Disusun Oleh:
Syifa Qurrotil ‘Aini 119040243
Dinda Nurlaela 119040249
Alva Gustriani 119040254
Segala puji bagi Allah SWT, Shalawat serta Salam selalu tercurahkan kepada
Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan Rahmatnya kami sebagai penyusun mampu
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Seminar Akuntansi
Manajemen.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis
hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak
lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala
yang penulis hadapi teratasi.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “Activity
Based Costing (ABC) dan Activity Based Management (ABM)", yang kami sajikan dari
berbagai sumber informasi dan referensi. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan
berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari
luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya
makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas bagi para
pembacanya. Kami selaku penyusun sadar bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu kepada Bapak Dosen Seminar Akuntansi
Manajemen, kami meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah kami
dimasa yang akan datang, dan kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
LANDASAN TEORI
1
Analisis biaya ini dapat menyoroti bagaimana mahalnya proses manufacturing,
hal ini pada gilirannya dapat memacu aktivitas untuk mengorganisasi proses,
memperbaiki mutu, dan mengurangi biaya.
b) Pihak manajemen akan berada dalam suatu posisi untuk melakukan penawaran
kompetitif yang lebih wajar.
c) Sistem biaya ABC dapat membantu dalam pengambilan keputusan
(management decision making) membuat – membeli yang manajemen harus
lakukan, disamping itu dengan penentuan biaya yang lebih akurat maka
keputusan yang akan diambil oleh pihak manajemen akan lebih baik dan tepat.
Hal ini didasarkan bahwa dengan akurasi perhitungan biaya produk yang
menjadi sangat penting dalam iklim kompetisi dewasa ini.
d) Mendukung perbaikan yang berkesinambungan (continous improvement),
melalui analisis aktivitas, sistem ABC memungkinkan tindakan eleminasi atau
perbaikan terhadap aktivitas yang tidak bernilai tambah atau kurang efisien.
Hal ini berkaitan erat dengan masalah produktivitas perusahaan.
e) Memudahkan penentuan biaya–biaya yang kurang relevan (cost reduction),
pada sistem tradisional, banyak biaya–biaya yang kurang relevan yang
tersembunyi. Sistem ABC yang transparan menyebabkan sumber–sumber
biaya tersebut dapat diketahui dan dieliminasi. Dengan analisis biaya yang
diperbaiki, pihak manajemen dapat melakukan analisis yang lebih akurat
mengenai volume produksi yang diperlukan untuk mencapai impas
(breakevent) atas produk yang bervolume rendah.
Menurut buku Activity Based Cost System dijelaskan manfaat pemakaian
Activity Based Cost System. Apabila suatu perusahaan memakai ABC dalam
pelaksanaan kegiatan operasionalnya dengan baik dan maksimal, maka akan
diperoleh manfaat karena ABC system menjanjikan hal-hal sebagai berikut :
a) Menyediakan informasi yang lebih menyeluruh tentang aktivitas yang
digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan produk dan jasa bagi
b) customer.
c) Menyediakan fasilitas untuk menyusun dengan cepat anggaran berbasis
aktivitas.
d) Menyediakan informasi biaya untuk memantau rencana pengurangan biaya.
2
e) Menyediakan secara akurat kos produk dan jasa yang dihasilkan perusahaan.
KARAKTERISTIK
Dalam lingkungan bisnis yang kompetitif, Activity Based Cost system merupakan
suatu sistem informasi yang memungkinkan perusahaan mampu bersaing di pasar
global yang sangat kompetitif. Oleh karena itu Activity Based Cost system yang
didesain dalam era teknologi informasi, memiliki karakteristik sebagai berikut:
a) Data biaya dan operasi dicatat dalam akun multidimesi. Ada empat dimensi
yang dicakup dalam catatan yaitu: pusat pertanggung-jawaban, aktivitas, jenis
biaya, dan produk/jasa.
b) Data biaya dan data operasi disediakan dalam database yang dapat diakses oleh
karyawan dan manajer.
c) Informasi yang dihasilkan tidak terbatas pada informasi keuangan, namun
mencakup informasi operasi.
d) Informasi biaya yang dihasilkan bersifat multidimensi.
3
Product-Level Activities adalah aktivitasaktivitas yang berkaitan dengan
produk tertentu yang diproduksi oleh perusahaan. Aktivitas-aktivitas ini
mendukung produksi dan penjualan masing-masing produk. Semakin banyak
produk dan lini Perhitungan Biaya Produk Berdasarkan produk, semakin tinggi
biaya aktivitasaktivitas tingkat produk. Aktivitasaktivitas ini berkaitan dengan
suatu produk tetapi tidak dengan produk lainnya. Contohnya, melakukan
inspeksi mutu merupakan aktivitas tingkat produk karena beberapa produk
membutuhkan inspeksi, sedangkan produk lainnya tidak membutuhkannya.
d. Facility-Level Activities(aktivitas-aktivitas tingkat fasilitas )
Facility-Level Activities merupakan aktivitas-aktivitas yang biasanya digabung
kedalam sebuah pusat aktivitas tunggal karena aktivitas-aktivitas ini berkaitan
dengan keseluruhan produksi dan tidak dengan gugus spesifik tertentu atau
produk tertentu yang diproduksi. Biaya tingkat fasilitas meliputi unsure-unsur
seperti manajemen pabrik, asuransi, pajak bumi dan bangunan, dan fasilitas
rekreasional karyawan. Aktivitas-aktivitas ini bersama ataupun gabungan bagi
banyak produk yang berlainan, dan biaya-biaya semestinya dianggap biaya
bersama bagi semua produk yang dibuat dalam fasilitas yang dipakai. Pada saat
sebuah perusahaan memakai penentuan biaya dasar aktivitas, pemicu biaya
merupakan dasar untuk pembebanan biaya. Pemicu biaya (cost driver) adalah
setiap aktivitas yang menyebabkan suatu biaya dikeluarkan. Ada hal yang perlu
dipertimbangkan saat memilih pemicu biaya yaitu kemudahan pencarian data
yang berkaitan dengan pemicu biaya.
4
Yaitu terdapat beberapa perusahaan yang menghasilkan produk yang sama atau
sejenis.Dalam persaingan antar perusahaan yang sejenis tersebut maka
perusahaan akan semakin meningkatkan persaingan untuk memperbesar
pasarnya. Semakin besar tingkat persaingan maka semakin penting peran
informasi tentangharga pokok dalam mendukung pengambilan keputusan
manajemen.
c) Biaya pengukuran yang rendah
Yaitu bahwa biaya yang digunakan system ABC untuk menghasilkan informasi
biaya yang akurat harus lebih rendah dibandingkan dengan manfaat yang
diperoleh.
Ada dua hal mendasar yang harus dipenuhi sebelum kemungkinan penerapan
metode ABC, yaitu (Supriyono, 2002:247) :
Biaya berdasarkan non unit harus merupakan prosentase yang signifikan dari
biaya overhead. Jika hanya terdapat biaya overhead yang dipengaruhi hanya
oleh volume produksi dari keseluruhan overhead pabrik maka jika digunakan
akuntansi biaya tradisionalpun informasi biaya yang dihasilkan masih akurat
sehingga penggunaan sisitem ABC kehilangan relevansinya. Artinya Activity
Based Costing akan lebih baik diterapkan pada perusahaan yang biaya
overheadnya tidak hanya dipengaruhi oleh volume produksi saja.
Rasio konsumsi antara aktivitas berdasarkan unit dan berdasarkan non unit
harus berbeda. Jika rasio konsumsi antar aktivitas sama, itu artinya semua
biaya overhead yang terjadi bisa diterangkan dengan satu pemicu biaya. Pada
kondisi ini penggunaan system ABC justru tidak tepat karena sistem ABC
hanya dibebankan ke produk dengan menggunakan pemicu biaya baik unit
maupun non unit (memakai banyak cost driver).Apabila berbagai produk rasio
konsumsinya sama,maka sistem akuntansi biaya tradisional atau sistem ABC
membebankan biaya overhead dalam jumlah yang sama. Jadi perusahaan yang
produksinya homogen (diversifikasi paling rendah)mungkin masih dapat
mengunakan sistem tradisional tanpa ada masalah.
5
1.2. ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM)
1.2.1. Pengertian Activity Based Management (ABM)
Activity Based Management (ABM) atau manajemen berdasarkan aktivitas
adalah pendekatan yang luas dan terpadu yang memfokuskan perhatian
manajemen pada aktivitas dengan tujuan perbaikan nilai pelanggan dan laba yang
dicapai dengan menyediakan nilai ini (Hansen dan Mowen, 2004 : 487). Menurut
Mulyadi (2001; 614), manajemen berbasis aktivitas adalah pendekatan
pengelolaan terpadu dan bersistem terhadap aktivitas dengan tujuan untuk
meningkatkan customer value dan laba yang dicapai dari penyediaan value
tersebut. Manajemen berdasarkan aktivitas meliputi analisis perhitungan biaya
produk berdasarkan aktivitas memberikan informasi mengenai biaya sumber daya,
aktivitas, produk, dan pelanggan. Penentuan biaya sumber daya yang tepat dan
akurat dapat ditelusuri ke aktivitas-aktivitas kemudian biaya aktivitas tersebut
dibebankan ke produk dan pelanggan. Bangun (2006:248), ABM adalah
pendekatan pengelolaan terpadu dan bersistem terhadap aktivitas dengan tujuan
untuk meningkatkan costomer value dan laba yang dicapai dari penyediaan value
tersebut. Sedangkan menurut Supriyono (1999; 354), manajemen berbasis
aktivitas (MBA) adalah suatu disiplin (sistem yang luas dan pendekatan yang
terintegrasi) yang memusatkan perhatian manajemen pada aktivitas – aktivitas
dengan tujuan untuk meningkatkan nilai yang diterima oleh konsumen dan laba
yang diperoleh dari penyediaan nilai tersebut. Dari definisi – definisi di atas, dapat
diketahui bahwa ABM merupakan manajemen berbasis aktivitas yang berfokus
pada kepengelolaan secara terpadu dan bersistem pada aktivitas yang bertujuan
untuk peningkatan dan perbaikan nilai customer dan laba.
Di dalam manajemen tradisional, proses produksi dan penyerahan jasa
dipecah ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil karena diyakini jika pengerjaan
bagian-bagian yang lebih kecil dilaksanakan secara berkualitas dan efisien, maka
proses produksi dan penyerahan jasa secara keseluruhan akan berkualitas dan
efisien. Di dalam era yang di dalamnya konsumen memegang kendali, pembagian
proses produksi dan penyerahan jasa ke bagian – bagian kecil menyebabkan
rendahnya perhatian manajemen pada proses produksi secara keseluruhan, yang
bertujuan untuk mendapatkan kepuasan konsumen. Oleh karena itu, ABM
6
berusaha memadukan kembali proses produksi dan penyerahan jasa dengan fokus
pengelolaan secara terpadu dan berbasis sistem. ABM bertujuan untuk
meningkatkan customer value secara berkelanjutan dan penghilangan
pemborosan. Dengan hilangnya pemborosan, biaya dapat berkurang, sehingga
laba akan meningkat. Pemborosan diakibatkan oleh adanya aktivitas bukan
penambah nilai dan aktivitas penambah nilai yang tidak dilaksanakan secara
efisien. Dengan demikian, fokus ABM adalah penyebab terjadinya biaya itu
sendiri, yaitu dengan menghilangkan aktivitas bukan penambah nilai dan
memperbaiki aktivitas penambah nilai yang akibatnya adalah menurunkan biaya
dan meningkatkan laba.
7
3) Membebankan biaya pada objek-objek biaya misalnya berbagai produk atau
konsumen yang mengkonsumsi aktivitas-aktivitas.
b) Dimensi Proses
Dimensi proses atau analisis nilai proses adalah dimensi ABM yang
mengendalikan aktivitas-aktivitas dengan cara :
1) Menganalisis driver-driver biaya. Analisis driver biaya adalah
mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan biaya atau menjelaskan
mengapa biaya aktivitas terjadi (analisis driver aktivitas).
2) Mengidentifikasikan aktivitas. Mengidentifikasikan aktivitas adalah menilai
aktivitas-aktivitas apa yang dilaksanakan.
3) Menganalisis kinerja. Menganalisis kinerja adalah mengevaluasi aktivitas-
aktivitas yang dilaksanakan untuk menilai seberapa baik kinerja.
8
f) Menjamin bahwa pembuatan keputusan, perencanaan, dan pengendalian
didasarkan pada isu-isu bisnis yang luar dan tidak semata berdasarkan pada
informasi keuangan.
g) Menilai penciptaan rangkaian nilai tambah untuk memenuhi kebutuhan dan
kepuasaan konsumen.
9
BAB II
IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING DAN ACTIVITY
BASED MANAGEMENT
10
Set-up Peralatan 1,000 Jam setup 4 $250 per jam setup
Memindahkan barang 1,000 Jumlah pemindahan 10 $100 per pemindahan
Permesinan 1,500 Jam Mesin 50 $30 per jam mesin
Perakitan 500 Jam Kerja Langsung 100 $5 per perakitan
11
Perbandingan biaya produk berdasarkan fungsional dan berdasarkan
aktivitas, tarif pabrik berdasakan jam tenaga kerja langsung dihitung sebagai
berikut.
Total Biaya Overhead
Tarif Overhead=
Total Jam Kerja Langsung
$ 4.000
¿ =$ 40 Per jamtenaga kerja langsun g
100
Biaya produksi untuk setiap produk dengan menggunakan tarif overhead
tunggal tersebut dihitung sebagai berikut:
Deluxe Reguler
Biaya utama $800 $8,000
Biaya Overhead
$40 x 20 $800
$40 x 80 $3,200
Total Biaya $1,600 $11,200
Jumlah yang diproduksi 10 100
Biaya per unit $160 $112
12
Ikan Kayu 859.188 Rp 29.927.446.064 Rp 2.699.515.000
Hana
2.918 Rp 221.909.364 Rp 4.220.910
Katsuo
Fish Meal 1.525.178 Rp 0 Rp 110.096.161
Jumlah 2.387.284 Rp 30.149.355.428 Rp 2.813.832.071
Adapun rincian dari biaya overhead pabrik dan daftar Cost Driver yang
dikeluarkan oleh PT Celebes Mina Pratama selama tahun 2010 adalah sebagai
berikut:
Tabel 2. Biaya Overhead Pabrik Pt. Celebes Mina Pratama
No. Keterangan Jumlah
1 Biaya bahan pembantu Rp 2.903.772.978
2 Biaya Energi Rp 275.898.380
3 Biaya Tenaga Kerja Tak Langsung Rp 521.115.186
4 Biaya Pemeliharaan Bangunan Rp 31.579.655
5 Biaya Bengkel/Reparasi dan Pemeliharaan Mesin Rp 37.125.500
6 Biaya Penyusutan Bangunan Rp 125.809.029
7 Biaya Penyusutan Mesin Rp 480.197.230
8 Biaya Asuransi Bangunan Rp 8.597.717
9 Biaya Pemasaram Rp 137.971.270
10 Biaya PPB pabrik (Bangunan) Rp 7.232.200
11 Biaya PPh BBM Rp 4.620.750
12 Biaya Sanksi Administrasi Rp 51.569.815
13 Biaya PPh Pasal 23 Rp 258.000
14 Biaya Ekspedisi/Eksport/Administrasi Rp 1.980.506.075
15 Biaya Perlengkapan/Peralatan Produksi Rp 259.885.259
Total BOP Rp 6.826.139.044
13
2 Jumlah Kwh 593.556 160 47.908 641.624 Kwh
3 Jumlah Inspeksi 88.689 144 7.167 96.000 Jam
4 Luas Area 7.360 130 610 8.100 m2
Tabel 4. Pool rate aktivitas level unit pada PT Celebes Mina Pratama
Cost Pool Elemen BOP Jumlah (Rp)
Cost Pool 1 Biaya Bahan Pembantu 2.908.393.728
Biaya Penyusutan Mesin 1.764.984.292
Jumlah Biaya 4.673.378.020
Jumlah unit produksi 2.387.284
Pool Rate 1 Rp. 1.957,61293
14
Jumlah unit 2.387.284
Pool Rate 4 Rp. 919,429301
15
Salah satu solusi yang dapat meningkatkan efisiensi biaya produksi yaitu
dengan menerapkan ABM (Activity Based Management). ABM atau Activity Based
Management adalah perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian
activity untuk mencapai sasaran kerja dan tujuan organisasi melalui proses
perbaikan terus menerus yang bertujuan untuk meningkatkan nilai yang diterima
pelanggan dan memberikan laba melalui peningkatan nilai tersebut.
Penerapan ABM atau Activity Based Management menekankan pada
pengendalian yang berupa analisis aktivitas. Analisis yang dimaksud adalah untuk
mengetahui aktivitas yang dapat memberi kontribusi bagi perusahaan atau yang
memberi nilai tambah dan aktivitas yang tidak memberi kontribusi bagi perusahaan
atau disebut aktivitas yang tidak memberi nilai tambah.
Efek dari peningkatan nilai produk yang diterima perusahaan melalui
analisis aktivitas adalah meningkatkan profit perusahaan. ABM dapat diterapkan
pada perusahaan manufaktur maupun perusahaan jasa. Melalui analisis aktivitas
dapat menentukan kebijakan-kebijakan yang akan diambil dalam mencapai tujuan
sebuah perusahaan untuk mencapai hasil yang maksimal.
Klasifikasi biaya bernilai tambah dan biaya tidak bernilai tambah digunakan
beberapa perusahaan dengan agresif untuk menentukan menentukan jalan
keluar untuk menjadi lebih kompetitif dalam biaya (cost effective). Klarifikasi
tersebut berfokus pada apakah suatu biaya dapat dieliminir tanpa pelanggan
melihatnya sebagai suatu keadaan yang memburuk dalam performa, fungsi dan
kualitas.
Tabel 5.1 Identifikasi Aktivitas
Bagian Aktivitas
Pemilihan bahan baku Memilih bahan baku yang bagus
Mengeringkan kayu yang masih basah dengan oven
Pengeringan sampai kering dan siap diolah jadi produk turning dan
handrill
Double Prener Penghalusan 2 sisi kayu bagian atas bawah
Penghalusan 2 sisi kayu bagian samping
Singerip
kanan kiri
16
jadi produk turning dan handrill
Pemotongan kayu sesuai kebutuhan produk turning dan
Pemotongan
handrill yang diperlukan
Membentuk kayu dengan mesin sampai menjadi produk
Mesin Bubut
turning dan handrill
Melubangi produk turning untuk tempat batu yang
Pengeboran
digunakan untuk merakit turning dan handrill
Sending Mesin Menghaluskan produk turning dan handrill
Menghaluskan produk turning dan handrill secara
Sending manual
manual dengan tangan
Pendempulan produk turning dan handrill yang cacat
Pendempulan
yang disebabkan kayu berlubang
Pengecatan produk turning dan handrill sesuai dengan
Pengecatan
kelas atau kualitas produk
Pengemasan produk turning dan handrill, produk turning
Pengemasan
berisi 528 pcs dan produk handrill berisi 112 pcs
Pengangkutan ke Pengangkutan produk turning dan handrill ke Gudang
gudang untuk disimpan sebelum dipasarkan
Setelah mengetahui aktivitas yang terjadi dalam proses produksi maka perlu
dilakukan Analisis aktivitas dengan tujuan untuk mendapatkan tiga hal penting
berikut :
1. Aktivitas yang dilakukan perusahaan.
2. Sumber daya yang dilakukan perusahaan.
3. Penentuan nilai aktivitas bagi organisasi.
Tahap pertama dalam menganalisis data adalah menentukan pemicu biaya dari
masing- masing aktivitas produksi yang terjadi pada perusahaan.
Tabel 5.2. Penentuan Cost driver dan timbulnya biaya aktivitas
Biaya Pemicu biaya
Listrik PLN Jumlah MWh listrik yang digunakan
Buruh Langsung Hari Kerja
Dempul Banyaknya kilo yang digunakan
17
Lem Banyaknya dus yang digunakan
Amplas Banyaknya roll yang digunakan
Cat Banyaknya kilo yang digunakan
Pernis Banyaknya kaleng yang digunakan
Tali Banyaknya roll yang digunakan
Plastik Banyaknya roll yang digunakan
Bahan Bakar Banyaknya liter yang digunakan
18
Rp 8.460.000,00
Tenagan Kerja Langsung
Rp 93.600.000,00
Amplas
Rp 2.760.000,00
Rp 18.000.000,00
Listrik PLN Cat
Rp 22.440.000,00
Pengecatan Pernis
Rp 15.600.000,00
Tenaga Kerja Langsung
Rp 78.000.000,00
Tali Rp 10.800.000,00
Pengemasan
Tenaga Kerja Langsung Rp 62.400.000,00
Pengangkutan ke Bahan bakar forklift Rp 4.032.000,00
Gudang Tenaga Kerja Langsung Rp 7.800.000,00
Tahap ketiga yaitu mengklarifikasi aktivitas yang bernilai tambah dan aktivitas
yang tidak bernilai tambah yang bertujuan untuk mempermudah tahapan
selanjutnya yaitu pegeliminasian aktivitas yang tidak bernilai tambah. Tabel berikut
menunjukkan pengklarifikasian aktivitas bernilai tambah dan aktivitas tidak
bernilai tambah.
Tabel 5.4. Pengklarifikasian Aktivitas bernilai tambah dan aktivitas tidak bernilai
tambah
Aktivitas Bernilai Aktivitas Tidak Bernilai
Aktivitas
Tambah Tambah
Pemilihan bahan baku √
Pengeringan √
Double prener √
Singerip √
Holding √
Pemotongan √
Pembubutan √
Pengeboran √
Sending mesin √
Sending Manual √
Pendempulan √
19
Pengecatan √
Pengemasan √
Pengangkutan ke Gudang √
20
Aktivitas ini merupakan aktivitas bernilai tambah karena untuk menghaluskan
atau memotong serat kayu, meratakan permukaan kayu sehingga menjadi lebih
berkualitas
9. Sending manual
Aktivitas ini merupakan aktivitas tidak bernilai tambah karena proses ini
merupakan pengulangan darii proses sebelumnya sending mesin jadi sending
manual ini bisa dieliminasi
10. Pendempulan
Aktivitas ini merupakan aktivitas bernilai tambah karena untuk memperbaiki
produk yang berlubang sehingga produk tetap bisa dipasarkan
11. Pengecatan
Aktivitas ini merupakan aktivitas bernilai tambah karena merupakan aktivitas
terakhir sebelum barang siap dipasarkan, selain untuk memberikan warna pada
kayu agar terlihat indah, bahan kimia yang terkandung dalam cat juga bisa
melindungi produk dari kayu
12. Pengemasan
Aktivitas ini merupakan aktivitas bernilai tambah karena untuk
mengelompokkan berdarakan kualitas produk dan untuk menjaga produk agar
tidak rusak dan mempermudah penyimpanan, pengangkutan dan pemasaran
produk
13. Pengangkutan ke Gudang
Aktivitas ini merupakan aktivitas bernilai tambah karena untuk menyimpan
dan mengamankan barang sebelum barang itu dijual
Setelah mengetahui hasil aktivitas yang terjadi dalam proses produksi yang
dilakukan CV. Gavra Perkasa yang menerapkan Activity Based Management, kita
dapat mengetahui sejauh mana penghematan yang bisa dilakukan perusahaan
apabila menjalankan Activity Based Management. Dengan mengeliminasi beberapa
aktivitas yang tidak bernilao tambah, maka diperoleh penghematan sebesar Rp
99.600.000,00
21
Tabel 5.5. Perbandingan biaya aktivitas sebelum dan sesudah menghilangkan
tidak bernilai tambah
Biaya Aktivitas
Sebelum menghilangkan biaya tidak Sesudah menghilangkan biaya tidak
bernilai tambah bernilai tambah
Listrik PLN Rp 402.924.000,00 Listrik PLN Rp 381.324.000,00
TKL Rp 819.000.000,00 TKL Rp 741.000.000,00
Dempul Rp 3.780.000,00 Dempul Rp 3.780.000,00
Lem Rp 8.460.000,00 Lem Rp 8.460.000,00
Amplas Rp 2.760.000,00 Amplas Rp 2.760.000,00
Cat Rp 22.440.000,00 Cat Rp 22.440.000,00
Pernis Rp 15.600.000,00 Pernis Rp 15.600.000,00
Tali Rp 10.800.000,00 Tali Rp 10.800.000,00
Bahan bakar Rp 4.392.000,00 Bahan Bakar Rp 4.392.000,00
Jumlah biaya Rp 1.290.156.000,00 Jumlah biaya Rp 1.190.556.000,00
Penghematan Rp 99.600.000,00
22
DAFTAR PUSTAKA
Fauzi, Khazin Agus. dkk. (2020). Activity Based Costing: Metode Dalam Perhitungan
Harga Pokok Produksi. Vol 14 (8), 3005-3014.
Ismayeni, Luthfi. dkk. (2020). Analisis Penerapan Activity Based Costing Dalam
Penentuan Harga Pokok Produk Pada UD. Bersama. Jurnal Pendidikan Tambusai,
Vol 4 (1), 598-607.
Mandasari, LK. (2016). Bab II Activity Based Management.
http://e-journal.uajy.ac.id/10298/3/2EA20015.pdf.
Marlena. (2015). Perhitungan Biaya Produk Berdasarkan Activity Based Costing Untuk
Menentukan Biaya Produksi Per Unit Pada CV Sari Agung Tulungagung. Jurnal
Benefit, Vol 2 (1), 69-84.
Mowen, Maryanne M dkk. (2017). Dasar-Dasar Akuntansi Manajerial. Edisi 5. Jakarta
Selatan: Salemba Empat.
Pratama Bayu. (2022). Perbandingan Perhitungan Harga Pokok Produksi Dengan
Metode Konvensial dan Activity Based Costing (ABC) Pada Perusahaan Pabrik
Roti. Journal of Innovetion Research and Knowledge, Vol 2 (2), 571-578.
Rahmasani, Hani. & Dahtiah, Neneng. (2022). Analisis Penerapan Target Costing dan
Activity Based Costing Sebagai Alternatif Pengendalian Harga Pokok Produksi.
Jurnal Riset Akuntansi Keuangan, 10(2), 31-42.
Rahmaji, Danang. (2013). Penerapan Activity Based Costing System untuk Menentukan
Harga Pokok Produksi PT. Celebes Mina Pratama. Jurnal EMBA, 1(3).
Sugawa, Sri Indriani. dkk. (2018). Analisis Perbandingan Harga Pokok Produksi
Dengan Metode Full Costing dan Metode Activity Based Costing Dalam
Menetapkan Harga Jual Ruko Pada PT. Megasurya Nusalestari. Jurnal Riset
Akuntansi Going Concern, Vol 13 (4), 164-174.
Zakaria, Ahmad Syaru. (2018). Analisis Penggunaan Activity Based Management untuk
Meningkatkan Efisiensi Biaya Produksi pada Perusahaan CV. Gavra Perkasa
Panceng Gresik. Jurnal Ekonomi.