KEWIRAUSAHAAN
Disusun oleh:
SITI ROCHAENI
(3215111230)
Dosen:
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Analisa break even adalah suatu teknik analisa untuk mempelajari hubungan
antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan. Dalam
perencanaan keuntungan, analisa break even merupakan profit planning
approach yang mendasarkan hubungan antara biaya (cost) dan penghasilan
penjualan (revenue).
Apabila suatu perusahaan mempunyai biaya variabel saja, maka tidak akan
muncul masalah break even dalam perusahaan tersebut. Masalah break even baru
muncul apabila suatu perusahaan di samping mempunyai biaya variabel juga
mempunyai biaya tetap. Besarnya biaya variabel secara totalitas akan berubah
ubah sesuai dengan perubahan volume produksi, sedangkan besarnya biaya tetap
secara totalitas tidak mengalami perubahan meskipun ada perubahan volume
produksi.
Karena adanya unsur variabel di satu pihak dan unsur tetap di lain pihak,
maka dapat terjadi suatu perusahaan dengan volume produksi tertentu menderita
kerugian, karena penghasilan penjualannya hanya menutup biaya variabel dan
sebagian saja dari biaya tetap. Ini berarti bahwa bagian dari penghasilan penjualan
yang tersedia untuk menutup biaya tetap tidak cukup untuk menutup biaya
tetapnya. Penghasilan penjualan dikurangi biaya variabel merupakan bagian dari
penghasilan penjualan yang tersedia untuk menutup biaya tetap biasa dinamakan
contribution margin atau contribution to fixed cost. Apabila contribution
margin lebih besar daripada biaya tetap, berarti penghasilan penjualan lebih besar
daripada biaya total, maka perusahaan mendapatkan keuntungan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalahnya adalah Bagaimana
cara menentukan break even point di dalam pembelanjaan sebuah perusahaan?
C. Tujuan
Tujuan dari penentuan break even point adalah:
1. Untuk mengetahui jumlah penjualan minimal yang harus dipertahankan
agar perusahaan tidak mengalami kerugian.
2. Untuk mengetahui jumlah penjualan yang harus dicapai untuk
memperoleh keuntungan tertentu.
3. Untuk mengetahui seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar
perusahaan tidak menderita rugi.
4. Untuk mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya dan
volume penjualan terhadap keuntungan yang diperoleh.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Break Even Point (BEP) dapat diartikan sebagai suatu titik atau keadaan
dimana perusahaan di dalam operasinya tidak memperoleh keuntungan dan tidak
menderita kerugian. Dengan kata lain, pada keadaan itu keuntungan atau kerugian
sama dengan nol. Hal tersebut dapat terjadi bila perusahaan dalam operasinya
menggunakan biaya tetap, dan volume penjualan hanya cukup untuk menutup
biaya tetap dan biaya variabel. Apabila penjualan hanya cukup menutup biaya
variabel dan sebagian biaya tetap, maka perusahaan menderita rugi. Dan
sebaliknya akan memperoleh keuntungan, bila penjualan melebihi biaya variabel
dan biaya tetap yang harus dikeluarkan (Alwi, 1994). Break even point atau
disebut juga titik impas yaitu tingkat operasi (dolar penjualan atau jumlah
produksi) yang pada tingkat ini tidak terjadi laba maupun rugi. (Thomas
W.Zimmerer, 2002)
Titik break-even (break even point) yaitu volume penjualan yang total
penerimaan penjualannya sama dengan total biaya (Longenecker, 2001). Titik
impas merupakan tingkat pendapatan penjualan yang sama dengan total biaya
variabel dan tetap atas volume output tertentu pada tingkat penggunaan kapasitas
tertentu. (Jae K. Shim dan Joel G. Siegel, 2000)
Menurut (Welsch, 2000), analisis titik impas menekankan pada tingkat
keluaran atau aktivitas produktif di mana pendapatan penjualan tepat sama dengan
biaya total, tidak terdapat laba maupun rugi. Menurut (Simamora, 1999), titik
impas (Break Even Point) adalah volume penjualan dimana jumlah pendapatan
dan jumlah bebannya sama, tidak terdapat laba maupun rugi bersih.
Titik impas dari jumlah produksi artinya adalah bahwa jumlah produksi, yang
diwakili dengan unit, yang menyebabkan tingkat EBIT menjadi nol. Sehingga
penggunaan model titik impas dapat:
1. Menentukan kuantitas dari produk yang harus dijual untuk menutupi
seluruh biaya operasi yang dibedakan dari biaya modal, dan
2. Menghitung EBIT yang dapat dicapai pada tingkat produksi yang berbedabeda. (Arthur J. Keown, 2000)
Menurut (Ahyari, 1986), yang dimaksud dengan titik pulang pokok (break
even point) di dalam hal ini adalah merupakan suatu titik yang menunjukkan
keadaan total penerimaan pendapatan sama dengan total biaya yang ada di dalam
perusahaan yang bersangkutan. Dengan kata lain dapat disebutkan bahwa titik
pulang pokok ini merupakan titik dimana perusahaan tidak menderita kerugian dan
memperoleh keuntungan.
Sedangkan
menurut
(Riyanto,
2008),
volume
penjualan
di
mana
3. Besarnya biaya tetap secara totalitas tidak berubah meskipun ada perubahan
volume produksi/penjualan. Ini berarti bahwa biaya tetap per unitnya
berubah-ubah karena adanya perubahan volume kegiatan.
4. Harga jual per unit tidak berubah selama periode yang dianalisa.
5. Perusahaan hanya memproduksi satu macam produk. Apabila diproduksi
lebih dari satu macam produk, perimbangan penghasilan penjualan antara
masing-masing produk atau sales mix-nya adalah tetap sama.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
break even point adalah titik dimana perusahaan dalam operasinya tidak menderita
kerugian ataupun mendapat keuntungan, dimana total penerimaan pendapatan
sama dengan total biaya yang ada dalam perusahaan.
Biaya tetap juga disebut biaya tidak langsung, tidak mengalami penambahan
dalam jumlah totalnya sedangkan volume penjualan atau kuantitas output berubah
dalam sejumlah output yang relevan. (Arthur J. Keown, 2000)
Biaya tetap dalam perusahaan (seringkali disebut fixed cost) adalah
merupakan biaya yang jumlahnya tetap, tidak tergantung kepada perubahan tingkat
kegiatan yang ada dalam perusahaan tersebut dalam interval tertentu. (Ahyari,
1986)
3. Semi Varibel Cost
Jenis biaya yang sebagian variabel dan sebagian tetap, yang kadang-kadang
disebut dengan semi fixed cost. Contoh: komisi bagi salesman (komisi bagi
salesman ini tetap untuk range atau volume tertentu, dan naik pada level yang
lebih tinggi). Biaya komisi, mungkin tetap dalam range atau volume tertentu, dan
akan naik pada level yang lebih tinggi. Bila digambarkan akan nampak seperti
gambar:
2. Mathematical Approach
Di dalam perhitungan pulang pokok (break even point) ini nantinya akan
selalu berhubungan dengan masalah penerimaan pendapatan perusahaan, biaya
yang
harus
ditanggung
perusahaan
dan
tingkat
produksi
yang
akan
dalam keadaan pulang pokok, berarti panerimaan pendapatan akan sama dengan
biaya yang ditanggung oleh perusahaan tersebut. Jika penerimaan pendapatan ini
diberikan simbol TR (total revenue atau sama dengan penerimaan pendapatan
total) sedangkan biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan tersebut diberikan
simbol TC (total cost atau sama dengan biaya total), maka keadaan pulang pokok
ini dicapai apabila TR = TC.
Apabila keadaan ini ditinjau lebih jauh lagi, maka sebenarnya penerimaan
pendapatan total dalam suatu perusahaan atau TR ini adalah merupakan perkalian
dari jumlah unit yang dijual dengan harga jual per unit dalam perusahaan yang
bersangkutan tersebut. Demikian pula yang dimaksud dengan TC atau biaya total
ini adalah merupakan penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel di dalam
perusahaan yang bersangkutan tersebut. Lebih jauh lagi, biaya variabel ini
merupakan perkalian dari biaya variabel per unit dengan jumlah unit yang ada di
dalam perusahaan tersebut. Dengan demikian maka keadaan pulang pokok di
dalam perusahaan pada umumnya, secara matematis dapat dituliskan dalam bentuk
persamaan sebagai berikut:
TR=TC
P .Q=FC +V .Q
Dimana:
TR = Total Revenue (penerimaan pendapatan total)
TC = Total Cost (biaya total)
P = harga jual per unit
FC = biaya tetap total
V = biaya variabel per unit
Q = tingkat produksi dalam perusahaan (unit)
Bila ditelaah lebih jauh, maka persamaan di atas akan dapat disederhanakan
lagi untuk memperoleh perhitungan pulang pokok dalam perusahaan. Adapun
perhitungan pulang pokok tersebut akan diperoleh dengan cara berikut ini:
P .Q=FC +V .Q
P .QV . Q=FC
Q ( PV )=FC
Q=
FC
PV
FC
PV
Q . P=
FC . P
PV
Q . P=
FC
( PV )/P
Q . P=
FC
1V /P
BEP (Q/unit)
PV
b. atas dasar sales dalam rupiah (rumus 2)
FC
3. Graphical Approach
Salah satu cara untuk menentukan break even point adalah dengan membuat
gambar break even. Dalam gambar tersebut akan nampak garis-garis biaya tetap,
biaya total yang menggambarkan jumlah biaya tetap dan biaya variabel, dan garis
penghasilan penjualan. (Riyanto, 2008)
Grafik kerap dibuat agar para manajer dapat memvisualisasikan titik impas
dan profitabilitas dari bermacam-macam kombinasi pendapatan dan biaya dalam
kisaran volume penjualan tertentu. Ancangan grafis ini terutama berfaedah bagi
para manajer dalam mengevaluasi dampak perubahan tingkat volume di masa
silam atau volume penjualan yang diproyeksikan pada masa yang akan dating.
Dengan memakai grafis, manajer dapat menghindari perhitungan-perhitungan
matematis yang setiap kali diperlukan pada waktu tingkat penjualan yang berbeda
tengah dipertimbangkan.
Pada grafik titik impas, tingkat volume atau aktivitas biasanya diperlihatkan
oleh sumbu/aksis horizontal, dan jumlah rupiah penjualan serta biaya
diperlihatkan oleh sumbu vertical. Garis-garis kemudian ditarik untuk
menunjukkan biaya tetap, jumlah biaya, dan jumlah pendapatan. Titik impas
terletak pada perpotongan antara garis pendapatan dan garis biaya. Kerugian
terletak pada bidang sebelah kiri titik impas, sedangkan bidang sebelah kanan
adalah keuntungan. (Simamora, 1999)
Perhitungan pulang pokok untuk perusahaan-perusahaan pada umumnya akan
menjadi lebih jelas apabila disertai dengan bagan atau gambar dari pulang pokok
tersebut. Dengan bagan pulang pokok tersebut, maka akan dapat lebih mudah dan
jelas bagaimana hubungan antara penerimaan pendapatan perusahaan yang
bersangkutan tersebut dengan biaya dan tingkat produksi yang dilaksanakan
dalam perusahaan tersebut. Keadaan pulang pokok dalam perusahaan juga akan
menjadi lebih jelas dalam bagan pulang pokok. (Ahyari, 1986)
Secara grafis titik break even ditentukan oleh persilangan antara garis total
revenue (penghasilan penjualan) dan garis total cost (biaya total).
Keadaan ini bisa dipertahankan apabila, biaya-biaya dan harga jual adalah
konstan, karena naik turunnya biaya dan harga jual akan mempengaruhi titik break
even.
Dalam kenyataan analisis ini agak sukar untuk diterapkan. Oleh sebab itu bagi
analis, perlu diketahui bahwa analisis break even, mempunyai limitasi-limitasi
tertentu, yaitu:
1. Fixed Cost haruslah konstan selama periode atau range of out put tertentu.
2. Variabel Cost dalam hubungannya dengan sales, haruslah konstan.
3. Sales mix adalah konstan. (Ahyari, 1986)
E. Contoh Aplikasi BEP
Perusahaan Indojaya yang bergerak di bidang produksi kain, memiliki :
a. Biaya tetap sebesar Rp. 300.000,-. (FC)
b. Biaya variabel per unit Rp. 40,- (V)
c. Harga jual per unit Rp. 100,- (P)
d. Kapasitas produksi maksimal 10.000 unit. (Q)
Untuk menentukan break even point berdasarkan contoh di atas dapat
dilakukan dengan tiga cara yaitu:
1. Trial and Error
Misal dari contoh aplikasi, diambil volume produksi 6.000 unit, maka
dapat dihitung keuntungan operasi adalah:
(6.000 x Rp. 100,00) - (Rp. 300.000,00 + (6.000 x Rp. 40,00))
= Rp. 600.000,00 - (Rp. 300.000,00 + Rp. 240.000,00) = Rp. 60.000,00
Atau hasil dalam unit adalah Rp. 60.000,00/Rp. 100,00 = 600 unit
Jadi, pada volume produksi 6.000 unit perusahaan masih mendapatkan
keuntungan. Ini berarti bahwa BEP-nya terletak di bawah 6.000 unit.
Misal kita ambil volume produksi 5.000 unit, dan hasil perhitungannya
adalah :
(5.000 x Rp. 100,00) - (Rp. 300.000,00 + (5.000 x Rp. 40,00))
= Rp. 500.000,00 - (Rp. 300.000,00 + Rp. 200.000,00) = Rp. 0,00.
Ternyata pada volume produksi penjualan 5.000 unit tercapai breakeven point yaitu yang di mana keuntungan netonya sama dengan nol.
(Riyanto, 2008)
2. Mathematical Approach
Dari contoh Aplikasi diatas maka dengan menggunakan perumusan BEP
didapat (Riyanto, 2008):
a) Dasar Unit
BEP=
Rp .300.000,00
=5.000unit
Rp .100,00Rp .40,00
Rp .300.000,00
Rp . 400.000,00
1
Rp .1.000 .000,00
FC
V C Rp. 500.000,00
(1
)
S
3. Graphical Approach
Gambar.5 Grafik break even point
(Octa, 2012)
Tahap-tahap pembuatan grafik titik impas adalah sebagai berikut:
Membuat sumbu vertikal untuk jumlah rupiah penjualan dan biaya dari
perusahaan. Sedangkan sumbu horizontal menunjukkan volume penjualan
300.000,00.
Garis biaya ditarik mulai dari titik biaya tetap tadi (Rp. 300.000,00) pada
sumbu vertikal. Titik kedua ditentukan dengan mengalikan setiap unit
dengan biaya veriabel lalu ditambahkan dengan biaya tetap. Sebagai
contoh, untuk volume penjualan sebanyak 10.000 unit, maka besarnya
jumlah biaya adalah Rp. 700.000,00 (yakni, Rp. 40,00 x 10.000 unit + Rp.
300.000,00). Garis biaya lalu ditarik mulai dari titik pertama sampai titik
kedua.
Interseksi (Perpotongan) antara garis pendapatan dan garis biaya itulah
yang merupakan titik impas. (Simamora, 1999)
Dari gambar di atas nampak bahwa break even point tercapai pada volume
penjualan sebesar Rp. 500.000,00 atau dinyatakan dalam unit sebanyak 5.000 unit.
Pada gambar terlihat bahwa break even point tercapai pada perpotongan antara
penghasilan penjualan (TR) dengan total biaya (TC).
Grafik titik impas tersebut menyoroti beberapa hal penting. Selama harga jual
melebihi biaya variabel (margin kontribusinya positif), maka penjualan lebih
banyak produk akan menguntungkan perusahaan, baik dengan meningkatkan laba
ataupun mengurangi kerugian. Oleh karena itu, perusahaan lebih baik tetap
beroperasi karena kerugiannya akan lebih besar lagi jikalau perusahaan
menghentikan atau menutup kegiatan usahanya. Hal seperti ini kerap terjadi pada
bisnis musiman. (Simamora, 1999)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan tentang break even poin atau titik pulang pokok atau
titik balik modal, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Break even point adalah adalah titik dimana perusahaan dalam operasinya
tidak menderita kerugian ataupun mendapat keuntungan, dimana total
penerimaan pendapatan sama dengan total biaya yang ada dalam
perusahaan.
2. Masalah break even baru muncul apabila suatu perusahaan di samping
mempunyai biaya variabel juga mempunyai biaya tetap.
3. Analisis break even point dapat membantu pimpinan perusahaan dalam
menyusun rencana penjualan, biaya dan profit untuk periode selanjutnya
dengan memperhitungkan factor-faktor yang mempengaruhi break even
point yaitu harga jual, variabel cost per unit dan kemungkinan perubahan
pada biaya tetap.
4. Jenis biaya berdasarkan break even point digolongkan menjadi tiga, yaitu
biaya tetap (FC), biaya variabel (VC), dan biaya semi variabel.
5. Untuk menentukan break even point (BEP) dapat dilakukan melalui tiga
cara, yaitu melalui trial and error, melalui pendekatan matematika, dan
melalui pendekatan grafik.
DAFTAR PUSTAKA
Ahyari, A. 1986. Analisa Pulang Pokok Pendekatan Garis Lurus. Yogyakarta: BPFE.
Alwi, S. 1994. Alat-Alat Analisis dalam Pembelanjaan. Yogyakarta: Andi Offset.