Anda di halaman 1dari 5

4

ANALISIS BREAK EVEN POIN (TITIK IMPAS)

1. Pengertian Analisis Break Even Poin (Titik Impas)


Break Even Point (BEP) dapat diartikan sebagai suatu titik atau keadaan dimana perusahaan

di dalam operasinya tidak memperoleh keuntungan dan tidak menderita kerugian. Dengan kata

lain, pada keadaan itu keuntungan atau kerugian sama dengan nol. Hal tersebut dapat terjadi bila

perusahaan dalam operasinya menggunakan biaya tetap, dan volume penjualan hanya cukup

untuk menutup biaya tetap dan biaya variabel. Apabila penjualan hanya cukup untuk menutup

biaya variabel dan sebagian biaya tetap, maka perusahaan menderita kerugian. Dan sebaliknya

akan memperoleh memperoleh keuntungan, bila penjualan melebihi biaya variabel dan biaya

tetap yang harus di keluarkan.

2. Manfaat Analisis Break Even (Titik Impas)

Analisis Break even secara umum dapat memberikan informasi kepada pimpinan, bagaimana

pola hubungan antara volume penjualan, cost/biaya, dan tingkat keuntungan yang akan diperoleh

pada level penjualan tertentu. Analisis break even dapat membantu pimpinan dalm mengambil

keputusan mengenaihal-hal sebagai berikut:

a. Jumlah penjualan minimal yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami

kerugian.

b. Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh keuntungan tertentu.

c. Seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita rugi.

Dra. Hj. Evy Ratnasarin M.Si - Akuntansi Manajerial – Pertemuan ke 8 Page 1


d. Untuk mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya dan volume penjualan

terhadap keuntungan yang diperoleh.

3. Jenis Biaya Berdasarkan Break Even (Titik Impas).


Biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat dibedakan sebagai berikut:

1. Variabel Cost (biaya Variabel)

Variabel cost merupakan jenis biaya yang selalu berubah sesuai dengan perubahan

volume penjualan, dimana perubahannya tercermin dalam biaya variabel total. Dalam

pengertian ini biaya variabel dapat dihitung berdasarkan persentase tertentu dari

penjualan, atau variabel cost per unit dikalikan dengan penjualan dalam unit.

2. Fixed Cost (biaya tetap)

Fixed cost merupakan jenis biaya yang selalu tetap dan tidak terpengaruh oleh volume

penjualan melainkan dihubungkan dengan waktu(function of time) sehingga jenis biaya

ini akan konstan selama periode tertentu. Contoh biaya sewa, depresiasi, bunga.

Berproduksi atau tidaknya perusahaan biaya ini tetap dikeluarkan.

3. Semi Varibel Cost

Semi variabel cost merupakan jenis biaya yang sebagian variabel dan sebagian tetap,

yang kadang-kadang disebut dengan semi fixed cost. Biaya yang tergolong jenis ini

misalnya: Sales expense atau komisi bagi salesman dimana komisi bagi salesman ini

tetap unutk range atau volume tertentu, dan naik pada level yang lebih tinggi.

4. Menentukan Break Even Point (BEP) / Titik Impas

• Mathematical Approach
BEP dapat ditentukan atau dihitung berdasarkan formula tertentu, yaitu:
BEP = Fixed Cost / (harga perunit – varibel cost perunit) (rumus 1)

Dra. Hj. Evy Ratnasarin M.Si - Akuntansi Manajerial – Pertemuan ke 8 Page 2


Fixed Cost
BEP = = Rp.........(rumus 2)
Sales price/unit
1 – variabel cost/unit

Formulasi break even point yang dikembangkan:

Break even point adalah titik dimana perusahaan belum memperoleh keuntungan tetapi juga

tidak dalam kondisi rugi, maka Break Even Point dapat kita formulasikan secara sederhana

sebagai berikut:

BEP -> TR = TC

TR = Total Revenue

TC = Total Cost

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait dengan Sales, Cost, Volume, Profit termasuk

waktunya, kita coba kembangkan formula sederhana di atas sehingga menjadi lebih flexible dan

bisa beradaptasi dengan situasi yang berbeda-beda, yaitu dengan membentuk persamaan linear

sederhana seperti dibawah ini:

TR = TC

TR – TC = 0

Karena TR adalah untuk “Total Revenue” maka TR dapat kita turunkan menjadi :

TR = Unit Price x Qty

Sedangkan TC stand for “Total Cost”, yang mana kita semua tahu bahwa dalam Cost

Accounting, cost itu ada 2 macamnya, yaitu: “Variable Cost” dan “Fixed Cost”, maka

turunan dari TC adalah:

TC = Variable Cost + Fixed Cost

Dari formula di atas kita turunkan lagi menjadi:

Dra. Hj. Evy Ratnasarin M.Si - Akuntansi Manajerial – Pertemuan ke 8 Page 3


TC = [Qty x Unit Variable Cost] + Fixed Cost

Semua elemen yang ada sudah habis diturunkan, selanjutnya membuat persamaan linear secara

penuh untuk kondisi “Break Even Point”:

TR - TC = 0

[Qty x Unit Price] - [(Qty x Unit VC) + Fixed Cost] = 0, atau

[Qty x Unit Price] - [Qty x Unit VC] - Fixed Cost = 0 Qty x [Unit Price - Unit Variable

Cost] = Fixed Cost

Determinasi Elemen-Elemen Break Even Point

Setelah mempunyai formula, yang elemen-elemenya terdiri: Revenue (R), Quantity (Qty), Unit

Price, Variable Cost, Unit Variable Cost, dan Fixed Cost.

selanjutnya adalah mendeterminasi (menentukan) masing-masing elemen tersebut.

Revenue (R): adalah pendapatan, yang dalam perusahaan manufactur biasanya didominasi oleh

Sales, yang mana Sales adalah jumlah terjual (Qty=Quantity) dikalikan dengan unit price product

yang akan terjual.

Quantity (Qty): adalah jumlah barang yang akan dijual, yang dalam perusahaan manufactur

tentunya diproduksi terlebih dahulu.

Unit Price: adalah harga per unit dari barang yang akan dijual.

Variable Cost: adalah cost yang timbul akibat diproduksinya suatu product (barang), artinya

segala yang cost yang terjadi untuk memproduksi suatu barang. Seperti sebutannya “Variable

Cost”, akan berubah-ubah mengikuti jumlah product yang akan diproduksi. Semakin banyak

jumlah yang diproduksi semakin bedar juga variable cost-nya, begitu juga sebaliknya. Jika kita

lihat pada Laporan Laba rugi nantinya, variable cost akan tergolong ke dalam kelompok “Cost of

Good Sales”, yang pada perusahaan manufacur umumnya terdiri dari: Bahan Baku (Raw

Dra. Hj. Evy Ratnasarin M.Si - Akuntansi Manajerial – Pertemuan ke 8 Page 4


Material), Bahan Penolong, Cost Tenaga Kerja Langsung (Direct labor Cost) dan Ovear Head

Cost yang biasanya terdiri dari penyusutan Gedung Pabrik, Penyusutan Mesin (Machineries)

yang menggunakan unit production output, Maintenance, Listrik (electricity), Pengiriman

(Delivery & Services), dll.

Unit Variable Cost: adalah besarnya variable cost yang ditimbulkan untuk membuat satu unit

produk tertentu, yang besarnya diperoleh dengan cara membagi total variable cost (Variable

Cost) dengan jumlah product yang dibuat (qty).

Fixed Cost: adalah cost yang akan terjadi akibat penggunaan sumber daya tertentu yang

penggunaannya tanpa dipengaruhi oleh banyak sedikitnya produk yang diproduksi. Dengan kata

lain: berapapun jumlah product yang dibuat, fixed cost yang akan dibuat, costnya relative sama,

bahkan tidak berproduksi sekalipun cost ini akan tetap terjadi. Seperti sebutannya, fixed cost

sifatnya relative stabil, tidak dipengaruhi oleh production output. Adapun jenis-jenis cost yang

terjadi biasanya yang ada pada kelompok Biaya Operasional (Operating Expenses: Payroll,

Office Supplies), Lease Hold (Hak Sewa), termasuk penyusutan-penyusutan dan amortisasi yang

menggunakan metode garis lurus.

• Graphical Approach

Secara grafis titik break even ditentukan oleh persilangan antara garis total revenue dan

garis total cost.

Dra. Hj. Evy Ratnasarin M.Si - Akuntansi Manajerial – Pertemuan ke 8 Page 5

Anda mungkin juga menyukai