OKTAVIANI SARAGIH
122102023
D3 AKUNTANSI
MEDAN
2014
Break Even Point
Break Even point atau BEP adalah suatu analisis untuk menentukan dan mencari
jumlah barang atau jasa yang harus dijual kepada konsumen pada harga tertentu
untuk menutupi biaya-biaya yang timbul serta mendapatkan keuntunganprofit.
Namun ada juga yang membuat pengertian break even point sebagai berikut :
1). Menurut S. Munawir (2002) Titik break even point atau titik pulang pokok
dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana dalam operasinya perusahaan tidak
memperoleh laba dan tidak menderita rugi (total penghasilan = Total biaya).
2). Menurut Abdullah (2004) Analisis Break even point disebut juga Cost Volume
Profit Analysis. Arti penting analisis break even point bagi menejer perusahaan
dalam pengambilan keputusan keuangan adalah sebagai berikut, yaitu :
4). Menurut PS. Djarwanto (2002) Break even point adalah suatu keadaan impas
yaitu apabila telah disusun perhitungan laba dan rugi suatu periode tertentu,
perusahaan tersebut tidak mendapat keuntungan dan sebaliknya tidak menderita
kerugian.
5). Menurut Harahap (2004) Break even point berarti suatu keadaan dimana
perusahaan tidak mengalami laba dan juga tidak mengalami rugi artinya seluruh
biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan produksi ini dapat ditutupi oleh
penghasilan penjualan. Total biaya (biaya tetap dan biaya variabel) sama dengan
total penjualan sehingga tidak ada laba tidak ada rugi.
6). Menurut Garrison dan Noreen (2004) Break even point adalah tingkat
penjualan yang diperlukan untuk menutupi semua biaya operasional, dimana
break even tersebut laba sebelum bunga dan pajak sama dengan nol (0). Langkah
pertama untuk menentukan break even adalah membagi harga pokok penjualan
(HPP) dan biaya operasi menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya Tetap
merupakan fungsi dari waktu, bukan fungsi dari jumlah penjualan dan biasanya
ditetapkan berdasarkan kontrak, misalnya sewa gudang. Sedangkan biaya variabel
tergantung langsung dengan penjualan, bukan fungsi dari waktu, misalnya biaya
angkut barang.
Jenis-jenis Break Even Point ( BEP )
Suatu peta yang menggambarkan grafik-grafik yang terdiri atas kurva jumlah
seluruh biaya ( tetap dan variabel ) dan kurva pendapatan pada tiap tingkatan
produksi, perpotongan kedua kurva adalah “titik kembali pokok” (titik yang
berpotongan dari 2 garis lurus yang sama besar wilayahnya).
FC= 1- Pct VC
Keterangan :
FC = biaya tetap
FC
S = ( 1 – VC )
Keterangan :
S = Jumlah penjualan
FC = Biaya tetap
VC = Rasio biaya variabel terhadap jumlah penjualan yang diharapkan.
2. Seluruh biaya dapat dibagi ke dalam biaya tetap dan biaya variabel.
4. Jika barang yang diproduksi lebih dari satu jenis, maka komposisi barang yang
dijual tidak berubah-ubah.
Manfaat BEP :
4. Mengganti system laporan yang tebal dengan grafik yang mudah dibaca dan
dimengerti
Kompenen yang berperan pada BEP yaitu biaya, dimana biaya yang dimaksud
adalah biaya variabel dan biaya tetap, dimana pada prakteknya untuk
memisahkannya atau menentukan suatu biaya itu biaya variabel atau tetap
bukanlah pekerjaan yang mudah, Biaya tetap adalah biaya yang harus dikeluarkan
oleh kita untuk produksi ataupun tidak, sedangkan biaya variabel adalah biaya
yang dikeluarkan untuk menghasilkan satu unit produksi jadi kalau tidak produksi
maka tidak ada biaya ini.
Ada 2(dua) alasan mengapa para pelaku bisnis menerima alasan ini:
Salah satu tujuan perusahaan adalah mencapai laba atau keuntungan sesuai
dengan pertumbuhan perusahaan. Untuk mencapai laba yang semaksimal
mungkin dapat dilakukan dengan tiga langkah sebagai berikut, yaitu :
Diatas telah dikemukakan bahwa analisa break even point sangat penting bagi
pimpinan perusahaan untuk mengetahui pada tingkat produksi berapa jumlah
biaya akan sama dengan jumlah penjualan atau dengan kata lain dengan
mengetahui break even point kita akan mengetahui hubungan antara penjualan,
produksi, harga jual, biaya, rugi atau laba, sehingga memudahkan bagi pimpinan
untukmengambilkebijaksanaan.
3. Besarnya biaya tetap secara total tidak berubah meskipun ada perubahan
volume produksi atau penjualan. Ini berarti bahwa biaya tetap per unitnya
berubah-ubah karena adanya perubahan volume kegiatan.
4. Jumlah unit produk yang terjual sama dengan jumlah per unit produk yang
diproduksi.
5. Harga jual produk per unit tidak berubah dalam periode tertentu.
6. Perusahaan hanya memproduksi satu jenis produk, apabila lebih dari satu jenis
komposisi masing-masing jenis produk dianggap konstan (tetap).
Analisa break even point juga dapat digunakan oleh pihak menejemen
perusahaan dalam berbagai pengambilan keputusan, antara lain mengenai :
1. Jumlah minimal produk yang harus terjual agar perusahaan tidak mengalami
kerugian.
4. Untuk mengetahui efek perubahan harga jual, biaya maupun volume penjualan
terhadap laba yang diperoleh.
Break even point juga dapat digunakan dengan dalam tiga cara terpisah,
namun ketiganya saling berhubungan, yaitu untuk :
3. Untuk membuat keputusan tentang produk baru yang harus dicapai jika
perusahaan menginginkan break even point dalam suatu proyek yang diusulkan.
Analisa break even point memberikan penerapan yang luas untuk menguji
tindakan-tindakan yang diusulkan dalam mempertimbangkan alternatif-alternatif
atau tujuan pengambilan keputusan yang lain. Analisa break even point tidak
hanya semata-mata untuk mengetahui keadaan perusahaan yang break even saja,
akan tetapi analisa break even point mampu memeberikan informasi kepada
pimpinan perusahaan mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta
hubungan dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang
bersangkutan.
Sekalipun Analisa break even ini banyak digunakan oleh perusahaan, tetapi tidak
dapat dilupakan bahwa analisa ini mempunyai beberapa kelemahan. Kelemahan
utama dari analisa break even point ini antara lain : asumsi tentang linearity,
kliasifikasi cost dan penggunaannya terbatas untuk jangka waktu yang pendek.
(Soehardi,2004).
b. Klasifikasi biaya
Kelemahan kedua dari analisa break even point adalah kesulitan di dalam
mengklasifikasikan biaya karena adanya semi variabel cost dimana biaya ini tetap
sampai dengan tingkat tertentu dan kemudian berubah-ubah setelah melewati titik
tersebut.
1. Pendekatan persamaan
_ Y=cx – bx – a
Keterangan :
_ Y = laba
_ c = harga jual per unit
_ x = jumlah produk
_ b = biaya variabel satuan
_ a =biaya tetap total
_ cx = hasil penjualan
_ bx = biaya variabel total
_ X(BEP dalam unit) = a/(c-b)
_ CX(BEP dalam unit) = ac/(c-b) = a/(1 – b/c)
2. Pendekatan Marjin Kontribusi
Pendekatan margin kontribusi didapat dengan mengurangkan nilai penjualan total
(total revenue =TR) dengan biaya variabel total (total Variabel cost = TVC) dan
mengurangkan harga jual per unit dengan biaya variabel.
3. Pendekatan Grafik
Dalam pendekatan grafis, BEP digambarkan sebagai titik potong antara garis
penjualan dengan garis biaya total (Biaya total = Biaya tetap + Biaya variabel)
Rumus BEP
Untuk menghitung BEP kita bisa hitung dalam bentuk unit atau price tergantung
untuk kebutuhan.
Atas dasar unit
Keterangan :
FC : Biaya Tetap
P : Harga jual per unit
VC : Biaya Variabel per unit
1. Rumus BEP untuk menghitung berapa unit yang harus dijual agar terjadi Break Even Point :
Total Fixed Cost
__________________________________
Harga jual per unit dikurangi variable cost
Contoh :
Fixed Cost suatu toko lampu : Rp.200,000,-
Variable cost Rp.5,000 / unit
Harga jual Rp. 10,000 / unit
Maka BEP per unitnya adalah
Rp.200,000
__________ = 40 units
10,000 – 5,000
Artinya perusahaan perlu menjual 40 unit lampu agar terjadi break even point. Pada pejualan
unit ke 41, maka took itu mulai memperoleh keuntungan
2. Rumus BEP untuk menghitung berapa uang penjualan yang perlu diterima agar terjadi BEP :
Total Fixed Cost
__________________________________ x Harga jual / unit
Harga jual per unit dikurangi variable cost
Dengan menggunakan contoh soal sama seperti diatas maka uang penjualan yang harus
diterima agar terjadi BEP adalah
Rp.200,000
__________ x Rp.10,000 = Rp.400,000,-
10,000 – 5,000
Contoh :
Misalnya ada perusahaan konveksi kaos kaki murah yang harga satu buah kaos kaki adalah Rp.
10.000 dengan biaya variabel sebesar Rp. 5.000 per kaos kaki dan biaya tatap sebesar Rp.
10.000.000
BEP = 10.000.000 / (10.000 - 5.000)
BEP = 20.000
Jadi diperlukan memproduksi 20.000 kaos kaki untuk mendapatkan kondisi seimbang antara
biaya dengan keuntungan alias profit nol.
Pada Kasus CV. Donut Kotak
Harga Jual per unit Rp. 5.000
Biaya variabel Per Unit Rp. 3.000
Margin kontribusi Rp. 2.000
BEP(unit) = (Biaya tetap Total : Margin kontribusi per unit)
BEP(unit) = 7.500.000/2.000 = 3.750 unit
_ BEP (rupiah)
Terlebih dahulu harus dihitung Rasio Margin Kontribusi
_ Harga penjualan per unit Rp. 5.000,- 100 %
_ Biaya Variabel per unit Rp. 3.000,- 60 %
_ Margin kontribusi Rp. 2.000,- 40 %
Ratio margin kontribusi = 0,40
BEP (rupiah)= (Biaya tetap Total : Rasio Margin kontribusi)
= Rp. 7.500.000/0,40
= Rp. 18.750.000,-
Margin Of Safety
Margin Of Safety adalah juga menggambarkan batas jarak, dimana kalau berkurangnya
penjualan akan melampaui batas jarak tersebut, perusahaan akan menderita kerugian. dengan
demikian rumus yang digunakan dalam Margin Of Safety adalah :
Tingkat Penjualan yang dibudgetkan – Tingkat penjualan BEP
MS = X 100 % Tingkat penjualan yang dibudgetkan
1. Marjin Keamanan ( Margin of Safety )
Margin of Safety adalah suatu informasi mengenai sampai tingkat berapa perusahaan boleh
mengalami penurunan penjualan namun perusahaan tidak mengalami kerugian.Dalam Hal ini
semakin besar Margin of Safety makin baik untuk perusahaan karena perusahaan bias mengalami
penurunan yang cukup jauh.
Margin of Safety adalah informas tentang jumlah maksimum penurunan nilai penjualan.
(Darsono Prawironegoro&Ari Purwanti,2008:125)
Margin of Safety dicaru dengan mengurangi jumlah penjualan pada titik impas,
Semakin besar margin of safety semakin besar perusahaan dapat memperoleh laba dan begitu
pula sebaliknya.
Ratio Margin of safety dapat dihubungkan langsung dengan tingkat keuntungan perusahaan yang
menggunakan cara sebagai berikut :
Profit % = Margin income ratio x Ratio Margin of safety
Operasi hasil leverage dari adanya biaya operasi tetap dalam arus pendapatan perusahaan.
Tingkat kehadiran biaya operasi tetap dalam aliran pendapatan suatu perusahaan diukur dengan
tingkat operating leverage (DOL).
Persentase Perubahan Laba Sebelum Bunga dan Pajak (EBIT)
DOL =
Persentase Perubahan Penjualan
Keuangan memanfaatkan hasil dari adanya biaya keuangan tetap dalam arus pendapatan
perusahaan. Tingkat kehadiran biaya keuangan tetap dalam aliran pendapatan suatu perusahaan
diukur dengan tingkat leverage keuangan (DFL).
Persentase Perubahan Laba (NI)
DFL =
Persentase Perubahan Laba Sebelum Bunga dan Pajak (EBIT)
Perusahaan yang sering memiliki kedua operasi dan leverage keuangan. Hal ini menyebabkan
meningkatkan total atau gabungan dari kehadiran keduanya beroperasi tetap dan biaya keuangan
dalam arus pendapatan perusahaan. Memanfaatkan Dikombinasikan diukur oleh tingkat leverage
gabungan (DCL).
Persentase Perubahan Laba (NI)
DCL =
Persentase Perubahan Penjualan
Perhatikan bahwa DCL = DFL × DOL
Perusahaan yang memiliki derajat yang lebih besar memiliki tingkat leverage yang lebih besar
dari biaya tetap. Dan dengan demikian, mereka cenderung memiliki lebih besar impas poin
dibandingkan perusahaan yang tidak memiliki leverage. Keuntungan memiliki derajat yang lebih
besar dari leverage adalah bahwa volume penjualan suatu perusahaan meningkat melampaui titik
impas, marjin yang meningkat. Kerugian dari memiliki derajat yang lebih besar dari leverage
adalah bahwa karena titik impas yang lebih tinggi, yang berarti bahwa perusahaan yang
dibutuhkan untuk mencapai volume penjualan yang lebih tinggi untuk mencapai titik impas.
Pada kondisi baik ketika penjualan tinggi, lebih tinggi tingkat leverage yang memungkinkan
perusahaan untuk memaksimalkan keuntungan. Pada zaman buruk ketika penjualan tidak baik,
perusahaan dapat meminimalkan kerugian dengan memiliki tingkat lebih rendah dari leverage.
Contoh:
Pada contoh di bawah, EBIT suatu perusahaan diproyeksikan bawah dua struktur biaya yang
sangat berbeda.
Tinggi
Laporan Laba Rugi Rendah leverage
leverage
Penjualan $100,000 100 %$ 100,000 100 %
Variabel Biaya Operasional -20,000 -20 -40,000 -40
Marjin Kontribusi 80,000 80 60,000 60
Tetap Biaya Operasional -40,000 -40 -20,000 -20
EBIT $40,000 40 %$ 40,000 40 %
Perhatikan perusahaan mengalami tingkat yang sama dari penjualan, sementara itu memiliki
struktur biaya yang sangat berbeda.
Sekarang perhatikan apa yang terjadi pada perusahaan di bawah setiap pilihan ketika penjualan
mereka turun menjadi $ 50.000.
Kesimpulan
Break Even point atau BEP adalah suatu analisis untuk menentukan dan mencari jumlah barang
atau jasa yang harus dijual kepada konsumen pada harga tertentu untuk menutupi biaya-biaya
yang timbul serta mendapatkan keuntungan / profit.
Break event point adalah suatu keadaan dimana dalam suatu operasi perusahaan tidak mendapat
untung maupun rugi/ impas (penghasilan = total biaya)
P $ 10 100 % $ 10 100 %
e 0, 0,
n 00 00
j 0 0
u
a
l
a
n
V
a
r
i
a
b
e
l
B
i
a - -
y 20 40
-20 -40
a ,0 ,0
00 00
O
p
e
r
a
s
i
o
n
a
l
M 80 80 60 60
a ,0 ,0
r
j
i
n
K
o
n 00 00
t
r
i
b
u
s
i
T - -40 - -20
e 40 20
t ,0 ,0
a 00 00
p
B
i
a
y
a
O
p
e
r
a
s
i
o
n
a
l
E
40 40
B
$ ,0 40 % $ ,0 40 %
I
00 00
T
Sekarang perhatikan apa yang terjadi pada perusahaan di bawah setiap pilihan
ketika penjualan mereka turun menjadi $ 50.000.
L
a
b
a
R
u
g
i
P
e
n
j 50, 50,
u $ 00 100 % $ 00 100 %
a 0 0
l
a
n
V - -20 - -40
a 10, 20,
r 00 00
i 0 0
a
b
e
l
B
i
a
y
a
O
p
e
r
a
s
i
o
n
a
l
M
a
r
j
i
n
K 40, 30,
o 00 80 00 60
n 0 0
t
r
i
b
u
s
i
T - -80 - -40
e 40, 20,
t 00 00
a
p
B
i
a
y
a
O
p 0 0
e
r
a
s
i
o
n
a
l
E
10,
B
$ 0 0 % $ 00 20 %
I
0
T
Ketika drop penjualan untuk $ 50.000, pilihan leverage yang tinggi menurun ke
titik impas, sementara pilihan leverage yang rendah meminimalkan kerugian.
Sekarang perhatikan apa yang terjadi pada kenaikan penjualan perusahaan untuk $
150.000.
L
a
b
a
R
u
g
i
P
e
n
15 15
j
0, 0,
u $ 100 % $ 100 %
00 00
a
0 0
l
a
n
V - -20 - -40
a 30 60
r ,0 ,0
i 00 00
a
b
e
l
B
i
a
y
a
O
p
e
r
a
s
i
o
n
a
l
M 12 80 90 60
a 0, ,0
r 00 00
j 0
i
n
K
o
n
t
r
i
b
u
s
i
T
e
t
a
p
B
i
a
y
- -
a
40 20
-27 -13
,0 ,0
O
00 00
p
e
r
a
s
i
o
n
a
l
E
80 70
B
$ ,0 53 % $ ,0 47 %
I
00 00
T
Kesimpulan
Break Even point atau BEP adalah suatu analisis untuk menentukan dan mencari
jumlah barang atau jasa yang harus dijual kepada konsumen pada harga tertentu
untuk menutupi biaya-biaya yang timbul serta mendapatkan keuntungan / profit.
Break event point adalah suatu keadaan dimana dalam suatu operasi perusahaan
tidak mendapat untung maupun rugi/ impas (penghasilan = total biaya)