Anda di halaman 1dari 4

7.

6 Memproses Setelah Split Off Point atau Langsung Menjual


Beberapa produk dihasilkan secara bersama-sama dari bahan baku ataupun
proses yang sama. Akuntan menyebut produk ini sebagai joint products atau co-
products. Saat dapat dipisah produk tersebut dari proses produksi disebut split off
point. Biaya produksi untuk produk-produk ini sebelum titik pemisahan adalah joint
cost atau common costs. Oleh karena biaya produksi untuk masing-masing jenis
produk itu harus diketahui, usaha untuk mengalokasi biaya bersama harus dilakukan
secara adil dan teliti.
Dalam kasus tertentu, setelah titik pemisahan semua produk adalah produk
akhir yang harus segera dijual kepada pelanggan. Dalam kasus lain, setelah pemisah,
satu atau lebih produk dapat langsung dijual kepada pelanggan, atau dapat pula
diproses lebih lanjut. jika produk diproses lebih lanjut sudah barang tentu dibutuhkan
biaya produksi tambahan. Setelah proses lanjutan ini selesai, produk dijual dengan
harga yang lebih tinggi dibanding dengan harga seandainya produk langsung dijual
Setelah titik pemisahan. Masalah yang akan dibahas sekarang adalah keputusan
manajemen yang rasional, Apakah produk lebih baik dijual langsung setelah split off
point atau diproses lebih lanjut.
Untuk memberi gambaran, pelajarilah kasus joint products berikut. Perusahaan
memproduksi joint products X dan Y. Produksi X per tahun adalah 10.000 unit dan
Y = 6000 unit dengan joint cost sebesar Rp104.000. Produk X dapat dijual dengan
harga Rp10 per unit dan Y Rp16 per unit. Pada split off point, produk X dapat
diproses lebih lanjut dengan tambahan biaya Rp30.000 dan dapat dijual dengan harga
Rp15 per unit. produk Y dapat diproses lebih lanjut dengan tambahan biaya Rp2.000
menjadi produk A dan B. Pengolahan tambahan ini menghasilkan produk A = 4.000
unit dengan harga jual Rp12 per unit dan B = 2.000 unit dengan harga jual Rp20 per
unit.
Dengan menggunakan analisis diferensial, harus diabaikan joint cost terbesar
Rp104.000 karena tidak relevan dengan keputusan yang akan diambil. Oleh karena
itu, alokasi biaya ini ke produk X dan Y tidak menjadi masalah bagi manajemen.
Informasi yang relevan adalah biaya dan pendapatan setelah titik pemisahan untuk
menentukan besarnya tambahan laba.
Analisis tambahan laba dilakukan terhadap X lebih dahulu. harga per unit pada
titik pemisahan adalah Rp10 dan setelah diproses lebih lanjut Rp15. Tambahan harga
jual per unit adalah Rp5 (Rp20 - RP15). Tambahan biaya produksi per unit adalah
Rp30.000 dibagi 10.000 unit atau sama dengan Rp3. Jadi, tambahan laba per unit
adalah Rp2 (Rp5 - Rp3). Oleh karena tambahan labanya adalah positif maka
keputusan yang diambil adalah memproses produk X lebih lanjut.
Analisa terhadap produk Y adalah sebagai berikut. Produk Y diproses menjadi
produk A dan B. Tampak dari proses ini bahwa A dan B adalag joint products,
sehingga tidak dapat dipisahkan prosesnya secara individual. Oleh karena itu, analisis
diferensial yang dilakukan adalah mengkaji pendapatan tambahan total dan juga
biaya tambahan total. Differential costs untuk memproses lebih lanjut produk Y
menjadi produk A dan B adalah Rp2.000, sedangkan differential revenue produk Y
adalah Rp8.000 negatif.
Dengan analisis ini, keputusan yang bijaksana adalah menjual produk Y setelah
split off point tanpa mengolahnya lebih lanjut. Jika alternatif lain yang dipilih,
perusahaan akan mengalami penurunan revenue sebesar Rp8.000.

7.7 Memilih Produk


Sering dijumpai perusahaan harus memilih satu jenis produk dengan tujuan
untuk memaksimumkan laba. Agar tujuannya tercapai, perusahaan harus memilih
produk yang paling menguntungkan. Apabila perusahaan mengalami masalah
pemilihan produk yang harus diproduksi, keputusan yang bijaksana adalah memilih
produk yang memberi margin kontribusi total tertinggi.
Dalam keadaan tidak ada batasan dalam sumber daya ekonomi, margin
kontribusi tercapai bila perusahaan membuat produk yang margin kontribusi per
unitnya tertinggi. Dalam banyak hal, perusahaan menghadapi berbagai batasan
sumber daya ekonomi. Misalnya, perusahaan pemanufakturan mempunyai kapasitas
produksi berupa jam tenaga kerja langsung atau jam mesin dalam jumlah yang
terbatas. Dalam departemen store, batasan utamanya adalah jumlah lantai yang
tersedia untuk memajang barang dagangan. Dalam kondisi yang seperti ini, yang
dimaksud dengan margin kontribusi total tertinggi tercapai bila perusahaan membuat
produk yang margin kontribusinya sehubungan dengan batasan tadi adalah tertinggi.
Sebagai contoh, anggaplah bahwa sebuah perusahaan memproduksi dan
menjual dua macam produk: meja dan kursi, dengan data sebagai berikut.

Meja Kursi
Harga jual per unit Rp10.000 Rp7.500
Beban variabel per unit 8.000 4.800
Margin kontribusi per unit Rp2.000 Rp2.700
Rasio margin kontribusi 20% 36%

Sepintas, tampaknya kursi adalah produk yang paling menguntungkan sehingga


mungkin sekali manajemen memutuskan untuk memproduksi kursi sebanyak
mungkin. Anggaplah peralatan dengan kapasitas maksimum 6000 jam dapat
digunakan untuk memproduksi satu unit meja selama 20 jam mesin dan satu unit
kursi selama 30 jam mesin. Oleh karena ada batasan mesin, harus dihitung margin
kontribusi per jam mesin untuk masing-masing produk. Satu jam mesin dapat
digunakan untuk memproduksi 1/20 meja atau 1/30 kursi. Jika semua kapasitas
digunakan untuk memproduksi meja, margin kontribusi per jamnya adalah Rp100.
Sebaliknya, jika seluruh kapasitas digunakan untuk memproduksi kursi, margin
kontribusi per jamnya adalah Rp90. Oleh karena margin kontribusi per jam yang
paling tinggi adalah memproduksi meja, keputusannya adalah memproduksi meja dan
tidak memproduksi kursi. Perhitungan berikut lebih memudahkan pemahaman.

Meja Kursi
(a) Jumlah mesin maksimum yang
6.000 6.000
tersedia
(b) Jumlah jam mesin yang dibutuhkan
20 30
untuk memproduksi 1 unit
(c) Jumlah unit maksimum yang dapat
300 200
diproduksi (a) : (b)

Perhitungan margin kontribusi total dan per unit sebagai berikut.

Meja Kursi
(a) Margin kontribusi per unit Rp2.000 Rp2.700
(b) Jam mesin yang dibutuhkan per unit 20 jam 30 jam
(c) Margin kontribusi per jam (a) : (b) Rp100 Rp90
(d) Jam mesin maksimum yang tersedia 6000 jam 6.000 jam
(e) Margin kontribusi total (c) x (d) Rp600.000 Rp540.000

Dari analisis di atas, margin kontribusi total terbesar adalah jika diproduksi
meja, meskipun margin kontribusi meja per unit lebih kecil dibanding dengan margin
kontribusi kursi per unit.

7.8 Konbinasi Produk


Perusahaan dihadapkan pada lebih dari satu kendala, misalnya keterbatasan jam
mesin dan sekaligus keterbatasan permintaan. Bagaimana menentukan kombinasi
yang paling optimal? Linear programming dapat membantu memecahkan masalah
tersebut. Berikut gambaran mengenai keputusan kombinasi produk yang optimal jika
terdapat multikendala dengan linear programming sebagai alat bantu.
Sebuah perusahaan memproduksi dua suku cadang, dengan data taksiran untuk
masa yang akan datang dan batasan-batasan sebagai berikut.

Produk X Produk Y
Harga jual/unit Rp900 Rp1.400
(-) Beban variabel/unit 600 800
Margin kontribusi per unit Rp300 Rp600
Jam mesin diperlukan untuk memproduksi 1 jam 3 jam
1unit
Kapasitas jam mesin per minggu 120 jam
Permintaan pasar maksimum per minggu 60 unit 30 unit

Apabila tidak ada kendala jam mesin dan permintaan pasar seperti tertera di
atas, keputusannya adalah memproduksi dan menjual produk X dan Y sebanyak-
banyaknya. Namun, oleh karena terdapat kendala kapasitas jam dan permintaan pasar
seperti tertera di atas, keputusannya adalah memproduksi dan menjual 60 unit produk
X dan 30 unit produk Y. Keputusan tersebut berdasarkan pada perhitungan yang
menggunakan pendekatan linear programming sebagai berikut.

Anda mungkin juga menyukai