Anda di halaman 1dari 47

ACTIVITY BASED COSTING ( ABC )

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Manajemen Lanjutan


yang diampu oleh Dr. Andry Arifian Rachman, S.E., M.Si., Ak., CA., ACPA

Disusun oleh :
Kelompok 3

Usep Saepul Hayat 51622220020


Dhea Yulianty 51622220021
Yunis Listiani 51622220022
Hani Rosita 51622220054

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS WIDYATAMA
BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas
Rahmat dan Karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah
Activity Based Costing ( ABC) ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Bapak Dr. Andry Arifian Rachman, S.E., M.Si., Ak., CA., ACPA. pada mata kuliah
Akuntansi Manajemen Lanjutan. Selain itu, tugas makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Activity Based Costing ( ABC) bagi para pembaca dan
juga penulis.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membagikan pengetahuannya, serta pihak yang telah membantu proses makalah ini
sehingga makalah ini bisa terselesaikan. Dan, kami pun sadar makalah yang kami
tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami menerima kritik dan
saran yang membangun agar kami bisa memperbaiki makalah ini agar lebih
sempurna lagi di kemudian hari.

Bandung, Maret 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

DAFTAR TABEL .................................................................................................. iv

DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1

1.1 Latar Belakang...........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................3

1.3 Maksud dan Tujuan Makalah ....................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................4

2.1. Akuntansi Manajemen ...............................................................................4

2.2. Pengertian Activity-Based Costing (ABC) ...............................................5

2.3. Konsep dasar Activity-Based Costing (ABC) ............................................7

2.4. Manfaat sistem Activity Based Costing ( ABC) ........................................8

2.5. Kelebihan dan Kelemahan Activity Based Costing ( ABC) ....................11

2.5.1. Kelebihan Activity Based Costing ( ABC) .......................................11

2.5.2. Kelemahan Activity Based Costing ( ABC) .....................................11

2.6. Tahap Penerapan Activity Based Costing ( ABC) ..................................13

2.6.1. Mengeidentifikasi pusat – pusat biaya ............................................13

2.6.2. Mengidentifikasi pemicu biaya ........................................................15

2.7. Komponen Activity Based Costing (ABC) ..............................................17

BAB III PEMBAHASAN .....................................................................................21

3.1. Penerapan sistem Activity Based Costing ( ABC) Pada Perushaaan Jasa ...
.................................................................................................................21

ii
3.2. Penerapan sistem Activity Based Costing ( ABC) Pada Perushaaan
Manufaktur .........................................................................................................27

BAB IV PENUTUP ..............................................................................................38

Kesimpulan .........................................................................................................38

Daftar Pustaka ........................................................................................................40

iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Klasifikasi aktivitas ...................................................................................21
Tabel 2 Resource Driver .......................................................................................22
Tabel 3 Pembebanan biaya ke Resource Center ....................................................23
Tabel 4 Pembebanan biaya ke Activity Center.......................................................23
Tabel 5 Cost Pasien Baru .......................................................................................26
Tabel 6 Cost Pasien Baru .......................................................................................26
Tabel 7 Tabel Data Biaya Produksi .......................................................................27
Tabel 8 Rincian Estimasi Biaya Overhead ............................................................27
Tabel 9 Data Aktivitas Pemicu Overhead ..............................................................28
Tabel 10 Tingkat Konsumsi Aktivitas Pemicu Masing-Masing Produk ...............28
Tabel 11 Penghitungan Biaya Produk per Unit......................................................28
Tabel 12 Penetapan Biaya Dengan Traditional System .........................................30
Tabel 13 Actual Selling Price ................................................................................30
Tabel 14 Biaya Aktivitas Per Unit Produk .............................................................34
Tabel 15 Perbandingan Biaya Tradisional dan ABC ............................................34

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Alur Pembebanan Activity Based Costing (ABC) ..................................6


Gambar 2 Komponen Activity Based Costing (ABC) ............................................17
Gambar 3 ABC Cost Assisgment Model ................................................................17
Gambar 4 Model ABC Bagian Akademik .............................................................22
Gambar 5 Tahap Pertama Penentuan Biaya ...........................................................32
Gambar 6 Tahap Kedua Penentuan Biaya .............................................................32
Gambar 7 Biaya Berbasis Aktivitas .......................................................................33

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengambilan keputusan yang dilakukan manajemen, mengenai penelusuran
informasi biaya akan mempengaruhi pada penetapan harga dan,penambahan atau
penghilangan suatu produk atau jasa. Kemampuan untuk menelusuri,biaya tersebut
merupakan dasar menghitung biaya dari suatu jasa seperti halnya dalam
menghitung biaya barang dari hasil manufaktur. Informasi biaya merupakan,output
dari sistem akuntansi biaya yang berhubungan dengan akumulasi biaya, nilai
persediaan, dan harga pokok produk. Salah satu perhitungan dalam, menghasilkan
biaya produk atau jasa yang tepat yaitu dengan menentukan harga pokok produk
(Koeshardjono, Hudzafidah, and Marush 2016).
Sebuah studi yang dilakukan oleh Horngren (1995) menemukan bahwa
fokus biaya manajemen terletak pada keputusan dan berbagai teknik manajemen
biaya, sistem dan pengukuran membantu manajer untuk membuat berbagai
kebijakan. Dari sekian banyak sistem manajemen biaya yang tersedia, banyak
perusahaan yang menggunakan metode Activity-based costing (ABC) sebagai
perbandingan dengan sistem penetapan biaya tradisional dalam memberikan
informasi biaya yang tepat waktu dan berkualitas (Krishnan 2006). Activity-based
costing (ABC) atau biaya berbasis aktivitas adalah metode penghitungan biaya
yang lebih kompleks dan lebih akurat daripada metode tradisional seperti biaya
tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. ABC didasarkan pada asumsi
bahwa biaya tidak hanya terjadi secara proporsional dengan jumlah barang yang
diproduksi atau jasa yang diberikan, melainkan juga dengan aktivitas yang
diperlukan untuk menghasilkan barang atau jasa tersebut (Hansen and Mowen
2007).
Belakangan ini, semakin banyak perusahaan yang beralih ke metode ABC
untuk mengukur biaya, karena metode ini memungkinkan perusahaan untuk
mengidentifikasi dengan lebih akurat biaya dari setiap aktivitas yang diperlukan

1
2

untuk menghasilkan produk atau jasa, sehingga perusahaan dapat membuat


keputusan yang lebih baik dalam mengalokasikan sumber daya dan menetapkan
harga jual yang lebih tepat (Suryanto, Rasmini, and Lidwina 2021).
Penggunaan sistem tradisional (istilah yang digunakan untuk pembebanan
overhead pabrik dengan satu cost pool atau satu dasar pembebanan) akan
menghasilkan kesalahan perhitungan biaya, khususnya produk yang memiliki
volume tinggi dan biaya tenaga kerja langsung tinggi akan kelebihan pembebanan
biaya. Untuk mengatasi masalah yang timbul dalam pembebanan, maka
dikembangkan metode Activity Based Costing (ABC) pada perusahaan manufaktur
di Amerika Serikat pada tahun 1970-an hingga 1980-an. Selama periode tersebut,
Consentrium for Advanced Management-Internasional, sekarang dikenal dengan
nama CAM-1, mengembangkan bentuk dasar untuk mempelajaridan menyusun
prinsip-prinsip yang pada akhirnya dikenal dengan nama Activity Based Costing
(ABC).
Activity Based Costing (ABC) didefinisikan sebagai suatu sistem pendekatan
perhitungan biaya yang dilakukan berdasarkan aktivitas-aktivitas yang ada di
perusahaan. Sistem ini dilakukan dengan dasar pemikiran bahwa penyebab
timbulnya biaya adalah aktivitas yang dilakukan dalam suatu perusahaan,
sehingga wajar bila pengalokasian biaya-biaya tidak langsung dilakukan
berdasarkan aktivitas tersebut (Aprianto et al. 2021). Terdapat dua keyakinan
dasar dalam ABC yaitu:
1. Biaya merupakan akibat dari pelaksanaan aktivitas dan aktivitas merupakan
penyebab munculnya biaya. Oleh karena itu, perlu pemahaman yang
mendalam mengenai aktivitas dan hal yang menyebabkan aktivitas tersebut
perlu dilakukan.
2. Penyebab biaya (yaitu aktivitas) dapat dikelola. Melalui pengelolaan terhadap
aktivitas yang menjadi penyebab timbulnya biaya, personel perusahaan dapat
mempengaruhi besar kecilnya biaya. Untuk dapat melakukan pengelolaan
yang baik, perlu informasi yang andal mengenai biaya dan penyebabnya
(aktivitas).
3

Salah satu cara penyediaan informasi mengenai biaya dan aktivitas adalah
menggunakan metode ABC dalam perhitungan biaya produk (Suryanto, Rasmini,
and Lidwina 2021). Dengan menggunakan ABC, biaya yang dibebankan ke produk
secara langsung dapat dilihat hubungannya dengan aktivitas-aktivitas yang
dilakukan berkaitan dengan produk tersebut. Bahkan dengan mengamati trend
biaya dan aktivitas yang terjadi selama beberapa periode, manajemen akan dapat
melihat apakah suatu aktivitas memiliki nilai tambah atau tidak bagi konsumen.
ABC membebankan biaya overhead pabrik ke objek (produk dan jasa)
dengan beberapa langkah. Pertama, mengidentifikasi sumber daya dan aktivitas.
Dengan menggunakan dasar pemicu konsumsi biaya sumber daya dapat dihitung
tarif biaya per unit sumber daya yang dikonsumsi oleh setiap aktivitas atau pusat
aktivitas (pusat aktivitas/pusat biaya). Selanjutnya, biaya dibebankan ke dalam
produk atau jasa dengan mengalikan tarif biaya per unit setiap aktivitas dengan
jumlah aktivitas sesungguhnya yang digunakan oleh setiap objek biaya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian pada latar belakang makalah, maka penulis akan
mengidentifikasikan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana penerapan sistem Activity Based Costing ABC di perusahaan
manufaktur?
2. Bagaimana penerapan sistem Activity Based Costing ABC di perusahaan
jasa?

1.3 Maksud dan Tujuan Makalah


1. Untuk mengetahui penerapan sistem Activity Based Costing (ABC) di
perusahaan manufaktur.
2. Untuk mengetahui penerapan sistem Activity Based Costing (ABC) di
perusahaan jasa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Akuntansi Manajemen


Akuntansi manajemen adalah suatu sistem informasi akuntansi yang
digunakan oleh manajemen untuk mengumpulkan, mengukur, menganalisis, dan
melaporkan informasi keuangan yang relevan untuk pengambilan keputusan bisnis
yang tepat (Anthony and Govindarajan 2007). Tujuan akuntansi manajemen adalah
untuk membantu manajemen dalam merencanakan dan mengendalikan kegiatan
operasional, mengelola biaya, mengevaluasi kinerja, dan membuat keputusan yang
lebih baik. Informasi keuangan yang dihasilkan oleh akuntansi manajemen tidak
hanya terkait dengan laporan keuangan tradisional, seperti neraca dan laporan laba
rugi, tetapi juga mencakup informasi yang lebih terperinci dan relevan untuk
kebutuhan manajemen, seperti analisis biaya, anggaran, dan peramalan. Akuntansi
manajemen juga dapat membantu perusahaan dalam memperbaiki efisiensi
operasional dan meningkatkan profitabilitas dengan memantau kinerja dan biaya,
mengidentifikasi area yang memerlukan perbaikan, dan merancang strategi untuk
mencapai tujuan bisnis (Hansen and Mowen 2007).
Berikut adalah pengertian akuntansi manajemen menurut beberapa ahli:
"Akuntansi manajemen adalah proses pengidentifikasian, pengukuran,
akumulasi, analisis, persiapan, interpretasi, dan komunikasi informasi
keuangan yang digunakan oleh manajemen untuk merencanakan,
mengevaluasi, dan mengendalikan organisasi serta untuk memastikan
penggunaan sumber daya yang efektif dan efisien" (Anthony and
Govindarajan 2007).

Selanjutnya akuntansi manajemen dapat disefisinkan sebagai proses


pengumpulan, pengukuran, analisis, dan pelaporan informasi yang berguna bagi
manajemen dalam perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan untuk
mencapai tujuan organisasi" (Hansen and Mowen 2007). "Akuntansi manajemen
adalah suatu sistem informasi akuntansi yang menghasilkan informasi keuangan
yang diperlukan oleh manajemen dalam merencanakan dan mengendalikan

4
5

kegiatan operasional perusahaan serta dalam membuat keputusan strategis"


(Garrison et al. 2006)
Secara umum dapat disimpulkan bahwa akuntansi manajemen adalah suatu
sistem informasi yang digunakan oleh manajemen untuk mengumpulkan,
mengukur, menganalisis, dan melaporkan informasi keuangan yang relevan untuk
pengambilan keputusan bisnis yang tepat. Dengan memahami informasi keuangan
tersebut, manajemen dapat merencanakan kegiatan operasional, mengendalikan
biaya, mengevaluasi kinerja, dan membuat keputusan bisnis yang lebih baik.

2.2. Pengertian Activity-Based Costing (ABC)


Banyak organisasi bergeser fokus mereka dari sistem penetapan biaya
konvensional atau tradisional ke biaya yang semakin populer sistem metodologi
yaitu Activity-Based Costing (ABC). Sistem ini hanya mengumpulkan biaya dalam
kumpulan biaya aktivitas fungsional dan kemudian menerapkan biaya ke
produk/jasa yang menggunakan driver biaya individu (Krishnan, 2007).
Activity Based Costing (ABC) didefinisikan sebagai suatu sistem pendekatan
perhitungan biaya yang dilakukan berdasarkan aktivitas-aktivitas yang ada di
perusahaan. Sistem ini dilakukan dengan dasar pemikiran bahwa penyebab
timbulnya biaya adalah aktivitas yang dilakukan dalam suatu perusahaan, sehingga
wajar bila pengalokasian biaya-biaya tidak langsung dilakukan berdasarkan
aktivitas tersebut (Hongren, 2005).
Tujuan dari Activity Based Costing (ABC) adalah untuk membebankan biaya
tidak langsung dengan lebih akurat. Model ABC tidak akan memperbaiki cara
pembebanan biaya langsung, karena pembebanan tersebut sudah menghasilkan
angka yang akurat. Obyek biaya adalah tempat dimana biaya akan dibebankan,
misalkan produk atau pelanggan. Dalam ABC obyek biaya yang dipakai adalah
produk.
Dalam beberapa kasus, biaya untuk melakukan analisis ABC lebih tinggi
daripada pengembaliannya. Namun demikian, ada adalah kumpulan literatur yang
berkembang, yang berpendapat bahwa, dibandingkan dengan penetapan biaya
tradisional sistem, Activity-Based costing (ABC) menawarkan keuntungan penting
6

bagi organisasi. Sistem ini mendukung banyak organisasi untuk memberikan


informasi biaya yang “benar” untuk pengambilan keputusan strategis perusahaan
(Krishnan 2006).

Gambar 1 Alur Pembebanan Activity Based Costing (ABC)


Activity Based Costing (ABC) merupakan suatu metode akuntansi yang
mengidentifikasi dan menetapkan biaya untuk aktivitas overhead dan kemudian
menetapkan biaya tersebut untuk produk.
Activity Based Costing adalah metode pembebanan aktivitas-aktivitas
berdasarkan besarnya pemakaian sumber daya, dan membebankan biaya pada objek
biaya, seperti produk atau pelanggan, berdasarkan besarnya aktivitas, serta untuk
mengukur biaya dan kinerja dari aktivitas yang terkait dengan proses dan objek
biaya (Quesado and Silva 2021).
Pengertian mendasar dari sistem ABC adalah adanya analisa terhadap
keseluruhan aktivitas-aktivitas yang bertujuan untuk mengidentifikasi adanya hal-
hal sebagai berikut:
1. Aktivitas yang ada dalam tiap-tiap dapartemen dan sebab timbulnya
aktivitas
2. Dalam kondisi yang bagaimana setiap aktivitas tersebut dilaksanakan
3. Bagaimana frekuensi masing-masing aktivitas dalam pelaksanaannya.
4. Sumber sumber yang dikonsumsi untuk melakasanakan masing-masing
aktivitas.
5. Faktor-faktor apa yang menjadi penyebab timbulnya aktivitas tersebut atau
pembenahan atas sumber daya yang dimiliki perusahaan
7

Dalam Activity Based Costing (ABC) semua biaya dibebankan ke produk


yang menimbulkan aktivitas atau apabila ada alasan yang mendasar bahwa biaya
tersebut dipengaruhi oleh produk yang dibuat, baik biaya produksi, maupun biaya
non-produksi.
Definisi lain ABC adalah suatu informasi yang dapat menyajikan secara
akurat dan tepat waktu mengenai pekerjaan atau aktvitas yang mengkonsumsi
sumber biayaaktivitas untuk mencapai tujuan pekerjaan produk dan pelanggan.
ABC dirancang untuk mengukur harga pokok produk melalui aktivitas-aktivitas.
Biaya-biaya akan diukur dari aktivitas ke produk berdasarkan permintaan tiap-tiap
produk terhadap aktivitas selama proses produksi, sehingga biaya yang timbul
masing-masing jenis produk akan terlihat lebih jelas. Sistem tersebut menerapkan
sistem akuntansi aktivitas untuk menghasilkan perhitungan harga pokok produk
yang lebih akurat.

2.3. Konsep dasar Activity-Based Costing (ABC)


Konsep yang mendasari sistem Activity-Based Costing (ABC) adalah bahwa
biaya produk tidak hanya terjadi karena konsumsi langsung bahan baku dan tenaga
kerja, tetapi juga terjadi karena aktivitas yang diperlukan untuk memproduksi
produk tersebut. Oleh karena itu, ABC memisahkan biaya overhead atau biaya tidak
langsung ke dalam aktivitas yang relevan dan kemudian mengalokasikan biaya
tersebut ke produk atau layanan berdasarkan penggunaan aktivitas tersebut (Conteh
and Walker 2004).
Konsep ini didasarkan pada premis bahwa beberapa produk atau layanan
memerlukan lebih banyak aktivitas dalam proses produksinya dibandingkan dengan
produk atau layanan lain. Dengan menganalisis dan memahami aktivitas yang
terlibat dalam proses produksi, perusahaan dapat mengelompokkan biaya overhead
yang relevan dan memperoleh gambaran yang lebih akurat tentang biaya produksi
dan profitabilitas produk atau layanan.
ABC juga memperhitungkan faktor-faktor yang tidak diperhitungkan dalam
sistem akuntansi tradisional, seperti perubahan teknologi, variasi produk, dan
volume produksi yang rendah. ABC memungkinkan perusahaan untuk
8

mengidentifikasi aktivitas yang tidak efisien atau tidak perlu, dan kemudian
mengambil tindakan untuk mengurangi biaya dan meningkatkan profitabilitas.
Dengan demikian, konsep yang mendasari ABC adalah untuk memberikan
informasi yang lebih akurat dan rinci tentang biaya produksi dan aktivitas yang
terlibat dalam proses produksi. Hal ini dapat membantu perusahaan dalam membuat
keputusan yang lebih baik tentang alokasi sumber daya dan mengelola biaya dengan
lebih efektif.

2.4. Manfaat sistem Activity Based Costing ( ABC)


Pada awalnya, sistem manajemen biaya ABC merupakan hal yang umum
di pabrik lingkungan di mana identifikasi kegiatan yang terkait dengan produk
masih ada kurang kompleks dan dalam beberapa kasus kegiatannya langsung.
Namun, sekarang bahkan sektor jasa mengadopsi manajemen biaya ABC,
mengakui pentingnya biaya informasi untuk bertahan hidup dalam persaingan yang
semakin ketat. Sejumlah penelitian terungkap aplikasi sukses dari ABC di swasta
serta di sektor pelayanan publik, seperti lembaga keuangan, sektor hotel, pusat
kesehatan, perusahaan transportasi, dan telekomunikasi (Adams, 1996; Cagwin &
Bouwman, 2002; Innes dan Mitchell, 1997; Kok, 1995; Kullven & Mattson, 1994;
Lambert dan Whitworth, 1996). Dengan demikian, sektor jasa menggeser fokus
manajemen biaya dari sistem penetapan biaya konvensional ke sistem ABC
(Krishnan 2006).
Cooper dan Kaplan (1991) menegaskan bahwa perusahaan jasa dapat
memperoleh manfaat dari penggunaan ABC karena mereka memilikinya
serangkaian masalah yang sama seperti manufaktur, menganalisis biaya operasi,
dan kinerja aktivitas layanan yang menuntut sumber daya. ABC merupakan alat
yang efektif di perusahaan jasa untuk melacak biaya ke layanan yang dihasilkan
dan bermanfaat alat dalam menerapkan pemikiran kualitas total di perusahaan jasa
karena mendorong manajemen untuk menganalisis aktivitas dan menentukan
nilainya bagi pelanggan. Misalnya, penerapan sistem ABC di rumah sakit
membantu manajer untuk menilai operasional dengan lebih baik efisiensi,
menetapkan perbandingan kinerja keuangan yang lebih bermakna dengan yang lain
9

rumah sakit, dan mengoptimalkan campuran layanan yang ditawarkan kepada


pasien (Krishnan 2006).
Activity Based Costing (ABC) diimplementasikan dalam sejumlah
perusahaan, dan manajer yang familiar dengan metode ABC dapat mengelola
biaya-biaya dengan lebih baik. ABC menyediakan tidak hanya data biaya yang
relatif akurat, tapi juga informasi mengenai asal biaya. Biaya-biaya dipertahankan
melalui penghapusan aktivitas tidak bernilai tambah, pengembangan proses dan
outsourcing. Dengan demikian, manajemen dapat mempertahankan bahkan
meningkatkan mutu produk atau jasa dengan tetap berfokus pada pengurangan
biaya. Manfaat yang diperoleh dalam penerapan activity based costing menurut
Blocher, (2000) adalah sebagai berikut:
1. Pengukuran profitabilitas yang lebih baik. Activity based costing
menyajikan biaya produk yang lebih akurat dan informatif, mengarahkan
pada pengukuran profitabilitas produk yang lebih akurat dan keputusan
strategis yang diinformasikan dengan lebih baik tentang penetapan harga
jual, lini produk, dan segmen pasar.
2. Keputusan dan kendali yang lebih baik. Activity based costing menyajikan
pengukuran yang lebih akurat tentang biaya yang timbul karena dipicu oleh
aktivitas.
3. Informasi yang lebih baik untuk mengendalikan biaya kapasitas. Activity
based costing membantu manajer mengidentifikasi dan mengendalikan
biaya kapasitas yang tidak terpakai.
Adapun menurut (Garrison 2002) Activity-Based Costing (ABC) memiliki
manfaat sebagai berikut :
1. Lebih akurat
Metode ABC menghasilkan informasi biaya yang lebih akurat dan rinci
daripada sistem biaya tradisional, sehingga dapat membantu manajer dalam
mengambil keputusan yang lebih baik dan meningkatkan pengendalian biaya.
2. Fokus pada aktivitas
10

Metode ABC memungkinkan perusahaan untuk memahami secara rinci


aktivitas yang diperlukan untuk menghasilkan produk atau jasa, sehingga dapat
membantu perusahaan dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas produksi.
3. Transparansi biaya
ABC dapat membantu perusahaan dalam mengetahui biaya sebenarnya untuk
setiap aktivitas atau produk/jasa, sehingga dapat membantu perusahaan dalam
menetapkan harga jual yang lebih tepat.
4. Identifikasi produk/jasa yang menguntungkan
ABC dapat membantu perusahaan dalam mengidentifikasi produk/jasa yang
menguntungkan dan yang tidak menguntungkan, sehingga perusahaan dapat
melakukan perencanaan dan pengambilan keputusan yang lebih baik.
Agar penerapan Activity Based Costing menjadi optimal, perlu diperhatian
beberapa hal sebagai berikut:
1. Perusahaan mempunyai tingkat diversitas yang tinggi. Sistem ABC
mensyaratkan bahwa perusahaan memproduksi beberapa macam produk
atau lini produk yang diproses dengan menggunakan fasilitas yang
sama. Kondisi yang demikian tentunya akan menimbulkan masalah
dalam membebankan biaya ke masing-masing produk.
2. Tingkat persaingan industri yang tinggi. Terdapat beberapa
perusahaan yang menghasilkan produk yang sama atau sejenis. Dalam
persaingan antar perusahaan yang ketat tersebut dibutuhkan pembebanan
biaya yang akurat. Informasi tentang pembebanan biaya yang akurat akan
memudahkan bagi pihak manajemen dalam proses pengambilan keputusan.
3. Biaya pengukuran yang relatif rendah. Biaya pengukuran
(measurement cost)merupakan biaya yang terkait dengan pengukuran
yang digunakan oleh suatu sistem biaya. Agar penerapan sistem
ABC dapat optimal, maka biaya pengukuran untuk menghasilkan
informasi biaya aktivitas harus relatif rendah.
11

2.5. Kelebihan dan Kelemahan Activity Based Costing ( ABC)


2.5.1. Kelebihan Activity Based Costing ( ABC)

Kelebihan sistem Activity-Based Costing (ABC) menurut (Garrison 2002)


adalah:
1. Lebih akurat dalam menghitung biaya
ABC memperhitungkan aktivitas yang diperlukan dalam menghasilkan barang
atau jasa sehingga dapat menghasilkan perhitungan biaya yang lebih akurat.
2. Meningkatkan efisiensi produksi
ABC membantu perusahaan untuk mengidentifikasi aktivitas yang tidak
efektif dan memperbaikinya untuk meningkatkan efisiensi produksi.
3. Memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih baik
ABC dapat membantu perusahaan dalam menetapkan harga yang lebih akurat
dan menentukan strategi pemasaran yang lebih efektif.
4. Memberikan gambaran yang lebih jelas tentang biaya
ABC dapat membantu perusahaan untuk memahami lebih rinci tentang biaya
yang dikeluarkan dalam memproduksi barang atau memberikan jasa.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli mengenai kelebihan activity based
costing ABC, maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang menerapkan ABC
akan mampu memperbaiki mutu pengambilan keputusan, memungkinkan
manajemen melakukan perbaikan terus menerus terhadap aktivitas untuk
mengurangi biaya overhead, serta memberikan kemudahan dalam penentuan biaya
relevan. Pada akhirnya ABC mampu menyediakan informasi biaya berdasarkan
aktivitas untuk memungkinkan manajemen dan karyawan melakukan manajemen
berbasis aktivitas, activity based management-ABM.

2.5.2. Kelemahan Activity Based Costing ( ABC)

Setiap kelebihan suatu metode pasti terdapat kelemahan, berikut merupakan


kelemahan metode activity based costing menurut Blocher (2000):
1. Tidak semua biaya memiliki cost driver, konsumsi sumber daya, atau
aktivitas yang tepat atau tidak ganda. Beberapa biaya mungkin
membutuhkan alokasi ke departemen atau produk berdasarkan ukuran
12

volume yang arbitrer sebab secara praktis tidak dapat ditemukan aktivitas
yang dapat menyebabkan biaya tersebut. Contohnya adalah biaya
pendukung fasilitas seperti biaya sistem informasi, gaji manajer pabrik,
asuransi pabrik, dan pajak bumi dan bangunan untuk pabrik.
2. Mengabaikan biaya. Biaya produk atau jasa yang diidentifikasi system ABC
cenderung tidak mencakup seluruh biaya yang berhubungan dengan produk
atau jasa tersebut. Biaya produk atau jasa biasanya tidak termasuk biaya
untuk aktivitas seperti pemasaran, pengiklanan, penelitian, dan
pengembangan, dan rekayasa produk, meski sebagian dari biaya-biaya ini
dapat ditelusuri ke suatu produk atau jasa. Biaya produk tidak termasuk
biaya-biaya ini karena prinsip akuntansi yang berlaku umum untuk
pelaporan keuangan mengharuskan biaya-biaya tersebut diperlakukan
sebagai biaya periodik.
3. Mahal dan menghabiskan waktu. Perhitungan biaya berdasar aktivitas tidak
murah dan membutuhkan waktu yang banyak untuk dikembangkan dan
dilaksanakan. Untuk perusahaan dan organisasi yang telah menggunakan
sistem perhitungan biaya tradisional berdasarkan volume, pelaksanaan
suatu sistem baru cenderung sangat mahal. Lagipula, seperti sebagian besar
sistem akuntansi dan manajemen yang inovatif, biasanya diperlukan waktu
setahun atau lebih untuk mengembangkan dan melaksanakan activity based
costing dengan sukses.

Adapun menurut (Garrison 2002) sistem ABC juga memiliki kelemahan


yang perlu menjadi perhatian perusahaan, diantaranya adalah:
1. Biaya implementasi yang tinggi
Implementasi sistem ABC membutuhkan biaya dan waktu yang lebih besar
untuk mengumpulkan data, menganalisis data dan memperkenalkan perubahan
yang diperlukan.
2. Kompleksitas yang lebih tinggi
ABC lebih kompleks dibandingkan dengan sistem akuntansi tradisional karena
memperhitungkan aktivitas yang lebih detail.
13

3. Ketergantungan pada estimasi


ABC memerlukan estimasi tentang biaya aktivitas, yang dapat bervariasi dan
sulit untuk memperkirakan dengan akurat.
4. Tidak semua perusahaan memerlukan sistem ABC
ABC lebih sesuai untuk perusahaan yang memiliki produk dan layanan yang
kompleks dan beragam, sehingga tidak semua perusahaan memerlukan sistem
ABC.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa


dalam menerapkan sistem ABC memerlukan biaya yang mahal, oleh karena itu
perusahaan yang akan menerapkan sistem ini perlu mempertimbangkan biaya dan
manfaatnya cost and benefit.

2.6. Tahap Penerapan Activity Based Costing ( ABC)


2.6.1. Mengeidentifikasi pusat – pusat biaya
Mengidentifikasi pusat-pusat biaya adalah langkah penting dalam
mengelola biaya perusahaan. Pusat-pusat biaya adalah bagian atau departemen dari
suatu perusahaan yang secara signifikan mempengaruhi biaya perusahaan.
Beberapa contoh pusat biaya yang umum dijumpai di perusahaan adalah:
1. Pusat biaya produksi
Pusat biaya produksi meliputi semua biaya yang terkait dengan produksi
barang atau jasa. Biaya yang termasuk dalam pusat biaya produksi biasanya
meliputi bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik.
2. Pusat biaya penjualan
Pusat biaya penjualan meliputi semua biaya yang terkait dengan penjualan
produk atau jasa. Biaya yang termasuk dalam pusat biaya penjualan biasanya
meliputi biaya iklan, biaya promosi penjualan, dan biaya tenaga penjualan.

3. Pusat biaya administrasi


14

Pusat biaya administrasi meliputi semua biaya yang terkait dengan administrasi
dan manajemen umum perusahaan. Biaya yang termasuk dalam pusat biaya
administrasi biasanya meliputi biaya gaji dan tunjangan karyawan administrasi,
biaya sewa gedung kantor, biaya utilitas, dan biaya kantor.
4. Pusat biaya distribusi
Pusat biaya distribusi meliputi semua biaya yang terkait dengan distribusi
produk atau jasa. Biaya yang termasuk dalam pusat biaya distribusi biasanya
meliputi biaya transportasi, biaya pergudangan, dan biaya tenaga kerja untuk
aktivitas distribusi.
5. Pusat biaya riset dan pengembangan
Pusat biaya riset dan pengembangan meliputi semua biaya yang terkait dengan
riset dan pengembangan produk atau jasa. Biaya yang termasuk dalam pusat
biaya riset dan pengembangan biasanya meliputi biaya gaji dan tunjangan
karyawan riset dan pengembangan, biaya bahan baku untuk riset dan
pengembangan, dan biaya peralatan riset dan pengembangan.
Mengidentifikasi pusat-pusat biaya membantu perusahaan dalam mengelola
biaya dengan lebih efektif, karena setiap pusat biaya dapat dikontrol secara terpisah
dan perusahaan dapat memantau kinerja masing-masing pusat biaya untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengeluaran.
Adapun cara untuk mengidentifikasi pusat biaya menurut, Garrison, (2002)
cara mengidentifikasi pusat-pusat biaya dalam Activity-Based Costing (ABC),
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Identifikasi aktivitas
Identifikasi aktivitas yang dilakukan dalam organisasi. Aktivitas dapat
mencakup produksi, penjualan, pemesanan, dan sebagainya.
2. Penentuan pusat biaya
Setelah aktivitas diidentifikasi, selanjutnya tentukan pusat biaya yang terlibat
dalam aktivitas tersebut. Misalnya, dalam aktivitas produksi, pusat biaya dapat
meliputi pusat biaya produksi, pusat biaya tenaga kerja, dan pusat biaya bahan
baku.
3. Pengelompokan biaya
15

Selanjutnya, kelompokkan biaya yang terkait dengan aktivitas tersebut


berdasarkan pusat biaya yang terlibat. Misalnya, biaya bahan baku yang terkait
dengan pusat biaya produksi akan dikelompokkan ke dalam pusat biaya
produksi.
4. Penentuan driver aktivitas
Setelah biaya dikategorikan berdasarkan pusat biaya, selanjutnya tentukan
driver aktivitas yang paling tepat untuk masing-masing aktivitas. Driver
aktivitas dapat mencakup waktu, jam kerja, jumlah unit, dan sebagainya.
5. Menghitung biaya aktivitas
Dengan menggunakan driver aktivitas yang telah ditentukan, hitung biaya
aktivitas untuk setiap pusat biaya. Biaya aktivitas dapat mencakup biaya
langsung dan tidak langsung.
Dengan mengikuti prosedur tersebut, maka pusat-pusat biaya dalam
Activity-Based Costing (ABC) dapat diidentifikasi dengan lebih akurat dan tepat
sasaran, sehingga manajemen organisasi dapat mengambil keputusan yang lebih
baik dalam mengelola biaya dan meningkatkan kinerja perusahaan.

2.6.2. Mengidentifikasi pemicu biaya


Hansen and Mowen, (2007) memaparkan beberapa cara untuk
mengidentifikasi pemicu biaya, yaitu:
1. Identifikasi aktivitas
Identifikasi aktivitas yang dilakukan dalam organisasi, baik aktivitas yang
bernilai tambah maupun aktivitas yang tidak bernilai tambah.
2. Penentuan pemicu biaya
Setelah aktivitas diidentifikasi, selanjutnya tentukan pemicu biaya yang terlibat
dalam setiap aktivitas. Pemicu biaya adalah faktor yang menyebabkan
terjadinya biaya dalam suatu aktivitas. Misalnya, dalam aktivitas produksi,
pemicu biaya dapat berupa jumlah jam kerja, jumlah unit produksi, atau jenis
mesin yang digunakan.

3. Analisis biaya
16

Setelah pemicu biaya diidentifikasi, selanjutnya analisis biaya untuk masing-


masing pemicu biaya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh setiap pemicu biaya terhadap total biaya aktivitas.
4. Evaluasi pemicu biaya
Setelah analisis biaya dilakukan, selanjutnya evaluasi setiap pemicu biaya
untuk menentukan apakah pemicu biaya tersebut dapat dikelola atau tidak.
Pemicu biaya yang dapat dikelola adalah pemicu biaya yang dapat diubah atau
dikendalikan untuk mengurangi biaya.
Dengan mengidentifikasi pemicu biaya, maka manajemen dapat lebih
memahami faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya biaya dalam suatu aktivitas.
Hal ini dapat membantu manajemen untuk mengelola biaya dengan lebih efektif
dan efisien, serta meningkatkan kinerja perusahaan.
Dalam sistem Activity-Based Costing (ABC), terdapat empat tingkat umum
aktivitas yang dapat diidentifikasi, yaitu:
1. Level 1 – Activities
Aktivitas pada tingkat ini terdiri dari semua kegiatan operasional yang
dilakukan dalam perusahaan. Aktivitas ini mencakup produksi, pengiriman,
pemesanan, pemrosesan dokumen, dan sebagainya.
2. Level 2 - Batch-Level Activities
Aktivitas pada tingkat ini terkait dengan setiap kelompok produk yang
dihasilkan dalam jumlah yang cukup besar. Contohnya, pengaturan mesin,
pengaturan produksi, dan sebagainya.
3. Level 3 - Product-Level Activities
Aktivitas pada tingkat ini terkait dengan produk tertentu yang dihasilkan oleh
perusahaan. Aktivitas ini mencakup desain produk, penyebaran informasi
produk, pengembangan produk, dan sebagainya.
4. Level 4 - Facility-Level Activities
Aktivitas pada tingkat ini terkait dengan fasilitas dan infrastruktur yang
digunakan dalam operasi perusahaan. Aktivitas ini mencakup pemeliharaan
gedung, biaya sewa, perbaikan fasilitas, dan sebagainya.
17

Dengan memahami empat tingkat umum aktivitas dalam ABC, perusahaan


dapat mengidentifikasi aktivitas yang berkontribusi pada biaya produksi secara
efektif dan efisien. Hal ini dapat membantu perusahaan dalam membuat
keputusan yang lebih baik dan mengelola biaya dengan lebih efektif.

2.7. Komponen Activity Based Costing (ABC)

Gambar 2 Komponen Activity Based Costing (ABC)


Sumber: (Krishnan 2006)

Gambar 3 ABC Cost Assisgment Model


Sumber: (Krishnan 2006)

Berdasarkan gambar di atas, berikut adalah lima komponen dasar


18

untuk dalam Activity Based Costing:


1. Resources (Sumber Daya)
Resources adalah tempat organisasi membelanjakan uang perusahaan yang
merupakan kategori biaya yang dicatat. Sumber daya didefinisikan sebagai elemen
ekonomi atau uang yang diterapkan atau digunakan dalam pelaksanaan aktivitas.
Gaji dan material, misalnya, merupakan sumber daya yang digunakan dalam
pelaksanaan kegiatan. Contoh tambahan dari sumber daya termasuk perbaikan,
inspeksi, sewa, depresiasi, utilitas, asuransi, dan persediaan.
Sebagian besar sistem Activity Based Costing saat ini mengecualikan biaya
seperti pajak penghasilan dan beban bunga yang tidak digunakan dalam
pelaksanaan aktivitas.
2. Resources Drivers (Penggerak Sumber Daya)
Penggerak sumber daya adalah dasar untuk menelusuri sumber daya ke
aktivitas. Penggerak sumber daya didefinisikan sebagai ukuran kuantitas sumber
daya yang dikonsumsi oleh suatu aktivitas.
Contoh penggerak sumber daya adalah persentase total meter persegi ruang
yang ditempati oleh suatu aktivitas. Faktor ini digunakan untuk melacak sebagian
dari biaya pengoperasian fasilitas ke aktivitas.
3. Activity
Aktivitas adalah unit kerja. Jika Anda pergi ke restoran Anda untuk makan
siang atau makan malam, pelayan atau pramusaji dapat melakukan unit kerja
berikut:
a. Kursi pelanggan dan menu penawaran
b. Mengambil pesanan Anda
c. Mengambil pesanan ke dapur
d. Membawa makanan
e. Mengisi minuman
f. Mentukan dan memberi tagihan
g. Mengumpulkan uang dan berikan kembalian
h. Mengapus tabel
19

Masing-masing merupakan aktivitas dan kinerja setiap aktivitas


menghabiskan sumber daya yang memerlukan biaya. Aktivitas mewakili pekerjaan
yang dilakukan dalam suatu organisasi. Biaya kegiatan ditentukan dengan
menelusuri sumber daya ke kegiatan menggunakan penggerak sumber daya.
4. Activities Drivers (Penggerak Biaya Kegiatan)
Seperti penggerak sumber daya yang digunakan untuk melacak sumber daya
ke aktivitas, penggerak biaya aktivitas digunakan untuk melacak biaya aktivitas ke
objek biaya. Penggerak aktivitas didefinisikan sebagai ukuran frekuensi dan
intensitas permintaan yang ditempatkan pada aktivitas oleh objek biaya. Penggerak
aktivitas digunakan untuk menetapkan biaya ke objek biaya.
Penggerak biaya adalah kegiatan yang menghasilkan biaya. Penggerak
biaya adalah faktor, seperti tingkat aktivitas atau volume, yang secara kausal
mempengaruhi biaya (selama rentang waktu tertentu). Artinya, ada hubungan
sebab-akibat antara perubahan tingkat aktivitas atau volume dan perubahan tingkat
biaya total objek biaya tersebut. Jadi, pendorong biaya menandakan faktor,
kekuatan atau peristiwa yang menentukan biaya kegiatan. Berdasarkan penggunaan
aktivitas (konsumsi), biaya aktivitas dilacak ke objek biaya.
Dalam organisasi manufaktur, berikut adalah contoh dari beberapa
penggerak biaya aktivitas:
a. Jumlah menerima pesanan untuk departemen penerima.
b. Jumlah pesanan pembelian untuk biaya pengoperasian departemen
pembelian.
c. Jumlah pesanan pengiriman untuk departemen pengiriman.
d. Jumlah unit.
e. Jumlah pengaturan.
f. Besarnya biaya tenaga kerja yang dikeluarkan.
g. Nilai bahan dalam suatu produk.
h. Jumlah jam penanganan material.
i. Jumlah inspeksi.
j. Jumlah perubahan jadwal.
k. Jumlah bagian yang diterima per bulan.
20

l. Jumlah jam mesin yang digunakan pada suatu produk.


m. Jumlah jam pengaturan
n. Jumlah jam kerja langsung.
o. Jumlah sub-majelis.
p. Jumlah vendor.
q. Jumlah jam pembelian dan pemesanan.
r. Jumlah unit yang dihapus.
s. Jumlah transaksi tenaga kerja.
t. Jumlah pesanan pelanggan yang diproses
u. Jumlah bagian
v. Jumlah karyawan.

5. Cost Object (Objek Biaya)


Objek biaya, dapat berupa pelanggan, produk, layanan, kontrak, proyek,
atau unit kerja lain yang menginginkan pengukuran biaya terpisah. Objek biaya
yang paling umum adalah biaya produk atau jasa. Penggerak aktivitas digunakan
untuk melacak biaya aktivitas ke objek biaya.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Penerapan sistem Activity Based Costing ( ABC) Pada Perushaaan Jasa
Contoh 2

Contoh Kasus yang akan diambil pada Universitas, pada Departemen


Akademik Bagian Layanan Universitas. Tahapan pertama yaitu mengklasifikasikan
berbagai aktivitas, yaitu sebagai berikut:

Tabel 1 Klasifikasi aktivitas

Sumber: (Krishnan 2006)

Pengembangan model pembebanan biaya untuk universitas dengan


menggunakan ABC. Bagan organisasi departemen di universitas adalah titik awal
yang baik untuk konversi ke elemen model biaya ABC. Bagian Layanan Mahasiswa
di Universitas tercantum pada grafik diubah menjadi model operasional ABC
seperti yang ditunjukkan pada gambar 1. Menganalisis dan mengidentifikasi driver
adalah tugas penting dalam sistem biaya ABC. Ada dua jenis driver yaitu 1)
Resource Driver dan 2) Cost atau Activity Driver.

21
22

Gambar 4 Model ABC Bagian Akademik


Sumber: (Krishnan 2006)

Tahap selanjutnya membebankan biaya dari sumber daya ke aktivitas


terlebih dahulu harus dilakukan identifikasi elemen biaya utama yang ditunjukkan
pada berikut:
Tabel 2 Resource Driver

Sumber: (Krishnan 2006)


23

Tabel 3 Pembebanan biaya ke Resource Center

Sumber: (Krishnan 2006)

Tahap berikutnya adalah pembebanan biaya ke Activity Center, yang


ditunjukkan pada table berikut:
Tabel 4 Pembebanan biaya ke Activity Center

Sumber: (Krishnan 2006)

Tujuan akhir dari sistem ABC adalah untuk membebankan setiap biaya
aktivitas yang dikeluarkan produk atau layanan. Seperti dalam kasus universitas,
biaya dibebankan kepada siswa masing-masing pusat kegiatan mengeluarkan biaya
sebagai akibat dari layanan yang diberikan kepada siswa dengan rumus sebagai
berikut
24

Cost Pool Rate = Activity Center Cost Pool


Cost Driver

Cost Pool Rate = 93,667 / 1640 students

Biaya ABC analisis aktivitas menunjukkan dengan jelas kepada kepala


departemen berapa biaya yang dikeluarkan oleh divisi dalam melakukan layanan
untuk setiap siswa dan untuk mengetahui apakah biaya ini dibenarkan untuk
menyediakan layanan. Sistem ini juga mengeliminasi aktivitas yang tidak bernilai
tambah seperti dibahas di atas untuk menunjukkan biaya sebenarnya yang
dikeluarkan oleh divisi tersebut. Akhirnya biaya ini bisa juga dapat digunakan
sebagai alat evaluasi kinerja untuk mengevaluasi kinerja divisi dari satu tahun ke
tahun lainnya.
25

Contoh 2
Contoh kasus Delaware Medical Center
Cost Driver Act Cost for Product Line
Cost Activity
Activity Act Cost Pool Cost Driver Pool Rate Product Line Qty for Product Production
Driver Qty Cost
Product Line Line Volume

Phys Minutes
Physician Time $ 960.000 240.000 $4,00 Routine 80.000 $320.000 8.000 $40,00
with Patient
Extended 100.000 $400.000 5.000 $80,00
Complex 60.000 $240.000 2.000 $120,00
TOTAL 240.000 $960.000

Nurse Practitioner NP Minutes


$ 90.000 30.000 $3,00 Routine 12.000 $36.000 1.200 $30,00
(NP) Time With Patient
Extended 10.000 $30.000 500 $60,00
Complex 8.000 $24.000 320 $75,00
TOTAL 30.000 $90.000

Intern or Resident I/R Minutes


$ 412.500 125.000 $3,30 Routine 40.000 $132.000 4.000 $33,00
(I/R) Time with Patient
Extended 50.000 $165.000 2.500 $66,00
Complex 35.000 $115.500 1.000 $115,50
TOTAL 125.000 $412.500

Registered Nurse (RN) RN Minutes


$ 281.980 245.200 $1,15 Routine 132.000 $151.800 13.200 $11,50
Time with Patient
Extended 80.000 $92.000 8.000 $11,50
Complex 33.200 $38.180 3.320 $11,50
TOTAL 245.200 $281.980

Clerical Time New New Patient


$ 135.300 12.300 $11,00 Routine 7.200 $79.200 7.200 $11,00
Patients Visits
Extended 3.000 $33.000 3.000 $11,00
Complex 2.100 $23.100 2.100 $11,00
TOTAL 12.300 $135.300

Clerical Time Continuing


$ 61.100 12.220 $5,00 Routine 6.000 $30.000 6.000 $5,00
Continuing Patients Patient Visit
Extended 5.000 $25.000 5.000 $5,00
Complex 1.220 $6.100 1.220 $5,00
TOTAL 12.220 $61.100

Billing $ 38.480 Billing Lines 76.960 $0,50 Routine 26.400 $13.200 13.200 $1,00
Extended 24.000 $12.000 8.000 $1,50
Complex 26.560 $13.280 3.320 $4,00
TOTAL 76.960 $38.480

Patient Visit
Facility $ 245.200 (New & 24.520 $10,00 Routine 13.200 $132.000 13.200 $10,00
Continuing)
Extended 8.000 $80.000 8.000 $10,00
Complex 3.320 $33.200 3.320 $10,00
TOTAL 24.520 $245.200

GRAND TOTAL $ 2.224.560 GRAND TOTAL $2.224.560

(Hilton and Platt 2016)


26

Mari kita menghitung cost pada appointment yang diperpanjang untuk


pasien baru:
Tabel 5 Cost Pasien Baru
Nurse Practitioner (NP) Time $60,00
Registered Nurse (RN) Time $11,50
Clerical Time New Patients $11,00
Billing $1,50
Facility $10,00

TOTAL COST $94,00

Mari kita menghitung cost pada appointment yang diperpanjang untuk


pasien lama:
Tabel 6 Cost Pasien Baru

Physician Time $80,00


Registered Nurse (RN) Time $11,50
Clerical Time Continuing
$5,00
Patients
Billing $1,50
Facility $10,00
TOTAL COST $108,00

Dengan perhitungan yang benar mengenai berapa banyak biaya untuk


berbagai jenis janji temu pasien, petugas administrasi klinik jauh lebih baik untuk
membuat keputusan dalam menentukan biaya yang sesuai untuk janji temu,
penggantian pihak ketiga dari perusahaan asuransi, dan menambah atau
menghentikan layanan yang merupakan beberapa jenis keputusan yang dapat
ditingkatkan dengan informasi ABC.
27

3.2. Penerapan sistem Activity Based Costing ( ABC) Pada Perushaaan


Manufaktur

Contoh 1
Dimisalkan perusahaan fashion dan memproduksi dua produk yakni
pakaian dan dalaman. Data biaya produksi disajikan dalam table berikut:

Tabel 7 Tabel Data Biaya Produksi

Deskripsi Pakaian Dalaman Total


(Rp) (Rp) (Rp)
Jumlah yang diproduksi (unit) 5.000 50.000 55.000
Biaya material langsung 30.000.000 300.000.000 330.000.000
Biaya tenaga kerja langsung 9.000.000 69.000.000 78.000.000
Sumber: data olahan (2023)
Estimasi biaya overhead untuk seluruh proses produksi adalah sebesar
Rp180 juta yang kemudian dirinci berdasarkan aktivitas pemicunya sebagaimana
disajikan dalam table berikut:

Tabel 8 Rincian Estimasi Biaya Overhead


Aktivitas Aktivitas Pemicu Biaya (Rp)
Penyiapan mesin Jumlah proses produksi 60.000.000
Penanganan material Jumlah pemindahan material 30.000.000
Listrik Jumlah jam operasi mesin 50.000.000
Pengecekan produk Jumlah jam tenaga kerja 40.000.000
Total 180.000.000
Sumber: data olahan (2023)
Sementara itu, data aktivitas pemicu untuk masing-masing produk disajikan
dalam tabel berikut.
28

Tabel 9 Data Aktivitas Pemicu Overhead

Aktivitas Pemicu Pakaian Dalaman Total


Jumlah proses produksi (kali) 10 5 15
Jumlah pemindahan material (kali) 120 60 180
Jumlah jam operasi mesin (jam) 10.000 90.000 100.000
Jumlah jam tenaga kerja (jam) 5.000 45.000 50.000
Sumber: data olahan (2023)
Untuk menentukan harga produk dengan menggunakan metode ABC
pertama dengan menentukan tingkat konsumsi masing-masing produk atas aktivitas
yang menjadi pemicu biaya (overhead) yang dihitung secara proporsional
sebagaimana ditunjukkan dalam table di bawah:

Tabel 10 Tingkat Konsumsi Aktivitas Pemicu Masing-Masing Produk


Aktivitas Pemicu Pakaian Dalaman Total
Jumlah proses produksi (kali) 10/15 5/15 15/15
Jumlah pemindahan material 120/180 60/180 180/180
(kali)
Jumlah jam operasi mesin (jam) 10.000/100.000 90.000/100.000 100.000/100.000
Jumlah jam tenaga kerja (jam) 5.000/50.000 45.000/50.000 50.000/50.000
Sumber: data olahan (2023)
Setelah menghitung tingkat konsumsi, biaya produk per unit dihitung
dengan menjumlahkan biaya material langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan
biaya overhead dengan basis konsumsi aktivitas masing-masing produk yang
disajikan dalam table berikut:

Tabel 11 Penghitungan Biaya Produk per Unit


Deskripsi Pakaian (Rp) Dalaman (Rp) Total (Rp)
Biaya material langsung 30.000.000 300.000.000 330.000.000
Biaya tenaga kerja langsung 9.000.000 69.000.000 78.000.000
Biaya Overhead :
29

Deskripsi Pakaian (Rp) Dalaman (Rp) Total (Rp)


Penyiapan mesin (Pakaian 40.000.000 20.000.000 60.000.000
10/15; dalaman 5/15 x Rp60
juta)
Penanganan material 20.000.000 10.000.000 30.000.000
(Pakaian 120/180; dalaman
60/180 x Rp30 juta)
Listrik (Pakaian 5.000.000 45.000.000 50.000.000
10.000/100.000; dalaman
90.000/100.000 x Rp50 juta)
Pengecekan produk (Pakaian 4.000.000 36.000.000 40.000.000
5.000/50.000; dalaman
45.000/50.000 x Rp40 juta)
Total Biaya Produksi 108.000.000 480.000.000 588.000.000
Jumlah unit yang diproduksi 5.000 50.000 55.000
(unit)
Biaya produk per unit 21.600 9.600

Sumber: data olahan (2023)


Berdasarkan Tabel 9, dapat diketahui biaya produk per unit masing-masing
adalah sebesar Rp21.600 untuk pakaian dan Rp9.600 untuk dalaman (Asp 2020).
Contoh 2
Pabrik Denver Patio Grill Company memproduksi tiga lini produk,
semuanya gas kelas atas pemanggang barbekyu. Tiga jalur pemanggang gas pabrik
adalah Standar Patio (STD), Deluxe (DEL), dan Ultimate (ULT). Jumlah biaya
overhead dianggarkan adalah $4.896.000, yang kemudian dibagi dengan biaya
tenaga kerja langsung yang dianggarkan pabrik selama 204.000 jam. Patio Grill
Company merupakan perusahaan manufaktur. Karena jam kerja berhubungan erat
dengan volume aktivitas di pabrik, sistem penetapan biaya produk tradisional ini
sering dikatakan demikian sistem penetapan biaya berbasis volume.
30

Berikut merupakan perhitungan biaya produk dengan menggunakan sistem


penetapan biaya produk tradisional / sistem penetapan biaya berbasis volume:

Tabel 12 Penetapan Biaya Dengan Traditional System


TRADITIONAL SYSTEM
Volume-Based Product-
Costing System: Patio
Grill Company
STD DEL ULT
Direct Material $100,00 $120,00 $180,00
Direct Labor
(tdk termasuk waktu penyetelan) $180,00 $220,00 $260,00
Manufacturing Overhead $216,00 $264,00 $312,00
TOTAL COST $496,00 $604,00 $752,00

Kebijakan penetapan harga perusahaan adalah menetapkan harga target


untuk setiap panggangan sama dengan 120 persen dari seluruh biaya produk.
Tabel 13 Actual Selling Price
Target and Actual Selling Prices STD DEL ULT
Production Cost $496,00 $604,00 $752,00
Target Selling Price (cost x 120%) $595,20 $724,80 $902,40
Actual Selling Price $585,00 $705,00 $940,00

Karena persaingan harga dari produsen panggangan lain, Standar


perusahaan (STD) panggangan dijual seharga $585, kira-kira $10 di bawah harga
target mereka $595,20. Terlebih lagi, persaingan Patio Grill Company telah
31

memaksa manajemen untuk menurunkan harga dari Deluxe grill (DEL) menjadi
$705, hampir $20 di bawah target harga $724,80. Bahkan pada harga yang lebih
rendah ini, tim penjualan kesulitan mendapatkan pesanan untuk volume yang
direncanakan produksi panggangan Deluxe. Untungnya, profitabilitas yang
mengecewakan dari model Patio Standard dan Deluxe grills sebagian diimbangi
oleh keuntungan yang lebih besar dari yang diharapkan pada Ultimate Grill (ULT).
Direktur manajemen biaya Patio Grill Company, Hunter Burger, telah
memikirkannya beberapa waktu tentang penyempurnaan dalam sistem penetapan
biaya produk pabrik Denver. Dia bertanya-tanya jika tradisional, sistem berbasis
volume menyediakan manajemen dengan data yang akurat tentang biaya produk.
Burger telah membaca tentang sistem penetapan biaya berdasarkan aktivitas
(ABC), yang mengikuti prosedur dua tahap untuk membebankan biaya overhead ke
produk.
Tahap pertama mengidentifikasi aktivitas signifikan dalam produksi ketiga
produk tersebut dan membebankan biaya overhead biaya untuk setiap aktivitas
sesuai dengan biaya sumber daya organisasi yang digunakan oleh aktivitas. Biaya
overhead yang dibebankan ke setiap aktivitas terdiri dari kumpulan biaya aktivitas.
Setelah membebankan biaya overhead ke kumpulan biaya aktivitas di tahap
satu, penggerak biaya sesuai untuk setiap kumpulan biaya diidentifikasi pada tahap
kedua. Kemudian biaya overhead dialokasikan dari setiap kumpulan biaya aktivitas
ke setiap lini produk sebanding dengan jumlah biaya penggerak yang dikonsumsi
oleh lini produk.
32

Gambar 5 Tahap Pertama Penentuan Biaya


Sumber: (Hilton and Platt 2016)

Tahap pertama, Tim proyek ABC Patio Grill Company mengidentifikasi


delapan kumpulan biaya aktivitas, menjadi empat kategori besar seperti pada
gambar:

Gambar 6 Tahap Kedua Penentuan Biaya


Sumber: (Hilton and Platt 2016)

Tahap kedua yaitu penetapan biaya berbasis aktivitas. Burger dan Alvarez-
Cook mengidentifikasi pemicu biaya untuk setiap kumpulan biaya aktivitas.
33

Act Cost Cost Cost Driver Qty Act Cost for Product Line
Activity Cost Driver Pool Rate Product Line Activity Cost
Pool Driver Qty for Product Line Product Line Production Volume

Machine Related $1.242.000 Machine 230.000 5,40 STD 100.000 $540.000 10.000 $54,00
Hours DEL 96.000 $518.400 8.000 $64,80
ULT 34.000 $183.600 2.000 $91,80
TOTAL 230.000 $1.242.000

Setup $210.000 Production 200 1.050,00 STD 80 $84.000 10.000 $8,40


Runs DEL 80 $84.000 8.000 $10,50
ULT 40 $42.000 2.000 $21,00
TOTAL 200 $210.000

Purchasing $300.000 Purchase Order 600 500,00 STD 200 $100.000 10.000 $10,00
DEL 192 $96.000 8.000 $12,00
ULT 208 $104.000 2.000 $52,00
TOTAL 600 $300.000

Material handling $340.000 Production 200 1.700,00 STD 80 $136.000 10.000 $13,60
Runs DEL 80 $136.000 8.000 $17,00
ULT 40 $68.000 2.000 $34,00
TOTAL 200 $340.000

Quality Assurance $110.000 Inspection 2.200 50,00 STD 800 $40.000 10.000 $4,00
Hours DEL 800 $40.000 8.000 $5,00
ULT 600 $30.000 2.000 $15,00
TOTAL 2.200 $110.000

Packing/ Shipping $264.000 Shipments 2.200 120,00 STD 1.000 $120.000 10.000 $12,00
DEL 800 $96.000 8.000 $12,00
ULT 400 $48.000 2.000 $24,00
TOTAL 2.200 $264.000

Engineering Design $130.000 Engineering 1.300 100,00 STD 500 $50.000 10.000 $5,00
Hours DEL 400 $40.000 8.000 $5,00
ULT 400 $40.000 2.000 $20,00
TOTAL 1.300 $130.000

Facility $2.300.000 Machine 230.000 10,00 STD 100.000 $1.000.000 10.000 $100,00
Hours DEL 96.000 $960.000 8.000 $120,00
ULT 34.000 $340.000 2.000 $170,00
TOTAL 230.000 $2.300.000

GRAND TOTAL $4.896.000 GRAND TOTAL $4.896.000

Gambar 7 Biaya Berbasis Aktivitas


Sumber: (Hilton and Platt 2016)

Setelah memiliki biaya aktivitas per unit produk untuk setiap kumpulan biaya
aktivitas dan setiap tipe produk, maka langkah selanjutnya adalah menghitung total
biaya produk per unit untuk setiap jenis panggangan, dengan menambahkan biaya
bahan langsung dan tenaga kerja langsung untuk masing-masingnya jenis
panggangan.
34

Tabel 14 Biaya Aktivitas Per Unit Produk

STD DEL ULT

DIRECT MATERIAL $100,00 $120,00 $180,00


DIRECT LABOR
(not including set-up time) $180,00 $220,00 $260,00
$280,00 $340,00 $440,00
MANUFACTURING OVERHEAD (ABC)
Machine Related $54,00 $64,80 $91,80
Setup $8,40 $10,50 $21,00
Purchasing $10,00 $12,00 $52,00
Material handling $13,60 $17,00 $34,00
Quality Assurance $4,00 $5,00 $15,00
Packing/ Shipping $12,00 $12,00 $24,00
Engineering Design $5,00 $5,00 $20,00
Facility $100,00 $120,00 $170,00
TOTAL ABC OVERHEAD PER UNIT $207,00 $246,30 $427,80
TOTAL PRODUCT COST PER UNIT $487,00 $586,30 $867,80
Sumber: (Hilton and Platt 2016)
Mari kita bandingkan dengan Penetapan Biaya Tradisional dan ABC
Tabel 15 Perbandingan Biaya Tradisional dan ABC

Reported Unit Overhead Cost STD DEL ULT

Traditional
216,00 264,00 312,00
ABC $207,00 $246,30 $427,80
Reported Unit Product Cost
Traditional $496,00 $604,00 $752,00
ABC $487,00 $586,30 $867,80
Sales Price Data
Traditional $595,20 $724,80 $902,40
ABC $584,40 $703,56 $1.041,36
ACTUAL SELLING PRICE $585,00 $705,00 $940,00
Sumber: (Hilton and Platt 2016)

Pergerakan Patio Grill Company menuju penetapan biaya berbasis aktivitas


adalah tipikal sistem biaya peningkatan yang dilakukan di banyak perusahaan.
Persaingan domestik dan asing ditambahkan memaksa produsen untuk berusaha
untuk pemahaman yang lebih baik tentang struktur biaya mereka. Lebih-lebih lagi,
struktur biaya banyak produsen telah berubah secara signifikan selama masa lalu
35

dasawarsa. Bertahun-tahun yang lalu, pabrikan biasa menghasilkan produk dalam


jumlah yang relatif kecil yang tidak jauh berbeda dalam jumlah dan jenis dukungan
manufaktur yang mereka butuhkan.
Tenaga kerja adalah elemen dominan dalam struktur biaya perusahaan
tersebut. Sekarang, produknya lebih banyak, disesuaikan dengan lebih banyak
segmen pasar, lebih rumit untuk diproduksi,dan bervariasi lebih dalam persyaratan
produksi mereka. Mungkin yang paling penting, tenaga kerja telah menjadi sangat
sebagian kecil dari total biaya produksi, kurang dari lima persen di banyak
perusahaan manufaktur.
Sektor jasa juga telah mengalami perubahan dinamis dalam beberapa tahun
terakhir, banyak perusahaan industri jasa telah menggunakan penetapan biaya
berdasarkan aktivitas. Faktor penting dalam pergerakan menuju sistem ABC terkait
dengan informasi kebutuhan sistem seperti itu. Data yang diperlukan untuk
penetapan biaya berdasarkan aktivitas lebih mudah tersedia daripada di masa lalu.
Meningkatkan otomatisasi, ditambah dengan real-time yang canggih sistem
informasi, menyediakan jenis data yang diperlukan untuk mengimplementasikan
sangat akurat sistem perhitungan biaya produk. Beberapa masalah utama yang
terkait dengan sistem penetapan biaya berdasarkan aktivitas adalah dibahas pada
bagian berikut.
Pemicu biaya adalah karakteristik dari suatu peristiwa atau aktivitas yang
mengakibatkan timbulnya biaya. Dalam sistem penetapan biaya berbasis aktivitas,
penggerak biaya organisasi yang paling signifikan diidentifikasi. Kemudian basis
data dibuat, yang menunjukkan bagaimana pemicu biaya ini didistribusikan di
seluruh produk. Tiga faktor penting dalam memilih pemicu biaya yang tepat, yaitu
sebagai berikut:
1. Derajat korelasi. Konsep sentral dari sistem penetapan biaya berdasarkan
aktivitas adalah membebankan biaya setiap aktivitas ke lini produk
berdasarkan cara masing-masing lini produk menggunakan pemicu biaya
yang diidentifikasi untuk aktivitas tersebut. Idenya adalah untuk
menyimpulkan bagaimana setiap lini produk mengkonsumsi aktivitas
dengan mengamati bagaimana setiap produk baris mengkonsumsi cost
36

driver. Oleh karena itu, keakuratan biaya yang dihasilkan tugas tergantung
pada tingkat korelasi antara konsumsi aktivitas dan konsumsi pemicu biaya.
Misalkan biaya pemeriksaan dipilih sebagai kumpulan biaya aktivitas.
2. Objektif dari sistem ABC adalah membebankan biaya inspeksi ke lini
produk berdasarkan konsumsi mereka atas kegiatan inspeksi. Dua
penggerak biaya potensial datang untuk diingat: jumlah inspeksi dan jam
waktu inspeksi. Jika setiap pemeriksaan membutuhkan jumlah waktu yang
sama untuk semua produk, maka jumlah inspeksi pada lini produk akan
sangat berkorelasi dengan konsumsi aktivitas inspeksi oleh lini produk
tersebut. Di sisi lain, jika inspeksi bervariasi secara signifikan dalam waktu
yang diperlukan, kemudian cukup mencatat jumlah inspeksi tidak akan
cukup menggambarkan konsumsi kegiatan inspeksi. Di dalam kasus, jam
waktu inspeksi akan lebih tinggi berkorelasi dengan yang sebenarnya
konsumsi kegiatan pemeriksaan.
3. Biaya pengukuran. Merancang sistem informasi apa pun memerlukan biaya-
manfaat trade-off. Semakin banyak kumpulan biaya aktivitas yang ada
dalam penetapan biaya berbasis aktivitas sistem, semakin besar akurasi
pembebanan biaya. Namun, lebih banyak kumpulan biaya aktivitas juga
memerlukan lebih banyak penggerak biaya, yang menghasilkan lebih besar
biaya penerapan dan pemeliharaan sistem. Demikian pula, semakin tinggi
korelasi antara cost driver dan aktual konsumsi aktivitas terkait, semakin
besar akurasi biaya tugas. Namun, itu juga mungkin lebih mahal untuk
mengukur lebih tinggi penggerak biaya berkorelasi. Kembali ke contoh
aktivitas inspeksi kita, mungkin jam inspeksi membuat pemicu biaya yang
lebih akurat daripada angkanya inspeksi. Namun, kemungkinan besar jam
pemeriksaan juga akan lebih banyak mahal untuk mengukur dan melacak
dari waktu ke waktu.
4. Efek perilaku. Sistem informasi memiliki potensi tidak hanya untuk
memfasilitasi keputusan tetapi juga untuk mempengaruhi perilaku pembuat
keputusan. Ini bisa menjadi baik atau buruk, tergantung pada efek perilaku.
Dalam mengidentifikasi pemicu biaya, seorang analis ABC harus
37

mempertimbangkan kemungkinan konsekuensi perilaku. Misalnya, dalam


lingkungan produksi just-in-time (JIT), tujuan utamanya adalah untuk
mengurangi persediaan dan kegiatan penanganan material seminimal
mungkin tingkat mungkin. Jumlah pergerakan material mungkin merupakan
ukuran yang paling akurat konsumsi aktivitas penanganan material untuk
pembebanan biaya tujuan. Ini juga mungkin memiliki efek perilaku yang
diinginkan untuk mendorong manajer untuk mengurangi berapa kali
material dipindahkan, sehingga mengurangi penanganan material biaya.
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
1. Activity-Based Costing (ABC) untuk perusahaan jasa:
Activity-Based Costing (ABC) adalah metode perhitungan biaya yang lebih
akurat untuk perusahaan jasa. ABC digunakan untuk mengalokasikan biaya
overhead ke produk atau layanan berdasarkan aktivitas yang dilakukan oleh setiap
departemen. ABC mengidentifikasi aktivitas yang dilakukan dan cost drivers untuk
setiap aktivitas sehingga perusahaan dapat menentukan biaya overhead yang tepat
untuk setiap departemen.
beberapa keuntungan penggunaan ABC bagi perusahaan jasa, antara lain:
a. Memungkinkan perusahaan untuk mengetahui biaya sebenarnya dari setiap
layanan yang diberikan.
b. Membantu perusahaan menentukan harga yang lebih akurat untuk layanan
yang diberikan.
c. Membantu perusahaan mengalokasikan sumber daya dengan lebih efektif.
d. Membantu perusahaan meningkatkan efisiensi operasional secara
keseluruhan.
Dalam bisnis jasa, ABC dapat membantu perusahaan menetapkan harga
yang lebih akurat untuk setiap layanan dan meningkatkan efisiensi operasional
secara keseluruhan. Oleh karena itu, ABC merupakan metode perhitungan biaya
yang sangat berguna dan relevan untuk perusahaan jasa.
2. Activity-Based Costing (ABC) untuk perusahaan manufaktur:
Activity-Based Costing (ABC) adalah metode perhitungan biaya yang lebih
akurat untuk perusahaan manufaktur. ABC dapat membantu perusahaan untuk
menentukan biaya produksi yang lebih tepat untuk setiap produk dengan
mengidentifikasi aktivitas yang dilakukan dan cost drivers untuk setiap aktivitas.
Dengan begitu, perusahaan dapat mengambil keputusan yang lebih tepat terkait
dengan produksi dan penentuan harga jual.

38
39

Dalam ABC, biaya overhead dikelompokkan berdasarkan aktivitas yang


dilakukan oleh setiap departemen, seperti pengadaan bahan baku, produksi,
inspeksi kualitas, dan lain sebagainya. Kemudian, cost drivers seperti jumlah jam
kerja, jumlah bahan baku yang digunakan, jumlah produk yang dihasilkan, dan lain
sebagainya, diidentifikasi untuk setiap aktivitas. Dari sini, perusahaan dapat
menghitung biaya aktivitas dan menentukan rate cost driver untuk menghitung
biaya overhead. Dengan ABC, perusahaan dapat mengetahui biaya produksi yang
tepat untuk setiap produk dan menentukan harga jual yang lebih akurat. Hal ini
dapat membantu perusahaan mengambil keputusan yang lebih tepat terkait dengan
produksi, seperti menentukan produk yang harus diproduksi dan menyesuaikan
harga jual dengan biaya produksi yang tepat.
ABC juga dapat membantu perusahaan mengidentifikasi aktivitas yang
tidak memberikan nilai tambah dan mengurangi biaya produksi secara keseluruhan.
Dengan begitu, perusahaan dapat meningkatkan efisiensi operasional dan
profitabilitas.
Dalam bisnis manufaktur, ABC dapat membantu perusahaan menentukan
biaya produksi yang tepat dan meningkatkan efisiensi operasional secara
keseluruhan. Oleh karena itu, ABC merupakan metode perhitungan biaya yang
sangat berguna dan relevan untuk perusahaan manufaktur.
Secara keseluruhan baik perusahaan jasa maupun manufaktur, ABC juga
memiliki beberapa kelemahan, seperti:
a. Memerlukan waktu dan sumber daya yang cukup untuk mengidentifikasi
aktivitas dan cost drivers.
b. Memerlukan sistem akuntansi yang lebih kompleks dan terkomputerisasi
untuk mengelola data.
c. ABC dapat menghasilkan biaya overhead yang sangat terperinci sehingga
sulit untuk dikelola dan dipahami oleh orang yang tidak memiliki latar
belakang akuntansi yang memadai.
DAFTAR PUSTAKA

Anthony, and Govindarajan. 2007. Management Control Systems: Text, Cases, and
Readings. 5th ed. Boston: 2003.
Aprianto, Tri et al. 2021. “IMPLEMENTATION OF ACTIVITY BASED
COSTING (ABC) METHOD FOR INDUSTRY IN INDONESIA:
LITERATURE REVIEW.” In 3 Rd Mercu Buana Conference on Industrial
Engineering-MBCIE, Jakarta: Mercubuana.
https://www.researchgate.net/publication/355424111_Implementation_of_Ac
tivity_Based_Costing_ABC_Method_for_Industry_in_Indonesia_Literature_
Review/link/616f88e43d9af67ad7403e85/download.
Asp, Riki. 2020. “Contoh Perhitungan ABC.” rikiasp.id.
Conteh, Lesong, and Damisn Walker. 2004. “Cost and Unit Cost Calculations
Using Step-down Accounting.” HEALTH POLICY AND PLANNING 9(2):
127–135.
Garrison, Ray H. 2002. Managerial Accounting: Concepts for Planning, Control,
Decision Making. Texas: Texas Business Publications.
Garrison, Ray H., Eric W. Noreen, Peter C. Brewer, and Nuri Hinduan. 2006.
Akuntansi Manajerial. 11th ed. Jakarta: Salemba Empat.
Hansen and Mowen. 2007. Hansen & Mowen 2007-Managerial Accounting, 8 Ed.
Hilton, Ronald W, and David E Platt. 2016. McGraw-Hill Education Managerial
Accounting: Creating Value in a Dynamic Business Environment, 11Th
Edition.
Koeshardjono, R. Hery, Khusnik Hudzafidah, and Nurul Faizah Marush. 2016.
“Analisis Penerapan Metode Activity Based Costing Methode Untuk
Meningkatkan Akurasi Dalam Menentukan Perhitungan Harga Pokok
Produksi.” JURNAL ECOBUSS 4(2).
Krishnan, Anbalagan. 2006. “An Application of Activity Based Costing in Higher
Learning Institution: A Local Case Study.” Contemporary Management
Research 2(2): 75–90.

40
41

Quesado, Atricia, and Rui Silva. 2021. “Activity-Based Costing (ABC) and Its
Implication for Open Innovation.” J. Open Innov. Technol. 7(1).
https://www.mdpi.com/2199-8531/7/1/41.
Suryanto, Mas Rasmini, and Thealice Lidwina. 2021. “Activity Based Costing:
Accurate Methode Determining Hotel Room Rate.” AdBispreneur : Jurnal
Pemikiran dan Penelitian Administrasi Bisnis dan Kewirausahaan 5(1): 51–
62. http://jurnal.unpad.ac.id/adbispreneur/article/view/26779/13605.

Anda mungkin juga menyukai