Anda di halaman 1dari 14

Makalah Penganggaran

Penyusunan Anggaran Konvensional

Oleh:

Dosen Pengampu :

Wirmie Eka Putra, S.E., M,Si

Helmi Faula Sitorus

NIM : C1C019119

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIERSITAS JAMBI

2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Metode penganggaran tradisional mempunyai kelemahan yaitu tidak adanya muatan


indikator (ukuran) kinerja dalam anggaran, untuk mencapai tujuan dan sasaran layanan publik.
Metode ini, penetapan kinerjanya didasarkan pada ketersediaan anggaran. Kinerjalah yang
diubah-ubah sesuai dengan jumlah anggaran tertentu. Artinya, anggaran bersifat tetap dan
menjadi dasar dari penentuan target kinerja. Traditional budget didominasi oleh penyusunan
anggaran yang bersifat line-item dan incrementalism, yaitu proses penyusunan anggaran yang
hanya mendasarkan pada besarnya realisasi anggaran tahun sebelumnya, konsekuensinya tidak
ada perubahan mendasar terhadap anggaran baru. Hal ini seringkali bertentangan dengan
kebutuhan riil dan kepentingan masyarakat (Santoso, 2009).

Penerapan anggaran berdasarkan kinerja, merupakan bagian tak terpisahkan dalam proses
penyempurnaan manajemen keuangan (anggaran negara), yang bertujuan untuk meningkatkan
transparansi dan akuntabilitas pelayanan publik serta efektifitas dari pelaksanaan kebijakan dan
program. Hal itu bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, yang berkaitan
dengan kebijakan, perencanaan, penganggaran, dan pelaksanaannya.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa definisi anggaran konvensional?

1.2.2 apa saja ciri-ciri anggaran konvensional?

1.2.3 Apa saja karakteristik anggaran konvensional?

1.2.4 Apa saja kelemahan dan kelebihan anggaran konvensional

1.3 Tujuan

Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah:

1.3.1 Untuk mengetahui definisi dari anggaran konvensional

1.3.2 Untuk mengetahui ciri-ciri anggaran konvensional

1.3.3 Untuk mengetahui apa saja karakteristik anggaran konvensional

1.3.4 Untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan anggaran konvemsional


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Anggaran

Anggaran adalah suatu rencana kuantitatif (satuan jumlah) periodik yang disusun
berdasarkan program yang telah disahkan. Anggaran (budget) merupakan rencana tertulis
mengenaikegiatan suatu organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif untuk jangka waktu
tertentu danumumnya dinyatakan dalam satuan uang, tetapi dapat juga dinyatakan dalam sautuan
barang/jasa. Anggaran merupakan alat manajemen dalam mencapai tujuan. Jadi, anggaran bukan
tujuan dan tidak dapat menggantikan manajemen.

Dalam penyusunan anggaran perludipertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut:

1.Pengetahuan tentang tujuan dan kebijakan umum perusahaan.

2.Data masa lalu.

3.Kemungkinan perkembangan kondisi ekonomi.

4.Pengetahuan tentang taktik, strategi pesaing, dan gerak-gerik pesaing.

5.Kemungkinan adanya perubahan kebijakan pemerintah.

6.Penelitian untuk pengembangan perusahaan.

Dalam penyusunan anggaran perlu diperhatikan perilaku para pelaksana anggaran


dengancara mempertimbangkan hal-hal berikut:

1. Anggaran harus dibuat serealistis mungkin dan secermat mungkin sehingga tidak
terlalurendah atau terlalu tinggi. Anggaran yang dibuat terlalu rendah tidak
menggambarkankedinamisan, sedangkan anggaran yang dibuat terlalu tinggi hanyalah angan-
angan.

2. Untuk memotivasi manajer pelaksana diperlukan partisipasi manajemen puncak


(direksi).
3. Anggaran yang dibuat harus mencerminkan keadilan, sehingga pelaksana tidak
merasatertekan tetapi justru termotivasi.

4. Untuk membuat laporan realisasi anggaran diperlukan laporan yang akurat dan
tepatwaktu, sehingga apabila terjadi penyimpangan yang merugikan dapat segera diantisipasi
lebihdini.

Anggaran yang dibuat akan mengalami kegagalan bila hal-hal berikut ini tidak
diperhatikan:

1.Pembuatan anggaran tidak cakap, tidak mampu berpikir ke depan, dan tidak
memilikiwawasan yang luas.

2.Wewenang dalam membuat anggaran tidak tegas.

3.Tidak didukung oleh masyarakat.

4.Dana tidak cukup.

B.Fungsi dan Karakteristik Anggaran

Peranan anggaran sebagai alat manajemen telah berjalan sejak awal


perusahaanmelaksanakan aktivitasnya, yaitu saat aktivitas benar-benar direncanakan dan
perencanaan sudah dinyatakan dalam bentuk uang dan unit yang dikeluarkan.Mengetahui betapa
pentingnya anggaran maka perlu diketahui apa sebenarnya fungsianggaran.Menurut Munandar
(2010:10), fungsi anggaran mempunyai tiga kegunaan pokok yaitu :

1. Sebagai pedoman kerjaAnggaran berfungsi sebagai pedoman kerja dan memberikan arah serta
sekaligusmemberikan target-target yang harus dicapai oleh kegiatan-kegiatan perusahaandiwaktu
yang akan datang.

2. Sebagai alat pengkoordinasian kerjaAnggaran berfungsi sebagai alat pengkoordinasian kerja


agar semua bagian- bagian yang terdapat dalam perusahaan menunjang, saling bekerja sama
dengan baik, untuk menuju kesasaran yang telah ditetapkan. Dengan demikian kelancaran
jalannya perusahaan akan lebih terjamin.
3. Sebagai alat pengawasan kerjaAnggaran berfungsi juga sebagai tolak ukur, sebagai alat
pembanding untuk menilai realisasi kegiatan perusahaan nanti. Dengan membandingkan apa
yangtertuang didalam anggaran dengan apa yang dicapai oleh realisasi kerja perusahaan, dapat
dinilai apakah telah sukses bekerja atau kurang.Di lain pihak menurut Mulyadi (2010:502),
fungsi anggaran terdiri dari enam itemyaitu :

1. Anggaran merupakan hasil akhir dari proses rencana kerja

2. Anggaran merupakan cetak biru aktifitas yang akan dilaksanakan perusahaandimasa yang
akan datang.

3. Anggaran berfungsi sebagai alat komunikasi intern yang berhubungan yangmenghubungkan


berbagai unit organisasi dalam perusahaan dan yangmenghubungkan manajer atas dan manajer
bawah.

4. Anggaran berfungsi sebagai alat tolak ukur yang dipakai sebagai pembandinghasil operasi
sesungguhnya.

5. Anggaran berfungsi sebagai alat pengendalian yang memungkinkan manajemenmenunjuk


bidang yang kuat dan lemah bagi perusahaan.

6. Anggaran berfungsi sebagai alat untuk mempengaruhi dan memotivasi manajer dan karyawan
agar senantiasa bertindak secara efektif dan efisien sesuai dengantujuan organisasi.

C.Faktor dan Pertimbangan dalam Anggaran

Nafarin (2010:11), menegaskan bahwa faktor-faktor yang perlu dipertimbangkandalam


penyusunan anggaran adalah sebagai berikut :

1. Pengetahuan tentang tujuan dan kebijakan umum perusahaan.

2. Data waktu lalu.

3. Kemungkinan perkembangan kondisi ekonomi.

4. Pengetahuan tentang taktik, strategi pesaing, dan gerak-gerik pesaing.

5. Penelitian untuk pengembangan perusahaan.


Nafarin (2010:11), mengatakan bahwa dalam penyusunan anggaran perludiperhatikan
perilaku para pelaksana anggaran dengan cara mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

1. Anggaran harus dibuat serealitas mungkin, secermat mungkin sehingga tidak terlalu
rendah, tidak menggambarkan kedinamisan, sedangkan anggaran yangdibuat terlalu tinggi
hanyalah angan-angan.

2. Untuk memotivasi manajer pelaksana diperlukan partisipasi top manajemen(direksi).

3. Anggaran yang dibuat harus mencerminkan keadilan, sehingga pelaksana tidak merasa
tertekan tetapi termotivasi.

4. Untuk membuat laporan realisasi anggaran diperlukan laporan yang akurat dantepat
waktu, sehingga apabila terjadi penyimpangan yang merugikan dapat segeradiantisipasi lebih
dini.
BAB III

PEMBAHASAN

A. Definisi Anggaran Konvensional

Sistem anggaran tradisional (Traditional budgeting system) adalah suatu cara menyusun
anggaran yang tidak didasarkan atas pemikiran dan analisa rangkaian kegiatan yang harus
dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Penyusunannya lebih didasarkan pada
kebutuhan untuk belanja atau pengeluaran.

Dalam sistem ini, perhatian lebih banyak ditekankan pada pertanggungjawaban


pelaksanaan anggaran secara akuntansi yang meliputi pelaksanaan anggaran, pengawasan
anggaran dan penyusunan pembukuannya. Pengelompokan pos-pos anggaran didasarkan atas
obyek-obyek pengeluaran, sedangkan distribusi anggaran didasarkan atas jatah tiap-tiap
departemen/lembaga. Dasar pemikirannya adalah setiap pengeluaran negara harus didasarkan
pada perhitungan dan penelitian yang ketat agar tidak terjadi pemborosan dan penyimpangan atas
dana yang terbatas.

Anggaran tradisional merupakan pendekatan yang paling banyak digunakan di negara


berkembang dewasa ini. Terdapat dua ciri utama dalam pendekatan ini, yaitu: (a) cara
penyusunan anggaran yang didasarkan atas pendekatan incrementalism dan (b) struktur dan
susunan anggaran yang besifat line-item.

B. Ciri-Ciri Anggaran Konvemsional

Adapun ciri-ciri dari sistem anggaran tradisional:

1. Cara penyusunan anggaran berdasarkan pendekatan incrementalism, yakni:

a) Penekanan & tujuan utama pendekatan tradisional adalah pada pengawasan dan
pertanggungjawaban yg terpusat.

b) Bersifat incrementalism, yaitu hanya menambah atau mengurangi jumlah rupiah pada item-
item anggaran yg sudah ada sblmnya dg data tahun sblmnya sebagai dasar menyesuaikan
besarnya penambahan/pengurangan tanpa kajian yg mendalam/kebutuhan yg wajar.
c) Masalah utama anggaran tradisional adalah tdk memperhatikan konsep value for money
(ekonomi, efisiensi dan efektivitas).

d) Kinerja dinilai berdasarkan habis tidaknya anggaran yg diajukan, bukan pada pertimbangan
output yang dihasilkan dari aktivitas yg dilakukan dibandingkan dengan target kinerja yang
dikehendaki (outcome).

e) Cenderung menerima konsep harga pokok pelayanan historis(historic cost of service) tanpa
memperhatikan pertanyaan sbb:

o Apakah pelayanan tertentu yg dibiayai dengan pengeluaran pemerintah masih


dibutuhkan atau masih menjadi prioritas?

o Apakah pelayanan yg diberikan telah terdistribusi secara adil & merata di antara
kelompok masyarakat?

o Apakah pelayanan diberikan secara ekonomis dan efisien?

o Apakah pelayanan yg diberikan mempengaruhi pola kebutuhan publik?

f) Akibat konsep historic cost of service adalah suatu item, program atau kegiatan muncul
lagi dlm anggaran tahun berikut meski sudah tak dibutuhkan. Perubahan menyangkut jumlah
rupiah yg disesuaikan dg tingkat inflasi, jumlah penduduk, dan penyesuaian lainnya.

2. Struktur dan susunan anggaran yg bersifat line-item,yakni:

a) Struktur anggaran bersifat line-item didasarkan atas sifat (nature) dari penerimaan dan
pengeluaran.

b) Tak memungkinkan untuk menghilangkan item-item penerimaan atau pengeluaran yg


sebenarnya sudah tidak relevan lagi

c) Penilaian kinerja tidak akurat, karena tolok ukur yg digunakan hanya pada ketaatan dalam
menggunakan dana yg diusulkan.
d) Dilandasi alasan orientasi sistem anggaran yg dimaksudkan untuk mengontrol pengeluaran,
bukan tujuan yg ingin dicapai dengan pengeluaran yg dilakukan.

e) Anggaran tradisional tidak rnampu mengungkapkan besarnya dana dikeluarkan untuk


setiap kegiatan, dan bahkan gagal memberikan informasi tentang besarnya rencana kegiatan.
Sehingga tolok ukur yang dapat digunakan untuk tujuan pengawasan hanyalah tingkat kepatuhan
penggunaan anggaran.

f) Metode line-item budget tidak memungkinkan untuk menghilangkan item-item


penerimaan atau pengeluaran yang telah ada dalam struktur anggaran, walaupun sebenarnya
secara riil item tertentu sudah tidak relevan lagi untuk digunakan pada periode sekarang. Karena
sifatnya yang demikian, penggunaan anggaran tradisional tidak memungkinkan untuk dilakukan
penilaian kinerja secara akurat, karena satu-satunya tolok ukur yang dapat digunakan adalah
semata-mata pada ketaatan dalam menggunakan dana yang diusulkan.

g) Penyusunan anggaran dengan menggunakan struktur line-item dilandasi alasan adanya


orientasi sistem anggaran yang dimaksudkan untuk mengontrol pengeluaran. Berdasarkan hal
tersebut, anggaran tradisional disusun atas dasar sifat penerimaan dan pengeluaran, seperti
misalnya pendapatan dari pemerintah atasan, pendapatan dari pajak, atau pengeluaran untuk gaji,
pengeluaran untuk belanja barang, dan sebagainya, bukan berdasar pada tujuan yang ingin
dicapai dengan pengeluaran yang dilakukan.

3. Cenderung sentralistis

4. Bersifat spesifikasi;

5. Tahunan, dan

6. Menggunakan prinsip anggaran bruto

Struktur anggaran tradisional dengan ciri-ciri tersebut tidak mampu mengungkapkan besarnya
dana yang dikeluarkan untuk setiap kegiatan, dan bahkan anggaran tradisional tersebut gagal
dalam memberikan informasi tentang besarnya rencana kegiatan. Oleh karena tidak tersedianya
berbagai informasi tersebut, maka satu-satunya tolok ukur yang dapat digunakan untuk tujuan
pengawasan hanyalah tingkat kepatuhan penggunaan anggaran.
C. Karakteristik Anggaran Konvensional

Adapun karakterisitik Anggaran Tradisional adalah:

a. Sentralistis

b. Berorientasi pada input

c. Tidak terkait dengan perencanaan jangka panjang

d. Line-item dan incrementalism.

e. Batasan departemen yang kaku (rigid department)

f. Menggunakan aturan klasik.

g. Vote accounting,

h. Prinsip anggaran bruto

i. Bersifat tahunan

D. Kelemahan dan Kelebihan Anggaran Konvensional

Kelemahan Anggaran Tradisional

Dilihat dari berbagai sudut pandang, metode penganggaran tradisional memiliki beberapa
kelemahan, antara lain:

1. Hubungan yang tidak memadai (terputus) antara anggaran tahunan dengan rencana
pembangunan jangka panjang.

2. Pendekatan incremental menyebabkan sejumlah besar pengeluaran tidak pernah diteliti


secara menyeluruh efektivitasnya.

3. Lebih berorientasi pada input daripada output. Hal tersebut menyebabkan anggaran
tradisional tidak dapat dijadikan sebagai alat untuk membuat kebijakan dan pilihan sumberdaya,
atau memonitor kinerja. Kinerja dievaluasi dalam bentuk apakah dana telah habis dibelanjakan,
bukan apakah tujuan tercapai.
4. Sekat-sekat antar departemen yang kaku membuat tujuan nasional secara keseluruhan sulit
dicapai. Keadaan tersebut berpeluang menimbulkan konflik, overlapping, kesenjangan, dan
persaingan antar departemen.

5. Proses anggaran terpisah untuk pengeluaran rutin dan pengeluaran modal/investasi.

6. Anggaran tradisional bersifat tahunan. Anggaran tahunan tersebut sebenarnya terlalu


pendek, terutama untuk proyek modal dan hal tersebut dapat mendorong praktik-praktik yang
tidak diinginkan (korupsi dan kolusi).

7. Sentralisasi penyiapan anggaran, ditambah dengan informasi yang tidak memadai


menyebabkan lemahnya perencanaan anggaran. Sebagai akibatnya adalah munculnya budget
padding atau budgetary slack.

8. Persetujuan anggaran yang terlambat, sehingga gagal memberikan mekanisme


pengendalian untuk pengeluaran yang sesuai, seperti seringnya dilakukan revisi anggaran dan
’manipulasi anggaran.

9. Aliran informasi (sistem informasi finansial) yang tidak memadai yang menjadi dasar
mekanisme pengendalian rutin, mengidentifikasi masalah dan tindakan.

Keunggulan Anggaran Tradisional

Di samping berbagai kelemahan tersebut, Halim (2002 : 239) menyatakan bahwa penerapan
anggaran tradisional memiliki beberapa keunggulan. Keunggulan-keunggulan anggaran
tradisional adalah sebagai berikut :

1. Penyusunannya relatif mudah, sehingga dapat membantu mengatasi rumitnya proses


penyusunan anggaran,

2. Tidak memerlukan pengetahuan yang terlalu tinggi untuk memahami program-program


kegiatan baru, karena banyak dari kegiatan-kegiatan tersebut merupakan lanjutan dari kegiatan
tahun-tahun sebelumnya, serta
3. Dengan menggunakan cara penyusunan ini, maka wilayah perselisihan menjadi sempit
sehingga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya konflik antar unit-unit yang berkepentingan
terhadap anggaran.

E. Permasalahan Utama Anggaran Konvensional

Permasalahan Utama Anggaran Tradisional adalah terkait dengan tidak adanya perhatian
terhadap konsep Value For Money(VFM). Konsep ekonomi, efisiensi dan efektivitas seringkali
tidak dijadikan pertimbangan dalam penyusunan anggaran tradisional. Oleh sebab itu, dengan
tidak adanya perhatian terhadap konsep value for money ini, seringkali pada akhir tahun
anggaran terjadi kelebihan anggaran yang pengalokasiannya kemudian dipaksakan pada
aktivitas-aktivitas yang sebenarnya kurang penting untuk dilaksanakan.

Jika dilihat secara mendalam sebenarnya konsep Value for Moneybukan sesuatu yang
baru, bahkan Value for Money merupakan salah satu prinsip penting dari anggaran kinerja dan
good governance.

Value for money merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang
mendasarkan pada tiga elemen utama, yaitu: ekonomi, efisiensi, dan efektivitas. Ekonomi:
pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada harga yang terendah. Ekonomi
merupakan perbandingan input dengan input value yang dinyatakan dalam satuan moneter.
Efisiensi: pencapaian output yang maksimum dengan input tertentu atau penggunaan input yang
rendah untuk mencapai output tertentu. Efisiensi merupakan perbandingan output/input yang
dikaitkan dengan standard kinerja atau target yang telah ditetapkan. Efektivitas: tingkat
pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan. Secara sederhana efektivitas
merupakan perbandingan outcome dengan output.

Ketiga hal tersebut merupakan elemen pokok value for money, namun beberapa sumber
berpendapat bahwa ke tiga elemen saja belum cukup .Perlu ditambah dua elemen lain yaitu :
Equity: kesempatan sosial yang sama untuk memperoleh pelayanan publik. Equality:
pemerataan/kesetaraan penggunaan dana publik dilakukan secara merata.
BAB IV

KESIMPULAN

Sistem anggaran tradisional (Traditional budgeting system) adalah suatu cara menyusun
anggaran yang tidak didasarkan atas pemikiran dan analisa rangkaian kegiatan yang harus
dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Penyusunannya lebih didasarkan pada
kebutuhan untuk belanja atau pengeluaran.

Dalam sistem ini, perhatian lebih banyak ditekankan pada pertanggungjawaban


pelaksanaan anggaran secara akuntansi yang meliputi pelaksanaan anggaran, pengawasan
anggaran dan penyusunan pembukuannya. Pengelompokan pos-pos anggaran didasarkan atas
obyek-obyek pengeluaran, sedangkan distribusi anggaran didasarkan atas jatah tiap-tiap
departemen/lembaga. Dasar pemikirannya adalah setiap pengeluaran negara harus didasarkan
pada perhitungan dan penelitian yang ketat agar tidak terjadi pemborosan dan penyimpangan atas
dana yang terbatas.
DAFTAR PUSTAKA

http://mychocochips.blogspot.com/2013/10/anggaran-tradisional-atau-
anggaran.html#%3A~%3Atext%3DAnggaran%20Tradisional%20atau%20Anggaran%20Konvension
al%2C-
2.1%20Pengertian%20Anggaran%26text%3DSistem%20anggaran%20tradisional%20(Traditional%
20budgeting%2Cmencapai%20tujuan%20yang%20telah%20ditentukan

https://www.scribd.com/doc/28142124/Anggaran-Konvensional-vs-Anggaran-Berbasis-Kinerja

Anda mungkin juga menyukai