Anda di halaman 1dari 30

CLOSE RELATIONSHIP

Kelompok 4

1. Adelia Putri S (111911133073)


2. Luthfiah Adinda (111911133074)
3. Tiara Intania (111911133075)
4. Nabila Nasywa (111911133076)
5. Ericha Gadis W (111911133077)

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas mata kulian Interaksi Sosial yang
berteme Close Relationship ini dengan baik dan tepat waktu.

Maksud dan tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas yang
diberikam oleh guru mata kuliah Interaksi Sosial. Dalam proses penyusunan tugas ini kami menjumpai
beberapa hambatan, namun berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya kami dapat
menyelesaikan tugas ini dengan cukup baik dan tepat waktu. Oleh karena itu, kami menyampaikan
banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya tugas ini.

Kami sangat berharap tugas ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
pada tugas selanjutnya, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Surabaya, 25 September 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................... ii
Daftar Isi..................................................................................................... iii

BAB I Pendahuluan.................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1
BAB II Gambaran Umum ..........................................................................
2.1 Social exchange........................................................................ 2
2.2 Attachment................................................................................ 5
2.3 Interdependensi......................................................................... 10
2.4 Segitiga cinta Stenberg ............................................................. 14
2.5 Investment model Rusbult......................................................... 20
2.6 Relationship dissolution model Duck....................................... 22
BAB III Penutup......................................................................................... 26
Daftar Pustaka ............................................................................................ 27

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kita adalah jenis manusia homo sapiens, yaitu merupakan individu yang bijak,
berpengetahuan umum, dan bijaksana. Namun setiap individu dapat diperdebatkan hanya
karena emosi, perasaaan, serta egoisme yang ada pada setiap individu. Semua hal tersebut
terkait dengan sikap sosial yang fundamental.
Pada bagian ini akan dipaparkan tentang kelekatan, kasih sayang, serta individu yang
ingin dan bisa menjadi teman, maupun kelompok (mitra). Memulai proses dengan menarik
perhatian, mencari alasan mengapa individu berafiliasi, menjadi dekat dengan individu lain,
hingga pada pembahasan tentang cinta, dan keintiman manusia dengan pasangannya tentang
bagaimana individu dapat mempertahankan hubungan mereka.
Terdapat sebuah studi ilmiah menurut Steve Duck (2008) dalam penelitiannya tentang
psikologi sosial ketertarikan interpersonal dan sudah memiliki jurnal khusus sosial dan
hubungan pribadi. Dalam bab ini kami akan fokus pada hubungan sosial, kelekatan yang
terbangun antar individu sehingga mampu mengetahui bagaimana model kelekata yang ada
pada diri individu, hubungan saling ketergantungan dalam individu, segitiga cinta Stenberg,
investment model Rusbult, dan relationship dissolution model Duck.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Social Exchange


Sudut pandang teori pertukaran sosial adalah bahwa seseorang menghitung nilai
keseluruhan dari sebuah hubungan dengan mengurangkan pengorbanannya dari keuntungan
yang ia diterima (Monge & Contractor, 2003). Teori ini menjelaskan tentang bagaimana
manusia memandang hubungan antara dirinya dengan orang lain sesuai dengan anggapan
dirinya yang ada pada dirinya. Beberapa tokoh dunia yang turut mengembangkan teori
pertukaran sosial ini diantaranya psikolog John Thibaut dan Harlod Kelley (1959), sosiolog
George Homans (1961), Richard Emerson (1962), dan Peter Blau (1964).
Berdasarkan teori ini, seseorang masuk ke dalam hubungan social exchange orang
lain atas dasar keuntungan atau imbalan. Seperti halnya teori pembelajaran sosial, teori
pertukaran sosial pun memperhatikan bahwa antara perilaku dan lingkungan terdapat
hubungan yang saling mempengaruhi atau reciprocal. Sebab, lingkungan sekitar umumnya
terdiri atas orang-orang asing yang tidak saling mengenal, maka seoang individu dan
sekumpulan orang asing tersebut dianggap memiliki perilaku yang saling memengaruhi, yang
mana dalam hubungan tersebut terdapat unsur imbalan (reward), pengorbanan (cost) dan
keuntungan (profit).
Imbalan merupakan segala sesuatu yang diperolah seseorang melalui adanya
pengorbanan. Pengorbanan merupakan segala sesuatu yang dihindari. Keuntungan
merupakan imbalan yang dikurangi pengorbanan, dimana hasil dari pengurangan tersebut
menghasilkan surplus. Jadi, pertukaran sosial terdari atas hubungan pertukaran yang paling
sedikit dilakukan antara dua orang berdasarkan perhitungan untung-rugi. Misalnya, pola-pola
perilaku di tempat kerja, percintaan, perkawinan, pertemanan hanya akan bertahan lama
apabila semua pihak yang terlibat dalam suatu hubungan merasa teruntungkan. Oleh karena
itu, perilaku seseorang akan dimunculkan apabila hal tersebut menguntungkan bagi dirinya,
demikian sebaliknya jika dirasa sesuatu tersebut merugikan maka perilaku tersebut tidaka kan
ditampilkan.
Jadi, apakah kita menyukai seseorang ditentukan berdasarkan rasio untung-rugi
seperti yang terdapat pada teori pertukaran sosial? Berapa pengorbanan yang harus kita

2
keluarkan untuk mendapatkan imbalan dari orang lain? Apakah kita akan mendapatkan
keuntungan nantinya?
Hubungan adalah kegiatan sehari-hari yang berkelanjutan. Beberapa hubungan
pertukaran sosial bersifat singkat dan dangkal, sementara yang lain dapat berlangsung dalam
jangka waktu yang panjang, kompleks dan begitu penting. Dalam setiap kasus, seseorang
akan mencoba membangun sebuah hubungan yang rasional dan saling menguntungkan
dengan orang lain. Memang, hubungan pertukaran sosial merupakan sebuah fitur inti dari
salah satu pendekatan paling signifikan untuk kepemimpinan (teori transaksional). Untuk
mengetahui kepemimpinan yang efektif untuk pertukaran sumber daya yang saling
menguntungkan seperti, barang, informasi, cinta, uang, layanan dan status (Hogg & Vaughan,
2018). Nilai dari sebuah imbalan dapat berbeda-beda, tergantung pada siapa yang memberi
imbalan tersebut. Sebagai contoh, apabila seseorang mendapat sebuah pelukan, pelukan
tersebut akan lebih dihargai atau mendapatkan kesan lebih apabila berasal dari seseorang
yang spesial. Setiap imbalan juga dapat bersifat konkret, seperti halnya uang, biaya yang
dihabiskan dalam suatu hubungan atau waktu yang dibutuhkan untuk mengejar orang yang
disukai.
Menurut minimax strategy, suatu hubungan dapat terasa tidak menguntungkan atau
memuaskan apabila pengorbanan yang dikeluarkan lebih besar dari imbalan yang diterima.
Dalam praktiknya, seseorang salung bertukar sumber daya satu sam lain dengn harapan
bahwa ia akan mendapatkan sebuah keuntungan. Hal ini merupakan cara baru untuk
mendefinisikan suatu hubungan yang baik. Bahwa, hubungan yang baik merupakan suatu
hubungan diamana pihak-pihak yang terlibat di dalamnya merasa puas atau diuntungan
dengan adanya hubungan tersebut.
Komponen dalam teori pertukaran sosial adalah tingkat perbandingan yang dilakukan
oleh setiap orang yang terlibat dalam suatu hubungan. Tingkat perbandingan atau CL
merupakan sebuah standar yang digunakan untuk menilai hubungan seseorang. Tingkat
perbandingan orang adalah produk dari pengalaman masa lalu miliknya dengan orang lain
dalam pertukaran yang serupa. Jika hasil dalam pertukaran saat ini adalah positif, misalnya
imbalan seseorang melebihi CL mereka, hubungan akan dianggap memuaskan dan orang lain
akan terlihat menarik. Namun, ketidakpuasan mengikuti jika hasil akhir negatif, yaitu apabila
laba turun di bawah CL.

3
Keuntungan dari model perbandingan ini karena lewat model ini seluruh pihak yang terlibat
dalam sebuah hubungan dapat saling memberikan keuntungan dan mendapatkan kepuasan.
Konsep CL sangat membantu dalam akuntansi mengapa beberapa hubungan mungkin dapat
diterima di beberapa waktu.
Teori pertukaran sosial mengakomodasi variasi dalam hubungan, termasuk:

 Perbedaan cara pandang setiap orang terhadap imbalan dan pengorbanan. Seseorang
mungkin merasa saran yang diberikan oleh pasangannya merupakan imbalan yang
memuaskan, tetapi sebagian yang lain tidak merasa demikian.
 Perbedaan dalam diri seseorang berdasarkan pada berbagai CL, baik dari waktu ke
waktu maupun lintas konteks. Seseorang mungkin lebih menyukai berkeliling swalayan
sendirian daripada pergi bersama sahabat-sahabatnya.
Teori pertukaran sosial sering digunakan, salah satunya oleh teoris Caryl Rusbult yang telah
menunjukkan cara investasi termasuk cara mendapatkan imbalan, memberikan pengorbanan,
dan CL terkait dengan kepuasan dan komitmen dalam suatu hubungan (Rusbult, Martz, &
Agnew, 1998). Ini juga merupakan perspektif yang signifikan dalam bagaimana seseorang
memahami keadilan sosial, dieksplorasi lebih lanjut dalam bagian ini dan kepemimpinan dan
dalam memahami bagaimana putusnya suatu hubungan sering terjadi karena kekurangan
komitmen (Le & Agnew, 2003).
Kebanyakan orang percaya bahwa hasil dalam pertukaran harus adil. Dan adil, diabadikan
dalam sebuah hukum dan norma masyarakat, kita harus mematuhi 'aturan'. Apa yang dianggap
adil, dan adil adalah fitur kehidupan kelompok dan hubungan antar kelompok. Keadilan dan
persamaan bukanlah konsep yang identik. Dalam lingkungan kerja, kesetaraan (equality)
memiliki sebuah syarat bahwa semua orang harus mendapatkan gaji yang sama besar, di sisi
lain keadilan (equity) menuntut bahwa yang bekerja paling keras lah atau yang melakukan
pekerjaan terpenting lah yang digaji lebih tinggi.

Teori keadilan dikembangkan dalam konteks motivasi kerja dan dipopulerkan dalam
psikologi sosial oleh J. Stacey Adams (1965). Ini mencakup dua situasi utama:

 Saling pertukaran sumber daya, seperti dalam pernikahan


 Pertukaran di mana sumber daya terbatas harus didistribusikan, seperti hakim yang
memberikan kompensasi untuk seseorang yang cedera
Dalam keduanya, teori keadilan memprediksi bahwa seorang individu mengharapkan
sumber daya diberikan secara adil, secara proporsional untuk kontribusi yang telah ia berikan.
Jika seseorang membantu orang lain adalah wajar untuk mengharapkan orang-orang tersebut
untuk membantu dirinya di lain waktu.

4
X memperkirakan rasio apa yang dia dapatkan dari hubungannya dengan Y dengan apa
yang dia miliki dimasukkan ke dalam hubungan, dan kemudian membandingkan rasio ini
dengan rasio yang berlaku untuk Y. Jika rasio ini sama, X akan merasa masing-masing
diperlakukan dengan adil secara adil. Y, tentu saja, akan memiliki gagasan sendiri tentang apa
yang adil. Ketika suatu hubungan adil, hasil keuntungan (imbalan dikurangi pengorbanan)
adalah sebanding dengan input atau kontribusi mereka pada hubungan. Konsep yang
mendasarinya adalah keadilan distributif (Homans, 1961).

Keadilan distributif (alokasi sumber daya yang adil) harus dibedakan dari prosedur
keadilan (prosedur yang adil, yang mungkin atau mungkin tidak menghasilkan alokasi sumber
daya yang setara). Keadilan prosedural sangat penting di dalam kelompok-kelompok di mana
kemelekatan anggota kelompok lebih bersandar pada perlakuan yang adil (keadilan prosedural)
daripada pada alokasi yang sama sumber daya dalam kelompok (De Cremer & Tyler, 2005;
Tyler & Smith, 1998; Bab 11).

Close relationship yang dapat berfungsi lebih baik ketika partner-mu memutuskan
untuk melibatkan yang lain. Ini terjadi ketika partner-mu berbagi beberapa pemikiran yang
dia simpan menggunakan bahasa relasional dan dengan acting secara komunal.

2.2 Attachment
Penelitian tentang kelekatan awalnya berfokus pada ikatan yang terjalin antara bayi
dan pengasuh bayi, tetapi sekarang telah diperluas untuk mencakup berbagai cara individu
dewasa membuat koneksi dengan individu yang dekat dengan mereka. Hal pertama
menjelajahi fenomena yang mendukung topik - afiliasi.
Isolasi sosial dan kebutuhan untuk berafiliasi
Kebutuhan untuk berafiliasi, bersama orang lain, sangat kuat terjadi .Hal ini
mendasari jalan masuk yang dapat membentuk hubungan interpersonal yang positif dan
langgeng (Leary, 2010) dan juga memainkan sebuah peran kunci dalam keterikatan pada
kelompok (Baumeister & Leary, 1995)
5
tentu saja ada, saat dimana diri kita ingin sendiri, untuk menikmati perusahaan yang telah kita
miliki sendiri, individu juga mengatur kebutuhan mereka akan privasi (O'Connor &
Rosenblood, 1996; Pedersen, 1999). Namun efeknya terlalu banyak isolasi sosial bisa sangat
mengerikan (Perlman & Peplau, 1998).
Terdapat banyak kisah tentang individu yang terisolasi dalam jangka waktu yang
lama, contoh nya seperti narapidana yang terisolasi dalam kurungan penjara dalam beberapa
tahun. Namun dalam situasi seperti itu, isolasi sering disertai dengan sebuah hukuman
ataupun peristiwa kekurangan makanan. Untuk alasan tersebut, terdapat contoh catatan dari
Laksamana Byrd yang dapat dijadikan sebuah contoh yang sangat menarik. Keterasingan
yang ia lakukan bersifat sukarela dan terencana, dengan adanya persediaan yang memadai
untuk memenuthi kebutuhan fisiknya.
Pada tahun 1934, Byrd secara suka rela menghabiskan waktu selama 6 bulan
sendirian di stasiun cuaca Antartika untuk mengamati dan merekam kondisi yang terjadi. Dia
hanya dapat berkomunikasi dengan radio dengan pangkalan ekspedisi utama. Pada awalnya ia
ingin sendiri untuk beberapa waktu untuk merasakan kedamaian, keheningan, dan
kesendirian dalam waktu yang cukup lama untuk dapat mengetahui seberapa baik hal itu
sebenarnya (Byrd, 1938, p. 4). Tapi, pada mingu ke-empat, dia menulis bahwa saat itu ia
merasa sendiri, tersesat, dan bingung. Dia mulai membayangkan jika dia sedang berada di
antara orang-orang yang ia kenal. Setelah 9 minggu, Byrd mulai sibu dan asik dengan
pertanyaan yang religius, seperti like Monty Python, ‘Makna Hidup’. Dia mulai berfikir
bahwa dia tidak sendirian dia memaknai bahwa manusia tidak sendirian di alam semesta
meskipun ia terpisah dengan manusia lain. Setelah tiga bulan, ia mulai merasa depresi, apatis,
halusinasi, dan diserang oleh pikiran yang aneh.
Psikolog social, William McDougall (1908) mengatakan bahwa manusia sudah
termotivasi untuk bersama dan menjadi bagian dalam suatu kelompok, hal ini merupakan
teori insting langsung. Afiliasi telah banyak di teliti dan menemukan topik yaitu, apakah
individu memerlukan teman saat ia gelisah?
Isolasi dan Kecemasan
Dalam sebuah karya klasik The Psychology of Affiliation, Stanley Schachter
hubungan antara terisolasi dan merasa cemas. Situasi sendiri dapat membuat individu ingin
bersama dengan teman maupun orang asing meskipun dalam waktu sebentar. Membangun
interaksi dengan individu lain bisa disebabkan karena dua alasan yaitu, individu lain bisa
menjadi selingan saat merasa khwatir, atau individu lain bisa menjadi tolak ukur dalam
perbandingan sosial.
Kebutuhan untuk beraafiliasi dapat disebabkan karena keadaan yang bersifat
sementara, seperti rasa takut dan itu bukan sembarang individu yang kita inginkan, tetapi
individu yang sangat spesifik. Kecemasan merupakan salah satu kebutuhan yang melibatkan
proses perbandingan sosial.
Sebuah situasi dimana terisolasi merupakan sebuah kejadian yang menyakitkan
adalah ketika suatu individu berada dalam suatu kelompok namun ia dikucilkan dalam
kelompok tersebut.
6
Dalam hal ini akan membahas tentang bagaimana individu diasingkan ataupun dikucilkan
dalam suatu kelompok, tetapi tentu saja suatu indivdu juga dapat dikucilkan oleh individu
lain dalam hubungan interpersonal dengan keadaaan yang sama dramatisnya. Perasaan
dikucilkan dapat muncul dari hal sepele, contohnya seperti merasa diremehkan oleh individu
lain melalui pandangan mata dapat membuat suatu individu tidak dihargai.
Efek dari Perampasan Sosial
Kurangnya afiliasi pada bayi jungan akan memberikan efek yang sangat
menghancurkan. Ditemukan penelitian dari psikoanalisis bahwa bayi yang ditinggalkan oleh
ibunya yang tidak bisa merawatnya dan hanya mampu memberi makan lalu ditinggalkan di
ranjang dibandingkan dengan bayi yang dititipkan pada suatu yayasan penitipan, diberi
fasilitas yang memadai maka mereka memiliki mental yang kurang dan tingkat angka
kematian yang tinggi. Spitz menamai ini dengan hospitalisme untuk menggambarkan
keadaan psikologis dimana ia menemukan anak-anak seperti ini. Hospitalisme hadir dalam
kehidupan melalui cuplikan tayangan di televisi yang menampilkan anak-anak yang berada
di panti asuhan karena ditinggalkan oleh orang tuanya di Rumania pada tahun 1990-an.
Harry Harlow melakukan penelitian pada seekor monyet bayi dan ibunya. Bayi
monyet tersebut telah memberikan kontak langsung, makanan, serta kehangatan oleh ibunya.
Ibu monyet tersebut merupakan rangkai sosiali sasi pertama dalam hidup bayi tersebut.
Penelitian Harlow meluas pada bayi yang terisolasi dari kontak lain selama 12 bulan
hidupnya. Hal tersebut tentunya menghasilkan konsekuensi yang drastis. Bayi monyet
tersebut terkadang berada di pojok ruangan,meringkuk dan menggoyangkan badannya serta
menggigit dirinya sendiri. Dilain waktu saat dia bertemu dengan temannya, monyet tersebut
tidak ikut bergabung dalam sekumpulan monyet yang lain untuk bermain, dia tidak mampu
mempertahankan dri dari serangan yang ada. Ketika dewasa, dia tidak berkompeten dalam
hal seksual. Dalam penelitian ini telah terbuti pentingnya kontak dalam kehangatan antara ibu
dan bayi untuk landasan kelekatan (Williams & Bargh, 2008).
Model Kelekatan
Perampasan sosial dalam jangka waktu yang panjang khusunya pengasuhan antara ibu
dan bayi akan menyebabkan trumatis psikologi. Bowlby dan rekannya melakukan penelitian
yang fokus pada perilaku keterikatan antara bayi dan ibunya serta mencatat jika anak muda
tetap dekan dengan ibunya. Anak muda akan mengirim sinyal pada pengasuhnya dengan cara
menangis ataupun tersenyum dan ada kedekatan yang terjaga melalui perilaku menempel dan
mengikutinya. Dibandingkan dengan afiliasi, kelekatan melibatkan hal yang lebih ekstra dari
hubungan yang erat pada orang tertentu.
Menurut Bowlby dan psikolog sosial lainnya, perilaku kelekatan tidak hanya terbatas
pada hubungan antara ibu dan anak saja, tetapi dapat diamati sepanjang siklus kehidupan.
Hubungan dari orang dewasa yang stabil ‘datang dari suatu tempat’ (Bershcheid ,1994) dan
penelitian menunjukkan bahwa mereka berasal dari dinamia keterikatan di masa kecil dan
meninggalkan sebuat model yang akan kita gunakan selama sisa hidup kita.

7
Ada juga penjelasan bahwa ketika kita dewasa, akan mengalami cinta dan kesepian, Cindy
Hazan dan Phillip Shaver (1987) mendefiniskan tiga model kelekatan yang aman,
menghindari cemas yang ditemukan pada anak anak.
Judy Feeney dan Pat Noller (1990) menemukan bahwa model kelekatan berkembang
sejak masa kecil dan berlanjut untuk mempengaruhi cara hubungan romantis heteroseksual
yang terjadi di masa yang akan datang. Mereka menilai tingkat kelekatan, pola komunikasi
dan hubungan kepuasan pasangan yang telah menikah, serta menemukan individu yang
terpasang dengan aman (nyaman dengan kedekatan dan tidak mudah cemas akan
hubungannya) akan dipasangkan dengan hal yang sama.
Tipe Kelekatan Karakteristik
Aman Saling percaya, tidak takut ditinggalkan, yakin
bahwa seseorang layak disukai, mudah dekat
dengan orang lain, nyaman tergantung pada
individu lain, dan sebaliknya.
Penghindar Penindasan kebutuhan kelekatan, upaya masa
lalu untuk menjadi intim telah ditolak, merasa
tidak nyaman saat dekat dengan orang lain,
tidak percaya dengan orang lain maupun untuk
bergantung pada orang lain, merasa gugup
ketika ada orang yang mendekat.
Gelisah Kekhawatiran bahwa orang lain tidak membalas
keintiman seseorang, merasa bahwa pasangan
tidak benar benar mencintai atau bahkan ingin
meninggalkan, ingin bergabung dengan
seseorang dan itu menakutkan.

Penelitian lain telah menunjukkan bahwa individu dengan tipe penghindar akan sering
melaporkan perasaaan seksual yang tidak menyenangkan dan pengalaman kurang puas serta
mudah stress saat mengasuh bayi, kurang dekat dengan anak anak mereka saaat tumbuh
dewasa. Terdapat ulasan naratif yang berasal lebih dari enam puluh studi yang relewan
mengatakan bahwa tipe kelekatan yang dilaporkan pribadi dan parenting menyimpulkan
bahwa kelekata yang aman terkait erat dengan lebih banyak perilaku pengasuhan positif,
emosi, kognisi dan hasil. Sedangkan kelekatan tidak aman terkait dengan perilaku
pengasuhan negatif, emosi, dan kognisi.
Studi hubungan romantis mengatakan bahwa kelekatan adalah proses yang diperoleh
sepanjang hidup bukan hanya pada masa bayi. Model kelekatan diperoleh sejak awal dan
hubungan selanjutnya. Gaya kelekatan romantis adalah sebagai berikut :
1. Orang dewasa yang terlekat dengan aman akan mampu merasa mudah untuk dekat dengan
orang lain dan mampu merasakan kasih sayang, serta hubungan berlangsung jangka panjang
(Luke, Sedikides, Carnelley, 2012)
8
2. Orang dewasa yang terhindar dari penghinaan akan kurang nyaman untuk berdekatan
dengan orang lain, lebih terhambat dengan rasa cemburu dan susah mengungkapkan
(Brennan & Shaver, 1995) dia terkadang tidak setia (Dewall, Lambert, Slotter, Pond,
Deckman, et.al., 2011) mereka lebih cepat mengamankan skema mereka saat terancam
daripada orang dewasa (Ein-Dor, Mikulincer & Shaver, 2011) dan kurang memiliki empati
yang akurat saat memahami perasaan dan pikiran orang lain (Izhaki-Costi & Schul, 2011)
3. Orang dewasa yang memiliki kegelisahan untuk jatuh cinta lebih memiliki emosi yang
tinggi dan terendah dalam hidup mereka dan tidak bahagia (Brennan & Shaver, 1995) ;
mereka lebih waspada akan kemungkinan adanya ancaman (Ein-Dor, Mikulincer & Shaver,
2011); mereka menunjukkan perasaan sakit yang mengubah menjadi ancaman rasa bersalah
pada pasangan (Overall, Girme, Lemay & Hemmond, 2014); mereka tidak berhasil dalam
membentuk hubungan yang memuaskan (McClure & Lydon, 2014)
Penelitian yang dilakukan oleh Claudia Brumbaugh dan Chris Fraley (2006)
menunjukkan bahwa model kelekatan dalam satu hubungan romantis sangat mungkin
terbawa hubungan lain. Lee KirkPatrick dan Cindy Hazan (1994) mempelajari selama empat
tahun dan menunjukkan bahwa pasangan yang memiliki rasa tidak aman maka akan menjadi
kurang begitu jika pasangan mereka memiliki rasa kepercayaan. Nathan Hudson dan
rekannya menunjukkan mempelajari tentang aturan yang ada dalam pasangan pada
hubungan 172 pasangan dalam lima periode waktu. Mereka menemukan bahwa kelekatan
aman telah terkoordinasi pada salah satu individu dengan perubahan tingkat akan
mempengaruhi pasangan individu tersebut (Hudson, Fraley, Brumbaugh & Vicary, 2014)
Studi lain dalam meta analisis skala besar menunjukkan bahwa hubungan negatif
antara kegelisahan dan penghindaran kelekatan kepuasan hubungan dan komitmen di sisi
lain akan mendatangkan hal negatif dalam hubungan yang lebih lama (Hadden, Smith &
Webster, 2014). Penelitian ini bersifat korelasiona, sehingga pertanyaan akan sebabakibat
penurunan hubungan tidak daapat terjawab. Mungkin dampak negatif dari kecemasan dan
penghindaran dalam kelekatan akan terbangun dari waktu ke waktu. Sebaliknya, adanya
cahay kemerahan dalam suatu hubungan akan memberikan dampak kelekatan yang lebih
intim.
Adanya jejraring sosial tidak hanya bermanfaat untuk membangun interaksi dengan
orang lain , tetapi juga mampu untukk meningkatkan hubungan romantis pada suatu
pasangan. Marshall dan rekannya mempelajari adanya korelasi antara gaya pengawasan
salah satu media sosial (facebook) dengan tingkat kecemburuan pasangan (Marshall,
Bejanyan, DiCastro & Lee, 2013). Penelitian ini telah mengambil sampel bahwa individu
yang memiliki kecemasan akan kurang percaya, mereka akan melakukan pengawasan
terhadap halaman media sosial dari pasangan dan merasa cemburu dengan apa yang pasangan
mereka lakukan. Amy Muise dan rekannya meneliti terhadap perbedaan gender. Mereka
menemukan bahwa respon cemburu pada wanita lebih tinggi dibandingkan dengan pria
melalui perilaku memonitoring pasangan melalui media sosial (Muise, Christofides,
Desmarais, 2014)
Penelitian Longitudinal
Banyak penelitian tentang kelekatan belum memeriksa anak-anak karena mereka belum
terbangun secara murni.
9

Terdapat studi rujukan bahwa gaya kelekatan orang dewasa tidak independen dengan gaya
kelekatan anak-anak. Bahkan studi secara menyilang terhadap kelompok individu yang
berbeda usia dalama satu waktu tidak membangun secara tegas.
Tetapi ada satu peneliti yang telah melakukan penelitian secara longitudinal dalam
periode 30 tahun yang bernama Eva Klohnen bahwa wanita yang memiliki penghindaran
kelekatan di usia 20 tahun an akan berlanjut di usia 40 hingga 50 tahun an. Perbedaan dalam
cara mereka berhubungan juga terjadi dalam waktu yang sama. Jika dibandingkan dengan
wanita yang merasa aman, maka wanita yang merasa tidak aman akan menjadi wanita
penghindar yang jauh dari orang lain, kurang percaya diri, serta lebih mandiri (Klohnen,
Bera, 1998).
2.3 Interdependensi
Teori interdependensi atau saling ketergantungan merupakan salah satu teori dalam
psikologi sosial yang berfokus pada analisis perilaku dua atau lebih individu yang sedang
berinteraksi satu sama lain. Ketika terdapat dua individu yang saling berinteraksi, mereka akan
saling memengaruhi pikiran, perasaan atau perilaku masing-masing sehingga dapat dikatakan
saling berhubungan atau interdependen. Teori interdependensi bisa terjadi pada saat individu
terpengaruh dengan tindakan masing-masing individu tersebut.

Salah satu hal yang terpenting dari analisis berbasis interdependensi ini ialah asumsi
bahwa sifat ikatan antara manusia sama pentingnya dalam membentuk perilaku mereka seperti
halnya atribut dari dua orang itu sendiri. Sebagai contoh, Dave dan Anna akan berperilaku
sangat berbeda saat mereka pertama kali berkenalan (tidak memiliki sejarah satu sama lain dan
tidak ada harapan keterlibatan di masa depan) daripada mereka yang telah bertemu dan
berhubungan hingga menjadi sangat saling tergantung, meskipun Dave dan Anna sendiri
identik dalam dua contoh. Oleh karena itu, orientasi ini jelas berbeda dari hasil kerja yang
mencoba menjelaskan perilaku hanya dengan merujuk pada ciri-ciri individu atau sejarah
pribadi. (Reis & Rusbult, 2004).

Salah satu cara di mana pola-pola interdependensi dapat berbeda dari satu hubungan ke
yang lain berkaitan dengan aturan yang menjadi ciri pemberian dan penerimaan manfaat. Clark
dan Mills berteori secara luas tentang perbedaan penting antara communal relationship dan
exchange relationship. Dalam communal relationship, mitra pertama-tama mementingkan
kesejahteraan masing-masing, dan memberikan manfaat (mis., Bantuan, dukungan emosional)
untuk membantu memenuhi kebutuhan satu sama lain.
10

Dalam exchange relationship, di sisi lain, masing-masing pasangan menguntungkan


yang lain baik untuk membayar manfaat masa lalu atau dengan harapan manfaat masa depan
yang sebanding. Dalam penelitian yang dicetak ulang di sini, Clark dan Mills menunjukkan
bahwa ketertarikan pada seorang kenalan baru lebih besar ketika pemberian manfaat konsisten
dengan jenis hubungan yang diharapkan. Temuan serupa telah diperoleh dalam penelitian
selanjutnya menggunakan manipulasi alternatif dari tipe hubungan, serta dalam pekerjaan
memeriksa communal relationship dan exchange relationship yang ada (Reis & Rusbult, 2004)

Komponen Teori Interdependensi


Dalam teori interdependensi di ruang lingkup psikologi sosial sendiri, terdapat beberapa buah
komponen yang menyusun teori ini yakni outcome atau kepuasan, komitmen dan juga level
dependensi.

1. Outcome (kepuasan)

Seseorang akan merasa puas jika berada dalam hubungan yang menguntungkan yakni
apabila manfaat yang didapat lebih besar dibandingkan dengan kerugian atau biaya dimana
dampak dari kerugian tersebut bisa bervariasi. Variasi kerugian tersebut dapat berupa biaya
atau pengorbanan yang selalu dianggap tidak menyenangkan dan negatif.

Dalam sebuah hubungan, terkadang ada beberapa konflik kepentingan yang dihadapi
kedua pihak dan membuat salah satu pihak pun akhirnya berusaha mencari jalan damai dan
menyelesaikan masalah demi menjaga sebuah hubungan dengan cara berkorban yang juga
merupakan cara penyelesaian masalah dalam psikologi. Semakin besar komitmen dalam
hubungan, maka semakin besar pula pengorbanan yang akan dilakukan individu tersebut.
Dampak dari sebuah pengorbanan tersebut akan bergantung pada alasan yang dilakukan
individu tersebut melakukkan pengorbanan.

Terkadang, seseorang akan berkorban demi kepentingan orang lain yang dilakukan
untuk memperlihatkan makna cinta dalam psikologi dan perhatian dimana pengorbanan ini
memiliki motif untuk mendekati dan bisa memberikan rasa puas serta bahagia. Sebaliknya,
terkadang seseorang akan berkorban hanya untuk menghindari konflik atau takut bisa
menimbulkan hal yang berbahaya untuk hubungan dimana motif dari pengorbanan ini

11
bisa menimbulkan perasaan amarah, emosi dalam psikologi dan juga gelisah. Menurut teori
interdependensi, kepuasan hubungan akan dipengaruhi dari level perbandingan. Seseorang
akan merasa puas jika sebuah hubungan sesuai dengan yang diharapkan dan dibutuhkan.

Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mendapatkan rasa puas tersebut adalah
dengan mengatakan pada diri sendiri jika kondisi orang lain lebih buruk dibandingkan dengan
diri sendiri. Persepsi keadilan nantinya juga akan mempengaruhi kepuasan. Bahkan, apabila
dalam sebuah hubungan bisa memberikan banyak manfaat, maka kemungkinan orang tersebut
tidak akan merasa puas jika orang tersebut yakin jika dirinya sudah mendapat perlakuan yang
tidak adil.

2. Komitmen

Seseorang yang memegang komitmen dalam hubungan kemungkinan besar akan selalu
bersama dan memiliki tujuan bersama meski menghadapi macam-macam sifat manusia. Dalam
istilah teknik, komitmen dalam sebuah hubungan berarti semua kekuatan positif dan negatif
yang akan menjaga individu untuk selalu ada dalam sebuah hubungan. Sedangkan faktor yang
bisa mempengaruhi sebuah hubungan terdiri dari dua.

Pertama, komitmen dipengaruhi kekuatan daya tarik antar pasangan atau hubungan
tertentu. Jika seseorang tertarik pada orang lain, menyukai kehadirannya dan merasa jika orang
tersebut ramah dan pandai bergaul, maka seseorang akan termotivasi untuk bisa meneruskan
hubungan dengan orang tersebut sehingga komitmen akan lebih kuat jika terdapat kepuasan
yang juga tinggi. Komponen ini dinamakan dengan commitment personal sebab merujuk pada
keinginan individu dalam mempertahankan atau mengingatkan sebuah hubungan.

Kedua, komitmen dipengaruhi dari nilai dan juga prinsip moral serta perasaan jika
seseorang seharusnya tetap ada dalam sebuah hubungan. Komitmen moral didasari dengan
perasaan kewajiban, kewajiban terhadap agama atau tanggung jawab sosial. Untuk sebagian
orang, keyakinan atau kesucian dalam sebuah pernikahan dan juga keinginan dalam menjalin
komitmen seumur hidup akan membuat orang tersebut tidak memiliki keinginan untuk
bercerai.

12
3. Level Dependensi

Dalam teori interdependensi terdapat dua jenis penghalang penting yakni kurangnya
alternatif yang lebih baik dan juga investasi yang sudah ditanamkan dalam sebuah hubungan.

 Penghalang pertama:

Pada saat seseorang tergantung dalam sebuah hubungan yakni mendapatkan banyak hal
yang dihargai atau tidak bisa didapatkan di tempat lain, maka seseorang akan sulit
meninggalkan hubungan tersebut dan kurangnya alternatif yang lebih terbaik tersebut
nantinya bisa meningkatkan komitmen sebab dianggap sebagai salah satu cara
membahagiakan diri sendiri.

 Penghalang kedua:

Investasi yang sudah ditanamkan seseorang dalam sebuah hubungan dimana komitmen
juga akan dipengaruhi investasi yang ditanam seseorang dalam bentuk hubungan yang bisa
berupa energi, waktu, uang, keterkaitan emosional, pengalaman ketika bersama dan juga
pengorbanan untuk pasangan. Setelah banyak berinvestasi dalam hubungan dan merasa
hubungan tersebut tidak terlalu banyak memberikan manfaat, maka bisa menyebabkan
disonansi kognitif pada seseorang sehingga merasakan tekanan psikologis yang bisa
menimbulkan tanda-tanda stress untuk melihat hubungan dari segi positif atau
mengabaikan kekurangan. Semakin banyak investasi yang sudah dilakukan, maka akan
semakin sulit seseorang untuk meninggalkan hubungan tersebut.

Tipe Hubungan

Terdapat dua tipe hubungan menurut Clark dan Mills (1979) yaitu sebagai berikut:

 Exchange Relationship

Partner memberi manfaat satu sama lain namun tidak merasa ada tanggung jawab
spesial untuk kesejahteraan orang lain.

13
 Communal Relationship

Partner memberi manfaat untuk menunjukkan perhatian dan merespon kebutuhan


orang lain (biasanya keluarga, sahabat, pacar).
Perbedaan antara 2 orientasi hubungan menurut Mills dan Clark (1994, 2001) :

o Seseorang akan dianggap mementingkan diri sendiri jika ia lebih memperhatikan


kebutuhan partner dalam communal relationship daripada partner dalam exchange
relationship.
o Hubungan communal relationship akan lebih membicarakan topik-topik yang
emosional sedangkan exchange relationship membicarakan topik-topik yang non-
emosional.
o Seseorang akan dianggap lebih mementingkan diri sendiri ketika memberi bantuan
kepada sahabat dekat daripada memberi bantuan kepada teman biasa.

2.4 Segitiga Cinta Stenberg

Sejak kecil, manusia sudah diajarkan mengenai cinta, baik cinta terhadap orang tua,
teman, diri sendiri, Tuhan, dan sebagainya. Namun seiring perkembangan dan pertumbuhan
manusia, baik pria maupun wanita akan mengimplementasikan cinta dengan cara yang
berbeda-beda. Banyak ahli memberikan definisi cinta yang berbeda-beda. Meski ada beragam
definisi cinta, tampaknya belum ada satu definisi yang sempurna atau utuh yang dapat
mencakup keseluruhan makna cinta itu sendiri. Menurut Sternberg (dalam Sternberg & Barnes,
1988), cinta bukanlah suatu kesatuan tunggal, melainkan gabungan dari berbagai perasaan,
hasrat, dan pikiran yang terjadi secara bersamaan sehingga menghasilkan perasaan global yang
dinamakan cinta. Sternberg (1988) memiliki teori tentang cinta yang dikenal sebagai teori
segitiga cinta.

Dalam teori segitiga cintanya tersebut, Sternberg mencirikan cinta terdiri dari tiga
komponen, yaitu keakraban atau keintiman (intimacy), gairah (passion), keputusan atau
komitmen (decision/commitment).

Keakraban atau keintiman adalah perasaan dalam suatu hubungan yang meningkatkan
kedekatan, keterikatan, dan keterkaitan (atau dengan kata lain bahwa intimacy

14
mengandung pengertian sebagai elemen afeksi yang mendorong individu untuk selalu
melakukan kedekatan emosional dengan orang yang dicintainya). Pasangan yang memiliki
intimacy yang tinggi akan sangat memperhatikan kesejahteraan dan kebahagiaan pihak lain,
menghormati dan menghargai satu sama lain, dan memiliki kesalingpengertian. Mereka juga
saling berbagi dan merasa saling memiliki, saling memberi dan menerima dukungan emosional
dan berkomunikasi secara intim. Sebuah hubungan akan mencapai keintiman emosional
manakala kedua pihak saling mengerti, terbuka, saling mendukung, dan merasa bisa berbicara
mengenai apa pun juga tanpa merasa takut ditolak. Mereka juga akan berusaha menyelaraskan
nilai dan keyakinan tentang hidup, meskipun tentu saja ada perbedaan pendapat dalam
beberapa hal. Mereka mampu untuk saling memaafkan dan menerima, khususnya ketika
mereka tidak sependapat atau berbuat kesalahan.

Gairah meliputi rasa kerinduan yang dalam untuk bersatu dengan orang yang dicintai
yang merupakan ekspresi hasrat dan kebutuhan seksual (atau dengan kata lain bahwa passion
merupakan elemen fisiologis yang menyebabkan seseorang merasa ingin dekat secara fisik,
menikmati atau merasakan sentuhan fisik, ataupun melakukan hubungan seksual dengan
pasangan hidupnya).

Keputusan atau komitmen adalah suatu ketetapan seseorang untuk bertahan bersama
sesuatu atau seseorang sampai akhir. Dengan kata lain, komitmen sering diartikan sebagai
keputusan untuk tetap bersama seorang pasangan dalam hidupnya. Komitmen lebih kompleks
dari sekedar menyetujui untuk tetap bersama pasangan dalam menghadapi kesulitan-kesulitan.
Komitmen berarti pula mencurahkan perhatian, melakukan sesuatu untuk menjaga suatu
hubungan agar tetap langgeng, dan melindungi hubungan itu dari bahaya, dan memperbaikinya
bila hubungan itu dalam keadaan kritis. Kedua pihak saling memperhatikan kebutuhan yang
lain dan harus meletakkan kebutuhan pasangan sebagai prioritas utama, termasuk kerelaan
untuk berkorban secara pribadi demi terciptanya hubungan yang baik. Bila memutuskan untuk
berkomitmen, seseorang harus pula menerima pasangan tanpa syarat, memikirkan pasangan
sepanjang waktu, dan melakukan sesuatu demi pasangan (Achmanto, 2005). Menurut
Sternberg, kondisi cinta yang ideal akan tercipta apabila ketiga komponen cinta tersebut
seimbang sehingga membentuk segitiga sama sisi (yang menandakan bentuk cinta yang ideal
sesuai dengan teori segitiga cintanya yaitu The Triangular Theory of Love).

15
Komponen cinta menurut Sternberg (dalam Sternberg dan Barnes, 1988):

A. Keakraban atau keintiman (intimacy)


Adalah perasaan dalam suatu hubungan yang meningkatkan kedekatan, keterikatan,
dan keterkaitan. Dengan kata lain bahwa intimacy mengandung pengertian sebagai elemen
afeksi yang mendorong individu untuk selalu melakukan kedekatan emosional dengan orang
yang dicintainya. Hasil penelitian Sternberg dan Grajeg (dalam Sternberg dan Barnes, 1988)
menunjukkan keakraban mencakup sekurang-kurangnya sepuluh elemen, yaitu :
1). Keinginan meningkatkan kesejahteraan dari yang dicintai
2). Mengalami kebahagiaan bersama yang dicintai
3). Menghargai orang yang dicintainya setinggi-tingginya
4). Dapat mengandalkan orang yang dicintai dalam waktu yang dibutuhkan
5). Memiliki saling pengertian dengan orang yang dicintai
6). Membagi dirinya dan miliknya dengan orang yang dicintai
7). Menerima dukungan emosional dari orang yang dicintai
8). Memberi dukungan emosional kepada orang yang dicintai
9). Berkomunikasi secara akrab dengan orang yang dicintai
10). Menganggap penting orang yang dicintai dalam hidupnya.

B. Gairah (passion)
Meliputi rasa kerinduan yang dalam untuk bersatu dengan orang yang dicintai yang
merupakan ekspresi hasrat dan kebutuhan seksual. Atau dengan kata lain bahwa passion
merupakan elemen fisiologis yang menyebabkan seseorang merasa ingin dekat secara fisik,
menikmati atau merasakan sentuhan fisik, ataupun melakukan hubungan seksual dengan
pasangan hidupnya. Komponen passion juga mengacu pada dorongan yang mengarah pada
romance, ketertarikan fisik, konsumsi seksual dan perasaan suka dalam suatu hubungan
percintaan. Dalam suatu hubungan (relationship), intimacy bisa jadi merupakan suatu fungsi
dari seberapa besarnya hubungan itu memenuhi kebutuhan seseorang terhadap passion.
Sebaliknya, passion juga dapat ditimbulkan karena intimacy. Dalam beberapa hubungan dekat
antara orang-orang yang berlainan jenis, passion berkembang cepat sedangkan intimacy
lambat. Passion bisa mendorong seseorang membina hubungan dengan orang lain, sedangkan
intimacy lah yang mempertahankan kedekatan dengan orang tersebut.
16
Dalam jenis hubungan akrab yang lain, passion yang bersifat ketertarikan fisik (physical
attraction) berkembang setelah ada intimacy. Dua orang sahabat karib lain jenis bisa tertarik
satu sama lain secara fisik kalau sudah sampai tingkat keintiman tertentu. Terkadang intimacy
dan passion berkembang berlawanan, misalnya dalam hubungan dengan wanita tuna susila,
passion meningkat dan intimacy rendah. Namun bisa juga sejalan, misalnya kalau untuk
mencapai kedekatan emosional, intimacy dan passion bercampur dan passion menjadi
keintiman secara emosional. Pada intinya, walaupun interaksi intimacy dan passion berbeda,
namun kedua komponen ini selalu berinteraksi satu dengan yang lainnya di dalam suatu
hubungan yang akrab.

C. Keputusan atau Komitmen (decision/commitment)


Komponen keputusan atau komitmen dari cinta mengandung dua aspek, yang pertama
adalah aspek jangka pendek dan yang kedua adalah aspek jangka panjang. Aspek jangka
pendek adalah keputusan untuk mencintai seseorang. Sedangkan aspek jangka panjang adalah
komitmen untuk menjaga cinta itu. Atau dengan kata lain bahwa komitmen adalah suatu
ketetapan seseorang untuk bertahan bersama sesuatu atau seseorang sampai akhir. Kedua aspek
tersebut tidak harus terjadi secara bersamaan, dan bukan berarti bila kita memutuskan untuk
mencintai seseorang juga berarti kita bersedia untuk memelihara hubungan tersebut, misalnya
pada pasangan yang hidup bersama. Atau sebaliknya, bisa saja kita bersedia untuk terikat
(komit) namun tidak mencintai seseorang. Komponen ini sangat diperlukan untuk melewati
masa-masa sulit. Commitment berinteraksi dengan intimacy dan passion. Untuk sebagian
orang, commitment ini adalah merupakan kombinasi dari intimacy dan timbulnya passion. Bisa
saja intimacy dan passion timbul setelah adanya komitmen, misalnya perkawinan yang diatur
(perjodohan). Keintiman dan komitmen nampak relatif stabil dalam hubungan dekat, sementara
gairah atau nafsu cenderung relatif tidak stabil dan dapat berfluktuasi tanpa dapat diterka.
Dalam hubungan romantis jangka pendek, nafsu cenderung lebih berperan. Sebaliknya, dalam
hubungan romantis jangka panjang, keintiman dan komitmen harus memainkan peranan yang
lebih besar (Sternberg, dalam Strernberg & Barnes, 1988). Ketiga komponen yang telah
disebutkan di atas haruslah seimbang untuk dapat menghasilkan hubungan cinta yang
memuaskan dan bertahan lama.
Dari ketiga komponen cinta diatas, dapat membentuk delapan kombinasi jenis cinta
sebagai berikut:

18
a. Liking
Terjadi ketika individu hanya mengalami intimacy tanpa adanya passion atau
decision/commitment. Liking tidak hanya menjelaskan perasaan terhadap seseorang tetapi juga
sekumpulan perasaan yang dialami individu dalam suatu hubungan.
b. Infatuated love
Merupakan cinta pada pandangan pertama. Jenis cinta ini mengidealkan objek cinta.
Individu jarang melihat pasangannya sebagai pribadi yang sebenarnya yang kadangkadang
dapat melakukan kesalahan. Infatuated love ditandai oleh passion yang muncul secara tak
terduga, hasrat emosi dn kontak fisik yang tinggi. Cinta ini cenderung obsesif.
c. Empty love
Merupakan satu jenis cinta yang berasal dari keputusan untuk mencintai seseorang dan
mempunyai komitmen untuk terus mencintai pasangannya, walaupun tidak memiliki intimacy
atau passion. Empty love merupakan cinta yang sudah terjalin selama beberapa tahun, tetapi
sudah kehilangan keterlibatan emosional dan ketertarikan fisik.
d. Romantic love
Merupakan kombinasi dari intimacy dan passion. Pada dasarnya romantic love
merupakan liking, namun lebih kuat. Romantic love disebabkan oleh daya tarik fisik atau
emosi, sehinga pria dan wanita tidak hanya tertarik secara fisik satu sama lain, tetapi juga
terikat secara emosional, seperti cerita cinta Romeo dan Juliet.
e. Companionate love
Merupakan kombinasi dari intimacy dan decision/commitment. Companionate love
dialami oleh sepasang suami istri yang telah lama menikah dan sudah mengalami berbagai
peristiwa bersamasama, sehingga mereka merasa seperti dua orang sahabat dan tidak langsung
merasakan passion di dalam hubungan tersebut.
f. Fatuous love
Merupakan jenis cinta yang berlangsung dengan cepat dan rapuh, karena hubungannya
bersifat impulsif. Tipe cinta ini merupakan kombinasi dari passion dan decision/commitment
tanpa adanya intimacy.
g. Consummate love/true love Consummate love atau true love
Merupakan kombinasi dari tiga komponen cinta. Ini merupakan jenis cinta yang ingin
dicapai oleh tiap individu tetapi sulit untuk dipertahankan. Tipe cinta ini harus dijaga dengan
sebaik-baiknya, karena untuk membentuk dan mempertahankannya tergantung dari hubungan
itu sendiri, sebagai contoh, pasangan yang sangat dekat satu sama lain dan tidak dapat
19
membayangkan bila hidup tanpa pasangannya. Hubungan yang mereka miliki sangat
menyenangkan walaupun mereka juga mengalami berbagai macam masalah dalam hubungan
tersebut.
h. Non love
Berarti tidak adanya ketiga komponen cinta tersebut, biasanya berupa hubungan
personal yang melibatkan interaksi tanpa adanya cinta atau rasa suka.

2.5 Investement Model Rusbult


Teori pertukaran sosial sering digunakan, salah satunya oleh teoris Caryl Rusbult yang
telah menunjukkan cara investasi termasuk cara mendapatkan imbalan, memberikan
pengorbanan, dan CL terkait dengan kepuasan dan komitmen dalam suatu hubungan (Rusbult,
Martz, & Agnew, 1998). Model Investasi Rusbult diajukan sebagai pengembangan dari Teori
Pertukaran Sosial. Alasan untuk mengembangkan social exchange theory lebih lanjut adalah
bahwa banyak pasangan yang tetap bersama meskipun pengorbanan yang telah dikeluarkan
lebih besar daripada imbalan yang diperoleh, jadi harus ada beberapa faktor lain yang membuat
mereka tetap bersama. Model Investasi Rusbult menyelidiki faktor-faktor apa yang
mempengaruhi langgengnya sebuah hubungan.

Menurut proposal milik Rusbult, ada tiga faktor utama yang


mempertahankan komitmen dalam hubungan, yaitu:

 Tingkat kepuasan
 Perbandingan dengan alternatif
 Ukuran investasi

Tingkat kepuasan dan perbandingan dengan alternatif didasarkan pada gagasan tingkat
perbandingan dari teori pertukaran sosial. seseorang akan memiliki tingkat kepuasan yang
tinggi dengan hubungan apabila di dalam hubungan tersebut terdapat lebih banyak imbalan,
seperti persahabatan, perhatian, dukungan emosional dan lebih sedikit pengorbanan, misalnya
argumen, dan waktu. seseorang juga cenderung berkomitmen pada hubungan apabila, saat
merenung dan bertanya pada dirinya sendiri, 'Apakah ada alternatif yang lebih baik untuk
memuaskan kebutuhan saya?' jawabannya adalah tidak'. Alternatif dapat

20
mencakup tinggal sendiri dan tidak terlibat dalam hubungan romantis sama sekali, serta
menemukan pasangan baru.

Namun, menurut Rusbult, Martz & Agnew (1998), Faktor terpenting yang
mempertahankan komitmen terhadap suatu hubungan adalah investasi . Investasi mengacu
pada jumlah sumber daya, baik berwujud, seperti uang atau harta benda, dan tidak berwujud,
seperti kenangan indah, yang akan hilang apabila seseorang meninggalkan hubungan
tersebut. Model ini mengusulkan dua jenis investasi, intrinsik dan ekstrinsik.

 Investasi intrinsik terdiri dari hal-hal yang kita masukkan langsung ke dalam hubungan,
seperti usaha, uang, harta dan pengungkapan diri.
 Investasi ekstrinsik mengacu pada hal-hal yang dibawa ke kehidupan seseorang melalui
hubungan, seperti anak-anak, teman dan kenangan bersama.

Karena investasi intrinsik dan ekstrinsik berpotensi hilang jika hubungan berakhir,
Rusbult menyimpulkan bahwa semakin besar investasi, maka semakin besar kemungkinan
orang untuk tetap berhubungan. Oleh karena itu, ukuran investasilah yang memengaruhi
komitmen terhadap hubungan, dan bukan sekadar tingkat kepuasan atau keberadaan alternatif
potensial.

Selain faktor-faktor yang mempengaruhi komitmen partner, Rusbult juga


mengidentifikasi mekanisme pemeliharaan yang digunakan partner untuk menjaga hubungan
tetap berjalan. Mekanisme ini adalah:

21
 Akomodasi - bertindak dengan cara yang mempromosikan hubungan, daripada menjaga
penghitungan biaya dan imbalan.
 Kesediaan berkorban - mengutamakan kepentingan pasangan.
 Pengampunan - kesediaan untuk memaafkan kesalahan pasangan, baik kesalahan kecil
maupun serius.
 Ilusi positif - bersikap positif dan realistis tentang kualitas pasangan.
 Mengolok-olok alternatif - meminimalkan keuntungan dari alternatif potensial dan
melihatnya secara negatif.

2.6 Relationship Dissolution Model Duck

Putus tidak terjadi begitu saja, terdapat beberapa proses yang dialami sebelum sebuah
hubungan dinyatakan putus. Steve Duck (1992) menjabarkan secara detail contoh pemisahan
hubungan dalam empat fase yang dilalui oleh sebuah pasangan. Setiap fase memuncak pada
threshold yang mana akan diikuti oleh aksi-aksi tipikal.

a. Fase Intrapsikis

Fase ini dimulai dengan proses merenung yang ditunjukkan langsung secara minimal,
dengan harapan untuk menemukan serta menentukan mana hal-hal yang benar dan yang salah. Hal
ini dapat memberi jalan untu menggangu sang pasangan dan mencari pihak ketiga guna
mengungkapkan kekhawatiran yang dialami. Ciri-cirinya:

1. Fokus kepada perilaku pasangan,

2. Menilai kecukupan performa pasangan,

3. Menilai fitur-fitur negatif dalam hubungan,

4. Menilai fitur-fitur positif dalam hubungan,

5. Mempertimbangkan akibat apa yang akan terjadi bila melakukan penarikan diri,

6. Menghadapi dilema yang diekspresikan atau malah yang ditahan.

b. Fase Diad

Fase ini akan menuntun seseorang dalam memilih suatu aksi yang akan dilakukan, seperti
meninggalkan sang pasangan, di mana hal tersebut biasanya lebih mudah dikatakan daripada
dilakukan. Argumen-argumen akan menunjuk pada perbedaan yang menghubungkan tangung jawab
satu sama lain mengenai apa yang salah dan sedang terjadi. Apabila beruntung, pasangan yang ada
akan membahas masalah tersebut dan menyelesaikannya. Ciri-cirinya:

1. Menghadapi dilema atau malah menghindarinya,

2. Bernegosiasi dalam pembicaran mengenai hubugan tersebut,

22
3. Percobaan untuk memperbaiki dan rekonsiliasi,

4. Menilai dampak gabungan terhadap penarikan atau mengurangi intimasi.

c. Fase Sosial

Pada fase ini terdapat elemen baru, dapat dikatakan bahwa suatu hubungan hampir
menemui masa akhirnya, sang pasangan akan berunding dengan teman yang ia miliki, baik untuk
dukungan terhadap masa depan yang belum pasti atau jaminan bahwa apa yang akan mereka
lakukan adalah hal yang benar. Ciri-cirinya:

1. Merundingkan keadaan pasca putus bersama dengan pasangan,

2. Memulai gosip atau diskusi dalam jaringan sosial,

3. Membuat cerita yang dapat menyelamatkan reputasi secara publik,

4. Membuat cerita penimpaan kesalahan secara publik.

d. Fase grave-dressing

Fase ini dapat melibatkan apa yang lebih dari sekadar meninggalkan pasangan, bisa saja
termasuk seperti pembagian properti, hak asuh anak, dan usaha agar tetap menjaga reputasi
seseorang. Setiap pasangan ingin muncul dalam citra yang dianggap dapat dijadikan tempat
sandaran dalam hubungan yang selanjutnya. Metafor untuk sebuah hubungan adalah kematian,
terdapat pemakaman, hal tersebut dikubur dan ditandai dengan mendirikan sebuah papan. Kegiatan
“grave dressing” ini mencari versi hidup dan mati yang dapat diterima secara sosial dalam suatu
hubungan. Ciri-cirinya:

1. Aktivitas untuk mengatasi putusnya hubungan,

2. Retrospeksi: postmortem atribusi,

3. Distribusi publik cerita putus yang dikarang diri sendiri.

Berikut ini juga dijabarkan 8 elemen umum yang disajikan para peneliti dalam menelaah
putusnya hubungan:

23
24
Secara tidak mengejutkan, Christopher Fagundes (2012) menemukan bahwa mahasiswa
besar kemungkinannnya mengalami keguncangan emosional selama setidaknya dua bulan setelah
putus hubungan. Kesedihan lebih terlihat pada mahasiswa yang: (1) lebih cemas, (2) tidak bertindak
sebagai “terminator” dalam suatu hubungan, (3) melanjutkan untuk merefleksikan emosi negatif
yang mereka rasakan setelah terjadinya putus.

Seringnya, putus yang terjadi pada pernikahan dan hubungan yang sudah dijalin lama,
sangatlah menyedihkan. Pasangan yang telah lama berusaha keras untuk membuat hubungan
mereka berhasil, mereka akan saling memperkuat secara mutual dan mempunyai masa-masa baik
bersama juga masa-masa buruk. Dalam perceraian, setidaknya satu pihak telah mengingkari kontrak
perkawinan. Dan tentu saja, putus ataupun perceraian dapat memengaruhi pihak ketiga.
Pertimbangkan konsekuensi dari pemisahan keluarga terhadap anak-anak.
Arsip penelitian terhadap longitudinal studi pada lebih dari 1200 orang dari tahun 1921
hingga 1991 menunjukkan bahwa pria dan wanita yang orang tuanya pernah mengalami perceraian
akan lebih tinggi presentasenya untuk mengalami perceraian dalam pernikahannya sendiri ( Tucker,
Friedman, Schwartz, Criqui, Tomlinson-Keasey, Wingard, et al., 1997 ).
Konflik domestik yang serius juga kan berdampak pada rusaknya hubungan antar orang tua
dan anak. Heidi Riggio (2004) mempelajari kalangan dewasa muda dari keluarga yang pernah
bercerai atau mengalami konflik kronis dan bertingkat tinggi, beliau pun menemukan bahwa
nyatanya mereka seringnya akan kekurangan dukungan sosial dan cemas terhadap hubungan yang
mereka jalani. Tambahkan factor perceraian terhadap campuran dan kualitas hubungan dengan
ayah, meskipun tidak dengan ibu, juga berkurang, mungkin karena interaksi dengan ibu diharapkan
untuk berlanjut.

25
BAB III
PENUTUP

Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang memiliki keinginan untuk menjalin
hubungan dengan orang lain termasuknya menjalin hubungan yang erat dengan individu lain.
Hubungan erat meliputi suatu hubungan yang erat dan saling ketergantungan antara satu
individu dengan individu yang lain. Suatu hubungan bisa dikatakan erat jika di dalam
hubungan tersebut terdapat interdependensi yang kuat.

Daya sosial merupakan kemampuan individu untuk mempengaruhi perilaku, pikiran, dan
perasaaan individu lain dengan sengaja. Proses pengungkapan diri dalam suatu interaksi akan
berlangsung bertahap, semakin lama akan terjadi semakin cepat dan dapat mempengaruhi
keeratan suatu hubungan.

27
Daftar Pustaka

Sternberg, R. J. (2018). A triangular theory of creativity. Psychology of Aesthetics, Creativity,


and the Arts, 50-67.
Sternberg, R. J., & Kaufman, J. C. (2018). The Nature of Human Creativity. New York:
Clays.
Duck, S. (1992). Close Relationship Loss. (T. L. Orbuch, Ed.) New York: Springer-Verlag.
Vogg, M. A., & Vaughan, G. M. (2018). Social Psychology (Jld. VIII). New York: Pearson
Education Limited.
Hogg, M. A., & Vaughan, G. M. (2018). Social Psychology.

28

Anda mungkin juga menyukai