Anda di halaman 1dari 5

8.2.

1 Cost Plus Pricing


Dalam jangka panjang, harga jual produk harus dapat menutup seluruh biaya
perusahaan, bukan hanya biaya produksi, tetapi juga biaya non produksi seperti biaya
administrasi, umum, dan pemasaran. Jika tidak, perusahaan tidak mampu pertahankan
hidupnya. Harga jual yang ditetapkan sedikit di atas biaya variabel saja hanya dapat
diterima dalam jangka pendek dan dalam kondisi tertentu. Dalam jangka panjang,
seluruh biaya adalah relevan untuk menentukan harga jual dan harus dipertimbangkan
secara eksplisit agar tujuan laba jangka panjang dapat tercapai.
Pendekatan yang lazim untuk menentukan harga jual produk standar adalah
menetapkan formula cost plus. Menurut pendekatan ini, harga jual adalah biaya
ditambah dengan markup sebesar persentase tertentu dari biaya tersebut. Markup
harus ditentukan sedemikian rupa sehingga laba yang diinginkan dapat tercapai.
Untuk memberikan gambaran dan mempermudah pemahaman berbagai formula
cost plus pricing, anggaplah bahwa sebuah perusahaan sedang dalam proses
menentukan harga jual produk tunggalnya. Taksiran biaya perusahaan untuk
memproduksi 10.000 unit produk dalam setahun kedepan tersaji sebagai berikut.

Total
Biaya Per unit
(kapasitas 10rb unit)
Bahan baku 1.800
Tenaga kerja langsung 1.500
Overhead variabel 1.700
Pemasaran & adm variabel 900
Overhead tetap 30.000.000 3.000
Pemasaran & adm tetap 3.000.000 300

8.2.1.1 Biaya Produksi Penuh


Salah satu dasar yang digunakan untuk menentukan harga jual produk
adalah biaya produk yang dihitung dengan pendekatan absorption costing. Menurut
pendekatan ini, biaya produk terdiri atas biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, dan overhead pabrik tetap dan variabel. Pendekatan ini menghadapi
kesulitan ketika perusahaan memproduksi berbagai macam produk. kesulitannya,
menurut akuntansi biaya tradisional, adalah mengalokasi secara adil dan teliti biaya
overhead tetap ke masing-masing jenis produk. Terlepas dari itu, harga jual yang
ditargetkan, menurut pendekatan biaya produksi penuh, adalah biaya produksi
penuh ditambah dengan markup.
Menurut data di atas, biaya produksi per unit adalah Rp8.000 sebagaimana
perhitungan berikut ini.

Bahan baku 1.800


Tenaga kerja langsung 1.500
Overhead variabel 1.700
Overhead tetap 3.000

Biaya produksi penuh per unit 8.000

Misalnya markup yang diinginkan adalah 60% dari biaya produk penuh
tersebut. Dengan demikian harga jualnya adalah Rp12.800, sebagaimana
perhitungan berikut.

Biaya produksi penuh per unit 8.000


(+) Markup untuk menuttup beban pemasaran & adm
4.800
total, dan laba: 60% x 8.000

Target harga jual per unit 12.800

Seandainya perusahaan merencanakan untuk memproduksi dan menjual


10.000 unit dengan harga jual Rp12.800 per unit, laba bersih taksirannya adalah
Rp36.000.000 seperti tampak dalam perhitungan berikut.
Penjualan (10.000 satuan @ 12.800) 128.000.000
Biaya produksi penuh (10.000 satuan @ 8.000) 80.000.000
Markup 48.000.000
Beban pemasaran dan administrasi (10.000 unit)
Variabel 10.000 x 900 9.000.000
Tetap 3.000.000 12.000.000

Laba bersih 36.000.000

Berdasarkan perhitungan diatas jumlah markup adalah Rp48.000.000. Jika


dinisbahkan ke biaya produksi penuh, markup-nya adalah 60%, yaitu
Rp48.000.000/Rp80.000.000 x 100%.

8.2.1.2 Biaya Penuh


Dasar kedua untuk menentukan harga jual adalah full cost. Full cost adalah
seluruh biaya perusahaan yang terdiri atas biaya produksi total dan biaya non
produksi total. Pendekatan ini sulit diterapkan apabila produk yang dibuat oleh
perusahaan terdiri atas berbagai jenis. Kesulitannya adalah ketelitian dan keadilan
untuk mengalokasi biaya administrasi dan pemasaran tetap setiap jenis produk yang
dihasilkan. Untuk memudahkan pemahaman, anggaplah perusahaan hanya
memproduksi dan menjual satu jenis produk.
Dengan menggunakan data sebelumnya, full cost per unit adalah sebagai
berikut.
Biaya produksi penuh per unit 8.000
Biaya pemasaran dan adm variabel per unit 900
Biaya pemasaran dan adm tetap per unit 300

Full cost per unit 9.200

Apabila ditetapkan markup 39,13% dari full cost, besarnya harga jual per
unit adalah Rp12.800 Sebagaimana perhitungan berikut.

Biaya produksi penuh per unit 9.200


(+) Markup (39,13% x 9.200) 3.600

Target harga jual per unit 12.800

Seandainya perusahaan merencanakan untuk memproduksi dan menjual


10.000 unit dengan harga jual Rp12.800 per unit, laba bersih taksirannya akan
seperti tampak dalam perhitungan berikut.
Penjualan (10.000 satuan @12.800 128.000.000
Biaya penuh (10.000 x 9.200) 92.000.000

Markup (juga laba bersih) 36.000.000

Berdasarkan perhitungan di atas, jumlah markup adalah Rp36 juta. Jika


dinisbahkan ke biaya penuh, markup-nya adalah 39,13%yakni Rp36 juta/Rp92 juta
x 100%. Disini, seluruh biaya sudah dapat ditutup dengan markup sebab
pendekatannya biaya penuh, tidak sekedar biaya produksi penuh. Dengan demikian,
markup juga sudah merupakan laba bersih.

8.2.1.3 Biaya Produksi Variabel


Dasar ketiga untuk menetapkan harga jual adalah biaya produk yang
dihitung dengan pendekatan variable costing. Menurut pendekatan ini, biaya
produk hanya terdiri atas biaya variabel yang diperlukan untuk memproduksi
barang atau jasa. Elemen biaya produk meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel. Biaya overhead pabrik tetap
dianggap bukan biaya produksi, melainkan biaya periode.
Untuk memberi gambaran, digunakan data biaya pada contoh sebelumnya.
Biaya produksi variabel per unit adalah sebesar Rp5.000 dihitung sebagai berikut.

Bahan baku 1.800


Tenaga kerja langsung 1.500
Overhead variabel 1.700

Biaya produksi variabel per unit 5.000


Anggaplah bahwa markup yang ditentukan untuk menutup biaya non
produksi dan laba per unit adalah 156%. Dengan demikian, harga jual per unit
adalah Rp12.800 sebagaimana perhitungan berikut.

Biaya produksi variabel per unit 5.000


(+) Markup untuk menuttup biaya non produksi dan
7.800
laba: 156% x 5.000

Target harga jual per unit 12.800

Seandainya perusahaan akan memproduksi dan menjual 10.000 unit dengan


harga jual Rp12.800 per unit, laba taksirannya akan tampak sebagai berikut.

Penjualan (10.000 unit @ 12.800) 128.000.000


Biaya produksi variabel (10.000 unit @5.000) 50.000.000
Margin pemanufakturan 78.000.000
Beban pemasaran dan adm variabel (10.000 x 900) 9.000.000
Margin kontribusi 69.000.000
Beban overhead tetap 30.000.000
Beban adm dab pemasaran tetap 3.000.000 33.000.000

Laba bersih 36.000.000

Berdasarkan perhitungan di atas, jumlah markup adalah Rp78 juta. Jika


dirasiokan ke biaya produk variabel, persentase markup-nya adalah 156%, yaitu
Rp78 juta/Rp50 juta x 100%.

8.2.1.4 Biaya Variabel


Dasar keempat adalah variabel cost yaitu seluruh biaya variabel baik biaya
produksi variabel maupun biaya non produksi variabel. Biaya variabel per unit
adalah:

Biaya produksi variabel per unit 5.000


Biaya penasaran dan adm variabel per unit 900

Biaya variabel per unit 5.900

Apabila markup ditetapkan 116,95%, target harga jual per unit adalah
Rp12.800 seperti perhitungan berikut.

Biaya produksi variabel per unit 5.900


(+) Markup untuk menutup laba: 116,95% x 5.900 6.900

Target harga jual per unit produk 12.800


Seandainya perusahaan akan memproduksi dan menjual 10.000 unit dengan
harga Rp12.800 per unit, laba taksirannya akan tampak sebagai berikut.

Penjualan (10.000 unit @ 12.800) 128.000.000


Biaya variabel: produksi, pemasaran, dan administrasi
59.000.000
(10.000 unit @ 5.900)
Margin kontribusi 69.000.000
Beban overhead tetap
30.000.000
Beban administrasi dan pemasaran tetap 3.000.000 33.000.000

Laba bersih 36.000.000

Berdasarkan perhitungan di atas, jumlah markup adalah 69 juta. Jika


dirasionalkan ke biaya produksi variabel, persentase markup-nya adalah 116,95%,
yaitu 69 juta/59 juta x 100%.
Dari penjelasan diatas, dapatlah dipahami bahwa penentuan harga jual
produk dengan mendasarkan pada biaya tidak dapat dipandang sebagai formula
yang kaku dan deterministik. Berbagai formula yang ada hanyalah cara menentukan
target harga jual sebagai pendekatan coba-coba. Pada akhirnya, konsumen lah yang
dapat menentukan harga sehingga perusahaan harus selalu menyesuaikan harga
jualnya atau mengubah lini produknya. Selalu menyesuaikan harga jual dilakukan
apabila pasar yang dihadapi perusahaan adalah persaingan sempurna karena posisi
perusahaan hanyalah price taker, yakni sekedar menerima harga berapa pun yang
sudah terjadi di pasar sebab harga sudah dibentuk oleh kekuatan pasar. Pahamilah
bahwa dalam pasar persaingan sempurna, setiap pelaku pasar secara individu tidak
dapat mempengaruhi harga dan volume equilibrium. Jika perusahaan bertahan
dengan harga yang lebih tinggi daripada harga pasar hanya karena harga jual
produknya sudah terlanjur ditetapkan oleh manajemen, tidaklah akan laku barang
atau jasa perusahaannya.
Sebagaimana nanti akan diuraikan juga, terdapat pendekatan yang
merupakan kebalikan dari yang sudah dijelaskan. Yakni, perusahaan justru
menetapkan biaya terlebih dahulu, bukan menentukan harga jual berdasarkan biaya.
Alasannya, barang atau jasa yang harga jualnya ditetapkan berdasarkan biaya belum
tentu laku dengan harga tersebut sebab perusahaan, dalam pasar persaingan
sempurna, tinggal menerima harga apa adanya yang terjadi di pasar.

Anda mungkin juga menyukai