Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS COST VOLUME PROFIT

1. Analisis Cost Volume Profit (CVP)


a. Pengertian Analisis Cost Volume Profit (CVP)
Menurut Hansen & Mowen (2005:274) Analisis biaya-volume-laba (cost-
volume-profit analysis) merupakan suatu alat yang sangat berguna untuk perencanaan
dan pengambilan keputusan. Sedangkan menurut Garrison, dkk (2006:322)
Analisis biaya-volume-laba adalah satu dari beberapa alat yang berguna bagi
manajer dalam memberikan perintah.
Alat ini membantu manajemen suatu perusahaan untuk memahami hubungan
timbal balik antara biaya, volume dan laba organisasi dengan memfokuskan pada
interaksi antarlima lima elemen berikut: harga jual produk, volume atau tingkat
aktivitas, biaya variabel per unit, total biaya tetap, dan bauran produk yang dijual.
Menurut Garrison, dkk (2006:350), ada beberapa asumsi yang mendasari
analisis cost volume profit yaitu:
1. Harga jual konstan. Harga jual produk atau jasa tidak berubah ketika volume
berubah.
2. Biaya adalah linear dan dan dapat secara akurat dibagi menjadi elemen
variable dan tetap. Elemen variable adalah konstan per unit dan elemen tetap
adalah konstan secara total dalam rentang yang relevan.
3. Dalam perusahaan dengan berbagai produk, bauran penjualan adalah konstan.
4. Dalam perusahaan manufaktur, persediaan tidak berubah. Jumlah unit yang
diproduksi sama dengan jumlah unit terjual.
Analisis cost volume profit memiliki manfaat yang sangat banyak bagi
manajemen suatu perusahaan. Manfaat dari penggunaan analisis ini adalah untuk
membuat kalkulasi perencanaan laba dan anggaran penjualan dari suatu perusahaan
menjadi akurat. Dengan mengunakan analisis cost volume profit akan dapat diketahui
berapa jumlah penjualan impas agar perusahaan tidak mengalami kerugian maupun
untung, untuk mengetahui berapa jumlah penjualan yang harus dicapai untuk
mencapai target laba tertentu, Analisis cost volume profit juga dapat digunakan untuk
mengetahui seberapa besar penjualan yang dapat membuat penurunan sebelum
mengalami kerugian, serta dapat digunakan untuk menentukan kombinasi penjualan
dari setiap jenis ukuran yang diproduksi untuk mencapai target laba yang telah
ditetapkan.
Cost-volume-profit (CVP) analysis digunakan untuk menentukan bagaimana
perubahan dalam biaya dan volume mempengaruhi pendapatan operasional
perusahaan dan pendapatan bersih. Dalam melakukan analisis ini, ada beberapa
asumsi dibuat ;
1. Harga jual per unit adalah konstan
2. Biaya variabel per unit adalah konstan.
3. Jumlah biaya tetap adalah konstan.
4. Semuanya barang yang diproduksi terjual.
5. Biaya hanya akan terpengaruh karena perubahan aktivitas.
Sedangkan Manfaat dari CVP ini bisa digunakan dalam :
1. Untuk perkiraan laba dengan mempertimbangkan hubungan antara biaya dan
keuntungan di satu sisi, dan volume produksi di sisi yang lain.
2. Untuk menyiapkan anggaran fleksibel yang bia menunjukkan biaya-biaya
pada berbagai tingkat produksi
3. Untuk mengevaluasi kinerja untuk tujuan pembandingan dan kontrol
perusahaan
4. Untuk mengatur kebijakan harga oleh memproyeksikan pengaruh struktur
harga yang berbeda terhadap biaya dan keuntungan pada periode
bersangkutan.
CVP ini merupakan suatu alat vital dalam dunia bisnis dimana hasil hasil dari
analisisnya bisa dijadikan rujukan dalam melakukan suatu kebijakan produksi atau
penjualan dan bisa dijadikan acuan juga dalam hal pengambilan keputusan misalnya
produk apa yang semestinya lebih banyak diproduksi supaya
menghasilkan profit yang lebih besar dan lain sebagainya.

b. Margin Kontribusi
Margin kontribusi menurut Garrison, dkk (2006:324) adalah jumlah yang
tersisa dari pendapatan dikurangi beban variabel. Margin kontribusi merupakan
jumlah yang tersisa untuk menutup biaya tetap dan memberikan keuntungan. Margin
kontribusi juga dapat disajikan dalam bentuk persentase. Hansen & Mowen
(2005:280) menyatakan bahwa rasio margin kontribusi (contribution margin ratio)
adalah bagian dari setiap dolar penjualan yang tersedia untuk menutup biaya tetap dan
menghasilkan laba. Adapun rumus rasio margin kontribusi adalah:

Rasio Margin Kontribusi =



Contoh :

PT. RIFFLE INTERNASIONAL
Laporan Laba Rugi Kontribusi
Per 2006

Total Per Unit Persentase Penjualan
Penjualan (400 unit)
Beban variable
Margin Kontribusi
Beban tetap
Laba bersih
Rp 100.000
60.000
Rp 250
150
100%
60%
40.000
35.000
Rp 100 40%

Rp 5.000

Perhitungan rasio margin kontribusi adalah sebagai berikut:

Rasio Margin Kontribusi =



= 40 %

c. Analisis Titik Impas
Titik impas adalah tingkat penjualan dimana laba adalah nol. Jadi dapat
dikatakan bahwa titik impas merupakan titik di mana biaya dan pendapatan sama
besarnnya sehingga tidak terjadi laba maupun rugi. Analisa terhadap titik impas ini
digunakan untuk menentukan tingkat penjualan dan bauran produk yang diperlukan
agar semua biaya yang terjadi dalam periode tersebut dapat tertutupi.
Titik impas dapat dihitung dengan menggunakan metode persamaan (equation
method) dan metode margin kontribusi (contribution method).
1) Metode Persamaan
Metode persamaan menggunakan data-data dari laporan laba rugi yang
disusun dengan format kontribusi. Format laba rugi dapat disajikan dengan
persamaan sebagai berikut:


Persamaan tersebut dapat diubah menjadi:


Berdasarkan contoh sebelumnya, maka titik impas dapat dihitung sebagai
berikut:
Penjualan = Beban Variabel + Beban Tetap + Laba
X = 0,6X + Rp 35.000 + Rp 0
0,4X = Rp 35.000
X = Rp 87.500

di mana:
X = Total penjualan
0,6 = Rasio beban variabel (beban variabel + penjualan)
Rp 35.000 = Total beban tetap

Laba = (Penjualan Beban Variabel) Beban Tetap
Penjualan = Beban Variabel + Beban Tetap + Laba
Titik impas dalam unit yang terjual adalah sebagai berikut:
Rp 87.500/ Rp 250 per unit = 350 unit.

2) Metode Margin Kontribusi
Metode margin kontribusi pada dasarnya hanyalah versi jalan pintas dari
metode persamaan yang telah dijelaskan. Pendekatan ini memusatkan pada ide
bahwa setiap unit yang terjual memberikan margin kontribusi tertentu yang
dapat digunakan untuk menutupi biaya tetap. Untuk menentukan berapa unit
yang harus dijual untuk mencapai titik impas, total biaya tetap dibagi dengan
margin kontribusi per unit.






Dalam contoh di atas, perhitungan titik impas dengan mengguanakan
metode margin kontribusi adalah sebagai berikut:

Titik Impas =

= Rp 87.500

d. Analisis Target Laba
Target laba juga dapat dihitung dengan menggunakan metode persamaan
(equation method) dan metode margin kontribusi (contribution method).
1) Metode Persamaan



Titik impas dalam unit yang terjual =




Titik impas dalam dolar penjualan =




Penjualan = Beban Variabel + Beban Tetap + Laba
2) Metode Margin Kontribusi



Berdasarkan contoh sebelumnya, misalkan target laba yang ingin dicapai
perusahaan adalah Rp 40.000. Maka jumlah penjualan total yang harus dicapai
adalah:



Jadi, target laba dapat dicapai dengan menjual 750 unit per bulan, yang berarti
dalam total penjualan berjumlah Rp 187.500 (Rp 250 per unit x 750 unit).

e. Margin Keamanan
Menurut Garrison, dkk (2006:338) Margin Keamanan (margin of safety)
adalah kelebihan dari penjualan yang dianggarkan (aktual) di atas titik impas volume
penjualan. Margin keamanan menjelaskan jumlah dimana penjualan dapat menurun
sebelum kerugian mulai terjadi. Semakin tinggi margin keamanan, semakin rendah
risiko untuk tidak balik modal.
Formula perhitungannya adalah sebagai berikut:



Margin keamanan juga dapat disajikan dalam bentuk persentase. Persentase
ini didapat dengan membagi margin keamanan dalam dolar dengan total penjualan:




Unit penjualan untuk mencapai target =
+T


Unit penjualan untuk mencapai target =
+

= 750 unit
Margin Keamanan = Total Penjualan yang Dianggarkan Penjualan Titik Impas
Persentase Margin Keamanan =
T m dm d
T ( k)


Berdasarkan contoh di sebelumnya, margin keamanan pada PT. RIFFLE
INTERNATIONAL adalah :
Margin Keamanan = Total Penjualan yang Dianggarkan Penjualan Titik Impas
= Rp 187.500 Rp 87.500
= Rp 100.000 atau 400 unit.
Margin keamanan ini berarti bahwa pada penjualan saat ini dengan harga jual
dan struktur biaya saat ini, penurunan penjualan sebesar Rp 100.000 akan memenuhi
titik impas saja.

2. Perbedaan Biaya Tetap dan Biaya Variabel
a. Biaya Tetap
Biaya tetap didefinisikan sebagai biaya yang secara total tidak berubah saat
aktivitas bisnis meningkat dan menurun. Dengan kata lain, biaya tetap per unit
semakin kecil seiring dengan bertambahnya aktivitas dalam rentang relevan. Biaya
tetap akan konstan dan jumlah totalnya akan berubah bila produksi berubah atau
produksi bertambah dan sebaliknya bila produksi turun maka biaya tetap per unitnya
akan naik. Contoh biaya tetap adalah biaya depresiasi aktiva tetap, biaya asuransi,
biaya sewa, gaji manajer pabrik, pajak properti, dan biaya tetap lainnya.
Ilustrasi untuk biaya tetap disajikan pada contoh berikut: Biaya penyewaan
mesin pemotong pada PT. RIFFLE INTERNATIONAL adalah biaya tetap, karena
biaya tersebut akan tetap sebesar Rp.60.000 per tahun, tidak peduli berapa banyak
potongan yang dihasilkan.
Daftar Biaya Sewa
PT. RIFFFLE INTERNATIONAL
Sewa Mesin Unit yang Diproduksi Biaya per unit
Rp 60.000 0 Rp -
60.000 60.000 1
60.000 120.000 0.5
60.000 180.000 0.33
60.000 240.000 0.25

Untuk melihat biaya tetap secara grafis dapat dilihat pada tabel berikut :








Grafik Biaya Tetap

Biaya tetap dapat dibagi menjadi dua bagian. Untuk tujuan perencanaan, biaya
tetap dipilah menjadi biaya yang telah ditentukan (committed) dan biaya yang
dikeluarkan berdasarkan kebijakan manajemen (disretionary).
Biaya tetap yang telah ditentukan (committed fixed cost) berkaitan dengan
investasi fasilitas, peralatan dan struktur organisasi pokok dalam suatu perusahaan.
Contoh biaya ini meliputi penyusutan gedung dan peralatan, pajak bangunan,
asuransi, gaji manajemen puncak dan karyawan operasional. Terdapat dua faktor
yang berkaitan dengan biaya tetap yang telah ditentukan yaitu:
1. Biaya ini sifatnya jangka panjang. Biaya-biaya ini merupakan committed fixed
costs karena keputusan manajemen dalam jangka pendek tidak sanggup
mengubah kembali biaya-biaya tersebut.
2. Biaya ini tidak dapat dikurangi menjadi nol meskipun pada jangka pendek
tanpa mengganggu tungkat profitabilitas atau tujuan jangka panjang
organisasi. Meskipun kegiatan operasi dihentikan, biaya ini tetap akan terjadi.
Biaya tetap kebijakan (disretionary fixed cost) merupakan biaya yang
disebabkan oleh keputusan tahunan yang dibuat oleh manajemen untuk
membelanjakan biaya tetap tertentu. Contoh biaya tetap kebijakan adalah iklan, riset,
hubungan masyarakat, program pengembangan manajemen.
Karakteristik yang terpenting dari biaya tetap kebijakan adalah bahwa
manajemen tidak terpaku pada keputusan yang berkaitan dengan biaya tersebut.
Mereka masih dapat melakukan penyesuaian dari tahun ke tahun atau mungkin dalam
waktu kurang dari satu tahun karena kondisi memang menuntut modifikasi keputusan
manajemen.
Seperti namanya, yang masuk ke dalam kelompok biaya tetap (fixed costs)
adalah biaya-biaya yang TETAP alias tidak berubah, terlepas apakah aktivitas
produksi/pembentukan-jasa meningkat atau menurun, dalam jangka pendek.
Dalam grafik (lihat di atas) trend perubahan total biaya tetap digambarkan
dalam garis datar, dan bisa kita lihat bahwa:
Pada saat tidak ada aktivitas (total aktivitas = nol), total biaya tetap berada di
atas nol alias tetap timbul.
Pada saat total aktivitas meningkat, total biaya tetap tidak berubah (tidak
meningkat)
Berapapun total aktivitas yang dilakukan, total biaya tetap akan tetap berada
di ketinggian yang sama.
Hubungan antara total biaya tetap (sumbu Y) dengan total aktivitas
(sumbu X) diekspresikan dalam fungsi persamaan garis (linear) sbb:


Dimana :
Y = total biaya tetap
a = biaya tetap

Y = a
catatan : X atau total aktivitas tidak dihitung karena besar/kecilnya tidak
berpengaruh terhadap besar/kecilnya total biaya tetap

Contoh Aplikasi:
Untuk menjalankan usaha gerai fast food McDonald yang di mulai bulan
Agustus 2012, anda membayar sewa gedung berkapasitas 200 kursi sebesar Rp 50
juta, dengan masa sewa yang berlaku hingga Agustus 2013. Atas pembayaran sewa
tersebut diakui sebagai Sewa Dibayar Dimuka sebesar Rp 50,000,000 dan setiap
bulannya anda membebankan Biaya Sewa sebesar Rp 4,166,667 (=50,000,000/12)
sejak masa sewa dimulai hingga berakhir.
a. Case-1. Jika di bulan Agustus restoran anda hanya membuat 1000 paket
menu, berapa biaya sewa gedung yang harus anda tanggung?
Jawaban: Rp 4,166,667.
b. Case-2. Jika di bulan September 2012 aktivitas produksi meningkat jadi 2000
paket menu, berapa biaya sewa yang harus anda tanggung?
Jawaban: Tetap Rp 4,166,667
c. Case-3. Jika di bulan Desember 2012 aktivitas produksi meningkat jadi 4000
paket menu, berapa biaya sewa yang harus anda tanggung?
Jawaban: Tetap Rp 4,166,667
Berapapun volume aktivitas produksi paket menu yang dilakukan, biaya sewa
yang masuk dalam kelompok biaya tetap (fixed cost) yang ditanggung tetap sama
setiap bulannya, yaitu Rp 4,166,667, DALAM JANGKA PENDEK.

d. Biaya Variabel
Biaya variabel didefinisikan sebagai biaya yang secara total meningkat secara
proporsional terhadap peningkatan dalam aktivitas dan menurun secara proporsional
terhadap penurunan aktivitas. Biaya variabel per unit jumlahnya akan tetap pada saat
terjadi perubahan tingkat aktivitas. Aktivitas tersebut dapat diwujudkan dengan
berbagai bentuk, seperti unit yang dihasilkan, unit yang dijual, jam mesin yang
dioperasikan, dan lain sebagainya. Dengan kata lain, biaya variabel menunjukkan
jumlah per unit yang relatif konstan dengan berubahnya aktivitas dalam rentang yang
relevan. Contoh biaya variabel adalah biaya bahan baku langsung, tenaga kerja
langsung, dan komisi penjualan.
Ilustrasi untuk biaya variabel dapat dilihat pada contoh berikut: PT. RIFFLE
INTERNATIONAL menggunakan biaya listrik sebagai biaya variabel untuk
memproduksi suatu produk. Biaya listrik akan berperilaku berbeda dengan biaya
sewa mesin pemotong. Listrik dikonsumsi hanya jika output diproduksi, dan ketika
lebih banyak output diproduksi maka lebih banyak listrik digunakan. Semakin banyak
unit yang diproduksi, total biaya listrik meningkat secara proporsional. Daftar biaya
variabel dapat dilihat pada tabel berikut:
Daftar Biaya Variabel
PT. RIFFLE INTERNATIONAL
Sewa Mesin Unit yang Diproduksi Biaya per unit
Rp 0 0 Rp 0
12.000 60.000 0.2
24.000 120.000 0.2
36.000 180.000 0.2
48.000 240.000 0.2

Untuk melihat biaya tetap secara grafis dapat dilihat pada tabel berikut:






Grafik Biaya Variabel
Dimasukan ke dalam kelompok biaya variabel (variable cost) adalah biaya-
biaya yang nilainya meningkat/menurun seiring dengan meningkat/menurun-nya
aktivitas. Sehingga, biaya variabel bisa didefinisikan sebagai jenis biaya yang
berubah mengikuti perubahan volume aktivitas.
Dalam grafik (lihat di atas) trend perubahan total biaya variabel digambarkan
dalam garis diagonal, dan bisa kita lihat bahwa:
Ketika tidak ada aktivitas (aktivitas=nol), total biaya variabel juga tidak ada
(total biaya variabel=0)
Ketika mulai ada aktivitas, maka biaya variabel juga mulai timbul.
Biaya variabel meningkat, dalam porsi yang sama, mengikuti peningkatan
total aktivitas.
Jika suatu saat aktivitas mengalami penurunan, maka biaya variabel yang
timbulpun akan menurun dalam porsi yang sama.
Pola peningkatan/penurunan total biaya variable akibat
meningkat/menurun-nya total aktivitas diekspresikan dalam fungsi persamaan garis
(linear) sbb:


Dimana :
Y = total biaya variabel
X = total unit diproduksi
b = biaya variabel per unit

Contoh Aplikasi:
Memakai contoh usaha restoran cepat saji McDonald di seri sebelumnya. Di
bulan Januari 2013, biaya Bahan Baku Daging Ayam yang timbul untuk aktivitas
pembuatan ayam goreng 3,000 menu Paket Chicken Crispy adalah Rp 30,000,000,
dengan biaya variabel bahan baku daging ayam per unit Rp 10,000.

Y = bX
a. Case-1. Jika untuk bulan Februari 2013 aktivitas pembuatan Paket Chicken
Crispy diperkirakan akan meningkat menjadi 4000 menu dengan biaya variabel
per unit yang sama, berapa total biaya variabel Bahan Baku Daging Ayam
yang akan timbul?
Jawaban:
Y = bX
Y = Rp 10,000 x 4000 = Rp 40,000,000
Simpulan: Peningkatan aktivitas pembuatan ayam goreng Paket Chicken
Crispy 1000 menu (=4000 3000) mengakibatkan peningkatan total biaya
variabel sebesar Rp 10,000,000 (=40,000,000 30,000,000).
b. Case-2. Jika di bulan Maret 2013 aktivitas pembuatan ayam goreng paket chicken
crispy turun menjadi 3500 menu dengan biaya variabel satuan yang sama, berapa
total biaya variabel yang akan timbul?
Jawaban:
Y = bX
Y = Rp 10,000 x 3500 = Rp 35,000,000
Simpulan: Penurunan aktivitas pembuatan ayam goreng Paket Chicken Crispy
500 menu (=4000 3500) mengakibatkan penurunan total biaya variabel sebesar
Rp 5,000,000 (=40,000,000 35,000,000).

3. Analisis Break Even Point (BEP)
a. Pengertian Break Even Point (BEP)
Break Even Point (BEP) dapat diartikan sebagai suatu titik atau keadaan
dimana perusahaan di dalam operasinya tidak memperoleh keuntungan dan tidak
menderita kerugian. Dengan kata lain, pada keadaan itu keuntungan atau kerugian
sama dengan nol. Hal tersebut dapat terjadi bila perusahaan dalam operasinya
menggunakan biaya tetap, dan volume penjualan hanya cukup untuk menutup biaya
tetap dan biaya variabel. Apabila penjualan hanya cukup untuk menutup biaya
variabel dan sebagian biaya tetap, maka perusahaan menderita kerugian. Dan
sebaliknya akan memperoleh memperoleh keuntungan, bila penjualan melebihi
biaya variabel dan biaya tetap yang harus di keluarkan. Analisa break event
mempunyai hubungan yang sangat erat dengan program budget, walaupun analisa
break event dapat diterapkan dengan data historis, tetapi akan sangat berguna bagi
manajemen kalau diterapkan pada data taksiran periode yang akan datang.
Kegiatan pokok manajemen dalam perencanaan adalah pengambilan
keputusan dalam pemeliharan berbagai macam alternatif dan perumusan
kebijaksanaan. Seringkali keputusan yang diambil itu mempunyai pengaruh terhadap
laju pertumbuhan perusahaan sehingga diperlukan beberapa pertimbangan sebelum
keputusan akhir diambil. Dalam kaitannya dengan perencanaan laba, salah satu alat
analisis dalam pembelanjaan yang dapat digunakan oleh manajemen adalah Analisis
Break Even Point

b. Manfaat dan kegunaan Break Even Point (BEP)
Analisis Break even secara umum dapat memberikan informasi kepada
pimpinan, bagaimana pola hubungan antara volume penjualan, cost/biaya, dan tingkat
keuntungan yang akan diperoleh pada level penjualan tertentu. Analisis break even
dapat membantu pimpinan dalm mengambil keputusan mengenai hal-hal sebagai
berikut:
Jumlah penjualan minimal yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak
mengalami kerugian.
Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh keuntungan tertentu.
Seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita
rugi.
Untuk mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya dan volume
penjualan terhadap keuntungan yang diperoleh.
Ada beberapa manfaat lain yang bisa diambil dengan menggunakan
konsep break even point yaitu sebagai berikut :
1) Perencanaan Penjualan atau Produksi
Pada setiap awal periode perusahaan sudah harus mempunyai perencanaan
produksi dan penjualan. Rencana produksi dan penjualan bisa direncanakan
dengan menggunakan konsep break even point.
2) Perencanaan Harga Jual Normal
Salah satu keputusan yang harus diambil oleh manajer keuangan adalah
penentuan harga jual. Harga jual merupakan sejumlah uang yang dibayarkan
oleh pembeli untuk mendapatkan barang/jasa yang diinginkan. Bagi
perusahaan harga jual harus bisa menutup semua biaya dan target
keuntungan. Apabila tidak bisa menutup target laba, apalagi biaya yang
dikeluarkan berarti perusahaan dalam kondisi rugi. Dalam membuat rencana
harga jual, perusahaan mendasarkan pada proyeksi penjualan yang telah
direncanakan, serta target laba pada periode yang bersangkutan.
3) Perencanaan Metode Produksi
Analisis break even point ini juga sering digunakan untuk menentukan
alternatif pemilihan metode produksi atau mesin produksi. Ada mesin
produksi yang mempunyai karakteristik biaya tetap rendah tetapi biaya
variabel tinggi (sering disebut padat karya) atau biaya tetap tinggi tetapi biaya
variabel perunit rendah (sering disebut padat modal). Dari dua pilihan
tersebut, mana yang akan dipilih apakah dengan padat karya (labour
intencive) atau padat modal (capital intencive)? Untuk memilih alternatif
mana yang terbaik, bisa digunakan analisis biaya, laba, dan volume (cost,
profit, volume analysis).
4) Titik tutup Pabrik
Apabila kondisi perusahaan sudah menunjukkan biaya total melebihi
penjualan totalnya, yang artinya bahwa perusahaan beroperasi dibawah
titik break even, apakah perusahaan sebaiknya ditutup atau tetap
dipertahankan. Untuk itu manajemen harus menganalisis apakah kondisi yang
demikian akan berlanjut dalam waktu yang relatif lama, atau tidak. Ada
kemungkinan manajemen harus memutuskan untuk menghentikan sementara
atau seterusnya apabila kondisi sudah sedemikian parahnya. Alat yang dapat
digunakan manajemen dalam mengadakan analisis penutupan perusahaan
tersebut adalah analisis titik tutup pabrik atau sering disebutshut down
point. Apabila perusahan beroperasi dibawah break even point berarti
perusahaan secara akuntansi mengalami kerugian namun secara cash
flow atau aliran kas perusahaan masih mendapatkan sisa kas, selama
penerimaan pengahasilan masih bisa menutup biaya variabel dan biya tetap
tunai. Biaya tetap tunai adalah biaya tetap yang dikeluarkan secara tunai
seperti pembayaran gaji, biaya promosi, sewa gedung, dan biaya tetap tunai
lainnya. Artinya pada kondisi tersebut perusahan masih bisa membayar gaji
karyawannya, walaupun untuk membayar biaya tetap tidak tunai (penyusutan)
tidak mencukupi. Tetapi kalau penerimaan penjualan tidak bisa menutup
biaya variabel dan biaya tetap tunai, maka perusahaan sudah harus ditutup.

Anda mungkin juga menyukai