Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

AKUNTANSI MANAJEMEN

ANALISIS BREAK EVEN POINT SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA


PADA PDAM KABUPATEN PURWOREJO

Disusun oleh:

REZA BAYUAJI
NPM: 154060006677
Kelas 8D / 25
Program Diploma IV Reguler Spesialisasi Akuntansi Alih Program

Untuk Memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester VIII


Mata Kuliah Akuntansi Manajemen
Politeknik Keuangan Negara STAN

2016

ABSTRAK
Perencanaan laba melalui analisa break even point (BEP) sangat penting bagi
manajemen perusahaan terutama untuk memperkirakan laba melalui pendekatan biayabiaya dan sumber daya bagi perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk merencanakan laba
perusahaan melalui analisa BEP pada PDAM Kabupaten Purworejo. Data yang digunakan
berasal dari hasil studi pustaka dan volume operasional penjualan dan biaya-biaya
operasional pada tahun 2014. Hasil penelitian menunjukan perusahaan dalam perencanaan
labanya menggunakan analisis BEP sebagai alat perencanaan laba, maka perusahaan
dapat lebih baik dalam melakukan penjualannya. Sebaiknya perusahaan menggunakan
perencanaan yang matang dalam penjualan sehingga dapat diketahui kapan perusahaan
merugi atau mendapatkan untung. Semakin tinggi margin of safety suatu perusahaan
dikatakan semakin baik, karena rentang penurunan penjualan yang dapat ditolerir adalah
besar sehingga kemungkinan menderita kerugian rendah. Namun sebaliknya jika margin of
safety rendah, maka perusahaan kemungkinan akan menderita kerugian yang besar.
Kata Kunci: break even point, perencanaan laba, margin of safety
ABSTRACT
Profit planning through analysis of break-even point (BEP) is very important for
company management primarily through the income approach to estimate the costs and
resources for the company. This study aims to plan the company's profits through an
analysis of the BEP in Purworejo taps. The data used comes from the literature study and
the volume of sales operations and operating expenses in 2014. The results showed the
company in planning its profit using the BEP analysis as a planning tool, then the company
can do better in sales. Should companies use careful planning in the sale so it can be seen
when companies lose money or earn a profit. The higher the margin of safety of a company
said the better, because the range of tolerable drop in sales is large so it is likely to suffer
lower losses. But on the contrary if the margin of safety is low, then the company is likely to
suffer large losses.
Keywords: break even point, profit planning, margin of safety.

1. Pendahuluan
1.1

Latar Belakang

Tujuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan atau laba yang dapat digunakan
untuk kelangsungan hidup atau setiap kegiatan produksi dari suatu perusahaan adalah
untuk menghasilkan keuntungan yang maksimal. Dengan adanya pencapaian laba tersebut
maka kelangsungan hidup dan perkembangan perusahaan di masa yang akan datang akan
lebih terjamin. Mendapatkan keuntungan atau laba besar kecilnya laba sering menjadi
ukuran kesuksesan manajemen dalam mengolah perusahaan. Hal tersebut didukung oleh
kemampuan manajemen di dalam melihat kemungkinan dan kesempatan di masa yang
akan datang. Sebuah perusahaan atau organisasi akan dapat berjalan efisien dan efektif
apabila dikelola dengan sebaik-baiknya. Pengelola organisasi adalah para manajer, direktur,
dewan direksi, ketua, pimpinan, komandan dan lain sebagainya. Para pengelola organisasi
dipandang sebagai satu kelompok yang utuh yang disebut dengan manajemen.
Akuntansi manajemen mempunyai peran yang sangat penting dalam dunia usaha,
mulai dari badan usaha kecil, sampai pada usaha perusahaan yang besar yang mencari
keuntungan, membutuhkan informasi akuntansi yang digunakan sebagi alat perencanaan,
pengawasan, maupun sebagai dasar pengambilan keputusan. Akuntansi manajemen
berorientasi pada laporan untuk pihak-pihak di internal manajemen. Manajemen tidaklah
melakukan sendiri strategi-strategi yang telah mereka tetapkan untuk mencapai tujuan
organisasi, melainkan melalui orang-orang lain. Orang lain itulah yang digerakan dan
Page 1 of 10

dikerahkan untuk mencapai tujuan organisasi. Seperti telah dikemukakan, manajemen itu
berjenjang. Terlepas dari jenjangnya, seluruh manager melakukan fungsi-fungsi manajemen
yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengendalian, dan pengambilan
keputusan.
Perencanaan laba memerlukan alat bantu berupa analisis cost volume profit
(CVP). Salah satu teknis analisis CVP adalah analisis break even. Seorang manajer sangat
penting untuk mengetahui break even perusahaan yang dipimpinnya. Dengan mengetahui
break even manajer perusahaan dapat menargetkan atau merencanakan jumlah penjualan
produk agar memperoleh keuntungan tertentu. Impas sendiri di artikan keadaan suatu
usaha yang tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi. Dengan kata lain suatu usaha
bisa di katakan impas jika jumlah pendapatan sama dengan jumlah biaya. Break even point
adalah tingkat penjualan di mana laba adalah nol. Oleh karena itu, Break Even Point adalah
titik di mana total pendapatan sama dengan total biaya, dengan kata lain laba sama dengan
nol. Analisis break even point merupakan suatu cara atau teknik yang digunakan oleh
seorang manajer perusahaan untuk mengetahui pada volume penjualan dan volume
produksi berapakah suatu perusahaan yang bersangkutan tidak menderita kerugian dan
tidak pula memperoleh laba. Analisis break even point penting bagi manajemen untuk
mengetahui hubungan antara biaya, volume dan laba, terutama informasi mengenai jumlah
penjualan minimum dan besarnya penurunan realisasi penjualan dari rencana penjualan
agar perusahaan tidak menderita kerugian.
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Purworejo adalah perusahaan
Negara yang bekerja dalam pendistribusian air bersih, tentu dalam pengolahannya
perusahaan ini membutuhkan penganalisaan terhadap profit yang diperoleh dari
perusahaan setiap tahunnya, apakah perusahaan mendapatkan keuntungan, kerugian, atau
impas. Dengan semakin berkembangnya perusahaan maka permasalahan yang dihadapi
perusahaan akan semakin komlpeks. Oleh karena itu dibutuhkan pemikiran yang mendalam
untuk mengambil keputusan, baik terhadap tindakan yang akan dilakukan pada saat ini dan
masa yang akan datang. Dengan kata lain perusahaan memerlukan penganalisaan break
even point. Pada perusahaan yang berskala besar menjadi penting pada awal kegiatan
perusahaan untuk mencapai tujuan.
1.2

Tujuan

Tujuan makalah ini adalah diharapkan dapat membantu PDAM Kabupaten Purworejo
untuk menganalisis biaya yang diperlukan untuk memproduksi air minum dengan profit yang
ingin dicapai PDAM Kabupaten Purworejo. Diharapkan dengan adanya analisis ini dapat
membantu manajemen dalam memecahkan masalah yang ada di PDAM Kabupaten
Purworejo sehingga dapat meningkatkan mutu dan layanan kepada masyarakat.
1.3

Keterkaitan Topik dengan Akuntansi Manajemen

PDAM sebagai salah satu bentuk Badan Usaha Milik Daerah dapat membuat cost
volume profit analysis sebagai bahan dalam pengambilan keputusan dan proyeksi atas
langkah yang akan diambil PDAM di masa yang akan datang. CVP analisis bisa digunakan
manajemen sebagai alat unutuk menganalisa dalam keterbatasan manajemen dalam
mengambil keputusan (misal kenaikan harga air), langkah apa yang bisa dilakukan di
internal perusahaan untuk memperbaiki keadaan keuangan perusahaan.

Page 2 of 10

2. Landasan Teori
2.1

Teori tentang Cost dan Cost Behavior

Hansen & Mowen (2007,35) mendefinisikan cost didefinisikan sebagai kas atau setara
kas yg dikorbankan untuk barang maupun jasa yang diharapkan memberikan manfaat masa
kini atau masa mendatang kepada organisasi. Lebih lanjut disebutkan Costs are directly or
indirectly traced to a cost object. Direct costs merupakan biaya-biaya yang dapat ditelusuri
langsung secara akurat terhadap cost object, sedangkan indirect costs merupakan biayabiaya yang sulit untuk ditelusuri langsung secara akurat terhadap cost object.
Rudianto (2006: 29) mengungkapkan bahwa cost behaviour adalah reaksi biaya
terhadap perubahan volume aktivitas suatu perusahaan. Beberapa jenis biaya berubah
secara paralel dengan perubahan volume produksi dan beberapa jenis biaya yang lain tidak
bereaksi terhadap perubahan volume produksi.
Berdasarkan perilakunya dalam bereaksi terhadap perubahan volume produksi dari
suatu produk tertentu di dalam suatu perusahaan maka biaya dapat dikelompokkan menjadi:
1. Biaya variabel yaitu biaya yang akan selalu berfluktuasi sejalan dengan perubahan
volume produksi. Termasuk dalam kelompok ini adalah biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja langsung, sebagian biaya overhead pabrik, dan sebagian biaya pemasaran.
2. Biaya tetap adalah biaya yang relatif tidak akan berubah walaupun terjadi perubahan
volume produksi dalam batas tertentu. Termasuk dalam kelompok ini adalah sebagian
biaya overhead, sebagian dari biaya pemasaran, dan biaya administrasi dan umum.
3. Biaya semi variabel adalah salah satu jenis biaya yang sebagian mengandung
komponen variabel dan sebagian lagi mengandung sifat tetap. Biaya listrik, air, dan
telepon adalah sebagian contoh dari jenis biaya semi- variabel.
Blocher dkk. (2007: 113) mengungkapkan bahwa biaya per unit (unit cost) atau biaya
rata-rata (average cost) adalah biaya produksi total (bahan baku, tenaga kerja, dan
overhead) dibagi jumlah unit output. Konsep ini berguna dalam menetapkan harga dan
mengevaluasi produktivitas produk tetapi bisa menimbulkan sumber interpretasi /
pemahaman yang keliru. Untuk dapat memahami biaya per unit dengan semestinya, kita
harus memisahkan yang dimaksud dengan biaya variabel per unit (unit variable cost), yaitu
biaya yang berubah seiring dengan perubahan jumlah output, dengan biaya tetap per unit
(unit fixed cost), yaitu biaya yang tidak berubah seiring dengan perubahan jumlah output.
Berdasarkan berbagai penjelasan di atas, terdapat pengorbanan sumber ekonomi
yang dikeluarkan PDAM Kabupaten Purworejo dalam menyelenggarakan layanan air bersih.
Biaya yang dikeluarkan oleh PDAM Kabupaten Purworejo dapat dibedakan menjadi biaya
tetap dan biaya variabel. Selain itu biaya-biaya yang dikeluarkan oleh PDAM Kabupaten
Purworejo ada yang dapat diidentifikasikan langsung kepada layanan penyediaan air bersih
dan ada juga yang tidak dapat dididentifikasikan langsung.
2.2

Teori tentang Cost Volume Profit Analysis

Dalam menjelaskan analisis Cost-Volume-Profit (CVP) , Hansen dan Mowen


(2007,472) menerangkan bahwa:
Analisis Cost-Volume-Profit (CVP) adalah sebuah alat yang ampuh dalam
perencanaan dan pengambilan keputusan. Karena CVP menekankan pada
hubungan antara biaya, jumlah unit terjual, dan harga, hal tersebut menampilkan
semua informasi keuangan dari sebuah organisasi. Analisis CVP dapat menjadi
alat berguna untuk mengidentifikasi tingkat permasalahan ekonomi yang
dihadapi oleh sebuah divisi untuk membantu menemukan solusi yang tepat.
Analisis CVP juga dapat digunakan untuk berbagai macam persoalan, seperti
menghitung berapa unit produk yang harus terjual untuk mencapai break event
Page 3 of 10

point, menghitung dampak dari pengurangan biaya tetap. terhadap break event
point, serta dampak kenaikan harga terhadap keuntungan organisasi.
Menurut Rika Martusa dan Veni (2011, 18), analisis cost-volume-profit dapat
membantu manajer dalam memahami perilaku total biaya, total pendapatan, dan laba
operasi saat perubahan terjadi dalam tingkat keluaran, harga jual, biaya variabel, atau biaya
tetap. Hal tersebut diperlukan untuk membantu manajer dalam perencanaan dan
pengambilan keputusan dalam menentukan laba yang optimal, beberapa keistimewaannya
antara lain:
1. Analisis CVP memperluas penggunaan informasi yang diberikan oleh analisis BEP,
2. Analisis CVP dapat memberikan informasi yang lengkap mengenai margin of
safety, degree of operating leverage, shut down pointt dan contribution margin,
3. Analisis CVP dapat membuat kalkulasi perencanaan laba dan pengambilan
keputusan dari suatu perusahaan menjadi akurat,
4. Analisis CVP dapat menentukan volume penjualan yang harus dicapai untuk
mencapai target laba tertentu, dapat juga digunakan untuk menentukan kombinasi
penjualan dari setiap jenis produk yang diproduksi untuk mencapai target laba
yang telah ditetapkan,
5. Analisis CVP dapat menentukan besarnya biaya variabel dan tetap pada
perusahaan dalam hubungannya dengan jumlah produk yang harus diproduksi dan
dijual untuk mencapai laba yang ditargetkan,
6. Analisis CVP dapat digunakan sebagai dasar dalam merencanakan kegiatan
operasional, membantu pengendalian melalui angggaran, meningkatkan dan
menyeimbangkan penjualan, menganalisa dampak perubahan volume produksi
dan penjualan, merundingkan gaji atau upah karyawan, mengendalikan aktivitas
yang sedang berjalan, bahan pertimbangan dalam menentukan dan menganalisa
harga jual dalam usaha mencapai laba yang telah ditentukan,
7. Analisis CVP sangat mudah digunakan untuk menentukan besarnya laba terutama
pada perusahaan yang masih sederhana dan berkembang.
Berdasarkan hal tersebut di atas, analisis CVP dapat digunakan untuk menghitung
break event point dari layanan air bersih yang disediakan oleh PDAM Kabupaten Purworejo
sehingga dapat diidentifikasi permasalahan ekonomi yang dihadapi PDAM tersebut untuk
dapat diberikan solusi yang tepat. Selain itu CVP juga dapat digunakan untuk
memproyeksikan dampak dari pengurangan biaya tetap dan dampak kenaikan harga
terhadap break event point sehingga dapat direncanakan langkah-langkah tertentu untuk
mencapai target di masa depan.
.
2.3

Teori tentang Break Even Point Analysis

Hansen dan Mowen (2007, 472) menerangkan bahwa break even point adalah titik di
mana total pendapatan sama dengan total biaya, yaitu titik zero profit. Sama halnya dengan
pendapat dari Carter dan Usry (2006, 272) yang menyebutkan bahwa break even point
adalah titik di mana biaya dan pendapatan adalah sama. Tidak ada laba ataupun rugi pada
titik impas. Analisis break even point adalah suatu cara atau teknik yang di gunakan oleh
seorang manajer perusahaan untuk mengetahui pada volume (jumlah) penjualan dan
volume produksi berapakah perusahaan tidak menderita kerugian dan tidak memperoleh
laba.
Dari beberapa uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa break even point PDAM
Kabupaten Purworejo adalah titik dimana biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu
layanan penyediaan air bersih sama dengan pendapatan yang diperoleh dari pemberian
layanan tersebut kepada masyarakat. Dengan menganalisis break even point maka dapat
diketahui berapa volume layanan penyediaan air bersih yang harus disediakan agar PDAM
Kabupaten Purworejo sehingga tidak menderita kerugian dan tidak memperoleh laba.
Page 4 of 10

Untuk mengetahui break event point, Hansen dan Mowen (2007, 472) berfokus pada
Laba Operasi yang diwujudkan dalam rumus sebagai berikut:
Operating Income = Sales Revenues Variable ExpensesFixed Expenses
Kemudian diperinci dengan lebih detil lagi sehingga rumusnya menjadi seperti berikut:
Operating Income = (Price x number of units sold) (Variable cost per unit x number
of units sold) - Total Fixed Cost
Dari penjabaran rumus tersebut, dapat dilakukan cara cepat untuk menghitung berapa
jumlah unit yang harus dijual untuk mencapai break even point yang dijelaskan pula oleh
Hansen dan Mowen yaitu dengan menggunakan Marjin Kontribusi. Marjin Kontribusi
merupakan pendapatan dari penjualan dikurangi dengan total biaya variabel. Dalam kondisi
break even, marjin kontribusi berada pada posisi sama dengan biaya tetap sehingga
dijabarkan ke dalam rumus berikut:
Number of units = Fixed Cost / Unit Contribution Margin
2.4

Teori tentang Contribution Margin

Hansen Mowen (2007 : 474) menyebutkan bahwa dalam menggunakan analisis cost
volume profit (CVP), konsep yang digunakan sebagai dasar perhitungan adalah laporan
Contribution Margin . Contribution Margin adalah selisih antara sales dengan variable cost
pada tingkat kegiatan tertentu. Selisih tersebut dapat digunakan untuk menutup fixed cost
secara keseluruhan dan sisanya merupakan laba. Jika contribution margin lebih besar
daripada fixed cost maka perusahaan memperoleh laba; jika contribution margin lebih kecil
daripada fixed cost maka perusahaan menderita kerugian dan jika contribution margin sama
nilainya dengan fixed cost maka perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita
kerugian atau disebut break even point.
2.5

Teori tentang Margin of Safety

Ari Purwanti dan Darsono (2013: 248) menyebutkan bahwa margin of safety atau
marjin keamanan adalah informasi tentang jumlah maksimum penurunan nilai penjualan
sampai ke tingkat titik impas. Analisis margin of safety menunjukan berapa banyak
penjualan yang boleh turun dari jumlah penjualan tertentu di mana perusahaan belum
menderita rugi atau dalam keadaan break even. Dengan kata lain, angka margin of safety
memberikan petunjuk tentang jumlah maksimum penurunan angka volume penjualan yang
tidak mengakibatkan kerugian. Margin of safety merupakan elemen untuk mengukur tingkat
keamanan penjualan perusahaan.
3. Metode Penelitian
3.1

Jenis Data

Jenis data yang di gunakan penulis dalam melakukan penelitian ini yaitu data
kuantitatif, merupakan data yang dapat di hitung yaitu data berupa angka-angka. Data
kuantitatif dalam penelitian ini adalah data volume penjualan, harga jual, biaya tetap, biaya
variabel, yang di peroleh dari laporan laba rugi dan informasi pendukung lainnya berupa
data biaya produksi serta biaya non-produksi PDAM. Data kualitatif, merupakan data yang
tidak dapat di hitung dan tidak berupa angka-angka, sifatnya sebagai penunjang data
kualitatif. Data kualitatif dalam penelitian ini adalah sejarah singkat perusahaan, bagan
struktur perusahaan, dan kegiatan-kegiatan di dalam PDAM dalam periode selama tahun
yaitu 2014.

Page 5 of 10

3.2

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yaitu Penelitian Kepustakaan (library research) yaitu


Penelitian yang di laksanakan dengan mempelajari berbagai literatur, buku, referensi,
dokumen, dan sebagainya yang berkaitan dengan objek pembahasan sebagai bahan
analisis. Metode analisis yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu CVP analysis, break
Even point, perencanaan laba, margin of safety.
4. Pembahasan Hasil Penelitian
Dalam menghitung break event poin data pendapatan dan beban harus diolah dengan
tepat. Data yang sudah diperoleh terkait pendapatan dan beban harus dikelompokkan
berdasarkan jenisnya sehingga informasi yang disajikan tidak menjadikan bias. Berikut
adalah data pendapatan air PDAM Kabupaten Purworejo pada tahun 2014.
Tabel 1. Pendapatan PDAM Kabupaten Purworejo
Total Pendapatan
Air
Non Air
Non Usaha
Total
13.021.855.2 1.617.618.6 851.697.765 15.491.171.6
00
41
06
Sumber: Diolah dari Laporan Keuangan PDAM Kabupaten Purworejo 2014
Berdasarkan tabel 1 pendapatan dibedakan menjadi pendapatan air dan pendapatan
non air. Pendapatan air merupakan pendapatan yang didapatkan dari pelayanan
penyediaan air yang dihitung berdasarkan volume air yang terjual. Setelah dibedakan antara
pendapatan air, non air, dan non usaha maka berikut ini adalah penghitungan tarif rata-rata
air per m3.
Tabel 2. Tarif Rata - Rata Air
Pendapatan
Volume Air
Rata rata
3
Air
Terjual (m )
Tarif Air
13.021.855.20
4.241.647
3.070
0
Sumber: Diolah dari Buku Kinerja PDAM 2014
Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa tarif rata-rata air per m3 adalah Rp 3.070,-. Tarif
rata-rata ini diperlukan karena terdapat beberapa jenis tarif yang berbeda untuk konsumen
tertentu sehingga akan lebih mudah dalam menghitung break even poin apabila yang
digunakan adalah tarif rata-rata.
Dalam operasi PDAM terdapat biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menyediakan
layanan air. Biaya-biaya tersebut terdiri dari biaya layanan dan biaya administratif. Biaya
layanan merupakan biaya-biaya yang dibutuhkan dalam rangka menyediakan layanan air
bersih seperti biaya sumber, pengolahan, dan distribusi. Sedangkan biaya administratif
adalah biaya yang rutin dikeluarkan PDAM dalam rangka menjalankan kegiatan administratif
kantor sehari-hari.

Tabel 3. Biaya Operasi PDAM Kabupaten Purworejo


Page 6 of 10

Jenis
Biaya Layanan
Biaya Administratif
Total

Jumlah
11.962.905.633
2.028.092.159
13.990.997.79
2
Sumber: Diolah dari Laporan Keuangan PDAM Kabupaten Purworejo 2014
Dari tabel 3 diketahui bahwa biaya yang terkait langsung dengan pelayanan
penyediaan air sebesar Rp 11.962.905.633,-. Untuk menghitung break even point maka
biaya tersebut harus dikategorikan ke dalam dua jenis biaya yaitu fixed cost dan variable
cost. Pembagian ke dalam dua kategori ini penting karena hanya variable cost saja yang
dapat diatribusikan pada volume per m3 yang didistribusikan kepada pelanggan. Fixed cost
tidak dapat diatribusikan langsung ke dalam volume penjualan air karena berapapun volume
air yang berasil dijual kepada pelanggan, fixed cost tetap harus dikeluarkan dan jumlahnya
tidak berubah.
Kegiatan produksi layanan air terdiri dari bagian sumber/pompa, instalasi pengolahan,
dan transmisi/ distribusi. Komponen-komponen penyusun biaya atas bagian-bagian tersebut
dikategorikan berdasarkan sifatnya apakah berubah-ubah berdasarkan volume produksi air
atau tidak. Biaya administratif merupakan komponen biaya yang tidak terkait langsung
dengan produksi air seperti listrik kantor, telepon, perawatan gedung kantor dan sebagainya
sehingga dikategorikan sebagai fixed cost. Berikut adalah pengkategorian dua jenis biaya
tersebut.
Tabel 4. Perhitungan Fixed Cost
Jenis

Sumber /
Pompa

Instalasi
Pengolahan

Transmisi /
Distribusi

Jumlah

Beban Administratif
2.028.092.159
Beban Pegawai
- 4.011.423.468 2.436.176.791
6.447.600.259
Beban Pemeliharaan
286.266.91
121.344.424
628.295.398
1.035.906.736
dan Perbaikan
4
Beban Penyusutan dan
138.216.07
1.016.460.68
633.911.822
1.788.588.583
Amortisasi
2
9
Total Fixed Cost
11.300.187.737
Sumber: Diolah dari Laporan Keuangan PDAM Kabupaten Purworejo 2014
Tabel 5. Perhitungan Variable Cost
Jenis
Beban Listrik

Sumber /
Pompa
1.885.306.69
5
66.002.837

Instalasi
Pengolahan

Transmisi /
Distribusi

Jumlah
1.885.306.695

Beban Pemakaian
Bahan Bakar
Beban Pemakaian
440.851.803
Bahan Kimia
Beban Pemakaian
180.007.465
Bahan Pembantu
Beban Retribusi Air
118.641.155
Baku
Total Variable Cost
Sumber: Diolah dari Laporan Keuangan PDAM Kabupaten Purworejo 2014

66.002.837
440.851.803
180.007.465
118.641.155
2.690.809.955

Berdasarkan tabel 3, diketahui jumlah total fixed cost sebesar Rp 11.300.187.737,dan variable cost sebesar Rp 2.690.809.955,-. Jika dibandingkan dengan jumlah volume air
yang terjual pada tabel 2, maka dapat diketahui nilai variable cost per unit sebagai berikut.
Page 7 of 10

Variable cost per unit

= Total Variable cost / unit sold


= Rp 2.690.809.955/ 4.241.647 m3
= Rp 634,38/m3

Setelah variable cost per unit sudah diketahui maka dapat dihitung contribution marginper
unit. Perhitungannya adalah sebagai berikut:
Unit Contribution Margin = Rata-rata Tarif Air Variable Cost Per Unit
= Rp 3.070,00 Rp 634,38/m3
= Rp 2.435,62 / m3
Total Contribution Margin = Unit Contribution Margin x unit sold
= Rp 2.435,62 / m3 x 4.241.647 m3
= Rp 10.331.046.335,00
a. Break Even Point Analysis
Sesuai dengan rumus singkat yang dikemukakan oleh Hansen dan Mowen, maka
sudah dapat dihitung berapa m3 volume air yang harus terjual untuk mencapai kondisi break
even point dengan perhitungan sebagai berikut.
Number of units

= Fixed Cost / Unit Contribution Margin


= Rp 11.300.187.737,00 / Rp 2.435,62 / m3
= 4.639.550,13 m3

Dari hasil perhitungan di atas diketahui bahwa untuk dapat mencapai kondisi break
even point PDAM Kabupaten Purworejo harus mampu menjual 4.639.550,13 m 3. Pada
tahun 2014 PDAM Kabupaten Purworejo hanya mampu menjual 4.241.647 m3 sehingga
sudah dapat dipastikan bahwa PDAM menderita kerugian karena contribution margin yang
dihasilkan tidak dapat menutup fixed cost yang dikeluarkan. Namun dikarenakan
pendapatan PDAM Kabupaten Purworejo juga ditambah pendapatan non air serta
pendapatan lainnya maka secara keseluruhan PDAM dapat mencetak keuntungan.
b. Perencanaan Laba
Apabila perusahaan ingin menentukan berapa laba yang di inginkan atau di
rencanakan untuk tahun berikutnya dapat menggunakan rumus sebagai berikut.

Penjualan (Rp)

FC + Profit
1VC
S

Melalui rumus tersebut, maka dapat di hitung perencanaan laba. Misalkan apabila
perusahaan menginginkan laba untuk penjualan pada tahun tahn berikutnya sebesar Rp.
25.000.000,00 maka besarnya penjualan yang harus di capai untuk mencapai target laba
tersebut adalah sebagai berikut.

Penjualan (Rp)

11.300 .187 .737+ 25.000.000


1634,38
4.241.647

11.325 .187 .737


1

Page 8 of 10

= 11.324.187.737
PDAM Kabupaten Purworejo dapat menggunakan rumus di atas untuk melakukan
perencanaan laba yang diharapkan, agar perusahaan dapat mengetahui berapa besar
penjualan yang dapat dilakukan. Berdasarkan hitungan di atas, untuk memperoleh laba
sebesar Rp. 25.000.000 PDAM Kabupaten Purworejo Harus dapat menjual produknya
sebesar Rp. 11.324.187.737 untuk tahun berikutnya.
c. Margin of Safety
Margin of safety (tingkat keamanan) penjualan pada PDAM Kabupaten Purworejo
untuk tahun 2014 dapat diketahui sebagai berikut:
Margin of safety (Rp) = Total Penjualan Penjualan Impas
Margin of safety (Rp) = 13.021.855.200 (4.639.550,13 x 3.070,00)
= 13.021.855.200 14.243.418.899
= (1.221.563.699)
Jika dinyatakan dalam persentase, maka hasilnya sebagai berikut:
= Margin of safety (Rp) Break Even Point x 100%
Penjualan
= (1.221.563.699) (14.243.418.899) x 100%
13.021.855.200
= (119)%
Hasil perhitungan di atas diperoleh tingkat margin of safety sebesar (119)% yang
berarti bahwa pada tingkat penjualan dan struktur biaya yang ada, jumlah maksimum
penurunan target pendapatan penjualan yang tidak menyebabkan perusahaan mengalami
kerugian adalah Rp. (1.221.563.699)
Berdasarkan teori yang telah dipaparkan pada landasan teori, saat
menggunakan metode analisa cost volume profit, maka kunci untuk menentukan
perencanaan perusahaan ke depan adalah sebagai berikut
1. Menganalisa komponen biaya yang digunakan dalam produksi, dan biaya per
unitnya.
2. Menentukan besaran harga jual per unit dengan memperhitungkan margin
per unitnya.
3. Menentukan target volume penjualan barang / jasa sehingga dapat mencapai
Break Even Point atau mencapai target keuntungan tertentu yang diinginkan
oleh perusahaan.
Jika pada sektor privat / swasta, perusahaan dapat menentukan secara
leluasa besarnya harga jual yang diinginkan sesuai dengan pertimbangan
manajemen, lalu apakah hal tersebut juga berlaku pada perusahaan daerah
terutama Perusahaan Daerah Air Minum yang menjadi fokus makalah ini.
Secara umum, perusahaan daerah air minum memiliki keterbatasan dalam
merencanakan keuangan perusahaan dengan menggunakan metode analisa
cost volume profit dikarenakan meskipun statusnya sebagai perusahaan, namum
perusahaan daerah air minum juga merupakan bagian dari keuangan negara.
Pemerintah sebagai pemilik perusahaan memiliki kewenangan untuk ikut
mengatur perusahaan daerah air minum dengan menggunakan sudut
pandangnya sendiri.
Page 9 of 10

Secara global, dalam menggunakan analisis cost volume profit, perusahaan


daerah air minum mengalami dua masalah utama sebagai berikut :
1. Tarif penjualan air ditentukan oleh pemerintah daerah dengan pertimbangan
dari DPRD setempat. Hal ini mengakibatkan perusahaan tidak dapat
menentukan berapa laba per unit (dalam hal PDAM adalah meter kubik)
sesuai dengan best practice yang diharapkan oleh manajemen.
2. Dalam rangka meningkatkan volume penjualan air bersih, perusahaan daerah
air minum bukan tipe perusahaan yang dapat melakukan ekspansi penjualan
secara fleksibel. Untuk melakukan ekspansi penjualan diperlukan investasi
untuk pengadaan Instalasi Pengolahan Air (IPA), beserta jaringan perpipaanya
yang sangat mahal dan perlu dukungan finansial dari pemerintah setempat.
3. Sehingga dengan terbatasnya volume penjualan dan tarif yang tidak bisa
ditentukan berdasarkan best practice manajemen, maka cost volume profit
analisis yang dilakukan oleh perusahaan daerah air minum perlu melibatkan
pemerintah daerah setempat.
5. Kesimpulan dan Saran
a. Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini sebagai berikut:
1. PDAM Kabupaten Purworejo belum menggunakan perhitungan biaya tetap dan biaya
variabel
2. PDAM Kabupaten Purworejo belum menerapkan analisis cost volume profit serta
analisis break even point sebagai alat bantu perencanaan laba
3. Untuk memperoleh pendapatan yang besar perusahaan harus berupaya menambah
jumlah pelanggan.
b. Saran
Saran dari penelitian ini sebagai berikut:
1. PDAM Kabupaten Purworejo dalam perencanaan labanya sebaiknya mengunakan
perhitungan biaya tetap dan biaya variabel untuk mengetahui berapa tingkat break even
point, margin of safety, pendapatan yang terjadi dan laba yang terjadi.
2. PDAM Kabupaten Purworejo dapat menerapkan analisis break even point sebagai alat
bantu perencanaan laba perusahaan, dimana dapat diketahui volume penjualan
minimum sehingga perushaan tidak mengalami kerugian juga tidak memperoleh laba,
dan analisis ini juga dapat memberikan informasi mengenai penjualan yang harus di
capai agar target laba tercapai.
3. Margin of safety PDAM Kabupaten Purworejo sudah cukup baik, tetapi tingkat penjualan
perusahaan untuk tahun 2014 tidak boleh turun dari penjualan yang di rencanakan. Agar
perusahaan tidak menderita rugi, perusahaan harus dapat mempertahankan penjualan
di atas batas keamanan tersebut, agar perusahaan dapat memperoleh laba yang lebih
besar untuk mempertahankan eksistensinya dengan menambah pelanggan baru.
DAFTAR PUSTAKA
BPPSPAM. (2014). Laporan Hasil Evaluasi Kinerja Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
Wilayah II, Jakarta: Kementrian Umum dan Pekerjaan Rakyat.
Blocher, Edward J, Chen, Kung H, Cokins, Gary, Lin Thomas W, 2007, Manajemen Biaya
Penekanan Strategis ,Edisi Ketiga, Jakarta : Salemba Empat
Carter, Wiliam K dan Milton F. Usry. 2006. Akuntansi Biaya. Jakarta: Salemba Empat.
Page 10 of 10

Hansen & Mowen. 2007. Managerial Accounting, 8Th Edition. Oklahoma, United States of
America:Thomson South-Western.
Martusa, Rika dan Venny Wijaya. 2011. Analisis Cost-Volume-Profit dalam Upaya
Merencanakan Laba Perusahaan.
Purwanti, Ari dan Darsono Prawironegoro. 2013. Akuntansi Manajemen. Edisi Ketiga.
Jakarta: Mitra Wacana Media.
Rudianto, 2006. Akuntansi Manajemen:
Manajemen. Jakarta : Grasindo.

Informasi

Page 11 of 10

untuk

Pengambilan

Keputusan

Anda mungkin juga menyukai