Anda di halaman 1dari 9

AKUNTANSI MANAJEMEN

“ANALISIS BIAYA VOLUME LABA”


DosenPengampu “Ida Ayu NirmaPrameswari.,SE.,Msi

KELOMPOK 7

1. Gusti Putu Asrini (03/2002612010305)


2. Komang Febri Mandala Putra (14/2002612010327)
3. Ida Bagus Rama Aditya (16/2002612010329)
4. I Wayan Adi Krisna (22/2002612010336)
5. Pande Kadek Ari Prasetianingsih (25/2002612010346)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
2023
A. Definisi Break Even Point ( BEP )
Dalam dunia bisnis, Informasi merupakan alat yang penting bagi manajemen untuk
membantu menggerakkan dan mengembangkan kegiatan perusahaan. Kelangsungan hidup dan
pertumbuhan suatu perusahaan tergantung pada sistem informasi akuintansi manajemen
(Mulyadi, 1993). Dengan menggunakan informasi akuntansi manajemen maka, akan membantu
manajemen dalam pengambilan keputusan secara efektif, mengurangi ketidak  pastian dan
mengurangi resiko dalam memilih alternatif. Dengan menggunakan informasi manajemen ini,
bisa dilakukan pengendalian manajemen. Hal ini disebabkan informasi akuntansi manajemen
menekankan hubungan antara informasi keuangan dengan manajer yang bertanggung jawab
terhadap perencanaan dan pelaksanaannya.

        Break even point yang biasa disingkat BEP, yang di Indonesia dikenal dengan Titik Impas
adalah salah satu bentuk dari sekian banyak informasi akuntansi manajemen yang dipakai
menganalisa hubungan anatara: Revenue/Sales, Cost, Volume & Profit. Analisa break even point
sangat penting bagi pimpinan perusahaan untuk mengetahui pada tingkat produksi berapa jumlah
penjualan atau dengan kata lain dengan mengetahui break even point kita akan mengetahui
hubungan antara penjualan, produksi, harga jual, biaya, rugi atau laba, sehingga memudahkan
bagi pemimpin untuk mengambil kebijaksanaan

        Teknik analisis titik impas sudah umum bagi segenap pelaku bisnis. Hal ini sangat berguna
di dalam pengaturan bisnis dalam cakupan yang luas, termasuk organisasi yang kecil dan besar.
Ada 2 (dua) alasan mengapa para pelaku bisnis menerima alasan ini :

Analisis ini berdasarkan pada asumsi yang lugas. Perusahaan-perusahaan telah


menemukan bahwa informasi yang didapat dari metode titik impas ini sangat menguntungkan di
dalam pengambilan keputusan.
        Break Even Point adalah suatu keadaan dimana perusahaan dalam operasinya tidak
memperoleh laba dan juga tidak menderita kerugian atau dengan kata lain total biaya sama
dengan total penjualan sehingga tidak ada laba dan tidak ada rugi. Hal ini bisa terjadi apabila
perusahaan di dalam operasinya menggunakan biaya tetap dan biaya variabel, dan volume
penjualannya hanya cukup menutupi biaya tetap dan biaya variabel. Apabila penjualan hanya
cukup menutupi biaya variabel dan sebagian biaya tetap, maka perusahaan menderita kerugian.
Sebaliknya, perusahaan akan memperoleh keuntungan, apabila penjualan melebihi biaya variabel
dan biaya tetap yang harus dikeluarkan.

        Salah satu tujuan perusahaan adalah mencapai laba atau keuntungan sesuai dengan
pertumbuhan perusahaan. Untuk mencapai laba yang semaksimal mungkin dapat dilakukan
dengan tiga langkah sebagai berikut, yaitu :

Menekan biaya produksi maupun biaya operasional serendah-rendahnya dengan


mempertahankan tingkat harga, kualitas dan kunatitas. Menentukan harga dengan sedemikian
rupa sesuai dengan laba yang dikehendaki. Meningkatkan volume kegitan semaksimal mungkin.
        Dari ketiga langkah-langkah tersebut diatas tidak dapat dilakukan secara terpisah-pisah
karena tiga faktor tersebut mempunyai hubungan yang erat dan saling berkaitan. Pengaruh salah
satu faktor akan membawa akibat terhadap seluruh kegiatan operasi. Oleh karena itu struktur
laba dari sebuah perusahaan sering dilukiskan dalam break even point, sehingga mudah untuk
memahami hubungan antara biaya, volume kegiatan dan laba.

       Menurut S. Munawir (2002) Titik break even point atau titik pulang pokok dapat diartikan
sebagai suatu keadaan dimana dalam operasinya perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak
menderita rugi (total penghasilan = Total biaya). Menurut Abdullah (2004) Analisis Break even
point disebut juga Cost Volume Profit Analysis.

        Arti penting analisis break even point bagi menejer perusahaan dalam pengambilan
keputusan keuangan adalah sebagai berikut, yaitu :

Guna menetapkan jumlah minimal yang harus diproduksi agar perusahaan tidak
mengalami kerugian. Penetapan jumlah penjualan yang harus dicapai untuk mendapatkan laba
tertentu.
Penetapan seberapa jauhkan menurunnya penjualan bisa ditolerir agar perusahaan tidak
menderita rugi. Menurut Purba (2002) Titik impas (break even) berlandaskan pada pernyataan
sedarhana, berapa besarnya unit produksi yang harus dijual untuk menutupi seluruh biaya yang
dikeluarkan untuk menghasilkan produk tersebut.

        Menurut PS. Djarwanto (2002) Break even point adalah suatu keadaan impas yaitu apabila
telah disusun perhitungan laba dan rugi suatu periode tertentu, perusahaan tersebut tidak
mendapat keuntungan dan sebaliknya tidak menderita kerugian.

        Menurut Harahap (2004) Break even point berarti suatu keadaan dimana perusahaan tidak
mengalami laba dan juga tidak mengalami rugi artinya seluruh biaya yang dikeluarkan untuk
kegiatan produksi ini dapat ditutupi oleh penghasilan penjualan. Total biaya (biaya tetap dan
biaya variabel) sama dengan total penjualan sehingga tidak ada laba tidak ada rugi.

        Menurut Garrison dan Noreen (2004) Break even point adalah tingkat penjualan yang
diperlukan untuk menutupi semua biaya operasional, dimana break even tersebut laba sebelum
bunga dan pajak sama dengan nol (0). Langkah pertama untuk menentukan break even adalah
membagi harga pokok penjualan (HPP) dan biaya operasi menjadi biaya tetap dan biaya variabel.
Biaya Tetap merupakan fungsi dari waktu, bukan fungsi dari jumlah penjualan dan biasanya
ditetapkan berdasarkan kontrak, misalnya sewa gudang. Sedangkan biaya variabel tergantung
langsung dengan penjualan, bukan fungsi dari waktu, misalnya biaya angkut barang.

        Apabila perusahaan mempunyai biaya variabel saja, maka tidak akan muncul masalah break
even point dalam perusahaan tersebut. Masalah break even point baru akan muncul apabila suatu
perusahaan disamping mempunyai biaya variabel juga mempunyai biaya tetap. Besarnya biaya
variabel secara totalitas akan berubah-ubah sesuai dengan volume produksi perusahaan,
sedangkan besarnya biaya tetap sacara totalitas tidak mengalami perubahan meskipun ada
perubahan volume produksi.

        
B. Perhitungan BEP dan Perencanaan Laba

Dalam dunia akuntansi, Break Even Point (BEP) sering digunakan untuk menemukan


persamaan dimana biaya yang dikeluarkan untuk produksi barang sesuai dengan pendapatan
yang didapat dalam satu periode.

Ada beberapa rumus yang biasa digunakan sebagai cara untuk menghitung Break Even
Point Analysis (BEP), yaitu adalah sebagai berikut:

BEP = Biaya Tetap : (Harga jual per unit – biaya variabel per unit )

Selisih dari pengurangan harga jual per unit dan biaya variabel per unit adalah rumus dari
margin kontribusi (contribution margin). Cara ini bisa digunakan untuk mengetahui titik dimana
jumlah beban setara dengan  jumlah biaya dan jumlah unit yang dikeluarkan.

BEP =  Biaya tetap : Margin kontribusi per unit

BEP tidak hanya dapat dihitung dalam bentuk unit, jika Anda sudah mengetahui berapa banyak
minimal unit yang harus dijual untuk menutup biaya produksi Anda dapat mengalikannya
dengan biaya per unitnya. Apabila diinginkan dalam mata uang Rupiah, maka dari formulasi
rumus break even point dalam unit dikalikan dengan harganya, sehingga :

BEP dalam bentuk mata uang = harga jual per unit x BEP per unit

Setelah mengetahui rumus cara menghitung Break Even Point (BEP) untuk bisnis, Anda juga
perlu mengetahui tentang margin kontribusi. Margin kontribusi dapat mengetahui berapa
keuntungan dari suatu produk yang berhasil dijual, dengan mengukur efek dari sales terhadap
keuntungan.

Rumus cara menghitungnya yaitu:

Margin kontribusi : Total sales – Biaya variabel

Dalam menghitung margin kontribusi, hal penting yang harus perhatikan adalah biaya variabel
yang dikenakan, baik relasinya dengan total biaya ataupu dengan total penjualan
atau sales suatu perusahaan.

Dengan menggunakan margin kontribusi sebuah perusahaan dapat memisahkan biaya tetap
produksinya dengan keuntungan yang didapat. Dengan begitu perusahaan mengetahui interval
harga produk yang akan dijual.

Berikut ini adalah contoh serta rumus cara menghitung atau mencari Break Even Point (BEP)
dengan menggunakan sebuah studi kasus dari bisnis UMKM:

Contoh Studi Kasus :

Sebuah perusahaan yang diberi nama “Usaha Gemilang” memiliki data-data biaya dan rencana
produksi seperti berikut ini:

Biaya Tetap sebulan adalah sebesar Rp140 juta yaitu terdiri dari:

 Biaya Gaji Pegawai + Pemilik : Rp75.000.000


 Biaya Penyusutan Mobil : Rp1.500.000
 Biaya Asuransi Kesehatan : Rp15.000.000
 Biaya Sewa Gedung Kantor : Rp18.500.000
 Biaya Sewa Pabrik : Rp30.000.000

Biaya Variable per Unit Rp75.000.00 yaitu terdiri dari :

 Biaya Bahan Baku : Rp35.000


 Biaya Tenaga Kerja Langsung : Rp25.000
 Biaya Lain : Rp.15.000

Harga Jual per Unit Rp95.000

Sekarang mari kita hitung berapa tingkat BEP usaha tersebut baik dalam unit maupun dalam
rupiah dengan menggunakan rumus

Contoh perhitungan BEP “Usaha Gemilang” adalah sebagai berikut:

Break Even Point (BEP) Unit = Biaya Tetap : (harga/unit – biaya variable/unit)

BEP Unit =Rp.140.000.000 : (Rp95.000 – Rp75.000)

= Rp140.000.000 : Rp20.000

= 7000

Jadi, dengan rumus ini, nilai BEP dari contoh di atas adalah 7.000 unit

Break Even Point (BEP) Rupiah = Biaya Tetap  : ( kontribusi margin / unit harga / unit)

BEP Rupiah = Rp.140.000.000 :  (Rp20.000 Rp95.000)

= Rp140.000.000 : 0.2105
= Rp665.083.135

Jadi, dengan rumus perhitungan di atas, BEP dalam nilai Rupiah dari contoh di atas
adalah Rp665.083.135.

Nah, kira kira seperti itu contoh rumus perhitungan Break Even Point (BEP) dalam nilai Rupiah
dan Unit.

Bisa disimpulkan bahwa untuk memperoleh titik impas dengan harga penjualan sebesar
Rp95.000, maka perusahaan harus dapat menjual sebanyak 7.000 unit.

Jika jumlah penjualan tidak sampai 7.000 unit, maka tidak akan menutup biaya produksi yang
sudah sudah dikeluarkan. Dengan mengetahui kapan perusahaan melewati tingkat BEP, Anda
juga akan dapat menghitung berapa minimal penjualan untuk mendapatkan laba yang Anda
targetkan.

Sebagai manager atau pemilik usaha, Anda dapat menambahkan laba yang ditargetkan tersebut
dengan biaya tetap yang anda miliki.

Misalnya target laba sebulan adalah Rp60 juta, maka minimal penjualan yang harus dicapai
adalah sebagai berikut:

BEP Laba = (biaya tetap + target laba) : (harga/unit- biaya variable/unit)

= (140.000.000 + 60.000.000) : (95.000 – 75.000)

= 200.000.000 : 20.000

= 10.000 unit

C. Pengertian Margin of Safety

Margin of safety adalah prinsip investasi di mana investor hanya membeli sekuritas

ketiga harga pasarnya jauh di bawah nilai intrinsiknya, menurut Investopedia. Sebenarnya

prinsip yang satu ini dipopulerkan oleh seorang investor Amerika kelahiran Inggris yang

bernama Benjamin Graham dan para pengikutnya seperti Warren Buffet.

Namun, istilah yang satu ini secara khusus diambil dari buku karangan Benjamin Graham

dan David Dodd yang berjudul The Security Analysis. Dalam buku yang dirilis pada tahun 1934
tersebut dijelaskan bahwa margin of safety adalah perbedaan antara nilai intrinsik yang dimiliki

saham dengan harga yang beredar pada saat ini.

Prinsip yang diperkenalkan oleh Benjamin Graham tersebut sebenarnya berasal dari

konsep yang sederhana. Contohnya, saat ingin berinvestasi saham dan terdapat saham yang

dijual dengan harga Rp5.000 per lembar. Namun, sebenarnya nilai intrinsik saham tersebut

diprediksi bisa meningkat hingga Rp10.000 di masa depan. Saat membeli saham tersebut maka

kita akan mendapatkan margin of safety sebesar 50%. Semakin besar jumlahnya maka semakin

kecil pula risiko yang bisa kita dapat.

D. Perhitungan BEP pada Analisis Biaya Volume laba

Analisis biaya volume laba memfokuskan pada hubungan antara lima faktor berikut (Jackson,
Sawyers, 2006):
1. Harga dari produk atau jasa.
2. Volume produk dan jasa yang diproduksi dan terjual.
3. Biaya variabel per unit.
4. Biaya tetap total.
5. Bauran produk dan jasa yang dihasilkan.
Analisis biaya volume laba merupakan teknik untuk menghitung dampak perubahan
harga jual, volume penjualan dan biaya terhadap laba untuk membantu manajer dalam
perencanaan laba jangka pendek (Mulyadi, 2001). Menurut Atkinson dan Kaplan Analisis Biaya
volume laba merupakan suatu proses bagaimana perbedaan biaya dan laba dengan berubahnya
volume.
Analisis biaya volume laba merupakan suatu alat yang menyediakan informasi bagi
manajemen tentang hubungan antara biaya, laba, bauran produk dan 15 volume penjualan untuk
mencapai target laba pada level tertentu (Carter, 2006). Beberapa asumsi dalam analisis biaya
volume laba antara lain (Mowen, Hansen, 2005):
1. Asumsi analisis fungsi pendapatan dan biaya linear.
2. Asumsi analisis bahwa harga, total biaya tetap, dan unit biaya variabel dapat diidentifikasi
secara akurat dan tetap konstan melebihi batas relevan.
3. Asumsi analisis bahwa apa yang diproduksi dapat dijual.
4. Untuk analisis multi produk, bauran penjualan diasumsikan diketahui.
5. Harga jual dan biaya diasumsikan diketahui dengan pasti.
Analisis biaya volume laba merupakan suatu alat yang sangat berguna untuk perencanaan
dan pengambilan keputusan yang menekankan keterkaitan antara biaya, volume penjualan dan
harga. Jadi, untuk mengetahui bagaimana pendapatan, beban dan laba berperilaku ketika volume
berubah, analisis biaya volume laba dapat dimulai dengan menentukan titik impas perusahaan
(Mowen, Hansen, 2005).
Menurut Mowen dan Hansen (2005) Analisis titik impas adalah titik dimana total
pendapatan sama dengan total biaya, titik dimana laba sama dengan nol. Menurut Charles T.
Horngren, Srikant M Datar, dan Gorge Foster (2003) mendefinisikan titik impas adalah volume
penjualan dimana pendapatan dan jumlah bebannya sama, tidak terdapat laba maupun rugi 16
bersih. Titik impas merupakan tingkat penjualan dimana kontribusi margin hanya menutup biaya
tetap dan konsekuensi pendapatan bersih sama dengan nol (Jackson, Sawyers, 2006).
Impas adalah keadaan suatu usaha yang tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi.
Dengan kata lain, suatu usaha dikatakan impas jika jumlah pendapatan sama dengan jumlah
biaya atau apabila laba kontribusi hanya dapat digunakan untuk menutup biaya tetap saja
(Mulyadi, 2001). Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa analisis titik impas adalah
suatu cara atau alat atau teknik yang digunakan untuk mengetahui volume kegiatan produksi
(usaha) dimana dari volume produksi tersebut perusahaan tidak memperoleh laba dan juga tidak
menderita rugi.
Manajemen memerlukan informasi impas (break even) untuk mengetahui tingkat
penjualan yang mesti dicapai sehingga tidak menderita kerugian, batas minimum volume yang
harus diraih perusahaan dan diharapkan dapat mengambil langkah yang tepat untuk masa yang
akan datang

E. Kesimpulan

BEP atau Break Even Point atau titik impas merupakan komponen keuangan dimana
pengusaha mampu memproyeksikan berapa unit produk yang harus dijual atau berapa rupiah
keuntungan yang harus dicapai agar berada di titik impasnya.

Hal ini tentu berguna bagi perusahaan untuk memproyeksikan langkah-langkah yang
akan diambil dalam aktivitas penjualan mulai dari inovasi, variasi produk, hingga hal-hal yang
bersifat operasional agar perusahaan mampu mencapai keuntungan yang optimal. Jadi inilah
gunanya BEP yaitu untuk menganalisis sebuah perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA

https://sites.google.com/site/penganggaranperusahaan/analisis-dan-asumsi-breakeven

https://www.jurnal.id/id/blog/cara-menghitung-break-even-point-bep-dan-contoh/

https://glints.com/id/lowongan/margin-of-safety-adalah/#.Y_tSU3ZBzDc

http://e-journal.uajy.ac.id/3082/3/2EA15438.pdf

Anda mungkin juga menyukai