Disusun Oleh :
(KELOMPOK 2)
ADE NINGRUM REKHWAN
CHINTYA DR
EGA WELLY AGUSTIN
IRA CANTIKA
NELIYANTI
NOVITASARI NURHASANAH
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan karunia dan rahmatNya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Line Item Budgeting”. Tujuan pembuatan makalah
ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Keuangan dan untuk menambah ilmu
pengetahuan mahasiswa tentang Line Item Budgeting di Indonesia. Kami menyadari bahwa
dalam pembuatan makalah ini jauh dari kata sempurna, maka kami harapkan kritik dan saran
demi perbaikan di masa mendatang. Semoga makalah ini bermanfaat untuk penyusun, pembaca,
serta rekan-rekan lain yang membutuhkan demi kemajuan ilmu pengetahuan khususnya di
bidang kesehatan.
Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Shah and Shen (2007) dalam Cipta(2011:3) menyatakan bahwa sistem penganggaran
sektor public berkembang dan berubah sesuai dengan dinamika perkembangan manajemen
sektor publik dan tuntutan yang muncul di masyarakat. Sampai saat ini, terdapat beberapa jenis
penganggaran sektor publik, yaitu Line-Item Budgeting yang banyak digunakan pada negara
berkembang, Planning Programing Budgeting System (PPBS) yang mulai dikembangkan tahun
1960-an, Zero-Based Budgeting (ZBB) yang mulai dikembangkan tahun 1970-an dan terakhir
Performance-Based Budgeting (PBB) yang mulai dikembangkan tahun 1990-an.
Sistem penganggaran dalam manajemen keuangan merupakan sebuah hal yang cukup
penting dalam sebuah perencanaan. Selama ini instansi pemerintah dianggap kurang bisa
memaksimalkan outcome organisasi yang berkaitan dengan prioritas, visi, misi dan renstra dan
hal tersebut cukup mencoreng nama baik instansi yang ada di Indonesia.
Sebagai informasi, tujuan utama sistem penganggaran adalah melakukan kontrol keuangan,
nantinya sistem penganggaran ini akan digunakan untuk meningkatkan dari segi ekonomis,
efisiensi dan efektivitas. Namun banyak terdapat kekurangan dan kelebihan dalam sistem
pengganggaran dalam manajemen keuangan, untuk itu kami tertarik untuk menyajikan materi
salah satu sistem yaitu Line item Budgeting atau anggaran tradisonal.
1.2 Tujuan
• Tujuan Umum : Tercapainya peningkatan pengetahuan tentang Line Item Budgeting
• Tujuan khusus :
1.3 Manfaat
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah yaitu :
PEMBAHASAN
TINJAUAN PUSTAKA
Budgeting ini mengandalkan arus keluar dan masuknya keuangan. Penganggaran jenis ini
saat diaplikasikan dalam kegiatan pemerintahan, biasanya tidak memperhatikan hal-hal yang
menjadi isu kunci atau tujuan pemerintah. Penganggaran ini juga tidak memperhatikan anggaran
dan keterikatannya dengan kegiatan pemerintah. Menurut para pakar tersebut, ini merupakan
jenis penganggaran yang masih banyak digunakan oleh sejumlah negara dalam membuat
anggarannya. Orientasi penganggaran ini adalah pengendalian input dengan pengendalian yang
sangat rinci dan dengan/atau peraturan perundangan yang sangat kaku.
2.2 TUJUAN
Tujuan utamanya adalah melakukan kontrol keuangan. Melakukan kontrol keuangan dan
berorientasi pada input organisasi, pada prakteknya memakai kemampuan menghabiskan
menyerap anggaran.
Metode ini sangat sering digunakan di Rumah Sakit, karena mudah menyusunnya, namun
sangat rentan terjadinya KKN. Kelemahan konsep incremental adalah menetapkan rencana
anggaran dengan cara menaikkan jumlah tertentu pada jumlah anggaran tahun lalu atau yang
sedang berjalan. Akan tetapi, analisis mendalam tentang tingkat keberhasilan program tidak
dilakukan, akibatnya tidak tersedia informasi yang rasional tentang alokasi anggaran tahun
depan.
2. 3 CIRI-CIRI
1. Penekanan & tujuan utama pendekatan tradisional adalah pada pengawasan dan
pertanggungjawaban yang terpusat.
2. Bersifat incrementalism, yaitu hanya menambah atau mengurangi jumlah rupiah pada
item-item anggaran yang sudah ada sebelumnya dengan data tahun sebelumnya sebagai dasar
menyesuaikan besarnya penambahan/pengurangan tanpa kajian yang mendalam/kebutuhan yang
wajar.
3. Masalah utama anggaran tradisional adalah tidak memperhatikan konsep value for
money (ekonomi, efisiensi dan efektivitas).
4. Kinerja dinilai berdasarkan habis tidaknya anggaran yang diajukan, bukan pada
pertimbangan output yang dihasilkan dari aktivitas yang dilakukan dibandingkan dengan target
kinerja yang dikehendaki (outcome).
1) Apakah pelayanan tertentu yang dibiayai dengan pengeluaran pemerintah masih
dibutuhkan atau masih menjadi prioritas?
2) Apakah pelayanan yang diberikan telah terdistribusi secara adil & merata di
antara kelompok masyarakat?
Akibat konsep historic cost of service adalah suatu item, program atau kegiatan muncul
lagi dalam anggaran tahun berikut meski sudah tak dibutuhkan. Perubahan menyangkut jumlah
rupiah yang disesuaikan dengan tingkat inflasi, jumlah penduduk, dan penyesuaian lainnya.
3. Penilaian kinerja tidak akurat, karena tolok ukur yang digunakan hanya pada
ketaatan dalam menggunakan dana yang diusulkan.
4. Dilandasi alasan orientasi sistem anggaran yang dimaksudkan untuk mengontrol
pengeluaran, bukan tujuan yang ingin dicapai dengan pengeluaran yang dilakukan.
6. Sehingga tolok ukur yang dapat digunakan untuk tujuan pengawasan hanyalah
tingkat kepatuhan penggunaan anggaran.
7. Cenderung sentralistis
8. Bersifat spesifikasi;
9. Tahunan; dan
1. Sederhana dan mudah dioperasikan karena tidak memerlukan analisis yang rumit.
2. Hubungan yang tak memadai (terputus) antara anggaran tahunan dengan rencana
pembangunan jangka panjang.
6. Sekat antar departemen yang kaku membuat tujuan nasional secara keseluruhan sulit
dicapai dan berpeluang menimbulkan konflik, overlapping, kesenjangan dan
persaingan antar departemen
11. Aliran informasi (sistem informasi finansial) yang tak memadai yang menjadi dasar
mekanisme pengendalian rutin, mengidentifikasi masalah dan tindakan.
Jika dilihat secara mendalam sebenarnya konsep Value for Money bukan sesuatu yang
baru, bahkan Value for Money merupakan salah satu prinsip penting dari anggaran kinerja
dan good governance.
Value for money merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang
mendasarkan pada tiga elemen utama, yaitu: ekonomi, efisiensi, dan efektivitas. Ekonomi:
pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada harga yang terendah. Ekonomi
merupakan perbandingan input dengan input value yang dinyatakan dalam satuan moneter.
Efisiensi: pencapaian output yang maksimum dengan input tertentu atau penggunaan input yang
rendah untuk mencapai output tertentu. Efisiensi merupakan perbandingan output/input yang
dikaitkan dengan standard kinerja atau target yang telah ditetapkan. Efektivitas: tingkat
pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan. Secara sederhana efektivitas
merupakan perbandingan outcome dengan output.
Ketiga hal tersebut merupakan elemen pokok value for money, namun beberapa sumber
berpendapat bahwa ke tiga elemen saja belum cukup. Perlu ditambah dua elemen lain yaitu :
Equity yaitu kesempatan sosial yang sama untuk memperoleh pelayanan publik. Equality yaitu
pemerataan/kesetaraan penggunaan dana publik dilakukan secara merata.
2.8 CONTOH PENERAPAN
Sistem penganggaran Iine Item budgeting dilihat dari format susunan dan program
Anggaran tahunan yang dipersiapkan, menitik beratkan pada sumber pendapatan (Pendapatan
asli daerah yang meliputi pendapatan pajak daerah, retribusi daerah bagian laba BUMD, dan
lain-lain) dan pengeluaran (belanja rutin yang meliputi belanja pegawai, belanja barang, belanja
pemeliharaan, belanja perjalanan dinas, dan lain-lain).
Contoh penerapan sistem penganggaran Iine Item budgeting tersebut diterapkan oleh
semua pemerintah di Indonesia berdasarkan peraturan pemerintah no. 5 tahun 1975 tentang
pengurusan pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah.
1. 200.000.00 210.000.00 5
Rawat Jalan 0 0
2. 500.000.00 550.000.00 10
IGD 0 0
3. 800.000.00 880.000.00 10
Farmasi 0 0
4. 600.000.00 660.000.00 10
Laboratoriu 0 0
m
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengertian Line Item budgeting adalah suatu cara menyusun anggaran yang tidak
didasarkan atas pemikiran dan analisa rangkaian kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan. Tujuan utamanya adalah melakukan kontrol keuangan.
Keunggulannya adalah sederhana dan mudah dioperasikan karena tidak memerlukan analisis
yang rumit, backward oriented dapat menjamin kepastian dibandingkan dengan forward oriented,
dan lebih mudah dalam melakukan pengawasan.
Kekurangannya adalah penekanan dan tujuan utama pada pengawasan dan
pertanggungjawaban yang terpusat, bersifat incrementalism, tidak memperhatikan konsep value
for money, kinerja dinilai berdasarkan habis tidaknya anggaran yang diajukan, bukan pada
pertimbangan output yang dihasilkan, dan cenderung menerima konsep harga pokok pelayanan
historis. Contoh penerapan sistem penganggaran Iine Item budgeting tersebut diterapkan oleh
hampir semua pemerintah di Indonesia berdasarkan peraturan pemerintah no. 5 tahun 1975
tentang pengurusan pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah.
3.2. Saran
Melakukan kontrol penganggaran keuangan sangat berpengaruh terhadap ekonomi,
efisiensi dan efektivitas organisasi. Oleh karena itu, semua pihak terkait seperti pemerintah,
manajer, tenaga kesehatan harus membuat penganggaran/ budgeting yang tepat sebagai alat
bantu dalam mencapai target program/ mendapat outcome organisasi dan berkaitan dengan
prioritas, visi, misi dan renstra yang diinginkan, bukan hanya berdasar pada bagaimana
menghabiskan dana (input) yang organisasi dapatkan tanpa memikirkan capaian/ target
programnya.
Dengan pemilihan jenis penganggaran sektor publik yang baik mendorong untuk
terciptanya konsep value for money (ekonomi, efisien dan efektif). Perlu edukasi menyeluruh
kepada petugas kesehatan agar target manajemen keuangan bisa lebih efektif, efisien dan
ekonomis sehingga kita bisa melihat manfaat dan dampak dari penerapan Line Item Budgeting/
anggaran tradisional dengan tujuan agar kinerja bisa ditingkatkan, dan dapat berorientasi pada
input, output & outcome.
DAFTAR PUSTAKA
Shah, Anwar and Chunli Shen. 2007. CitizenCentric, Performance Budgeting at the Local
Level. Public Sector and Governance and Accountability Series: Local Budgeting. World Bank
https://hpweblog.wordpress.com/2012/10/21/sistem-anggaran-tradisional-line-item-
budgeting/, diakses tanggal 29 November 2019)
http://kangaanwahyudi.blogspot.com/2013/12/sistem-penganggaran-blud_12.html, diakses
tanggal 29 November 2019)