Anda di halaman 1dari 54

UNIVERSITAS INDONESIA

HALAMAN JUDUL

LAPORAN ANALISIS SAHAM PT BANK MANDIRI (PERSERO)

MAKALAH UJIAN TENGAH SEMESTER

DISUSUN OLEH:

1. Devira Bellarose Pratiwi (1906416455)


2. Farida Rumonda Lubis (1906416511)
3. Lourie Joycelyn Nasution (1906416631)
4. Sri Prita Purwoningrum (1906416770)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM STUDI MANAJEMEN
JAKARTA
OKTOBER 2021
SURAT PERNYATAAN KEJUJURAN AKADEMIK

Dalam ujian mata kuliah Analisis Sekuritas,

Nama : 1. Devira Bellarose Pratiwi (1906416455)

2. Farida Rumoda Lubis (1906416511)

3. Lourie Joycelyn Nasution (1906416631)

4. Sri Prita Purwoningrum (1906416770)

Kami menyatakan dengan sejujurnya bahwa :

1. Kami tidak menerima dan atau tidak memberikan bantuan dalam bentuk apapun
kepada mahasiswa/kelompok lain dalam mengerjakan ujian/tugas.
2. Kami tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain dan mengakui nya sebagai
pekerjaan saya dan kelompok.
3. Kami memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman
sesuai dengan aturan akademik yang berlaku pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Indonesia.

Jakarta, Oktober 2021

(Devira Bellarose Pratiwi) (Farida Rumonda Lubis) (Lourie Joycelyn Nasution)

(Sri Prita Purwoningrum)

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
menganugerahkan banyak nikmat sehingga kami dapat menyusun makalah Laporan Analisis
Saham PT Bank Mandiri (Persero) untuk keperluan ujian tengah semester genap tahun ajaran
2021/2022 Program Studi Ekstensi Manajemen Universitas Indonesia.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal berkat kerjasama kelompok kami. Dalam
penyusunannya, kami menyadari bahwa hasil makalah Laporan Analisis Saham PT Bank
Mandiri (Persero) masih perlu dilakukan perbaikan apabila masih ditemukan kekurangan.
Sehingga kami selaku penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

Akhir kata, semoga makalah Laporan Analisis Saham PT Bank Mandiri (Persero) ini
dapat digunakan untuk kepentingan yang lebih luas.

Jakarta, Oktober 2021

Kelompok Penyusun

3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL 1

SURAT PERNYATAAN KEJUJURAN AKADEMIK 2

KATA PENGANTAR 3

DAFTAR ISI 4

BAB I
PENDAHULUAN 6
1.1 Latar Belakang 6
1.2 Rumusan Masalah 9
1.3 Tujuan Penulisan 10
1.4 Metode Penulisan 10
1.4.1 Metode yang Digunakan 10
1.4.2 Teknik Pengumpulan Data 10
1.5 Profil Singkat PT Bank Mandiri (Persero) 11
1.5.1 Visi dan Misi PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. 12
BAB II
PEMBAHASAN 13
2.1 Analisis Kinerja Keuangan BMRI 13
2.1.1 Internal Liquidity 13
2.1.2 Operating Performance 13
2.1.3 Risk Analysis 15
2.1.4 Growth Rate 16
2.2 Analisis Makroekonomi dan Industri BMRI 19
2.2.1 Analisis Makroekonomi 19
2.2.2 Analisis Industri 28
2.3 Analisis Indeks BMRI 32
2.3.1 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) 32
2.3.2 Overview Performa IHSG dan BMRI 33
2.3.3 Prosedur Perhitungan Indeks Saham IHSG dan BMRI 34
2.3.4 Kronologi Penerbitan Saham BMRI 38
2.4 Analisis Teknikal BMRI 41
2.4.1 Analisis Trend 41
2.4.2 Analisis Indikator 44

4
BAB III 47

KESIMPULAN 47
3.1 Kesimpulan 47
3.2 Rekomendasi 49
DAFTAR PUSTAKA 50

5
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pasar modal Indonesia khususnya saham saat ini mulai banyak dikenal masyarakat,
kesadaran masyarakat terhadap investasi demi pemerataan dan kemakmuran ekonomi sudah
mulai terlihat. Iklim investasi di Indonesia masih terus berada dalam tren positif. Hal ini
tercermin dari masih tumbuhnya jumlah investor di pasar modal, baik itu investor
reksadana, maupun Surat Berharga Negara (SBN). Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek
Indonesia (KSEI), jumlah investor pasar modal sudah mencapai angka 6,43 juta investor per
akhir September 2021. Jumlah ini mencatatkan kenaikan 5,41% secara bulanan dari posisi
Agustus yang sebesar 6,10 juta. Sementara jika sepanjang tahun ini, jumlah investor pasar
modal sudah berhasil tumbuh 65,73% mengingat pada akhir 2020 jumlahnya masih 3,88
juta investor.
Meningkatnya jumlah investor ini juga menandakan semakin meningkatnya
kepercayaan masyarakat terhadap pasar modal Indonesia. Perkembangan pasar modal
Indonesia saat ini tidak lepas dari kerjakeras Bursa Efek Indonesia (BEI), Otoritas Jasa
Keuangan (OJK), dan juga para Anggota Bursa (sekuritas) dalam melakukan sosialisasi dan
edukasi kepada masyarakat. Beberapa Instrument pasar modal yang dapat dipilih investor
yaitu obligasi, reksadana, saham dan juga instrument derivatif dari ketiganya, dan yang
paling populer dikalangan para investor adalah saham, instrument yang memiliki peluang
return paling tinggi, Namun, yang menjadi perhatian adalah semakin tinggi return tertentu
akan diikuti resiko yang tinggi pula (High Return High Risk).
Tingginya resiko dan banyaknya jumlah saham yang terdaftar di BEI membuat
investor harus lebih selektif dalam mengambil keputusan, karena tidak semua saham-saham
yang terdaftar tersebut memiliki keuangan yang sehat dan dapat menghasilkan return yang

6
diinginkan. Dengan fluktuasia dibursa saham yang sangat tinggi maka seorang investor
diperlukan untuk melakukan analisis terhadap saham yang dituju.

Dari grafik tersebut, jelas bahwa kondisi Pasar Modal berubah-ubah sesuai dengan
kondisi dan gejolak perekonomian yang terjadi. Harga saham berubah sesuai dengan permintaan
dan penawaran di pasar regular, apabila saham mengalami kelebihan permintaan, maka harga
saham akan cenderung naik, dan sebaliknya apabila saham mengalami kelebihan penawaran,
maka harga saham tersebut akan cenderung turun.
Analisa saham dibagi menjadi dua yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal,
dimana Analisis fundamental adalah analisis sekuritas yang menggunakan data-data
fundamental dan faktor-faktor eksternal terkait perusahaan atau badan usaha tersebut. Data
fundamental berupa data keuangan, data pangsa pasar, siklus bisnis, dan sebagainya. Analisis
fundamental digunakan oleh investor (investasi jangka panjang). disisi lain, analisis teknikal
adalah salah satu analisis dengan pendekatan mengevaluasi pergerakan suatu harga surat
berharga. Analisis teknikal mendasar pada pola pergerakan harga masa lampau yang berulang
dan dapat diprediksi. Analisis teknikal digunakan para trader (investor jangka pendek) sebagai
pedoman investasi.
Sebagai salah satu bank BUMN terbesar dengan kapitalisasi pasar di atas Rp300 triliun,

7
BMRI memiliki catatan perjalanan yang menarik. Setelah berdiri, Bank Mandiri berhasil
mencatatkan perbaikan kinerja secara signifikan. Dari posisi Rp1,18 triliun pada 2000, laba
BMRI mencapai Rp5,3 triliun pada 2004. Bank Mandiri kemudian melakukan penawaran
saham perdana atau initial public offering pada 14 Juli 2003 sebesar 20% atau ekuivalen dengan
4 miliar lembar saham, dengan harga IPO Rp675/saham. Kinerja BMRI terus menanjak dan
menjadi salah satu bank korporasi andalan milik pemerintah. Selain laba, kinerja mengesankan
BMRI lainnya adalah berhasil menyusutkan kredit bermasalah atau Non-Performing Loan
(NPL) dari 15,34% pada 2005 menjadi 0,62% pada 2010. Namun, perjalanan bank ini tak
selalu berjalan mulus. Pada 2016-2017, saat sektor pertambangan, khususnya batu bara
mengalami penurunan kinerja cukup tajam, BMRI menjadi salah satu yang ikut terdampak.
Dikutip dari detik.com, akibat kredit yang disalurkan ke sektor itu, BMRI mencatatkan rasio
NPL hingga 4%. BMRI perlahan-lahan berhasil bangkit kembali dan memperbaiki kinerjanya.
Pada 2019, BMRI berhasil mengungguli bank-bank BUMN lainnya dari sisi pertumbuhan laba.
Pada tahun 2021 PT Bank Mandiri (Persero) TBK (BMRI) berhasil melanjutkan kinerja
positifnya hingga semester 1 2021, BMRI berhasil mencatat pendapatan bunga bersih sebesar
21,50% secara year on year (yoy) menjadi Rp 35,16 triliun. Sehingga, laba bersih ikut naik
hingga 21,45% secara yoy menjadi Rp12,5 triliun pada semester I-2021. Melihat dari segi
pertumbuhan kredit, Bank Mandiri juga mencatatkan pertumbuhan sebesar 5,4% (bank-only),
sedangkan secara konsolidasi dengan Bank Syariah Indonesia, bank Mandiri berhasil
mencatatkan pertumbuhan 16,4% yoy per Juni 2021 dengan penyaluran kredit yang difokuskan
pada sektor-sektor yang dianggap prospektif seperti sektor telekomunikasi mencatat
pertumbuhan kredit tertinggi sebesar 57% year to date (ytd), dengan kenaikan outstanding loan
sebesar Rp 12,6 triliun. Sedangkan secara bank-only, segmen perusahaan masih menjadi
penopang kinerja dengan pertumbuhan 8,2% ytd. Segmen tersebut juga berkontribusi pada 42%
dari total kredit Mandiri sepanjang tahun ini. BMRI juga berhasil menjaga level Net Interest
Margin (NIM) di level 5%, atau sesuai guideline manajemen yang sebesar 4,8% – 5,1%.

8
Dengan Melihat garafik diatas, dan kinerja saham BMRI yang dapat dikatakan baik dan
positif, maka disusunlah laporan analisis ini untuk melihat apakah investasi pada saham BMRI
merupakan sebuah pilihan investasi yang tepat dan bagaimana kinerja saham dimasa yang akan
datang dengan menggunakan sebagaian besar teknik analisa fundamental dan analisis teknikal
yang dipelajari dalam mata kuliah Analisis Sekuritas, untuk itu laporan ini mengangkat judul
“LAPORAN ANALISIS SAHAM PT BANK MANDIRI (PERSERO)”.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana kinerja keuangan BMRI dalam 5 tahun terakhir?
2. Bagaimana kondisi makroekonomi dan industri BMRI 1-5 tahun mendatang?
3. Bagaimana kinerja indeks pasar dan industri BMRI di bursa efek?
4. Bagaimana pergerakan dan prediksi harga saham BMRI?

9
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui kinerja keuangan BMRI dalam 5 tahun terakhir.
2. Mengetahui kondisi makroekonomi dan industri BMRI 1-5 tahun mendatang.
3. Mengetahui kinerja indeks pasar dan industri BMRI di bursa efek.
4. Mengetahui pergerakan dan prediksi atas harga saham BMRI.

1.4 Metode Penulisan


1.4.1 Metode yang Digunakan

Dalam penulisan makalah ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan


kualitatif digunakan karena dalam makalah ini penulis ingin mengetahui kinerja
keuangan BMRI, kondisi makroekonomi dan industri BMRI, kinerja indeks pasar dan
industri BMRI, dan pergerakan atas prediksi harga saham BMRI, dengan mengamati
Laporan Keuangan BMRI, Laporan Tahunan BMRI, Informasi Harga Saham serta
informasi lainnya yang tersedia di Bursa Efek Indonesia. Pendekatan kualitatif menurut
Bodgan dan Taylor (2009) sebagaimana yang dikutip oleh Ahmad Tanzeh adalah
penelitian yang menggunakan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang diamati (Kusbiantoro, 2012).

1.4.2 Teknik Pengumpulan Data

A. Sumber Data
Data dalam penulisan ini adalah data sekunder. Data sekunder yaitu bahan pustaka yang
mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku perpustakaan karya ilmiah,
artikel-artikel, serta dokumen yang berkaitan dengan materi penelitian (Soekanto &
Mamudji, 2011). Data yang penulis gunakan untuk membuat laporan analisis PT Bank
Mandiri merupakan data-data dari Laporan Keuangan BMRI, Laporan Tahunan BMRI,
Informasi Harga Saham serta informasi lainnya yang tersedia di Bursa Efek Indonesia.
B. Metode Pengumpulan Data
1) Studi Pustaka
Studi Pustaka merupakan gambaran yang menyeluruh tentang suatu informasi yang

10
dapat dijadikan sebagai referensi bagi penulis dalam melengkapi penelitian ini. Studi
Pustaka dapat diperoleh melalui buku-buku ilmiah, jurnal, internet, maupun bacaan
yang berkaitan dengan topik penelitian.

1.5 Profil Singkat PT Bank Mandiri (Persero)


Saat ini Bank Mandiri menjadi salah satu bank terbesar dengan nasabah yang sangat
signifikan perkembangannya. Pada 2 Oktober 1998, Bank Mandiri resmi berdiri. Saat itu
pemerintah Republik Indonesia sedang melakukan restrukturisasi perbankan untuk
menanggulangi krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997.
Empat bank lain yang akhirnya bergabung dengan Bank Mandiri pada 31 Juli 1999, di
antaranya Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Ekspor Impor Indonesia, dan Bank
Pembangunan Indonesia.
Sebagaimana yang tercatat, Bank Mandiri bank BUMN ini melalui beberapa kali
transformasi guna menyesuaikan dengan kebutuhan dasar masyarakat. Bank Mandiri sebagai
bank terbesar hingga hari ini telah mampu merengkuh segmen lintas kelas sehingga kebutuhan
nasabahnya akan terpenuhi melalui program-program yang ditawarkan.
Di samping memberikan pelayanan perbankan, Bank Mandiri juga menawarkan jasa
proteksi lewat AXA Mandiri dan Mandiri Inhealth. Kedua asuransi tersebut menawarkan
benefit-benefit berupa:
a. pertanggungan biaya pembedahan,
b. penggantian biaya kamar rawat inap di rumah sakit maksimal 90 hari dalam
setahun,
c. polis asuransi dapat diperpanjang hingga nasabah berusia 99 tahun,
d. pertanggungan biaya rumah sakit,
e. manfaat pertanggungan biaya rawat jalan,
f. manfaat pengembalian premi 110% jika tidak ada klaim hingga 10 tahun polis
asuransi berjalan, dan masih banyak lagi.

11
1.5.1 Visi dan Misi PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.

A. Visi
Menjadi partner finansial pilihan utama masyarakat.

B. Misi
Menyesuaikan program perusahaan dengan perkembangan dunia dan teknologi, yaitu
menyediakan layanan perbankan digital yang andal dan simpel sehingga mempermudah
kehidupan keuangan nasabah.

12
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Analisis Kinerja Keuangan BMRI
2.1.1 Internal Liquidity

Kinerja keuangan adalah penentuan secara periodik tampilan keuangan berdasarkan


sasaran, standar dan kinerja yang telah ditetapkan sebelumnya. Mengukur kinerja keuangan
menggunakan analisis keuangan karena analisis keuangan melibatkan penilaian terhadap
keuangan di masa yang akan datang dan untuk menentukan keunggulan suatu kinerja. Kinerja
keuangan bank dapat dinilai dari kinerja untuk tahun yang lalu maupun yang sedang berjalan
dengan menganalisis laporan keuangan. Febriyani dan Zulfadin (2006:42), mengemukakan
kinerja keuangan dapat diukur dengan menganalisa dan mengevaluasi laporan keuangan.
Informasi posisi keuangan dan kinerja keuangan di masa lalu digunakan sebagai dasar untuk
memprediksi posisi keuangan dan kinerja di masa depan dan hal-hal lain yang langsung menarik
perhatian pemakai seperti pembayaran deviden, upah, perkerakan harga sekuritas dan
kemampuan untuk memenuhi komitmennya ketika jatuh tempo. Sedangkan Menurut Fahmi
(2011:239), kinerja keuangan adalah: suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauhmana
perusahaan telah melaksanakan keuangan secara baik dan benar.
Salah satu hal yang dapat diukur terkait kinerja bank adalah dengan melakukan analisis
likuiditas. Analisis Likuiditas terhadap Bank dilakukan dengan mengukur rasio dimana Rasio ini
bertujuan untuk mengukur seberapa likuid suatu bank dalam melayani nasabahnya, dalam
analisis ini dilakukan perbandingan antara likuiditas kedua bank yaitu BMRI dan BBNI atau
Bank BNI yang merupakan salah satu kompetitor BUMN dari Bank yang dianlisis. dari
informasi yang disampaikan dapat disajikan sebagai berikut :

2020 2019 2018 2017 2016


BBN
No.
Rasio BMRI BBNI BMRI I BMRI BBNI BMRI BBNI BMRI BBNI
80,84 87,30 93,93 91,5 95,46 88,80 87,16 85,60 85,86 90,40
1 Loan to funding ratio (LFR) % % % 0% % % % % % %

13
Rasio Aset Likuid terhadap 17,27 20,20 13,97 18,6 15,62 19,70 21,66 20,20 23,44 19,00
2 Total Aset % % % 0% % % % % % %
Rasio Total Aset Likuid
terhadap Pendanaan 22,38 25,80 18,85 18,4 25,01 17,80 30,89 24,80 34,60 22,60
3 Jangka Pendek % % % 0% % % % % % %
Rasio Total Kredit kepada
UMKM terhadap Total 11,79 20,70 11,64 20,4 11,68 19,50 12,47 18,30 13,55 17,70
4 Kredit % % % 0% % % % % % %

Dari tabel diatas didapatkan bahwa, secara Rata-rata LFR dari kedua Bank menunjukan
rata-rata pada kisaran 78% - 100% yang merupakan kisaran ideal yang ditentukan oleh BI. LFR
yang sebelumnya LDR adalah alat ukur penilaian suatu bank yang dinyatakan dalam persentase.
Apabila rasio perbandingannya terlalu tinggi, artinya likuiditas bank rendah atau tidak likuid.
Sebaliknya bila rasionya terlalu rendah, artinya penghasilan bank tidak mencapai target. selain
itu, LFR dari kedua bank sama-sama menunjukan fluktuasi besaran setiap tahunnya yang tidak
terlalu jauh, sehingga sama baiknya namun jika dilihat dari tahun perbandingan tahun 2019 dan
tahun 2020 yang dimungkinkan besaran tersebut terdampak karena adanya pandemi, Bank
mandiri lebih terdampak signifikan dibandingkan BNI yang terlihat lebih stabil besaran
persentase LFR.
Rasio Total Aset Likuid terhadap Pendanaan Jangka Pendek, terlihat bahwa setiap
tahunnya BMRI jauh lebih berfluktuasi dibandingkan dengan BBNI, serta sampai dengan tahun
2019 BMRI selalu mengalami penurunan persentase untuk rasio ini, dari sini terlihat bahwa
kemampuan bank BNI dalam membayar kembali simpanan nasabah pada saat ditarik dengan
menggunakan alat-alat likuid yang dimilikinya lebih unggul dibandingng Mandiri
Secara keseluruhan jika dilihat dari rasio likuiditas kedua Bank, maka dapat disimpulkan
bahwa kinerja keuangan ke dua Bank cukup baik, dan memiliki cukup aset liquid untuk
menjalankan kegiatan bank tersebut.
2.1.2 Operating Performance

Terdapat dua rasio yang dapat menunjukkan sebaik apa manajemen suatu perusahaan
dalam menjalankan bisnisnya, yaitu operating efficiency ratios dan operating profitability ratios.
Pada operating efficiency ratios, akan diketahui bagaimana manajemen dalam mengelola aset

14
dan modal yang dimiliki, diukur berdasarkan total penjualan. Operating profitability ratios
berguna dalam menganalisa keuntungan sebagai persentase penjualan serta persentase aset dan
modal yang digunakan. Dalam analisis operating performance, ingin menunjukkan seberapa
efektif dan efisien suatu perusahaan dalam menggunakan sumber daya yang dimiliki untuk
menghasilkan keuntungan.
Dari analisis operating performance, akan didapatkan persentase ROE. ROE
menunjukkan persentase kemampuan perusahaan dalam mengembalikan keuntungan atas ekuitas
atau modal yang telah diinvestasikan oleh investor. Perhitungan operating performance pada
saham BMRI mengambil data laporan keuangan dari tahun 2016 - 2020, atau selama 5 tahun.
Hasil akhir ROE saham BMRI akan dibandingkan dengan saham BBNI sebagai salah satu
kompetitor dalam bidang yang sama.
Mandiri
2016 2017 2018 2019 2020
Total Assets 1.038.706.009 1.124.700.847 1.202.252.094 1.318.246.335 1.429.334.484
Sales 73.764.225 77.283.843 85.001.830 87.738.089 85.707.726
EBIT 49.880.925 26.495.664 71.471.936 76.527.681 63.823.094
Interest Expense 31.268.198 -674.087 37.566.139 40.076.167 40.646.791
Income Taxes -3.922.802 -5.713.821 -8.091.432 -7.985.848 -5.652.417
Equity 153.369.723 170.006.132 184.960.305 209.034.525 193.796.083
Net Before Tax 18.572.965 27.156.863 33.943.369 36.441.440 23.298.041

2016 2017 2018 2019 2020


Operating Profit
Margin 67,62% 34,28% 84,08% 87,22% 74,47%
Total Asset Turnover 0,0710 0,0687 0,0707 0,0666 0,0600
Interest Expense Rate 0,0301 -0,0006 0,0312 0,0304 0,0284
Financial Leverage
Multiplier 6,7726 6,6156 6,5001 6,3064 7,3755
Tax Retention Rate 1,2112 1,2104 1,2384 1,2191 1,2426

Return on Owner's
Equity 1,19% -0,01% 1,50% 1,36% 1,16%
Analisis operating performance BMRI periode 2016 - 2020

15
BNI
2016 2017 2018 2019 2020
Total Assets 603.032.000 709.330.000 808.572.000 845.605.000 891.337.000
Sales 59.327.000 66.556.000 71.749.000 78.403.000 74.916.000
EBIT 41.299.000 45.212.000 48.771.000 52.012.000 52.036.000
Interest Expense 19.217.000 20.863.000 21.783.000 23.687.000 24.214.000
Income Taxes -2.893.000 -3.395.000 -4.729.000 -3.861.000 -1.791.000
Equity 89.254.000 100.903.304 110.373.789 125.003.948 112.872.199
Net Before Tax 14.303.000 17.165.000 19.821.000 19.369.000 5.112.000

2016 2017 2018 2019 2020


Operating Profit Margin 69,61% 67,93% 67,97% 66,34% 69,46%
Total Asset Turnover 0,0984 0,0938 0,0887 0,0927 0,0840
Interest Expense Rate 0,0319 0,0294 0,0269 0,0280 0,0272
Financial Leverage
Multiplier 6,7564 7,0298 7,3258 6,7646 7,8969
Tax Retention Rate 1,2023 1,1978 1,2386 1,1993 1,3504

Return on Owner's Equity 1,77% 1,58% 1,47% 1,40% 1,69%


Analisis operating performance BBNI periode 2016 - 2020
Berdasarkan Rasio Operating Profitability, Bank Mandiri dan Bank BNI terlihat saling
bersaing dalam menjalankan manajemen usahanya dengan baik, hal tersebut dilihat dari nilai
ROE yang kurang lebih berada pada angka yang saling mendekati. Meskipun, dari tahun
2016-2020, rata-rata ROE yang dimiliki oleh Bank BNI cenderung sedikit lebih tinggi dibanding
Bank Mandiri, tetapi terlihat Bank Mandiri terus berusaha untuk terus meningkatkan nilai ROE
nya.

2.1.3 Risk Analysis

Analisis risiko menguji ketidakpastian arus pendapatan untuk perusahaan total dan untuk
sumber modal individu (utang, saham preferen, dan saham biasa). Ini melibatkan pemeriksaan
faktor-faktor utama yang menyebabkan arus pendapatan perusahaan bervariasi. Arus pendapatan

16
yang lebih fluktuatif berarti risiko (ketidakpastian) yang lebih besar yang akan dihadapi investor.
Terdapat dua perhitungan yang dapat digunakan dalam analisis ini.
Debt-Equity Ratio = Total Long-Term Debt / Total Equity
Interest Coverage = EBIT / Interest Expense

2016 2017 2018 2019 2020


Mandiri
Total Long-Term
- Debt 822.989.987 885.188.250 938.109.906 1.022.580.129 1.146.981.514
- Total Equity 153.369.723 170.006.132 184.960.305 209.034.525 193.796.083
Debt-Equity Ratio 536,61% 520,68% 507,20% 489,19% 591,85%
BNI
Total Long-Term
- Debt 489.425.000 579.219.000 667.078.000 683.216.000 740.675.000
- Total Equity 89.254.000 100.903.304 110.373.789 125.003.948 112.872.199
Debt-Equity Ratio 548,35% 574,03% 604,38% 546,56% 656,21%

2016 2017 2018 2019 2020


Mandiri
- EBIT 49.880.925 26.495.664 71.471.936 76.527.681 63.823.094
Interest
- Expense 31.268.198 -674.087 37.566.139 40.076.167 40.646.791
Interest Coverage 1,60 -39,31 1,90 1,91 1,57
BNI
- EBIT 41.299.000 45.212.000 48.771.000 52.012.000 52.036.000
Interest
- Expense 19.217.000 20.863.000 21.783.000 23.687.000 24.214.000
Interest Coverage 2,15 2,17 2,24 2,20 2,15

Dari perhitungan di atas maka dapat disimpulkan bahwa Bank Mandiri dengan
kompetitornya, dalam hal ini adalah Bank BNI, memiliki tingkat risiko bisnis yang satu level.
Jika ditinjau dari kepemilikan hutangnya maka Mandiri sedikit lebih baik dibandingkan BNI.
Namun bila ditinjau dari kemampuan untuk mengcover beban bunga yang dimiliki, maka BNI
lebih unggul dibandingkan Mandiri, selain itu BNI kemampuannya relatif lebih stabil dari tahun

17
ke tahun dibandingkan Mandiri.

2.1.4 Growth Rate

Setiap perusahaan berusaha mencapai pertumbuhan yang tinggi setiap tahunnya


karena pertumbuhan perusahaan memberikan gambaran perkembangan perusahaan yang
terjadi (Fauzi dan Suhadak, 2015). Menurut Brigham dan Houston (2011:189) menyatakan
bahwa perusahaan yang memiliki pertumbuhan lebih cepat harus lebih mengandalkan diri
pada modal eksternal.
Kreditor tertarik pada kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban di masa
depan. Nilai perusahaan ditentukan oleh pertumbuhannya di masa depan dalam hal pendapatan
dan dividen. Penentu tingkat pertumbuhan suatu perusahaan yaitu sumber daya atau modal yang
disimpan dan diinvestasikan kembali serta tingkat pengembalian dari modal yang diinvestasikan.
Formula untuk menentukan tingkat pertumbuhan perusahaan dapat dijabarkan sebagai berikut:
potential growth rate (g) = the retention rate of earnings (RR) x return on equity (ROE)
RR = (retained earnings)/(net income)
ROE = (net income)/equity
Berikut perhitungan tingkat pertumbuhan Bank Mandiri dalam lima tahun terakhir
(2016-2020) dan perbandingannya dengan industri pesaing, yaitu Bank BNI.

2016 2017 2018 2019 2020

Mandiri

- Net Income 14.650.163 21.443.042 25.851.937 28.455.592 17.645.624

- Equity 153.369.723 170.006.132 184.960.305 209.034.525 193.796.083

- Retained Earnings 96.930.793 111.357.522 127.084.686 143.310.060 124.656.051

BNI

18
- Net Income 11.410.196 13.770.592 15.091.763 15.508.583 3.321.442

- Equity 89.254.000 100.903.304 110.373.789 125.003.948 112.872.199

- Retained Earnings 50.798.322 60.313.505 71.046.832 82.463.505 66.980.701

2016 2017 2018 2019 2020

Mandiri

- RR 6,62 5,19 4,92 5,04 7,06

- ROE 0,10 0,13 0,14 0,14 0,09

- Growth Rate 63,20% 65,50% 68,71% 68,56% 64,32%

BNI

- RR 4,45 4,38 4,71 5,32 20,17

- ROE 0,13 0,14 0,14 0,12 0,03

- Growth Rate 56,91% 59,77% 64,37% 65,97% 59,34%

2016 2017 2018 2019 2020

Mandiri 63,20% 65,50% 68,71% 68,56% 64,32%

BNI 56,91% 59,77% 64,37% 65,97% 59,34%

19
Dapat dilihat bahwa Mandiri memiliki potensi tingkat pertumbuhan (potential growth
rate) yang lebih baik dibandingkan dengan pesaingnya, yaitu BNI. Hal ini juga dapat terlihat dari
net income Mandiri yang terus mengalami kenaikan yang signifikan setiap tahunnya
dibandingkan dengan BNI.
Pertumbuhan perusahaan dapat menjadi indikator dari profitabilitas dan keberhasilan
perusahaan. Dalam hal ini, pertumbuhan perusahaan merupakan perwakilan untuk ketersediaan
dana internal. Jika perusahaan berhasil dan memperoleh laba, maka tersedia dana internal yang
cukup untuk kebutuhan investasi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Mandiri memiliki
ketersediaan dana internal yang lebih baik untuk memenuhi kebutuhan investasinya dimasa
mendatang dibandingkan dengan BNI.
Dilihat dari sudut pandang investor, pertumbuhan suatu perusahaan merupakan tanda
bahwa perusahaan memiliki aspek yang menguntungkan karena mereka mengharapkan rate of
return atau tingkat pengembalian dari investasi mereka memberikan hasil yang lebih baik. Dalam
hal ini Mandiri dianggap akan lebih memberikan pengembalian investasi dengan hasil yang lebih
baik daripada BNI.

20
2.2 Analisis Makroekonomi dan Industri BMRI
2.2.1 Analisis Makroekonomi

A. Money Supply
1. Money Supply and the Economic
Friedman dan Schwartz: Penurunan tingkat pertumbuhan jumlah uang beredar
telah mendahului kontraksi bisnis rata-rata 20 bulan, sementara peningkatan tingkat
pertumbuhan jumlah uang beredar telah mendahului ekspansi ekonomi dengan sekitar
8 bulan.
Friedman mengatakan bahwa mekanisme transmisi melalui perubahan tingkat
pertumbuhan jumlah uang beredar mempengaruhi perekonomian agregat. Dia
berhipotesis bahwa, untuk mengimplementasikan perubahan yang direncanakan
dalam kebijakan moneter, Federal Reserve (Bank Sentral) terlibat dalam operasi pasar
terbuka, membeli atau menjual obligasi negara untuk menyesuaikan cadangan bank
dan, akhirnya, jumlah uang beredar. Karena kesepakatan Fed dalam obligasi
pemerintah, dampak likuiditas awal ketika Fed membeli obligasi pemerintah
mempengaruhi pasar obligasi, menciptakan kelebihan likuiditas bagi mereka
yang menjual obligasi ke Fed. Hasilnya adalah kenaikan harga obligasi dan
penurunan suku bunga. Naik atau turunnya harga obligasi pemerintah selanjutnya
menyaring ke obligasi korporasi, dan perubahan likuiditas ini pada akhirnya
mempengaruhi saham biasa dan kemudian pasar barang nyata. Dampak pertumbuhan
uang beredar terhadap harga saham adalah benar-benar bagian dari proses transmisi
dimana jumlah uang beredar mempengaruhi ekonomi agregat. Skenario transmisi
likuiditas ini menyiratkan bahwa efek dari perubahan kebijakan moneter pada
awalnya muncul di pasar keuangan (obligasi dan saham) dan kemudian di ekonomi
agregat.
2. Money Supply and Stock Prices
Studi awal yang dilakukan pada 1960-an dan awal 1970-an umumnya
menunjukkan hubungan utama yang kuat antara perubahan jumlah uang beredar dan
harga saham. Hasil tersebut menyiratkan bahwa perubahan tingkat pertumbuhan

21
jumlah uang beredar dapat berfungsi sebagai indikator utama perubahan harga saham.
Studi pada 1980-an meneliti hubungan pengembalian saham dengan pertumbuhan
uang beredar yang diantisipasi dan tidak diantisipasi dengan menggunakan data uang
beredar mingguan. Hasilnya menunjukkan bahwa perubahan jumlah uang beredar
mempengaruhi harga saham tetapi harga saham menyesuaikan dengan sangat
cepat terhadap perubahan jumlah uang beredar yang tidak terduga.
Setelah lebih dari satu dekade penelitian terbatas tentang topik ini, beberapa
penelitian terbaru telah menemukan bahwa lingkungan moneter memang
berdampak pada pengembalian saham. Serangkaian studi terbaru oleh Jensen,
Johnson, dan Mercer (JJM) menunjukkan bahwa hasil dari beberapa studi
sebelumnya yang menguji hubungan antara beberapa variabel ekonomi dan
pengembalian saham atau beberapa variabel perusahaan dan pengembalian saham
dapat dipengaruhi secara signifikan oleh lingkungan moneter yang berlaku. Studi JJM
juga menunjukkan bahwa hubungan antara pengembalian harga saham dan ukuran
serta rasio harga terhadap nilai buku yang ditemukan dalam beberapa penelitian
hanya berlaku selama periode kebijakan moneter yang mudah.

Tabel 1. Jumlah Uang Beredar Indonesia

M2 2016 2017 2018 2019 2020


5.004.976,79 5.419.165,05 5.760.046,20 6.136.551,81 6.900.049,49
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)

22
Dari data jumlah uang beredar secara luas (M2) di atas dapat terlihat bahwa dalam
lima tahun terakhir, Indonesia memiliki jumlah uang beredar yang terus meningkat dari
tahun ke tahun. Persentase peningkatan rata-rata sebesar 7,7%, dengan peningkatan
tertinggi terjadi dari tahun 2019 ke tahun 2020 yaitu mencapai sebesar 11,1%.
Berdasarkan faktor yang mempengaruhi, peningkatan M2 pada Desember 2020
disebabkan oleh aktiva luar negeri bersih dan kenaikan ekspansi keuangan pemerintah.
Hal ini tercermin dari pertumbuhan aktiva luar negeri bersih Desember 2020 sebesar
13,6% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan November 2020 sebesar
10,3% (yoy). Tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat juga meningkat, dari 66,5% (yoy)
menjadi 66,9% (yoy) pada Desember 2020.
Tabel 2. Harga Saham Mandiri

BMRI 2016 2017 2018 2019 2020

5.788 8.000 7.375 7.675 6.325

23
Dari data di atas terlihat bahwa harga saham Bank Mandiri selama 5 tahun terakhir
berfluktuasi setiap tahunnya. Peningkatan harga saham tertinggi terjadi tahun 2017 yaitu
mencapai sebesar 27,7% dari tahun sebelumnya. Kenaikan ini terjadi karena adanya
kebijakan pemecahan nilai saham (stock split) pada September 2017. Stock split saham
BMRI dilakukan dari nilai nominal Rp 500 menjadi Rp 250 per saham. Artinya, rasio
stock split BMRI adalah 1:2. Mengacu pada tanggal pengumuman rencana stock split,
saham BMRI sejak pertama kali diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) sudah
naik 1.881,48 persen. Saat IPO, harga saham perdana BMRI Rp 675 dan menjadi Rp
13.375 per saham.
Sedangkan penurunan harga saham tertinggi terjadi di tahun 2020 yaitu mencapai
-21,3% dari tahun 2019. Perlambatan ekonomi akibat pandemi Covid-19 membuat laba
bersih PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) menurun cukup dalam. Penurunan
pendapatan bunga dan meningkatnya pencadangan guna mengantisipasi risiko kredit jadi
tidak dapat dihindarkan. Sepanjang tahun lalu, laba bersih bank pelat merah ini turun
37,71% secara year on year (yoy) menjadi Rp 17,1 triliun. Sementara, net interest margin
(NIM) BMRI turun 0,91% ke level 4,65%.
Dari data jumlah uang beredar Indonesia dan harga saham Bank Mandiri selama lima
tahun terakhir dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang kuat antara perubahan
jumlah uang beredar dan harga saham. Artinya bahwa perubahan tingkat pertumbuhan

24
jumlah uang beredar tidak dapat berfungsi sebagai satu-satunya indikator utama
perubahan harga saham. Hal ini terlihat dari harga saham yang tetap berfluktuasi seiring
waktu walaupun jumlah uang beredar terus naik secara konstan dari tahun ke tahun.
Hal ini juga mengkonfirmasi penelitian yang dilakukan oleh Jensen, Johnson, dan
Mercer (JJM) yang menunjukkan bahwa hasil dari beberapa studi sebelumnya yang
menguji hubungan antara beberapa variabel ekonomi dan pengembalian saham atau
beberapa variabel perusahaan dan pengembalian saham dapat dipengaruhi secara
signifikan oleh lingkungan moneter yang berlaku.
B. Excess Liquidity and Stock Prices
Beberapa analis berpendapat bahwa kelebihan likuiditas adalah variabel moneter
yang relevan yang mempengaruhi harga saham. Mereka mendefinisikan kelebihan
likuiditas sebagai persentase perubahan dari tahun ke tahun dalam jumlah uang beredar
M2 yang disesuaikan untuk deposito berjangka kecil dikurangi persentase perubahan dari
tahun ke tahun dalam PDB nominal.
Jika tingkat pertumbuhan uang beredar melebihi tingkat pertumbuhan
PDB, hal ini menunjukkan adanya kelebihan uang (likuiditas) dalam perekonomian
yang tersedia untuk membeli surat berharga. Oleh karena itu, kelebihan likuiditas yang
positif dapat menyebabkan harga saham yang lebih tinggi.
Tabel 3. Excess Liquidity

2016 2017 2018 2019 2020

% change 16,62% 7,64% 5,92% 6,14% 11,07%


in M2

% change 5,03% 5,07% 5,17% 5,02% -2,07%


in PDB

Excess 11,59% 2,57% 0,75% 1,12% 13,14%


Liquidity
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)

25
Dari data di atas terlihat bahwa excess liquidity atau kelebihan likuiditas terbesar
terjadi di tahun 2016 dan 2020. Hal tersebut terlihat dari besarnya persentase perubahan
jumlah uang beredar di tahun 2016. Selain itu, di tahun 2020, persentase perubahan PDB
bernilai negatif yaitu -2,07% sehingga menyebabkan besarnya tingkat excess liquidity.
Jika dikaitkan dengan harga saham pada Bank Mandiri seperti terlihat pada Tabel 2,
dapat terlihat bahwa harga saham pada tahun 2016 dan 2020 tidak lebih tinggi jika
dibandingkan tahun-tahun lainnya. Hal ini kontradiktif dengan pernyataan yang
menyatakan bahwa kelebihan likuiditas yang positif dapat menyebabkan harga saham
yang lebih tinggi. Sehingga kelebihan likuiditas dapat dikatakan tidak berpengaruh
signifikan terhadap kenaikan harga saham. Hal ini lagi-lagi menunjukan bahwa memang
benar bahwa lingkungan moneter yang berlaku memang berdampak pada pengembalian
saham.
C. Social Influences
1) Demographics
Salah satu permasalahan kependudukan di Indonesia adalah persebaran penduduk
yang tidak merata. Direktur Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementrian
Dalam Negeri (Dirjen Dukcapil Kemendagri), memaparkan bahwa berdasarkan data
Administrasi Kependudukan per Juni 2021, jumlah penduduk Indonesia adalah
sebanyak 272 juta jiwa. Dari total 272 tersebut, sebesar 56,01 persen terkonsentrasi di

26
Pulau Jawa di mana provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak se Indonesia adalah
provinsi Jawa Barat sebanyak 47 juta jiwa, dan provinsi dengan jumlah penduduk
tersedikit adalah Kalimantan Utara sebanyak 692 ribu jiwa. Badan Pusat Statistik
(BPS) mencatat, pada Maret 2021, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk
Indonesia yang diukur oleh gini ratio adalah sebesar 0,385. Angka ini menurun 0,001
poin jika dibandingkan dengan bulan September 2020 yang sebesar 0,385.
2) Lifestyle
Seiring dengan berkembangnya sistem perekonomian nasional, masyarakat Indonesia
saat ini cenderung tertarik dengan model transaksi e-commerce di mana antara
penjual dan pembeli tidak diharuskan untuk bertemu secara langsung. Sejalan dengan
hal ini, penggunaan dompet digital (e-wallet) semakin diminati masyarakat. Beberapa
alasannya adalah karena e-wallet mudah digunakan dan menawarkan banyak
promosi. Selain itu, dengan menggunakan e-wallet dapat mengurangi penyebaran
virus Corona di masa pandemi Covid-19.
D. Technology
Perkembangan teknologi informasi di dunia tak dapat dipisahkan dengan
perkembangan teknologi komputer. Begitu pula dengan dunia perbankan yang terus
meningkatkan kemampuan teknologinya agar senantiasa memenuhi kebutuhan nasabah.
Berikut ini penjabaran teknologi sistem informasi yang dipergunakan di PT Bank
Mandiri (Persero) Tbk. Kategori Sistem Informasi Manajemen yang digunakan Bank
Mandiri dapat dikelompokan menjadi 2 (dua) fungsi yaitu sbb :
1) Operation Support System Function.
Jenis Sistem Informasi Manajemen dari fungsi Operation Support System yang
diterapkan fungsi Transaction Processing System (TPS). Transaction Processing
System tersebut digunakan untuk memproses transaksi produk perbankan seperti
pinjaman (Loans), penyimpanan uang (deposit), trade finance serta jasa perbankan
lainnya.
2) Management Support System Function
Jenis Sistem Informasi Manajemen dari fungsi Management Support System yang

27
diterapkan yaitu Management Information System (MIS). MIS digunakan dalam
rangka menyediakan informasi yang diperlukan bagi setiap level manajemen di
Mandiri guna mendukung pengambilan keputusan. Dalam terminologi yang
digunakan di bisnis perbankan pada umumnya, framework dari Sistem Informasi
Manajemen di Bank Mandiri dapat dikelompokan menjadi :
a) Core Banking System (CBS). Core Banking System merupakan suatu Host
System yang fungsinya adalah sebagai Customer Database Organizer, dimana
aplikasi tersebut berfungsi sebagai Grafic User Interface(GUI) yang mendukung
setiap transaksi perbankan yang dilakukan. Data tersebut meliputi Customer
Information File (CIF), Loans & Deposit Transaction System, Trade Finance
System dan jasa-jasa perbankan lainnya.
b) Banking Delivery System (BDS). Banking Delivery System adalah fasilitas
delivery dimana nasabah bisa melakukan akses terhadap produk dan jasa bank.
Contoh dari delivery system tersebut dibagi menjadi (2) bagian yaitu : Self
Service Terminal : ATM (Automated Teller Machine), Call Center (Phone
Banking), Debit Card / POS Terminal, Phone banking, dan Cash Management.
Non - Self Service Terminal : Branch Teller System
3) Management Support System
Management Support System adalah sistem yang dapat menyediakan
informasi/data/laporan perusahaan untuk mendukung pengambilan keputusan pada
setiap tingkatan manajemen. Sementara itu Management Support System di PT Bank
Mandiri (Persero) Tbk baru pada tahap information provider (Management
Information System) belum dapat menyediakan solusi secara langsung bagi
manajemen. Demikian pula, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk belum menyediakan
Executive Information System yaitu sistem informasi yang disajikan sedemikian rupa
(biasanya menggunakan multimedia) bagi para top executive. Saat ini PT Bank
Mandiri (Persero) Tbk sedang melakukan pengembangan Management Support
System secara outsourcing dengan beberapa provider (vendor) untuk menyediakan
solusi secara langsung bagi jajaran manajemen.

28
Revolusi industri 4.0 saat ini mendorong disrupsi di berbagai sektor, termasuk
finansial atau keuangan. Disrupsi di sektor ini pun ditandai dengan pertumbuhan
teknologi finansial atau tekfin. Teknologi ini pun mengalami pertumbuhan di berbagai
platform. Bank Mandiri pun menyokong pengembangan digital banking ini dengan
mengalihkan infrastruktur dengan model konvensional ke cloud computing. Bank
Mandiri juga membangun ekosistem digital melalui Mandiri API yang terjalin dengan
lebih dari 300 mitra bisnis, termasuk e-commerce terkemuka Indonesia di dalamnya
platform ini.
Mengoptimalkan transformasi digital mereka, Bank Mandiri juga memperkuat
layanan digital dengan Mandiri Intelligent Assistant (MITA) untuk layanan informasi
perbankan melalui aplikasi percakapan populer seperti WhatsApp.
Mandiri juga menyediakan layanan digital untuk UMKM, yaitu Mandiri PINTAR
yang merupakan digital sales platform untuk mempermudah masyarakat memperoleh
kredit UMKM. Melalui platform ini, masyarakat hanya perlu waktu 15 menit untuk
mendaftarkan diri sebagai nasabah Mandiri.
Pandemi yang masuk tahun ke-2 juga menjadi salah satu pemicu dan yang
mempercepat perkembangan digitalisasi di berbagai industri termasuk sektor keuangan
dan perbankan yang membuat ekonomi digital kian penting. Salah satu inovasi yang
diciptakan Bank Mandiri di tengah pandemi adalah Aplikasi Livin’ by Mandiri. Aplikasi
Livin’ by Mandiri akan menjadi aplikasi andalan Bank Mandiri menyongsong era
perbankan digital. Respons masyarakat terhadap Livin' by Mandiri sangat tinggi, dengan
pengguna aktif sudah mencapai 7,1 juta hingga saat ini.
Salah satu keunggulan dari dari Livin’ by Mandiri di masa pandemi ini adalah
nasabah bisa mengurangi kunjungan ke channel fisik baik kantor cabang/kantor cabang
pembantu atau mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) dan beralih ke aplikasi Livin’ by
Mandiri gadget untuk mengakses berbagai layanan perbankan.
Hingga saat ini transaksi melalui aplikasi Livin' by Mandiri sudah lebih tinggi dari
transaksi melalui ATM Bank Mandiri dan ATM Bersama. Pada kuartal II 2021, transaksi
di ATM mencapai Rp 210 triliun, sedangkan transaksi melalui Livin' by Mandiri sudah

29
melampaui lebih dari 1,5 kali lipat yakni mencapai Rp 388 triliun.
E. Politics and Regulations
Dalam rangka meredam dampak Covid-19 terhadap industri jasa keuangan dan
perekonomian nasional, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merilis sebelas kebijakan
stimulus. Dari sebelas kebijakan tersebut, tiga diantaranya adalah kebijakan stimulus
perbankan. Kebijakan stimulus perbankan yang dirilis OJK adalah:
1. POJK Nomor 11/POJK.03/2020
POJK ini mengatur relaksasi atas restrukturisasi kredit kepada debitur yang
terdampak penyebaran Covid-19, baik itu perorangan, UMKM, maupun korporasi.
Skema restrukturisasi diserahkan kepada masing-masing bank sesuai dengan
kebutuhan debitur dan kemampuan bank.
2. POJK Nomor 18/POJK.03.2020
POJK ini mengatur kewenangan OJK memberikan perintah tertulis untuk melakukan
penggabungan, peleburan, pengambilalihan, dan/atau integrasi P3I maupun menerima
P3I, yang bertujuan untuk:
a. Menjaga stabilitas sistem keuangan di tengah-tengah kondisi pandemi Covid-19.
b. Menghadapi ancaman krisis ekonomi dan/atau stabilitas sistem keuangan.
3. POJK Nomor 34/POJK.03/2020
POJK ini memberikan relaksasi bagi BPR dan BPRS pada masa pandmi Covid-19,
dengan meringankan penghitungan Penyisihan Penghapusan Aset Produktif umum,
nilai Agunan Yang Diambil Alih sebagai faktor pengurang modal inti dalam
perhitungan kewajiban Pemenuhan Modal Minimum, dan penyediaan dana dalam
bentuk penempatan dana antar bank.
2.2.2 Analisis Industri

A. Analisis Industri Perbankan


Hingga Desember 2020, pertumbuhan kredit industri terkontraksi sebesar 2,41%
sementara pertumbuhan DPK sebesar 11,11%, yang didorong oleh pertumbuhan Giro
sebesar 15,10%, Tabungan sebesar 11,74%, dan Deposito sebesar 8,39%. Diharapkan
dalam beberapa waktu kedepan intermediasi perbankan mulai pulih seiring dengan

30
program Pemerintah dalam rangka pemulihan ekonomi nasional. Saat ini, kinerja
Korporasi membaik, tercermin pada peningkatan indikator penjualan dan kemampuan
bayar di mayoritas dunia usaha pada Triwulan III 2020, dan diperkirakan berlanjut
didorong oleh perbaikan ekonomi domestik dan global. Bank Indonesia akan melanjutkan
kebijakan makroprudensial akomodatif, dengan senantiasa memperkuat sinergi dan
koordinasi kebijakan dengan Pemerintah dan otoritas keuangan lainnya, untuk
mendorong pemulihan kinerja intermediasi perbankan dalam rangka mendorong
pemulihan ekonomi. Saat ini rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR)
perbankan pada Desember 2020 masih cukup, yakni mencapai 23,89% dan likuiditas
perbankan hingga saat ini cukup longgar tercermin dari rasio Alat Likuid terhadap DPK
(AL/DPK) yang mencapai 31,64%. Disamping itu rasio kualitas kredit (Non Performing
Loan/NPL) gross mengalami peningkatan 53bps YoY mencapai 3,06% sebagai dampak
pandemi COVID-19 yang memicu terjadinya peningkatan kredit macet. Selain itu rasio
LDR perbankan berada di level 82,54%. Dalam merespon kondisi demikian, Bank
Indonesia juga turut menyesuaikan suku bunga 7 Days Repo Rate per Desember 2020
mencapai 3,75% mengalami penurunan sebesar 1,25% YoY dari Desember 2019 yang
mencapai 5,00%. Beberapa strategi yang dapat dilakukan oleh perbankan untuk merespon
ketidakpastian yang masih terjadi ke depannya, melalui: (1) Penyaluran kredit berfokus
pada sektor-sektor yang cepat pulih (Fast Recovery) contohnya sektor yang terkait
kebutuhan sehari-hari seperti sektor food and beverages, telekomunikasi, perkebunan,
pertanian dan perdagangan makanan dan minuman, (2) Memanfaatkan likuiditas yang
cukup di pasar melalui penurunan cost of fund dan mendorong pertumbuhan dana murah,
(3) Menjaga coverage ratio dan cost of credit di level yang optimal untuk mengantisipasi
penurunan kualitas kredit, serta (5) Melanjutkan efisiensi biaya operasional secara
struktural dan long term.
B. Porter’s Competitive Forces
1. Rivalry among the existing competitors
Ancaman dari pesaing yang sudah ada sebelumnya masuk pada level tinggi.
Tekanan yang tinggi antar perusahaan dikarenakan semakin banyak Bank yang berdiri

31
di Indonesia. Berdasarkan data BPS, di tahun 2019 terdapat 110 Bank Umum
(Konvensional dan Syariah). Hal tersebut membuat persaingan antar Bank semakin
tinggi dalam mempertahankan tingkat layanannya, teknologi yang digunakan, serta
produk-produk yang ditawarkan.
Pesaing terbesar yang dihadapi Bank Mandiri sendiri adalah Bank BRI dan Bank
BCA. Kedua Bank tersebut memiliki fokus utama masing-masing yang membuat
mereka menjadi pesaing yang cukup berat. Bank Mandiri memiliki fokus utama
dalam wholesale banking (government, corporate, commercial), sedangkan Bank BRI
mempunyai fokus pada retail dan usaha kecil rakyat, dan Bank BCA berfokus pada
pengusaha. Fokus yang dimiliki masing-masing bank saling melengkapi satu dengan
yang lainnya, yang juga menyebabkan kedua Bank tersebut sebagai kompetitor yang
dihadapi oleh Bank Mandiri.
2. Threat of new entrants
Ancaman dari pendatang baru terhadap Bank Mandiri berada pada level
moderate. Tekanan yang tidak terlalu tinggi terhadap ancaman yang berasal dari
pendatang baru disebabkan karena adanya ketentuan minimal modal yang tinggi
untuk mendirikan suatu Bank, yaitu sebesar Rp10 Triliun. Perihal tersebut diatur oleh
OJK pada POJK No. 12/POJK. 03/2021 tentang Bank Umum. Syarat dan ketentuan
modal disetor minimal Rp10 Triliun tersebut baru saja direvisi oleh OJK, yang
sebelumnya minimal modal disetor sebesar Rp3 Triliun.
3. Threat of substitute products
Ancaman dari produk substitusi yang dihadapi Bank Mandiri berada pada level
tinggi. Tekanan yang tinggi atas kemungkinan pelanggan pindah ke produk
substitusinya dikarenakan biaya peralihan yang dibutuhkan tidak besar, sehingga
pelanggan dapat mudah untuk berpindah dari layanan perbankan satu ke layanan
perbankan lainnya ataupun layanan keuangan yang ada, seperti lembaga asuransi,
pegadaian, koperasi, dan lain sebagainya.
4. Bargaining power of buyers
Daya tawar dari nasabah atau pelanggan termasuk dalam level moderate. Hal

32
tersebut dikarenakan masyarakat akan mempertimbangkan produk-produk yang
ditawarkan oleh Bank demi keuntungan maksimal yang akan didapatkan oleh
nasabah. Maka dari itu, Bank Mandiri perlu mempertahankan pelayanan atas
produk-produknya, serta menyediakan berbagai macam pilihan produk yang bisa
menjangkau seluruh kalangan masyarakat Indonesia,
5. Bargaining power of suppliers
Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, Bank Mandiri membutuhkan
banyak sekali alat penunjang seperti mesin ATM, aplikasi sistem informasi, dan
teknologi-teknologi lainnya seperti cloud dan security system. Untuk daya tawar dari
suppliers pada Bank Mandiri termasuk dalam level rendah. Hal tersebut dikarenakan
terdapat banyak jumlah suppliers, sehingga Bank Mandiri hanya tinggal memilih
supplier yang sesuai. Sedangkan dari pihak suppliers, tidak terlalu banyak
pelanggan/konsumen mereka, dalam hal ini pada bidang perbankan.
C. Intra-Industry Analysis
Perbandingan langsung antara saham BMRI dan BBNI, pada tugas sebelumnya,
Rasio Operating Profitability menunjukkan seberapa baik manajemen perusahaan
menjalankan kegiatan usahanya. Berdasarkan Rasio Operating Profitability, Bank
Mandiri dan Bank BNI terlihat saling bersaing dalam menjalankan manajemen usahanya
dengan baik, hal tersebut dilihat dari nilai ROE yang kurang lebih berada pada angka
yang saling mendekati. Meskipun, dari tahun 2016-2020, rata-rata ROE yang dimiliki
oleh Bank BNI cenderung sedikit lebih tinggi dibanding Bank Mandiri, tetapi terlihat
Bank Mandiri terus berusaha untuk terus meningkatkan nilai ROE nya.
BBNI cukup jauh lebih unggul dalam pertumbuhan pendapatan (revenue) dan laba (net
profit).
BBNI
Harga PER: 377% lebih murah dari rata-rata PER industrinya.
PBV 204% lebih murah dari rata-rata PBV industrinya.
BMRI
Harga PER: 293% lebih murah dari rata-rata PER industrinya.

33
PBV 150% lebih murah dari rata-rata PBV industrinya.
Perbandingan Mandiri dengan industri perbankan, Pertumbuhan kredit Bank
Mandiri pada kuartal IV 2020 secara konsolidasi mengalami penurunan sebesar 1,61%
(YoY) lebih baik jika dibandingkan dengan penurunan kredit industri yang mencapai
2,41% (YoY). Total kredit yang disalurkan Bank Mandiri secara konsolidasi sampai
dengan kuartal IV 2020 mencapai Rp 892,8 triliun atau 16,3% dari total penyaluran
kredit perbankan di Indonesia. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) perseroan secara
konsolidasi per pada kuartal IV 2020 tumbuh sebesar 12,24% (YoY) di atas pertumbuhan
DPK secara industri perbankan yang tumbuh sebesar 11,11% (YoY). Hal ini didorong
oleh pertumbuhan dana murah yang mencapai 14,49% (YoY) yang mana lebih tinggi
dibandingkan pertumbuhan dana murah secara perbankan nasional sebesar 13,18% (YoY)
Sementara itu, Bank Mandiri terus meningkatkan efisiensi dan menjaga produktivitas
selama masa Pandemi COVID-19. Pada kuartal IV 2020, Bank Mandiri mampu menekan
biaya operasional sehingga tumbuh low single digit sebesar 1,42% secara tahunan,
dibawah Biaya Operasional secara industri perbankan yang tumbuh double digit sebesar
23,72% YoY. Rasio profitabilitas Bank Mandiri masih lebih baik dibandingkan dengan
industri perbankan secara nasional. Hal ini terlihat dari rasio Net Interest Margin (NIM)
sebesar 4,48% sementara secara industri perbankan nasional sebesar 4,45%. Selain itu,
Return on Assets (RoA) dan Return on Equity (RoE) Bank Mandiri pada kuartal IV 2020
masing-masing mencapai 1,64% dan 9,36% yang mana secara industri perbankan
mencapai 1,59% dan 8,48%.

2.3 Analisis Indeks BMRI


2.3.1 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

IHSG merupakan indeks yang mengukur kinerja harga semua saham yang tercatat di
Papan Utama dan Papan Pengembangan Bursa Efek Indonesia. Dengan kata lain IHSG adalah
price-weighted index di mana harga dari saham adalah satu-satunya komponen yang dibutuhkan
dalam mengetahui nilai indeks. Formula dalam perhitungan indeks adalah:

34
Nilai Pasar merupakan kumulatif dari jumlah saham tercatat (yang digunakan untuk
perhitungan indeks) dikali dengan harga pasar. Nilai Pasar biasa disebut juga dengan Kapitalisasi
Pasar. Formula dalam perhitungan Nilai Pasar adalah:

Sedangkan Nilai Dasar merupakan kumulatif jumlah saham pada hari dasar dikali dengan
harga pada hari dasar. Contoh, hari dasar untuk IHSG adalah tanggal 10 Agustus 1982.
2.3.2 Overview Performa IHSG dan BMRI

Perdagangan pasar modal semester I 2021 (data Rabu 30/06/2021), Indeks harga saham
gabungan (IHSG) berada di level 5.985, dimana dengan level tersebut, IHSG tercatat naik 0,11%
dibandingkan penutupan akhir 2020 di level 5.979. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia,
sepanjang semester I 2021, rata-rata volume perdagangan harian mencapai 18,75 miliar unit
saham. Lalu, rata-rata nilai transaksi harian mencapai Rp 13,4 triliun. Lalu, rata-rata frekuensi
perdagangan sebanyak 1,22 juta kali. Nilai kapitalisasi pasar emiten di bursa tercatat mencapai
Rp 7.107 triliun pada akhir semester I 2021. Walaupun masih gagal mencapai target 6000,
dengan level IHSG tersebut masih menunjukan perbaikan sejak Titik terendah IHSG terjadi pada
24 Maret 2020, yang ditutup pada level 3.937. penurunan 37,49% dibandingkan akhir 2019.
Terkait dengan Penurunan IHSG tersebut, Bank Mandiri melakukan pembelian kembali saham
Bank yang dipicu oleh perlambatan dan tekanan ekonomi baik secara regional dan nasional yang
antara lain disebabkan oleh wabah Covid-19. Selanjutnya, kondisi perdagangan saham di Bursa
Efek Indonesia sejak awal tahun 2020 sampai dengan tanggal 9 Maret 2020 mengalami tekanan
yang signifikan yang diindikasikan dari penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
sebesar 18,46%. Selanjutnya, untuk memberikan stimulus perekonomian dan mengurangi
dampak pasar yang berfluktuasi secara signifikan maka OJK mengeluarkan SEOJK No.
3/SEOJK.04/2020, yang bertujuan untuk memberi kemudahan bagi Emiten atau Perusahaan
Publik untuk melakukan aksi korporasi pembelian saham kembali tanpa melanggar peraturan

35
perundang-undangan yang berlaku. Hal ini menjadi salah satu pertimbangan bagi Bank untuk
melakukan proses pembelian kembali saham (buy back).
Pembelian kembali saham Bank dilakukan secara bertahap untuk periode 3 (tiga) bulan
terhitung sejak tanggal 20 Maret 2020 sampai dengan 19 Juni 2020 dimana pelaksanaan
transaksi pembelian saham dilaksanakan melalui Bursa Efek Indonesia. Sampai dengan 30 Juni
2021, Bank telah membeli kembali 35.400.0000 (angka penuh) lembar saham dengan total nilai
perolehan sebesar Rp150.895 yang dicatat sebagai saham treasuri yang merupakan pengurang
ekuitas. Bank hingga periode yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2021 belum melepaskan
kembali saham treasuri sehingga tidak terdapat selisih harga perolehan dan harga pelepasan
saham treasuri.
Sampai dengan Semester I (BMRI) berhasil melanjutkan kinerja positif hingga semester
1 2021 dengan mencatatkan pertumbuhan pendapatan bunga bersih sebesar 21,50% secara year
on year (yoy) menjadi Rp 35,16 triliun, laba bersih BMRI naik 21,45% secara yoy menjadi Rp
12,5 triliun pada semester I-2021. Namun demikian dilihat dari harga saham pada akhir Juni
2021 justru harga saham BMRI ditutup dengan harga 5900 lebih kecil dibandingkan dengan
harga saham pada Akhir tahun 2020.
2.3.3 Prosedur Perhitungan Indeks Saham IHSG dan BMRI

IHSG dan Indeks Saham Bank Mandiri menggunakan price-weighted index dalam
perhitungan nilai indeks, dimana harga dari masing-masing komponen saham merupakan
satu-satunya pertimbangan ketika menentukan nilai dari indeks. Dengan demikian pergerakan
harga bahkan satu sekuritas akan sangat mempengaruhi nilai indeks. Berikut beberapa penjelasan
mengenai perhitungan indeks dengan price-weighted index yang ada di BEI (Sumber: idx.co.id)
1. Bobot (Weighted)
Bobot yang digunakan untuk penghitungan indeks adalah jumlah saham tercatat atau biasa
juga disebut dengan jumlah saham yang digunakan untuk perhitungan indeks. Untuk
mengeliminasi pengaruh faktor-faktor yang bukan perubahan harga saham, maka selalu ada
penyesuain Nilai Dasar bila terjadi corporate action seperti stock split, pembagian dividen
atau bonus saham, penawaran terbatas atau HMETD dan lain-lain. Sehingga dengan
demikian indeks akan mencerminkan pergerakan harga saham saja.

36
2. Harga Teoritis
Salah satu faktor yang harus dihitung dalam melakukan penyesuain Nilai Dasar adalah
Harga Teoritis saham bila terjadi corporate action.
3. Corporate Action yang Menyebabkan Adanya Harga Teoritis dan Perubahan Jumlah Saham
Tercatat:
a. Stock Split
Formula untuk menghitung harga teoritis stock split:

Keterangan:
HT = Harga Teoritis
hc = Harga cum (harga terakhir saham dengan nominal lama)
n adalah faktor split:

Sehingga, formula untuk menghitung jumlah saham tercatat setelah stock split adalah:

Keterangan:
JSB = Jumlah Saham setelah corporate action (stock split)
JSL = Jumlah Saham sebelum corporate action (stock split
b. Saham Bonus/Dividen Saham
Formula untuk menghitung Harga Teoritis saham karena pembagian saham
bonus/dividen saham dengan rasio a : b (sebanyak a saham lama mendapat b saham
baru) adalah:

37
Keterangan:
hc = Harga akhir pada saat cum (harga cum)
a = Jumlah saham lama
b = Jumlah saham baru (penambahan saham)
Formula untuk menghitung jumlah saham tercatat setelah pemberian saham
bonus/dividen saham adalah:

Keterangan:
JSB = Jumlah Saham setelah corporate action (saham bonus)
JSL = Jumlah Saham sebelum corporate action (saham bonus)
c. HMETD (Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu) atau Right Issue
Formula untuk menghitung Harga Teoritis saham karena penawaran HMETD dengan
rasio a : b (sejumlah a saham lama mendapat hak untuk membeli b saham baru):

Keterangan:
hr = Harga pelaksana hak (exercise price), yaitu harga yang telah ditetapkan emiten
untuk membeli satu saham baru
hc = Harga akhir pada saat cum (harga cum)
Formula untuk menghitung jumlah saham tercatat setelah menerbitkan HMETD sama
dengan yang digunakan untuk menghitung karena pemberian saham bonus/dividen
saham, yaitu:

38
Keterangan:
JSB = Jumlah Saham setelah corporate action (HMETD)
JSL = Jumlah Saham sebelum corporate action (HMETD)
4. Pembulatan Harga Teoritis
Sekarang ini PT Bursa Efek Indonesia menetapkan 5 kelompok fraksi harga sebagai acuan
pergerakan harga dan tawar menawar di pasar. Kelompok fraksi harga tersebut adalah:
a. Harga di bawah Rp 200, fraksi harga adalah Rp 1
b. Harga Rp 200 sampai dengan Rp 500, fraksi harga adalah Rp 5
c. Harga Rp 500 sampai dengan Rp 2.000, fraksi harga adalah Rp 10
d. Harga Rp 2.000 sampai dengan Rp 5.000, fraksi harga adalah Rp 25
e. Harga di atas Rp 5.000, fraksi harga adalah Rp 50
Jika penghitungan Harga Teoritis tidak menghasilkan angka yang berada dalam fraksi harga
tersebut, maka Harga Teoritis akan dibulatkan ke atas atau ke bawah sesuai dengan nilai
terdekat.
5. Formula Penyesuaian Nilai Dasar (Nilai Dasar Baru)
Seperti yang sudah disebutkan di atas, formula untuk menghitung indeks adalah Nilai
Pasar (Kapitalisasi Pasar) dibagi dengan Nilai Dasar. Sejak pertama kali indeks dihitung, PT
Bursa Efek Indonesia selalu melakukan penyesuaian (adjustment) Nilai Dasar indeks jika
ada corporate action atau penambahan pencatatan saham baru. Hal ini hampir setiap hari
dilakukan karena dinamika pasar dan semakin banyak emiten yang tercatat di BEI.
Hal ini perlu dilakukan untuk menghilangkan pengaruh faktor-faktor yang bukan
perubahan harga saham, sehingga dengan demikian indeks akan mencerminkan pergerakan
harga saham saja. Formula untuk menghitung Nilai Dasar Baru karena adanya corporate
action atau penambahan pencatatan saham baru tersebut adalah:

39
Keterangan:
NDB = Nilai Dasar Baru setelah corporate action
NDS = Nilai Dasar Sebelumnya
NPS = Nilai Pasar Sebelumnya
Adj = Nilai Adjustment
2.3.4 Kronologi Penerbitan Saham BMRI

Berikut beberapa corporate action yang dilakukan oleh Bank Mandiri (Sumber:
bankmandiri.co.id)
1. Penawaran Umum Perdana
Pada tanggal 14 Juli 2003 Bank Mandiri melakukan Penawaran Umum Perdana Saham
(Initial Public Offering/IPO) atas 4.000.000.000 lembar Saham Biasa Seri B, dengan nilai
nominal Rp500 (nilai penuh per lembar saham yang dijual dengan harga penawaran Rp675
(nilai penuh) per lembar saham. Penawaran umum kepada masyarakat tersebut merupakan
divestasi atas 20.00% saham Bank Mandiri milik Pemerintah.
Pada tanggal 14 Juli 2003, sebanyak 19.800.000.000 lembar Saham Biasa Seri B Bank
Mandiri telah dicatatkan di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya berdasarkan surat
persetujuan dari Bursa Efek Jakarta No. S-1187/BEJ.PSJ/07-2003 tanggal 8 Juli 2003 dan
Bursa Efek Surabaya No. JKT-028/LIST/BES/VII/2003 tanggal 10 Juli 2003.
2. Penawaran Umum Terbatas
Dalam rangka penguatan struktur permodalan, Bank Mandiri meningkatkan modal
ditempatkan dan disetor melalui Penawaran Umum Terbatas (“PUT”) dengan Hak
Memesan Efek Terlebih Dahulu (“HMETD”) dan terkait PUT tersebut, Bank Mandiri
telah menyampaikan pernyataan pendaftaran pertama dan kedua kepada Bapepam-LK pada
tanggal 26 Desember 2010 dan tanggal 18 Januari 2011. Bapepam-LK berdasarkan Surat
Pelaksana Ketua Bapepam dan LK No S-807/BL/2011 tanggal 27 Januari 2011 menyatakan
bahwa pendaftaran PUT dengan HMETD Bank Mandiri tersebut telah efektif dan juga telah
memperoleh persetujuan pemegang saham sesuai hasil keputusan RUPS Luar Biasa tanggal
28 Januari 2011.

40
Jumlah HMETD yang diterbitkan Bank Mandiri (2020) sebanyak 2.336.838.591
lembar saham dengan harga nominal sebesar Rp500 (nilai penuh) per lembar yang
telah ditetapkan pada tanggal 25 Januari 2011 dan pelaksanaan periode perdagangan
HMETD dimulai tanggal 14 Februari 2011 sampai dengan 21 Februari 2011 dengan harga
penawaran sebesar Rp5.000 (nilai penuh) per lembar saham.
Pemerintah Republik Indonesia sebagai pemegang saham mayoritas Bank Mandiri
tidak melaksanakan haknya untuk memperoleh HMETD, namun mengalihkannya
kepada pemegang saham publik lainnya sehingga komposisi persentase kepemilikan saham
Pemerintah menjadi berkurang atau mengalami dilusi dari sebesar 66,68% sebelum periode
pelaksanaan HMETD menjadi sebesar 60,00% setelah pelaksanaan HMETD.
3. Pelaksanaan Stock Split
Berdasarkan keputusan RUPS-LB tanggal 21 Agustus 2017 yang dituangkan dalam Akta
No.36. tanggal 24 Agustus 2017 yang dibuat dihadapan Ashoya Ratam SH. Mkn, pemegang
saham Bank Mandiri antara lain menyetujui pemecahan nilai nominal saham (stock split)
Perseroan dari Rp500 (nilai penuh) per saham menjadi Rp250 (nilai penuh) per saham
sehingga modal ditempatkan menjadi sejumlah 46.666.666.666 lembar saham yang terdiri
atas 1 lembar saham Seri A Dwiwarna dan 46.666.666.665 lembar saham Seri B.
Pelaksanaan stock split tersebut efektif pada tanggal 13 September 2017.

4. Kebijakan Dividen
Pembagian dividen oleh Bank Mandiri dilakukan sekali dalam setahun melalui proses
penentuan dan persetujuan dari Pemegang Saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham
Tahunan (RUPST). Bank Mandiri memiliki kebijakan untuk membagikan dividen kepada
pemegang saham dengan tetap mempertahankan rasio pembayaran dividen sekitar 50% dari

41
laba bersih setiap tahunnya, kecuali RUPST menyatakan lain tergantung pada berbagai
pertimbangan terkait kinerja tahun yang bersangkutan.
Bank Mandiri hanya akan membayar dividen dari laba bersih berdasarkan hukum
di Indonesia dan akan membayarkan dividen (jika ada) secara tunai dalam mata uang
Rupiah dan senantiasa menaati ketentuan yang berlaku di bursa efek dengan melakukan
pembayaran secara tepat waktu.
a. Program Kepemilikan Saham oleh Pegawai dan/atau Manajemen (ESOP/MSOP)
Berdasarkan Keputusan RUPS Luar Biasa tanggal 29 Mei 2003 sebagaimana
tertuang dalam akta Notaris Sutjipto, S.H., No. 142 tanggal 29 Mei 2003, pemegang
saham Bank Mandiri juga menyetujui rencana kepemilikan saham oleh pegawai dan
Direksi melalui Program Penjatahan Saham/Employee Stock Allocation (ESA) dan
Pemberian Opsi Pembelian Saham kepada Manajemen/ Management Stock Option Plan
(MSOP). Program ESA terdiri dari program Pemberian Saham Bonus (Share Plan
Bonus) dan program Penjatahan Saham dengan Diskon (Share Purchase at
Discount). Sedangkan program MSOP ditujukan untuk Direksi dan pegawai
pimpinan pada tingkatan (grade) atau kriteria tertentu. Biaya dan diskon atas
program ESA tersebut menjadi tanggungan Bank Mandiri yang bebannya bersumber
dari cadangan yang telah dibentuk. Pengelolaan dan pelaksanaan program ESA dan
MSOP dilakukan oleh Direksi, sedangkan pengawasannya dilakukan oleh Dewan
Komisaris.
Pada saat pelaksanaan IPO tanggal 14 Juli 2003, Bank Mandiri memberikan
opsi pembelian saham kepada manajemen melalui program MSOP Tahap 1 (satu)
sebanyak 378.583.785 opsi dengan harga eksekusi sebesar Rp742,50 (nilai penuh) per
lembar saham dan nilai nominal Rp500 (nilai penuh) per lembar saham. Pemberian opsi
saham ini dibukukan pada pos Ekuitas - Opsi Saham dengan nilai wajar opsi saham
sebesar Rp69,71 (nilai penuh) per lembar. Opsi yang dieksekusi dari MSOP Tahap 1
(satu) adalah sebesar 375.365.957 lembar saham sehingga mengakibatkan penambahan
Modal Ditempatkan dan Disetor sebesar Rp187.683, penambahan Agio Saham sebesar
Rp117.193.

42
Opsi yang dieksekusi dari MSOP Tahap 2 (dua) adalah sebesar 311.713.697
lembar saham sehingga mengakibatkan penambahan modal ditempatkan dan disetor
sebesar Rp155.857 dan penambahan agio saham sebesar Rp425.233. RUPS Tahunan
tanggal 22 Mei 2006 menyetujui pemberian MSOP Tahap 3 (tiga) sebanyak
309.416.215 opsi saham.
Sampai dengan akhir tahun 2020, Bank Mandiri tidak memiliki program
Employee Stock Ownership Program (ESOP) dan Management Stock Ownership
Program (MSOP), program tersebut telah berakhir di tahun 2010.

2.4 Analisis Teknikal BMRI


2.4.1 Analisis Trend

Oktober 2020 - Maret 2021

43
Februari 2021 - Juni 2021

Juni 2021 - Oktober 2021

Grafik di atas menunjukkan moving average dan moving average convergence divergence
(MACD) saham BMRI satu tahun terakhir. Moving average menunjukkan data rata-rata harga
saham secara progresif. Moving average memiliki tujuan untuk memberi petunjuk tentang arah
trend harga sebuah aset di masa depan. Sedangkan, MACD merupakan salah satu jenis moving

44
average yang berfluktuasi disekitar titik nol, yang nantinya akan menjadi tolak ukur momentum
dan tren.

Jika dilihat dari penggambaran moving average dan MACD pada saham BMRI di atas, dapat
diperkirakan bahwa arah trend saham BMRI cenderung naik tapi tidak dalam waktu yang lama
sebelum kemudian mengalami penurunan.

Grafik di atas menunjukkan on-balance volume (OBV) pada saham BMRI dalam periode
Februari - Oktober 2021. On-balance volume merupakan kombinasi antara volume dengan
perubahan harga saham. Indikator ini juga digunakan untuk melihat minat investor pada saham
tersebut.

Secara keseluruhan, grafik OBV yang dimiliki saham BMRI memperlihatkan banyak
garis yang cukup fluktuatif, hal tersebut memiliki arti bahwa terjadi banyak transaksi
perdagangan pada saham BMRI, terdapat banyak investor yang minat terhadap saham tersebut,
serta juga menunjukkan bahwa trend pasar sedang bergerak naik, sehingga dapat dimanfaatkan
untuk melakukan trading.

Garis OBV pada periode September 2021 - Oktober 2021, menunjukkan trend yang
sedang meningkat pada saham BMRI. Hal tersebut dapat dijadikan indikator bagi investor untuk

45
membeli saham BMRI pada periode sekarang, dengan harapan harga saham akan lebih
meningkat di masa depan.

2.4.2 Analisis Indikator

Indikator dalam analisis teknikal adalah formula matematis yang berfungsi untuk
mengetahui bagaimana kondisi pasar dan juga untuk membantu memberikan sinyal beli atau
jual. Terdapat banyak indikator yang dapat digunakan untuk analisis teknikal. Namun, dalam
analisis teknikal BMRI, penulis menggunakan stochastic. Stochastic adalah indikator yang
menunjukkan lokasi harga penutupan terakhir dibandingkan dengan range harga
terendah/tertinggi selama periode waktu tertentu.

Dari gambar di atas dapat dilihat, jika kedua garis biru dan merah belum berada di area
oversold, maka dapat dikatakan harga saham tersebut belum cukup murah untuk dibeli.
Sedangkan jika kedua garis biru dan merah belum berada di area overbought, maka harga saham
tersebut belum cukup tinggi untuk dijual.

46
Momen untuk membeli terjadi apabila kedua garis biru dan merah tersebut berpotongan
(golden cross) pada area oversold. Sementara, momen untuk menjual terjadi apabila kedua garis
tersebut berpotongan (death cross) pada area overbought. Berikut analisis teknikal harga saham
BMRI menggunakan indikator stochastic sepanjang tahun 2021.

Pada gambar di atas terlihat beberapa sinyal beli saham BMRI bagi investor, yaitu ketika
garis merah dan biru saling bersinggungan atau berpotongan di area oversold atau pada harga di
bawah 2.500. Begitu juga dengan sinyal jual, terjadi ketika garis merah dan biru berpotongan di
area overbought atau di atas harga 7.500.

Sumber: id.tradingview.com

Indikator Relative Strength Index (RSI)

Relative Strength Index (RSI) adalah indikator yang digunakan untuk menghitung
perbandingan antara daya tarik kenaikan dan penurunan harga, nilainya berkisar 0-100. Dengan
RSI Anda dapat mengetahui apakah suatu harga sudah overbought atau oversold. Jika RSI
bernilai sangat tinggi (di atas 70) artinya pasar sudah overbought (jenuh beli) sehingga ada

47
potensi turun, saatnya untuk jual. Sebaliknya jika RSI bernilai sangat rendah (di bawah 30)
artinya pasar sudah oversold (jenuh jual) sehingga ada potensi naik, saatnya untuk beli.

Berdasarkan informasi diatas dengan melihat indikator RSI diatas posisi terakhir posisi
RSI berada atau sudah masuk di area overbought/jenuh beli, artinya saham sudah naik tinggi dan
ada potensi besar untuk segera koreksi/turun. Pada tahap ini, kemungkinan besar pelaku pasar
akan segera menjual saham, karena harga dinilai sudah terlalu tinggi, akibatnya banyak
permintaan.

2.4.3 Menentukan Target Harga Saham BMRI

Dalam menentukan target harga saham kami menghitung Nilai Laba perlembar Saham (EPS,
Earning Per Share) dan Menentukan PER (Price Earning Ratio). EPS atau Earning Per Share
atau Laba perlembar saham memiliki makna bahwa setiap 1 lembar saham yang kita miliki
memiliki suatu besaran laba sebesar EPS tersebut. Sedangkan PER merupakan suatu besaran
yang menggambarkan berapa lama investasi kita akan kembali apabila membeli saham ini saat
ini. Berikut rumus perhitungan target harga saham untuk BMRI:
Target Price (TP) = Earning Per Share (EPS) x Price Earning Ratio*
= 367,12 x 17,31

48
= Rp6.354,85,-/lembar saham
*PER merupakan nilai 12 bulan terakhir/Trailing Twelve Months (TTM)
(dalam rupiah)
Target Price Close Price (15 Okt 2021)
BMRI
6.354,85/lembar saham 7.150/lembar saham

49
BAB III

KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Dari beberapa analisis yang dilakukan terhadap saham Bank Mandiri, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Jika dilihat dari analisis kinerja keuangan saham BMRI selama 5 tahun terakhir, diketahui
bahwa:
a. tingkat likuiditas BMRI yang dihitung menggunakan rata -rata LFR (Loan to Funding
Ratio) menunjukan rata-rata pada kisaran 78% - 100% yang merupakan kisaran ideal
yang ditentukan oleh BI. Artinya likuiditas BMRI tidak terlalu rendah ataupun terlalu
tinggi dan BMRI memiliki cukup aset likuid untuk menjalankan kegiatan operasionalnya.
b. berdasarkan Rasio Operating Profitability, Bank Mandiri dan Bank BNI terlihat saling
bersaing dalam menjalankan manajemen usahanya dengan baik, hal tersebut dilihat dari
nilai ROE yang kurang lebih berada pada angka yang saling mendekati. Meskipun, dari
tahun 2016-2020, rata-rata ROE yang dimiliki oleh Bank BNI cenderung sedikit lebih
tinggi dibanding Bank Mandiri, tetapi terlihat Bank Mandiri terus berusaha untuk terus
meningkatkan nilai ROE nya.
c. Bank Mandiri dengan kompetitornya, dalam hal ini adalah Bank BNI, memiliki tingkat
risiko bisnis yang satu level. Jika ditinjau dari kepemilikan hutangnya maka Mandiri
sedikit lebih baik dibandingkan BNI. Namun bila ditinjau dari kemampuan untuk
mengcover beban bunga yang dimiliki, maka BNI lebih unggul dibandingkan Mandiri,
selain itu BNI kemampuannya relatif lebih stabil dari tahun ke tahun dibandingkan
Mandiri.
d. Dapat dilihat bahwa Mandiri memiliki potensi tingkat pertumbuhan (potential growth
rate) yang lebih baik dibandingkan dengan pesaingnya, yaitu BNI. Hal ini juga dapat
terlihat dari net income Mandiri yang terus mengalami kenaikan yang signifikan setiap
tahunnya dibandingkan dengan BNI.
2. Jika dilihat dari kondisi makroekonomi dan industri BMRI maka dapat disimpulkan:

50
a. kondisi makroekonomi dalam hal ini jumlah uang beredar dan excess liquIdity tidak
secara signifikan berpengaruh dalam kenaikan ataupun penurunan harga saham BMRI.
Terbukti bahwa lingkungan atau kebijakan moneter juga sangat berdampak pada
pengembalian saham.
b. perbandingan Mandiri dengan industri perbankan, Pertumbuhan kredit Bank Mandiri
pada kuartal IV 2020 secara konsolidasi mengalami penurunan sebesar 1,61% (YoY)
lebih baik jika dibandingkan dengan penurunan kredit industri yang mencapai 2,41%
(YoY). Intermediasi perbankan diharapkan mulai pulih seiring dengan program
Pemerintah dalam rangka pemulihan ekonomi nasional.
c. berdasarkan Porter’s Competitive Forces: Pesaing terbesar yang dihadapi Bank Mandiri
sendiri adalah Bank BRI dan Bank BCA. Kedua Bank tersebut memiliki fokus utama
masing-masing yang membuat mereka menjadi pesaing yang cukup berat.
3. Dilihat dari analisis indeks BMRI dapat disimpulkan bahwa:
a. Bank Mandiri melakukan pembelian kembali saham Bank yang dipicu oleh perlambatan
dan tekanan ekonomi baik secara regional dan nasional yang antara lain disebabkan oleh
wabah Covid-19. Selanjutnya, kondisi perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia sejak
awal tahun 2020 sampai dengan tanggal 9 Maret 2020 mengalami tekanan yang
signifikan yang diindikasikan dari penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
sebesar 18,46%.
b. Bank Mandiri melakukan beberapa corporate action yang menyebabkan perubahan
jumlah saham diantaranya: Bank Mandiri meningkatkan modal ditempatkan dan disetor
melalui Penawaran Umum Terbatas (“PUT”) dengan Hak Memesan Efek Terlebih
Dahulu (“HMETD”), pemecahan nilai nominal saham (stock split) Perseroan dari Rp500
(nilai penuh) per saham menjadi Rp250 (nilai penuh) per saham, serta Bank Mandiri juga
mempunyai rencana kepemilikan saham oleh pegawai dan Direksi melalui Program
Penjatahan Saham/Employee Stock Allocation (ESA) dan Pemberian Opsi Pembelian
Saham kepada Manajemen/ Management Stock Option Plan (MSOP).
4. Berdasarkan analisis teknikal BMRI diketahui:
a. dilihat dari penggambaran moving average dan MACD pada saham BMRI sepanjang

51
tahun 2021, dapat diperkirakan bahwa arah trend saham BMRI cenderung naik tapi tidak
dalam waktu yang lama sebelum kemudian mengalami penurunan.
b. secara keseluruhan, grafik OBV (on-balance volume) yang dimiliki saham BMRI
memperlihatkan banyak garis yang cukup fluktuatif, hal tersebut memiliki arti bahwa
terjadi banyak transaksi perdagangan pada saham BMRI, terdapat banyak investor yang
minat terhadap saham tersebut, serta juga menunjukkan bahwa trend pasar sedang
bergerak naik, sehingga dapat dimanfaatkan untuk melakukan trading.
c. dengan melihat indikator RSI (Relative Strength Index) sepanjang tahun 2021, posisi
terakhir posisi RSI berada atau sudah masuk di area overbought/jenuh beli, artinya saham
BMRI sudah naik tinggi dan ada potensi besar untuk segera koreksi/turun. Pada tahap ini,
kemungkinan besar pelaku pasar akan segera menjual saham, karena harga dinilai sudah
terlalu tinggi, akibatnya banyak permintaan.

3.2 Rekomendasi
Rekomendasi untuk saham BMRI dengan menggunakan perhitungan target price, maka
investor disarankan membeli saham BMRI pada saat harga saham Rp6.354. Per tanggal 15
Oktober 2021, harga penutupan saham BMRI berada di angka Rp7.150 dengan trend yang
sedang meningkat, sehingga jika investor membeli di harga tersebut, memungkinkan terjadinya
potensi loss.

52
DAFTAR PUSTAKA

7 Agustus 2021. Distribusi Penduduk Indonesia Per Juni 2021: Jabar Terbanyak, Kaltara Paling
Sedikit.
https://dukcapil.kemendagri.go.id/berita/baca/809/distribusi-penduduk-indonesia-per-juni-2021-j
abar-terbanyak-kaltara-paling-sedikit. Diakses pada 30 September 2021.

15 Oktober 2020. Profil Bank Mandiri - Sejarah, Visi Misi dan Produk-produknya.
https://lifepal.co.id/media/bank-mandiri/. Diakses pada 13 Oktober 2021.

15 Juli 2021. Gini Ratio Maret 2021 tercatat sebesar 0,384.


https://www.bps.go.id/pressrelease/2021/07/15/1845/gini-ratio-maret-2021-tercatat-sebesar-0-38
4-.html . Diakses pada 30 September 2021.

16 Juli 2020/ Ini 11 Kebijakan Stimulus OJK Pada Periode Pandemi Covid-19.
https://market.bisnis.com/read/20200716/192/1266894/ini-11-kebijakan-stimulus-ojk-pada-perio
de-pandemi-covid-19 . Diakses pada 30 September 2021.

18 Agustus 2021. Jawab kebutuhan digital milenial dan Gen Z, Bank Mandiri Kembangkan
Super App Livin’ by Mandiri.
https://www.indotelko.com/read/1629260534/bank-mandiri-kembangkan-super-app. Diakses
pada 30 September 2021.

21 Agustus 2017. Saham BMRI Naik Hampir 2.000 Persen Sejak IPO, Bank Mandiri Akan
Stock Split.
https://www.bareksa.com/berita/undefined/2017-08-08/saham-bmri-naik-hampir-2000-persen-sej
ak-ipo-bank-mandiri-akan-stock-split. Diakses pada 30 September 2021.

22 Januari 2021. Uang Beredar Meningkat pada Desember 2020.


https://www.bi.go.id/id/publikasi/ruang-media/news-release/Pages/sp_232121.aspx. Diakses
pada 30 September 2021.

53
22 April 2021. Saham Bank Mandiri (BMRI) direkomendasikan beli meski kinerja tahun lalu
menurun.
https://investasi.kontan.co.id/news/saham-bank-mandiri-bmri-direkomendasikan-beli-meski-kine
rja-tahun-lalu-menurun. Diakses pada 30 September 2021.

23 November 2020. Bank Mandiri Optimalkan Transformasi Digital dengan Mandiri Online.
https://www.cloudcomputing.id/berita/bank-mandiri-optimalkan-transformasi-digital. Diakses
pada 30 September 2021.

2014. Teknologi yang Digunakan Bank Mandiri.


http://gilang-gendut.blogspot.com/2014/06/teknologi-yang-digunakan-bank-mandiri.html.
Diakses pada 30 September 2021.

https://bankmandiri.co.id

https://id/tradingview.com

https://idx.co.id

Reilly, F. K., & Brown, K. C. (2003). Investment analysis and portfolio management. Mason,
Ohio: South-Western/Thomson Learning.

54

Anda mungkin juga menyukai