Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS BIAYA VELUMA BIAYA

KELOMPOK 3

I Putu Angga Candra Adi Putra (09)

I Komang Febra Satriya Subawa(10)

Ida Idewa Gede Putu Punia(11)

Ni Luh Koni Kartika(12)

i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………………... i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………... ii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………... 1

Latar Belakang……………………………………………………………………...….……… 1

Rumusan Masalah...………………………………………………………………………….... 1

Tujuan…………..…………………………………………………....…………...……….…... 1

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………… 2

Definisi dan Asumsi yang Mendasari BEP …………….……………………………….……..


2

Perhitungan BEP, LABA, SOL dan DOL.…....………….………………………………...…. 3

BEP lebih dari satu produk (Multi Produk)…...……………………………………….……… 9

Aplikasi dan Manajerial dari Analisis Biaya, Velume, dan Laba……………………………... 11

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………….……… 13

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….…………. 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Analisis biaya volume laba (cost volume profit analysis – CVP analysis) merupakan
suatu alat yang sangat berguna untuk perencanaan dan pengambilan keputusan. Karena
analisis biaya volume laba (CVP) menekankan keterkaitan antara biaya, kuantitas yang
terjual, dan harga, semua informasi keuangan perusahaan terkandung di dalamnya. Analisis
CVP dapat menjadi suatu alat yang bermanfaat untuk mengidentifikasi cakupan dan
besarnya kesulitan ekonomi yang dihadapi suatu divisi dan membantu mencari
pemecahannya.

Tujuan dari suatu perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang maksimal agar
kelangsungan hidup perusahaan terus berjalan dari waktu ke waktu. Besar kecilnya laba
perusahaan akan menjadi ukuran sukses tidaknya manajemen dalam mengelola perusahaan.
Sedang faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat laba adalah harga jual, biaya dan volume
penjualan.

II. Rumusan masalah


1. Apa definisi dan Asumsi yang mendasari BEP ?
2. Bagaimana perhitungan BEP, Laba, MOS dan DOL ?
3. Bagaimana BEP untuk produk lebih dari satu ?
4. Bagaimana Aplikasi Manajerial dari Analisi Biaya Volume Laba ?

III. Tujuan
1. Untuk mengetahui Definisi dan Asumsi yang Mendasari BEP
2. Untuk mengetahui Perhitungan BEP, Laba, MOS
3. Untuk mengetahui BEP untuk Produk Lebih dari Satu
4. Untuk mengetahui Aplikasi Manajerial dari Analisis Biaya-Volume-Laba

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi dan Asumsi yang Mendasari BEP


1. Definisi BEP (Break Event Point)
Dikutip dari Bankrate, BEP adalah titik impas yang mengacu pada jumlah
pendapatan yang harus diperlukan untuk menutup total biaya yang sudah dikeluarkan
dalam jangka waktu tertentu, baik biaya tetap maupun biaya variabel.
BEP dianggap sebagai titik ketika pendapatan sudah sama persis dengan perkiraan
total biaya, di mana kerugian perusahaan berakhir dan perusahaan tinggal
mengumpulkan keuntungan.
Sederhananya, BEP adalah ketika semua biaya yang dikeluarkan untuk operasi
produksi bisa ditutupi oleh pendapatan dari penjualan produk.
2. Asumsi yang mendasari BEP
Terdapat beberapa asumsi dasar dalam analisis Break Even Point yaitu (Horngren
dkk, 2006:447):
1. Satu-satunya faktor yang memengaruhi biaya adalah perubahan volume. 
2. Manajer menggolongkan setiap biaya (atau komponen biaya gabungan) baik
sebagai biaya variabel maupun biaya tetap. 
3. Beban dan pendapatan adalah linier di seluruh cakupan volume relevannya. 
4. Tingkat persediaan tidak akan berubah. 
5. Penjualan atas gabungan produk tidak akan berubah. Penjualan gabungan
merupakan kombinasi produk yang membentuk total penjualan.

Sedangkan menurut Mulyadi (2000:260-261), asumsi yang mendasari break even


point adalah:

1. Variabilitas biaya dianggap akan mendekati pola perilaku yang diramalkan. Biaya
tetap akan selalu konstan dalam kisar volume yang dipakai dalam perhitungan

2
break even point, sedangkan biaya variabel berubah sebanding dengan perubahan
volume penjualan. 
2. Harga jual produk dianggap tidak berubah-ubah pada berbagai tingkat kegiatan.
Jika dalam usaha menaikkan volume penjualan dilakukan penurunan harga jual
atau dengan memberikan potongan harga, maka hal ini mempengaruhi hubungan
biaya-volume-laba. 
3. Kapasitas produksi pabrik dianggap secara relatif konstan. Penambahan fasilitas
produksi akan berakibat pada penambahan biaya tetap dan akan mempengaruhi
hubungan biaya-volume-laba.
4. Harga faktor-faktor produksi dianggap tidak berubah. Jika harga bahan baku dan
tarif upah menyimpang terlalu jauh dibanding data yang dipakai sebagai dasar
perhitungan break even point, maka hal ini akan mempengaruhi hubungan biaya-
volume-laba. 
5. Efisiensi produk dianggap tidak berubah. Apabila terjadi penghematan biaya
karena adanya penggunaan bahan pengganti yang harganya lebih rendah atau
perubahan metode produksi, maka hal ini akan mempengaruhi hubungan biaya-
volume-laba. 
6. Perubahan jumlah sediaan awal dan akhir dianggap tidak signifikan.
7. Komposisi produk yang dijual dianggap tidak berubah. Jika perusahaan menjual
lebih dari satu macam produk, maka meskipun volume penjualan sama tetapi
apabila komposisinya berbeda, maka hal ini akan mempunyai pengaruh terhadap
pendapatan penjualan.

B. Perhitungan BEP, LABA, MOS, dan DOL


1. BEP ( Break Event Point )
Cara menghitung BEP atau cara mencari BEP harus dihitung dari empat komponen
yang meliputi:
 Biaya tetap (fix cost) yakni biaya yang harus tetap dikeluarkan perusahaan
meskipun jumlah produksi berubah contohnyanya biaya gaji karyawan tetap, biaya
sewa tempat, biaya penyusutan, bunga bank, dan sebagainya.

3
 Biaya variabel (variabel cost) biaya yang besarannya proporsional sesuai dengan
volume produksi misalnya biaya upah lembur, biaya bahan baku, BBM, dan
sebagainya.
 Pendapatan (revenue) total dari uang yang diterima dari hasil penjualan.
 Laba (profit) adalah selisih antara total penghasilan dikurangi dengan biaya tetap
dan biaya variabel.

Dalam perhitungan akuntansi BEP adalah digunakan untuk menemukan persamaan


di mana biaya yang dikeluarkan untuk produksi barang sesuai dengan pendapatan
yang didapat dalam satu periode.

1. Metode Persamaan
Metode persamaan merupakan metode yang digunakan berdasarkan laporan
laba rugi. Rumus BEP sendiri bisa menggunakan dua metode, yakni BEP unit dan
BEP nominal (rupiah).
 Rumus BEP (unit) = total biaya tetap / (harga jual per unit produk – biaya
variabel setiap unit produk).
 Rumus BEP (rupiah) = total biaya tetap / (1 – biaya variabel setiap unit
produk / harga jual per unit)
2. Metode Kontribusi Unit
Kontribusi unit merupakan metode berdasarkan jumlah margin kontribusi.
Margin kontribusi sendiri adalah selisih antara pendapatan dari hasil penjualan
dengan biaya variabel.
Dengan menggunakan metode ini, pengusaha dapat mengetahui berapa
keuntungan dari suatu produk yang berhasil dijual dengan mengukur hasil dari
penjualan terhadap keuntungan.
Rumus :
BEP (Unit) = Biaya Tetap / Margin Kontribusi per Unit

Atau

BEP = Biaya Tetap / (Harga Jual – Biaya variabel)

4
Sedangkan untuk satuan rupiah:

BEP (Satuan Rupiah) = Biaya Tetap / Rasio Margin Kontribusi

3. Metode Grafik
Selain dengan metode persamaan, BEP atau Break Even Point dapat
digambarkan melalui metode grafik.
Grafis BEP akan menunjukkan volume penjualan pada sumbu x atau garis
horizontal dan biaya akan terletak pada sumbu y atau garis vertikal.
Nah, titik impas atau BEP terletak pada perpotongan antara garis volume
penjualan dan garis biaya.

Pada grafik tersebut, irisan pada sebelah kiri garis BEP merupakan sisi
kerugian (loss) dan sebelah kanan merupakan sisi laba (profit).
Grafik BEP mampu mempermudah pengusaha untuk melihat dan
mengevaluasi perubahan volume tahun lalu dan memproyeksikan volume
penjualan pada tahun selanjutnya.
Contoh Perhitungan Break Event Point (BEP)
Sebuah perusahaan yang memproduksi peralatan rumah tangga ingin
mengetahui berapa unit yang harus diproduksi agar mencapai BEP atau titik
impas.

5
Biaya tetap produksinya Rp 100.000.000 dan biaya variabel atau tidak tetap
per-unit sebesar Rp 250.000. Harga jual per-unitnya sebesar Rp 500.000. 
Berapakah unit yang harus diproduksi agar perusahaan tersebut mencapai BEP?

Diketahui:
Biaya tetap produksi (Fixed Cost): Rp 100.000.000
Biaya variabel per unit: Rp 250.000
Harga jual per unit: Rp 500.000
Menghitung BEP dalam Unit maka persamaan yang digunakan adalah:
BEP (unit) = Total Biaya Tetap (Fixed Cost) / (Harga Jual Per Unit Produk –
Biaya variabel setiap unit produk
BEP (Unit) = 100.000.000 / (500.000 – 250.000)
BEP (Unit) = 100.000.000 / 250.000
BEP (Unit) = 400 unit
Jadi, perusahaan tersebut harus memproduksi peralatan rumah tangga
sebanyak 400 unit mencapai Break Even Point (BEP).
Untuk perhitungan berapa rupiah agar mencapai BEP maka;
BEP (Rupiah) = Total Biaya Tetap (Fixed Cost) / (1 – Biaya Variabel Setiap
Unit Produk / Harga Jual Per Unit)
BEP (Rupiah) = 100.000.000 / (1 – 250.000/500.000)
BEP (Rupiah) = 100.000.000 / (1 – 1/2)
BEP (Rupiah) = Rp 200.000.000
Jadi, perusahaan tersebut harus bisa mencapai penjualan sebesar Rp
200.000.000 untuk mencapai titik impasnya.

2. Laba
Laba dibagi bagi menjadi 2 yaitu laba kotor dan laba bersih :
laba kotor dihitung di akhir periode dan hasilnya berupa pendapatan perusahaan
dari penjualan produk di periode tersebut. Hasil dari pendapatan itu, nantinya akan

6
digunakan untuk melunasi biaya operasional, seperti biaya administrasi, biaya
produksi, maupun biaya untuk marketing.
laba bersih merupakan sisa pendapatan dari laba kotor, yang mana ketika semua
pendapatan sudah dialokasikan untuk membayar biaya produksi, gaji, suku bunga,
maupun pajak, sisanya itu yang disebut laba bersih.

a. Rumus Laba Kotor


Laba ini diperoleh dari selisih antara pendapatan dari penjualan bersih dan
harga pokok penjualan. Rumus yang dipakai adalah:
Laba Kotor = Penjualan Bersih – Harga Pokok Penjualan

Untuk mendapatkan angka penjualan bersih dan harga pokok penjualan


digunakan rumus ini: 
Penjualan Bersih = Penjualan – Potongan Penjualan – Retur Penjualan
HPP = Persediaan Awal – Pembelian Bersih – Persediaan Akhir
Laba ini merupakan angka yang penting dan seseorang yang bekerja untuk
menghitung ini harus teliti dan benar dalam data serta perhitungannya, karena
kalau tidak hasilnya dapat merugikan perusahaan.
b. Rumus Laba Bersih
Laba ini adalah ukuran besaran harta yang masuk (pendapatan dan keuntungan)
yang melebihi biaya pengeluaran. Rumusnya adalah berikut ini:
Laba Bersih = Laba Kotor – Beban Usaha (Biaya Operasional + Non
Operasional)

3. MOS (Margin Of Safety)


Margin of safety (MOS) merupakan salah satu prinsip dalam investasi yang sudah
lama dikenal oleh kalangan investor. Konsep ini dipopulerkan oleh bapak value
investor, yaitu Benjamin Graham.

7
Margin of  Safety (MOS) adalah selisih harga saham saat ini dengan nilai
intrinsiknya. Nilai instrinsik dapat diartikan sebagai nilai atau harga wajar sebuah
saham, nilai sebuah perusahaan atau harga yang seharusnya.
Sederhananya, MOS adalah sebuah konsep yang mengajarkan kita membeli
saham yang harganya lebih rendah dari harga yang seharusnya (nilai perusahaan).
Konsep ini sangat cocok untuk penganut aliran value investing yang memprioritaskan
pembelian saham ‘murah’ namun berkualitas tinggi.
Contohnya, suatu saham saat ini dijual dengan harga Rp6.000 per lembar saham.
Namun, sebenarnya nilai intrinsik saham tersebut adalah Rp10.000 per lembar saham.
Maka, margin of safety saham tersebut adalah 40% atau sebesar Rp4.000.
Berdasarkan contoh tersebut, diketahui bahwa cara menghitung margin of
safety  adalah:
= 1- (harga saham/nilai intrinsik)

4. DOL ( Degree Of Operating Leverage )

Degree of Operating Leverage (DOL) atau derajat leverage operasi adalah rasio


keuangan yang mengukur sensitivitas EBIT (Earnings Before Interests and Taxes)
atau Laba Usaha perusahaan terhadap penjualannya. Rasio keuangan ini
menunjukkan bagaimana perubahan penjualan perusahaan akan mempengaruhi EBIT.
Secara umum, dalam Laporan Laba Rugi kita bisa lihat bahwa
EBIT = Penjualan – COGS – Beban Operasional.

8
Formula DOL :
Degree of Operating Leverage = %perubahan EBIT : %perubahan Sales.
Misalnya emiten A mencetak pertumbuhan EBIT 30% dengan meningkatkan penjualan
sebesar 10%. Maka DOL emiten A adalah 3 (30%/10%).
Namun, kita juga bisa katakan bahwa
EBIT = Sales – Fixed Cost – Variable Cost.

C. BEP Lebih dari Satu Produk ( Multi Produk)


BEP Multi Produk adalah cara analisis terhadap hubungan biaya, volume dan laba
dimana perusahaan memproduksi lebih dari satu jenis produk, dengan BEP mixed biaya
tetap akan ditutup oleh produk yang marjinal (kontribusi rasio paling tinggi dan berturut-
turut ke produk yang kontribusi rasionya lebih rendah) Rumus BEP yang digunakan
adalah sebagai berikut:

9
BEP = Biaya Tetap : (CMa x Prop.a) + (CMb x Prop.b) + (CMn x Prop.n)

Keterangan :
CM         = Contribution Margin
Prop       = proporsi penjualan yang direncanakan atas produk A, produk B dan Produk N

Contoh :
Perusahaan menjual dua jenis produk A dan B.
 Volume penjualan A sebanyak 40 unit dan B sebanyak 60 unit.
 Harga jual A sebesar Rp. 1.000,- biaya variabel Rp. 750,-
Harga jual produk B sebesar Rp. 2.000,- biaya variabel sebesar Rp. 1.000,-
Biaya tetap perusahaan adalah Rp. 42.000,-

Maka kita dapat menghitung analisis-analisis berikut ini :


#1: Marjin Kontribusi :
Produk A = Rp. 1.000 – Rp. 750 = Rp. 250
Produk B = Rp. 2.000 – Rp. 1.000 = Rp. 1.000
Proporsi A = 40 : 100 = 40%
Proporsi B = 60 : 100 = 60%
#2: Break even point dalam unit :
= 42.000 : (250 x 40%) + (1.000 x 60%)
= 42.000 : 700 = 60 unit
Atau masing-masing terjual :
Produk A = 40% x 60 unit = 24 unit

Produk B = 60% x 60 unit = 36 unit 


#3: Break even point dalam rupiah :

10
= Unit x Harga jual
Produk A = 24 x Rp. 1.000 = Rp. 24.000,-
Produk B = 36 x Rp. 2.000 = Rp. 72.000,-
Total BEP dalam rupiah produk A dan B = Rp 24.000 + Rp. 72.000,= Rp. 96.000,-
#4: Perhitungan Laba Rugi Adalah Berikut Ini:
Penjualan : Rp. 96.000
Biaya variabel :
Produk A = 24 x Rp. 750 = Rp. 18.000
Produk B = 36 x Rp. 1.000 = Rp. 36.000
Total biaya variabel = Rp. 54.000
Contribution Margin :
= Rp. 96.000 – Rp. 54.000 = Rp. 42.000,-
Laba Rugi :
= Contribution Margin – Biaya Tetap
= Rp. 42.000 – Rp. 42.000 = Rp. 0

Dan bila digambarkan dengan sebuah grafik adalah sebagai berikut :

11
D. Aplikasi dan Manajerial dari Analisis Biaya, Velume, dan Laba
Analisis biaya-volume-laba (analisis CVP) merupakan suatu alat yang berguna untuk
perencanaan dan pengambilan keputusan. Karena analisis CVP menekankan pada
keterkaitan biaya, kuantitas yang terjual, dan harga, maka semua informasi keuangan
perusahaan terkandung didalamnya.
Analisis CVP dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat untuk mengidentifikasi
cakupan dan besarnya kesulitan ekonomi yang dihadapi suatu divisi dan membantu
mencari pemecahannya.
Analisis CVP dapat juga menyinggung beberapa isu: jumlah unit yang harus dijual
untuk mencapai titik impas; dampak pengurangan biaya tetap terhadap titik impas; dan
dampak kenaikan harga terhadap laba.
Analisis CVP memungkinkan para manajer untuk melakukan analisis sensitivitas
dengan menguji dampak dari berbagai tingkat harga atau biaya terhadap laba.

a. Penyajian secara grafis hubungan CVP


 Grafik Laba-Volume, menggambarkan secara visual hubungan antara laba dan
volume penjualan. Grafik labavolume merupakan grafik dari persamaan laba

12
operasi [Laba operasi = (Harga x Unit) – (Biaya variable per unit x Unit) –
Biaya tetap]. Untuk laba operasi sebgai variable dependen atau tak
bebas(ditunjukkan oleh sumbu vertical) dan unit merupakan variable
independen(diukur disepanjang sumbu horizontal).
 Grafik Biaya-Volume-Laba, menggambarkan hubungan antara biaya, volume, dan
laba. Untuk itu, diperlukan dua grafik dengan garis terpisah yaitu garis total
pendapatan dan garis total biaya. Pendapatan = Harga x Unit Total biaya =
Biaya variable per unit x Unit + Biaya tetap Dengan sumbu vertical diukur
dalam dolar dan sumbu horizontal dalam unit yang terjual.
b. Perubahan variable CVP
Ada beberapa cara untuk manajer menghadapi resiko dan ketidakpastian.
Pertama, pihak manajemen harus menyadari sifat ketidakpastian dari harga, biaya,
dan kuantitas di masa depan. Selanjutnya para manajer bergerak dari pertimbangan
titik impas ke pertimbangan kisaran titik impas. Para manajer juga dapat
menggunakan analisis bagaimana-jika (what if) selain analisis sensitivitas.
 Margin pengamanan (margin of safety) adalah unit yang terjual atau diharapkan
terjual atau pendapatan yang dihasilkan atau diharapkan untuk dihasilkan
melebihi volume impas. Margin pengaman dapat dipandang sebagai ukuran kasar
dari resiko.
 Pengungkit operasi (operating leverage) merupakan penggunaan biaya tetap untuk
menciptakan perubahan presentase laba yang lebih tinggi ketika aktivitas
penjualan berubah. Tingkat pengungkit operasi (degree of operating leverage =
DOL) untuk tingkat penjualan tertentu dapat diukur dengan menggunakan rasio
margin kontribusi terhadap laba. Tingkat pengungkit operasi = margin
kontribusi/laba operasional

BAB III

DAFTAR PUSTAKA

13
 https://money.kompas.com/read/2021/08/31/210136526/break-event-point-bep-definisi-
rumus-dan-cara-menghitungnya
 https://www.kajianpustaka.com/2017/11/pengertian-manfaat-dan-asumsi-dasar-break-
even-point.html
 https://www.rusdionoconsulting.com/break-even-point/
 https://www.idntimes.com/business/finance/ainal-zahra-1/cara-menghitung-laba-kotor-
apa-bedanya-dengan-rumus-yang-bersih/3
 https://doseninvestor.com/margin-of-safety
 https://www.axlarry.com/mengenal-degree-of-operating-leverage-dol/
 https://manajemenkeuangan.net/analisis-break-even-point-untuk-single-dan-mix-product/

14

Anda mungkin juga menyukai