Anda di halaman 1dari 16

Break Even Point (BEP)

BEP merupakan titik perpotongan antara garis sales dengan total cost,
yang menunjukkan tingkat produksi dimana besarnya sales sama dengan total cost.
Bila pabrik beroperasi di bawah kapasitas tersebut akan mengakibatkan kerugian
dan bila beroperasi di atas kapasitas tersebut, maka pabrik akan untung. dengan :
Fa = annual fixed expense pada kapasitas maksimum
Ra = annual regulated expense pada kapasitas maksimum
Va= annual variable expense pada kapasitas maksimum
Sa = annual sales value pada kapasitas maksimum

a) Annual Fixed Expense Depresiasi = Rp. 31.186.087.933,99


Property tax = Rp. 6.237.361.586,80
Insurance = Rp. 3.118.680.793,40 + Fa = Rp. 40.542.850.314,19
b) Annual Regulated Expense Labor cost = Rp. 3.456.000.000,00
Supervision = Rp. 691.200.000,00
Plant overhead = Rp. 1.728.000.000,00
Payroll overhead = Rp. 518.400.000,00
Plant supplies = Rp. 3.274.614.833,07
Maintenance = Rp. 21.830.765.553,79
Laboratory = Rp. 345.600.000,00
General Expense = Rp. 185.726.432.506,76+ Ra = Rp. 217.571.012.893,63
c) Annual Variable Expense Raw material = Rp. 79.021.491.41,27
Packaging & shipping = Rp. 87.541.988.422,16
Utilitas = Rp. 5.836.132.561,48
Royalti & paten = Rp. 12.875.756.294,25 + Va = Rp. 185.275.368.699,16
BEP = 43,01 %

Break Even point atau BEP adalah suatu analisis untuk menentukan dan mencari jumlah
barang atau jasa yang harus dijual kepada konsumen pada harga tertentu untuk menutupi
biaya-biaya yang timbul serta mendapatkan keuntungan / profit.

BEP amatlah penting kalau kita membuat usaha agar kita tidak mengalami kerugian, apa itu
usaha jasa atau manufaktur, diantara manfaat BEP adalah

1. alat perencanaan untuk hasilkan laba

2. Memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungannya


dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan.

3 Mengevaluasi laba dari perusahaan secara keseluruhan

4 Mengganti system laporan yang tebal dengan grafik yang mudah dibaca dan dimengerti

Setelah kita mengetahui betapa manfaatnya BEP dalam usaha yang kita rintis, kompenen
yang berperan disini yaitu biaya, dimana biaya yang dimaksud adalah biaya variabel dan
biaya tetap, dimana pada prakteknya untuk memisahkannya atau menentukan suatu biaya itu
biaya variabel atau tetap bukanlah pekerjaan yang mudah, Biaya tetap adalah biaya yang
harus dikeluarkan oleh kita untuk produksi ataupun tidak, sedangkan biaya variabel adalah
biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan satu unit produksi jadi kalau tidak produksi
maka tidak ada biaya ini

Salah satu kelemahan dari BEP yang lain adalah Bahwa hanya ada satu macam barang yang
diproduksi atau dijual. Jika lebih dari satu macam maka kombinasi atau komposisi
penjualannya (sales mix) akan tetap konstan. Jika dilihat di jaman sekarang ini bahwa
perusahaan untuk meningkatkan daya saingnya mereka menciptakan banyak produk jadi
sangat sulit dan ada satu asumsi lagi

yaitu Harga jual persatuan barang tidak akan berubah berapa pun jumlah satuan barang yang
dijual atau tidak ada perubahan harga secara umum. Hal ini demikian pun sulit ditemukan
dalam kenyataan dan prakteknya.

Bagaimana cara menghitungnya?

Dalam menyusun perhitungan BEP, kita perlu menentukan dulu 3 elemen dari rumus BEP
yaitu :

1. Fixed Cost (Biaya tetap) yaitu biaya yang dikeluarkan untuk menyewa tempat usaha,
perabotan, komputer dll. Biaya ini adalah biaya yang tetap kita harus keluarkan walaupun
kita hanya menjual 1 unit atau 2 unit, 5 unit, 100 unit atau tidak menjual sama sekali

2. Variable cost (biaya variable) yaitu biaya yang timbul dari setiap unit penjualan contohnya
setiap 1 unit terjual, kita perlu membayar komisi salesman, biaya antar, biaya kantong plastic,
biaya nota penjualan

3. Harga penjualan yaitu harga yang kita tentukan dijual kepada pembeli

Adapun rumus untuk menghitung Break Even Point ada 2 yaitu :

1. Rumus BEP untuk menghitung berapa unit yang harus dijual agar terjadi Break Even Point
:

Total Fixed Cost

__________________________________

Harga jual per unit dikurangi variable cost

Contoh :

Fixed Cost suatu toko lampu : Rp.200,000,-

Variable cost Rp.5,000 / unit

Harga jual Rp. 10,000 / unit


Maka BEP per unitnya adalah

Rp.200,000

__________ = 40 units

10,000 5,000

Artinya perusahaan perlu menjual 40 unit lampu agar terjadi break even point. Pada pejualan
unit ke 41, maka took itu mulai memperoleh keuntungan

2. Rumus BEP untuk menghitung berapa uang penjualan yang perlu diterima agar terjadi
BEP :

Total Fixed Cost

__________________________________ x Harga jual / unit

Harga jual per unit dikurangi variable cost

Dengan menggunakan contoh soal sama seperti diatas maka uang penjualan yang harus
diterima agar terjadi BEP adalah

Rp.200,000

__________ x Rp.10,000 = Rp.400,000,-

10,000 5,000

ANALISIS BREAK EVEN POINT

Anlisis BEP dapat memberikan hasil yang memadai,

apabila asumsi berikut terpenuhi :

_ Perilaku penerimaan dan pengeluaran dilukiskan dengan

akurat dan bersifat sepanjang rentang yang relevan

_ Biaya dapat dipisahkan antara biaya tetap dan biaya

variabel

_ Efisiensi dan produktivitas tidak berubah

_ Harga jual tidak berubah

_ Biaya- biaya tidak berubah

_ Bauran penjualan akan konstan


_ Tidak ada perbedaan yang signifikan antara persediaan

awal dan persediaan akhir

Pendekatan dalam mengitung BEP

_ Pendekatan Persamaan

_ Pendekatan Marjin Kontribusi

_ Pendekatan Grafik

Pendekatan persamaan

_ Y=cx bx a

_ Y = laba

_ c = harga jual per unit

_ x = jumlah produk

_ b = biaya variabel satuan

_ a =biaya tetap total

_ cx = hasil penjualan

_ bx = biaya variabel total

_ X(BEP dalam unit) = a/(c-b)

_ CX(BEP dalam unit) = ac/(c-b) = a/(1 b/c)

Biaya Tetap Vs Biaya Variabel

Dalam hubungannya dengan volume produksi :

(1)Biaya Variabel

Karakteristik :

_ biaya berubah total sebanding perubahan tingkat aktivitas

_ Biaya satuan tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan (biaya

satuan konstan)

Contoh dalam perusahan furniture


_ Biaya perlengkapan

_ Biaya bahan bakar

_ Biaya sumber tenaga

_ Biaya perkakas kecil

_ Asuransi aktiva tetap dan kewajiban

_ Gaji satpam dan pesuruh pabri

Dalam hubungannya dengan volume produksi :

(2)Biaya Tetap

Karakteristik :

_ Totalitas tidak berubah terhadap perubahan tingkat aktivitas

_ Biaya satuan berbanding terbalik terhadap perubahan volume kegiatan

Contoh dalam perusahan furniture

_ Biaya penyusutan

_ Gaji eksekutif

_ Pajak bumi dan bangunan

_ Amortisasi paten

_ Biaya penerimaan barang

_ Biaya komunikasi

_ Upah lembur

Dengan metoda

1. Pendekatan Persamaan

2. Pendekatan Marjin Kontribusi

3. Pendekatan Grafik

Pendekatan Margin Kontribusi

_ Mengurangkan nilai penjualan total (total revenue =TR) dengan biaya


variabel total (total Variabel cost = TVC)

_ Mengurangkan harga jual per unit dengan biaya variabel per unit guna

menghitung margin kontribusi per unit.

Pada Kasus CV. Donut Kotak

Harga Jual per unit Rp. 5.000

Biaya variabel Per Unit Rp. 3.000

Margin kontribusi Rp. 2.000

BEP(unit) = (Biaya tetap Total : Margin kontribusi per unit)

BEP(unit) = 7.500.000/2.000 = 3.750 unit

_ BEP (rupiah)

Terlebih dahulu harus dihitung Rasio Margin Kontribusi

_ Harga penjualan per unit Rp. 5.000,- 100 %

_ Biaya Variabel per unit Rp. 3.000,- 60 %

_ Margin kontribusi Rp. 2.000

Break even point adalah titik dimana Entity/company/business dalam keadaan belum
memperoleh keuntungan, tetapi juga sudah tidak merugi. Break Even point atau BEP dapat
diartikan suatu analisis untuk menentukan dan mencari jumlah barang atau jasa yang harus
dijual kepada konsumen pada harga tertentu untuk menutupi biaya-biaya yang timbul serta
mendapatkan keuntungan / profit.

BEP dapat diartikan suatu keadaan di mana dalam operasi perusahaan,


perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi (penghasilan yang
dinilai menggunakan total biaya). Tetapi analisa BEP tidak hanya semata-mata
untuk mengetahui keadaan perusahaan apakah mencapai titik BEP, akan tetapi
analisa BEP mampu memberikan informasi kepada pinjaman perusahaan
mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungannya dengan
kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan.
Fungsi Analisis BEP
Rumus BEP/analisis break even point (Analisis balik modal) digunakan untuk menentukan
hal-hal seperti:

Jumlah penjualan minimum yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak


mengalami kerugian. Jumlah penjualan minimum ini berarti juga jumlah produksi
minimum yang harus dibuat.
Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh laba yang telah direncanakan
atau dapat diartikan bahwa tingkat produksi harus ditetapkan untuk memperoleh laba
tersebut.
Mengukur dan menjaga agar penjualan dan tingkat produksi tidak lebih kecil dari
BEP.
Menganalisis perubahan harga jual, harga pokok dan besarnya hasil penjualan atau
tingkat produksi. Sehingga analisis terhadap BEP merupakan suatu alat perencanaan
penjualan dan sekaligus perencanaan tingkat produksi, agar perusahaan secara
minimal tidak mengalami kerugian. Selanjutnya karena harus memperoleh
keuntungan berarti perusahaan harus berproduksi di atas BEP-nya (Prawirasentono :
1997).

Rumus BEP (Break Even Point)


Berikut beberapa model rumus BEP yang dapat digunakan dalam analisis Break Even Point :

1) Pendekatan Matematis

Rumus BEP yang pertama adalah menghitung break even point yang harus diketahui
adalah jumlah total biaya tetap,
biaya variabel per unit atau total variabel, hasil penjualan total atau harga jual per unit.
Rumus yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:

1. Break even point dalam unit.

Keterangan :

BEP : Break Even Point

FC : Fixed Cost

VC : Variabel Cost

P : Price per unit

S : Sales Volume
2. Break even point dalam rupiah.

Berikut Contoh Kasus :

Diketahui PT. Gear Second memiliki usaha di bidang alat perkakas martil dengan data
sebagai berikut :

1. Kapasitas produksi yang mampu dipakai 100.000 unit mesin martil.


2. Harga jual persatuan diperkirakan Rp. 5000,- unit
3. Total biaya tetap sebesar Rp. 150.000.000,- dan total biaya variabel sebesar
Rp.250.000.000,-

Perincian masing-masing biaya adalah sebagai berikut :

1. Fixed Cost

Overhead Pabrik : Rp. 60.000.000,-

Biaya disribusi : Rp. 65.000.000,-

Biaya administrasi : Rp. 25.000.000,-

Total FC : Rp.150.000.000,-

2. Variable Cost

Biaya bahan : Rp. 70.000.000,-

Biaya tenaga kerja : Rp. 85.000.000,-

Overhead pabrik : Rp. 20.000.000,-

Biaya distribusi : Rp. 45.000.000,-

Biaya administrasi : Rp. 30.000.000,-

Total VC : Rp.250.000.000,-

Penyelesaian untuk mendapatkan BEP dalam unit maupun rupiah.

Penyelesaian :

Kapasitas produksi 100.000 unit

Harga jual per unit Rp. 5000,-


Total Penjualan 100.000 unit x Rp 5000,- = Rp. 500.000.000,-

Untuk mencari BEP dalam unit adalah sebagai berikut :

Keterangan : Jadi perusahaan harus menjual 60.000 Unit perkakas martil agar BEP.

Kemudian, mencari BEP dalam rupiah adalah sebagai berikut :

Keterangan : Jadi perusahaan harus mendapatkan omset sebesar Rp. 300.000.000,-


agar terjadi BEP.

Untuk membuktikan kedua hasil tersebut dengan :

BEP = Unit BEP x harga jual unit

BEP = 60.000 unit x Rp.5000 = Rp.300.000.000,-

2) Pendekatan Grafik

Kemudian rumus BEP yang kedua yaitu


pendekatan grafik menggambarkan hubungan antara volume penjualan dengan biaya ya
ng dikeluarkan oleh perusahaan serta laba. Selain itu juga untuk mengetahui biaya teta
p dan biaya variabel dan tingkat kerugian perusahaan. Asumsi
yang digunakan dalam analisis peulang pokok ini adalah bahwa harga jual, biaya variabel
per unit adalah konstan.

Dari grafik di bawah terlihat bahwa untuk tiap-tiap masing unit penjualan terdapat informasi
yang lengkap setiap rupiah penjualan, biaya tetap, biaya variabel, total biaya maupun laba
atau rugi. Jadi manajemen dapat melihat jika akan memproduksi sekian unit, akan terlihat
seluruh komponen di atas. BEP melalui grafik tampak jelas ditunjukkan baik dari segi unit
maupun rupiah yang diperoleh.
Pendekatan grafik dilakukan dengan menggambarkan unsur-unsur biaya dan penghasilan
kedalam sebuah gambar grafik. Dalam gambar tersebut akan terlihat garis-garis biaya tetap,
biaya total yang menggambarkan jumlah biaya tetap dan biaya variabel, dan garis
penghasilan penjualan. Besarnya volume produksi/penjualan dalam unit digambarkan pada
sumbu horizontal (sumbu X) dan besarnya biaya dan penghasilan penjualan digambarkan
pada sumbu vertikal (sumbu Y).

Untuk menggambarkan garis biaya tetap dalam grafik break even point dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu dengan menggambarkan garis biaya tetap secara horizontal sejajar
dengan sumbu X, atau dengan menggambarkan garis biaya tetap sejajar dengan garis biaya
variabel. Pada cara yang kedua, besarnya contribution margin akan tampak pada gambar
break even point tersebut.

Penentuan break even point pada grafik, yaitu pada titik dimana terjadi persilangan antara
garis penghasilan penjualan dengan garis biaya total. dan Apabila titik tersebut kita tarik garis
lurus vertikal ke bawah sampai sumbu X akan tampak besarnya break even point dalam unit.
dan Kalau titik itu ditarik garus lurus horizontal ke samping sampai sumbu Y, akan tampak
besarnya break even point dalam rupiah.

Baca Juga: Cara Berbisnis yang Baik Bagi Seorang Pemimpin

Kesimpulan

Demikian rumus BEP yang dapat saya paparkan, masih banyak yang kurang karena jikalau di
masukkan semua akan memakan banyak tulisan. Sekian dan semoga bermanfaat.
ANALISIS BREAK EVEN POINT ( BEP)

ANALISA BREAK EVEN POINT

A. Pengertian Analisi Break Even


Analisa break even adalah suatu teknik analisa untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap,
biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan.
Adapun pengertian pengertian Break Even Point menurut para ahli:
1. Menurut S. Munawir ( 2002) Titik break even point atau titik pulang pokok dapat diartikan
sebagai suatu keadaan dimana dalam operasinya perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak
menderita rugi ( total penghasilan = total biaya)
2. Menurut Abdullah (2004) Analisis Break even point disebut juga Cost volume profit analysis
Arti penting analisis break even point bagi manajer perusahaan dalam pengambilan keputusan
keuangan adalah sebagai berikut:
a) Guna menetapkan jumlah minimal yang harus diproduksi agar perusahaan tidak mengalami
kerugian
b) Penetapan jumlah penjualan yang harus dicapai untuk mendapatkan laba tertentu
c) Penetapan seberapa jauhkah menurunnya penjualan bisa ditolerir agar perusahaan tidak
menderita rugi
3. Menurut Purba (2002) Titik impas (break even point) berlandaskan pada pernyataan sederhana,
berapa besarnya unit produksi yang harus dijual untuk menutupi seluruh biaya yang dikeluarkan
untuk mengahsilkan produk tersebut.
4. Menurut PS. Djarwanto (2002) Break even point adalah suatu keadaan impas yaitu apabila telah
disusun perhitungan laba dan rugi suatu periode tertentu, perusahaan tersebut tidak mendapat
keuntungan dan sebaliknya tidak menderita kerugiaan.
5. Menurut Harahap (2004) Break even point berarti suatu keadaan dimana perusahaan tidak
mengalami laba dan juga tidak mengalami rugi artinya seluruh biaya yang dikeluarkan untuk
kegiatan produksi ini dapat ditutupi oleh penghasilan penjualan. Total biaya (biaya tetap dan
biaya variabel) sama dengan biaya total penjualan sehingga tidak ada laba atau rugi
6. Menurut Garrison dan Noreen 92004) break even point adalah tingkat penjualan yang diperlukan
untuk menutupi semua biaya operasional, dimana break even tersebut laba sebelum bunga dan
pajak sama dengan nol (0). Langkah pertama untuk menentukan break even adalah membagi
harga pokok penjualan (HPP) dan biaya operasi menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya
tetap merupakan fungsi dari waktu, bukan fungsi dari jumlah penjualan dan biasanya ditetapkan
berdasrkan kontrak, misalnya sewa gudang. Sedangkan biaya variabel tergantung langsung
dengan penjualan bukan fungsi dari waktu, misalnya biaya angkut barang.

B. Gambar Break Even (Break Even Chart)


Dalam gambar break even point dapat ditentukan, yaitu pada titik dimana terjadi persilangan
antara garis peenghasilan penjualan dengan garis biaya total. Apabila dari titik tersebut kita garis
lurus vertikal ke bawah sampai sumbu X akan nampak besarnya break even dalam unit. Kalau
dari titik itu ditarik lurus horizontal ke samping sampai sumbu Y, akan nampak bsarnya break
even dalam rupiah.
Dalam menggambarkan garis biaya tetap dalam gambar break even itu dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu dengan menggambarkan garis biaya tetap secara horizontal sejajar dengan
sumbu X, atau dengan menggambarkan garis biaya tetap sejajar dengan garis biaya variabel.
Pada cara yang kedua, besarnya contribution margin akan nampak pada gambar break even
tersebut. Untuk jelasnya dapatlah diberikan contoh di bawah ini.
Contoh:
Suatu perusahaan bekerja dengan biaya tetap sebesar Rp 300.000;. biaya variabel per unit
Rp 40;. Harga jual per unit Rp 100;. Kapasitas produksi maksimal 10.000 unit. Dengan dua cara
dalam menggambarkan garis biaya tetap, atas dasar data tersebut, kita dapat membuat dua
gambar break even seperti nampak dibawah ini:

Garis biaya tetap digambarkan secara horizontal sejajar dengan sumbu X

Garis biaya tetap digambarkan dengan garis biaya variabel

Dari gambar kedua tersebut di atas nampak bahwa break even point tercapai pada volume
penjualan sebesar Rp 500.000; atau dinyatakan dalam unit sebanyak 5.000 unit. Pada gambar
22.1.b adalah lebih baik karena pada gambar tersebut nampak konsep contribution margin.
Dalam gambar tersebut break even point tercapai pada volume kegiatan di mana contribution
margin (yaitu penghasilan penjualan minus biaya variabel) tepat sama besarnya dengan biaya
tetap, yaitu pada volume penjualan Rp 500.000; atau dalam unit sebanyak 5.000 unit

C. Perhitungan Break Even Point


Perhitungan break even point yang lebih tepat dapat dilakukan dengan cara trial and error
(serba coba-coba) atau dengan menggunakan rumus-rumus aljabar

1. Perhitungan Break Even Point dengan Cara Trial and Error


Perhitungan break even point dapat dilakukan dengan cara coba-coba, yaitu dengan
menghitungkeuntungan operasi dari suatu volume produksi/penjualan tertentu. Apabila
perhitungan tersebut menghasilkan keuntungan maka diambilvolume penjualan/produksi yang
lebih rendah. Apabila dengan mengambil suatu volume penjualan tertentu, perusahaan
menderita kerugian maka kita mengambil volume penjualan/produksi yang lebih besar. Demikan
dilakukan seterusnya hingga dicapai volume penjualan/produksi di mana penghasilan penjualan
tepat sama dengan besarnya biaya total.
Misalkan dari contoh 1 diambil volume produksi 6.000 unit. Dengan volume produksi 6.000 unit
maka dapat dihitung keuntungan operasi sebagai berikut:
=(6.000 x Rp 100) Rp 300.000 + (6.000 x Rp 40)
= Rp 600.000 (300.000 + Rp 240.000)
= Rp 60.000

Pada volume produksi 6.000 unit perusahaan masih mendapatkan keuntungan. Ini berarti bahwa
break even pointnya terletak di bawah 6.000 unit.
Misalkan diambil 4.000 unit, dan hasil perhitungannya adalah sebagai berikut
=(4.000 x Rp 100) Rp 300.000 + (4.000 x Rp 40)
= Rp 400.000 (300.000 + Rp 160.000)
= Rp 60.000

Pada volume produksi 4.000 unit ternyata diderita kerugian sebesar Rp 60.000. Ini berarti bahwa
break even pointnya lebih besar dari 4.000 unit.
Misalkan diambil 5.000 unit, dan hasil perhitungannya adalah sebagai berikut
=(5.000 x Rp 100) Rp 300.000 + (5.000 x Rp 40)
= Rp 500.000 (300.000 + Rp 200.000)
= Rp 0

Ternyata pada volume produksi/penjualan 5.000 unit tercapai break even pointyaitu yang
dimanakeuntungan netonya sama dengan nol.

2. Perhitungan Break Even Point dengan Menggunakan Rumus Aljabar


Perhitungan break even point dengan menggunakan rumus aljabar dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu
a) Atas dasar unit
Perhitungan break even point atas dasar unit dapat dilakukan dengan menggunakan rumus
Dimana
P = harga jual per unit
V = biaya variabel per unit
FC = biaya tetap
Q = jumlah unit /kuantitas produk yang dihasilkan dan dijual

b) Atas dasar sales dalam rupiah


Perhitungan break even point atas dasar sales dalam rupiah dapat dilakukan dengan
menggunakan rumus aljabar sebagai berikut:

Dimana
FC = biaya tetap
VC= biaya variabel
S = penjualan

D. Manfaat dan Kegunaan BEP


Manfaat BEP antara lain:
Alat perencanaan untuk hasilkan laba
Memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungannya
dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan.
Mengevaluasi laba dari perusahaan secara keseluruhaan.
Mengganti sistem laporan yang tebal dengan grafik yang mudah dibaca dan dimengerti

Telah dijelaskan sebelumbya bahwa analisa BEP sangat penting bagi pimpinan perusahaan
untuk mengetahui pada tingkat produksi berapa jumlah biaya akan sama dengan jumlah
penjualan atau dengan kata lain dengan mengetahui BEP kita akan mengetahui hubungan
antara penjualan, produksi, harga jual, biaya, rugi atau laba, sehingga memudahkan bagi
pimpinan untuk mengambil kebijaksanaan.

Analisis BEP berguna apabila beberapa asumsi dasar dipenuhi. Asumsi-asumsi tersebut adalah:

a) Biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat dikelompokan dalam biaya variabel dan
biaya tetap.
b) Besarnya biaya variabel secara total berubah-ubah secara proporsional dengan volume
produksi atau penjualan. Ini berarti bahwa biaya variabel per unitnya adalah tetap.
c) Besarnya biaya tetap secara total tidak berubah meskipun ada perubahan volume
produksi atau penjualan. Ini berarti bahwa biaya tetap per unitnya berubah-ubah karena adanya
perubahan volume kegiatan.
d) Jumlah unit produk yang terjual sama dengan jumlah per unit produk yang di produksi.
e) Harga jual produk per unit tidak berubah dalam periode tertentu.
f) Perusahaan hanya memproduksi satu jenis produk, apabila lebih dari satu jenis komposisi
masing-masing jenis produk dianggap konstan (tetap)
Analisa BEP juga dapat digunakan oleh pihak manajemen perusahaan dlam berbagai
pengambilan keputusan dalam berbagai pengambilan keputusan, antara lain mengenai;
Jumlah minimal produk yang harus terjual agar perusahaan tidak mengalami kerugian
Jumlah penjualan yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami kerugian
Besarnya penyimpanan penjualan berupa penurunan volume yang terjual agar perusahaan tidak
menderita kerugian.
Untuk mengetahui efek perubahan harga jual, biaya maupun volume penjualan terhadap laba
yang diperoleh.

BEP juga dapat digunakan dengan dalam tiga cara terpisah, namun ketiganya saling
berhubungan, yaitu untuk:
1. Menganalisa program otomatisasi dimana suatu perusahaan akan beroperasi secara lebih
mekanis dan otomatis dan mengganti biaya variabel dan biaya tetap.
2. Menelaah impak dari perluasan tingkat operasi secara umum
3. Untuk membuat keputusan tentang produk baru yang harus dicapai jika perusahaan
menginginkan BEP dalam suatu proyek yang diusulkan.

E. Kelemahan analisa BEP.


Sekalipun analisa BEP ini banyak digunakan oleh perusahaan, tetapi tidak dapat dilupakan
bahwa analisa ini mempunyai beberapa kelemahan. Kelemahan utama dari analisa BEP ini
anata lain : asumsi tentang linearity, kliasifikasi cost dan penggunaannya terbatas untuk jangka
waktu yang pendek.
Asumsi-asumsi dasar analisi BEP
1. Menentukan posisi laba rugi perusahaan
2. Menentukan penjualan minimal yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak
mengalami kerugiaan
3. Menetukan jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh keuntungan tertentu

F. Komponen yang berperan pada BEP


Komponen yang berperan pada BEP yaitu biaya, biaya yang dimaksud adalah biaya variabel
dan biaya tetap, dimana pada prakteknya untuk memisahkan atau menentukan suatu biaya itu
biaya variabel atau tetap bukanlah pekerjaan yang mudah dikeluarkan untuk menghasilkan satu
unit produksi jadi kalau tidak produksi maka tidak ada biaya ini.

Salah satu tujuan perusahaan adalah mencapai laba atau keuntungan sesuai dengan
pertumbuhan perusahaan. Untuk mencapai laba yang semaksimal mungkin dapat dilakukan
dengan tiga langkah sebagai berikut,yaitu:
1. Menekan biaya produksi maupun biaya operasional serendah-rendahnya dengan
mempertahankan tingkat harga, kualitas dan kuantitas.
2. Menentukan harga dengan sedemikian rupa sesuai dengan laba yang dikehendaki.
3. Meningkatkan volume kegiatan semaksimal mungki

Anda mungkin juga menyukai