Oleh:
KELOMPOK 8
FEPRY (2014-03-0029)
MARTHA LENA (2014-03-0017)
TRI RATNASARI (2014-03-0008)
FANI CRISTINE (2014-03-0032)
NOVI KUMALASARI (2014-03-0007)
ANASTASIA WAHYU (2014-03-0022)
PENDAHULUAN
Setiap usaha bisnis didirikan dengan tujuan memperoleh laba. Laba dalam suatu bisnis
merupakan tujuan utama dan penting dalam perusahaan. Keuntungan merupakan salah satu
perusahaan. Mengingat upaya meraih laba tidak mudah, maka seluruh kegiatan harus
direncanakan lebih dahulu dengan baik dan terorganisir. Pihak manajemen suatu perusahaan
harus mengerahkan dan mengarahkan seluruh unit dalam perusahaan untuk mencapai satu
Untuk mencapai penilaian tersebut di pengaruhi oleh tiga faktor, yaitu : biaya produksi,
harga jual, dan volume penjualan. Biaya akan menentukan harga jual, harga jual akan
mempengaruhi volume penjualan, volume penjualan akan mempengaruhi volume produksi dan
Laba yang maksimal akan menjamin kelangsungan hidup perusahaan supaya terus
berjalan dari waktu ke waktu, manajemen yang baik dan efisien adalah manajemen yang
dapat mengelola dan mengambil keputusan yang berguna bagi kelangsungan hidup perusahaan
guna untuk mencapai tujuan tersebut. Salah satu fungsi manajemen adalah sebagai alat dalam
membantu perencanaan (planning). Salah satu pendekatan yang digunakan manajemen dalam
Analisa Break Event adalah suatu teknik analisa untuk mempelajari hubungan antara
Biaya Tetap, Biaya Variabel, Keuntungan dan Volume aktivitas. Masalah Break Event baru akan
muncul dalam perusahaan apabila perusahaan tersebut mempunyai Biaya Variabel dan Biaya
Tetap. Suatu perusahaan dengan volume produksi tertentu dapat menderita kerugian dikarenakan
penghasilan penjualannya hanya mampu menutup biaya variabel dan hanya bisa menutup
Contribution Margin adalah selisih antara penghasilan penjualan dan biaya variabel, yang
merupakan jumlah untuk menutup biaya tetap dan keuntungan. Perusahaan akan memperoleh
keuntungan dari hasil penjualannya apabila Contribution Marginnya lebih besar dari Biaya
Tetap, yang berarti total penghasilan penjualan lebih besar dari total biaya.
Break Event Point menyatakan volume penjualan dimana total penghasilan tepat sama
besarnya dengan total biaya, sehingga perusahaan tidak memperoleh keuntungan dan juga tidak
menderita kerugian.BEP ditinjau dari konsep kontribusi margin menyatakan bahwa volume
penjualan dimana kontribusi margin sama besarnya dengan total biaya tetapnya.
1. Menurut S. Munawir ( 2002) Titik break even point atau titik pulang pokok dapat diartikan
sebagai suatu keadaan dimana dalam operasinya perusahaan tidak memperoleh laba dan
analysis
Arti penting analisis break even point bagi manajer perusahaan dalam pengambilan
a. Guna menetapkan jumlah minimal yang harus diproduksi agar perusahaan tidak mengalami
kerugian
b. Penetapan jumlah penjualan yang harus dicapai untuk mendapatkan laba tertentu
c. Penetapan seberapa jauhkah menurunnya penjualan bisa ditolerir agar perusahaan tidak
menderita rugi
3. Menurut Purba (2002) Titik impas (break even point) berlandaskan pada pernyataansederhana,
berapa besarnya unit produksi yang harus dijual untuk menutupi seluruh biaya yang dikeluarkan
4. Menurut PS. Djarwanto (2002) Break even point adalah suatu keadaan impas yaitu apabila
telah disusun perhitungan laba dan rugi suatu periode tertentu, perusahaan tersebut tidak
5. Menurut Harahap (2004) Break even point berarti suatu keadaan dimana perusahaan tidak
mengalami laba dan juga tidak mengalami rugi artinya seluruh biaya yang dikeluarkan untuk
kegiatan produksi ini dapat ditutupi oleh penghasilan penjualan. Total biaya (biaya tetap dan
biaya variabel) sama dengan biaya total penjualan sehingga tidak ada laba atau rugi
Dalam mengadakan analisa break-even, digunakan sumsi-asumsi dasar sebagai berikut:
a. Biaya di dalam perusahaan dibagi dalam golongan biaya variable dan golongan biaya
tetap.
b. Besarnya biaya variable secara totalitas berubah-ubah secara proporsionil dengan volume
produksi/penjualan. Ini berarti bahwa biaya variabel per unitnya adalah tetap sama.
c. Besarnya biaya tetap secara totalitas tidak berubah meskipun ada perubahan volume
produksi/penjualan. Ini berarti bahwa biaya tetap per unitnya berubah-ubah karena
d. Harga jual per unit tidak berubah selama periode yang dianalisa.
e. Perusahaan hanya memproduksi satu macam produk. Apabila diprodusi lebih dari satu
Analisa unsur-unsur yang mempengaruhi break even point yaitu biaya, volume, harga
1.3.1 Biaya
Sumber ekonomis yang dimaksudkan adalah suatu sumber yang memiliki adanya sifat
kelangkaan (scarcity).
1.3.2 Klasifikasi biaya
Masing-masing biaya mempunyai perbedaan antara biaya yang satu dengan biaya
lainnya. Masing-masing perbedaan tersebut juga tergantung dari sudut pandangnya masing-
masing. Namun terkait dengan Break Even Point klasifikasi dari biaya yang dimaksudkan yaitu
berdasarkan sifatnya. Halim (1995:52) menyatakan bahwa: “Biaya berdasarkan sifatnya terdiri
Biaya tetap merupakan jenis biaya yang selalu tetap dan tidak terpengaruh oleh volume
penjualan melainkan dihubungkan dengan waktu (fuction of time), sehingga jenis biaya ini akan
konstan selama periode tertentu. Contohnya gaji pegawai, biaya sewa, depresiasi, bunga hutang,
biaya asuransi, dan lain-lain. Beroperasi atau tidaaknya perusahaan, biaya ini tetap dikeluarkan.
Menurut Alwi (1994:110) menyatakan bahwa biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan
yang tidak terpengaruh dengan volume produksi. Atau dengan kata lain, turun naiknya volume
produksi tidak mempengaruhi besarnya biaya yang dimaksudkan. Untuk itu karakteristik biaya
b. Biaya tetap per unit berbanding terbalik dengan jumlah produksi, dalam arti semakin
besar jumlah produksi maka biaya tetap per unit semakin kecil demikian juga berlaku
sebaliknya.
2. Biaya Variabel (Variabel Cost)
Biaya variable merupakan jenis biaya yang selalu berubah sesuai dengan perubahan volume
penjualan, dimana perubahannya tercermin dalam biaya variable total. Dalam pengertian ini
biaya variabel dapat dihitung berdasarkan persentase tertentu dari penjualan, atau variabel cost
per unit dikalikan dengan penjualan dalam unit. Contoh biaya variabel adalah biaya bahan
mentah, upah buruh langsung, komisi penjualan, biaya over head pabrik, (biaya yang dikeluarkan
untuk kelancaran proses produksi : biaya listrik, biaya air, biaya pemeliharaan mesin, dan lain-
lain.)
Alwi (1994:112) menyatakan biaya variable merupakan sejumlah biaya yang dikeluarkan
yang besarnya tergantung volume produksi, semakin besar volume produksi akan diikuti dengan
melonjaknya biaya tersebut dan demikian juga sebaliknya. Dengan demikian karakteristik biaya
b. Biaya variabel per unit relative tetap seiring dengan bertambahnya volume produksi,
tetapi secara keseluruhan total biaya variable berbanding lurus dengan jumlah produksi,
dimana semakin besar total biaya variable jumlah produksi semakin besar pula.
Biaya semi variabel adalah biaya yang memiliki 2 unsur yaitu unsur tetap dan variabel.
Unsur biaya yang tetap adalah biaya minimum untuk menyediakan produk/jasa, sedangkan unsur
biaya variabel adalah bagian dari biaya variabel yang turut dipengaruhi oleh perubahan volume
kegiatan produksi. Biaya semi variaabel adalah biaya yang perubahannya tidak berbanding lurus
dengan perubahan volume kegiatan. Contoh diantaranya adalah biaya listrik dan air, biaya
pemeliharaan dan perbaikan mesin, biaya pengawasan, biaya pajak penghasilan karyawan yang
Alwi (1994:114) menyatakan bahwa biaya semi variable yaitu biaya yang merupakan
kombinasi antara biaya tetap dan biaya variabel. Seperti halnya upah karyawan yang didalamnya
Yang dimaksud dengan volume yang terdapat dalam analisa Break Even Point adalah
jumlah unit produksi atau jumlah unit penjualan.Volume penjualan sangat mempengaruhi besar
kecilnya biaya variabel, semakin tinggi volume penjualan maka semakin tinggi pula biaya
Harga jual per unit adalah sejumlah uang yang diterima atau piutang yang timbul atas
penyerahan barang dan jasa kepada konsumen dalam setiap unitnya. Harga jual bisa berupa
harga jual bersih atau bisa harga jual kotor. Sedangkan yang digunakan dalam analisa Break
Even Point adalah harga jual bersih yang terlepas dari berbagai macam potongan.
Alwi (1994:234) menyatakan bahwa harga jual suatu produk pada umumnya adalah
kumpulan dari biaya produksi, biaya penjualan dan biaya lain-lain di tambah dengan sejumlah
keuntungan yang diinginkan produsen yang ditawarkan kepada konsumen. Sedang masing-
masing biaya tersebut mempunyai berbagai karakter yang berbeda antara biaya yang satu dengan
yang lain. Seperti halnya biaya tetap mempunyai karakteristik yang berbeda dengan biaya
variabel.
1.3.4.1 Tujuan Penetapan Harga
Tujuan penetapan harga menurut Kotler (1994:491-493) adalah: (1) survival, (2)
maximum current profit, (3) maximum current revenue, (4) maximum sales growth, (5) maximum
Penetapan harga jual pada suatu produk amatlah penting, kesalahan dalam penetapan
harga akan berakibat fatal bagi segi keuangan dan akan mempengaruhi kontinuitas usaha.
Ada beberapa metode yang biasanya digunakan dalam menetapkan harga menurut Kotler
(1994:498-506), yaitu:
a. Mark up pricing (cost plus pricing): adalah penetapan harga jual dengan menambah
b. Target profit pricing : adalah penetapan harga jual yang didasarkan atas permintaan.
2. Buyer based pricing : adalah penetapan harga jual berdasarkan nilai / citra yang dirasakan
1. Going rate pricing : adalah penetapan harga jual berdasarkan harga yang ditetapkan
oleh pesaing.
2. Sealed – bid pricing : adalah penetapan harga jual dalam situasi dimana perusahaan
bersaing dengan cara menetapkan harga jual yang lebih rendah dari harga yang
ditetapkan pesaing.
1.3.5 Laba
Laba adalah keuntungan yang diperoleh perusahaan, dimana keuntungan ini berasal dari
adalah harga jual dan biaya (biaya tetap dan biaya variabel)”. Kedua variable tersebut saling
terkait antara satu dengan lainnya, perubahaan salah satu dari variabel yang dimaksud
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa analisa BEP sangat penting bagi pimpinan
perusahaan untuk mengetahui pada tingkat produksi berapa jumlah biaya akan sama dengan
jumlah penjualan atau dengan kata lain dengan mengetahui BEP kita akan mengetahui hubungan
antara penjualan, produksi, harga jual, biaya, rugi atau laba, sehingga memudahkan bagi
d. Mengganti sistem laporan yang tebal dengan grafik yang mudah dibaca dan dimengerti.
e. Mengetahui jumlah penjualan minimal yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak
mengalami kerugian.
Sekalipun analisa BEP ini banyak digunakan oleh perusahaan, tetapi tidak dapat
1. Asumsi yang menyebutkan harga jual konstan padahal kenyataan harga ini kadang-
kadang harus berubah sesuai dengan kekuatan permintaan dan penawaran di pasar.
Untuk menutuapi kelemahan itu, maka harus dibuat analisis sensitivitas untuk harga jual
yang berbeda.
2. Asumsi terhadap cost, penggolongan biaya tetap dan biaya variabel juga mengandung
kelemahan. Dalam keadaan tertentu untuk memenuhi volume penjualan biaya tetap tidak
bisa tidak harus berubah karena pembelian mesin-mesin atau peralatan lainnya. Dengan
demikian juga perhitungannya biaya variabel perunit juga akan dapat dipengaruhi
perubahan ini.
5. Biaya variabel juga tidak selalu berubah sejajar dengan perubahan volume.
1.6 Perhitungan Dalam Analisa Break Even Point
Perhitungan break-even point dapat dilakukan dengan cara coba-coba, yaitu dengan
lebih rendah. Apabila dengan mengambil suatu volume penjualan tertentu, perusahaan menderita
kerugian maka kita mengambil volume penjualan/produksi yang lebih besar, Demikian
Perhitungan break-even point dengan menggunakan rumus aijabar dapat dilakukan dengan
a) Perhitungan break-even point atas dasar unit dapat dilakukan dengan menggunakan rumus:
𝐹𝐶
𝐵𝐸𝑃 (𝑄) =
𝑃−𝑉
dimana
CONTOH KASUS
Contoh 2.1
Suatu perusahaan bekerja dengan biaya tetap sebesar Rp300.000.OO. Biaya variabel per unit
Rp40,00. Harga jual per unit Rpl00,00. Kapasitas produksi maksimal 10.000 unit.
Misalkan diambil volume produksi 6.000 unit. Dengan volume produksi 6.000 unit maka
Pada volume produksi 6.000 unit perusahaan masih mendapatkan keuntungan. Ini berarti
bahwa break-even pointnya terletak di bawah 6.000 unit. Misalkan diambil 4.000 unit, dan hasil
bahwa break-even pointnya lebih besar dan 4.000 unit. Misalkan kita ambil 5.000 unit, dan hasil
Ternyata pada volume produksi penjualan 5.000 unit tercapai break-even point yaitu yang di
Dari contoh 2.1 dapat dihitung secara Iangsung dalam unit dengan menggunakan rumus
𝑅𝑝. 300.000,00
𝐵𝐸𝑃 = = 5.000 𝑢𝑛𝑖𝑡
𝑅𝑝. 100,00 − 𝑅𝑝. 40,00
b) Perhitungan break-even point atas dasar sales dalam rupiah dapat dilakukan dengan
FC
BEP = VC
1− S
VC = biaya variabel
S = volume penjualan.
Dari contoh 2.1. di muka, Sales pada break-even dinyatakan dalam rupiah dapat dihitung
𝑅𝑝. 300.000,00
𝐵𝐸𝑃 = 𝑅𝑝.400.000,00 = 𝑅𝑝. 500.000,00
1 − 𝑅𝑝.1.000.000,00
Dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa volume penjualan pada break-even dinyatakan
dalam rupiah adalah sebesar Rp500.000,00. Apabila volume penjualan tersebut dibagi dengan
harga jual per unit, hasilnya menunjukkan break-even point dalam unit yaitu:
𝑅𝑝. 500.000,00
= = 5.000 𝑢𝑛𝑖𝑡
𝑅𝑝. 100,00
Dalam analisa BEP perlu pula dipahami konsep “Margin of Safety”.Besarnya margin of safety
Margin of Safety menupakan angka yang menunjukkan jarak antara penjualan yang
direncanakan atau dibudgetkan (budgeted Sales) dengan penjualan pada break-even. Dengan
demikian maka margin of safety adalah juga menggambarkan batas jarak, di mana kalau
berkurangnya penjualan melampaui batas jarak tersebut, perusahaan akan menderita kerugian.
Dari contoh 22.1. besamya margin of safety dapat dihitung sebagai berikut:
Angka margin of safety sebesar 50% menunjukkan kalau jumlah penjualan yang nyata
berkurang atau menyimpang lebih besar dari 50% (dari penjualan yang direncanakan)
perusahaan akan menderita kerugian. Kalau berkurangnya penjualan hanya 40% dan yang
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa makin kecilnya margin of safety berarti makin
cepat perusahaan menderita kerugian dalam hal ada penurunan jumlah penjualan yang nyata.
Untuk membedakan batas penyimpangan yang dapat menimbulkan kerugian dinyatakan dalam
angka absolut dan dalam angka relatif, kadang-kadang digunakan dua macam istilah. Untuk
batas penyimpangan yang absolut digunakan istilah “margin of Safety” dan untuk batas
penyimpangan dalam angka yang relatif (dalam persentase dari sales) digunakan istilah “margin
of safety ratio”. Untuk contoh tersebut di atas besarnya “margin of safety’ adalab Rp500.000,00
2.1.2 Kasus Analisis BEP dengan Beberapa Jenis Produk (Multi Produk)
Kasus dan Pemecahan Maskah Dengan Penggunaan Analisis Break Event Point Multi
• Perumusan Masalah :
2. Pada Volume penjualan berapakah jika laba yang diinginkan naik 10% dari tahun 2011 ?
2.1.2.1 Alat Analisis
Margin Kontribusi
Rasio Margin Kontribusi = x 100%
Total Penjualan
• Persentase margin kontribusi keseluruhan dapat dihitung dengan rumus berikut ini:
FC
Penjualan = xP
P−VC
FC
Q=
P−VC
Keterangan :
I = Jenis Produk
2.1.2.3 Pembahasan
Data Produksi roti tawar, roti keju, roti strawberi dan roti tawar
TOTAL 6.743.000
= Rp. 6.743.000
3.000 unit
Roti Keju
TOTAL 5.929.000
= Rp. 5.929.000
2.500 unit
TOTAL 3.478.500
Rp.3.478.500
=
2.000 unit
TOTAL 8.886.000
= Rp. 8.886.000
4.000 unit
biaya variabel = Rp. 450.000 : 608 jam = Rp. 740 per jam
Dalam perhitungan biaya variabel menggunakan satuan per unit. Maka jika dihitung menjadi
perunit:
B. Biaya Listrik
Dalam perhitungan biaya variabel menggunakan satuan per unit. Maka jika dihitung menjadi per
unit:
Dalam perhitungan biaya variabel menggunakan satuan per unit. Maka jika dihitung menjadi
perunit:
= Rp 46 per unit
A. Roti Cokelat
C. Roti Strawberi
D. Roti Tawar
TOTAL Rp 14.031.500
Data Produksi
Roti
Produk Roti Keju Roti Strawberi Roti Tawar
Cokelat
= Rp 51.750.000 – Rp 36.680.000
= Rp 180.840.000
= Rp 180.840.000 – Rp 14.031.500
= Rp 166.808.500
Setelah margin kontribusi diketahui, maka rasio persentase Margin Kontribusi Keseluruhan
Total Penjualan
= 29,1 %
= Rp 36.680.000
0,291
= Rp 126.048.110
• BEP per unit produk
1. Roti Cokelat
P – VC
= Rp 14.031.500
= Rp 14.031.500
Rp 1.240
= 11.315 unit
= Rp 50.917.500
2. Roti Keju
P – VC
= Rp 14.031.500
= Rp 14.031.500
Rp 1.116
= 12.573 unit
= Rp 56.578.500
3. Roti Strawberi
P – VC
= Rp 14.031.500
= Rp 14.031.500
Rp 748
= 18.758 unit
= Rp 65.653.000
4. Roti Tawar
P – VC
= Rp 14.031.500
= Rp 14.031.500
Rp 1.766
= 7.945 unit
• Perencanaan Laba
1. Roti Cokelat
L = 10% x Rp 162.000.000
L = Rp 16.200.000
2. Roti Keju
L = 10% x Rp135.000.000
L = Rp 13.500.000
3. Roti Strawberi
L = 10% x Rp 84.000.000
L = Rp 8.400.000
4. Roti Tawar
L = 10% x Rp 240.000.000
L = Rp 24.000.000
•Maka volume penjualan yang harus dicapai sesuai dengan laba yang ditargetkan untuk masing-
Rumus :
a. Dalam unit
Q = BT + I
P – BV
b. Dalam rupiah
Q = BT + I
1 – ( BV / P )
1. Roti Cokelat :
Rp 4.500 – Rp 3.260
= Rp 30.231.500
Rp 1.240
= 24.380 unit
1 – ( Rp 3.260 / Rp 4.500 )
= Rp 30.231.500
0,275
= Rp 109.932.727,3
2. Roti Keju
Rp 4.500 – Rp 3.384
= Rp 27.531.500
Rp 1.116
= 24.669 unit roti
1 – ( Rp 3.384 / Rp 4.500 )
= Rp 27.531.500
0,248
= Rp 111.014.112,9
3. Roti Strawbery
Rp 3.500 – Rp 2.752
= Rp 22.431.500
Rp 748
= 29.988 unit
1 – ( Rp 2.752 / Rp 3.500 )
= Rp 22.431.500
0,213
= Rp 97.106.060,6
4. Roti Tawar
Rp 5.000 – Rp 3.234
= Rp 38.031.500
Rp 1.766
= 21.535 unit
dalam rupiah = Rp 14.031.500 + Rp 24.000.000
1 – ( Rp 3.234 / Rp 5.000 )
= Rp 38.031.500
0,3532
= Rp 107.676.953,6
• Kesimpulan
1. Break event point multi produk keseluruhan pada pabrik roti calista bakery berada pada
titik penjualan roti 30.120 unit roti dengan penjualan sebesar Rp 126.048.110.
2. Sedangkan break event point pada masing-masing produk berada pada satuan penjualan
unit roti cokelat 11.315 unit , roti keju 12.537 unit, roti strawberi 18.758 unit dan 7.945
unit untuk roti tawar, dan break event point multi produk dalam rupiah sebesar Rp
50.917.500 untuk roti cokelat, Rp 56.578.500 untuk roti keju, Rp 65.653.000 roti
strawberi dan Rp 39.725.000 untuk roti tawar. Ini berarti pada tingkat penjualan tersebut
pabrik roti calista bakery tidak mendapatkan keuntungan atau kerugian dengan kata lain
3. Jika pada tahun 2012 pabrik roti calista bakery menganggarkan laba 10% dari penjualan
setiap produk pada tahun 2011, yaitu sebesar Rp 16.200.000 unit roti cokelat, Rp
13.500.000 unit roti keju, Rp 8.400.000 unit roti strawberi dan Rp 24.000.000 unit roti
tawar. Maka volume penjualan yang harus dicapai sesuai laba yang diinginkan sebanyak
24.380 unit roti cokelat, 24.669 unit roti keju, 29.988 unit roti strawberi dan 21.535 unit
roti tawar
Saran
1. Berdasarkan hasil pembahasan, saran yang dapat diberikan adalah dengan kuantitas
penjualan yang cukup baik, sebaiknya pabrik roti calista bakery ini meningkatkan
kualitas dan kuantitas kue yang dijual serta melakukan promosi yang lebih baik lagi,
kondisi usaha dan fluktuasi ekonomi, sehingga pabrik roti ini dapat berjalan lancer sesuai