Anda di halaman 1dari 28

TUGAS AKUNTANSI MANAGEMEN

“BREAK EVEN POINT”

OKTAVIANI SARAGIH

122102023

D3 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014
Break Even Point
Break Even point atau BEP adalah suatu analisis untuk menentukan dan mencari
jumlah barang atau jasa yang harus dijual kepada konsumen pada harga tertentu
untuk menutupi biaya-biaya yang timbul serta mendapatkan keuntunganprofit.

rumus analisis breakeven point :

BEP = Total Fixed Cost / (Harga perunit - Variabel Cost Perunit)

Namun ada juga yang membuat pengertian break even point sebagai berikut :

1). Menurut S. Munawir (2002) Titik break even point atau titik pulang pokok
dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana dalam operasinya perusahaan tidak
memperoleh laba dan tidak menderita rugi (total penghasilan = Total biaya).

2). Menurut Abdullah (2004) Analisis Break even point disebut juga Cost Volume
Profit Analysis. Arti penting analisis break even point bagi menejer perusahaan
dalam pengambilan keputusan keuangan adalah sebagai berikut, yaitu :

a. Guna menetapkan jumlah minimal yang harus diproduksi agar perusahaan


tidak mengalami kerugian.

b. Penetapan jumlah penjualan yang harus dicapai untuk mendapatkan laba


tertentu.

c. Penetapan seberapa jauhkan menurunnya penjualan bisa ditolerir agar


perusahaan tidak menderita rugi.
3). Menurut Purba (2002) Titik impas (break even) berlandaskan pada pernyataan
sedarhana, berapa besarnya unit produksi yang harus dijual untuk menutupi
seluruh biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk tersebut.

4). Menurut PS. Djarwanto (2002) Break even point adalah suatu keadaan impas
yaitu apabila telah disusun perhitungan laba dan rugi suatu periode tertentu,
perusahaan tersebut tidak mendapat keuntungan dan sebaliknya tidak menderita
kerugian.

5). Menurut Harahap (2004) Break even point berarti suatu keadaan dimana
perusahaan tidak mengalami laba dan juga tidak mengalami rugi artinya seluruh
biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan produksi ini dapat ditutupi oleh
penghasilan penjualan. Total biaya (biaya tetap dan biaya variabel) sama dengan
total penjualan sehingga tidak ada laba tidak ada rugi.

6). Menurut Garrison dan Noreen (2004) Break even point adalah tingkat
penjualan yang diperlukan untuk menutupi semua biaya operasional, dimana
break even tersebut laba sebelum bunga dan pajak sama dengan nol (0). Langkah
pertama untuk menentukan break even adalah membagi harga pokok penjualan
(HPP) dan biaya operasi menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya Tetap
merupakan fungsi dari waktu, bukan fungsi dari jumlah penjualan dan biasanya
ditetapkan berdasarkan kontrak, misalnya sewa gudang. Sedangkan biaya variabel
tergantung langsung dengan penjualan, bukan fungsi dari waktu, misalnya biaya
angkut barang.
Jenis-jenis Break Even Point ( BEP )

1. Break Even Chart

Suatu peta yang menggambarkan grafik-grafik yang terdiri atas kurva jumlah
seluruh biaya ( tetap dan variabel ) dan kurva pendapatan pada tiap tingkatan
produksi, perpotongan kedua kurva adalah “titik kembali pokok” (titik yang
berpotongan dari 2 garis lurus yang sama besar wilayahnya).

2. Break Even Equation

Suatu persamaan yang dinyatakan dengan rumus :

Penjualan pada titik kembali pokok

FC= 1- Pct VC

Keterangan :

FC = biaya tetap

Pct VC = Persentase biaya variabel terhadap penjualan

3. Break Even Function

Fungsi kembali pokok yang dirumuskan sebagai berikut :

FC

S = ( 1 – VC )

Keterangan :

S = Jumlah penjualan

FC = Biaya tetap
VC = Rasio biaya variabel terhadap jumlah penjualan yang diharapkan.

Syarat-syarat Analisis BEP :

1. Harga jual tidak berubah-ubah.

2. Seluruh biaya dapat dibagi ke dalam biaya tetap dan biaya variabel.

3. Biaya variabel bersifat proposional.

4. Jika barang yang diproduksi lebih dari satu jenis, maka komposisi barang yang
dijual tidak berubah-ubah.

Manfaat BEP :

1. Alat perencanaan untuk hasilkan laba

2. Memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta


hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan
yang bersangkutan.

3. Mengevaluasi laba dari perusahaan secara keseluruhan

4. Mengganti system laporan yang tebal dengan grafik yang mudah dibaca dan
dimengerti

5. Mengetahui jumlah penjualan minimal yang harus dipertahankan agar


perusahaan tidak mengalami kerugian.

6. Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh keuntungan tertentu.

7. Seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita


rugi.
8. Untuk mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya dan volume
penjualan terhadap keuntungan yang diperoleh.

Kompenen yang berperan pada BEP yaitu biaya, dimana biaya yang dimaksud
adalah biaya variabel dan biaya tetap, dimana pada prakteknya untuk
memisahkannya atau menentukan suatu biaya itu biaya variabel atau tetap
bukanlah pekerjaan yang mudah, Biaya tetap adalah biaya yang harus dikeluarkan
oleh kita untuk produksi ataupun tidak, sedangkan biaya variabel adalah biaya
yang dikeluarkan untuk menghasilkan satu unit produksi jadi kalau tidak produksi
maka tidak ada biaya ini.

Ada 2(dua) alasan mengapa para pelaku bisnis menerima alasan ini:

1. Analisis ini berdasarkan pada asumsi yang lugas.

2. Perusahaan-perusahaan telah menemukan bahwa informasi yang didapat dari


metode titik impas ini sangat menguntungkan di dalam pengambilan keputusan.

Salah satu tujuan perusahaan adalah mencapai laba atau keuntungan sesuai
dengan pertumbuhan perusahaan. Untuk mencapai laba yang semaksimal
mungkin dapat dilakukan dengan tiga langkah sebagai berikut, yaitu :

1. Menekan biaya produksi maupun biaya operasional serendah-rendahnya


dengan mempertahankan tingkat harga, kualitas dan kunatitas.

2. Menentukan harga dengan sedemikian rupa sesuai dengan laba yang


dikehendaki.

3. Meningkatkan volume kegitan semaksimal mungkin.


Kegunaan Break Even Point

Diatas telah dikemukakan bahwa analisa break even point sangat penting bagi
pimpinan perusahaan untuk mengetahui pada tingkat produksi berapa jumlah
biaya akan sama dengan jumlah penjualan atau dengan kata lain dengan
mengetahui break even point kita akan mengetahui hubungan antara penjualan,
produksi, harga jual, biaya, rugi atau laba, sehingga memudahkan bagi pimpinan
untukmengambilkebijaksanaan.

Analisis Break Even Point berguna apabila beberapa asumsi dasar


dipenuhui. Asumsi-asumsi tersebut adalah :

1. Biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat dikelompokan dalam biaya


variabel dan biaya tetap.

2. Besarnya biaya variabel secara total berubah-ubah secara proporsional dengan


volume produksi atau penjualan. Ini berarti bahwa biaya variabel per unitnya
adalah tetap.

3. Besarnya biaya tetap secara total tidak berubah meskipun ada perubahan
volume produksi atau penjualan. Ini berarti bahwa biaya tetap per unitnya
berubah-ubah karena adanya perubahan volume kegiatan.

4. Jumlah unit produk yang terjual sama dengan jumlah per unit produk yang
diproduksi.

5. Harga jual produk per unit tidak berubah dalam periode tertentu.

6. Perusahaan hanya memproduksi satu jenis produk, apabila lebih dari satu jenis
komposisi masing-masing jenis produk dianggap konstan (tetap).
Analisa break even point juga dapat digunakan oleh pihak menejemen
perusahaan dalam berbagai pengambilan keputusan, antara lain mengenai :

1. Jumlah minimal produk yang harus terjual agar perusahaan tidak mengalami
kerugian.

2. Jumlah penjualan yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami


kerugian.

3. Besarnya penyimpanan penjualan berupa penurunan volume yang terjual agar


perusahaan tidak menderita kerugian.

4. Untuk mengetahui efek perubahan harga jual, biaya maupun volume penjualan
terhadap laba yang diperoleh.

Break even point juga dapat digunakan dengan dalam tiga cara terpisah,
namun ketiganya saling berhubungan, yaitu untuk :

1. Menganalisa program otomatisasi dimana suatu perusahaan akan beroperasi


secara lebih mekanis dan otomatis dan mengganti biaya variabel dengan biaya
tetap.

2. Menelaah impak dari perluasan tingkat operasi secara umum.

3. Untuk membuat keputusan tentang produk baru yang harus dicapai jika
perusahaan menginginkan break even point dalam suatu proyek yang diusulkan.

Menurut Harahap (2004) Dalam analisa laporan keuangan kita dapat


menggunakan rumus break even point untuk mengetahui :

1) Hubungan antara penjualan biaya dan laba.

2) Untuk mengetahui struktur biaya tetap dan biaya variabel.


3) Untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menekan biaya dan batas
dimana perusahaan tidak mengalami laba dan rugi.

4) Untuk mengetahui hubungan antara cost, volume, harga dan laba.

Analisa break even point memberikan penerapan yang luas untuk menguji
tindakan-tindakan yang diusulkan dalam mempertimbangkan alternatif-alternatif
atau tujuan pengambilan keputusan yang lain. Analisa break even point tidak
hanya semata-mata untuk mengetahui keadaan perusahaan yang break even saja,
akan tetapi analisa break even point mampu memeberikan informasi kepada
pimpinan perusahaan mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta
hubungan dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang
bersangkutan.

Kelemahan Analisa Break Even Point

Sekalipun Analisa break even ini banyak digunakan oleh perusahaan, tetapi tidak
dapat dilupakan bahwa analisa ini mempunyai beberapa kelemahan. Kelemahan
utama dari analisa break even point ini antara lain : asumsi tentang linearity,
kliasifikasi cost dan penggunaannya terbatas untuk jangka waktu yang pendek.
(Soehardi,2004).

a. Asumsi tentang linearity


Pada umumnya baik harga jual per unit maupun variabel cost per unit,
tidaklah berdiri sendiri terlepas dari volume penjualan. Dengan perkataan lain,
tingkat penjualan yang melewati suatu titik tertentu hanya akan dicapai
dengan jalan menurunkan harga jual per unit. Hal ini tentu saja akan
menyebabkan garis renevue tidak akan lurus, melainkan melengkung.
Disamping itu variabel operating cost per unit juga akan bertambah besar
dengan meningkatkan volume penjualan mendekati kapasitas penuh. Hal ini
bisa saja disebabkan karena menurunnya efesiensi tenaga kerja atau
bertambah besarnya upah lembur.

b. Klasifikasi biaya
Kelemahan kedua dari analisa break even point adalah kesulitan di dalam
mengklasifikasikan biaya karena adanya semi variabel cost dimana biaya ini tetap
sampai dengan tingkat tertentu dan kemudian berubah-ubah setelah melewati titik
tersebut.

c. Jangka waktu penggunaan


Kelemahan lain dari analisa break even point adalah jangka waktu penerapanya
yang terbatas, biasanya hanya digunakan di dalam pembuatan proyeksi operasi
selama setahun.

Pendekatan dalam mengitung BEP

1. Pendekatan persamaan
_ Y=cx – bx – a
Keterangan :
_ Y = laba
_ c = harga jual per unit
_ x = jumlah produk
_ b = biaya variabel satuan
_ a =biaya tetap total
_ cx = hasil penjualan
_ bx = biaya variabel total
_ X(BEP dalam unit) = a/(c-b)
_ CX(BEP dalam unit) = ac/(c-b) = a/(1 – b/c)
2. Pendekatan Marjin Kontribusi
Pendekatan margin kontribusi didapat dengan mengurangkan nilai penjualan total
(total revenue =TR) dengan biaya variabel total (total Variabel cost = TVC) dan
mengurangkan harga jual per unit dengan biaya variabel.

3. Pendekatan Grafik
Dalam pendekatan grafis, BEP digambarkan sebagai titik potong antara garis
penjualan dengan garis biaya total (Biaya total = Biaya tetap + Biaya variabel)

Jenis – Jenis Biaya dalam Menghitung BEP

1. Variabel Cost (biaya Variabel)


Variabel cost merupakan jenis biaya yang selalu berubah sesuai dengan perubahan
volume penjualan, dimana perubahannya tercermin dalam biaya variabel total.
Dalam pengertian ini biaya variabel dapat dihitung berdasarkan persentase tertentu
dari penjualan, atau variabel cost per unit dikalikan dengan penjualan dalam unit.

Contoh dalam perusahan furniture


_ Biaya perlengkapan
_ Biaya bahan bakar
_ Biaya sumber tenaga
_ Biaya perkakas kecil
_ Asuransi aktiva tetap dan kewajiban
_ Gaji satpam dan pesuruh pabrik

2. Fixed Cost (biaya tetap)


Fixed cost merupakan jenis biaya yang selalu tetap dan tidak terpengaruh oleh
volume penjualan melainkan dihubungkan dengan waktu(function of time)
sehingga jenis biaya ini akan konstan selama periode tertentu. Contoh biaya sewa,
depresiasi, bunga. Berproduksi atau tidaknya perusahaan biaya ini tetap
dikeluarkan.
Contoh dalam perusahan furniture
_ Biaya penyusutan
_ Gaji eksekutif
_ Pajak bumi dan bangunan
_ Amortisasi paten
_ Biaya penerimaan barang
_ Biaya komunikasi
_ Upah lembur

3. Semi Varibel Cost


Semi variabel cost merupakan jenis biaya yang sebagian variabel dan sebagian
tetap, yang kadang-kadang disebut dengan semi fixed cost. Biaya yang tergolong
jenis ini misalnya: Sales expense atau komisi bagi salesman dimana komisi bagi

Rumus BEP
Untuk menghitung BEP kita bisa hitung dalam bentuk unit atau price tergantung
untuk kebutuhan.
Atas dasar unit

Atas dasar sales dalam rupiah

Keterangan :
FC : Biaya Tetap
P : Harga jual per unit
VC : Biaya Variabel per unit

Adapun rumus untuk menghitung Break Even Point ada 2 yaitu :

1. Rumus BEP untuk menghitung berapa unit yang harus dijual agar terjadi Break Even Point :
Total Fixed Cost
__________________________________
Harga jual per unit dikurangi variable cost
Contoh :
Fixed Cost suatu toko lampu : Rp.200,000,-
Variable cost Rp.5,000 / unit
Harga jual Rp. 10,000 / unit
Maka BEP per unitnya adalah
Rp.200,000
__________ = 40 units
10,000 – 5,000
Artinya perusahaan perlu menjual 40 unit lampu agar terjadi break even point. Pada pejualan
unit ke 41, maka took itu mulai memperoleh keuntungan

2. Rumus BEP untuk menghitung berapa uang penjualan yang perlu diterima agar terjadi BEP :
Total Fixed Cost
__________________________________ x Harga jual / unit
Harga jual per unit dikurangi variable cost
Dengan menggunakan contoh soal sama seperti diatas maka uang penjualan yang harus
diterima agar terjadi BEP adalah
Rp.200,000
__________ x Rp.10,000 = Rp.400,000,-
10,000 – 5,000

Contoh :
Misalnya ada perusahaan konveksi kaos kaki murah yang harga satu buah kaos kaki adalah Rp.
10.000 dengan biaya variabel sebesar Rp. 5.000 per kaos kaki dan biaya tatap sebesar Rp.
10.000.000
BEP = 10.000.000 / (10.000 - 5.000)
BEP = 20.000
Jadi diperlukan memproduksi 20.000 kaos kaki untuk mendapatkan kondisi seimbang antara
biaya dengan keuntungan alias profit nol.
Pada Kasus CV. Donut Kotak
Harga Jual per unit Rp. 5.000
Biaya variabel Per Unit Rp. 3.000
Margin kontribusi Rp. 2.000
BEP(unit) = (Biaya tetap Total : Margin kontribusi per unit)
BEP(unit) = 7.500.000/2.000 = 3.750 unit
_ BEP (rupiah)
Terlebih dahulu harus dihitung Rasio Margin Kontribusi
_ Harga penjualan per unit Rp. 5.000,- 100 %
_ Biaya Variabel per unit Rp. 3.000,- 60 %
_ Margin kontribusi Rp. 2.000,- 40 %
Ratio margin kontribusi = 0,40
BEP (rupiah)= (Biaya tetap Total : Rasio Margin kontribusi)
= Rp. 7.500.000/0,40
= Rp. 18.750.000,-
Margin Of Safety

Margin Of Safety adalah juga menggambarkan batas jarak, dimana kalau berkurangnya
penjualan akan melampaui batas jarak tersebut, perusahaan akan menderita kerugian. dengan
demikian rumus yang digunakan dalam Margin Of Safety adalah :
Tingkat Penjualan yang dibudgetkan – Tingkat penjualan BEP
MS = X 100 % Tingkat penjualan yang dibudgetkan
1. Marjin Keamanan ( Margin of Safety )
Margin of Safety adalah suatu informasi mengenai sampai tingkat berapa perusahaan boleh
mengalami penurunan penjualan namun perusahaan tidak mengalami kerugian.Dalam Hal ini
semakin besar Margin of Safety makin baik untuk perusahaan karena perusahaan bias mengalami
penurunan yang cukup jauh.
Margin of Safety adalah informas tentang jumlah maksimum penurunan nilai penjualan.
(Darsono Prawironegoro&Ari Purwanti,2008:125)
Margin of Safety dicaru dengan mengurangi jumlah penjualan pada titik impas,
Semakin besar margin of safety semakin besar perusahaan dapat memperoleh laba dan begitu
pula sebaliknya.
Ratio Margin of safety dapat dihubungkan langsung dengan tingkat keuntungan perusahaan yang
menggunakan cara sebagai berikut :
Profit % = Margin income ratio x Ratio Margin of safety

DOL (Degree Of Leverage)

Operasi hasil leverage dari adanya biaya operasi tetap dalam arus pendapatan perusahaan.
Tingkat kehadiran biaya operasi tetap dalam aliran pendapatan suatu perusahaan diukur dengan
tingkat operating leverage (DOL).
Persentase Perubahan Laba Sebelum Bunga dan Pajak (EBIT)
DOL =
Persentase Perubahan Penjualan
Keuangan memanfaatkan hasil dari adanya biaya keuangan tetap dalam arus pendapatan
perusahaan. Tingkat kehadiran biaya keuangan tetap dalam aliran pendapatan suatu perusahaan
diukur dengan tingkat leverage keuangan (DFL).
Persentase Perubahan Laba (NI)
DFL =
Persentase Perubahan Laba Sebelum Bunga dan Pajak (EBIT)
Perusahaan yang sering memiliki kedua operasi dan leverage keuangan. Hal ini menyebabkan
meningkatkan total atau gabungan dari kehadiran keduanya beroperasi tetap dan biaya keuangan
dalam arus pendapatan perusahaan. Memanfaatkan Dikombinasikan diukur oleh tingkat leverage
gabungan (DCL).
Persentase Perubahan Laba (NI)
DCL =
Persentase Perubahan Penjualan
Perhatikan bahwa DCL = DFL × DOL

Tingkat DOL (Degree Of Leverage)

Perusahaan yang memiliki derajat yang lebih besar memiliki tingkat leverage yang lebih besar
dari biaya tetap. Dan dengan demikian, mereka cenderung memiliki lebih besar impas poin
dibandingkan perusahaan yang tidak memiliki leverage. Keuntungan memiliki derajat yang lebih
besar dari leverage adalah bahwa volume penjualan suatu perusahaan meningkat melampaui titik
impas, marjin yang meningkat. Kerugian dari memiliki derajat yang lebih besar dari leverage
adalah bahwa karena titik impas yang lebih tinggi, yang berarti bahwa perusahaan yang
dibutuhkan untuk mencapai volume penjualan yang lebih tinggi untuk mencapai titik impas.
Pada kondisi baik ketika penjualan tinggi, lebih tinggi tingkat leverage yang memungkinkan
perusahaan untuk memaksimalkan keuntungan. Pada zaman buruk ketika penjualan tidak baik,
perusahaan dapat meminimalkan kerugian dengan memiliki tingkat lebih rendah dari leverage.

Contoh:
Pada contoh di bawah, EBIT suatu perusahaan diproyeksikan bawah dua struktur biaya yang
sangat berbeda.

Tinggi
Laporan Laba Rugi Rendah leverage
leverage
Penjualan $100,000 100 %$ 100,000 100 %
Variabel Biaya Operasional -20,000 -20 -40,000 -40
Marjin Kontribusi 80,000 80 60,000 60
Tetap Biaya Operasional -40,000 -40 -20,000 -20
EBIT $40,000 40 %$ 40,000 40 %
Perhatikan perusahaan mengalami tingkat yang sama dari penjualan, sementara itu memiliki
struktur biaya yang sangat berbeda.
Sekarang perhatikan apa yang terjadi pada perusahaan di bawah setiap pilihan ketika penjualan
mereka turun menjadi $ 50.000.

Laporan Laba Rugi Tinggi leverage Rendah leverage


Penjualan $50,000 100 %$ 50,000 100 %
Variabel Biaya Operasional -10,000 -20 -20,000 -40
Marjin Kontribusi 40,000 80 30,000 60
Tetap Biaya Operasional -40,000 -80 -20,000 -40
EBIT $0 0 %$ 10,000 20 %
Ketika drop penjualan untuk $ 50.000, pilihan leverage yang tinggi menurun ke titik impas,
sementara pilihan leverage yang rendah meminimalkan kerugian. Sekarang perhatikan apa yang
terjadi pada kenaikan penjualan perusahaan untuk $ 150.000.
Tinggi
Laporan Laba Rugi Rendah leverage
leverage
Penjualan $150,000 100 %$ 150,000 100 %
Variabel Biaya Operasional -30,000 -20 -60,000 -40
Marjin Kontribusi 120,000 80 90,000 60
Tetap Biaya Operasional -40,000 -27 -20,000 -13
EBIT $80,000 53 %$ 70,000 47 %
Ketika penjualan suatu perusahaan meningkat, struktur biaya pilihan dengan tingkat lebih tinggi
leverage dapat memaksimalkan keuntungan perusahaan.

Kesimpulan

Break Even point atau BEP adalah suatu analisis untuk menentukan dan mencari jumlah barang
atau jasa yang harus dijual kepada konsumen pada harga tertentu untuk menutupi biaya-biaya
yang timbul serta mendapatkan keuntungan / profit.
Break event point adalah suatu keadaan dimana dalam suatu operasi perusahaan tidak mendapat
untung maupun rugi/ impas (penghasilan = total biaya)

P $ 10 100 % $ 10 100 %
e 0, 0,
n 00 00
j 0 0
u
a
l
a
n

V
a
r
i
a
b
e
l

B
i
a - -
y 20 40
-20 -40
a ,0 ,0
00 00
O
p
e
r
a
s
i
o
n
a
l

M 80 80 60 60
a ,0 ,0
r
j
i
n

K
o
n 00 00
t
r
i
b
u
s
i

T - -40 - -20
e 40 20
t ,0 ,0
a 00 00
p

B
i
a
y
a

O
p
e
r
a
s
i
o
n
a
l

E
40 40
B
$ ,0 40 % $ ,0 40 %
I
00 00
T

Perhatikan perusahaan mengalami tingkat yang sama dari penjualan, sementara


itu memiliki struktur biaya yang sangat berbeda.

Sekarang perhatikan apa yang terjadi pada perusahaan di bawah setiap pilihan
ketika penjualan mereka turun menjadi $ 50.000.

L Tinggi leverage Rendah leverage


a
p
o
r
a
n

L
a
b
a
R
u
g
i

P
e
n
j 50, 50,
u $ 00 100 % $ 00 100 %
a 0 0
l
a
n

V - -20 - -40
a 10, 20,
r 00 00
i 0 0
a
b
e
l

B
i
a
y
a

O
p
e
r
a
s
i
o
n
a
l

M
a
r
j
i
n

K 40, 30,
o 00 80 00 60
n 0 0
t
r
i
b
u
s
i

T - -80 - -40
e 40, 20,
t 00 00
a
p

B
i
a
y
a

O
p 0 0
e
r
a
s
i
o
n
a
l

E
10,
B
$ 0 0 % $ 00 20 %
I
0
T

Ketika drop penjualan untuk $ 50.000, pilihan leverage yang tinggi menurun ke
titik impas, sementara pilihan leverage yang rendah meminimalkan kerugian.
Sekarang perhatikan apa yang terjadi pada kenaikan penjualan perusahaan untuk $
150.000.

L Tinggi leverage Rendah leverage


a
p
o
r
a
n

L
a
b
a

R
u
g
i

P
e
n
15 15
j
0, 0,
u $ 100 % $ 100 %
00 00
a
0 0
l
a
n

V - -20 - -40
a 30 60
r ,0 ,0
i 00 00
a
b
e
l

B
i
a
y
a

O
p
e
r
a
s
i
o
n
a
l

M 12 80 90 60
a 0, ,0
r 00 00
j 0
i
n

K
o
n
t
r
i
b
u
s
i

T
e
t
a
p

B
i
a
y
- -
a
40 20
-27 -13
,0 ,0
O
00 00
p
e
r
a
s
i
o
n
a
l
E
80 70
B
$ ,0 53 % $ ,0 47 %
I
00 00
T

Ketika penjualan suatu perusahaan meningkat, struktur biaya pilihan dengan


tingkat lebih tinggi leverage dapat memaksimalkan keuntungan perusahaan.

Kesimpulan

Break Even point atau BEP adalah suatu analisis untuk menentukan dan mencari
jumlah barang atau jasa yang harus dijual kepada konsumen pada harga tertentu
untuk menutupi biaya-biaya yang timbul serta mendapatkan keuntungan / profit.

Break event point adalah suatu keadaan dimana dalam suatu operasi perusahaan
tidak mendapat untung maupun rugi/ impas (penghasilan = total biaya)

Anda mungkin juga menyukai