Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seperti diketahui bahwa lembaga pendidikan adalah unit pendidikan yang


harus terus tumbuh dan berkembang. Keberhasilan lembaga pendidikan diukur
dari dapat tidaknya lembaga pendidikan mencapai tujuan yang telah ditetapkan
bersama. Disamping tentang manajemen pendidikan, pimpinan lembaga
pendidikan juga harus berupaya agar mengetahui tentang manajemen keuangan,
karena salah satu bagian terpenting dalam manajemen lembaga pendidikan adalah
berkaitan dengan pengelolaan biaya pendidikan atau pengelolaan keuangan
pendidikan. Suatu lembaga dalam pengelolaan biaya pendidikan sering
menimbulkan permasalahan yang serius bila pengelolaannya kurang baik.

Pada hakikatnya, tujuan didirikannya sebuah usaha adalah untuk


mendapatkan keuntungan atau laba yang nantinya akan digunakan sebagai alat
untuk mengembangkan usaha tersebut. Tidak terkecuali untuk lembaga
pendidikan non formal, keuntungan atau laba menjadi salah satu tujuan yang ingin
dicapai oleh lembaga. Nantinya, jumlah keuntungan yang dihasilkan oleh lembaga
juga akan digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan lembaga tersebut.
Dalam hal ini, manajemen dituntut untuk mampu melihat kemungkinan dan
kesempatan di masa depan agar dapat menghasilkan laba yang diinginkan.
Manajemen harus mampu mengambil keputusan-keputusan yang menunjang
terhadap percepatan pencapaian laba, karena ukuran kesuksesan mereka akan
dinilai dari pencapaian laba mereka.

Sebelum memproduksi suatu produk, perusahaan terlebih dulu


merencanakan seberapa besar laba yang diinginkan. Ketika menjalankan usaha
maka tentunya akan mengeluarkan biaya produsi, maka dengan analisis titik
impas dapat diketahui pada waktu dan tingkat harga berapa penjualan yang

1
dilakukan tidak menjadikan usaha tersebut rugi dan mampu menetapkan penjualan
dengan harga yang bersaing pula tanpa melupakan laba yang diinginkan.

Hal tersebut dikarenakan biaya produksi sangat berpengaruh terhadap


harga jual dan begitu pula sebaliknya, sehingga dengan penentuan titik impas
tersebut dapat diketahui jumlah barang dan jumlah harga yang pada penjualan.
Analisis break even point sering digunakan dalam hal yang lain misalnya dalam
analisis laporan keuangan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Pengertian Break Even Point?
2. Bagaimanakah Dasar-Dasar Break Even Point?
3. Bagiamanakah Tujuan Analisa Break Even Point?
4. Bagiamanakah Manfaat Analisa Break Even Point?
5. Bagaimanakah Pembentuk Break Even PPoint
6. Bagiamanakah Metode dan Cara Perhitungan Break Even Point?
7. Bagiamanakah Contoh dan Cara Analisis Break Even Point?
8. Bagaimanakah Penggambaran Grafis Break Even Point?
9. Bagiamanakah Faktor-faktor yang Meningkatkan Break Even Point
Perusahaan?
10. Bagiamanakah Cara Mengurangi BEP?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Pengertian Break Even Point
2. Untuk mengetahui Dasar-Dasar Break Even Point
3. Untuk mengetahui Tujuan Analisa Break Even Point
4. Untuk mengetahui Manfaat Analisa Break Even Point
5. Untuk mengetahui Pembentuk Break Even PPoint
6. Untuk mengetahui Metode dan Cara Perhitungan Break Even Point
7. Untuk mengetahui Contoh dan Cara Analisis Break Even Point
8. Untuk mengetahui Penggambaran Grafis Break Even Point

2
9. Untuk mengetahui Faktor-faktor yang Meningkatkan Break Even Point
Perusahaan
10. Untuk mengetahui Cara Mengurangi BEP

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Break Even Point

Setiap usaha bisnis didirikan dengan tujuan memperoleh keuntungan yang


dapat digunakan untuk kelangsungan hidup perusahaan agar terus berjalan dari
waktu ke waktu. Setiap usaha yang didirikan mempunyai harapan dikemudian
hari, misalnya mengharapkan perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan
usaha pada dasarnya menginginkan tercapainya tujuan untuk memperoleh laba
dan menjaga kontinuitas usahanya, adanya hal tersebut memaksa pengusaha untuk
bekerja keras agar mampu bertahan hidup dan mencapai laba yang maksimal.
Perencanaan laba artinya manajemen mampu merencanakan laba yang diinginkan
dengan kapasitas produk yang dimiliki. Besarnya laba dapat diukur dari batas
minimal produksi atau dari total rupiah yang diproduksi. Manajemen harus
mampu merencanakan atau menentukan jumlah keuntungan setiap unit produksi
yang dijual. Besar kecilnya laba perusahaan akan menjadi ukuran sukses
manajemen dalam mengelola perusahaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkat laba adalah harga jual, biaya dan volume penjualan. Ketiga faktor tersebut
saling berkaitan dan memegang peranan penting dalam mengambil keputusan
kebijakan perusahaan dimasa yang akan datang (Tomu, 2017). Teknik yang dapat
dipakai oleh manajemen dalam menentukan volume produksi yang dapat
menutupi total biaya untuk menghindari kerugian adalah analisis titik impas atau
yang sering disebut analisis pulang pokok. Analisis Titik Impas yang diartikan
suatu keadaan dimana dalam operasi perusahaan, perusahaan tidak memperoleh
laba dan tidak menderita rugi (penghasilan sama dengan total biaya), analisis ini
juga mampu memberikan informasi kepada pimpinan perusahaan mengenai
berbagai tingkat volume penjualan, informasi mengenai biaya yang dibebankan
kepada perusahaan, serta memberi petunjuk bagaimana merencanakan laba
perusahaan (Munawir, 2014).

4
Menurut Munawir (2014) Analisis Titik Impas dapat diartikan suatu
keadaan dimana dalam operasi perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak
menderita rugi (penghasilan sama dengan total biaya). Hansen & Women (2000)
berpendapat Analisis Titik Impas adalah titik dimana total pendapatan sama
dengan total biaya, yaitu titik dimana laba sama dengan nol. Sedangkan menurut
Syamsudin (2001) Analisis Titik Impas diartikan sebagai suatu tingkat penjualan
yang dapat menutup “fixed & variabel operating expenses” atau biaya-biaya
operasi yang bersifat tetap dan variabel. Sedangkan menurut Prastowo (2005),
Analisis Titik Impas adalah teknik analisis yang digunakan untuk menentukan
tingkat penjualan dan komposisi produk yang diperlukan hanya untuk menutup
semua biaya yang terjadi selama periode tertentu.

Tujuan usaha adalah untuk mendapatkan laba. Perencanaan laba


memerlukan alat bantu berupa analisa titik impas yang mempelajari hubungan
antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan, sehingga
dalam suatu industri harus berusaha semaksimal mungkin menghindari kerugian
atau keadaan impas.

Sering pula disebut sebagai BEP adalah titik impas di mana laba yang
dihasilkan memiliki nilai yang sama dengan nilai yang dibutuhkan untuk proses
produksi. Menurut Rachmina dan Sari (2017:142), analisis titik impas (break even
point) adalah informasi yang digunakan oleh manajemen untuk mendapatkan
gambaran tentang tingkat volume penjualan minimum yang harus dicapai agar
perusahaan tidak mengalami kerugian ataupun untung. Titik impas sendiri
dipengaruhi oleh pendapatan dan biaya. Apabila ada pilihan alternatif maka
pilihan yang diambil ialah kegiatan yang memiliki titik impas kecil atau rendah.
Dengan informasi titik impas, manajer suatu perusahaan dapat mengetahui tingkat
penjualan yang diharapkan agar terhindar dari kerugian, dan kemudian dapat
menentukan langkah-langkah yang tepat untuk periode yang akan datang. Dengan
mengetahui titik impas penjualan, manajer dapat mengetahui tingkatan sasaran
volume penjualan terendah yang harus dicapai oleh perusahaan yang
dipegangnya. Break Even Point adalah kondisi yang menggambarkan bahwa total

5
pendapatan adalah sama dengan total biaya, atau dengan kata lain laba perusahaan
adalah nol. Break Even Point sangat berguna dalam menentukan perencanaan
perusahaan (The dan Sugiono, 2015:94). Break Even Point atau titik impas adalah
sebuah titik dimana jumlah pendapatan penjualan sama dengan jumlah biaya.
Dengan demikian pada titik ini perusahaan tidak memperoleh laba, namun juga
tidak menderita rugi (laba=0) (Krismiaji dan Aryani, 2011:170).

Dapat dikatakan, titik impas adalah kondisi dimana jumlah keseluruhan


pendapatan sama dengan jumlah keseluruhan pengeluaran dalam setiap produksi
barang atau jasa. Pada posisi ini, laba akan bernilai nol mutlak, atau orang awam
menyebutnya dengan istilah balik modal.

B. Dasar-Dasar Break Even Point

Dalam ilmu ekonomi, terutama ilmu akuntansi dan manajemen keuangan,


mengetahui nilai BEP suatu produk itu adalah hal yang mendasar. Hal itu
dikarenakan, dari BEP maka perusahaan bisa mengetahui prediksi keuangan
perusahaan di periode-periode berikutnya. Maka, sebagai pengusaha perlu
mengetahui konsep yang merupakan asumsi-asumsi dasar dalam penentuan BEP
adalah sebagai berikut:

1. Biaya yang menjadi elemen utama dalam penghitungan BEP harus termasuk
ke dalam biaya tetap dan biaya variabel.
2. Nilai biaya tetap akan tetap konstan meskipun terjadi perubahan aktivitas
produksi.
3. Nilai biaya variabel secara keseluruhan akan berubah sesuai dengan
perubahan volume kapasitas produksi.
4. Selama periode analisis adalah harga jual per unit tetap, sehingga selama
waktu tersebut tidak ada perubahan harga jual dari perusahaan.
5. Dalam penghitungan BEP, jumlah produk yang dihasilkan selalu dianggap
telah habis terjual.

6
6. Perhitungan BEP bisa berlaku untuk satu produk, namun jika perusahaan
memproduksi banyak produk maka diperlukan perimbangan hasil penjualan
pada setiap produk.

Asumsi dasar ini akan membantu Anda dalam pengimplentasian rumus


perhitungan Break Even Point. Bisa dikatakan bahwa dasar-dasar ini merupakan
aturan tetap untuk menghitung BEP yang benar. Jika mengabaikan hal ini, maka
akan terjadi kesalahan dalam perhitungan nilai BEP.

C. Tujuan Analisa Break Even Point

Setelah mengetahui dasar-dasar titik impas ini, perlu juga Anda mengetahui
tujuan dari analisa BEP ini. Terdapat beberapa fungsi dari BEP bagi perusahaan.
Berikut empat fungsi dari mengetahui nilai BEP.

1) Mengetahui nilai BEP membantu pengusaha dalam menentukan volume


kapasitas produksi yang tersisa setelah tercapainya BEP. Dengan
mengetahui nilai BEP tersebut, maka Anda akan mendapatkan proyeksi laba
maksimum yang dapat diperoleh.
2) Dengan adanya nilai BEP, maka perusahaan bisa menentukan langkah
efisiensi kerja yang bisa dilakukan. Sebagai contoh, penggantian tenaga
kerja dengan mesin. Saat terjadi otomatisasi produksi, maka akan terjadi
perubahan pada biaya tetap dan biaya variabel. Hal ini dikarenakan biaya
variabel yang semula berasal dari biaya kerja digantikan oleh biaya tetap
berupa mesin.
3) Nilai BEP membantu pengusaha untuk mengetahui perubahan nilai laba jika
terjadi perubahan harga produk. Hubungan antara nilai BEP, harga produk
serta laba adalah hubungan sejajar, maka jika salah satu nilai dari elemen
tersebut meningkat maka elemen yang lain juga akan mengalami
peningkatan, begitu pula sebaliknya.
4) Karena BEP berfungsi untuk mengetahui perubahan laba, maka BEP juga
bisa menentukan kerugian yang terjadi. Bagi pengusaha, dengan mengetahui

7
nilai BEP maka pengusaha bisa mengantisipasi nilai kerugian ketika terjadi
penurunan pada penjualan.

Perhitungan titik impas yang digunakan perusahaan memberikan banyak


manfaat. Secara umum perhitungan titik impas digunakan sebagai alat untuk
mengambil keputusan dalam perencanaan keuangan, penjualan, dan produksi.
Menurut Kasmir (2010 :168 – 170), Dalam praktiknya penggunaan perhitungan
titik impas memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai yaitu:

1. Mendesain spesifikasi produk (berkaitan dengan biaya)


Mendesain spesifikasi produk diperlukan suatu pedoman yang memberi
arah bagi manajemen untuk mengambil keputusan yang berhubungan
dengan biaya dan harga. Perhitungan titik impas memberikan perbandingan
antara biaya dengan harga untuk berbagai desain sebelum spesifikasi produk
ditetapkan..
2. Penentuan harga jual persatuan
Penentuan harga jual persatuan, sangat penting agar harga jual dapat
diterima pelanggan. Disamping pertimbangan biaya yang akan dikelurkan,
harga jual juga terkait dengan pihak pesaing yang memiliki produk yang
sejenis. Jika penentuan harga jual yang tidak realistis, maka perusahaan
tidak akan mampu menutupi semua atau sebagian dari biaya – biaya yang
akan dikeluarkan. Demikian pula jika melebihi harga jual dari pesaing dan
tidak diimbangi dengan kualitas dan pelayanan juga tida akan mampu
memaksimalkan penjualan seperti yang telah ditentuakn.
3. Produksi atau penjualan minimal agar tidak mengalami kerugian.
Produksi atau penjualan minimal agar tidak mengalami kerugian,
maksudnya adalah agar perusahaan mampu menentukan batas jumlah
produksi dalam kondisi tidak rugi dan tidak laba dari kapasitas produksi
yang dimilikinya. Dengan demikian, akan memudahkan perusahaan untuk
mempertimbngkan apakah harga jual sudah layak, jika dikaitkan dengan
biaya yang dikeluarkan dan kapasitas produksi yang dimiliki.
4. Memaksimalkan jumlah produksi.

8
Memaksimalkan jumlah produksi artinya, dengan perhitungan titik impas
kita akan tahu, apakah jumlah produksi sudah maksimal atau belum.
Tujuannya agar jangan sampai ada kepastian produksi yang menganggur.
Kemudian perusahaan juga mampu menjaga agar berproduksi secara efisien.
5. Perencanaan laba yang diinginkan.
Perencanaan laba yang diinginkan artinya, manajemen mampu
merencanakan laba yang diinginkan dengan kapasitas produksi yang
dimiliki. Besarnya laba dapat kita ukur dari batas minimal produk atau dari
total rupiah yang diproduksi. Kemudian mampu merencanakan atau
menentukan jumlah keuntungan setiap unit produksi yang dijual.

D. Manfaat Analisa Break Even Point


Penerapan penggunaan konsep BEP dapat diimplementasikan pada semua
jenis bidang usaha baik usaha kecil hingga berskala besar. Ada tiga manfaat dari
analisa BEP dalam sebuah bisnis. Berikut tiga manfaat dari BEP adalah sebagai:
a) Pedoman bagi pengusaha untuk memberikan nilai investasi yang tepat
sehingga bisa mengimbagi biaya produksi awal.
b) Bahan analisis bagi perusahaan untuk mengetahui nilai jual beli saham,
perencanaan anggaran dan proyeksi keuangan perusahaan.
c) Patokan dalam menentukan margin, agar perusahaan memperoleh keuntungan
bukan kerugian.
d) Pada dasarnya dengan mengetahui nilai ini maka akan lebih mudah bagi
perusahaan untuk menentukan kebijakan pada periode berikutnya. Selain itu,
dengan adanya BEP ini maka pengusaha akan dituntut lebih jeli dan
berinovasi di berbagai bidang agar usahanya tetap eksis.

E. Pembentuk Break Even Point

Dalam analisis ini dilakukan perhitungan-perhitungan berdasarkan hubungan-


hubungan antara volume penjualan, biaya produksi, dan keuntungan. Analisis
terhadap kesalinghubungan antara unsur-unsur yang menentukan keuntungan ini
disebut juga analisis Break Even Point (BEP) atau analisis Titik Impas. Dengan

9
demikian, analisis BEP penting dilakukan oleh setiap perusahaan untuk
memastikan apakah perusahaan beroperasi pada jumlah output yang
menguntungkan atau dalam keadaan rugi.

Dalam mendapatkan sebuah nilai BEP, terdapat empat elemen pembentuk.


Keempat elemen pembentuk tersebut adalah biaya tetap, biaya variabel, harga
jual, dan laba. Berikut penjelasan masing-masing elemen pembentuk BEP:

a. Biaya Tetap (Fixed Cost)


Biaya tetap atau lebih sering disebut fixed cost adalah biaya yang nilainya
akan tetap dan konstan walaupun terjadi perubahan pada proses produksi.
Perubahan yang dimaksud adalah beroperasi atau tidak beroperasinya suatu
perusahaan untuk memproduksi barang pada periode tertentu. Biaya tetap
bisa berupa biaya penyusutan mesin, biaya tenaga kerja, biaya sewa gedung
atau gudang, dsb.
b. Biaya Variabel (Variable Cost)
Biaya variabel atau biaya tidak tetap yang lebih dikenal dengan istilah
variable cost adalah biaya yang nilainya dapat berubah-ubah per unit nya.
Perubahan ini disebabkan oleh volume kapasitas produksi yang bisa
meningkat atau menurun sesuai dengan permintaan pasar. Hubungan sejajar
antara biaya variabel dan kapasitas produksi akan saling berkaitan karena jika
salah satu terjadi peningkatan maka yang lain akan mengikuti. Contoh dari
biaya variabel adalah biaya listrik, biaya baku, biaya transportasi, dsb.
c. Harga Jual (Price)
Harga jual adalah harga yang diperoleh dari seluruh biaya yang dibutuhkan
untuk memproduksi sebuah barang ditambah dengan nilai keuntungan atau
margin yang ingin diperoleh. Biasanya, harga jual akan dihitung per unit
setelah diproduksi.
d. Pendapatan (Revenue)
Pendapatan atau penghasilan yang didapatkan dari semua penjualan produk.
Jumlah pendapatan diperoleh dari harga jual dikalikan dengan jumlah produk
yang terjual di pasar. Nilai dari pendapatan dibutuhkan untuk

10
memproyeksikan pendapatan periode berikutnya dengan nilai margin
dan/atau jumlah unit dan harga yang berbeda.

F. Metode dan Cara Perhitungan Break Even Point

BEP di dunia akuntansi akan sangat berguna bagi pengusaha. Karena dengan
mengetahui nilai BEP, maka Anda sebagai pengusaha mampu menentukan
langkah strategis bagi perusahaan dalam menentukan harga jual, metode
produksi, dsb. Berikut terdapat tiga rumus yang digunakan dalam menghitung
BEP:

 BEP Unit
BEP Unit = (Biaya Tetap) / (Harga per unit – Biaya Variable per Unit)

BEP diperoleh dari biaya tetap dibagi dengan margin kontribusi per unit.
Nilai margin kontribusi per unit diperoleh dari selisih antara harga jual per
unit dengan biaya variabel per unit. Selain itu, nilai margin kontribusi bisa
diperoleh dari hasil pembagian antara total penjualan keseluruhan dengan
biaya variabel.

 BEP Nilai Penjualan


BEP = Biaya Tetap / (1 – (Biaya Variabel/Harga))
BEP dapat dihitung berdasarkan hasil nilai penjualan. Nilai BEP diperoleh
dari biaya tetap dibagi dengan hasil selisih antara 1 dengan hasil pembagian
variabel dan harga penjualan.

 BEP dengan satuan mata uang


BEP Mata Uang = (Biaya Tetap) / (Kontribusi Margin per unit / Harga per
Unit)
BEP diperoleh dari harga jual satuan per unit dikalikan dengan BEP per unit.
Maka, dari hasil perkalian tersebut akan diperoleh nilai BEP dengan satuan
mata uang yang digunakan. Ketika menghitung BEP dengan satuan mata

11
uang. Anda harus menentukan mata uang mana yang akan digunakan, jika
terdapat perbedaan mata uang maka salah satu mata uang nilainya harus
dikurskan terlebih dahulu.

G. Contoh dan Cara Analisis Break Even Point

Budi adalah akuntan manajerial yang bertanggung jawab atas Perusahaan A,


yang menjual botol air. Dia sebelumnya menetapkan bahwa biaya tetap
Perusahaan A terdiri dari pajak properti, sewa, dan gaji eksekutif, yang
jumlahnya mencapai 100.000 dolar.

Biaya variabel yang terkait dengan produksi satu botol air adalah 2 dolar per
unit. Botol air ini dijual dengan harga premium 12 dolar. Untuk menentukan brak
even point atau titik impas botol air premium Perusahaan A:

BEP = 100.000 / (12 – 2) = 10.000

Oleh karena itu, mengingat biaya tetap, biaya variabel, dan harga jual botol
air, Perusahaan A perlu menjual 10.000 unit botol air untuk mencapai titik impas.

H. Penggambaran Grafis Break Even Point

Representasi grafis dari penjualan unit dan penjualan dolar yang diperlukan untuk
mencapai titik impas disebut sebagai grafik titik impas atau grafik Cost Volume
Profit (CVP). Di bawah ini adalah grafik CVP dari contoh di atas:

12
Penjelasan:

Satuan ada di sumbu X (horizontal) dan jumlah dolar ada di sumbu Y (vertikal).

Garis merah menunjukkan total biaya tetap sebesar 100.000 dolar

Garis biru menunjukkan pendapatan per unit yang terjual. Misalnya, menjual
10.000 unit akan menghasilkan pendapatan 10.000 x 12 = 120.000 dolar.

Garis kuning menunjukkan biaya total (biaya tetap dan variabel). Misalnya, jika
perusahaan menjual 0 unit, maka perusahaan akan mengeluarkan $ 0 untuk biaya
variabel, tetapi 100.000 dolar untuk biaya tetap dengan total biaya 100.000 dolar.
Jika perusahaan menjual 10.000 unit, perusahaan akan memerlukan 10.000 x 2 =
20.000 dolar untuk biaya variabel dan 100.000 dolar untuk biaya tetap dengan
total biaya 120.000 dolar.

Titik impasnya adalah 10.000 unit. Pada titik ini, pendapatan akan menjadi 10.000
x 12 =

120.000 dolar dan biaya akan menjadi 10.000 x 2 = 20.000 dolar dalam biaya
variabel dan 100.000 dolar dalam biaya tetap.

Jika jumlah unit melebihi 10.000, perusahaan akan mendapat untung dari unit
yang terjual.

13
Perhatikan bahwa garis pendapatan lebih besar dari garis biaya total kuning
setelah 10.000 unit produksi. Begitu juga jika jumlah unit di bawah 10.000,
perusahaan akan merugi. Dari 0-9,999 unit, garis biaya total berada di atas garis
pendapatan.

I. Faktor-faktor yang Meningkatkan Break Even Point Perusahaan

Penting untuk menghitung titik impas perusahaan untuk mengetahui target


minimum mereka untuk menutupi biaya produksi. Namun, ada kalanya BEP
meningkat atau menurun, bergantung pada faktor-faktor tertentu. Berikut
beberapa faktornya:

a) Peningkatan penjualan pelanggan


Ketika ada peningkatan penjualan pelanggan, itu berarti ada permintaan
yang lebih tinggi. Perusahaan kemudian perlu memproduksi lebih banyak
produknya untuk memenuhi permintaan baru ini yang, pada gilirannya,
menaikkan BEP untuk menutupi biaya tambahan tersebut.
b) Kenaikan biaya produksi
Bagian tersulit dalam menjalankan bisnis adalah ketika penjualan
pelanggan atau permintaan produk tetap sama sementara harga biaya
variabel meningkat, seperti harga bahan baku. Ketika itu terjadi, BEP juga
naik karena adanya biaya tambahan. Selain biaya produksi, biaya lain yang
mungkin meningkat antara lain sewa gudang, kenaikan gaji karyawan, atau
tarif utilitas yang lebih tinggi.
c) Perbaikan peralatan
Dalam kasus di mana jalur produksi terputus-putus, atau bagian dari jalur
perakitan rusak, BEP meningkat karena jumlah target unit tidak diproduksi
dalam kerangka waktu yang diinginkan. Kegagalan peralatan juga berarti
biaya operasional yang lebih tinggi dan, oleh karena itu, impas yang lebih
tinggi.

J. Cara Mengurangi BEP

14
Agar bisnis menghasilkan keuntungan lebih tinggi, BEP harus diturunkan.
Berikut cara paling efektif untuk menguranginya.

 Naikkan harga produk


Ini adalah sesuatu yang tidak semua pemilik bisnis ingin lakukan tanpa
ragu-ragu, karena takut kehilangan beberapa pelanggan.
 Lakukan outsourcing
Profitabilitas dapat meningkat ketika bisnis memilih outsourcing, yang
dapat membantu mengurangi biaya produksi ketika volume produksi
meningkat

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Latar Belakang Di era pasar bebas, persaingan ekonomi semakin bersifat


global. Globalisasi perekonomian telah memicu terjadinya persaingan bisnis yang
semakin ketat antar perusahaan. Pelanggan menuntut kualitas produk serta harga
yang murah terhadap produk-produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Dalam
menghadapi persaingan bisnis, maka perlu dilakukan langkah-langkah antisipasi
dengan melakukan berbagai macam perbaikan, perencanaan, dan memperhatikan
kinerja perusahaan. Kinerja adalah hasil yang dicapai oleh perusahaan dalam
kurung waktu satu tahun (Sahabuddin, 2015). Perbaikan, perencanaan, dan
peningkatan kinerja dilakukan agar perusahaan dapat mencapai laba yang
diharapkan dalam rangka menjamin kelangsungan hidup perusahaan dimasa yang
akan datang. Laba merupakan salah satu tolok ukur kesuksesan manajemen dalam
mengelola perusahaannya.

Perusahaan harus dapat membuat perencanaan secara terpadu atas semua


aktivitas yang sedang maupun yang akan dilakukan dalam upaya mencapai laba
yang diharapkan. Misalnya aktivitas produksi yang memerlukan suatu
perencanaan agar hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan perusahaan atau agar
perusahaan tidak mengalami kerugian. Jika perencanaannya tidak maksimal, maka
akan berdampak pada kerugian perusahaan. Untuk mencegah dan menanggulangi
kekeliruan dalam mengelola perusahaan maka dalam merencanakan laba
diperlukan suatu analisis. Salah satu analisis dalam perencanaan yang penting
adalah analisis titik impas atau Break Even Point. Perusahaan membuat suatu titik
impas dimana perusahaan tidak mengalami kerugian dan tidak memperoleh laba.

Dengan kata lain suatu usaha dikatakan impas jika jumlah pendapatan
(revenue) sama dengan jumlah biaya, atau apabila laba kontribusi hanya dapat
digunakan untuk menutup biaya tetap saja. Break Even Point (BEP) ialah titik

16
impas dimana posisi jumlah pendapatan dan biaya adalah sama atau seimbang
sehingga tidak terdapat keuntungan ataupun kerugian dalam suatu perusahaan
(Kalara, 2016). Dengan analisis break even point, perusahaan juga akan
mengetahui rasio persentase margin aman atau batas aman penjualan yang harus
dicapai oleh perusahaan (Rohmawati, 2016). Analisis titik impas (break even
point) disebut juga analisis pulang pokok merupakan salah satuanalisis keuangan
yang sangat penting dalam perencanaan keuangan perusahaan (Kasmir, 2014:
185). Analisis titik impas sering juga disebut analisis perencanaan laba (profit
planning).

17
DAFTAR PUSTAKA

Amtiran And Ndoen/ Journal Of Management (Sme’s) Vol. 12, No.2, 2020, P167-
178 Https://Accurate.Id/Ekonomi-Keuangan/Apa-Itu-Break-Even-Point/

Https://Kalendermahasiswa.Blogspot.Com/2019/10/Makalah-Analisis-Titik-
Impas_31.Html?M=1

Ismawati, I. Pasar Uang Dalam Perspektif Islam.Jurnal Minds: Manajemen Ide


Dan Inspirasi, 3(1), 96-106.

Kasmir. 2018. Analisis Laporan Keuangan. Depok: Rajawali Pers.

Margin Kontribusi Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada Perusahaan Roti “Bayu
Sari” Petanahan, Jurnal Fokus Bisnis, Vol.14, No.01, Bulan Juli 2015, Hal
66-88.

Mustamin, A., Ismawati, I., & Trimulato, T. (2020). Analisis Kinerja


Keuangan Untuk Menilai Keunggulan Bersaing Pada Bank
Syariah Mandiri Indonesia.Jurnal Hukum Ekonomi Syariah,3(1), 51-64.

Rachel Tangeren, Jullie J. Sondakh, Winston Pontoh, Analisis Titik Impas Dan
Batas Aman Sebagai Dasar Perencanaan, Jurnal Riset Akuntansi Going
Concern, 13(3), 2018, 373-380.

Sorongan, Srivo Nindy Dan Nangoi, Grace B., Jurnal Emba: Jurnal Riset
Ekonomi,

Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi, Analisa Titik Impas

Trimulato, T., Mustamin, A., & Ismawati, I. (2020). Service Excellent Bagi
Fintech Syariah Di Tengah

Kondisi Covid-19.Al-Mizan: Jurnal Hukum Dan Ekonomi Islam,4(2), 13-36.

18
Trimulato, I Ismawati, K Amiruddin, N Nuraeni -Penguatan Peran Ekonomi Islam
Melalui Optimalisasi Pembiayaan Pada Sektor Riil Umkm, Jes (Jurnal
Ekonomi Syariah), 5(2), 2020.

Zaini Muhammad , Sutarni, Dan Trisnanto Teguh Budi, Analisis Keuntungan Dan
Titik Impas (Break Even Point) Industri Rumah Tangga Tahu Di Kecamatan
Punggur.

19

Anda mungkin juga menyukai