Anda di halaman 1dari 28

KODE ETIK AKUNTAN PUBLIK

Tugas Audit Assurances

Dosen : Dr. Rita Yuniarti, SE., M.M., Ak., CA

Disusun Oleh :

Kelompok 5

Usep Saepul Hayat 51622220020

Maria Yuliana L 51622220044

Kelas : A-2

Program Magister Akuntansi

Universitas Widyatama

2023
LITERATUR REVIEW

Kode Etik Akuntan Indonesia merupakan suatu panduan dan aturan yang
mengatur etika profesi akuntan publik indonesia agar dapat memenuhi tanggungjawab
secara profesional dalam bekerja (Nanang, 1999). Kode Etik Akuntan Indonesia
dikeluarkan oleh IAMI dan IAI, dan IAPI secara paralel dengan nama Kode Etik Profesi
Akuntan Publik (Indonesia, 2021). Tiga syarat yang harus dimiliki seorang akuntan
publik untuk dianggap profesional adalah memiliki keahlian, pengetahuan, dan karakter
(Machfoedz, 1997). Sedangkan, (Primaraharjo & Handoko, 2011) menjelaskan bahwa
akuntan publik harus berpegang pada lima prinsip dalam Kode Etik Akuntan Indonesia,
yaitu prinsip integritas, kompetensi, kerahasiaan, objektivitas, dan profesional.
Walaupun sudah ada Kode Etik Profesi Akuntan Publik yang mengatur sikap dan
tindakan akuntan publik, masih banyak pelanggaran dan penyimpangan yang dilakukan
oleh akuntan publik, sehingga hal ini dapat menimbulkan skandal yang mencemarkan
profesi akuntan publik itu sendiri dan menurunkan kepercayaan masyarakat kepada para
akuntan publik. Contoh kasus pelanggaran yang terjadi di Indonesia, antara lain skandal
KAP Purwanto, Sungkoro, dan Surja (Member dari Ernst and Young Global Limited/
EY) yang terbukti melakukan pelanggaran undang-undang pasar modal dan kode etik
profesi akuntan publik pada tahun 2019, dengan cara menggelembungkan (over
statement) pendapatan senilai Rp 613 miliar untuk laporan keuangan tahunan (LKT)
periode 2016 pada PT Hanson Internation Tbk (MYRX) (Ayuningtyas, 2019). Hal ini
menyebabkan pembekuan Surat Tanda Terdaftar (STTD) Sherly selama setahun. Kasus
lainnya, yaitu skandal KAP Satrio, Bing, Eny & Rekan (Partner Deloitte Indonesia) yang
mengeluarkan opini wajar tanpa pengecualian setelah mengaudit laporan keuangan
tahunan PT SNP Finance padahal kondisi keuangan yang sebenarnya tidak sesuai dengan
laporan keuangan yang disajikan, sehingga mengakibatkan banyak pihak yang dirugikan.
Hal ini menyebabkan adanya sanksi pembatalan pendaftaran yang dikenakan oleh OJK
kepada KAP karena SNP menggunakan LKT yang telah diaudit untuk menerbitkan MTN
dan memperoleh kredit dari perbankan yang berdampak pada gagal bayar atau kredit
menjadi bermasalah (Ayuningtyas, 2019). Dari kasus-kasus pelanggaran yang terjadi di
Indonesia, dapat diketahui bahwa tidak mudah dalam menegakkan Kode Etik Profesi
Akuntan Publik karena seringkali para akuntan publik dihadapkan pada situasi dan
kondisi yang dilema etis, yang mana akuntan publik membuat opini audit dengan adanya
pertimbangan dari segi moralitas. Pelanggaran etika tidak akan terjadi apabila akuntan
publik memiliki pemahaman yang memadai dalam menerapkan nilai-nilai etika dan
moral sehingga dapat bekerja secara profesional (Ludigdo, 2006). Tidak hanya itu, juga
diperlukan adanya kesadaran yang tinggi dari akuntan publik agar tetap berada pada
batasan Kode Etik Profesi Akuntan Publik, sebagaimana yang telah diatur dalam Kode
Etik Akuntan Indonesia 2021, yaitu profesional, beretika, kompeten, memiliki integritas
tinggi, serta dapat dipercaya, sehingga dapat meningkatkan citra dan kepercayaan publik
terhadap akuntan publik. Dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya,
yaitu penelitian (Mauludy & dkk, 2017) terkait kasus penyimpangan yang terjadi pada
KAP Winata, yang mana hasilnya penelitiannya menemukan tidak adanya independensi
oknum akuntan publik dalam melaksanakan kode etik profesinya. Sedangkan, penelitian
(Bela, 2020) menjelaskan bahwa pemahaman Kode Etik Profesi Akuntan Publik
memiliki pengaruh yang positif terhadap perilaku etis akuntan. Hasil penelitian ini
didukung oleh (Kristianti & Deranika, 2020) mengenai pemahaman akuntan terkait kode
etik yang juga memiliki hubungan yang positif terhadap perilaku etis akuntan. Penelitian
Suraida (2005) mengungkapkan bahwa etika kompetensi dan skeptisisme professional
auditor memiliki pengaruh yang positif pada ketepatan pemberian opini oleh akuntan
publik. Dari berbagai hasil penelitian yang telah dilakukan, maka tulisan ini diharapkan
dapat digunakan untuk menambah pengetahuan mengenai Kode Etik Profesi Akuntan
Publik di Indonesia, agar akuntan publik dapat bertanggungjawab dan bersikap
profesional dalam bekerja sehingga dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat
terhadap akuntan publik. Etika Menurut (Bertens, 2004), etika dalam refleksi merupakan
suatu pemikiran moral mengenai apa yang harus dilakukan dan tidak boleh untuk
dilakukan. Sedangkan, (Baron & David, (2006) mengungkapkan bahwa etika adalah
suatu pendekatan yang sistematis dari adanya pertimbangan moral yang didasari oleh
penalaran, analisis dan perenungan. Etika juga bisa dikatakan merupakan
peraturanperaturan yang disusun dalam mempertahankan martabat suatu profesi dan juga
mengarahkan hubungan antara satu anggota profesi dengan yang lainnya secara positif
(Simamora, 2002). Orang yang tidak mempunyai etika cenderung menganggap perilaku
mereka sudah benar dengan mengabaikan normanorma yang ada. Terdapat dua alasan
seseorang berperilaku tidak etis (Arens & dkk, 2008), sebagai berikut: 1. Standar etika
yang dimilikinya tidak sama dengan standar etika di masyarakat 2. Orang tersebut
mementingkan diri sendiri, sehingga mengabaikan kepentingan orang lain. Jadi, etika
merupakan suatu pemikiran moral yang telah melalui pertimbangan dari penalaran,
analisis, sampai penalaran yang berhubungan dengan perilaku yang boleh dilakukan dan
sebaliknya, yang bertujuan untuk mempertahankan martabat suatu profesi. Akuntan
Publik Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2015 tentang Praktik Akuntan Publik,
menjelaskan bahwa akuntan publik adalah seseorang yang telah mendapatkan izin guna
menyediakan dan memberikan jasa, sesuai dengan Undang-undang No. 5 Tahun 2011
mengenai Akuntan Publik. Perkembangan profesi akuntan publik mendapat dukungan
dari pemerintah sejak tahun 1979 dengan bukti dikeluarkannya Keputusan Menteri
Keuangan No. 108/KMK.07/1979 terkait Penggunaan Laporan Pemeriksaan Akuntan
Publik untuk Memperoleh Keringanan dalam Penentuan Pajak Perseroan. Adanya
perkembangan dalam profesi akuntan publik juga dibuktikan pergantian verifikasi detail
dengan basis pengujian (sampling) dalam mengaudit suatu laporan keuangan,
menghubungkan pengujian dengan cara melakukan internal control, dan tidak adanya
penekanan terhadap pendeteksian fraud (Rahayu & Ely Suhayati, 2010). Sesuai dengan
Undang-undang No. 5 Tahun 2011 mengenai Akuntan Publik, untuk menjadi akuntan
publik harus memenuhi kualifikasi, sebagai berikut: 1. Mempunyai sertifikat tanda lulus
ujian untuk profesi akuntan publik 2. Memiliki pengalaman praktik dalam memberikan
jasa akuntan publik 3. Memiliki domisili di wilayah NKRI 4. Mempunyai NPWP 5.
Tidak pernah dikenakan sanksi administratif, misalnya dicabutnya izin akuntan publik 6.
Tidak pernah dijatuhi hukuman pidana selama lima tahun atau lebih 7. Anggota Asosiasi
Profesi Akuntan Publik 8. Tidak berada dalam kondisi pengampunan Kode Etik Profesi
Akuntan Publik Kode Etik Profesi Akuntan Publik mengatur etika akuntan publik, yaitu
bagaimana seharusnya akuntan publik menjalankan pekerjaannya secara profesional.
Akuntan publik harus menjunjung tinggi semua prinsip dasar etika dan kepatuhan dengan
cara mematuhi kode etik sehingga akuntan publik dapat mempertanggungjawabkan
perilakunya guna kepentingan publik dan pemangku lainnya. Menurut Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI), akuntan publik wajib menaati lima prinsip etika, antara lain sebagai
berikut: 1. Objektivitas Tidak terpengaruh oleh pihak lain. Apabila terpengaruh, dapat
menghilangkan sikap profesionalisme dalam bekerja. 2. Kompetensi dan kehati-hatian
profesional Memberikan jasa profesional yang kompeten, didasari oleh keahlian
profesional dan pengetahuan mengenai perkembangan praktik, teknik mutakhir, dan
peraturan. 3. Integritas Memiliki sikap yang jujur dalam setiap hubungan profesional 4.
Perilaku profesional Menaati peraturan yang berlaku dan tidak melakukan tindakan yang
dapat mengurangi kepercayaan klien dan masyarakat. 5. Kerahasiaan Menjaga rahasia
yang didapatkan dari hubungan profesional dengan tidak mengungkapkan informasi
tersebut kepada pihak luar atau pihak ketiga, dan tidak memakai informasi tersebut untuk
kepentingan siapapun. Apabila terjadi pelanggaran terhadap Kode Etik Profesi Akuntan
Publik, maka akuntan publik harus melaksanakan evaluasi dan dampak dari pelanggaran
tersebut. Setelah itu, akuntan publik harus bertindak dengan cepat untuk mengatasi
dampak yang terjadi akibat pelanggaran tersebut dan membuat keputusan apakah akan
melaporkan mengenai pelanggaran tersebut kepada pihak yang terkait atau tidak, seperti
asosiasi profesi, otoritas pengawasan, atau regulator (Indonesia, 2021).

A. Etika Profesi
I. Kebutuhan Akan Etika Profesi
1. Pentingnya etika profesional yakni bahwa agar jasa akuntansi menjadi
berarti publik harus mempercayai akuntan

2. Kepercayaan dibangun dengan pengetahuan bahwa akuntan terikat sebuah


kode etik profesional

3. Independensi dan objektivitas (fitur utama dari Kode Etik Akuntan


Profesional) penting bagi pemberian jasa asurans

Profesi akuntansi memiliki citra yang paradoks. Di satu sisi Akuntan dipandang
sebagai pilar masyarakat yang memberikan informasi keuangan yang diandalkan di
kehidupan pekerjaan mereka dan berperan sebagai bendahara gereja lokal di waktu
luang mereka.

Sisi lainnya yakni citra atas skema pajak yang agresif, skandal keuangan dan
pencucian uang. Akuntan meyakini bahwa informasi keuangan penting. Penting bagi
pemerintah, pemegang saham, manajemen dan sejumlah pemangku kepentingan lain,
bahwa laporan dan informasi keuangan dan lainnya yang diberikan oleh akuntan
diandalkan dan dapat digunakan oleh pihak lain. Sehingga pekerjaan yang dilakukan
oleh akuntan dan penyedia asurans lainnya memiliki manfaat untuk kepentingan publik.

Oleh karena itu, apabila profesi ini bertahan dan berkembang, dan anggotanya
menjaga posisi mereka, harus terdapat kode etik sehingga merasa bahwa mereka dapat
mempercayai akuntan.

Profesi ini memerlukan sebuah kode etik profesi. Ketika sejumlah beşar pendapatan
profesi berasal dari audit dan jasa asurans lain, dimana pengguna jasa tersebut mencari
tambahan keyakinan atas keandalan informasi, tidak berlebihan untuk dikatakan bahwa
pendapatan profesi ini sebenarnya bergantung pada reputasi akuntan atas perilaku etis.

B. Kode Etik
I. Kode Etik Akuntan Profesional IAI — Prinsip Dasar Prinsip dasarnya
yaitu :
1. Integritas adalah bersikap lugas dan jujur dalam semua hubungan
profesional dan bisnis. Akuntan profesional tidak boleh terkait dengan
laporan, pernyataan resmi, komunikasi, atau informasi lain ketika
akuntan profesionâl meyakini bahwa informasi tersebut terdapat :
a. Kesalahan yang material atau pernyataan yang menyesatkan
b. Pernyataan atau informasi yang dilengkapi secara sembarangan;
atau
c. Penghilangan atau pengaburan informasi yang seharusnya
diungkapkan sehingga akan menyesatkan.
2. Objektivitas adalah tidak membiarkan bias, benturan kepentingan, atau
pengaruh yang tidak semestinya dari pihak lain, yang dapat
mengesampingkan pertimbangan profesional atau bisnis.
3. Kompetensi dan kehati-hatian profesional adalah menjaga pengetahuan
dan keahlian profesional pada tingkat yang dibutuhkan untuk
memastikan bahwa klien atau pemberi kerja akan menerima jasa
profesional yang kompeten berdasarkan perkembangan praktik,
peraturan, dan teknik mutakhir, serta bertindak sungguh-sungguh dan
sesuai dengan teknik dan standar profesional yang berlaku. Akuntan
profesional mengambil langkahlangkah yang rasional untuk menjamin
bahwa orang-orang yang bekerja di bawah kewenangannya telah
memperoleh pelatihan dan pengawasan yang memadai.
4. Kerahasiaan adalah menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh
dari hasil hubungan profesional dan bisnis dengan tidak mengungkapkan
informasi tersebut kepada pihak ketiga tanpa kewenangan yang
memadai dan spesifik, kecualijika terdapathak ataukewajiban hükum
atau profesional untuk mengungkapkannya, serta tidak menggunakan
informasi tersebut untuk keuntungan pribadi akuntan profesional atau
pihak ketiga. Akuntan profesional menjaga kerahasiaan informasi,
termasuk dalam lingkungan sosialnya, serta waspada terhadap
kemungkinan pengungkapan yang tidak disengaja terutama kepada
rekan bisnis dekat atau anggota keluarga dekat.
5. Perilaku profesional adalah mematuhi hukum dan peraturan yang
berlaku dan menghindari perilaku apapun yang mengurangi kepercayaan
kepada profesi akuntan profesional. Hal ini termasuk perilaku, yang
menurut pihak ketiga yang rasional dan memiliki informasi yang cukup,
setelah menitnbang semua fakta dan keadaan tertentu yang tersedia bagi
akuntan pengaruh negatif terhadap reputasi baik dari profesi.

Contoh Usaha Bisnis Bersama :


Saudara memiliki klien audit Technofix Ltd yang menginstalasi Sistem
komputer dan klien audit Iainnya Shoppa Ltd yang sedang mencari beberapa peralatan
TI baru.

Pertimbangkan kemungkinan berikut :

1. Saudara cukup menghubungkan Technofix dan Shoppa satu sama Iain dan
mengatakan Saudara berharap segalanya akan berjalan untuk keuntungan

2. Technofix menawarkan perusahaan Saudara komisi apabila transaksi

3. Technofix menyediakan peralatannya dan unit TI Saudara setuju untuk menginstalasi


piranti lunak akuntansi baru Shoppa sebagai pekerjaan yang terpisah.
4. Perusahaan Saudara dan Technofix sama-sama setuju untuk memasok sistem yang
lengkap termasuk instalasi, piranti lunak dan implementasi.
5. Perusahaan Saudara mengelola keseluruhan kontrak, walaupun peralatannya dipasok
dan diinstalasi Oleh Technofix.

'Merekomendasikan' jasa dari klien cenderung ke arah sebuah ancaman advokasi


karena akuntan mempromosikan kliennya, yang dapat memengaruhi objektivitas.
Menerima komisi dari klien merupakan sebuah ancaman kepentingan pribadi.
Bahayanyayakni bahwaperusahaan akan merekomendasikan Technofix karena manfaat
ekonominya untuk perusahaan daripada karena itu merupakan saran profesional terbaik
yang dapat mereka berikan kepada Shoppa. Terlepas dari apakah ini kasusnya atau
bukan, mungkin bagi pihak ketiga yang masuk akal bahwa perusahaan telah bertindak
untuk kepentingannya sendiri dan Oleh karena itu independensinya terancam.
Semakin banyak keterlibatan yang dimiliki oleh perusahaan dalam transaks
tersebut, semakin banyak ancaman kepentingan pribadi yang dibuat. Apabila unit TI
dari perusahaan menginstalasi peralatannya, perusahaan mendapat penghasilan
tambahan dan objektivitas atas audit mungkin terancam oleh pemberian jasa lain dan
peningkatan secara keseluruhan dalam keterergantungan perusahaan pada penerimaan
dari Shoppa Ltd. Selain itu, sistem TI akan mendukung sistem pelaporan keuangan yang
dapat diandalkan Oleh unit audit dari perusahaan dan akan dinilai sebagai bagian dari
audit, sehingga terdapat juga sebuah ancaman telaah pribadi.

II. Kode Etik Akuntan Profesional IAI — Ancaman terhadap Objektivitas


dan Independensi

Ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika dapat berasal


dari situasi dan keadaan Yang dihadapi oleh akuntan profesional. Tidak
mungkin untuk menjelaskan semua situasi atau keadaan yang menyebabkan
timbulnya ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika, serta
menjelaskan tindakan perlindungan yang sesuai. Di samping itu, sifat
perjanjian dan penugasan kerja mungkin berbeda, sehingga menimbulkan
ancaman yang berbeda dan membutuhkan perlindungan yang berbeda-beda.
Oleh sebab itu, Kode Etik ini menetapkan kerangka konseptual yang
mewajibkan akuntan profesional untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan
mengatasi ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika.

Ancaman tersebut sebagai berikut ini:


1. Ancaman kepentingan pribadi adalah ancaman yang terkait dengan
kepentingan keuangan atau kepentingan Iain yang akan memengaruhi
pertimbangan atau perilaku akuntan profesional secara tidak layak.
2. Ancaman telaah pribadi adalah ancaman yang terjadi akibat dari akuntan
profesional tidak dapat sepenuhnya melakukan evaluasi atas
pertimbangan yang dilakukan atau jasa yang diberikan Oleh akuntan
profesonal Iain pada kantor akuntan atau organisasi tempatnya bekerja
yang akan digunakan Oleh akuntan profesional untuk melakukan
pertimbangan sebagai bagian dari jasa yang sedang diberikan.
3. Ancaman advokasi adalah ancaman yang terjadi ketika akuntan
profesional akan mempromosikan posisi klien atau organisasi tempatnya
bekerja sampai pada titik yang dapat mengurangi objektivitasnya.
4. Ancaman kedekatan adalah ancaman yang terjadi ketika akuntan
profesional terlalu bersimpati pada kepentingan klien atau organisasi
tempatnya bekerja, atau terlalu mudah menerima hasil pekerjaan mereka,
karena hubungan yang dekat dan telah berlangsung lama dengan klien
atau oganisasi tempatnya bekerja.
5. Ancaman intimidasi adalah ancaman yang terjadi ketika akuntan
profesional dihalangi untuk bertindak secara objektif karena tekanan
yang nyata atau dirasakan, termasuk upaya memengaruhi akuntan
profesional secara tidak sepantasnya.

III. Kode Etik Akuntan Profesional IAI - Perlindungan terhadap Ancaman


Perlindungan adalah tindakan atau upaya lain yang dapat
menghilangkan atau mengurangi ancaman sampai ke tingkat yang dapat
dierima. Perlindungan dibagi dalam dua kategori berikut :
1. Perlindungan yang diciptakan oleh profesi, perundang-undangan, atau
peraturan; dan

2. Perlindungan dalam lingkungan kerja

Perlindungan yang dicipkatan oleh profesi, perundang-undangan, atau


peraturan termasuk :
1. Persyaratan pendidikan, pelatihan, dan pengalaman untuk memasuki
profesi.
2. Persyaratan pengembangan profesional berkelanjutan.
3. Peraturan tata kelola korporat.
4. Standar profesi.

5. Prosedur pemantauan dan pendisiplinan oleh Ikatan Akuntan Indonesia


atau regulator.
Telaahan eksternal oleh pihak ketiga yang diberi kewenangan yang
sah atau laporan, hasil, komunikasi, atau informasi yang dihasilkan oleh
akuntan professional.
Perlindungan tertentu dapat meningkatkan kemungkinan untuk
mengidentifikasi atau mencegah perilaku tidak etis. Perlindungan tersebut
dapat diciptakan oleh Ikatan Akuntan Indonesia, perundang-undangan,
peraturan, atau organisasi tempatnya bekerja, termasuk:
a. Sistem pengaduan yang efektif dan terpublikasi dengan baik, yang
diterapkan oleh pemberi kerja, organisasi profesi atau regulaor, yang
memungkinkan rekan sejawat, pemberi kerja, dan anggota masyarakat
untuk melaporkan perilaku tidak profesional atau tidak etis
b. Kewajiban yang dinyatakan secara eksplisit untuk melaporkan
pelanggaran.
REVIEW JURNAL

Pengaruh Kompetensi, Etika dan Independen Auditor Terhadap Kualitas


Judul
Audit Pada Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Utara
2021, ISSN 2303-1774
Penulis Rizka Yulianti Zam Zam, Linjte Kalangi, Priscillia Weku
Publikasi Jurnal Akuntansi
Pengelolaan keuangan negara merupakan kegiatan yang akan mempengaruhi
kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Untuk dapat meningkatkan
kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat diperlukannnya lembaga pengawasan
keuangan negara yang didalamnya memiliki kemampuan,mandiri dan profesional
yang berperan aktif dalam mewujudkan tatakelola keuangan negara yang
akuntabel dan transparan. Lembaga pengawasan yang bertugas mengawasi
keuangan negara adalah Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. Salah
satu fungsi dari BPKP yaitu pelaksanaan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan
kegiatan pengawasan lainnya terhadap perencanaan, pelaksanaan dan
pertanggungjawaban akuntabilitas penerimaan negara/daerah dan akuntabilitas
pengeluaran keuangan negara/daerah, serta pembangunan nasional dan/atau
kegiatan lain yang seluruh atau sebagian keuangannya dibiayai oleh anggaran
negara/daerah dan/atau subsidi termasukbadan usaha dan badan lainnya yang
Latar didalamnya terdapat kepentingan keuangan atau kepentingan lain dari pemerintah
Belakang pusat dan/atau pemerintah daerah serta akuntabilitas pembiayaan keuangan
negara/daerah. Kualitas audit juga berarti suatu proses yang dimulai dari
melakukan perencanaan terlebih dahulu sebelum melaksanakan pemeriksaan
untuk memastikan bahwa standar auditing yang berlaku umum diikuti dalam
setiap audit, SPAP sudah mulai mengadaptasi ISA (International Standard on
Auditing). Dari 3 standar (yang terbagi menjadi 10) dan sekarang menjadi 6
standar (yang terbagi menjadi 35), yang dikeluarkan oleh Institut Akuntan Publik
Indonesia (2017), standar audit yang dimaksud yaitu, prinsip-prinsip umum dan
tanggung jawab, penilaian risiko dan respon terhadap risiko yang telah dinilai,
bukti audit, penggunaan pekerjaan pihak lain, kesimpulan audit dan pelaporan,
dan area-area khusus.
Untuk mengembangkan kompetensi auditor pada Badan Pengawasan Keuangan
dan Pembangunan tiap bulannya mengadakan diklat keahlian. Faktor lain yang
memengaruhi kualitas audit adalah etika auditor. Setiap auditor diharapkan
memegang teguh etika profesi yang sudah diterapkan Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI), agar situasi persaingan tidak sehat dapat terhindarkan. Etika seorang
akuntan menjadi isu yang menarik. Hal ini seiring terjadinya beberapa
pelanggaran etika yang dilakukan auditor, baik auditor independen, auditor
internal perusahaan maupun auditor pemerintah.
Selain kompetensi dan etika auditor, independensi juga memengaruhi kualitas
audit. Independensi berarti sikap mental bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan
pihak lain, tidak tergantung pada pihak lain. Independensi juga berarti adanya
kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya
pertimbangan yang obyektif tidak memihak dalam diri auditor dalam
merumuskan dan menyatakan pendapatnya.
Teori Utama Teori Atribusi
Metode Penelitian ini merupakan jenis penelitian yang menggunakan metode penelitian
Penelitian kuantitatif menggunakan analisis inferensial dengan pendekatan survey.

Populasi dalam penelitian ini adalah Auditor pada Perwakilan Badan Pengawasan
Sampel
Keuangan dan Pembangunan Provinsi Sulawesi Utara yang berjumlah 50 orang
Penelitian
auditor dan ke-50 orang auditor ini menjadi sampel dalam penelitian ini.
Sesuai dengan hipotesis yang telah diajukan sebelumnya, diduga ada tiga variabel
sebagai faktor–factor yang berhubungan dengan kualitas audit. Setelah uji regresi,
maka dari ketiga variabel tersebut, semuanya berpengaruh atau memberikan
kontribusi terhadap kualitas audit. Namun yang paling besar memberi kontribusi
adalah kompetensi.
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat dipertimbangkank emungkinan adanya
faktor penyebab lain yang mempengaruhi kualitas audit, khususnya integritas dan
profesionalisme untuk menanggulangi masalah kualitas audit kurang dapat
Hasil terselesaikan. Mengacu pada hasil penelitian ini, dapat di susun suatu rencana
kebijakan tentang upaya untuk meningkatkan kualitas audit. Hal ini dapat
dilakukan dengan mempertimbangkan variabelvariabel yang berpengaruh secara
signifikan terhadap kualitas audit, khususnya kompetensi auditor, dan
independensi auditor dengan kualitas audit sebagai variabel yang memberikan
kontribusi terbesar terhadap kualitas audit.
Berdasarkanuraian di atas, maka para pengambil kebijakan harus benar-benar
memperhatikan semua masalah mendasar yang berkaitan dengan kedua variabel
di atas.
Pendapat Singkat :

Pada penelitian yang dilakukan oleh Rizka Yulianti Zam Zam, Lintje Kalangi, Priscillia
Weku dengan judul Pengaruh Kompetensi, Etika, dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas
Audit Pada Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Utara tahun 2021, menyebutkan bahwa
pengelolaan Keuangan Negara merupakan hal yang penting agar setiap uang yang dibelanjakan
bisa dirasakan manfaatnya oleh rakyat. Perencanaan yang sudah dilaksanakan oleh
pemerintahan harus berpihak untuk kepentingan rakyat, dan realisasi yang dibelanjakan harus
sesuai dengan apa yang direncanakan. Peran APIP (Aparat Pengawasan Intern Pemerintah)
sangat penting sebagai pihak yang melakukan pengawasan dan evaluasi atas belanja yang
sudah dilakukan oleh pemerintahan. Pemeriksaan bukti transaksi untuk menilai kebenaran
transaksi yang sudah dilakukan, selain itu juga untuk melihat kesesuaian belanja dengan apa
yang sudah direncakan. Jenis-jenis audit bukan hanya bicara tentang keuangan, yang pada
umumnya terdiri dari :

1. Audit Laporan Keungan


2. Audit Pengendalian Internal
3. Audit Ketaatan
4. Audit Operasional
5. Audit Forensik

Dalam melaksanakan tugasnya, APIP memiliki standar audit yang mengacu pada
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) (2017) dalam SA 200, standar audit berisi tujuan,
ketentuan, serta materi penerapan dan penjelasan lain yang dirancang untuk mendukung
auditor dalam memperoleh keyakinan memadai. Standar audit mengharuskan auditor untuk
menggunakan pertimbangan profesional dan memelihara skeptisisme profesional selama
perencanaan dan pelaksanaan audit, antara lain:

1. Mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian material, baik yang


disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan, berdasarkan suatu pemahaman atas
entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian internal entitas.
2. Memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang apakah terdapat kesalahan
penyjian material, melalui perancangan dan penerapan respons yang tepat terhadap
risiko yang dinilai.
3. Merumuskan suatu opini atas laporan keuangan berdasarkan kesimpulan yang
ditarik dari bukti audit yang diperoleh.
Kualitas audit tentunya sangat menentukan pemeriksaan yang baik terkait dengan
kinerja pemerintahan, dan tanggung jawab atas kegiatan-kegiatan yang sudah dilaksanakan.
Tanggung jawab ini terkait dengan anggaran pemerintah yang sudah dibelanjakan apakah
sudah sesuai dengan yang direncakan, dan apakah kegiatan tersebut dirasakan manfaatnya
untuk kesejahteraan rakyat. Tentunya untuk mendapatkan kualitas audit yang baik harus
didukung dengan kualitas auditor yang berkualitas. Hal ini seiring dengan penelitian yang
sudah dilakukan, menyebutkan bahwa kompetensi, etika, dan independensi auditor terhadap
kualitas audit berpengaruh terhadap kualitas audit yang dihasilkan.
DAFTAR PUSTAKA

Modul Chartered Accountan Audit & Asuranst, Ikatan Akuntan Indonesia, 2020

R.Y. Zam Zam., L. Kalangi., P. Weku, Pengaruh Kompetensi, Etika, Dan Independensi Auditor
Terhadap Kualitas Audit Pada Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Utara, 2021
ISSN 2303-1174 R.Y. Zam Zam., L. Kalangi P. Weku
PENGARUH KOMPETENSI, ETIKA, DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP
KUALITAS AUDIT PADA PERWAKILAN BPKP PROVINSI SULAWESI UTARA

THE INFLUENCE OF COMPETENCE, ETHICS, AND AUDITOR INDEPENDENCE ON AUDIT


QUALITY ON REPRESENTATIVES OF BPKP NORTH SULAWESI PROVINCE

Oleh:
Rizka Yulianti Zam Zam1
Linjte Kalangi2
Priscillia Weku3
1,2,3
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sam Ratulangi

E-mail:
1
rizkazz26@gmail.com
2
lintjekalangi@gmail.com
3
priscillia_weku@unsrat.ac.id

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh, kompetensi, etika dan independensi auditor terhadap kualitas
audit pada Perwakilan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Provinsi Sulawesi Utara. Jenis penelitian ini metode
penelitian kuantitatif menggunakan analisis inferensial multivariat dengan pendekatan survey. Data penelitian ini adalah data
primer yang diperoleh dari menyebarkan kuesioner pada 50 responden. Hasil penelitian menunjukan bahwa kompetensi
auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit yang berarti auditor semakin kompeten, etika auditor berpengaruh positif
terhadap kualitas audit yang berarti sikap seorang auditor semakin baik, dan independensi auditor berpengaruh positif
terhadap kualitas audit yang berarti semakin baik dan independen dalam melaksakan audit. Serta kompetensi, etika, dan
independensiauditor secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Hal ini menunjukan bahwa semakin
baiknya kompetensi, etika, dan independensi auditor, semakin bagus pula kualitas audit yang dihasilkan.

Kata Kunci: Kompetensi, etika, independensi auditor, kualitas audit

Abstract: This study aims to determine the effect, competence, ethics and independence of auditors on audit quality at the
Representative Office of the Finance and Development Supervisory Agency of North Sulawesi Province. This type of
researchis a quantitative research method using multivariate inferential analysis with a survey approach. The research data
is primary data obtained from distributing questionnaires to 50 respondents. The results showed that the competence of
auditors has a positive effect on audit quality, which means that auditors are more competent, auditor ethics has a positive
effect on audit quality,which means that the attitude of an auditor is getting better, and auditor independence has a positive
effect on audit quality, which means that the auditor is better and more independent in carrying out audits. As well as
competence ethics, and auditor independence simultaneously have a significant effect on audit quality. This shows that the
better the competence, ethics and independence of the auditors, the better the resulting audit quality.

Keywords: Competence, ethics, auditor independence, audit quality

462 Jurnal EMBA


Vol. 9 No. 3 Juli 2021, Hal. 462-474
ISSN 2303-1174 R.Y. Zam Zam., L. Kalangi P. Weku
PENDAHULUAN

LatarBelakang
Pengelolaan keuangan negara merupakan kegiatan yang akan mempengaruhi kesejahteraan dan
kemakmuran masyarakat. Untuk dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat diperlukannnya
lembaga pengawasan keuangan negara yang didalamnya memiliki kemampuan,mandiri dan profesional yang
berperan aktif dalam mewujudkan tatakelola keuangan negara yang akuntabel dan transparan.
Lembaga pengawasan yang bertugas mengawasi keuangan negara adalah Badan Pengawasan Keuangan
dan Pembangunan. Salah satu fungsi dari BPKP yaitu pelaksanaan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan
kegiatan pengawasan lainnya terhadap perencanaan, pelaksanaan dan pertanggungjawaban akuntabilitas
penerimaan negara/daerah dan akuntabilitas pengeluaran keuangan negara/daerah, serta pembangunan nasional
dan/atau kegiatan lain yang seluruh atau sebagian keuangannya dibiayai oleh anggaran negara/daerah dan/atau
subsidi termasukbadan usaha dan badan lainnya yang didalamnya terdapat kepentingan keuangan atau
kepentingan lain dari pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerah serta akuntabilitas pembiayaan keuangan
negara/daerah.
Kualitas audit juga berarti suatu proses yang dimulai dari melakukan perencanaan terlebih dahulu sebelum
melaksanakan pemeriksaan untuk memastikan bahwa standar auditing yang berlaku umum diikuti dalam setiap
audit, SPAP sudah mulai mengadaptasi ISA (International Standard on Auditing). Dari 3 standar (yang terbagi
menjadi 10) dan sekarang menjadi 6 standar (yang terbagi menjadi 35), yang dikeluarkan oleh Institut Akuntan
Publik Indonesia (2017), standar audit yang dimaksud yaitu, prinsip-prinsip umum dan tanggung jawab, penilaian
risiko dan respon terhadap risiko yang telah dinilai, bukti audit, penggunaan pekerjaan pihak lain, kesimpulan
audit dan pelaporan, dan area-area khusus.
Untuk mengembangkan kompetensi auditor pada Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan tiap
bulannya mengadakan diklat keahlian. Faktor lain yang memengaruhi kualitas audit adalah etika auditor. Setiap
auditor diharapkan memegang teguh etika profesi yang sudah diterapkan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), agar
situasi persaingan tidak sehat dapat terhindarkan. Etika seorang akuntan menjadi isu yang menarik. Hal ini seiring
terjadinya beberapa pelanggaran etika yang dilakukan auditor, baik auditor independen, auditor internal
perusahaan maupun auditor pemerintah.
Selain kompetensi dan etika auditor, independensi juga memengaruhi kualitas audit. Independensi berarti
sikap mental bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan pihak lain, tidak tergantung pada pihak lain. Independensi
juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang
obyektif tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya.
Audit merupakan serangkaian proses yang dilakukan oleh auditor untuk mendapatkan bukti akurat
mengenai aktivitas ekonomi suatu entitas. Sebuah perusahaan dalam hal ini sangat membutuhkan jasa audit,
khususnya bagi perusahaan-perusahaan yang sudah gopublic. Dalam hal ini tentunya diharapkan audit yang
dihasilkan adalah audit yang berkualitas untuk memudahkan dalam pengambilan keputusan ekonomi bagi
perusahaan dan pihak terkait. Berdasarkan latar belakang penelitian dan fenomena diatas, maka permasalahan
yang akan diteliti yaitu bagaimana pengaruh kompetensi, etika, dan independensi auditor terhadap kualitas audit?

TujuanPenelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui dan menilai pengaruh kompetensi auditor terhadap kualitas audit pada Perwakilan BPKP
Provinsi Sulawesi Utara
2. Untuk mengetahui dan menilai pengaruh etika auditor terhadap kualitas audit pada Perwakilan BPKP Provinsi
Sulawesi Utara
3. Untuk mengetahui dan menilai pengaruh independensi auditor terhadap kualitas audit pada Perwakilan BPKP
Provinsi Sulawesi Utara
4. Untuk mengetahui dan menilai pengaruh kompetensi, etika, dan independensi auditor terhadap kualitas audit
pada Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Utara

463 Jurnal EMBA


Vol. 9 No. 3 Juli 2021, Hal. 462-474
ISSN 2303-1174 R.Y. Zam Zam., L. Kalangi P. Weku
TINJAUAN PUSTAKA

Teori Atribusi
Menurut Fritz Heider pencetus teori atribusi dalam (Semy Pesireron 2016), teori atribusi merupakan teori
yang menjelaskan tentang perilaku seseorang. Teori atribusi menjelaskan mengenai proses bagaimana kita
menentukan penyebab dan motif tentang perilaku seseorang. Teori ini mengacu tentang bagaimana seseorang
menjelaskan penyebab perilaku orang lain atau dirinya sendiri yang akan ditentukan apakah dari internal misalnya
sifat, karakter, sikap, dll. ataupun eksternal misalnya tekanan situasi atau keadaan tertentu yang akan memberikan
pengaruh terhadap perilaku individu

Definisi Audit
Menurut(Arens, 2017): “Auditing adalah pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk
menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi itu dan kriteria yang telah ditetapkan. Auditing
harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen”. Menurut Hery (2017) definisi audit secara umum
adalah: “Pengauditan (auditing) didefinisikan sebagai proses yang sistematis untuk memperoleh dan
mengevaluasi (secara objektif) bukti yang berhubungan dengan arsesi tentang tindakan-tindakan dan kejadian
ekonomi, dalam rangka menentukan tingkat kepatuhan antara asersi dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta
mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan”.

Jenis-Jenis Audit
Heri (2017) mengungkapkan didalam bukunya yang berjudul “Auditing dan Asurans (Pemeriksaan
Akuntansi Berbasis Standar Audit Internasional)” menjelaskan jenis-jenis audit sebagai berikut:
Audit pada umumnya dapat dikelompokan menjadi lima jenis yaitu sebagai berikut:
1. Audit Laporan Keuangan
2. Audit Pengendalian Internal
3. Audit Ketaatan
4. Audit Operasional
5. Audit Forensik

Tujuan Audit
Berdasarkan beberapa definisi audit yang telah dikemukakan di atas, dapat diketahui bahwa tujuan audit
pada umumnya adalah menyatakan pendapat atas kewajaran, dalam semua hal yang material posisi keuangan dan
hasil usaha serta arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Menurut Arens, dkk (2017) tujuan
audit adalah: “Tujuan audit adalah untuk menyediakan pemakai laporan keuangan suatu pendapat yang diberikan
oleh auditor tentang apakah laporan keuangan disajikansecara wajar dalam semua hal yang material, sesuai
dengan kerangka kerja akuntansi keuangan yang berlaku. Pendapat auditor ini menambah tingkat keyakinan
pengguna yang bersangkutan terhadap laporan keuangan.”

Standar Audit
Menurut Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) (2017) dalam SA 200, standar audit berisi tujuan,
ketentuan, serta materi penerapan dan penjelasan lain yang dirancang untuk mendukung auditor dalam
memperoleh keyakinan memadai. Standar audit mengharuskan auditor untuk menggunakan pertimbangan
profesional dan memelihara skeptisisme profesional selama perencanaan dan pelaksanaan audit, antara lain:
1. Mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian material, baik yang disebabkan oleh kecurangan
maupun kesalahan, berdasarkan suatu pemahaman atas entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian
internal entitas.
2. Memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang apakah terdapat kesalahan penyjian material, melalui
perancangan dan penerapan respons yang tepat terhadap risiko yang dinilai.
3. Merumuskan suatu opini atas laporan keuangan berdasarkan kesimpulan yang ditarik dari bukti audit yang
diperoleh.

Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP)


Tujuan Standar Audit APIP adalah untuk:
1. Menetapkan prinsip-prinsip dasar yang merepresentasikan praktik-praktik audit yang seharusnya.
2. Menyediakan kerangka kerja pelaksanaan dan peningkatan kegiatan audit intern yang memiliki nilai tambah.

464 Jurnal EMBA


Vol. 9 No. 3 Juli 2021, Hal. 462-474
ISSN 2303-1174 R.Y. Zam Zam., L. Kalangi P. Weku
3. Menetapkan dasar-dasar pengukuran kinerja audit;
4.Mempercepat perbaikan kegiatan operasi dan proses organisasi;
5.Menilai, mengarahkan dan mendorong auditor untuk mencapai tujuan audit;

Pedoman Kendali Mutu APIP


Kelancaran pelaksanaan tugas APIP perlu didukung dengan peraturan perundang-undangan dan pedoman
tentang pengawasan intern pemerintah yang merumuskan ketentuan-ketentuan pokok dalam bidang pengawasan
intern pemerintah dalam rangka menjamin terlaksananya pengawasan intern pemerintah yang efisien dan efektif.
Kementerian Negara PAN pada tahun 2007 telah melakukan penyusunan kode etik dan standar audit APIP dan
telah menerbitkannya dalam bentuk Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
Per/04/M.PAN/03/2008 tentang Kode Etik dan Per/05/M.PAN/03/2008 tentang standar audit.

Definisi Audit Internal


Definisi audit internal menurut Sukrisno(2017) adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal
audit perusahaan, terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan maupun ketaatan terhadap
kebijakan manajemen puncak yang telah ditentukan dan ketaatan terhadap peraturan pemerintah dan ketentuan-
kententuan dari ikatan profesi yang berlaku”. Sedangkan menurut Instituteof Internal Auditor yang dikutip oleh
Arensdkk (2017) dan di alih bahasakan oleh Herman Wibowo, mendefinisikan bahwa : “Audit internal adalah
aktivitas konsultasi dan assurance yang objektif serta independen yang dirancang untuk menambah nilai dan
memperbaiki operasi organisasi. Hal tersebut membantu organisasi untuk mencapai tujuannya dengan melakukan
pendekatan yang sistematis dan berdisplin untuk mengevaluasi serta meningkatkan efektivitas manajemen risiko,
pengendalian dan proses tata kelola”.

Tujuan Audit Internal


Tujuan audit internal menurut Tugiman dalam (Wahyuni 2019)mengatakan bahwa: “Tujuan pemeriksaan
internal adalah membantu para anggota organisasi dalam melaksanakan tanggungjawabnya secara efektif.
Pemeriksaan internal melakukan analisis, penilaian dan mengajukan saran-saran. Tujuan pemeriksaan mencakup
pula pengembangan pengawasan yang efektif dengan biaya yang wajar”. Menurut Sukrisno (2017) mengatakan
bahwa tujuan pemeriksaan yang dilakukan oleh internal auditor adalah membantu semua pimpinan perusahaan
(manajemen) dalam melaksanakan tanggung jawabnya dengan memberkan analisis, penilaian, saran, dan
komentar mengenai kegiatan yang diperiksanya.

Definisi Auditor
Auditor adalah profesi seseorang yang berfokus pada kegiatan auditing. Auditor biasa bekerja untuk
mengaudit berbagai laporan yang berkaitan dengan keuangan dari suatu lembaga, instansi, atau perusahaan.
Auditor juga merupakan seseorang yang mempunyai kualifikasi keahlian tertentu dalam melakukan tugas audit
atas laporan keuangan suatu organisasi atau perusahaan. (Nasrullah, Nofianti Leny, 2020).

Jenis Auditor
Auditor dapat dibedakan menjadi 4 (empat) jenis yang akan diuraikan (Hery, 2017), sebagai berikut:
1. Auditor pemerintah adalah auditor yang bertugas melakukan audit atas keuangan negara pada instansi-instansi
pemerintah. Di Indonesia, audit dilakukan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
2. Auditor forensik merupakan jasa audit yang berkaitan dengan pengungkapan suatu kejahatan dan memberikan
pernyataan pendapat sebagai seorang ahli di pengadilan. Jasa audit khusus ini biasa dinamakan sebagai audit
investigasi, dan dalam perkembangannya lebih dikenal sebagai audit forensik mengingat subjeknya
berhubungan dengan proses litigasi.
3. Auditor internal adalah auditor yang bekerja pada suatu manajemen perusahaan sehingga berstatus sebagai
karyawan di perusahaan tersebut. Auditor internal merupakan bagian yang integral (tidak dapat dipisahkan)
dari struktur organisasi perusahaan, dimana perannya adalah memberikan pengawasan dan penilaian secara
terus menerus. Auditor internal memiliki kepentingan atas efektivitas pengendalian internal di satu perusahaan.
4. Auditor eksternal sering disebut sebagai audit independen atau akuntan publik bersertifikat (Certified Internal
Auditor). Seorang auditor eksternal dapat bekerja sebagai pemilik dari sebuah Kantor Akuntan Publik (KAP)
atau sebagai anggotanya. Beberapa auditor disebut eksternal atau independen karena mereka bukan merupakan
bagian karyawan dari entitas yang diaudit.

465 Jurnal EMBA


Vol. 9 No. 3 Juli 2021, Hal. 462-474
ISSN 2303-1174 R.Y. Zam Zam., L. Kalangi P. Weku
Audit Internal
Menurut Hery (2017) , auditor internal adalah auditor yang bekerja pada satu manajemen perusahaan
sehingga berstatus sebagai karyawan dari perusahaan tersebut. Auditor internal merupakan bagian yang integral
(tidak dapat dipisahkan) dari struktur organisasi perusahaan, di mana perannya adalah memberikan pengawasan
serta penilaian secara terus menerus. Auditor internal memiliki kepentingan atas efektivitas pengendalian internal
di satu perusahaan. Auditor internal merupakan seseorang yang bekerja dalam suatu perusahaan yang bertugas
untuk melakukan aktivitas pemeriksaan.

Definisi Kompetensi Auditor


Menurut Arum Ardianingsih (2018:26) dalam bukunya Audit Laporan Keuangan menyatakan bahwa:
“Kompetensi berhubungan dengan keahlian, pengetahuan, dan pengalaman. Oleh karena itu, auditor yang
kompeten adalah auditor yang memiliki pengetahuan, pelatihan, keterampilan, dan pengalaman yang memadai
agar bisa berhasil menyelesaikan pekerjaan auditnya”.

Definisi Etika Auditor


Menurut Sukrisno Agoes (2017:69) bahwa etika profesi adalah sebagai berikut: “Etika profesi adalah
pedoman bagi para anggota Institut Akuntan Akuntan publik, untuk bertugas secara bertanggungjawab dan
objektif”. Kode etik dapat diartikan sebagai pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam melakukan suatu
kegiatan atau pekerjaan. Tujuan kode etik agar professional memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai
atau nasabahnya.

Prinsip Etika Auditor


Dalam mukadimah Kode Etik IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) disebutkan bahwa prinsip etika profesi
dalam Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia menyatakan pengakuan profesi akan tanggungjawabnya kepada
publik, pemakai jasa akuntan dan rekan. Prinsip ini memandu anggota dalam memenuhi tanggungjawab
profesionalnya dan merupakan landasan dasar perilaku etika dan perilaku profesionalnya. Prinsip ini meminta
komitmen untuk berperilaku terhormat bahkan dengan pengorbanan keuntungan pribadi (Abdul Halim, 2015:31).
Lima prinsip dasar etika untuk akuntan adalah:
1. Integritas
2. Objektivitas
3. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
4. Kerahasiaan
5. Perilaku Profesional

Definisi Independensi Auditor


Menurut Nugrahaeni, etal. (2018) independensi merupakan suatu sikap auditor yang tidak memihak
kepada siapa pun dalam melaksanakan pemeriksaan, evaluasi hasil pemeriksaan dan penyusunan laporan audit.
Kode Etik Akuntan tahun 2020 menyebutkan bahwa independensi adalah independensi pemikiran. Independensi
dalam pemikiran berarti sikap mental pemikiran yang memungkinkan untuk menyatakan suatu kesimpulan
dengan tidak terpengaruh oleh tekanan yang dapat mengompromikan pertimbangan profesional, sehingga
memungkinkan individu bertindak secara berintegritas serta menerapkan objektivitas dan skeptisisme profesional.

Faktor Yang Memengaruhi Independensi


Menurut Ling Lin dan Tepalagul (2015) menyebutkan ada empat faktor yang bisa memengaruhi
independensi, yaitu diantaranya sebagai berikut:
1. ClientImportance;
2. Non-audit service;
3. Auditor tenure ;
4. Client’saffiliation CPA firm

Definisi Kualitas Audit


Menurut IAPI (2017) kualitas audit adalah suatu indikator kunci yang memungkinkan suatu audit yang
berkualitas dilaksanakan secara konsisten sesuai dengan standar profesi dan ketentuan hukum yang berlaku.
Kualitas audit yang tinggi dapat melindungi auditor dari kewajiban hukum. Sedangkan menurut Amir Abadi Jusuf
(2017:50) kualitas audit adalah sebagai berikut : Suatu proses untuk memastikan bahwa standar auditing yang

466 Jurnal EMBA


Vol. 9 No. 3 Juli 2021, Hal. 462-474
ISSN 2303-1174 R.Y. Zam Zam., L. Kalangi P. Weku
berlaku umum diikuti dalam setiap audit, KAP mengikuti prosedur pengendalian kualitas audit yang membantu
memenuhi standar-standar secara konsisten pada setiap penugasannya.

Indikator Kualitas Audit


Indikator kualitas audit menurut Nurdiono dan Junaidi (2016) adalah sebagai berikut :
1. Menemukan pelanggaran
2. Sesuai standar keuangan yang berlaku
3. Melaksanakan tugas secara profesional

Penelitian Terdahulu
Andri Andriana (2019) dalam Pengaruh Etika Profesi Auditor, Independensi Auditor Dan Kompetensi
Auditor Terhadap Kualitas Audit (Studi Pada Auditor di Kanton Akuntan Publik Wilayah Bandung). Hasil
penelitian menunjukkan, Etika Profesi Auditor berpengaruh terhadap kualitas audit. yang artinya apabila etika
profesi auditor sangat baik maka Kualitas Audit akan mengalami peningkatan, dan sebaliknya apabila Etika
Profesi Auditor kurang baik maka Kualitas Auditakan menurun,Independensi Auditor berpengaruh terhadap
kualitas audit, yang artinya apabila Independensi Auditor sangat baik maka Kualitas Audit akan mengalami
peningkatan, dan sebaliknya apabila Independensi Auditor kurang baik maka Kualitas Audit akan menurun, dan
Kompetensi Auditor berpengaruh terhadap kualitas audit, artinya apabila Kompetensi Auditor sangat baik maka
Kualitas Audit akan mengalami peningkatan, dan sebaliknya apabila Kompetensi Auditor kurang baik maka
Kualitas Audit akan menurun.
Nur Lazimatul dan Siwin Mohamad (2020) dalam Pengaruh Kompetensi Dan Independensi Auditor
Terhadap Kualitas Audit (Studi Kasus Perwakilan BPKP Provinsi Gorontalo). Hasil penelitian menunjukkan,
Kompetensi Auditor secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit, independensi
auditor secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit dengan tingkat signifikan dan
kompetensi auditor dan independensi auditor secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
pengaruh ini menunjukan bahwa kompetensi dan independensi pada Kantor Perwakilan BPKP Provinsi Gorontalo
sudah baik.

Kerangka Pemikiran Konseptual

Kompetensi Auditor H1
(X1)

Etika Auditor H2
Kualitas Audit
(X2) (Y)
H3
Independensi Auditor
(X3)

Hipotesis
1. Pengaruh Kompentensi Terhadap Kualitas Auditor
Kompetensi merupakan keahlian yang cukup yang secara eksplisit dapat digunakan untuk melakukan audit
secara objektif. Dua hal yang termasuk dalam kompetensi yakni pengalaman dan pengetahuan. Semakin
berpengalaman auditor, mereka semakin peka dengan kesalahan, semakin peka dengan kesalahan yang tidak
biasa dan semakin memahami hal-hal lain yang terkait dengan hal yang ditemukan.
Seorang auditor yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang memadai akan lebih memahami dan
mengetahui berbagai masalah secara lebih mendalam dan lebih mudah dalam mengikuti perkembangan
peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Semakin tinggi kompetensi yang dimiliki auditor maka akan
semakin tinggi pula kualitas auditnya (Rochayati, 2017). Berdasarkan penjelasan tersebut, penulis menarik
suatu hipotesis, yaitu :

467 Jurnal EMBA


Vol. 9 No. 3 Juli 2021, Hal. 462-474
ISSN 2303-1174 R.Y. Zam Zam., L. Kalangi P. Weku
H1: Kompetensi berpengaruh positif terhadap kualitas audit

2. Pengaruh Etika Auditor Terhadap Kualitas Audit


Dalam penelitian Ayu Priyansari (2015), etika secara umum didefinisikan sebagai perangkat prinsip moral atau
nilai. Dalam pengertian sempit, etika berarti seperangkat nilai atau prinsip moral yang berfungsi sebagai
panduan untuk berbuat, bertindak atau berperilaku. Karenaberfungsi sebagai panduan, prinsip-prinsip moral
tersebut juga berfungsi sebagai kriteria untuk menilai benar/salahnya perbuatan/perilaku. Standar etika
diperlukanbagi profesi audit karena auditor memiliki posisi sebagai orang kepercayaan dan menghadapi
kemungkinan benturan-benturan kepentingan. Etika profesional bagi praktik akuntan di Indonesia ditetapkan
oleh Ikatan Akuntan Indonesia dan disebut dengan Kode Etik Akuntan Indonesia.
Etika auditor berarti aturan dimana seorang auditor harus bersikap sesuai dengan profesi nya yang diatur
didalam kode etik profesionalisme. Dimana saat kita ingin menghasilkan kualitas audit yang baik itu berarti
akuntan publik harus menyadari adanya tanggung jawab sikap kepada klien. Dari pendapat di atas, peneliti
menarik kesimpulan bahwa:
H2: Etika Auditor berpengaruhterhadap Kualitas Audit

3. Pengaruh Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit


Beberapa penelitian mengenai pengaruh independensi terhadap kualitas audit mendukung teori-teori diatas.
salah satunya adalah Burhanuddin (2016) menguji pengaruh akuntabilitas dan independensi terhadap kualitas
audit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa independensi berpengaruh positif terhadap kualitas audit.
Independensi berarti mengambil sudut pandang yang tidak bias. Independensi merupakan sikap yang
diharapkan dari seorang auditor untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam melaksanakan tugasnya,
yang bertentangan dengan prinsip integritas dan objektivitas.
Semakin auditor mampu menjaga independensinya dalam menjalankan penugasan profesionalnya maka
kualitas audit yang dihasilkan akan meningkat (Ayu Priyansari, 2015). Berdasarkan penelitian-penelitian
sebelumnya, dapat dibuat hipotesis bahwa:
H3: Independensi berpengaruh terhadap kualitas audit

METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian yang menggunakan metode penelitian kuantitatif menggunakan
analisis inferensial dengan pendekatan survey.

Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada Perwakilan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
Provinsi Sulawesi Utara, yang beralamat di jln. Diponegoro I/1, Mahakeret Timur, Manado 95112 pada bulan
November 2020 sampai selesai.

Jenis data, Sumber Data, dan Teknik Pengumpulan Data


Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data kuantitatif. Sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini yakni Data Primer. Teknik pengumpulan data digunakan untuk mengumpulkan data sesuai tata cara
penelitian sehingga diperoleh data yang dibutuhkan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yakni melalui
metode survey dengan mengumpulkan data melalui kuesioner.

Populasi dan Sampel


Populasi dalam penelitian ini adalah Auditor pada Perwakilan Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan Provinsi Sulawesi Utara yang berjumlah 50 orang auditor dan ke-50 orang auditor ini menjadi
sampel dalam penelitian ini.
Metode dan Proses Analisis Data
Analisis data dilakukan menggunakan program komputerisasi SPSS versi 17.00 dan menggunakan
analisis inferensial sebagai berikut :
1. Univariat
2. Bivariat

468 Jurnal EMBA


Vol. 9 No. 3 Juli 2021, Hal. 462-474
ISSN 2303-1174 R.Y. Zam Zam., L. Kalangi P. Weku
3.Multivariat

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel


Variabel-variabel yang ada dalam penelitian ini (Kompetensi, Etika, Independensi, dan Kualitas Audit)
diukur dengan 10 pertanyaan dalam bentuk kuesioner dengan skala ordinal 1 (sangat tidak setuju) sampai 5 (sangat
setuju)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Hasil Penelitian
Analisis Univariat
Mengingat bahwa penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan menggunakan kuisioner sebagai
instrumennya serta pengumpulan data terhadap 50 responden dilakukan secara crosssectional, sehingga recall
bias dapat saja terjadi dan sukar dihindari. Untuk mengatasi hal ini, peneliti melakukan evaluasi harian terhadap
kuisioner yang terkumpul dan melakukan koordinasi dengan Kepala Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Utara
setempat dalam rangka meningkatkan kualitas data.

Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur Pada Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Utara Tahun
2020.
Umur Jumlah
No. Persentase (%)
(Tahun) (Orang)
1. < 25 9 18,00
2. 26 – 35 22 44,00
3. 36 – 55 17 34,00
4. > 55 2 4,00
Total 50 100
Sumber:Hasil olah data, 2020

Tabel 2. Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin Pada Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Utara
Tahun 2020
Jumlah
No. Jenis Kelamin Persentase (%)
(Orang)
1. Laki–Laki 27 54,00
2. Perempuan 23 46,00
Total 50 100
Sumber: Hasil olah data, 2020

Tabel 3. Distribusi RespondenMenurut Lama Menjadi Auditor Pada Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi
Utara Tahun 2020
No. Lama Menjadi Auditor (Tahun) Jumlah Persentase (%)
1. 3–5 8 16,00
2. 6–8 18 36,00
3. 9 – 11 15 30,00
4. > 11 9 18,00
Total 50 100
Sumber: Hasil olah data, 2020

469 Jurnal EMBA


Vol. 9 No. 3 Juli 2021, Hal. 462-474
ISSN 2303-1174 R.Y. Zam Zam., L. Kalangi P. Weku
Tabel 4. Distribusi Responden Menurut Jabatan Fungsional Pada Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi
Utara Tahun 2020.
No. Jabatan Fungsional Jumlah Persentase (%)
1. Auditor Pelaksana 3 6,00
2. Auditor 19 38,00
3. Auditor Penyelia 7 14,00
4. Auditor Pertama 11 22,00
5. Auditor Muda 10 20,00
Total 50 100
Sumber: Hasil olah data, 2020

Tabel 5. Distribusi Responden Menurut Kualitas Auditor Pada Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Utara
Tahun 2020
No. Kualitas Auditor Jumlah Persentase (%)
1. Cukup 34 68,00
2. Kurang 16 32,00
Total 50 100
Sumber: Hasil olah data, 2020

Tabel6. DistribusiRespondenMenurutKompetensiAuditorPada Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Utara


Tahun 2020
No. Kompetensi Auditor Jumlah Persentase (%)
1. Cukup 35 70,00
2. Kurang 15 15,00
Total 50 100
Sumber: Hasil olah data, 2020

Tabel 7.Distribusi Responden Menurut Etika Auditor Pada Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Utara
Tahun 2020
No. Etika Auditor Jumlah Persentase (%)
1. Cukup 36 72
2. Kurang 14 28
Total 50 100
Sumber: Hasil olah data, 2020

Tabel 8. Distribusi Responden Menurut Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit Pada Perwakilan
BPKP Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2020
No. Independensi Auditor Jumlah Persentase (%)
1. Cukup 35 70,0
2. Kurang 15 30,00
Total 31 100
Sumber: Hasil olah data, 2020

Analisis Bivariat
Analisis bivariat meliputi pengaruh kompetensi auditor, etika auditor, dan independensi auditor terhadap
kualitas audit. Gambaran secara analitik hubungan ketiga variabel tersebut dapat disajikan pada tabel-tabel berikut
disertai penjelasannya.

470 Jurnal EMBA


Vol. 9 No. 3 Juli 2021, Hal. 462-474
ISSN 2303-1174 R.Y. Zam Zam., L. Kalangi P. Weku
Tabel 9. Pengaruh Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit Pada Perwakilan BPKP Provinsi
Sulawesi Utara Tahun 2020

Kualitas Audit
Kompetensi Jumlah 95% Cl
No. Cukup Kurang
Auditor
N % n % N % X2Hitung X2Tabel
1. Cukup 28 56 7 14 35 70
7.721 3,841
2. Kurang 6 12 9 18 15 30
Total 34 68 16 32 50 100
Sumber: Hasil olah data, 2020

Tabel 10. Pengaruh Etika Auditor Terhadap Kualitas Audit Pada Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi
Utara Tahun 2020.
Kualitas Audit
Jumlah 95% Cl
No. Etika Auditor Cukup Kurang
n % n % N % X2Hitung X2Tabel
1. Cukup 28 56 8 16 36 72
5.649 3,841
2. Kurang 6 12 8 16 14 28
Total 34 68 16 32 50 100
Sumber: Hasil olah data, 2020

Tabel 11. Pengaruh Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit Pada Perwakilan BPKP Provinsi
Sulawesi Utara Tahun 2020
Kualitas Audit
Independensi Jumlah 95% Cl
No. Cukup Kurang
Auditor X2Hitung X2Tabel
n % n % N %
1. Cukup 27 54 8 16 35 70
4.482 3,841
2. Kurang 7 14 8 16 15 30
Total 34 68 16 32 50 100
Sumber: Hasil olah data, 2020

Analisis Multivariat Hasil Uji Regresi Antara Variabel Bebas Dengan Kualitas Audit

Tabel 12. Hasil Uji Analisis Multivariat Menggunakan Regresi Linear Berganda Pengaruh Variabel Bebas
Terhadap Kualitas Audit Pada Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2020
Statistik
Korelasi Koefisien ANOVA
Kolenearitas
No. Variabel
Std
R Sig B Toleransi VIF F Sig
Error
1. Kompetensi auditor dengan
kualitas audit Pada Perwakilan
Badan Pengawasan Keuangan 1.882 0.066 0.365 0.194 0.467 2.141
dan Pembangunan (BPKP)
Provinsi Sulawesi Utara
2. Etika auditor dengan kualitas
audit Pada Perwakilan Badan
Pengawasan Keuangan dan 0.566 0.574 0.089 0.157 0.746 1.340 3.616 0.020a
Pembangunan (BPKP) Provinsi
Sulawesi Utara
3. Independensi auditor dengan
kualitas audit Pada Perwakilan
Badan Pengawasan Keuangan 0.164 0.870 0.032 0.194 0.467 2.141
dan Pembangunan (BPKP)
Provinsi Sulawesi Utara
Sumber: Hasil olah data, 2020

471 Jurnal EMBA


Vol. 9 No. 3 Juli 2021, Hal. 462-474
ISSN 2303-1174 R.Y. Zam Zam., L. Kalangi P. Weku
Pembahasan
Pada penelitian ini dikemukakan bahwa kualitas audit dipengaruhi oleh variabel-variabel kompetensi
auditor, etika auditor dan independensi auditor. Untuk membuktikan hipotesis ini perlu dilakukan uji chi-square
untuk melihat ada tidaknya hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Selanjutnya untuk mengetahui
variabel mana yang besar pengaruhnya atau memberikan kontribusi terbesar terhadap kualitas auditor dilakukan
uji statistik multivariat menggunakan regresi linear berganda. Secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut:

Pengaruh Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit


Berdasarkan hasil penelitian ini maka kompetensi auditor (X1) berpengaruh positif terhadap kualitas audit
(Y), hal ini dapat dilihat dari korelasi antara variabel independen dan dependen bahwa kompetensi auditor ialah
yang paling kuat (1.882) dan juga semakin tinggi pengetahuan seorang auditor terhadap kualitas.
Berdasarkan hasil uji statistik dengan chi-square didapatkan nilai X2hitung> X2tabel (7.721> 3.841). Angka ini
menunjukkan bahwa terdapat bahwa pengaruh yang signifikan antara kompetensi auditor terhadap kualitas audit
pada Perwakilan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Provinsi Sulawesi Utara tahun2020.
Artinya bahwa semakin tinggi kompetensi auditor tentang kualitas audit akan diikuti semakin meningkatnya
kualitas auditnya dan sebaliknya semakin rendah kompetensi auditor tentang kualitas audit semakin rendah
kualitas auditnya.

Pengaruh Etika Auditor Terhadap Kualitas Audit


Berdasarkan hasil penelitian ini maka etika auditor (X2) berpengaruh positif terhadap kualitas audit (Y), hal
ini dapa tdilihat dari korelasi antara variabel independen dan dependen bahwa etika auditor (0.566) berarti auditor
dapat mempertanggungjawabkan laporan hasil audit untuk meningkatkan kualitas auditnya.
Berdasarkan hasil uji statistik dengan chi-square didapatkan nilai X2hitung> X2tabel (5.649 > 3.841). Angka
ini menunjukkan bahwa terdapat bahwa pengaruh yang siginifikan antara etika auditor terhadap kualitas audit
pada Perwakilan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Provinsi Sulawesi Utara tahun 2020.
Artinya bahwa semakin tinggi etika auditor tentang kualitas audit akan diikuti semakin meningkatnya kualitas
auditnya dan sebaliknya semakin rendah etika auditor tentang kualitas audit semakin rendah kualitas auditnya.

Pengaruh Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit


Berdasarkan hasil penelitian ini maka independensi auditor (X3) berpengaruh positif terhadap kualitas audit
(Y), hal ini dapat dilihat dari korelasi antara variabel independen dan dependen bahwa independensi auditor
(0.164) dan juga sejauh ini auditor tidak boleh memihak kepada siapapun yang mempunyai kepentingan atas hasil
pekerjaannya.
Berdasarkan hasil uji statistik dengan chi-square didapatkan nilai X2hitung> X2tabel (4.482 > 3.841). Angka ini
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara independensi auditor terhadap kualitas audit pada
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Perwakilan Sulawesi Utara tahun 2020. Artinya bahwa
semakin tinggi independensi auditor akan diikuti semakin meningkatnya kualitas auditnya dan sebaliknya
semakin rendah tingkat independensi auditor tentang kualitas audit semakin rendah kualitas auditnya.

Hasil uji regresi antara variabel bebas dengan variabel terikat


Sesuai dengan hipotesis yang telah diajukan sebelumnya, diduga ada tiga variabel sebagai faktor–faktor
yang berhubungan dengan kualitas audit. Setelah uji regresi, maka dari ketiga variabel tersebut, semuanya
berpengaruh atau memberikan kontribusi terhadap kualitas audit. Namun yang paling besar memberi kontribusi
adalah kompetensi.
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat dipertimbangkank emungkinan adanya faktor penyebab lain yang
mempengaruhi kualitas audit, khususnya integritas dan profesionalisme untuk menanggulangi masalah kualitas
audit kurang dapat terselesaikan. Mengacu pada hasil penelitian ini, dapat di susun suatu rencana kebijakan
tentang upaya untuk meningkatkan kualitas audit. Hal ini dapat dilakukan dengan mempertimbangkan variabel-
variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit, khususnya kompetensi auditor, dan
independensi auditor dengan kualitas audit sebagai variabel yang memberikan kontribusi terbesar terhadap
kualitas audit.
Berdasarkanuraian di atas, maka para pengambil kebijakan harus benar-benar memperhatikan semua
masalah mendasar yang berkaitan dengan kedua variabel di atas.

472 Jurnal EMBA


Vol. 9 No. 3 Juli 2021, Hal. 462-474
ISSN 2303-1174 R.Y. Zam Zam., L. Kalangi P. Weku
PENUTUP

Kesimpulan
Dari bab hasil dan pembahasan di atas, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Kompetensi auditor berpengaruh positif secara signifikan terhadap kualitas audit pada Perwakilan BPKP
Provinsi Sulawesi Utara tahun 2020 karena nilai X2hitung> X2tabel (7.721> 3.841).
2. Etika auditor berpengaruh positif secara signifikan terhadap kualitas audit pada Perwakilan BPKP Provinsi
Sulawesi Utara tahun 2020 karena nilai X2hitung> X2tabel (5.649> 3.841).
3. Independensi auditor berpengaruh positif secara signifikan terhadap kualitas audit pada Perwakilan BPKP
Provinsi Sulawesi Utara tahun 2020 karena nilai X2hitung> X2tabel (4.482 > 3.841).
4. Korelasi antara variabel independen dengan variabel dependen mulai dari yang paling kuat adalah kompetensi
auditor (1.882), etika auditor (0.566), dan independensi auditor (0.164). Karena α= 1 > sig (1 – tailed) –
kompetensi auditor, etika auditor dan independensi auditor : 0.000, maka korelasi antara ketiga variabel
independen terhadap variabel dependen signifikan. Dari tabel ANOVA diperoleh hasil bahwa α = 1 > sig =
0,008 sehingga H0 ditolak, dengan kata lain terhadap hubungan linear antara kualitas audit dengan kompetensi
auditor, etika auditor dan independensi auditor. Bisa pula dikatakan bahwa penggunaan model regresi Y =
1.000 + 1.882X1 + 0.566X2 + 0.164X3 relatif dapat memuaskan. Variabel yang memberikan kontribusi terbesar
(kompetensi auditor) toleransinya 0.437, artinya R2 = 1 – 0.437 = 0.563, dengan kata lain 56,3% variabilitas
kompetensi auditor dapat dijelaskan oleh variabel independen yang lain. Variance Inflation Factor (VIP) 2.141
mengindikasikan ada tidaknya multi kolinier antara variabel independen. Karena nilai VIP > 5, maka variabel
kompetensi auditor mempunyai multikolinier dengan variabel independen yang lain.

Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Utara disarankan agar dapat lebih meningkatkan kompetensi, etika,
dan independensi setiap auditor karena ketiga faktor tersebut telah terbukti mampu meningkatkan kualitas
audit yang tentunya akan memberikan dampak positif bagi kinerja auditor tersebut secara individual dan
Perwakilan BPKP secara keseluruhan kedepannya. Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui variabel lain
yang mempengaruhi kualitas audit seperti integritas, time budget pressure, fee audit dan profesionalisme
auditor.
2. Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui variabel lain yang mempengaruhi kualitas audit seperti
integritas, time budget pressure, fee audit dan profesionalisme auditor.

DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno. (2017). Auditing:Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik, Buku 1, Edisi 5.
Jakarta: Salemba Empat.

Ardianingsih, Arum. (2018). Audit Laporan Keuangan. Jilid 1. Jakarta : Bumi Aksara

Arens, et al. (2017). Auditing and Assurance Services, Sixteenth Edition. Pearson Education Inc: New Jersey.
Jakarta: Erlangga.

Burhanuddin, Alifzuda M. (2016). Pengaruh Akuntabilitas dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit
Pada Kantor Akuntan Publik Di Yogyakarta. Program Studi Akuntansi Universitas Negeri
Yogyakarta. https://eprints.uny.ac.id/31986/1/SKRIPSI.pdf. Diakses pada 22 Maret 2021

Halim, Abdul. (2015). Auditing (Dasar-Dasar Audit LaporanKeuangan).Jilid 1. EdisiKelima. UPP STIM YKPN:
Yogyakarta.

Hery, S.E, M.Si. (2017). Auditing dan Asurans. Jakarta. Grasindo


Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI).(2017). Tujuan Keseluruhan Auditor Independen Dan Pelaksanaan
Audit Berdasarkan Standar Audit. Standar Audit 200.
http://spap.iapi.or.id/1/files/SA%20200/SA%20200.pdf. Diakses pada 24 Maret 2021

473 Jurnal EMBA


Vol. 9 No. 3 Juli 2021, Hal. 462-474
ISSN 2303-1174 R.Y. Zam Zam., L. Kalangi P. Weku
Nasrullah, Leny Nofianti. (2018). Pemeriksaan Akuntan Publik. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim.
Riau. http://repository.uin-suska.ac.id/16811/1/bUKU%20aUDIT.pdf. Diakses pada 13 Februari
2021.
Nugraheni, Arfenta. (2018). Pengaruh Komite Audit, Kualitas Audit, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Tax
Avoidance (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Subsektor Otomotif Yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2012-2016). Vol.5, No.2 Agustus 2018. Page 2227.
https://openlibrarypublications.telkomuniversity.ac.id/index.php/management/article/view/6808.
Diakses pada 24 Maret 2021

Nurdiono, Junaedi. (2016). Kualitas Audit: Perspektif Opini Going Concern. Yogyakarta.
https://books.google.co.id/books?id=5xo6DgAAQBAJ&printsec=frontcover#v=onepage&q&f=false
Diakses pada 15 April 2021.

Pesireron, Semy. (2016). Pengaruh Keterampilan, Jobb Stress Dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Auditor
Inspektorat (Studi Empiris Pada Inspektorat Kabupaten Seram Bagian Timur Dan Kabupaten Maluku
Tengah). VOL 5, NO. 1, JUNI 2016, ISSN : 2302-9560. http://ejournal-
polnam.ac.id/index.php/JurnalManeksi/article/view/153/68. Jurnal Maneksi. Diakses pada 24 Maret
2021

Wahyuni, Sri. (2019). Analisis Atas Peranan Audit Internal Terhadap Good Corporate Governance Dan
Dampaknya Pada Kualitas Laporan Keuangan (Survey Pada 3 Perusahaan Bumn Yang Berpusat Di
Kota Bandung). https://elibrary.unikom.ac.id/id/eprint/1962/. Other Thesis, Universitas Komputer
Indonesia.Diakses pada 24 Maret 2021

474 Jurnal EMBA


Vol. 9 No. 3 Juli 2021, Hal. 462-474

Anda mungkin juga menyukai