berfokus pada upaya untuk meningkatkan motivasi karyawan untuk mencapai tujuan
organisasi. Konsep penganggaran ini sudah berkembang pesat dalam sektor bisnis, jauh
meninggalkan pendekatan yang sama dalam sektor publik.
Belakangan, beberapa proposal penelitian mencoba mengintegrasikan teori dan temuan
empiris di sektor bisnis ke sektor pemerintahan daerah di Indonesia. Pertanyaannya adalah:
apakah ini cara yang tepat? Apakah metodologi di bisnis bisa dipakai di pemerintahan?
Apakah kuisioner yang diberikan kepada responden karyawan swasta dapat juga diisi oleh
reponden PNS?
Pengertian Penganggaran Partisipatif
Anggaran merupakan rencana tindakan-tindakan (actions) pada masa yang akan datang untuk
mencapai tujuan organisasi. Pada organisasi bisnis, tujuan dimaksud adalah mencari laba
(profit oriented), sementara pada organisasi non-bisnis tidak (nonprofit oriented). Oleh
karena tujuannya berbeda, maka rencana kerja yang disusun juga berbeda. Dengan demikian,
pendekatan dalam penyusunan anggaran di kedua jenis organisasi juga berbeda.
Salah satu pendekatan yang paling populer terutama berkaitan dengan peningkatan motivasi
dan kinerja karyawan adalah penganggaran partisipatif (participatory budgeting). Dalam
literatur bisnis, keterlibatan karyawan sangat penting dalam menentukan target (misalnya
produksi dan penjualan) dan besaran kompensasi (insentif) terkait dengan kinerja yang
dicapai. Dalam pendekatan ini, karyawan dilibatkan dalam menentukan terget kinerja mereka
dan besaran insentif (seperti bonus dan kompensasi lainnya) jika target tersebut tercapai.
Penentuan insentif berdasarkan target kinerja ini ternyata melahirkan persoalan baru, yakni
masalah keagenan (agency problems) berupa slack, sebagai akibat dari adanya
ketidakseimbangan informasi (information asymmetry) antara bawahan (subordinates)
dengan atasannya (supervisor). Oleh karena bawahan mengetahui lebih banyak tentang
kapasitas diri dan teknik pelaksanaan tugas yang sebenarnya, maka pengawasan yang
dilakukan oleh atasannya tidak akan efektif. Akibatnya, meski target bisa tercapai sehingga
karyawan berhak atas insentif, namun sesungguhnya operasi perusahaan belum mencapai
tahap optimal.
Penjelasan empiris terhadap penganggaran partisipatif ini umumnya menggunakan teori
keagenenan (agency theory). Dalam teori ini, karyawan adalah agent, sedangkan suverpisor
adalah principal. Beberapa penelitian menggunakan variabel pemoderasi (moderating
variable) dan variabel antara (intervening variables).
Penganggaran Partisipatif di Pemerintahan Daerah
Berbeda dengan penganggaran partisipatif di perusahaan (bisnis), penganggaran di
pemerintahan tidak sepenuhnya tergantung pada karyawan. Di organisasi pemerintahan,
karyawan atau birokrat mengemban akuntabilitas ganda (dual accountability), yakni
bertanggungjawab kepada kepala organisasinya (di Pemda disebut SKPD atau kepala daerah)
dan juga kepada masyarakat (yang diwakili oleh lembaga perwakilan atau DPRD).
Pada saat ini, dalam penganggaran di pemerintahan daerah di Indoesia dikenal mekanisme
penganggaran partisipatif, yakni dengan melibatkan masyarakat secara langsung melalui
mekanisme Musrenbang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan). Musrenbang
dilaksanakan secara berjenjang, yang mencakup tingkat desa/kelurahan, kecamatan,
kabupaten/kota, provinsi, dan nasional.
Pada prinsipnya mekanisme ini bertujuan menjaring dan mengidentifikasi permasalahan dan
kebutuhan masyarakat yang dapat diatasi dengan kewenangan urusan yang dimiliki oleh
pemerintah. Setelah usulan-usulan masyarakat disesuaikan dengan urusan masing-masing
SKPD, maka akan dihasilkan dokumen perencanaan yang disebut dengan RKPD (Rencana
Kerja Pemerintah Daerah). Berdasarkan program/kegiatan yang dicantumkan dalam RKPD
ini Pemda membuat dokumen kebijakan dan prioritas aggaran serta plafon (pagu) anggaran
untuk setiap program/kegiatan, sebelum ditetapkan sebagai anggaran daerah (APBD).
Faktor-faktor Penting dalam Penganggaran Partisipatif
Efektif tidaknya penganggaran partisipatif di organisasi pemerintahan sangat tergantung pada
beberapa faktor, di antaranya:
Pengertian Anggaran
Anggaran merupakan suatu rencana yang disusun secara sistematis dalam bentuk angka
dan dinyatakan dalam unit moneter yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan untuk jangka
waktu ( periode) tertentu di masa yang akan datang. Oleh karena rencana yang disusun
dinyatakan dalam bentuk unit moneter, maka anggaran seringkali disebut juga dengan
rencana keuangan. Dalam anggaran, satuan kegiatan dan satuan uang menempati posisi
penting dalam arti segala kegiatan akan dikuantifikasikan dalam satuan uang, sehingga dapat
diukur pencapaian efisiensi dan efektivitas dari kegiatan yang dilakukan.
Penganggaran merupakan komitmen resmi manajemen yang terkait dengan harapan
manajemen tentang pendapatan, biaya dan beragam transaksi keuangan dalam jangka waktu
tertentu di masa yang akan datang.
Manfaat Anggaran
Dengan penyusunan anggaran usaha-usaha perusahaan akan lebih banyak berhasil
apabila ditunjang oleh kebijaksanaan-kebijaksanaan yang terarah dan dibantu oleh
perencanaan-perencanaan yang matang. Perusahaan yang berkecenderungan memandang ke
depan, akan selalu memikirkan apa yang mungkin dilakukannya pada masa yang akan dating.
Sehingga dalam pelaksanaannya, perusahaan-perusahaan ini tinggal berpegangan pada semua
rencana yang telah disusun sebelumnya. Di mana, bagaimana, mengapa, kapan, adalah
pertanyaan-pertanyaan yang selalu mereka kembangkan dalam kegiatan sehari-hari. Apabila
pada suatu kesempatan hal ini ditanyakan kepada seorang General Manager yang sukses,
maka sering didapatkan jawaban bahwa ide-ide untuk kegiatan pada waktu mendatang pada
umumnya didasarkan pada jawaban atas pertanyaan-pertanyaan diatas. Dalam perusahaanperusahaan manufatktur ( pabrik) kegiatan akan dilakukan dengan lebih efisien dan tingkat
keuntungan akan lebih besar apabila management memperhatikan rencana untuk aktivitasaktivitasnya di masa depan. Karena itu Heckerts dan Wilson mengatakan bahwa manfaat
utama daripada business budgeting adalah dapat ditentukannya kegiatan-kegiatan yang paling
profitable yang akan dilakukan.
Sedangkan manfaat lain adalah membantu manajer dalam mengelola perusahaan.
Manajer harus mengambil keputusan-keputusan yang paling menguntungkan perusahaan,
seperti memilih barang-barang atau jasa yang akan diproduksi dan dijual,
memilih/menseleksi langganan, menentukan tingkat harga, metode-metode produksi, metodemetode distribusi, termin penjualan.
Budgeting mempunyai manfaat yang pada dasarnya sama, yakni dalam hal perencanaan,
koordinasi, dan pengawasan.
Dalam bidang perencanaan
Dengan melihat uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa manfaat penyusunan anggaran
adalah :
operasi perusahaan dan bawahan akan mendapatkan pedoman yang jelas dalam
melaksanakan tugasnya. Disamping itu, penyusunan anggaran memungkinkan
perusahaan untuk mengantisipasi perunahan dalam lingkungan dan melakukan
penyesuaian sehingga kinerja perusahaan dapat lebih baik.
Sebagai alat evaluasi kegiatan perusahaan. Anggaran yang disusun dengan baik
menerapkan standar yang relevan akan memberikan pedoman bagi perbaikan
operasi perusahaan dalam menentukan langkah-langkah yang harus ditempuh
agar pekerjaan bisa diselesaikan dengan cara yang baik, artinya menggunakan
sumber-sumber daya perusahaan yang dianggap paling menguntungkan.
Terhadap penyimpangan yang mungkin terjadi dalam operasionalnya perlu
dilakukan evaluasi yang dapat menjadi masukan berharga bagi penyusunan
anggaran selanjutnya.
Tujuan Anggaran
Adapun tujuan penyusunan anggaran adalah :
Untuk menyatakan harapan/sasaran perusahaan secara jelas dan formal, sehingga bisa
menghindari kerancuan dan memberikan arah terhadap apa yang hendak dicapai
manajemen.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Kemampuan perencanaan
Kemampuan pengorganisasian
Kemampuan kepemimpinan
kemampuan pengendalian.
Dari keempat faktor manajemen diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Kemampuan Perencanaan
Yaitu kemampuan manajemen yang mencakup proses menentukan tugas apa yang
harus dilakukan, siapa yang harus melakukan, bagaimana cara mengelompokkan tugas-tugas
itu, siapa yang harus melapor ke siapa, dan dimana keputusan harus dibuat.
2. Kemampuan pengorganisasian
Yaitu kemampuan manajemen yang mencakup proses memotivasi bawahan,
mempengaruhi individu atau tim sewaktu mereka bekerja, memiliki saluran komunikasi yang
paling efektif, dan memecahkan dengan berbagai cara masalah perilaku karyawan.
3. Kemampuan kepemimpinan
Yaitu kemampuan manajemen yang mencakup proses pemantauan kinerja aktual,
membandingkan actual dengan standar, dan membuat koreksinya, jika perlu.
4.
Kemampuan pengendalian
Yaitu kemampuan manajemen yang mencakup proses mendefinisikan sasaran,
menetapkan strategi untuk mencapai sasaran dan menyusun rencana untuk mengintegrasikan
dan mengkoordinasikan sejumlah kegiatan.
D.
Perbaikan Kinerja
2. 2.
Penyesuaian Kompensasi
3. 3.
Keputusan Penetapan
4. 4.
5. 5.
6. 6.
7. 7.
Ketidakakuratan Informasi
8. 8.
9. 9.
3. Keputusan Penetapan
Promosi, transfer, dan penurunan jabatan biasanya didasarkan pada kinerja masa lalu
dan antisipatif, misalnya dalam bentuk penghargaan.
4. Kebutuhan Pelatihan dan Pengembangan
Kinerja buruk mengindentifikasikan sebuah kebutuhan untuk melakukan kebutuhan kembali.
5. Perencanaan dan Pengembangan Karier
Umpan balik kinerja membantu proses pengambilan keputusan tentang karier spesifik
karyawan.
6. Proses Penempatan Staf
Baik buruknya kinerja berimplikasi dalam hal kekuatan dan kelemahan dalam
prosedur penempatan staf di departemen SDM.
7. Ketidakakuratan Informasi
Kinerja buruk dapat mengindikasikan kesalahan dalam
pekerjaan, rencana SDM, atau hal lain dari sistem manajemen personal.
Informasi analisis
Tingkatan Manajerial
Secara umum manajer berarti setiap orang yang mempunyai tanggung jawab atas
bawahan dan sumber daya organisasi lainnya. Tingkatan manajemen dalam organisasi
menurut T. Hani Handoko (2003:17) akan membagi manajer menjadi tiga golongan
yang berbeda, yaitu :
1.
2.
3.
Manajer puncak.
Tingkatan manajemen dalam organisasi menurut Handoko tersebut diatas dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1. Manajer lini pertama
Tingkatan paling rendah dalam suatu organisasi yang memimpin dan
mengawasi tenaga-tenaga operasional. Manajer lini sering disebut dengan kepala atau
pimpinan (leader), mandor (foreman) dan penyedia (supervisor).
2. Manajer menengah
Manajer menengah membawahi dan mengarahkan kegiatan-kegiatan para manajer
lainnya dan karyawan operasional. Sebutan lain bagi manajer menengah adalah manajer
departemen kepala pengawas dan sebagainya.
3. Manajer puncak
Klasifikasi manajer ini terdiri dari sekelompok kecil eksekutif. Manajer puncak
bertanggung jawab atas keseluruhan manajemen organisasi. Yang termasuk dalam manajer
puncak adalah direktur, presiden, kepala divisi, wakil presiden, senior dan sebagainya.
F.
Peran Manajerial
Menurut Henry Mintzbreg yang dikutip oleh Ismail Solihin (2009:5) terdapat 3
kategori dasar peran manajerial yaitu :
1.
2.
3.
Tugas Manajerial
Menurut T. Hani Handoko (2003:29) tugas penting yang dilakukan oleh manajer
adalah sebagai berikut :
1. Manajer bekerja dengan orang lain
2. Manajer memadukan dan menyeimbangkan tujuan-tujuan yang saling bertentangan dan
menetapkan prioritas-prioritas
3. Manajer bertanggung jawab dan mempertanggung jawabkan
4. Manajer harus berfikir secara analitis dan konseptual
5. Manajer adalah suatu mediator
6. Manajer adalah seorang politisi
7. Manajer adalah seorang diplomat
8. Manajer mengambil keputusan-keputusan yang sulit.
Tugas penting yang dilakukan oleh manajer tersebut diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
1.
Manajer bekerja dengan orang lain. Istilah orang mencakup tidak hanya bawahan
atau atasan tetapi juga manajer lainnya dalam organisasi. Disamping itu orang juga
termasuk individu dari luar organisasi, seperti pelanggan, pemasok, pemerintah dan
sebagainya.
2.
Manajer memadukan dan menyeimbangkan tujuan-tujuan yang saling bertentangan
dan menetapkan prioritas-prioritas. Para manajer akan menghadapi setiap tujuan, masalah dan
kebutuhan organisasional yang semuanya bersaing untuk memperebutkan sumber daya
organisasi (manusia, material atau bahkan waktu manajer). Karena berbagai sumber daya
tersebut selalu terbatas, manajer harus menjaga keseimbangan diantara berbagai tujuan dan
kebutuhan organisasional.
3.
Manajer bertanggung jawab dan mempertanggung jawabkan. Para manajer
ditugaskan untuk mengelola pekerjaan-pekerjaan tertentu secara sukses. Mereka biasanya
dievaluasi atas dasar seberapa baik mengatur tugas-tugas yang harus diselesaikan. Lebih
lanjut, manajer juga bertanggung jawab atas kegiatan-kegiatan para bawahan. Kesuksesan
atau kegagalan bawahan adalah cerminan langsung kesuksesan dan kegagalan manajer.
4.
Manajer harus berfikir secara analitis dan konseptual. Untuk menjadi pemikiran
yang analitis, manajer harus mampu merinci dan memisah-misahkan suatu masalah menjadi
komponen-komponen masalah. Menganalisanya dan kemudian mencari penyelesaian yang
layak, akurat, dan yang lebih penting bagi manajer adalah menjadi pemikir konseptual yang
mampu memandang keseluruhan tugas dan mengaitkan suatu tugas dengan tugas-tugas
lainnya.
5.
Manajer adalah suatu mediator. Organisasi terdiri dari orang-orang dan kadang
mereka tidak saling setuju satu sama lain. Bila hal ini terjadi, maka akan merusak suasana
kerja, mengakibatkan konflik atau bahkan mungkin karyawan-karyawan yang cakap
akan meninggalkan perusahaan, kejadian seperti ini menuntut manajer sebagai mediator
(penengah).
6.
Manajer adalah seorang politisi. Seperti apa yang dilakukan politisi dalam
mengkampanyekan program-programnya, manajer harus mengembangkan hubunganhubungan baik untuk mendapatkan dukungan atas kegiatan-kegiatan, usulan-usulan, atau
keputusan-keputusannya. Setiap manajer yang efektif memainkan politik dengan
mengembangkan jaringan kerjasama timbal balik dengan para manajer lain dalam organisasi.
7.
Manajer adalah seorang diplomat. Manajer mungkin harus berperan sebagai wakil
(representatif) resmi kelompok kerjanya pada pertemuan-pertemuan organisasional. Manajer
juga mungkin mewakili organisasi dalam berurusan dengan kontraktor, langganan, pejabat
pemerintah atau organisasi personalia organisasi lain.
8.
Manajer mengambil keputusan-keputusan yang sulit. Organisasi selalu menghadapi
banyak masalah misalnya kesulitan finansial, masalah personalia, masalah dengan pihak
eksternal perusahaan dan sebagainya. Dengan demikian manajer diharapkan dapat
menentukan pemecahan dari berbagai masalah sulit dan mengambil keputusan yang tepat.
G. Keahlian Manajerial
Manajer dalam menjalankan peran dan tugasnya dengan menggunakan keahlian
manajerial yang mereka miliki. Menurut Robert L. Kazt yang dikutip oleh Ismail Solihin
(2009:7-9) para manajer yang efektif harus memiliki tiga keahlian yaitu :
1. Technical Skill
2. Human Skill
3. Conceptual Skills.
Ketiga keahlian tersebut diatas dapat dijelaskan sebagi berikut :
1. Technical skill, yaitu keahlian dan pengetahuan para manajer yang berkaitan dengan suatu
bidang pekerjaan atau ilmu. Misalnya seorang akuntan dikatakan memiliki keahlian teknis
apabila mereka dapat menyusun laporan keuangan, melakukan analisis laporan keuangan atau
melakukan audit.
2. Human Skill, yaitu kemampuan yang dimiliki oleh para manajer untuk dapat bekerja dengan
baik bersama orang lain, baik sebagai perorangan maupun kelompok. Keahlian ini sangat
penting karena manajer harus mengelola bawahannya dan bekerja sama dengan bawahannya
untuk mencapai tujuan. Demikian pula para manajer harus mampu menjalin kerja sama
dengan manajer lainnya dari departemen yang berbeda untuk mengejar tujuan perusahaan
secara umum.
3.
Conceptual skill, yaitu kemampuan yang harus dimiliki oleh manajer untuk
mengkonseptualisasikan situasi yang abstrak dan kompleks. Dalam hal ini manajer harus
dapat memandang organisasi secara keseluruhan dan memahami hubungan diantara unit-unit
organisasi. Manajer juga harus dapat memvisualisasikan bagaimana organisasi secara
kesuluruhan dapat menyesuaikan diri terhadap perkembangan lingkungan yang terjadi.