Anda di halaman 1dari 28

BREAK EVEN POINT (BEP)

Break Even Point (BEP) dapat diartikan sebagai suatu titik atau keadaan
dimana perusahaan di dalam operasinya tidak memperoleh keuntungan dan tidak
menderita kerugian. Dengan kata lain, pada keadaan itu keuntungan atau kerugian sama dengan
nol. Hal tersebut dapat terjadi bila perusahaan dalam operasinya menggunakan biaya tetap, dan
volume penjualan hanya cukup untuk menutup biaya tetap dan biaya variabel. Apabila penjualan
hanya cukup untuk menutup biaya variabel dan sebagian biaya tetap, maka perusahaan menderita
kerugian. Dan sebaliknya akan memperoleh memperoleh keuntungan, bila penjualan melebihi
biaya variabel dan biaya tetap yang harus di keluarkan. Analisa break even mempunyai
hubungan yang sangat erat dengan program budget, walaupun analisa break even dapat
diterapkan dengan data historis, tetapi akan sangat berguna bagi manajemen kalau diterapkan
pada data taksiran periode yang akan datang.
Analisis Break even secara umum dapat memberikan informasi kepada pimpinan,
bagaimana pola hubungan antara volume penjualan, cost/biaya, dan tingkat keuntungan yang
akan diperoleh pada level penjualan tertentu. Analisis break even dapat membantu pimpinan
dalm mengambil keputusan mengenai hal-hal sebagai berikut:
a. Jumlah penjualan minimalyang harus dipertahankanagar perusahaan tidak mengalami kerugian.
b. Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh keuntungan tertentu.
c. Seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita rugi.
d. Untuk mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya dan volume penjualan terhadap
keuntungan yang diperoleh.
Salah satu kelemahan dari BEP adalah bahwa hanya ada satu macam barang yang diproduksi
atau dijual. Jika lebih dari satu macam maka kombinasi atau komposisi penjualannya (sales mix)
akan tetap konstan. Jika dilihat di jaman sekarang ini bahwa perusahaan untuk meningkatkan
daya saingnya, mereka menciptakan banyak produk jadi hal ini sangat sulit. Ada satu asumsi
lagi yaitu harga jual persatuan barang tidak akan berubah berapa pun jumlah satuan barang yang
dijual atau tidak ada perubahan harga secara umum. Hal ini sulit ditemukan dalam kenyataan dan
prakteknya.
Biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Variabel Cost (biaya Variabel)
Variabel cost merupakan jenis biaya yang selalu berubah sesuai dengan perubahan volume
penjualan, dimana perubahannya tercermin dalam biaya variabel total. Dalam pengertian ini
biaya variabel dapat dihitung berdasarkan persentase tertentu dari penjualan, atau variabel cost
per unit dikalikan dengan penjualan dalam unit.
2. Fixed Cost (biaya tetap)
Fixed cost merupakan jenis biaya yang selalu tetap dan tidak terpengaruh oleh volume
penjualan melainkan dihubungkan dengan waktu(function of time) sehingga jenis biaya ini akan
konstan selama periode tertentu. Contoh biaya sewa, depresiasi, bunga. Berproduksi atau
tidaknya perusahaan biaya ini tetap dikeluarkan.
3. Semi Varibel Cost
Semi variabel cost merupakan jenis biaya yang sebagian variabel dan sebagian tetap, yang
kadang-kadang disebut dengan semi fixed cost. Biaya yang tergolong jenis ini misalnya: Sales
expense atau komisi bagi salesman dimana komisi bagisalesman ini tetap unutk range atau
volume tertentu, dan naik pada level yang lebih tinggi.

Menentukan Tingkat Break Even Point (BEP) / Titik Impas


Untuk dapat menentukan tingkat break even, maka biaya yang terjadi harus dapat dipisahkan
menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Semakin besar hasil produksi, maka biaya tetap
persatuan akan semakin kecil, sebaliknya semakin rendah hasil produksi maka biaya tetap
persatuan akan semakin besar. Pemisahan biaya variabel dan biaya tetap dalam praktek biasanya
bukan merupakan masalah yang mudah. Jenis biaya semi variabel atau semi tetap dalam analisa
break even perlu dipisahkan lebih dahulu menjadi biaya variabel dan biaya tetap dengan
menggunakan metode – metode tertentu. Perhitungan untuk menentukan luas operasi pada
tingkat break even dapat dilakukan dengan menggunakan suatu rumus tertentu, tetapi untuk
menggambarkan tingkat volume dengan labanya maka diperlukan grafik atau bagan break even.
Secara mathematic tingkat break even dapat ditentukan dengan berbagai rumus. Dengan
demikian tingkat break even dapat ditentukan dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan
mathematis dan pendekatan grafis.

 Mathematical Approach
BEP dapat ditentukan atau dihitung berdasarkan formula tertentu, yaitu:
BEP = Fixed Cost / (harga perunit – varibel cost perunit) (rumus 1)
Fixed Cost
BEP = = Rp.........(rumus 2)
Sales price/unit
1 – variabel cost/unit
Formulasi break even point yang dikembangkan:
Break even point adalah titik dimana perusahaan belum memperoleh keuntungan tetapi juga
tidak dalam kondisi rugi, maka Break Even Point dapat kita formulasikan secara sederhana
sebagai berikut:
BEP -> TR = TC
TR = Total Revenue
TC = Total Cost
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait dengan Sales, Cost, Volume, Profit termasuk
waktunya, kita coba kembangkan formula sederhana di atas sehingga menjadi lebih flexible dan
bisa beradaptasi dengan situasi yang berbeda-beda, yaitu dengan membentuk persamaan linear
sederhana seperti dibawah ini:
TR = TC
TR – TC = 0
Karena TR adalah untuk “Total Revenue” maka TR dapat kita turunkan menjadi :
TR = Unit Price x Qty
Sedangkan TC stand for “Total Cost”, yang mana kita semua tahu bahwa dalam
Cost Accounting, cost itu ada 2 macamnya, yaitu: “Variable Cost” dan “Fixed Cost”,
maka turunan dari TC adalah:
TC = Variable Cost + Fixed Cost
Dari formula di atas kita turunkan lagi menjadi:
TC = [Qty x Unit Variable Cost] + Fixed Cost
Semua elemen yang ada sudah habis diturunkan, selanjutnya membuat persamaan linear secara
penuh untuk kondisi “Break Even Point”:
TR - TC = 0
[Qty x Unit Price] - [(Qty x Unit VC) + Fixed Cost] = 0, atau
[Qty x Unit Price] - [Qty x Unit VC] - Fixed Cost = 0
Qty x [Unit Price - Unit Variable Cost] = Fixed Cost
Determinasi Elemen-Elemen Break Even Point
Setelah mempunyai formula, yang elemen-elemenya terdiri: Revenue (R), Quantity (Qty), Unit
Price, Variable Cost, Unit Variable Cost, dan Fixed Cost. selanjutnya adalah mendeterminasi
(menentukan) masing-masing elemen tersebut.
Revenue (R): adalah pendapatan, yang dalam perusahaan manufactur biasanya didominasi oleh
Sales, yang mana Sales adalah jumlah terjual (Qty=Quantity) dikalikan dengan unit price
product yang akan terjual.
Quantity (Qty): adalah jumlah barang yang akan dijual, yang dalam perusahaan manufaktur
tentunya diproduksi terlebih dahulu.
Unit Price: adalah harga per unit dari barang yang akan dijual.
Variable Cost: adalah cost yang timbul akibat diproduksinya suatu product (barang), artinya
segala yang cost yang terjadi untuk memproduksi suatu barang. Seperti sebutannya “Variable
Cost”, akan berubah-ubah mengikuti jumlah product yang akan diproduksi. Semakin banyak
jumlah yang diproduksi semakin bedar juga variable costnya, begitu juga sebaliknya. Jika kita
lihat pada Laporan Laba rugi nantinya, variable cost akan tergolong ke dalam kelompok
“Cost of Good Sales”, yang pada perusahaan manufacur umumnya terdiri dari: Bahan Baku
(Raw Material), Bahan Penolong, Cost Tenaga Kerja Langsung (Direct labor Cost) dan Ovear
Head Cost yang biasanya terdiri dari penyusutan Gedung Pabrik, Penyusutan Mesin
(Machineries) yang menggunakan unit production output, Maintenance, Listrik (electricity),
Pengiriman (Delivery & Services), dll.
Unit Variable Cost: adalah besarnya variable cost yang ditimbulkan untuk membuat satu unit
produk tertentu, yang besarnya diperoleh dengan cara membagi total variable cost (Variable
Cost) dengan jumlah product yang dibuat (qty).
Fixed Cost: adalah cost yang akan terjadi akibat penggunaan sumber daya tertentu
yang penggunaannya tanpa dipengaruhi oleh banyak sedikitnya produk yang
diproduksi. Dengan kata lain: berapapun jumlah product yang dibuat, fixed cost yang akan
dibuat, costnya relative sama, bahkan tidak berproduksi sekalipun cost ini akan tetap terjadi.
Seperti sebutannya, fixed cost sifatnya relative stabil, tidak dipengaruhi oleh production output.
Adapun jenis-jenis cost yang terjadi biasanya yang ada pada kelompok Biaya Operasional
(Operating Expenses: Payroll, Office Supplies), Lease Hold (Hak Sewa), termasuk penyusutan-
penyusutan dan amortisasi yang menggunakan metode garis lurus.

 Graphical Approach
Dalam penentuan titik break even dapat pula dilakukan dengan grafik atau bagan, dengan grafik
break even manajemen akan dapat mengetahui hubungan antara biaya, penjualan (volume
penjualan) dan laba. Disamping itu dengan grafik break even manajemen dapat mengetahui
besarnya biaya yang tergolong biaya tetap dan biaya variabel dan dengan grafik break even pula
manajemen akan dapat mengetahui tingkat – tingkat penjualan yang masih menimbulkan
kerugian dan tingkat – tingkat penjualan yang sudah menimbulkan laba atau besarnya rugi atau
laba pada suatu tingkat penjualan tertentu. Secara grafis titik break even ditentukan oleh
persilangan antara garis total revenue dan garis total cost.

Keterbatasan Analisis Break Even Point


Analisis break even dapat dirasakan manfaatnya apabila titik break even dapat dipertahankan
selama periode tertentu. Keadaan ini at dipertahankan apabila biaya-biaya dan harga jual dalah
konstan, karena naik turunnya harga jual dan biaya akan mempengaruhi titik break even. Dalam
kenyataan analisis ini agak sukar untuk diterapkan. Oleh sebab ini bagi analis perlu diketahui
bahwa analisis break even
mempunyai limitasi-limitasi tertentu, yaitu:
 Fixed cost haruslah konstan selama periode atau range of out put tertentu
• Variabel cost dalam hubungannya dengan sales haruslah konstan.
 Sales price perunit tidak berubah dalam periode tertentu.
 Sales mix adalah konstan
Berdasarkan limitasi-limitasi tersebut, BREAK EVEN POINT (BEP) akan bergeser atau berubah
apabila:
1. Perubahan FC, terjadi sebagai akibat bertambahnya kapasitas produksi, dimana perubahan
ini ditandai dengan naik turunnya garis FC dan TC-nya, meskipun perubahannya tidak
mempengaruhi kemiringan garis TC. Bila FC naik BEP akan bergeser keatas atau sebaliknya.
2. Perubahan pada variabel cost ratio atau VC per unit, dimana perubahan ini akan menentukan
bagaimana miringnya garis total cost. Naiknya biayaVC per unit akan menggeser BEP keatas
atau sebaliknya.
3. Perubahan dalam sales price per unit
Perubahan ini akan mempengaruhi miringnya garis total revenue (TR). Naiknya harga jual per
unit pada level penjualan yang sama walaupun semua biaya adalah tetap, akan menggeser
kebawah atau sebaliknya.
4. Terjadinya perubahan dalam sales mix
Apabila suatu perusahaan memproduksi lebih dari satu macam produk maka komposisi atau
perbandingan antara satu produk dengan produk lain (sales mix) haruslah tetap. Apabila terjadi
perubahan misalnya terjadi kenaikan 20% pada produk A sedangkan produk B tetap maka BEP
pun akan berubah.

Margin Of Safety
Margin of safety dalam hubungannya dengan analisis break even yaitu untuk menentukan
seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita kerugian. Apabila
hasil penjualan pada tingkat break even dihubungkan dengan penjualan yang dibudgetkan atau
pada tingkat penjualan tertentu, maka akan diperoleh informasi tentang seberapa jauh volume
penjualan boleh turun sehingga perusahaan tidak menderita rugi. Hubungan atau selisih antara
penjualan yang dibudget atau tingkat penjualan tertentu dengan penjualan pada tingkat break
even merupakan tingkat keamanan (margin of safety) bagi perusahaan dalam melakukan
penurunan penjualan.
Informasi tentang margin of safety ini dapat dinyatakan dalam ratio antara penjualan menurut
budget dengan volume penjualan pada tingkat break even, atau dalam ratio dari selisih antara
penjualan yang dibudgetkan dan penjualan pada tingkat break even dengan penjualan yang
dibudgetkan itu sendiri, atau dengan rumus :
M/S = (Budget sales – BEP)/ Budget sales
Budget Sales adalah jumlah penjualan yang telah ditargetkan.
Contoh Soal
1. Misal suatu perusahaan yang memproduksi televisi, mempunyai data biaya dan pendapatan sebagai
berikut:
Biaya tetap perusahaan, pertahun Rp. 1.000.000.000,-
Biaya Produksi, untuk tiap unit televisi Rp. 500.000,-
Harga Jual, untuk tiap unit televisi Rp. 1.000.000,-
Misal x unit utk mencapai breakeven
1.000.000 (x) = 1.000.000.000 + 500.000 (x)
500.000 (x) = 1.000.000.000,-
x = 2000
Berarti perusahaan akan mencapai BEP setelah menjual sebanyak 2000 unit televisi

2. Suatu perusahaan jasa perhotelan mempunyai data biaya dan pendapatan sebagai berikut:
Biaya tetap, per tahun Rp. 2.000.000.000,-
Biaya pelayanan,perkamar, perhari Rp. 50.000,-
Harga jual, perkamar, perhari Rp. 200.000,-

200.000 (x) = (2.000.000.000/365) + 50.000 (x)


150.000 (x) = 2.000.000.000/365
X = + 37 kamar

Akibat Perubahan Berbagai Faktor


Salah satu aspek yang penting dalam analisa break even bahwa adanya perubahan dalam satu
faktor atau lebih yang mempengaruhi analisa, dapat diadakan penilaian atau evaluasi. Aspek ini
sangat penting bagi manajemen dalam proses penyusunan atau perencanaan budget, karena hal
ini akan memungkinkan diadakan “testing” untuk menentukan akibat adanya perubahan berbagai
factor atau mempertimbangkan berbagai alternatif.
Faktor – faktor yang dapat berubah dalam hubungannya dengan analisa break even antara lain
biaya tetap, biaya variabel, harga jual maupun komposisi penjualan (sales mix). Perubahan salah
satu faktor penentu break even atau faktor yang mengakibatkan perubahan tingkat break even,
mungkin tidak mempengaruhi atau tidak mengakibatkan perubahan pada faktor – faktor yang
lain, misalnya perubahan hanya terjadi pada jumlah biaya tetap sedangkan biaya variabel, harga
jual, maupun volume penjualan tetap, tetapi kemungkinan bisa terjadi perubahan dalam salah
satu faktor akan mengakibatkan perubahan pada faktor yang lain, misalnya perubahan harga jual
bisa berakibat perubahan volume penjualan dan sebagainya. Perubahan – perubahan tersebut
dapat secara langsung dimasukkan dalam rumus perhitungan break even sehingga diperoleh
tingkat break even yang baru, maupun digambarkan dalam grafik break even.
a. Perubahan Biaya Tetap
Perubahan jumlah biaya tetap akan mengakibatkan perubahan jumlah biaya secara keseluruhan
pada berbagai tingkat penjualan akan berubah, dengan perubahan jumlah biaya maka besarnya
penjualan pada tingkat break even akan berubah pula.
b. Kenaikan Biaya Variabel
Dengan adanya kenaikan biaya variabel maka jumlah biaya juga akan berubah begitu pula
besarnya penjualan pada tingkat break even juga akan berubah. Manajemen perusahaan dalam
usahanya untuk meningkatkan penghasilan (penjualan) yang akhirnya diharapkan untuk
menaikkan keuntungan dapat dilakukan dengan menaikkan harga jual. Tetapi harus diperhatikan
dan perlu diadakan penelitian pasar akibat adanya kenaikan harga jual tersebut, sebab dengan
adanya kenaikan harga jual dapat mengakibatkan penurunan volume penjualan yang akhirnya
juga mengakibatkan perubahan besarnya break even.
c. Perubahan Komposisi Penjualan
Analisa break even atau analisa biaya, volume dan laba yang diuraikan di muka selalu diterapkan
untuk satu macam barang atau dengan anggapan bahwa perusahaan hanya memproduksi dan
menjual satu macam barang atau secara total. Apabila perusahaan memproduksi atau menjual
lebih dari satu macam barang, maka analisa break even dapat pula diterapkan untuk seluruh
barang yang diproduksi atau dijual oleh perusahaan tersebut. Untuk maksud tersebut maka
komposisi (perbandingan) antara barang – barang tersebut harus tetap sama baik dalam
komposisi produksinya maupun penjualannya (product-mix dan sales-mix). Break even dalam
keseluruhan atau total tidak berarti bahwa masing – masing produk harus dalam keadaan break
even. Kemungkinan terjadi suatu macam produk menderita rugi sedang produk yang lain
memperoleh keuntungan, atau kemungkinan masing – masing produk tidak memperoleh laba
ataupun menderita rugi. Apabila komposisinya berubah maka break evennya secara total akan
berubah pula.

ANALISA BREAK EVEN POINT

A. Pengertian Analisi Break Even


Analisa break even adalah suatu teknik analisa untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap,
biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan.
Adapun pengertian – pengertian Break Even Point menurut para ahli:
1. Menurut S. Munawir ( 2002) Titik break even point atau titik pulang pokok dapat diartikan sebagai
suatu keadaan dimana dalam operasinya perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita
rugi ( total penghasilan = total biaya)
2. Menurut Abdullah (2004) Analisis Break even point disebut juga Cost volume profit analysis
Arti penting analisis break even point bagi manajer perusahaan dalam pengambilan keputusan
keuangan adalah sebagai berikut:
a) Guna menetapkan jumlah minimal yang harus diproduksi agar perusahaan tidak mengalami
kerugian
b) Penetapan jumlah penjualan yang harus dicapai untuk mendapatkan laba tertentu
c) Penetapan seberapa jauhkah menurunnya penjualan bisa ditolerir agar perusahaan tidak
menderita rugi
3. Menurut Purba (2002) Titik impas (break even point) berlandaskan pada pernyataan sederhana,
berapa besarnya unit produksi yang harus dijual untuk menutupi seluruh biaya yang dikeluarkan
untuk mengahsilkan produk tersebut.
4. Menurut PS. Djarwanto (2002) Break even point adalah suatu keadaan impas yaitu apabila telah
disusun perhitungan laba dan rugi suatu periode tertentu, perusahaan tersebut tidak mendapat
keuntungan dan sebaliknya tidak menderita kerugiaan.
5. Menurut Harahap (2004) Break even point berarti suatu keadaan dimana perusahaan tidak
mengalami laba dan juga tidak mengalami rugi artinya seluruh biaya yang dikeluarkan untuk
kegiatan produksi ini dapat ditutupi oleh penghasilan penjualan. Total biaya (biaya tetap dan biaya
variabel) sama dengan biaya total penjualan sehingga tidak ada laba atau rugi
6. Menurut Garrison dan Noreen 92004) break even point adalah tingkat penjualan yang diperlukan
untuk menutupi semua biaya operasional, dimana break even tersebut laba sebelum bunga dan
pajak sama dengan nol (0). Langkah pertama untuk menentukan break even adalah membagi harga
pokok penjualan (HPP) dan biaya operasi menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap
merupakan fungsi dari waktu, bukan fungsi dari jumlah penjualan dan biasanya ditetapkan
berdasrkan kontrak, misalnya sewa gudang. Sedangkan biaya variabel tergantung langsung dengan
penjualan bukan fungsi dari waktu, misalnya biaya angkut barang.

B. Gambar Break Even (Break Even Chart)


Dalam gambar break even point dapat ditentukan, yaitu pada titik dimana terjadi persilangan antara
garis peenghasilan penjualan dengan garis biaya total. Apabila dari titik tersebut kita garis lurus
vertikal ke bawah sampai sumbu X akan nampak besarnya break even dalam unit. Kalau dari titik itu
ditarik lurus horizontal ke samping sampai sumbu Y, akan nampak bsarnya break even dalam
rupiah.
Dalam menggambarkan garis biaya tetap dalam gambar break even itu dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu dengan menggambarkan garis biaya tetap secara horizontal sejajar dengan sumbu X,
atau dengan menggambarkan garis biaya tetap sejajar dengan garis biaya variabel. Pada cara yang
kedua, besarnya “contribution margin” akan nampak pada gambar break even tersebut. Untuk
jelasnya dapatlah diberikan contoh di bawah ini.
Contoh:
Suatu perusahaan bekerja dengan biaya tetap sebesar Rp 300.000;. biaya variabel per unit Rp 40;.
Harga jual per unit Rp 100;. Kapasitas produksi maksimal 10.000 unit. Dengan dua cara dalam
menggambarkan garis biaya tetap, atas dasar data tersebut, kita dapat membuat dua gambar break
even seperti nampak dibawah ini:

Garis biaya tetap digambarkan secara horizontal sejajar dengan sumbu X

Garis biaya tetap digambarkan dengan garis biaya variabel

Dari gambar kedua tersebut di atas nampak bahwa break even point tercapai pada volume
penjualan sebesar Rp 500.000; atau dinyatakan dalam unit sebanyak 5.000 unit. Pada gambar
22.1.b adalah lebih baik karena pada gambar tersebut nampak konsep “contribution margin”. Dalam
gambar tersebut break even point tercapai pada volume kegiatan di mana contribution margin (yaitu
penghasilan penjualan minus biaya variabel) tepat sama besarnya dengan biaya tetap, yaitu pada
volume penjualan Rp 500.000; atau dalam unit sebanyak 5.000 unit
C. Perhitungan Break Even Point
Perhitungan break even point yang lebih tepat dapat dilakukan dengan cara “trial and error” (serba
coba-coba) atau dengan menggunakan rumus-rumus aljabar

1. Perhitungan Break Even Point dengan Cara “ Trial and Error”


Perhitungan break even point dapat dilakukan dengan cara coba-coba, yaitu dengan
menghitungkeuntungan operasi dari suatu volume produksi/penjualan tertentu. Apabila perhitungan
tersebut menghasilkan keuntungan maka diambilvolume penjualan/produksi yang lebih rendah.
Apabila dengan mengambil suatu volume penjualan tertentu, perusahaan menderita kerugian maka
kita mengambil volume penjualan/produksi yang lebih besar. Demikan dilakukan seterusnya hingga
dicapai volume penjualan/produksi di mana penghasilan penjualan tepat sama dengan besarnya
biaya total.
Misalkan dari contoh 1 diambil volume produksi 6.000 unit. Dengan volume produksi 6.000 unit
maka dapat dihitung keuntungan operasi sebagai berikut:
=(6.000 x Rp 100) – Rp 300.000 + (6.000 x Rp 40)
= Rp 600.000 – (300.000 + Rp 240.000)
= Rp 60.000

Pada volume produksi 6.000 unit perusahaan masih mendapatkan keuntungan. Ini berarti bahwa
break even pointnya terletak di bawah 6.000 unit.
Misalkan diambil 4.000 unit, dan hasil perhitungannya adalah sebagai berikut
=(4.000 x Rp 100) – Rp 300.000 + (4.000 x Rp 40)
= Rp 400.000 – (300.000 + Rp 160.000)
= Rp 60.000

Pada volume produksi 4.000 unit ternyata diderita kerugian sebesar Rp 60.000. Ini berarti bahwa
break even pointnya lebih besar dari 4.000 unit.
Misalkan diambil 5.000 unit, dan hasil perhitungannya adalah sebagai berikut
=(5.000 x Rp 100) – Rp 300.000 + (5.000 x Rp 40)
= Rp 500.000 – (300.000 + Rp 200.000)
= Rp 0

Ternyata pada volume produksi/penjualan 5.000 unit tercapai break even pointyaitu yang
dimanakeuntungan netonya sama dengan nol.

2. Perhitungan Break Even Point dengan Menggunakan Rumus Aljabar


Perhitungan break even point dengan menggunakan rumus aljabar dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu
a) Atas dasar unit
Perhitungan break even point atas dasar unit dapat dilakukan dengan menggunakan rumus
Dimana
P = harga jual per unit
V = biaya variabel per unit
FC = biaya tetap
Q = jumlah unit /kuantitas produk yang dihasilkan dan dijual

b) Atas dasar sales dalam rupiah


Perhitungan break even point atas dasar sales dalam rupiah dapat dilakukan dengan menggunakan
rumus aljabar sebagai berikut:

Dimana
FC = biaya tetap
VC= biaya variabel
S = penjualan

D. Manfaat dan Kegunaan BEP


Manfaat BEP antara lain:
 Alat perencanaan untuk hasilkan laba
 Memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungannya dengan
kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan.
 Mengevaluasi laba dari perusahaan secara keseluruhaan.
 Mengganti sistem laporan yang tebal dengan grafik yang mudah dibaca dan dimengerti

Telah dijelaskan sebelumbya bahwa analisa BEP sangat penting bagi pimpinan perusahaan untuk
mengetahui pada tingkat produksi berapa jumlah biaya akan sama dengan jumlah penjualan atau
dengan kata lain dengan mengetahui BEP kita akan mengetahui hubungan antara penjualan,
produksi, harga jual, biaya, rugi atau laba, sehingga memudahkan bagi pimpinan untuk mengambil
kebijaksanaan.

Analisis BEP berguna apabila beberapa asumsi dasar dipenuhi. Asumsi-asumsi tersebut adalah:
a) Biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat dikelompokan dalam biaya variabel dan biaya
tetap.
b) Besarnya biaya variabel secara total berubah-ubah secara proporsional dengan volume
produksi atau penjualan. Ini berarti bahwa biaya variabel per unitnya adalah tetap.
c) Besarnya biaya tetap secara total tidak berubah meskipun ada perubahan volume
produksi atau penjualan. Ini berarti bahwa biaya tetap per unitnya berubah-ubah karena adanya
perubahan volume kegiatan.
d) Jumlah unit produk yang terjual sama dengan jumlah per unit produk yang di produksi.
e) Harga jual produk per unit tidak berubah dalam periode tertentu.
f) Perusahaan hanya memproduksi satu jenis produk, apabila lebih dari satu jenis komposisi
masing-masing jenis produk dianggap konstan (tetap)
Analisa BEP juga dapat digunakan oleh pihak manajemen perusahaan dlam berbagai pengambilan
keputusan dalam berbagai pengambilan keputusan, antara lain mengenai;
 Jumlah minimal produk yang harus terjual agar perusahaan tidak mengalami kerugian
 Jumlah penjualan yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami kerugian
 Besarnya penyimpanan penjualan berupa penurunan volume yang terjual agar perusahaan tidak
menderita kerugian.
 Untuk mengetahui efek perubahan harga jual, biaya maupun volume penjualan terhadap laba yang
diperoleh.

BEP juga dapat digunakan dengan dalam tiga cara terpisah, namun ketiganya saling berhubungan,
yaitu untuk:
1. Menganalisa program otomatisasi dimana suatu perusahaan akan beroperasi secara lebih
mekanis dan otomatis dan mengganti biaya variabel dan biaya tetap.
2. Menelaah impak dari perluasan tingkat operasi secara umum
3. Untuk membuat keputusan tentang produk baru yang harus dicapai jika perusahaan
menginginkan BEP dalam suatu proyek yang diusulkan.

E. Kelemahan analisa BEP.


Sekalipun analisa BEP ini banyak digunakan oleh perusahaan, tetapi tidak dapat dilupakan bahwa
analisa ini mempunyai beberapa kelemahan. Kelemahan utama dari analisa BEP ini anata lain :
asumsi tentang linearity, kliasifikasi cost dan penggunaannya terbatas untuk jangka waktu yang
pendek.
Asumsi-asumsi dasar analisi BEP
1. Menentukan posisi laba rugi perusahaan
2. Menentukan penjualan minimal yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak
mengalami kerugiaan
3. Menetukan jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh keuntungan tertentu

F. Komponen yang berperan pada BEP


Komponen yang berperan pada BEP yaitu biaya, biaya yang dimaksud adalah biaya variabel dan
biaya tetap, dimana pada prakteknya untuk memisahkan atau menentukan suatu biaya itu biaya
variabel atau tetap bukanlah pekerjaan yang mudah dikeluarkan untuk menghasilkan satu unit
produksi jadi kalau tidak produksi maka tidak ada biaya ini.
Salah satu tujuan perusahaan adalah mencapai laba atau keuntungan sesuai dengan pertumbuhan
perusahaan. Untuk mencapai laba yang semaksimal mungkin dapat dilakukan dengan tiga langkah
sebagai berikut,yaitu:
1. Menekan biaya produksi maupun biaya operasional serendah-rendahnya dengan
mempertahankan tingkat harga, kualitas dan kuantitas.
2. Menentukan harga dengan sedemikian rupa sesuai dengan laba yang dikehendaki.
3. Meningkatkan volume kegiatan semaksimal mungkin.

Analisa Break even biasa disebut dengan istilah Cost-Volume-Profit


Analysis (CVPA) adalah suatu analisa untuk mengetahui keadaan dimana
perusahaan tidak memperoleh keuntungan dan tidak menderita kerugian.

Analisa ini dapat mermanfaat sebagai alat bantu bagi manajer perusahaan
dalam pengambilan keputusan mengenai :
1. Jumlah penjualan minimal yang harus dipertahankan agar perusahaan
tidak menderita kerugian.
2. Jumlah penjualan tertentu yang harus dicapai untuk memperoleh
keuntungan tertentu
3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh perubahan harga jual, biaya dan
volume penjualan terhadap keuntungan yang akan diperoleh.

ASUMSI-ASUMSI DALAM ANALISA BEP


Dalam analisa BEP digunakan asumsi-asumsi sebagai berikut :
1. Biaya-biaya dalam perusahaan dapat dibagi kedalam 2 golongan biaya,
yaitu : (1) biaya tetap, dan (2) biaya variable.
2. Biaya variable secara totalitas berubah secara proporsional dengan volume
produksi/prnjualan.
3. Biaya tetap secara totalitas tidak berubah selama jangka waktu tertentu,
walaupun volume produksi/penjualan berubah.
4. Harga jual perunit tidak berubah selama periode analisa.

Dalam analisis BEP perlu dipahami konsep biaya dalam hubungannya


dengan volume kegiatan, yaitu Biaya Tetap dan Biaya Variabel.

BIAYA TETAP seperti : Biaya penyusutan aktiva tetap, sewa, bunga


hutang, gaji pegawai, gaji pimpinan dan biaya-biaya kantor.

BIAYA VARIABEL seperti : biaya bahan mentah, upah tenaga kerja


langsung dan komisi penjualan.

PENENTUAN TINGKAT BREAK EVEN POINT

Dalam penentuan BEP dapat dilakukan dengan dua pendekatan (cara),


yaitu :
1. Pendekatan matematis
2. pendekatan grafik

ad. 1. Pendekatan Matematis

secara matematis, BEP ditentukan berdasarkan formulasi sbb. :

Fixed Cost

BEP (Unit) = ------------------------------------------------

Sales Price/unit - Variable cost/unit

Atau:
Fixed Cost

BEP (Rp) = ------------------------------------

1 - Variable cost
Net sales

Ad. 2. Pendekatan Grafik

C/R
S
(Rp)

laba TC
BEP

rugi
FC

0 Sales(unit)
BREAK EVEN POINT UNTUK LEBIH DARI SATU JENIS PRODUK

CONTOH :

Perusahaan Tantar Matono yang bergerak dalam bidang produksi KAIN BATIK dan STAGEN
merencanakan perluasan daerah pemasarannya yang meliputi Wilayah Jawa Timur, Bali, Lombok dan
Surabaya.

Penjualan KAIN BATIK direncanakan sebesar 25.000 unit @ Rp. 3.500,- dan STAGEN sebesar 15.000
unit @ Rp. 1.000,-

Variabel operating cost masing-masing jenis produk adalah Rp. 2.000,- perunit untuk KAIN BATIK,
dan Rp. 600,- perunit untuk STAGEN.

Fixes operating cost untuk kedua jenis produk adalah Rp. 28.275.000,-

Hitunglan break even point untuk kedua jenis produk tersebut dalam rupiah maupun dalam unit
penjualan.

Jawab :

BREAKEVEN DALAM RUPIAH

Keterangan Produk Total


Kain batik Stagen

- Penjualan 87.500.000 15.000.000 102.500.000


- Fixed operating cost - - 28.275.000
- Variable operating cost 50.000.000 9.000.000 59.000.000

FC 28.275.000
BEP = --------------- = ------------------------------------
1 - TVC/S 1 - 59.000.000 / 102.500.000

28.275.000
= ------------------- = Rp. 66.625.000,- (dibulatkan)
0,4243902

BREAK EVEN DALAM UNIT

UNIT PENJUALAN PERBANDINGAN CONTRIBUTION CONTRIBUTION


(UNIT) PENJUALAN MARGIN PERUNIT MARGIN
(Rp.) TERTIMBANG
BATIK 25.000 25.000 / 40.000 1.500 937,50

STAGEN 15.000 15.000 / 40.000 400 150

40.000 1.087,50

FIXED COST 28.275.000


BEP = -------------------------------- = --------------- = 26.000 UNIT
CONTIBUTION MARGIN 1.087,50

JADI BEP UNTUK KEDUA JENIS PRODUK TERSEBUT TERCAPAI PADA PENJUALAN 26.000
UNIT.

BEP UNTUK MASING-MASING PRODUK ADALAH :

KAIN BATIK : 25.000 / 40.000 X 26.000 Unit = 16.250 UNIT

STAGEN : 15.000 / 40.000 X 26.000 Unit = 9.750 UNIT

UNTUK MENGUJI KEBENARANNYA, MAKA PERLU DIBUKTIKAN SBB. :

Keterangan Produk Total


Kain batik *) Stagen *)

- Penjualan 56.875.000 9.750.000 66.625.000

- -
32.500.000 5.850.000
- Fixed operating cost 28.275.000
- Variable operating cost + 38.350.000
EBIT (Keuntungan bersih) 0

KETERANGAN : *)

PENJUALAN BATIK 16.250 UNIT @ Rp.3.500 = Rp. 56.875.000,-


PENJUALAN STAGEN 9.750 UNIT @ Rp.1.000 = Rp. 9.750.000,-

VARIABEL OPERATING COST :


KAIN BATIK 16.250 UNIT @ Rp.2.000 = Rp. 32.500.000,-
STAGEN 9.750 UNIT @ Rp.600 = Rp. 5.850.000,-
SOAL LATIHAN (BEP)

Perusahaan GLOBE yang menjual produk A dan Produk B mempunyai Data sebagai berikut :

Satu buah mesin yang berkapasitas 300.000 unit untuk memproduksi barang A. dan Satu buah mesin
yang berkapasitas 250.000 unit untuk memperoduksi barang B.

Perusahaan GLOBE hanya menggunakan 75% kapasitas mesinnya untuk memproduksi barang A ,
dan 80% kapasitas mesinnya untuk memproduksi barang B.

Volume Penjualan untuk kedua jenis produk tersebut sama dengan volume produksinya.
Harga jual produk A Rp. 250,- perunit, dan Produk B Rp. 150,- perunit.

Data untuk Barang A Data untuk Barang B


- Biaya bahan langsung perunit Rp. 60,- - Biaya bahan langsung perunit Rp. 45,-
- Biaya tenaga kerja langsung perunit Rp. 45,- - Biaya tenaga kerja langsung Rp. 30,-
- Biaya overhead pabrik tetap Rp. 7.000.000,- - Biaya overhead pabrik tetap Rp. 2.500.000,-
- Biaya overhead pabrik variable perunit Rp. 1,5 - Biaya adm. Tetap Rp. 4.500.000,-
- Biaya adm. Tetap Rp. 6.000.000,- - Biaya adm. Variable perunit Rp. 3,5
- Biaya adm. Variable perunit Rp. 5,- - Biaya distribusi tetap Rp. 5.000.000,-
- Biaya distribusi tetap Rp. 5.000.000,- - Biaya distribusi variable perunit Rp. 2,-
- Biaya distribusi variable perunit Rp. 1,5

DIMINTA :

1. Hitung BEP total (Gabungan) untuk barang A dan B. baik dalam unit maupun dalam rupiah.
2. Berapa BEP masing-masing produk baik dalam unit maupun dalam rupiah.
3. Apabila perusahaan menginginkan keuntungan Rp. 2,- perunit produk A, dan Rp.1,5 perunit
untuk produk B, maka hitung berapa volume penjualan masing-masing produk yang harus
dicapai oleh perusahaan baik dalam rupiah maupun dalam unit.
4. Buat grafik BEP untuk kedua jenis produk tersebut.

Catatan :

1. Dalam menjawab soal tersebut, saudara diharuskan membuat rincian biaya tetap dan biaya
variable.
2. Gunakan 6 digit (desimal) di bekang koma dalam perhitungan.

Jawab :

BREAKEVEN DALAM RUPIAH

Keterangan Produk Total


Kain batik Stagen

- Penjualan 87.500.000 15.000.000 102.500.000


- Fixed operating cost - - 28.275.000
- Variable operating cost 50.000.000 9.000.000 59.000.000

FC 28.275.000
BEP = --------------- = ------------------------------------
1 - TVC/S 1 - 59.000.000 / 102.500.000

28.275.000
= ------------------- = Rp. 66.625.000,- (dibulatkan)
0,4243902

BREAKEVEN DALAM UNIT

UNIT PERBANDINGAN CONTRIBUTION CONTRIBITON


PENJUALAN PENJUALAN MARGIN PERUNIT MARGIN
(UNIT) (Rp.) TERTIMBANG

BATIK 25.000 25.000 / 40.000 1.500 937,50


STAGEN 15.000 15.000 / 40.000 400 150

40.000 1.087,50

FIXED COST 28.275.000


BEP = -------------------------------- = ------------------ = 26.000 UNIT
CONTIBUTION MARGIN 1.087,50

JADI BEP UNTUK KEDUA JENIS PRODUK TERSEBUT TERCAPAI PADA PENJUALAN 26.000
UNIT.

BEP UNTUK MASING-MASING PRODUK ADALAH :

KAIN BATIK : 25.000 / 40.000 X 26.000 = 16.250 UNIT

STAGEN : 15.000 / 40.000 X 26.000 = 9.750 UNIT

UNTUK MENGUJI KEBENARANNYA, MAKA PERLU DIBUKTIKAN SBB. :

Keterangan Produk Total


Kain batik *) Stagen *)

- Penjualan 56.875.000 9.750.000 66.625.000

- -
32.500.000 5.850.000
- Fixed operating cost 28.275.000
- Variable operating cost + 38.350.000
EBIT (Keuntungan bersih) 0

KETERANGAN : *)

PENJUALAN BATIK 16.250 UNIT @ Rp.3.500 = Rp. 56.875.000,-


PENJUALAN STAGEN 9.750 UNIT @ Rp.1.000 = Rp. 9.750.000,-
VARIABEL OPERATING COST :
KAIN BATIK 16.250 UNIT @ Rp.2.000 = Rp. 32.500.000,-
STAGEN 9.750 UNIT @ Rp.600 = Rp. 5.850.000,-
LATIHAN-1

Perusahaan TIRTA JAYA yang menghasilkan produk A dan Produk B mempunyai Data sebagai
berikut :

Satu buah mesin yang berkapasitas 250.000 unit untuk memproduksi barang A. dan Satu buah mesin
yang berkapasitas 200.000 unit untuk memperoduksi barang B.

Perusahaan TIRTA JAYA hanya menggunakan 90% kapasitas kedua mesinnya untuk memproduksi
barang A , dan barang B.

Volume Penjualan untuk Produk B hanya dapat mencapai 95% dari volume produksinya, dengan
harga jual Rp. 200,- perunit, Sedangkan Volume penjualan produk A sama dengan volume
produksinya, dengan harga jual Rp. 150,- perunit.

Informasi lain untuk kedua jenis produk tersebut adalah :


Data untuk Barang A Data untuk Barang B
- Biaya bahan langsung perunit Rp. 50,- - Biaya bahan langsung perunit Rp. 45,-
- Biaya tenaga kerja langsung perunit Rp. 45,- - Biaya tenaga kerja langsung Rp. 30,-
- Biaya overhead pabrik tetap Rp. 6.000.000,- - Biaya overhead pabrik tetap Rp. 2.000.000,-
- Biaya overhead pabrik variable perunit Rp. 1,5 - Biaya adm. Tetap Rp. 3.500.000,-
- Biaya adm. Tetap Rp. 5.000.000,- - Biaya adm. Variable perunit Rp. 3,-
- Biaya adm. Variable perunit Rp. 5,- - Biaya distribusi tetap Rp. 3.000.000,-
- Biaya distribusi tetap Rp. 4.000.000,- - Biaya distribusi variable perunit Rp. 2,-
- Biaya distribusi variable perunit Rp. 1,5

DIMINTA :

1. Hitung BEP total (Gabungan) untuk produk A dan B, baik dalam unit maupun dalam rupiah.
2. Berapa BEP masing-masing produk baik dalam unit maupun dalam rupiah.
3. Apabila perusahaan menginginkan keuntungan Rp. 2,- perunit untuk produk A, dan Rp.1,5,-
perunit untuk produk B, maka hitung berapa volume penjualan masing-masing produk yang
harus dicapai oleh perusahaan baik dalam rupiah maupun dalam unit.
4. Buat grafik BEP (gabungan) untuk kedua jenis produk tersebut.

Catatan :

1. Dalam menjawab soal di atas, saudara diharuskan membuat rincian biaya tetap dan biaya
variable.
2. Gunakan pembulatan dua digit dibelakang koma.

SOAL LATIHAN-3

Perusahaan REMAJA Kendari yang produk Roti Keju dan Rori Tawar mempunyai kapasitas mesin
sebesar 450.000 unit.
Kapasitas mesin yang terpakai hanya 80%.
Volume produksi Roti Keju mencapai 55% dari kapasitas mesin terpakai sedang sisanya digunakan untuk
memproduksi Roti Tawar

Volume penjualan Roti Tawar sama dengan volume produksinya dengan harga Rp. 500,- perunit, sedang
volume penjualan Roti Keju hanya mencapai 95% dari volume produksinya dengan harga Rp. 600,-
peunit.

Informasi lain untuk kedua jenis Roti tersebut adalah :

Data untuk Roti Tawar Data untuk Roti Keju


- Biaya bahan langsung Rp. 100,- perunit - Biaya bahan langsung perunit Rp. 125,-
- Biaya tenaga kerja langsung perunit Rp. 45,- - Biaya tenaga kerja langsung Rp. 50,- perunit
- Biaya bahan penolong Rp. 30,- perunit - Biaya bahan penolong Rp. 40,- perunit
- Biaya overhead pabrik tetap Rp. 7.000.000,- - Biaya overhead pabrik tetap Rp. 8.000.000,-
- Biaya overhead pabrik variable perunit Rp. 2,- - Biaya adm. Tetap Rp. 5.500.000,-
- Biaya adm. Tetap Rp. 5.500.000,- - Biaya adm. Variable perunit Rp. 3,-
- Biaya distribusi tetap Rp. 2.500.000,- - Biaya distribusi tetap Rp. 3.000.000,-
- Biaya distribusi perunit Rp. 2,- - Biaya distribusi variable perunit Rp. 2,-

DIMINTA :

1. Hitung BEP total (Gabungan) untuk Roti Keju dan Roti Tawar, baik dalam unit maupun dalam
rupiah.
2. Berapa BEP masing-masing produk baik dalam unit maupun dalam rupiah.
3. Apabila perusahaan menginginkan keuntungan Roti Keju 15% dari volume penjualannya dan
Roti Tawar 10% dari volume penjualannya, maka hitung berapa volume penjualan masing-
masing produk yang harus dicapai oleh perusahaan baik dalam rupiah maupun dalam unit.
4. Buat grafik BEP (gabungan) untuk kedua jenis produk tersebut.
5. Gunakan pembulatan dua digit dibelakang koma.

BV - ROTI KEJU Rp. 220 x 178.200 unit = Rp. 39.204.000,- BT. Rp. 16.500.000
BV- ROTI TAWAR Rp. 179 x 162.000 unit = Rp. 28.998.000,- BT. Rp. 15.000.000

Penjualan Tawar : 81.000.000


Penjualan Keju : 106.920.000
Analisis Break Even Untuk Lebih dari Satu Jenis Produk
Oleh Hendra Poerwanto

Bilamana perusahaan menjual dua macam produk yakni A dan B yang berbeda dalam harga
jual per unit maupun biaya variabel per unit. Namun kedua produk itu dihasilkan dengan mesin
yang sama, sehingga pembebanan biaya tetap terhadap masing-masing jenis produk tidak
mungkin dilakukan tanpa perhitungan yang masak. Datanya dirubah menjadi seperti berikut

Terhadap data penjualan di atas dilakukan dua macam perhitungan break even, yakni :

a. Break even perusahaan secara keseluruhan


b. Break even untuk masing-masing produk yang dihasilkan.

Penyelesaian
Dengan menggunakan data di atas diperoleh perhitungan break even sebagai berikut :
Perhitungan ini didasarkan pada anggapan bahwa sales mix dipertahan¬kan tetap, baik sales mix
sesuai rencana penjualan maupun sales mix per¬hitungan break even. Sales mix tersebut adalah :

Anda mungkin juga menyukai