berhasil mencapai Indek Pembangunan
Manusia (IPM) Tertinggi di Bali, (sindonews.com). Selain itu, BPK telah memeriksa Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah Kota Denpasar Tahun Anggaran 2019. Berdasarkan
pemeriksaan yang telah dilakukan BPK, dapat disimpulkan bahwa penyusunan Laporan
Keuangan Pemerintah Kota Denpasar Tahun Anggaran 2019 telah sesuai dengan SAP berbasis
akrual, telah diungkapkan secara memadai, dan tidak terdapat ketidakpatuhan yang
berpengaruh langsung dan material, serta telah menyusun dan merancang unsur-unsur SPI
yang meliputi lingkungan pengendalian, penilaian risiko, kegiatan pengendalian, informasi dan
komunikasi serta pemantauan.
Berdasarkan latar belakang dan research gap diatas, peneliti termotivasi
menggabungkan indikator kualitas audit yaitu kompetensi, independensi, dan kemahiran
profesional yang merupakan komponen penting untuk dapat mengasilkkan kualitas audit yang
baik, berkualitas, dan dapat dipercaya. Penelitian ini berjudul: “Pengaruh Kompetensi,
Independensi, dan Kemahiran Profesional Terhadap Kualitas Audit Pada Kantor Perwakilan
BPK-RI Bali”. Penelitian ini menggunakan kompetensi, independensi, dan kemahiran
profesional sebagai variabel independen, yang diduga dapat memberi pengaruh terhadap
kualitas audit sebagai variabel dependen.

1.2. Motivasi Riset


Motivasi peneliti untuk meneliti riset ini adalah menambah ilmu dan wawasan peneliti
bagaimana pengaruh kompetensi, independensi, dan kemahiran profesional terhadap kualitas
audit pada BPK di Provinsi Bali. Selain itu, penelitian ini dapat menjadi tambahan
pengetahuan serta pemahaman ilmu yang dapat dijadikan sebagai referensi, bahan diskusi,
atau bahan kajian lanjutan bagi yang akan melakukan penelitian di masa yang akan datang
mengenai pengaruh kompetensi, dan independensi auditor di BPK-RI terhadap kualitas audit.

1.3. Urgensi Riset


Pentingnya dilakukan penelitian pada riset ini karena kualitas audit agar dapat ditemukan
solusi untuk memecahkan kasus korupsi yang menyangkut BPK sehingga dapat memperbaiki
kualitas audit.

1.4. Kontribusi (novelty)


Kontribusi atau unsur kebaharuan (novelty) dalam penelitian ini adalah masih terbatas nya
penelitian mengenai kualitas audit terutama penelitian yang khusus meneliti BPK Provinsi
Bali yang sebelumnya hanya terdapat penelitian serupa namun dilakukan di BPK Perwakilan
Provinsi Jawa Tengah.

1.5. Masalah dan tujuan


- Adapun masalah penelitian pada riset ini yaitu:
1. Bagaimana pengaruh kompetensi auditor terhadap kualitas audit?
2. Bagaimana pengaruh independensi auditor terhadap kualitas audit?
3. Bagaimana pengaruh kemahiran profesional terhadap kualitas audit?
- Adapun tujuan penelitian pada riset ini, penelitian ini bertujuan menguii pengaruh
kompetensi, independensi, dan kemahiran profesional terhadap kualitas audit pada auditor
di BPK Kantor Perwakilan Provinsi Bali.
II. KERANGKA KONSEPTUAL

Gambar Kerangka Konseptual


Pengaruh Kompetensi, Independensi, dan Kemahiran Profesional Terhadap Kualitas Audit
Pada BPK Perwakilan Provinsi Bali

Kajian Empiris:
Fenomena/Research Gap Badjuri (2011)
Singgih dan Bawono (2010)
Widiastuty dan Febrianto (2010)
Rumusan Masalah Trianingsih (2004)
Christiawan (2002)
Ardini (2010)
Grand Teori: De Angelo (1981)
1. Teori Agensi Hipotesis Deis dan Groux (1992)
2. Teori Atribusi Singgih dan Bawono (2010)
3.Teori Pengambilan Indrasti (2011)
Keputusan Metodelogi Penelitian Alim et al., (2007)
Perdany dan Suranta (2012)
Badjuri (2012) dan Puspitasari
(2015)
Pembahasan Najib et al., (2013)
Wiratama dan Budhiarta (2015)
Mulyadi (2002)
Kesimpulan, Keterbatasan Arens (2008)
dan Saran Zimmerman et al., (2008)
Baso (2012)
Febriyanti (2014)
Nirmala (2013).
Efendy (2010)

Dari fenomena atau research gap ditemukan rumusan masalah penelitian, kemudian terdapat
dugaan atau hipotesis penelitian yang didasari grand teori dan kajian empiris berdasarkan penelitian
yang sudah ada sebelumnya. Hipotesis penelitian tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan
metode penelitian yang menghasilan hasil penelitian dan pembahasannya. Dari hasil dan pembahasa
penelitian makan dapat ditemukan kesimpulan penelitian, keterabatasa penelitian dan saran penelitian.
Gambar Model Penelitian
Pengaruh Kompetensi, Independensi, dan Kemahiran Profesional Terhadap Kualitas Audit
Pada BPK Perwakilan Provinsi Bali

Kompetensi Auditor

Adapun variabel Kualitas


penelitian dalam riset ini yaitu :
Audit Independensi Auditor

a. Variabel Dependen
Kemahiran Profesional
Variabel dependen atau variabel terikat adalah tipe variabel yang dipengaruhi oleh variabel
Auditor
independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kualitas audit. Instrumen kuesioner
yang digunakan dalam penelitian ini diadopsi dari penelitian Perdany dan Suranta (2012)
dengan beberapa modifikasi. Kualitas audit diukur dengan delapan pertanyaan dan
menggunakan skala likert 5 poin. Poin 1 diberikan untuk jawaban yang memiliki pengaruh
paling rendah dan seterusnya poin 5 diberikan pada jawaban yang memiliki pengaruh paling
tinggi.
b. Variabel Independen
Variabel independen merupakan variabel bebas yang memberi pengaruh atau dapat menjadi
sebab timbulnya variabel dependen (Sugiyono, 2012)
1) Kompetensi Auditor
Pengukuran kompetensi auditor yaitu dengan pertanyaan yang menggambarkan tingkat
persepsi auditor terhadap pentingnya kompetensi yang dimiliki oleh seorang auditor
terkait dengan standar akuntansi dan audit yang berlaku, penguasaan auditor terhadap
seluk beluk dalam organisasi pemerintahan, dan program peningkatan keahlian.
Responden diharapkan menjawab tentang persepsi mereka dengan memilih satu dari
lima jawaban dari mulai setuju sampai sangat tidak setuju. Instrumen kuesioner yang
digunakan dalam penelitian ini diadopsi dari penelitian Efendy (2010) dengan beberapa
modifikasi. Kompetensi diukur dengan lima pertanyaan dan menggunakan skala likert 5
poin. Poin 1 diberikan untuk jawaban yang memiliki pengaruh paling rendah dan
seterusnya poin 5 diberikan pada jawaban yang memiliki pengaruh paling tinggi.
2) Independensi Auditor Instrumen kuesioner yang digunakan untuk mengukur
independensi auditor ini diadopsi dari Perdany dan Suranta (2012) dengan beberapa
modifikasi. Independensi auditor diukur dengan tujuh item pernyataan, yang
menggambarkan tingkat persepsi auditor terhadap keleluasaannya sebagai auditor untuk
melakukan audit dan bebas dari gangguan pribadi maupun eksternal. Responden
diharapkan menjawab tentang persepsi mereka dengan memilih satu dari lima jawaban
dari mulai setuju sampai sangat tidak setuju. Item pertanyaan tersebut diukur dengan
Skala Likert 5 poin. Poin 1 diberikan untuk jawaban yang memiliki pengaruh paling
rendah dan seterusnya poin 5 diberikan pada jawaban yang memiliki pengaruh paling
tinggi.
3) Kemahiran Profesional Auditor
Kemahiran profesional diukur dengan enam item pertanyaan, dimana pernyataan
tersebut menggambarkan tingkat persepsi auditor terhadap kemahiran, kemampuan, dan
kecermatan seorang auditor. Instrumen kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini
diadopsi dari Agustin (2013) dengan beberapa modifikasi. Responden diharapkan
menjawab tentang bagaimana persepsi mereka dengan memilih satu dari lima jawaban
dari mulai setuju sampai sangat tidak setuju. Item pertanyaan tersebut diukur dengan
Skala Likert 5 poin. Poin 1 diberikan untuk jawaban yang memiliki pengaruh paling
rendah dan seterusnya poin 5 diberikan pada jawaban yang memiliki pengaruh paling
tinggi.
DAFTAR RUJUKAN

Agustin, A. 2013. Pengaruh Pengalaman, Independensi, Dan Due Profesional Care


Auditor Terhadap Kualitas Audit Laporan Keuangan Pemerintah (Studi
Empiris pada BPK-RI Perwakilan Provinsi Riau). Jurnal Akuntansi. (1) 1: 26
– 48.
Albrecht, W. S., C. O. Albrecht dan C. C. Zimbelman: 2011, Fraud Examination, 4th
Edition. Cengage Learning: Mason.
Alim, M.N., Hapsari, T., & Purwanti, L. 2007. Pengaruh Kompetensi dan
Independensi Terhadap Kualitas Audit Dengan Etika Auditor Sebagai
Variabel Moderasi. Simposium Nasional Akuntansi (10). 1-26.
Angel, R.G. G. & Parlindungan, R. 2013. Pengaruh Independensi Terhadap Kualitas
Audit Pada Kantor Akuntan Publik Di Palembang Dengan Prinsip Kehati-
Hatian Sebagai Variabel Moderasi. Jurnal Akuntansi. 1-19.
Ardini, L. 2010. Pengaruh Kompetensi, Independensi, Akuntabilitas Dan Motivasi
Terhadap Kualitas Audit. Majalah Ekonomi. (20) 3: 329-349.
Arens, A. A.2008. Auditing dan jasa Assurance. (1) 12. Erlangga: Jakarta.
Badjuri, A. 2012. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hasil
Pemeriksaan Audit Sektor Publik (Studi Empiris pada BPKP Perwakilan
Jawa Tengah). Dinamika Akuntansi Keuangan dan Perbankan (1) 1: 120 –
135.

Christiawan, Y. J. 2002. Kompetensi Dan Independensi Akuntan Publik: Refleksi


Hasil Penelitian Empiris. Jurnal Akuntansi & Keuangan (4) 2: 79 - 92.
DeAngelo, L. E. 1981. Auditor Size and Audit Quality. Journal of Accounting and
Economics (3) 3: 183-199.
Deis, D.R and Gary A.G. 1992. Determinant of Audit Quality In The Public Sector.
The Accounting Review (67) 3: 462-479.

Efendy, M. T. 2010. Pengaruh Kompetensi, Independensi, Dan Motivasi Terhadap


Kualitas Audit Aparat Inspektorat Dalam Pengawasan Keuangan Daerah
(Studi Empiris pada Pemerintah Kota Gorontalo). Tesis. Universitas
Diponegoro.
FASB. 1987. Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No.1.
Faturachman, T. A. 2015. Pengaruh Due Professional Care Terhadap Kualitas Audit
Pada Kantor Akuntan Publik Di Kota Bandung. Jurnal Riset Akuntansi Dan
Keuangan, 3 (1): 562-571.
Fearnley, S,. Beattie, V. and Brandt, R. (2005) Auditor independence and audit risk:
a reconceptualisation. Journal of International Accounting Research 4(1):
39-71.

Febriyanti, R. 2014. Pengaruh Independensi, Due Professional Care Dan


Akuntabilitas Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan
publik Di Kota Padang Dan Pekanbaru). Jurnal Akuntansi. (2) 2: 1-25.
Parasayu, A dan A. Rohman. 2014. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kualitas Hasil Audit Internal (Studi Persepsi Aparat Intern Pemerintah Kota
Surakarta dan Kabupaten Boyolali). Diponegoro Journal Of Accounting. (3)2
: 1-10.
Perdany, A, dan S. Suranta. 2012. “Pengaruh Kompetensi Dan Independensi Auditor
Terhadap Kualitas Audit Investigatif Pada Kantor Perwakilan BPK-RI di
Yogyakarta. Jurnal Akuntansi. UNS-F.Ekonomi Akuntansi.

Puspita, S.R. dan P. Harto. 2015. Pengaruh Tata Kelola Perusahaan Terhadap
Penghindaran Pajak . Diponegoro Journal Of Accounting. (3) 2: 1-13.
Singgih, E.M dan I.R. Bawono. 2010. Pengaruh Independensi, Pengalaman, Due
Professional Care dan Akuntablilitas Terhadap Kualitas Audit (Studi pada
Auditor di KAP “Big Four” di Indonesia). Simposium Nasional Akuntansi
XIII. AUD-11.
Wedhaswary, I. D. 2017. Tren Modus Korupsi 2017 Versi ICW.
https://nasional.kompas.com/read/2018/02/20/07542211/tren-modus-korupsi-
2017-versi-icw.
Widiastuty, E., dan Febrianto, R. 2010. Pengukuran Kualitas Audit : Sebuah Esai.
Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis. (5) 2 : 1-43.

Wiratama, W.J. dan Budiartha, K. 2015. Pengaruh Independensi, Pengalaman Kerja,


Due Professional Care Dan Akuntabilitas Terhadap Kualitas Audit. E-jurnal
Akuntansi 10.1 : 91-106.
Zimmerman, J. L. 2008. The Municipal Accounting Maze: An Analysis of Political Incentives.
Journal of Accounting Research (15): 107-144
14

Anda mungkin juga menyukai