Disusun oleh:
Dasar-dasar BEP di atas akan membantu kamu dalam mengimplementasikan rumus dan
cara menghitung BEP. Dasar-dasar ini adalah aturan tetap untuk menghitung BEP yang
benar dan akurat. Bila kamu abai, tentunya akan terdapat kesalahan dalam menghitung
nilai BEP.
BAB II
IMPLEMENTASI
1. IMPLEMENTASI BREAK EVEN POINT (BEP)
Kegiatan PT. Kharisma Sentosa Manado adalah memasarkan mobil dengan merek
Daihatsu. Produk yang akan diambil sampelnya adalah produk yang memiliki nilai penjualan
rata-rata terbesar, yaitu Xenia Sporty 1.3 (MT) karena produk ini memiliki kontribusi terbesar
dalam perubahan laba yang diperoleh perusahaan.
Tabel 1 menunjukan total penjualan mobil Xenia Sporty 1.3 (MT) pada PT. Kharisma
Sentosa Manado tahun 2013 Rp. 11.268.280.000, tahun 2014 sebesar Rp. 12.822.600.000 dan
tahun 2015 sebesar Rp. 15.181.200.000.
Biaya diklasifikasikan menjadi biaya variabel dan biaya tetap. Perusahaan tidak
mengklasifikasi biaya untuk biaya semivariabel. Biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan
dapat diklasifikasikan berdasarkan pola perilaku biaya.
Laba adalah hasil yang diperoleh dari kegiatan operasi perusahaan pada periode tertentu
di bidang usaha.
Rumus perhitungan Laba bersih = Total penghasilan satu tahun – biaya operasi
Tabel 3 menunjukkan Laba bersih PT. Kharisma Sentosa Manado tahun 2013 adalah
sebesar Rp. 3.626.525.500, tahun 2014 meningkat menjadi Rp. 4.175.743.872 dan tahun 2015
sebesar Rp. 5.531.148.500.
Perhitungan Break Even Point atas dasar Rupiah (Nilai Uang) dan atas dasar per unit
mobil Xenia Sporty 1.3 (MT) pada PT Kharisma Sentosa Manado sebagai berikut:
Rumus:
BEP Per Penjualan (nilai uang) = Fixed Cost / [1 - (Total Variable Cost/Harga Total)]
BEP Per Unit = Fixed Cost / (Harga Per Unit - Variable Cost/Unit)
Tahun 2013
= 7.100.854.500 / 0,95
= 7.474.583.684
Break even point (unit) = 7.100.854.500 / (165.710.000 – 540.900.000/68)
= 7.100.854.500 / 157.755.588,235
= 45,0117462 = 45 unit
Tahun 2014
= 8.105.936.128 / 0,95
= 8.532.564.345
= 8.105.936.128 / 172.981.408,541
= 46,86015798 = 47 unit
Tahun 2015
= 9.109.111.500 / 0,96
= 9.488.657.812
= 9.109.111.500 / 203.336.944,444
Dari hasil perhitungan Break even point diketahui bahwa untuk mencapai titik impas
dalam penjualan mobil Xenia Sporty 1.3 (MT) pada PT. Kharisma Sentosa Manado tahun 2013
harus mampu menjual hasil produksinya sama dengan Rp. 7.474.583.684 atau sebanyak 45 unit.
Tahun 2014 PT. Kharisma Sentosa Manado harus mampu menjual mobil Xenia Sporty 1.3 (MT)
sama dengan Rp. 8.532.564.345 atau dengan jumlah 47 unit atau lebih dari penjualan tersebut.
Dan tahun 2015 PT. Kharisma Sentosa Manado harus mampu menjual mobil Xenia Sporty 1.3
(MT) sama dengan Rp. 9.488.657.812 atau sejumlah 45 unit atau lebih dari penjualan tersebut.
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa pada tahun 2013 sampai 2015 perusahaan telah
mampu mengoptimalkan kinerjanya dan mampu memperoleh penjualan dalam titik impas
bahkan perusahaan telah mampu memperoleh laba yang merupakan tujuan utama dari setiap
perusahaan.
Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Lukito, dkk (2014) dengan tujuan
untuk mengetahui Penentuan Job Grading di PT X. PT X merupakan salah satu
produsen sekering terbesar di dunia. PT X memproduksi berbagai macam pelindungan
alat kelistrikan mulai dari mobil, kapal, hingga pesawat luar angkasa. Departemen
HRD, PT X ingin meningkatkan kinerja karyawannya. Beberapa cara untuk
meningkatkan kinerja adalah dengan memperhatikan key performance indicator
(KPI), competency (kompetensi), dan insentive (dorongan). KPI merupakan indikator
yang memberikan informasi sejauh mana keberhasilan perwujudan target kerja yang
telah ditetapkan. Kompetensi merupakan kemampuan yang dimiliki untuk
menyelesaikan tugas. Dorongan merupakan penghargaan yang diberikan ke karyawan
dalam bentuk uang sebagai apresiasi atas kinerja dengan standar yang telah
ditentukan.
Penentuan faktor, sub faktor, dan level yang akan mempengaruhi besarnya gaji
yang akan ditentukan. Menurut Poels, faktor yang mempengaruhi sistem penggajian
adalah know-how, area of responsibility, problem solving, dan working condition.
Faktor tersebut akan didefinisikan oleh masing-masing perusahaan. Tahap berikutnya
adalah menentukan sub faktor yang akan dipakai oleh perusahaan. Penentuan sub
faktor dan level dilakukan oleh peneliti dan pihak internal HRD dan disesuaikan
dengan job description yang ada di PT X. Faktor, sub faktor, dan level dalam PT X
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Faktor, sub faktor, dan level
Pemberian bobot dan total nilai poin akan disesuaikan dengan kondisi
perusahaan. Tahap pemberian bobot dilakukan peneliti dan internal HRD
kemudian manajer HRD yang menyebarkan ke semua manajer. Persentase tiap
faktor dan sub faktor dapat dilihat pada Tabel 2.
Awal dari tahap ini adalah menentukan persentase dari tiap faktor,
kemudian menentukan pula total nilai poin yang akan dipakai. Total nilai poin
yang diinginkan PT X adalah 1000, sehingga nilai 1000 akan dikalikan dengan
persentase yang telah disepakati bersama. Setelah mengetahui nilai pada masing-
masing sub faktor langkah selanjutnya adalah membagi nilai tersebut untuk tiap
level yang terdapat pada tiap sub faktor. Contohnya jika di sub faktor pendidikan
memiliki 4 level dan memiliki total nilai
poin 60, maka nilai level SMA adalah 15, nilai D3 adalah 30, nilai S1 adalah 45,
dan nilai S2 adalah 60. Hal ini berlaku untuk menentukan semua nilai level.
Awalnya jumlah grade yang akan digunakan berjumlah 3, akan tetapi hal
itu tidak akan sesuai dengan keadaan di PT X karena hanya akan terdapat 3
macam gaji. Oleh karena itu, akan dilakukan oleh cara kedua, yaitu trial and
error. Cara kedua yang digunakan adalah dengan mencoba pembagian dari 4
grade sampai 9 grade. Hal ini disebabkan karena PT X mempunyai sistem mutasi
karyawan dan PT X tidak ingin mengubah grade jika pekerjaan dianggap sama
berat dari sebelumnya. Cara kedua ini menghasilkan 8 grade yang sesuai dengan
keadaan di PT X, karena memiliki posisi tidak sesuai yang paling sedikit, yaitu 2
posisi.
Terdapat 2 posisi dari 72 posisi yang tidak sesuai dengan grade yang telah
dibuat, yaitu Departemen Engineering dan Departemen Sales and Marketing.
Posisi yang tidak sesuai di Departemen Engineering adalah Head of Engineering
dan di Departemen Sales and Marketing adalah Head of Sales and Marketing.
Posisi Head of Engineering tidak sesuai karena jabatan tersebut memiliki
tanggung jawab inovasi yang tinggi dibanding dengan posisi head di departemen
lainnya. Posisi Head of Sales and Marketing memiliki pengaruh pengambilan
keputusan yang tinggi dibanding dengan head di departemen lainnya. Tindak
lanjut dari 2 posisi yang tidak sesuai adalah mengganti nama jabatan dari Head of
Engineering menjadi Manager of Engineering dan Head of Sales and Marketing
menjadi Manager of Sales and Marketing. Penggantian nama tersebut dilakukan
karena secara umum job description 2 posisi head tersebut sederajat atau setingkat
dengan pekerjaan manajer. Jika tidak ingin mengganti nama jabatan mungkin
tingkat kesulitan pekerjaan pada masing-masing head tersebut dapat dikurangi
sehingga nilai pada faktor dimasing-masing posisi tidak tinggi.
Review hasil grading bersama GM, manajer HRD, dan manajer Finance
Terdapat 2 posisi dari 72 posisi yang tidak sesuai dengan grade yang telah
dibuat, yaitu Departemen Engineering dan Departemen Sales and Marketing.
Posisi yang tidak sesuai di Departemen Engineering adalah Head of Engineering
dan di Departemen Sales and Marketing adalah Head of Sales and Marketing.
Posisi Head of Engineering tidak sesuai karena jabatan tersebut memiliki
tanggung jawab inovasi yang tinggi dibanding dengan posisi head di departemen
lainnya. Posisi Head of Sales and Marketing memiliki pengaruh pengambilan
keputusan yang tinggi dibanding dengan head di departemen lainnya. Tindak
lanjut dari 2 posisi yang tidak sesuai adalah mengganti nama jabatan dari Head of
Engineering menjadi Manager of Engineering dan Head of Sales and Marketing
menjadi Manager of Sales and Marketing. Penggantian nama tersebut dilakukan
karena secara umum job description 2 posisi head tersebut sederajat atau setingkat
dengan pekerjaan manajer. Jika tidak ingin mengganti nama jabatan mungkin
tingkat kesulitan pekerjaan pada masing-masing head tersebut dapat dikurangi
sehingga nilai pada faktor dimasing-masing posisi tidak tinggi.
Review hasil grading bersama GM, manajer HRD, dan manajer Finance :
Setelah langkah berikutnya adalah review bersama dengan GM, manajer HRD,
dan manajer finance. Review ini hanya dihadiri oleh manager finance dan
internal HRD. Hasil dari penelitian ini manajer finance menyetujui hasil grading
yang sudah dibuat dan akan dibuat bahan perbandingan dengan proyek konsultan
yang akan dilakukan pada beberapa bulan mendatang
REFERENSI:
Buku:
Mu’minin, A. (2017). Penentuan Grade Jabatan Setingkat Staf Menggunakan Hay Job
Evaluation Methode. Jurnal Teknik Industri, 5.
Website:
Himma, Faiqotul (2022). “BEP adalah: Arti, Manfaat, hingga Cara Menghitung BEP”. [Online].
Tersedia: https://majoo.id/solusi/detail/bep-break-event-point-adalah yang direkam pada 2
Agustus 2022. [29 September 2022].
https://id.scribd.com/document/409878122/KEL-5-TUGAS-JOB-GRADING-DAN-
EVALUASI-docx
jurnal:
https://jurnal.bkn.go.id/index.php/asn/article/download/121/121/
https://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/jpdk/article/view/6453/4853